You are on page 1of 13

Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

PENGARUH TOPOGRAFI LAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS


KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. DHARMA INTISAWIT
NUGRAHA MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR
THE EFFECT OF LAND TOPOGRAPHY ON OIL PALM PRODUCTIVITY (Elaeis
guineensis Jacq.) IN PT. DHARMA INTISAWIT NUGRAHA MUARA WAHAU
KUTAI TIMUR DISTRICT

Humairo Aziza1*, Sri Ngapiyatun1, Muhammad Arifin1, Wartomo1, Rusli Anwar1


1
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Kampus Gunung Panjang, Jl. Samratulangi,
Samarinda, Indonesia
*elo.pascaunmul@gmail.com
ABSTRACT

Oil palm is one of the potential commodities whose cultivation trend began in 2003 in East
Kalimantan which has the characteristics of hilly land. Oil palm itself is preferable to grow at an
altitude of 400 m asl with a slope of up to 23% or at 12°.Therefore, this research is motivated to
determine the yield of oil palm plantations in certain land slope classifications. The study was
conducted on 2 afdeling which have different land classifications with an area of ± 14,000 ha.Then
for comparison, it was taken through production data in 2019 with 2 treatments and 12 replications,
which were processed using Analysis Of Variance (ANOVA) Two Way Anova. Primary data were
obtained through field observations, as well as soil sampling, which were analyzed directly for soil
physical properties and laboratory for chemical properties including pH H O, Nitrogen (N),
2

Phosphorus (P), Potassium (K) and Magnesium (Mg.). The results of the research on the effect of
slope on oil palm production by various methods indicate that the land slope factor does not have a
significant effect on oil palm productivity.

Keywords : land classification, oil palm, productivity

PENDAHULUAN Pada tahun 2009, produksi minyak


sawit Indonesia mencapai 20,6 juta ton,
Pengembangan perkebunan diikuti oleh Malaysia pada urutan kedua
kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak dengan produksi 17,57 juta ton. Pada
tahun 1970 dan mengalami tahun 2014, menurut data Kementerian
perkembangan pertumbuhan yang Pertanian, jumlah total produksi minyak
cukup cepat terutama periode tahun kelapa sawit Indonesia mencapai 31,5
1980-an. Pada tahun 1980 areal kelapa juta dengan 21,5 juta ton di ekspor ke
sawit hanya seluas 294.000 hektar dan luar negeri. Sebagian besar hasil
terus meningkat dengan pesat sehingga produksi minyak sawit di Indonesia
pada tahun 2009 mencapai 7,32 juta merupakan komoditi ekspor. Pangsa
hektar, dengan rincian 47,81% berupa ekspor kelapa sawit hingga tahun 2014
Perkebunan Besar Swasta (PBS), mencapai 80% dari total produksi.
43,76% Perkebunan Rakyat (PR), dan Kalimantan Timur dengan luas
8,43% Perkebunan Besar Negara wilayah daratan hampir 20 juta hektar
(PBN). Dengan luas areal yang ada, memiliki lahan yang potensial untuk
Indonesia merupakan negara produsen dijadikan perkebunan kelapa sawit
minyak sawit terbesar di dunia. mencapai 4,7 juta hektar, merupakan

45
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

terbesar kedua setelah Papua. semakin curam dan semakin panjang


Pemerintah daerah telah menetapkan akan meningkatkan kecepatan aliran
kelapa sawit sebagai salah satu komoditi permukaan dan volume air permukaan
unggulan perkebunan Kalimantan Timur semakin besar, sehingga benda yang
dimana program 1 juta hektar kelapa bisa diangkut akan lebih banyak
sawit telah dicanangkan selama 15 (Martono, 2004). Salah satu upaya untuk
tahun mulai tahun 2003 hingga 2018 mengurangi tingkat bahaya erosi pada
dengan realisasi lahan sampai dengan kemiringan lahan dengan cara
tahun 2007 seluas 293.953 hektar. pembuatan teras (Kartasapoetra &
Sehingga berdasarkan sisa waktu dan Sutedjo, 1987).
luasan yang harus dicapai diperlukan Provinsi ini mempunyai topografi
percepatan sekitar rata-rata 59.258 bergelombang dari kemiringan landai
hektar setiap tahun. sampai curam, dengan ketinggian
Di daerah tropis secara umum berkisar antara 0-1500 meter di atas
dicirikan oleh keadaan iklim yang hampir permukaan laut dengan kemiringan
seragam. Namun dengan adanya antara 0-60 persen. Daerah dataran
perbedaan geografis seperti perbedaan rendah pada umunya dijumpai pada
ketinggian tempat di atas permukaan kawasan sepanjang sungai. Sedangkan
laut (dpl) akan menimbulkan perbedaan daerah perbukitan dan pegunungan
cuaca dan iklim secara keseluruhan memiliki ketinggian rata-rata lebih dari
pada tempat tersebut, terutama suhu, 1000 m dpl dengan kemiringan 30
kelembaban dan curah hujan. Unsur- persen (Anonim, 2014).
unsur cuaca dan iklim tersebut banyak Kondisi topografi tersebut sangat
dikendalikan oleh letak lintang, berpengaruh terhadap peluang budidaya
ketinggian, jarak dari laut, topografi, suatu jenis komoditi, potensi dan
jenis tanah dan vegetasi. Pada dataran persediaan air, dinamika hidrologi dan
rendah ditandai oleh suhu lingkungan, kerentanan terhadap erosi. Dilihat dari
tekanan udara dan oksigen yang tinggi. topografi, sebagian besar atau 43,35
Sedangkan dataran tinggi banyak persen wilayah daratan termasuk dalam
mempengaruhi penurunan tekanan kemiringan diatas 40 persen dan 43,22
udara dan suhu udara serta peningkatan persen terletak pada ketinggian 100-
curah hujan. Laju penurunan suhu akibat 1000 m dpl, sehingga pemanfaatan
ketinggian memiliki variasi yang lahan di Provinsi Kalimantan Timur
berbeda-beda untuk setiap tempat harus memperhatikan karakteristik lahan
(Sangadji, 2001). tersebut.
Rata-rata penurunan suhu udara Berdasarkan uraian di atas maka
di Indonesia sekitar 0,5-0,6°C tiap rumusan permasalahannya yaitu:
kenaikan 100 meter (Handoko, 1995). apakah ada pengaruh karakteristik lahan
Kemiringan lereng merupakan faktor terhadap perbedaan hasil berat maupun
yang perlu diperhatikan, sejak dari jumlah pada produksi kelapa sawit,
penyiapan lahan pertanian, usaha apakah ada pengaruh karakteristik lahan
penanamannya, pengambilan produk- terhadap hasil produktivitas kelapa sawit
produk serta pengawetan lahan. Lahan dan bagaimana tingkat keeratan antara
yang mempunyai kemiringan dapat lebih produktivitas dan karakteristik lahan.
mudah terganggu atau rusak, lebih-lebih Penelitian ini hanya terfokus pada
bila derajat kemiringannya besar. Tanah pengaruh tingkat karakteristik lahan
yang mempunyai kemiringan >15% tertentu terhadap produktivitas kelapa
dengan curah hujan yang tinggi dapat sawit serta pengaruh karakteristik
mengakibatkan longsor tanah terhadap kesuburan lahan dengan
(Kartasapoetra,1990). Lereng yang kedalaman 0-60 cm.

46
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

Tujuan penelitian ini adalah untuk sampling dilakukan pada 2 afdeling


mengetahui pengaruh karakteristik lahan dan tingkat kemiringan bervariasi.
terhadap perbedaan hasil berat maupun 3. Observasi
jumlah pada produksi kelapa sawit, Observasi adalah metode
mengetahui pengaruh karakteristik lahan pengumpulan data melalui
terhadap hasil produktivitas kelapa sawit pengamatan langsung atau
dan menganalisa hubungan tingkat peninjauan secara cermat dan
keeratan antara produktivitas dan langsung di lapangan atau lokasi
karakteristik lahan. penelitian. Dalam hal ini, peneliti
dengan berpedoman kepada desain
METODOLOGI penelitiannya perlu mengunjungi
Tempat dan Waktu Penelitian lokasi penelitian untuk mengamati
Pelaksanaan penelitian dilakukan langsung berbagai hal atau kondisi
di lahan perkebunan milik perusahaan yang ada di lapangan.
PT. Dharma Intisawit Nugraha Long 4. Analisis Peta
Kejiak II Estate Kecamatan Muara Peta lokasi diperlukan guna
Wahau Kabupaten Kutai Timur. Jangka menunjukan posisi dan lokasi
waktu yang dibutuhkan dari seluruh penelitian serta untuk mengetahui
pelaksanaan penelitian mulai dari karakteristik lahan yang ada pada
persiapan hingga pembuatan laporan ± perusahaan.
10-12 bulan. Proses pelaksanaan 5. Analisis Sampling
penelitian mulai dari tahap persiapan Sampel tanah yang dianalisis di
dimulai pada tanggal 1 April 2019. laboratorium meliputi unsur kimia
tanah yang selanjutnya
Alat dan Bahan diinterpretasi menjadi karakteristik
Alat yang digunakan dalam kesuburan tanah.
penelitiaan adalah klinometer, roll
Prosedur Penelitian
meter, soil sampler, kayu penumbuk,
plastik sampel, kamera dokumentasi, 1. Persiapan
dan ATK. Sedangkan bahan yang Ada beberapa tahapan persiapan
digunakan adalah sampel tanah, dan sebelum melakukan penelitian
sampel kelapa sawit. antara lain:
a. Persiapan administrasi
Metode Pengambilan Data Pengurusan surat perihal
1. Studi Literatur perijinan melakukan penelitian di
Mencari referensi teori yang suatu tempat/perusahaan.
relevan dengan kasus atau b. Persiapan mekanisme
permasalahan yang ditemukan. Persiapan mekanisme adalah
Data sekunder dikumpulkan dengan persiapan berupa alat dan bahan
metode penelusuran literatur dan yang dibutuhkan selama
data lain yang dibutuhkan. melaksanakan penelitian, agar
2. Survei Lapangan proses pengambilan data dapat
Survei lapangan dilakukan berjalan dengan baik.
untuk mendapatkan data primer c. Persiapan lapangan
seperti karakteristik kesuburan 1) Menentukan plot penelitian
tanah, tingkat kelerengan dan berdasarkan informasi lokasi
perlakuan konservasi yang yang sesuai dengan
dilakukan perusahaan. Pengambilan karakteristik pengamatan
pada perusahaan dengan

47
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

melihat peta lokasi yang 2. Perlakuan


dimiliki perusahaan. Penelitian ini terdiri dari 2 perlakuan
2) Menentukan 2 lokasi yang yaitu:
memiliki klasifikasi a. Perlakuan yang diberikan
karakteristik lahan tertentu. terhadap klasifikasi lahan datar.
3) Melakukan observasi pada b. Perlakuan yang diberikan
lokasi yang telah ditentukan. terhadap klasifikasi lahan
d. Plot penelitian perbukitan.
Penentuan plot penelitian diambil 3. Rancangan
pada 2 afdeling dengan Pola penelitian yang digunakan
klasifikasi lahan datar dan adalah percobaan rancangan acak
berbukit. lengkap kepada 2 perlakuan yang
e. Penentuan sampel telah disebutkan. Ulangan yang
Sampel diambil dari data rata- digunakan adalah data rata-rata
rata produksi ton/ha dan produksi ton/ha dan janjang/pokok
janjang/pokok pada 2 afdeling selama 12 bulan yang ada pada
tahun 2019. perusahaan.
f. Pengambilan data
1) Menghitung berat tandan Analisis data
rata-rata ton/ha. Data yang diperoleh merupakan
2) Menghitung jumlah tandan data primer dan sekunder yang didapat
rata-rata janjang/pokok. secara langsung baik melalui
3) Mengambil data faktor yang pengamatan secara langsung, di
mempengaruhi produktivitas lapangan maupun di laboratorium. Data
kelapa sawit sebagai yang diperoleh selanjutnya dianalisis
pendukung penelitian yang secara deskriptif dan kuantitatif dengan
meliputi: perhitungan rataan dan perhitungan
a) Sampel tanah pada matematika sederhana lainnya.
setiap plot penelitian Selanjutnya, dilakukan analisis data
dengan kedalaman 0- 60 menggunakan pendekatan rancangan
cm, dengan menganalisa acak lengkap dengan metode Two Way
unsur hara makro pH H20, Annova dan berbagai tahapannya
Nitrogen, Phosfor, Kalium dengan rumus sebagai berikut :
dan Magnesium sebagai
indikator kesuburan 1. Model Linear RAL Faktoral
tanah.
b) Mengamati perlakuan Yijk   i  j  ()ij ijk
pemberian pupuk kimia
c) Mengamati perlakuan Keterangan :
land application. Yijk = Hasil pengamatan
d) Mengamati intensitas untuk faktor A ke-i, faktor B ke-j,
curah hujan. pada
e) Mengamati vegetasi yang ulangan ke-k
ada pada plot penelitian.  = Rataan umum
f) Mengamati tindakan i = Pengaruh faktor A ke-i
konservasi di sekitar plot j = Pengaruh faktor B ke-j
penelitian. ()ij = Interaksi antara A dan
g) Mengamati potensial B pada faktor A ke-i, faktor B ke-j
genetis.

48
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

ijk = Galat percobaan untuk a. Keadaan fisika tanah meliputi


faktor A level ke-i, faktor B level ke-j kelerengan serta perlakuan
pada ulangan/ konservasi terasering.
kelompok ke-k b. Keadaan kimia tanah meliputi unsur
2. Hipotesis hara makro pH H20, Nitrogen,
a. Uji Normalitas Phosfor, Kalium dan Magnesium.
1) Apabila Sig Hitung < Sig t.s
5%=0,05, maka nilai HASIL DAN PEMBAHASAN
residual standar berdistribusi
normal. Hasil
2) Apabila Sig Hitung > Sig t.s Berdasarkan hasil penelitian yang
5%=0,05, maka nilai telah dilakukan di PT. Dharma Intisawit
residual standar tidak Nugraha Long Kejiak II Estate
berdistribusi normal. Kecamatan Muara Wahau Kabupaten
b. Uji Homogenitas Kutai Timur yang menunjukan bahwa :
1) Apabila Sig Hitung < Sig t.s 1. Topografi Lahan
5%=0,05, maka varian Lahan yang ada pada plot
dikatakan homogen atau penelitian merupakan lahan dataran
sama atau sejenis. dengan persentase sekitar 95% dari
2) Apabila Sig Hitung > Sig t.s keseluruhan luasan yang ada pada
5%=0,05, maka varian lokasi dengan tingkat kemiringan
dikatakan tidak homogen <10° yang selanjutnya disebut
atau tidak sama atau tidak sebagai perlakuan P1, sedangkan
sejenis. untuk lahan perbukitan dengan
c. Uji Two Way Anova persentase sekitar 90% dari
1) Apabila Sig Hitung < Sig t.s keseluruhan luasan yang ada pada
5%=0,05, maka rata-rata lokasi dengan tingkat kelerengan
tidak ada pengaruh yang lahan >20° yang selanjutnya disebut
signifikan. dengan perlakuan P2.
2) Apabila Sig Hitung > Sig t.s 2. Hasil Produksi
5%=0,05, maka rata-rata Hasil rekapitulasi data produksi
ada pengaruh yang kelapa sawit yang ada pada
signifikan. perusahaan selama 1 tahun dapat
Selain analisis data penelitian, dilihat pada tabel berikut :
dilakukan analisis kesuburan tanah
seperti :

Tabel 1. Hasil rekapitulasi data rata-rata produksi tahun 2019

P1 P2
Ulangan
Ton/Ha Jjg/Pkk Ton/Ha Jjg/Pkk
Januari 2.74 1.44 2.91 1.39
Februari 2.08 1.12 2.94 1.45
Maret 2.71 1.26 2.13 1.05
April 2.57 1.15 2.84 1.38
Mei 2.78 1.13 2.73 1.18
Juni 2.21 0.90 2.51 1.12
Juli 1.70 0.70 1.82 0.87
Agustus 2.73 1.03 3.61 1.51

49
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

P1 P2
Ulangan
Ton/Ha Jjg/Pkk Ton/Ha Jjg/Pkk
September 2.96 1.22 2.25 1.08
Oktober 3.66 1.61 2.75 1.36
November 3.35 1.37 2.89 1.31
Desember 3.38 1.85 3.02 1.78
Total 32.88 14.78 32.40 15.48
Rata-rata 2.74 1.23 2.70 1.29
Keterangan :
Perlakuan P1 = klasifikasi lahan datar
Perlakuan P2 = klasifikasi lahan perbukitan

Berdasarkan tabel di atas dapat 3. Pengolahan Data


dilihat bahwa hasil produksi pada Untuk mengetahui lebih lanjut
perlakuan P1 memiliki jumlah pengaruh antara perlakuan P1
produksi tonase per hektar lebih dengan P2 maka dilakukan uji
tinggi dibandingkan dengan Analysis Of Variance (ANOVA).
perlakuan P2, namun untuk Namun sebelumnya harus
produksi jumlah janjang per pokok melakukan uji normalitas nilai
terlihat lebih kecil dibandingkan residual standar seperti pada tabel
dengan perlakuan P2. 2 berikut :

Tabel 2. Uji Normalitas nilai residual standar

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Stat
Statistic df Sig. df Sig.
istic
Standardized
0.9
Residual for 0.109 48 0.200* 48 0.395
75
Hasil

Dalam tabel uji normalitas di normal oleh karena itu uji normalitas
atas, dapat dilihat pada nilai telah terpenuhi. Dengan demikian
signifikan (Sig) yang menunjukan syarat pertama untuk melakukan uji
0.395 lebih besar dari 0.05 maka Two Way Anova dapat dilanjutkan
nilai residual standard berdistribusi seperti pada tabel berikut :

Tabel 3. Data Variabel penelitian

Hasil Kode Value Label N


Data Produksi 1 Ton/Ha 24
2 Jjg/Pkk 24
Karakteristik Lahan 1 Dataran 24
2 Perbukitan 24

Pada tabel ini tampak untuk variabel karakteristik lahan terdapat dataran dan
data produksi terdapat tonase per hektar perbukitan. Sementara untuk hasil rata-
dan janjang/pokok sedangkan untuk rata dan hasil uji homogenitas dapat
dilihat pada tabel 4 berikut ini :

50
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

Tabel 4. Dependent Variabel: Uji Homogenitas

F df1 df2 Sig.


1.691 3 44 0.183

Berdasarkan hasil pengolahan data homogen, sehingga asumsi dalam uji


, diperoleh nilai Sig sebesar 0.183, oleh two way anova terpenuhi.
karena itu nilai Sig lebih basar dari pada Setelah melalui beberapa tahapan
0.05, maka dapat diketahui hasil uji uji, akan diketahui hasil penelitian pada
homogenitas pada tabel di atas bersifat two way anova pada hipotesis yang
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Hipotesis Penelitian

Type III Sum


Source df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected 25.565a 3 8.522 49.054 0.000
Model
Intercept 190.125 1 190.125 1094.434 0.000
Produksi 25.535 1 25.535 146.992 0.000
Karakteristik 0.001 1 0.001 0.006 0.937
Produksi * 0.029 1 0.029 0.164 0.687
Karakteristik
Error 7.644 44 0.174
Total 223.333 48
Corrected 33.209 47
Total

Dasar pengambilan keputusan Pembahasan


dalam uji two way anova, diperoleh nilai 1. Topografi Lahan
Sig sebesar 0.000 lebih kecil dari pada Berdasarkan hasil penelitian
0.05 sehingga dapat diputuskan ada menunjukan bahwa topografi lahan
perbedaan hasil produksi berat dan mempengaruhi adanya perbedaan
jumlah janjang terhadap pengaruh pada hasil produksi tahun 2019
karakteristik lahan. Kemudian diperoleh antara tonase per hektar dengan
nilai Sig sebesar 0.937 lebih besar dari jumlah janjangan per pokok, namun
pada 0.05 sehingga dapat diputuskan hasil produksi yang disebabkan oleh
bahwa tidak ada pengaruh signifikan topografi lahan tidak berpengaruh
terhadap hasil produksi berat dan signifikan. Kemudian tidak ada
jumlah janjang pada topografi lahan dan interaksi antara karakteristik lahan
diperoleh nilai Sig sebesar 0.687 lebih datar dengan perbukitan terhadap
besar dari pada 0.05, maka dapat hasil produktivitas kelapa sawit tahun
diputuskan bahwa tidak ada interaksi 2019.
pada karakteristik lahan datar dengan 2. Hasil Produksi
perbukitan terhadap menentukan hasil Dari hasil pengumpulan data
produksi. produksi kelapa sawit tahun 2019
dapat di lihat pada gambar 1 berikut
ini :

51
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

Gambar 1. Grafik rata-rata produksi tonase per hektar tahun 2019

Dari grafik produksi ton/ha di atas perbukitan dinilai lebih stabil dari bulan
dapat dilihat bahwa hasil produksi pada Januari sampai dengan bulan Juni
lahan dengan karakteristik dataran, hasil berkisar antara 2.13 sampai dengan
produksi pada bulan Januari sampai 2.94 ton/ha. Untuk hasil produksi
dengan bulan Juni berkisar antara 2.08 tertinggi pada lahan dengan karakteristik
sampai dengan 2.78 ton/ha, kemudian perbukitan terjadi pada bulan Agustus
pada bulan Juli sampai dengan bulan yakni mencapai 3.61 ton/ha dan
Oktober berangsur naik. Untuk hasil kemudian mengalami penurunan hasil
produksi tertinggi pada lahan dengan produksi pada bulan September menjadi
karakteristik dataran terjadi pada bulan 2.25 ton/ha. Untuk hasil produksi jumlah
Oktober yakni mencapai 3.66 ton/ha. janjang per pokok tahun 2019 dapat
Sedangkan untuk karakteristik lahan dilihat pada gambar 2 berikut ini :

Gambar 2. Grafik rata-rata produksi janjang per pokok tahun 2019

52
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

Dari grafik produksi jjg/pkk di atas a. Intensitas matahari merupakan


dapat dilihat bahwa kedua perlakuan faktor penting dalam metabolisme
terjadi penurunan produksi dari bulan tanaman yang mempunyai hijau
Januari hingga bulan Juli, kemudian daun, karena dapat dikatakan
pada karakteristik lahan dataran terjadi bahwa produksi tanaman
kenaikan pada bulan Agustus dan dipengaruhi oleh ketersediaan sinar
produksi tertinggi terjadi pada bulan matahari. Pengaruh penyinaran
Desember yakni mencapai 1.85 jjg/pkk. matahari yang terjadi pada P1
Sementara itu produksi pada lahan dapat dikatakan merata karena
dengan karakteristik perbukitan kondisi lahan yang benar-benar
mengalami ketidakstabilan produksi dataran dibandingkan P2 yang
pada bulan Agustus hingga bulan karakteristik lahannya naik dan
November, sedangkan untuk hasil turun sehingga terdapat persaingan
produksi tertinggi terjadi pada bulan untuk mendapatkan sinar matahari
Desember. antar pokok tanaman kelapa sawit
Telah diketahui bahwa ada yang posisinya berada di bawah,
perbedaan antara berat (ton/ha) dengan yang menyebabkan konsentrasi
jumlah (jjg/pkk) namun topografi yang pertumbuhan lebih ke arah
ada tidak berpengaruh signifikan peninggian pokok, oleh karena itu
terhadap hasil produksi keseluruhan jumlah produksi janjang yang
serta tidak ada interaksi antara topografi dihasilkan lebih tinggi namun
lahan dengan produksi. beratnya lebih rendah dibandingkan
Dari hasil analisa data di atas, dengan P1 yang intensitas
diasumsikan penyebab dan dipengaruhi mataharinya lebih merata. Menurut
oleh beberapa faktor yaitu : Parman (2010) intensitas cahaya
1. Faktor lingkungan matahari yang berbeda akan
Faktor lingkungan sangat menyebabkan terjadinya perbedaan
mempengaruhi pertumbuhan dan pada parameter pertumbuhan yang
produksi tanaman (Mcilory 1976). Dari berbeda pula pada tanaman.
hasil pengamatan, observasi di b. Curah hujan. Dari hasil
lapangan dan pengumpulan data dari pengumpulan data curah hujan
berbagai pihak yang bersangkutan, pada tahun 2019 dapat dilihat pada
penulis meyakini dan dapat diasumsikan tabel berikut :
penyebab terhadap hasil penelitian ini
yakni :

Tabel 6. Data curah hujan tahun 2019

P1 P2
Bulan
CH (mm) HH CH (mm) HH
Januari 34 2 6 2
Februari 70 2 103 4
Maret 194 13 233 12
April 199 15 302 16
Mei 252 14 358 15
Juni 139 7 70 6
Juli 93 6 59 6
Agustus 62 4 12 4
September 33 5 25 5

53
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

P1 P2
Bulan
CH (mm) HH CH (mm) HH
Oktober 138 11 62 9
November 159 9 174 10
Desember 120 10 120 10
Rata-rata 124 8 127 8
Total 2019 1493 98 1524 99
Keterangan:
CH = Curah hujan
HH = Hari hujan

Dari tabel data curah hujan di atas terbawa oleh arus air. Menurut
dapat kita lihat bahwa curah hujan Triadi (2002), drainase adalah
pada kedua perlakuan baik P1 suatu usaha untuk menyalurkan
maupun P2 tidak ada perbedaan dan mengeringkan sejumlah
yang signifikan, melihat total curah kelebihan air dari suatu wilayah ke
hujan (CH) pada perlakuan P1 wilayah lain, sehingga didapat
sebesar 1493 mm dengan rata-rata suatu lingkungan yang kering di
124 mm kemudian total hari hujan wilayah tersebut.
(HH) sebanyak 98 hari, dan pada d. Kesuburan lahan. Kesuburan
perlakuan P2 total curah hujan (CH) tanah adalah kemampuan atau
sebesar 1524 mm dengan rata-rata kualitas suatu tanah menyediakan
127 mm kemudian total hari hujan unsur hara tanaman dalam jumlah
(HH) sebanyak 99 hari, hal ini yang mencukupi kebutuhan
menandakan bahwa hujan yang tanaman, dalam bentuk senyawa-
terjadi merata, sehingga tidak senyawa yang dapat
menyebabkan perbedaan jumlah dimanfaatkan tanaman dan dalam
produktivitas kelapa sawit yang perimbangan yang sesuai untuk
signifikan. Menurut Hartanto (2011) pertumbuhan tanaman tertentu
tanaman kelapa sawit menghendaki dengan didukung oleh faktor
curah hujan 1.500-4.000 mm per pertumbuhan lainnya (Rosmarkam
tahun, tetapi curah hujan optimal dan Yuwono, 2002).
adalah 2.000-3.000 mm per tahun, 2. Faktor perlakuan
dengan jumlah hari hujan tidak lebih Untuk mendapatkan hasil
dari 180 hari per tahun. produksi yang maksimal maka
c. Drainase. Pada perlakuan P1 diberikan perlakuan dengan optimal.
dengan lahan yang datar Ada beberapa perlakuan yang
berpotensi mendapatkan hasil diberikan pada tanaman kelapa sawit
produksi yang maksimal, hanya yang ada pada lokasi penelitian
saja pada drainase yang ada di yakni :
lokasi perlakuan P1 dengan lahan a. Pemupukan
yang datar tidak berfungsi normal, Menurut Farasati (2018)
sehingga pada saat intensitas pemupukan merupakan upaya
hujan yang tinggi, lokasi tersebut penambahan unsur hara
riskan terjadinya genangan air esensial dari luar, baik dalam
yang disebabkan meluapnya bentuk kimia dan organik.
aliran drainase yang tidak dapat Pemupukan yang diberikan pada
menampung debit air yang besar, pokok sawit yang ada pada
hal ini berimbas pada pemupukan lokasi penelitian terbagi menjadi
yang telah diberikan, hanyut 2 jenis yakni :

54
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

1) Pengaplikasian pupuk kimia yang telah dijelaskan


yang mengandung unsur sebelumnya. Maka dari itu
Nitrogen, Kalium, Phosfor, produktivitas yang dihasilkan
Boron dan juga Magnesium. tidak signifikan.
2) Land Application atau b. Konservasi
aplikasi tanah berupa Perlakuan konservasi yang
pemanfaatan limbah hasil diberikan dalam hal ini adalah
pengolahan pabrik kelapa terasering yang sebagian besar
sawit (PKS) seperti janjang diaplikasikan pada perlakuan P2
kosong dan limbah cair yang yang memiliki karakteristik
diasumsikan dapat kelerengan >30 derajat.
menyuburkan dan Terasering sendiri dalam konsep
memberikan nutrisi awal untuk menjaga dan
tambahan pada tanaman meningkatkan kestabilan lereng,
kelapa sawit dengan unsur- memperbanyak resapan air,
unsur yang terkandung mengurangi run off atau
adalah Nitrogen, Kalium dan kecepatan aliran air yang akan
Phosfor. menyebabkan erosi pada
kelerengan. Hal ini juga berperan
Pengaplikasian di atas, sebagai pendukung peningkatan
diberikan secara merata pada hasil produksi. Menurut Arsyad
setiap tanaman, dengan dosis (2006), konservasi tanah adalah
yang telah direkomendasikan suatu upaya penggunaan tanah
oleh tim riset dari perusahaan yang terdapat di permukaan
sesuai dengan kebutuhan bumi untuk keperluan atau
tanaman. Pada land application kebutuhan manusia secara
yang diberikan kepaada efisien dan memenuhi kebutuhan
perlakuan P1 berupa janjang lingkungan.
kosong, sementara pada 3. Faktor genetik
perlakuan P2 sebagian besar Gen merupakan substansi
disalurkan limbah cair pada pembawa sifat yang diturunkan dari
flatbed dan sebagiannya lagi induk ke generasi selanjutnya. Gen
diaplikasikan janjang kosong. mempengaruhi ciri dan sifat makhluk
Terkhusus pada perlakuan P1 hidup dimana pada tanaman
pengaplikasian pupuk kimia mempengaruhi bentuk tubuh, hasil
dilakukan secara mekanis produksi dan lain-lain yang berkaitan
berlawanan dengan perlakuan dengan genetik. Berikut adalah tabel
P2 yang dilakukan secara produsen pemuliaan tanaman kelapa
manual. Hal ini berkaitan pada sawit.
bagian drainase sebagaimana

Tabel 7. Produsen penyedia bibit

Produsen bibit P1 P2 Total


Socfindo 13 17 30
Lonsum 7 1 8
Total 20 18 38

Pada tabel di atas dapat dilihat bibit bersertifikat, namun dari 2


bahwa bibit yang ditanam merupakan perusahaan yang berbeda. Hal ini

55
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

diduga menjadi penyebab jumlah DAFTAR PUSTAKA


produksi tonase per hektar dan
janjang per pokok ada perbedaan Anonim. (2014). Sekilas Kalimantan
namun tidak signifikan. Gen Timur. Diakses pada tanggal 15
merupakan substansi pembawa sifat Agustus 2019, dari:
yang diturunkan dari induk ke https://kaltimprov.go.id/halaman/kon
generasi selanjutnya. Gen disi-wilayah
mempengaruhi ciri dan sifat makhluk Anonim. (2017). Faktor-faktor yang
hidup dimana pada tanaman Mempengaruhi Pertumbuhan dan
mempengaruhi bentuk tubuh, warna Perkembangan Tanaman. Diakses
bunga, dan rasa buah. Gen juga pada tanggal 22 September 2020,
menentukan kemampuan dari:
metabolisme sehingga sangat https://www.pioneer.com/web/site/in
mempengaruhi pertumbuhan dan donesia/Faktor-Faktor-yang-
perkembangan tanaman tersebut Mempengaruhi-Pertumbuhan-dan-
(Anonim, 2017). Perkembangan-Tanaman
Arsyad, S. (2006). Konservasi Tanah dan
KESIMPULAN Air. Bogor (ID): IPB Press.
Farasati, R. (2018). Pemupukan
Dari penelitian ini dapat Berimbang Kunci Menjaga
disimpulkan bahwa pengaruh karakteristik Kesuburan Tanah. Diakses pada
lahan menyebabkan adanya perbedaan tanggal 22 September 2020, dari:
hasil produksi bobot (ton/ha) dengan https://agrodite.com/wp-
jumlah (jjg/pkk) namun tidak signifikan content/uploads/2018/11/Pemupuka
terhadap hasil produksi keduanya serta n-berimbang-kunci-menjaga-
tidak ada interaksi antara pengaruh kesuburan-tanah
karakterisik lahan sesuai dengan yang Handoko. (1995). Klimatologi Dasar:
telah diklasifikasikan. Hal ini dapat terjadi Landasan Pemahaman Fisika
diduga berkaitan erat dengan lingkungan Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim.
tumbuh, perlakuan yang diberikan Bogor (ID): IPB Press.
kemudian sifat genetik yang ada pada Hartanto. (2011), Sukses Besar Budidaya
tanaman kelapa sawit. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit
Perlu adanya penelitian lanjutan Citra Media Publishing.
untuk merekomendasikan kepada Kartasapoetra, A. G. (1990). Kerusakan
perusahaan atau pengusahawan yang Tanah Pertanian dan Usaha Untuk
bergerak di bidang perkebunan kelapa Merehabilitasinya. Jakarta: Bina
sawit untuk mempertimbangkan Aksara.
karakteristik lahan, agar mempermudah Kartasapoetra, A. G., dan M. M. Sutedjo.
pelaku usaha untuk mendapatkan hasil (1987). Teknologi Konservasi
produksi tinggi, sebab lahan dengan Tanah dan Air. Jakarta: Bina
klasifikasi datar mendapat nilai tambah Aksara.
dibandingkan dengan lahan lereng, hal ini Triadi, L. Budi. (2002). Pengelolaan
dilihat pada proses pertumbuhan Sistim Tata Air Lahan Rendah.
tanaman kelapa sawit yang lebih ideal Prosiding Peringatan Hari Air
dan rata dari segi ketinggian pokok dan Sedunia 2002 dan Forum Air
diameter pokok. Untuk selanjutnya Indonesia II, Pekanbaru.
diperlukan riset lebih lanjut dan Martono. (2004). Pengaruh Intensitas
mendalam pada karakteristik lahan guna Hujan dan Kemiringan Lereng
mengoptimalkan lahan yang ada. Terhadap Laju Kehilangan Tanah

56
Jurnal Agriment 6(1):45-57, 2021

Pada Tanah Regosol Kelabu. Tesis.


Universitas Diponegoro, Semarang.
Mcilory, R. J. (1976). Pengantar Budidaya
Padang Rumput Tropika. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Parman, (2010). Pengaruh Intensitas
Cahaya Terhadap Produksi Umbi
Tanaman Lobak (Raphanus sativus
L). Jurnal Buletin Anatomi dan
Fisiologi, 18 (2) : 29
Rosmarkam A, dan Yuwono N.W. (2002).
Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:
Kanisius.
Sangadji, S. (2001). Pengaruh Iklim
Tropis di Dua Ketinggian Tempat
yang Berbeda Terhadap Potensi
Hasil Tanaman Soba (Fagopyrum
esculentum Moench.). Tesis. IPB,
Bogor.

57

You might also like