Professional Documents
Culture Documents
UPTD PUSKESMAS
RAWAT INAP KOTAKALER
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tahunan
Kegiatan Surveilans Epidemiologi Kesehatan di UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
tahun 2021.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyajikan berbagai data upaya kegiatan
surveilans epidemiologi yang telah dilaksanakan oleh UPTD Puskesmas Rawat Inap
Kotakaler selama kurun waktu tahun 2021. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dati
kata sempurna, oleh karena itu saran yang sifatnya membangun dan menyempurnakan
laporan ini dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada atasan dan juga rekan
sejawat yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan surveilans epidemiologi dan
dalam penyusunan laporan ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR GRAFIK vi
PMK RI NO. 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN
TUPOKSI DAN URAIAN TUGAS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………… 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………………………… 2
1. Tujuan Umum ………………………………………………………………………………….. 2
2. Tujuan Khusus ………………………………………………………………………………… 2
C. Manfaat ………………………………………………………………………………………………. 3
ii
C. Surveilans Penyakit AFP …………………………………………………………………………. 12
1. Pengertian ……………………………………………………………………………………… 12
2. Penyelidikan Epidemiologi ………………………………………………………………….. 12
3. Distribusi Jumlah Kasus APF ………………………………………………………………. 13
D. Surveilans Penanggulangan KLB ………………………………………………………………. 14
E. Surveilans Terpadu Puskesmas (STP) ………………………………………………………… 14
F. Surveilans W2 (Ewars) ……………………………………………………………………………. 17
G. Surveilans Epidemiologi Covid-19 ……………………………………………………………… 18
1. Pengertian ……………………………………………………………………………………… 18
2. Penyelidikan Epidemiologi ………………………………………………………………….. 18
3. Laporan Jumlah Kasus Covid-19 …………………………………………………………... 19
4. Capaian Testing ……………………………………………………………………………….. 20
LAMPIRAN
1. Photo Kegiatan Surveilans Epidemiologi Tahun 2021
2. PDCA Program Surveilans Epidemiologi Tahun 2021
3. Rencana Pelaksanaan RPK Tahun 2022 dan RUK 2023
4. Rencana Monitoring dan Evaluasi
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler …………………….. 5
v
DAFTAR GRAFIK
vi
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
4. Undang-Undang …
-2-
MEMUTUSKAN …
-3-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
7. Fasilitas …
-4-
Pasal 2
Pasal 3
BAB II …
-5-
BAB II
PENYELENGGARAAN
Bagian Kesatu
Jenis dan Kegiatan Surveilans Kesehatan
Pasal 4
(4) Surveilans …
-6-
Pasal 5
(3) Ketentuan …
-7-
Pasal 6
Pasal 7
Bagian Kedua
Bentuk Penyelenggaraan
Pasal 8
a. surveilans …
-8-
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11 …
-9-
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Bagian Ketiga …
- 10 -
Bagian Ketiga
Penyelenggara
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
c. sarana …
- 11 -
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
(2) Pengaturan …
- 12 -
BAB III
KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN
Pasal 21
BAB IV
PERAN MASYARAKAT
Pasal 22
d. sumbangan …
- 13 -
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 23
Pasal 24
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pasal 26 …
- 14 -
Pasal 26
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Juli 2014
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 12 Agustus 2014
ttd
AMIR SYAMSUDIN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 45 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN SURVEILANS
KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dan akses media yang begitu luas dan cepat sampai ke
pelosok desa dan daerah terpencil memberikan kesempatan terhadap
perubahan sistem surveilans kesehatan. Pendekatan Surveilans
Kesehatan berbasis kejadian di masyarakat telah dikembangkan untuk
mendapatkan data dan informasi dari berita yang direkam dan dimuat di
media massa, media sosial dan media online. Hal ini meningkatkan
sensivitas Surveilans Kesehatan untuk menangkap informasi dengan
cakupan yang luas dan cepat.
BAB II
KEGIATAN SURVEILANS KESEHATAN
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif. Jenis data
Surveilans Kesehatan dapat berupa data kesakitan, kematian, dan
faktor risiko.
Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain
individu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, unit statistik dan demografi,
dan sebagainya.
Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara,
pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap sasaran.
Dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan data, diperlukan
instrumen sebagai alat bantu. Instrumen dibuat sesuai dengan tujuan
surveilans yang akan dilakukan dan memuat semua variabel data yang
diperlukan.
- 18 -
2. Pengolahan data
Sebelum data diolah dilakukan pembersihan koreksi dan cek ulang,
selanjutnya data diolah dengan cara perekaman data, validasi,
pengkodean, alih bentuk (transform) dan pengelompokan berdasarkan
variabel tempat, waktu, dan orang.
Hasil pengolahan dapat berbentuk tabel, grafik, dan peta menurut
variabel golongan umur, jenis kelamin, tempat dan waktu, atau
berdasarkan faktor risiko tertentu. Setiap variabel tersebut disajikan
dalam bentuk ukuran epidemiologi yang tepat (rate, rasio dan proporsi).
Pengolahan data yang baik akan memberikan informasi spesifik suatu
penyakit dan atau masalah kesehatan. Selanjutnya adalah penyajian
hasil olahan data dalam bentuk yang informatif, dan menarik. Hal ini
akan membantu pengguna data untuk memahami keadaan yang
disajikan.
3. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode epidemiologi
deskriptif dan/atau analitik untuk menghasilkan informasi yang sesuai
dengan tujuan surveilans yang ditetapkan.
Analisis dengan metode epidemiologi deskriptif dilakukan untuk
mendapat gambaran tentang distribusi penyakit atau masalah
kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut waktu,
tempat dan orang. Sedangkan analisis dengan metode epidemiologi
analitik dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variable yang
dapat mempengaruhi peningkatan kejadian kesakitan atau masalah
kesehatan. Untuk mempermudah melakukan analisis dengan metode
epidemiologi analitik dapat menggunakan alat bantu statistik.
Hasil analisis akan memberikan arah dalam menentukan besaran
masalah, kecenderungan suatu keadaan, sebab akibat suatu kejadian,
dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan hasil analisis harus
didukung dengan teori dan kajian ilmiah yang sudah ada.
4. Diseminasi informasi.
Diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin, surat
edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi ilmiah.
Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana teknologi
informasi yang mudah diakses.
BAB III
BENTUK PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
BAB V
KOORDINASI, JEJARING KERJA, DAN KEMITRAAN
A. Koordinasi
Koordinasi dalam penyelenggaraan Surveilans Kesehatan diarahkan
untuk menyelaraskan, mengintegrasikan, mensinergikan dan
memaksimalkan pengelolaan data dan/atau informasi agar proses
pengambilan keputusan dalam rangka intervensi lebih berhasil dan
berdaya guna.
B. Jejaring Kerja
C. Kemitraan
Puslitbang
Jejaring • Perguruan
UPT surveilans Tinggi
Kemenkes kesehatan unit-
Pusat • BPS
unit utama di
Data dan • BMKG
Kemenkes
Informasi • LSM
• Organisasi
Profesi
• Badan POM
UPT Dinkes • Badan
Provinsi Jejaring surveilans internasional,
unit-unit kerja di regional,
Dinkes Provinsi bilateral
• Kementerian/
Swasta
Lembaga
terkait
UPT Dinkes
Jejaring surveilans • Dsb
unit-unit kerja di
Kab/kota Dinkes Kab/kota
BAB VI
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan akan
mempengaruhi cara hidup dan perkembangan pola penyakit, termasuk
penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Perbaikan kesehatan
masyarakat dilakukan melalui upaya peningkatan pencegahan,
penyembuhan, dan pemulihan dengan mendekatkan dan memeratakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pembangunan kesehatan
ditujukan kepada peningkatan pemberantasan penyakit menular,
peningkatan keadaan gizi rakyat, peningkatan pengadaan sarana air
bersih terhadap bahaya narkotika dan penggunaan obat yang tidak
memenuhi syarat serta penyuluhan kesehatan masyarakat untuk
memasyarakatkan prilaku hidup sehat yang di mulai sedini mungkin.
Suatu jenis penyakit yang semula tidak merupakan masalah dapat
menjadi masalah atau sebaliknya. Yang dimaksud pola penyakit adalah
keadaan atau situasi penyakit yang memberi kejelasan mengenal jenis
penyakit dan sifat-sifat epidemiologis penyakit yaitu tentang distribusi,
frekuensi, waktu kejadian, serta semua factor penentu yang
mempengaruhi jalannya penyakit. Pola penyakit tersebut dapat
dipengaruhi oleh perkembangan lalu lintas internasional dan perubahan
lingkungan hidup.
Wabah yang dapat menimbulkan malapetaka dari dulu sampai
sekarang maupun masa yang akan datang tetap merupakan ancaman
terhadap kelangsungan hidup dan kehidupan. Selain wabah
mmbahayakan kesehatan masyarakat karena dapat mengakibatkan sakit,
cacat, dan kematian, juga akan mengakibatkan hambatan dalam
pelaksanaan pembangunan nasional. Kesehatan merupakan komponen
penting dari kesejahteraan.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran secara keseluruhan kegiatan surveilans
epidemiologi yang telah dilaksanakan pada tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui seluruh kegiatan surveilans epidemiologi
b. Mengetahui cakupan indikator kegiatan surveilans epidemiologi
c. Sebagai bahan penyusunan perencanaan selanjutnya.
3
C. Manfaat
1. Menilai keberhasilan kegiatan surveilans epidemiologi di wilayah UPTD
Puskesmas Rawat Inap Kotakaler tahun 2021
2. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan respon penyakit di
wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
3. Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan
dan evaluasi kegiatan surveilans epidemiologi secara terpadu di
wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
4. Merencanakan pengembangan kegiatan surveilans epidemiologi di
wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
5. Sebagai alat advokasi bagi penentu kebijakan di wilayah UPTD
Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
4
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Situasi Umum
1. Letak dan Batas Wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler merupakan salah
satu Puskesmas di Kabupaten Sumedang yang terletak di sebelah
utara kota Kabupaten Sumedang yang berjarak 2 kilometer, dengan
waktu tempuh 10 menit menggunakan kendaraan roda 4. Keadaan
geografis dataran rendah dengan suhu maksimum 24 derajat celsius,
dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari.
Luas Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
adalah 463,415 Ha.
a. Kotakaler : 156,400 Ha
b. Talun : 55 Ha
c. Rancamulya : 252,015 H
Secara administrasi UPTD Puskesmas Kotakaler Rawat Inap
berbatasan dengan :
a. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Puskesmas Cimalaka
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Puskesmas
Sumedang Selatan
c. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Puskesmas Ganeas
d. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Puskesmas Situ
5
Kotakaler
Ranca Mulya
Puskesmas
Talun
Gambar 2.1
Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
2. Analisis Demografi
UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler pada tahun 2021
mempunyai jumlah penduduk sebanyak 32.307 orang terdiri dari laki-
laki 16.512 dan perempuan sebanyak 15.795 orang dengan jumlah
KK sebanyak 8.323 KK.
6
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Per Desa/Kelurahan
Di Wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
Tahun 2021
NO. NAMA DESA/KEL. JML RW JML RT LAKI-LAKI PEREMPUAN JML JIWA
3. Sosial Ekonomi
Pada dasarnya kondisi alam di wilayah UPTD Puskesmas
Rawat Inap Kotakaler sama dengan wilayah Kabupaten Sumedang
pada umumnya, yaitu potensi alam yang berpotensi yang sangat
mendukung dan menguntungkan untuk kegiatan budidaya pertanian,
sementara itu mata pencaharian pokok masyarakat di wilayah UPTD
Puskesmas Rawat Inap Kotakaler sebagian masih pada sektor
pertanian dan perkebunan. Akan tetapi sebagian besar sebagai
pedagang karena dilihat lingkungan sosialnya, wilayah UPTD
Puskesmas Rawat Inap Kotakaler memiliki lingkungan yang cukup
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat terutama di Kelurahan
Kotakaler dan Talun merupakan daerah pusat pembelanjaan dan
perdagangan dimana mobilitas penduduk akan berpengaruh terhadap
dinamika kehidupan masyarakat, terutama tingginya aktivitas sangat
tinggi ekonomi di wilayah perkotaan daya beli sangat tinggi.
No Indikator Target
BAB III
HASIL KEGIATAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN
3. Langkah-langkah Penyelidikan
a. Koordinasikan tim (medis, promosi Kesehatan, Kesehatan
lingkungan)
b. Penyiapan administrasi, alat, dan bahan, (surat tugas, surat izin
investigasi, kuesioner, dll)
c. Pengumpulan data dengan cara :
Petugas melakukan wawancara dengan penderita/keluarga, baik
yang masih dirawat di rumah sakit, puskesmas atau yang sudah
pulang, serta kasus tersangka yang dilaporkan oleh masyarakat .
Data dikumpulkan dengan maksud antara lain :
1) Penetapan diagnosis DBD
2) Identifikasi faktor risiko
3) Pencarian kasus tambahanDBD
4) Pengolahan Data
5) Analisa Data
6) Membuat laporan hasil Penyelidikan
4. Penemuan Kasus DBD, Incidence Rate (IR) dan Case Fatality Rate
(CFR) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Kotakaler
Tahun 2021
Tabel 3.1
Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (Dbd) Menurut Jenis Kelamin
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DESA/
NO JUMLAH KASUS MENINGGAL CFR (%)
KELURAHAN
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 KOTAKALER 13 16 29 0 0 0 0,00 0,00 0,00
2 TALUN 5 3 8 0 0 0 0,00 0,00 0,00
3 RANCAMULYA 6 2 8 0 0 0 0,00 0,00 0,00
JUMLAH 24 21 45 0 0 0 0 0 0
INCIDENCE RATE (%) 0,14
Dari table di atas dapat kita lihat bahwa sebaran kasus BDB tahun
2021 paling banyak berada di wilayah Kelurahan Kotakaler yaitu
sebanyak 29 kasus.
10
2. Penyelidikan Epidemologi
Surveilans campak diperlukan untuk mengidentifikasi kasus dan
populasi resiko,deteksi dan investigasi KLB serta evaluasi strategi
imunisasi untuk meningkatkan pencegahan campak.KLB campak
ditetapkan jika di temukan minimal 5 kasus suspek campak yang
mengelompok dalam satu wilayah epidrmiologi dalam periode 3
minggu berturut-turut.
3. Langkah-langkah Epidemologi
Langkah penanggulangan/pencegahan yang harus dilakukan oleh
surveilans apabila ditemukan kasus campak meliputi :
a. Koordinasi tim penyelidikan sesuai dengan bidang keahliannya
atau yang memahami penyakit campak
(laboratories,dokter,epidemiologist (dll)
b. Ambil specimen darah dari 5 kasus saja dengan rash > 3 hari – 28
hari
c. Penyiapan penyelidikan epidemiologi (surat tugas,Kuisioner,Surat
izin investigasi dll)
d. Pengumpulan data (data primer,data sekunder)pengolahan data
dan analisa data kemudian laporkan hasil investigasi ke dinas
kesehatan kab.Cirebon secepatnya
e. Malakukan langkah kolaborasi medis untuk memberikan
pengobatan simtomatis dan antibiotika dan pemberian vit.A dosis
tinggi pada kasus yang ditemukan dilapangan
f. Pemberian vit.A dosis tinggi pada populasi balita beresiko disekitar
daerah KLB
g. Jika diperlikan melakukan vaksinasi campak pada populasi rentan
12
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pada tahun 2021 tidak
terdapat sebaran kasus Campak.
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa tidak ditemukan kasus AFP
dalam kurun waktu 1 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kegiatan penemuan kasus APF dirasa belum maksimal.
14
Tabel 3.5
Analisa Laporan STP Tahun 2021
17
F. SURVEILANS W2 (EWARS)
Lapaoran W2 (EWARS) dilaporkan rutin setiap minggu pada hari
selasa. Isi laporan mengacu pada kasus-kasus mingguan dan wabah
serta penyakit-penyakit yang potensial menjadi KLB. Misalnya Diare,
Campak, TBC, DBD, Pneumonia, Influensa dll. Data di dapat dari register
rawat jalan baik dari pelayanan dalam gedung maupun pelayanan luar
gedung misalnya Posyandu dan register rawat inap di puskesmas. Kasus
yang terdata dan berdomisili dalam wilayah puskesmas.
Grafik 3.1
Analisis Kelangkapan dan Ketepatan Pelaporan W2 Tahun 2021
ANALISIS PELAPORAN W2
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
M gu 11
M gu 13
M gu 15
M gu 17
M gu 19
M gu 21
M gu 23
M gu 25
M gu 27
M gu 29
M gu 31
M gu 33
M gu 35
M gu 37
M gu 39
M gu 41
M gu 43
M gu 45
M gu 47
u 9
51
M gu 1
M gu 3
M gu 5
M ggu 7
M gu 9
gg 4
in ke
in ke
in ke
in ke
g ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
in ke
ke
M gu
g
g
g
g
in
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
in
M
Kelengkapan Ketepatan
d. Penyelidikan epidemiologi
1) Identifikasi kasus
2) Identifikasi faktor risiko
3) Identifikasi kontak erat
4) Pengambilan spesimen di rumah sakit rujukan
5) Penanggulangan awal
Ketika penyelidikan sedang berlangsung petugas sudah harus
memulai upaya-upaya pengendalian pendahuluan dalam rangka
mencegah terjadinya penyebaran penyakit kewilayah yang lebih
luas. Upaya- upaya tersebut dilakukan terhadap masyarakat
maupun lingkungan, antara lain dengan :
1) Menjaga kebersihan/ higiene tangan, saluran pernapasan.
2) Penggunaan APD sesuai risiko pajanan.
3) Sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang
sedang diselidiki
4) Asupan gizi yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh.
5) Apabila diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit
dapat dilakukan tindakan isolasi dan karantina.
e. Pengolahan dan analisis data
f. Penyusunan laporan penyelidikan epidemiologi
3. Laporan Jumlah kasus Covid-19 Tahun 2021
Tabel 3.6
Sebaran Kasus Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Kotakaler
20
4. Capaian Testing
Tabel 3.7
Capaian Testing Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Kasus
Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Kotakaler Tahun 2021
JUMLAH TESTING
NO BULAN
PCR ANTIGEN
1 Januari 33 121
2 Februari 14 104
3 Maret 38 75
4 April 22 124
5 Mei 57 125
6 Juni 138 500
7 Juli 25 416
8 Agustus 17 119
9 September 208 265
10 Oktober 137 152
11 November 0 207
12 Desember 0 228
Jumlah 689 2.436
Total 3.125 Sampel
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penanganan KLB penyakit menular berpotensi wabah dapat tertangani
dalam kurun waktu < 24 jam
2. Penemuan kasus AFP masih belum maksimal (belum mencapai target)
3. Kelengakapan pelaporan W2 telah 100% namun untuk ketepatan
pelaporan masih ada beberapa laporan yang < 100% (81%)
4. Target capaian angka testing dalam rangka pencegahan penyebaran
penyakit Covid-19 telah tercapai yaitu sebanyak 3.125 Sampel / tahun.
5. Target Incidence Rate (IR) kasus DBD adalah 49/100.000 penduduk.
Jumlah kasus DBD selama 1 (satu) tahun adalah 45 kasus sehingga
target indicator tidak tercapai
6. Case Fatality Rate kasus DBD 0% (target < 1%)
B. Saran
1. Dilakukan penyuluhan yang lebih intens untuk menanggulangi
tingginya angka kasus DBD (Incidence Rate)
2. Dilakukan advokasi baik itu lintas program ataupun lintas sektoral guna
meningkatkan capaian kegiatan surveilans epidemiologi
3. Perkuat system surveilans aktif rumah sakit (Hospital Based
Surveillance / HBS) untuk penemuan kasus AFP.
Lampiran 2 PDCA Kegiatan Surveilans Epidemiologi
A. Latar Belakang
Mewujudkan masyarakat yang berbudaya sehat tentu
merupakan salah satu cita-cita pembangunan nasional yang telah
terpatri sejak bangsa ini mendeklarasikan kemerdekaannya. Negara
sudah sepatutnya menjamin setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat
tak terkecuali kesehatan setiap orang. Menciptakan masyarakat yang
sehat artinya pemerintah juga mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkompeten dan mampu bersaing dari segi intelektualitas.
UU no. 36 tahun 2014 tentang kesehatan menyebutkan bahwa
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanuaiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan,
penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan
nondiskriminatil dan norma-norma agama. Serta memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setingi-tinginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sasial dan ekonomis.
Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan oleh pemerintah
adalah dengan menyediakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
(puskesmas) sebagai wadah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Puskesmas memiliki banyak peranan vital, mulai dari
peran preventif, promotif, kuratif, hingga rehabilitatif, sehingga
dianggap sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat. Maka perlu kiranya bagi
pemerintah untuk melestarikan keberadaan puskesmas dan terus
melakukan perbaikan bukan hanya pada sumber daya yang ada di
puskesmas itu sendiri melainkan pula sumber daya manusia yang ada
di puskesmas secara berkesinambungan.
Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 Tahun 2014 Tentang
Puskesmas yang menyebutkan bahwa prinsip penyelenggaraan
Puskesmas meliputi paradigma sehat, sehingga pelayanan promotif
dan pelayanan preventif kesehatan lebih ditekanankan namun tidak
melupakan upaya pelayanan kuratif maupun rehabilitatif. Sehingga
pelayanan wajib yang ada di Puskesmas yaitu : pelayanan promosi
kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan
ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit, rawat jalan, pelayanan gawat
darurat, pelayanan satu hari (one day care), home care dan rawat
inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Puskesmas secara detail juga memiliki fungsi untuk mencatat
bagaimana penyebaran penyakit yang terjadi di suatu wilayah. Itulah
kenapa kemudian peranan tenaga epidemiologi di puskesmas menjadi
sangat penting. Secara menyeluruh, tenaga epidemiologi bertanggung
jawab dalam mengelola prevalensi dan insidensi penyakit dan
memperhatikan betul bagaimana bentuk evaluasi dari temuan
penyakit tersebut. Belum lagi kegiatan surveilans epidemiologi di
puskesmas yang secara umum bertugas untuk mengumpulkan,
mengelola, interpretasi, hingga evaluasi nyata dengan memperhatikan
beberapa faktor risiko seperti lingkungan, perilaku, dan hal lainnya.
Pola pencatatan penyakit terbanyak di puskesmas setiap
tahunnya perlu menjadi perhatian setiap petugas puskesmas. Dengan
adanya tampilan data terkait jumlah kejadian penyakit, maka
pemerintah dapat lebih efektif dalam menentukan prioritas
permasalahan apa yang harus segera ditanggulangi. Pengamatan
yang detail disertai data-data yang real mendorong semua oknum
kesehatan untuk melakukan evaluasi terkait kinerja dan kebutuhan
apa yang harus segera dipenuhi.
B. Tujuan
Mengetahui prioritas masalah dan alternatif pemecahan
masalah dari kegiatan surveilans epidemiologi yang ada di UPTD
Puskesmas Rawat Inap Kotakaler.
No Indikator
Target Hasil Kesenjangan
(%) (%) (%)
Tertanganinya KLB penyakit menular
1 berpotensi Wabah dalam waktu < 24 100 % 100 % -
jam
Ketepatan dan
2 5 3 3 11 2
Kelengkapan Laporan W2
Lingkungan
luar rumah
yang belum 1. Kesalahan teknis pelaksanaan
terawat saat dilakukan Gerakan PSN
dengan baik 3M+
dan benar 2. Kesalahan teknis pelaksanaan
saat dilakukan fogging
ENVIRONMENT
METHOD
MAN
Terhambatnya pengumpulan
data saat pandemic sedang
memuncak
Pengumpulan data
yang tidak tepat waktu
dari polindes
METHOD
MAN
MATERIAL
ENVIRONMENT
METHOD
NO IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
1 2 3 4
1 Incidence Rate (IR) DBD 1. Masyarakat belum sepenuhnya sadar dan 1. Penyuluhan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, baik
masih diatas 49/100.000 bertanggungjawab akan kebersihan lingkungan di tatanan rumah tangga, lingkup Rt dan lingkup Rw
penduduk nya masing-masing 2. Penyuluhan terkait tatacara PSN serempak dalam rangka
2. Masyarakat belum sepenuhnya faham terkait mencegah timbulnya penyakit DBD
pelaksanaan PSN 3M+ 3. Edukasi tentang pelaksanaan fogging yang benar
3. Kesalahan teknis pelaksanaan fogging ataupun 4. Membuat Gerakan wajib PSN Serempak 1 minggu 1 kali
saat PSN Serempak
4. Mindset masyarakat yang masih menganggap
bahwa pencegahan DBD adalah fogging bukan
PSN
2 Kelengkapan dan Kurangnya tenaga surveilans saat pandemic Ditambahkan tenaga bantuan untuk pengolahan data
Ketepatan Laporan W2 < sedang memuncak sehingga proses pengumpulan
100% (81%) data terhambat
3 Penemuan Kasus AFP < 1. Masyarakat belum sepenuhnya faham ap aitu 1. Penyuluhan terkait penyakit AFP/Lumpuh Layuh kepada
100% AFP/Lumpuh Layuh masyarakat
2. Kurangnya pemahaman kader kesehatan dan 2. Tingkatkan korrdinasi dengan lintas sector dalam
aparat pemangku kebijakan wilayah terkait penemuan kasus AFP
pelaporan kasus AFP
3. Teknik dan tempat pemeriksaan sampel terduga
AFP masih belum terjangkau
Lampiran 3