You are on page 1of 38

LAPORAN HASIL PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

MATA KULIAH PERENCANAAN PROGRAM GIZI

Dosen pengampu :
Berlin Sitanggang, SST, M. Kes

OLEH :

AULIA HARNIS
P01031220088
STr.Gz DIV – 5C

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI PROGRAM
SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
T.A 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia, upaya perbaikan gizi menduduki peranan penting dalam
membangun kesehatan. Upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan status
gizi masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat resiko tinggi yaitu
golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta usia
lanjut. Upaya perbaikan gizi perlu dilakukan secara terpadu, lintas program dan
lintas sektor agar lebih berdaya guna dan berhasil guna menuju tercapainya sumber
daya manusia yang memadai (Depkes RI, 2005 dalam Kulas, 2013).
Masalah gizi buruk pada balita merupakan masalah kesehatan masyarakat
sejak dahulu. Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 sampai saat ini masih
belum dapat ditanggulangi dengan baik. Hal ini menyebabkan jumlah keluarga
miskin semakin banyak dan daya beli terhadap pangan menurun. Lebih lanjut,
ketersediaan bahan makanan dalam keluarga menjadi terbatas yang pada akhirnya
berpotensi menimbulkan terjadinya gizi kurang bahkan gizi buruk (Depkes RI, 2004
dalam Septiana, 2010). Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini
dapat berlanjut hingga dewasa. Usia 0 - 24 bulan merupakan masa pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas
sekaligus periode kritis.
Periode emas dapat terwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak
memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya
apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan
gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan
mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada masa ini maupun masa
selanjutnya (Depkes RI, 2006 dalam Kusumaningsih, 2009).
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategi For
Infrant And Young Child Feeding, World Health Organization (WHO) dan United
International Childrens Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan empat hal
penting yang harus dilakukan yaitu : Pertama, memberikan Air Susu Ibu kepada bayi
segera dalam waktu 30 menit setelah lahir. Kedua, memberikan hanya Air Susu Ibu
(ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia
enam bulan. Ketiga, memberikan makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak
bayi berusia enam bulan sampai 24 bulan. Keempat, meneruskan pemberian ASI
sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes, 2006 dalam Kusumaningsih,
2009) .
ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah untuk
diterima bayi. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi.
ASI merupakan zat gizi yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap
zat-zat gizi yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berusia enam
bulan (Suhardjo, 2007 dalam Kusumaningsih, 2009) Pasca enam bulan pemberian
ASI saja tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan makanan bayi. Pemberian
ASI saja pada usia pasca enam bulan hanya akan memenuhi sekitar 60-70%
kebutuhan bayi. Sedangkan yang 30-40% harus dipenuhi dari makanan pendamping
atau makanan tambahan. Sementara itu pemberian makanan pendamping ASI yang
tidak tepat dalam kualitas dan kuantitasnya dapat menyebabkan bayi menderita gizi
kurang (Indriarti,2008 dalam Kusumaningsih, 2009).
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) harus diberikan pada umur yang tepat
sesuai kebutuhan dan daya cerna bayi. Makanan pendamping (MP-ASI) sebaiknya
diberikan pada bayi diatas umur 6 bulan karena sistem pencernaannya sudah relatif
sempurna. (Madjid, 2009 dalam Kulas, 2013). Keadaan kurang gizi pada bayi dan
balita disebabkan karena kebiasaan pola pemberian makanan pendamping ASI
yang tidak tepat. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak
serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak
langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak,
khususnya pada anak usia dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan RI, 2000 dalam Dewi, 2010).
Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan suami istri
untuk melahirkan pada usia yang ideal, 2 memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak
kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui
penyelenggaraan program keluarga berencana. Program keluarga berencana (KB)
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Antropometri berasal dari “anthro” yang memiliki arti manusia dan “metri”
yang memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang pengukuran
tubuh dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau lemak . Menurut
(Wignjosoebroto, 2008), antropometri adalah studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran
tubuh manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan
tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya. Menurut Stevenson (1989)
Antropometri adalah suatu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari
data tersebut untuk penanganan masalah desain.

Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus


mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi
daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Secara
devinitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan
ukuran dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan
aspek lain dari gerakan tubuh manusia, menurut. Data antropometri digunakan untuk
berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain
produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi
anggota tubuh manusia yang akan menggunakannnya.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka laporan ini akan
menitik beratkan pada:
1. Bagaimana mengidentifikasi karakteristik anggota keluarga yang meliputi :
umur (anggota keluarga), pendidikan (anggota keluarga),pekerjaan (orang
tua), suku, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan kematian.
2. Bagaimana menilai karakteristik penduduk desa, jumlah pendidikan,
jumlah Ibu hamil, Jumlah Bayi (0 – 1 tahun), Baduta ( 0 – 24 bulan), dan
Balita ( 0 – 5 tahun), jumlah WUS, Jumlah Usila
3. Bagaimana menilai fasilitas sarana pendidikan ( Paud, SD, SMP,SMA)
dan kesehatan (posyandu,klinik,praktek bidan,puskesmas)
4. Bagaimana menilai status gizi anthropometri balita dan anak sekolah
(BB/U, TB/U, BB/TB, lila, lingkar kepala dan IMT).
5. Bagaimana menilai Status Gizi orang tua / dewasa ( IMT, Lila)
6. Bagaimana menilai asupan gizi balita dan anggota keluarga
7. Bagaimana menilai jenis penyakit infeksi ( Cacingan, Diare, Malaria, ISPA)
dalam 3 bulan terakhir
8. Bagaimana menilai tingkat pendapatan dan pengeluaran untuk pangan
dan non pangan
9. Bagaimana menilai status kesehatan anggota keluarga termasuk
imunisasi dan penyakit infeksi
10. Bagaimana menilai upaya yang dilakukan keluarga dalam mencegah
penyakit dan pengobatan
11. Bagaimana menilai status lingkungan tempat tinggal seperti keadaan
rumah ( Bangunan, Ventilasi, Lantai rumah ), Sanitasi lingkungan (
pembuangan limbah , sampah) dan sumber air
12. Bagaimana menilai perilaku ( Pengetahuan, sikap, dan tindakan) Ibu
tentang pemantauan pertumbuhan, kandungan gizi makanan, makanan
ibu hamil, ASI Ekslusif, dan MP- Asi
13. Bagaimana menilai perilaku ( Pengetahuan sikap dan tindakan dalam
mengolah makanan dan pemberian makan anak).
14. Bagaimana menilai asupan gizi ( Kalori, Karbohidrat, Lemak, Protein,
Vitamin C, Zat Besi, dan Zinc ) dan Food Frequensi balita dan anggota
keluarga lain.
15. Bagaimana menilai pola asuh anak seperti pola makan termasuk makan
jajanan, kebersihan anak, kebersihan ibu
16. Bagaimana menilai status gizi anggota keluarga, menggunakan indeks
antropometri ( BB/U, TB/U, BB/TB, Lingkar kepala (Balita), IMT, Lingkar
pinggang dan panggul (Remaja tergolong gemuk dan dewasa), Lila ( WUS
dan Bumil ) , Usia tubuh.
17. Bagaimana menilai asupan gizi anggota keluarga
18. Bagaimana menilai partisipasi ibu ke posyandu dan keterlibatan sebagai
kader kesehatan
19. Bagaimana mengidentifikasi sumber pangan keluarga termasuk
pemanfaatan pekarangan
20. Bagaimana menilai jenis makanan lokal / Herba Food yang digunakan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

1.3. Tujuan
Adapun yang mendasari atau tujuan dari penulisan makalah ini, antara
lain:
1. Mengidentifikasi karakteristik anggota keluarga yang meliputi : umur
(anggota keluarga), pendidikan (anggota keluarga),pekerjaan (orang
tua), suku, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan kematian.
2. Menilai karakteristik penduduk desa, jumlah pendidikan, jumlah Ibu
hamil, Jumlah Bayi (0 – 1 tahun), Baduta ( 0 – 24 bulan), dan Balita ( 0
– 5 tahun), jumlah WUS, Jumlah Usila
3. Menilai fasilitas sarana pendidikan ( Paud, SD, SMP,SMA) dan
kesehatan (posyandu,klinik,praktek bidan,puskesmas)
4. Menilai status gizi anthropometri balita dan anak sekolah (BB/U, TB/U,
BB/TB, lila, lingkar kepala dan IMT).
5. Menilai Status Gizi orang tua / dewasa ( IMT, Lila)
6. Menilai asupan gizi balita dan anggota keluarga
7. Menilai jenis penyakit infeksi ( Cacingan, Diare, Malaria, ISPA) dalam 3
bulan terakhir
8. Menilai tingkat pendapatan dan pengeluaran untuk pangan dan non
pangan
9. Menilai status kesehatan anggota keluarga termasuk imunisasi dan
penyakit infeksi
10. Menilai upaya yang dilakukan keluarga dalam mencegah penyakit dan
pengobatan
11. Menilai status lingkungan tempat tinggal seperti keadaan rumah (
Bangunan, Ventilasi, Lantai rumah ), Sanitasi lingkungan (
pembuangan limbah , sampah) dan sumber air
12. Menilai perilaku ( Pengetahuan, sikap, dan tindakan) Ibu tentang
pemantauan pertumbuhan, kandungan gizi makanan, makanan ibu
hamil, ASI Ekslusif, dan MP- Asi
13. Menilai perilaku ( Pengetahuan sikap dan tindakan dalam mengolah
makanan dan pemberian makan anak).
14. Menilai asupan gizi ( Kalori, Karbohidrat, Lemak, Protein, Vitamin C,
Zat Besi, dan Zinc ) dan Food Frequensi balita dan anggota keluarga
lain.
15. Menilai pola asuh anak seperti pola makan termasuk makan jajanan,
kebersihan anak, kebersihan ibu
16. Menilai status gizi anggota keluarga, menggunakan indeks
antropometri ( BB/U, TB/U, BB/TB, Lingkar kepala (Balita), IMT,
Lingkar pinggang dan panggul (Remaja tergolong gemuk dan dewasa),
Lila ( WUS dan Bumil ) , Usia tubuh.
17. Menilai asupan gizi anggota keluarga
18. Menilai partisipasi ibu ke posyandu dan keterlibatan sebagai kader
kesehatan
19. Mengidentifikasi sumber pangan keluarga termasuk pemanfaatan
pekarangan
20. Menilai jenis makanan lokal / Herba Food yang digunakan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
BAB II
HASIL PENGAMATAN

A. IDENTITAS
B. KUESIONER
FOOD RECALL
BAB III

PEMBAHASAN

Antropometri berasal dari “anthro” yang memiliki arti manusia dan “metri”
yang memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang pengukuran
tubuh dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau lemak . Menurut
(Wignjosoebroto, 2008), antropometri adalah studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran
tubuh manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan
tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya. Menurut Stevenson (1989)
Antropometri adalah suatu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari
data tersebut untuk penanganan masalah desain.

Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus


mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi
daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Secara
devinitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan
ukuran dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan
aspek lain dari gerakan tubuh manusia, menurut. Data antropometri digunakan untuk
berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain
produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi
anggota tubuh manusia yang akan menggunakannnya.

Antropometri dapat dibagi menjadi yaitu

 Antripometri Statis
Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik tubuh dalam
keadaan diam (statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau standar.
Contoh: Lebar bahu, LILA, LIPA, LIDA, BB, TB, LIKA, LIPA
 Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau karakteristik tubuh dalam
keadaan bergerak, atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin
terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Antropometri :

1. Umur
Dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring
dengan berkembangnya umur sejak awal kelahirannya sampai dengan
umur sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.
2. Jenis Kelamin
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan
wanita, kecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti lingkaran
dada dan pinggul.
3. Suku/Etnis
Setiap suku bangsa ataupun etnis akan memiliki karakteristik fisik yang
akan berbeda satu dengan lainnya.
4. Postur Tubuh
Ukuran tubuh akan berbeda dipengaruhi oleh posisi tubuh pada saat akan
melakukan aktivitas tertentu yaitu structural dan functional body
dimensions. Posisi standar tubuh pada saat melakukan gerakan-gerakan
dinamis dimana gerakan tersebut harus dijadikan dasar pertimbangan
pada saat data antropometri diimplementasikan.
5. Pakaian
Pakaian seperti model, jenis bahan, jumlah rangkapan, dan lain-lain yang
melekat di tubuh akan menambah dimensi ukuran tubuh manusia.
6. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan mewajibkan adanya persyaratan dalam menyeleksi
dimensi tubuh manusia seperti : tinggi, berat badan, lingkar perut, dan
lain-lain. Perbedaan pekerja buruh dermaga atau pelabuhan harus
mempunyai postur tubuh yang relatif besar dibandingkan dengan pegawai
kantoran atau mahasiswa.
7. Cacat Tubuh Secara Fisik
Cacat tubuh secara fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
variabilitas dataantropometri. Seperti, orang normal dan orang yang
memiliki keterbatasan fisiktidak mempunyai lengan. Untuk dimensi tinggi
siku, tinggi pinggul, tinggitulang ruas, tinggi ujung jari, dan lain-lain
sangatlah berbeda antara orangnormal dengan orang yang memiliki
keterbatasan fisik. Sehingga, dataantropometri yang digunakan dalam
merancang produk dan stasiun kerja untuk orang yang cacat tubuh secara
fisik berbeda dengan orang normal.
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan praktikum belajar lapangan perencanaan program gizi ini dilakukan untuk
mengetahui data antropometri, faktor-faktor penyebab masalah gizi melalui
kuesioner dan asupan makanan sasaran dengan menggunakan metode food recall
24 jam. Sasaran dari kegiatan ini adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga
balita, anak paud, anak sekolah, ibu hamil dan lansia. Sasaran pada kegiatan PBL ini
adalah Ibu Hamil, anak balita, anak paud, anak sekolah, remaja dan lansia.

B. Saran
Laporan ini di susun masi jauh dari kata sempurna apabila pembaca mendapatkan
kekeliruan maka ada baiknya pembaca memberi kritik sehingga dapat memberikan
kesempurnaan dalam laporan praktek belajar lapangan ini.
DOKUMENTASI

You might also like