You are on page 1of 10

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

AKHLAK MULIA
Dosen Pengampu : Drs. Lukman, SS, M.Pd

Kelompok 7
Nama :
1. Muhammad Al Fares (P05160021057)
2. Muhammad Dzaki Danuarta (P05160021056)
3. Mutia Allia Lestari (P05160021058)
Prodi : D III Sanitasi Lokal B

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
2021
Alamat : Jl. Indragiri Pd. Harapan No.3, Padang Harapan, Kec. Gading
Cemp., Kota Bengkulu, Bengkulu 38225
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, rasa syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Akhlak Mulia”.
Adapun makalah yang telah dibuat ini, kami mengusahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari makalah yang berjudul
“Akhlak Mulia” ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca kami
tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Bengkulu, 26 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................…..........….................................. i

DAFTAR ISI…………........................…..........….............................….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................…..........…...............................1

1.2 Rumusan Masalah ...................…..........…...................……....1

1.3 Tujuan ..............................................…..........…....................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak .......................…..........…..........................2

2.2 Manfaat mempelajari akhlak ....................................................3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................…..........…........................................4

3.2 Daftar Pustaka ...............…..........…............................................5

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama islam. Akhlak yang baik akan
menitik beratkan timbangan kebaikan seseorang pada hari kiamat. Menurut keterangan
Abdulloh Ibnu Umar, orang yang paling dicintai dan yang paling dekat dengan Rasulullah
saw pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya.

Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup beribadah
dan bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang senantiasa salah, sesat
dan menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang diberikan dan dibekali oleh
Allah SWT akal dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu kesinambungan akal dan nafsu
disertai dengan hati yang bersih menjadikan manusia mendapatkan derajat yang tinggi dari
malaikat.

Kalau kita lihat sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat temukan
referensi-referensi tentang bejat dan tercelanya sifat para kaum kaum jahiliyah yang tidak
mempunyai peradaban yang murni mereka hanya mengumbar nafsu tanpa mementingkan
etika yang baik dan mulia. Ini semua dikarenakan tidak adanya aturan dalam hidup, oleh
sebab itu Allah SWT mengutus seorang Nabi yang merupakan nabi dan rasul terakhir yang
diutus hingga akhir zaman untuk menyempurnakan akhlah dimuka bumi ini terkhusus bagi
bangsa arab sendiri. Maka nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan dan
memaksimalkan akhlak baik di dunia ini, karena dengan akhlak baiklah maka kan berbuah
syurga yang dinanti.

Maka dengan adanya pengutusan nabi dan rasul terakhir ini terbukti adanya
perubahan yang sangat signifikan yang merubah zaman, dari zaman kegelapan menjadi
zaman terang benderang. Keadaan ini pun berlangsung sangat lama karena pengaruh nabi
Muhammad sangat begitu terasa.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa itu akhlak ?
2) Apa manfaat dari mempelajari akhlak ?

1.3 Tujuan
1) Ingin Mengetahui pengertian akhlak
2) Ingin Mengetahui manfaat mempelajari akhlak

1
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Akhlak


Akhlak adalah istilah berbentuk jamak (plural) yang berasal dari kata bahasa Arab
khuluq. Maknanya ‘adat kebiasaan, perangai, tabiat, watak, adab, agama, sifat semula jadi,
marwah, gambaran batin, dan atau budi pekerti’. Menurut Muhammad Alfan (2011:21),
akhlak dalam bahasa Arab mencakup empat konsep: (1) sajiyyah ‘perangai’, (2) mur’uah
‘budi’, (3) thab’in ‘tabiat’, dan (4) adab ‘sopan santun’. Akhlak mencakup dua ranah: ranah
ilmu dan ranah terapan.

Sebagai ilmu, akhlak merupakan bagian dari filsafat moral atau etika. Walaupun
begitu, etika umum atau tepatnya etika yang bersumber dari Barat tak mengenal konsep
akhlak. Akhlak adalah konsep yang khas dan hanya satu-satunya ada dalam etika Islam.
Akhlak, berdasarkan etika Islam, dibentuk oleh rukun iman dan rukun Islam melalui proses
ihsan, ikhlas, dan takwa. Sebaliknya, etika umum (Barat) hanya sekadar berdasarkan akal
pikiran.

Prof. Ahmad Amin, guru besar Universitas Al-Mishriyah, Kairo, Mesir (2012:2)
mendefinisikan akhlak sebagai ilmu yang menjelaskan makna baik dan buruk, bagaimana
seharusnya berinteraksi dengan sesama manusia, dan sasaran yang hendak diperoleh dalam
segala aktivitas. Ilmu ini yang akan menerangi jalan untuk suatu perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia. Perbuatan yang menjadi objek ilmu akhlak adalah perbuatan yang
disengaja atau yang dilakukan secara sadar.

Dalam ranah terapan (pelaksanaan dalam hidup), akhlak berhubung dengan kualitas
baik atau buruk tentang perkataan, perbuatan, tingkah laku, perangai, dan tabiat manusia.
Acuan yang menjadi dasar adalah nilai-nilai baik dan buruk menurut ajaran Islam dan nilai-
nilai budaya suatu masyarakat yang bersumberkan nilai-nilai Islam.

Sebagai sebuah kata, akhlak dalam bahasa Arab seakar dengan kata makhluk yang
berarti ‘yang diciptakan’ dan Khalik yang bermakna ‘Yang Menciptakan’. Dengan
demikian, konsep akhlak berkaitan dengan perhubungan antara makhluk dengan Sang
Pencipta yakni Allah Swt. Dengan demikian, buruk-baik perkataan, perbuatan, kelakuan,
perangai, dan tabiat manusia harus dipulangkan kepada hukum Allah, Tuhan Yang Maha
Esa.

2
Banyak definisi yang dibuat oleh para sarjana tentang akhlak ini. Ahmad Amin
mengatakan bahwa akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Maksudnya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu atau menyebabkan sesuatu itu menjadi kebiasaan, maka kebiasaan itu
dinamakan akhlak.

Akhlak, kata Imam Al-Ghazali pula, adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan yang senang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan. Muhammad bin ‘Iaan Shidieqy mengatakan bahwa akhlak adalah suatu
pembawaan dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik dengan cara yang
mudah, tanpa dorongan dari orang lain.

Menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang
tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang manusia dapat
menilai perbuatannya baik atau buruk, yang pada gilirannya dapat memilih untuk
melakukannya atau meninggalkannya. Abu Bakar Jabir al-Jazairy pula mendefinisikan
akhlak sebagai bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia yang menimbulkan
perbuatan baik dan buruk atau terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja.

Karena akhlak berkenaan dengan tingkah laku, tindakan, dan perbuatan manusia;
kesemuanya itu harus sesuai dengan petunjuk atau pedoman yang diberikan oleh Allah
kepada manusia. Pedoman itu tak hanya dalam perhubungan antara manusia sebagai
makhluk dengan Allah sebagai Khalik saja, tetapi juga perhubungan manusia dengan
sesama manusia, makhluk selain manusia, dan lingkungan alam sekitar. Jika dalam semua
perhubungan itu seseorang manusia mengikuti petunjuk Ilahi, maka dia telah menampilkan
akhlak yang mulia.

2
2.2 Manfaat Mempelajari Akhlak

Akhlak yang baik dari setiap manusia sangat diharapkan oleh semua orang. Setiap
keluarga pasti mengharapkan agar anggota keluarganya memiliki akhlak yang baik. Setiap
kelompok masyarakat bahkan negara juga sangat mengharapkan warganya memiliki akhlak
yang mulia, sebab dengan akhlak yang mulia ini masing-masing anggota masyarakat atau
warga negara akan dapat merasa hidup nyaman dan tentram, terhindar dari perasaan
terganggu dan terancam. Mengingat kebutuhan masyarakat akan pentingnya perilaku
akhlak yang mulia dari para warganya, maka pendidikan akhlak menjadi sesuatu yang
penting bagi manusia.

Ahmad Amin (1983:6) mengatakan bahwa orang yang tidak mempelajari ilmu
akhlak dapat juga memberi hukum baik dan buruk kepada sesuatu dan dapat pula ia
menjadi baik perangainya. Tetapi tentunya hal ini bersifat terbatas, tidak untuk semua aspek
kehidupan karena ia tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk semua perbuatan sesuai
norma-norma hukum. Dan selanjutnya Ahmad Amin mengemukakan bahwa mempelajari
akhlak tidak dapat menjadikan semua manusia baik.

Jika demikan halnya, apa fungsi dan manfaat pelajaran akhlak itu? Tentang fungsi
dan manfaat pelajaran akhlak Ahmad Amin mengemukakan bahwa fungsi dan kedudukan
ilmu akhlak dapat diibaratkan seperti seorang dokter. Dokter dapat menerangkan kepada
pasien akan bahayanya minuman keras dan buruk bekasnya terhadap akal dan tubuh,
kemudian pasien boleh memilih, meninggalkannya agar sehat badanya atau terus
meminumnya, dan dokter tersebut tidak dapat mencegahnya. Seperti inilah juga etika atau
ilmu akhlak tidak dapat menjadikan manusia baik, tetapi dapat membuka matanya untuk
dapat melihat baik dan buruk, maka etika tidak berguna bagi kita, kalau kita tidak
mempunyai kehendak untuk menjalankan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-
larangannya.

Tujuan etika bukan hanya mengetahui pandangan ilmu pengetahuan, bahkan


setengah dari tujuan-tujuannya, ialah mempengaruhi dan mendorong kehendak kita, supaya
membentuk hidup suci dan menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan, dan memberi
faedah kepada sesama manusia. Maka etika itu ialah mendorong kehendak agar berbuat
baik, akan tetapi ia tidak selalu berhasil kalau tidak ditaati oleh kesucian manusia.

3
Aristoteles berkata: Apa yang berhubungan dengan keutamaan tidak cukup dengan
diketahui apakah keutamaan itu? Bahkan harus ditambah dengan melatihnya dan
mengerjakannya, atau mencari jalan lain untuk menjadikan kita orang-orang yang utama
dan baik. Apabila pidato-pidato dan buku-buku itu dengan sendirinya dapat menjadikan
kita orang-orang baik, tentu sebagaimana dikatakan oleh Penyair hendaknya tiap-tiap
manusia mengejar keutamaan dan sanggup membelinya dengan harga yang mahal sekali.
Akan tetapi sayang segala dasar-dasar dalam soal itu hanya dapat dihasilkan dengan
kekuatan kemauan sebagian angkatan muda untuk tetap dalam kebaikan. Dan hati yang
mulia menurut fitrahnya dijadikan kawan bagi keutamaan, dan setia pada janji-janjinya.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa fungsi dan manfaat pelajaran ilmu
akhlak adalah sebagai berikut:

1. Ilmu akhlak dapat memenuhi rasa ingin tahu manusia tentang nilai-nilai kebaikan dan
keburukan.
2. Ilmu akhlak dapat menjadi petunjuk atau memberi arah bagi manusia yang ingin
berbuat baik.
3. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran akhlak dapat menjadi sugesti atau
mendorong jiwa manusia untuk melakukan kebaikan.
4. Ilmu akhlak membahas tentang sifat-sifat jiwa manusia. Hal ini berarti bahwa dengan
menguasai ilmu akhlak secara luas dan mendalam akan dapat mencari dan
menemukan cara menangkal atau meminimalisir faktor-faktor yang dapat merusak
akhlak manusia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan
perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila
perbuatan yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan
akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak
yang buruk.

Oleh karena itu kita sebagai muslim, haruslah menanamkan sifat-sifat yang baik,
agar akhlak yang keluar dari diri kita, merupakan akhlak yang terpuji, yang disukai oleh
Allah, dan hanya Rasulullah yang pantas kita jadikan idola dalam kehidupan.

4
DAFTAR PUSTAKA
http://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Akhlak+mulia&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3D-
eZDu8pnYPQJ

http://repository.uinsu.ac.id/2289/1/ISI%20AKHLAK%20TASAWUF.pdf

You might also like