You are on page 1of 9

Lex Crimen Vol. III/No.

4/Ags-Nov/2014

UPAYA HUKUM PADA TINGKAT KASASI pengadilan; kecuali terhadap putusan;


TERHADAP PUTUSAN BEBAS Mahkamah Agung sendiri, dan putusan
(VERKAPTE VIJSPRAAK) bebas. Lihat Penjelasan Pasal 244, UU No. 8
DALAM PERKARA PIDANA1 Tahun 1981 Tentang KUHAP. Undang-
Oleh: Asmarani Lamsu2 undang membatasi bahwa kasasi terhadap
putusan Mahkamah Agung, tidak
ABSTRAK diperkenankan. Ketiga,Terhadap putusan
Mahkamah Agung merupakan puncak dari bebas berdasarkan Pasal 67 KUHAP
upaya (hukum) dalam mencari keadilan Penuntut Umum tidak dapat meminta
melalui proses peradilan baik sebagai banding dan berdasarkan Pasal 244 KUHAP
pengadilan tingkat kasasi maupun Penuntut Umum tidak dapat meminta
pengadilan untuk pemeriksaan peninjauan pemeriksaan kasasi. Terhadap putusan
kembali. Mahkamah Agung di dalam bebas dalam praktik hukum larangan kasasi
melaksanakan fungsi yudisialnya tidak yang diatur dalam Pasal 244 KUHAP
selamanya memenuhi harapan para pencari tersebut diterobos melalui yurisprudensi
keadilan khususnya, dan masyarakat pada demi tegaknya hukum. Dari hasil penelitian
umumnya. Metode yang digunakan dalam dapat ditarik kesimpulan bahwa jika
penulisan ini adalah metode pendekatan Terdakwa/Penuntut Umum menolak
yuridis normatif dimana penelitian yang putusan pengadilan/Hakim secara
dilakukan adalah dengan cara meneliti fundamental dalam Hukum Acara Pidana
bahan-bahan kepustakaan yang telah ada maka upaya hukum yang dapat ditempuh
(library research), yang berhubungan terdiri dari upaya hukum biasa dan upaya
dengan judul yang sedang diteliti. Hasil hukum luar biasa. Putusan Pengadilan yang
penelitian menunjukkan tentang proses dapat diajukan permohonan kasasi yaitu
pemeriksaan pada tingkat kasasi, semua sebagaimana diatur dalam KUHAP
putusan pengadilan apakah dapat dikasasi menyebutkan yang dapat diajukan kasasi
serta Putusan Bebas (VerkapteVriispraak) ialah semua putusan perkara pidana yang
apakah dapat diajukan upaya Hukum diberikan pada tingkat terakhir oleh
Kasasi. Pertama, Mahkamah Agung pada pengadilan selain daripada Mahkamah
peradilan kasasi, mempergunakan Agung. Dari perumusan Pasal 67 KUHAP
ketentuan yang diatur dalam KUHAP secara jelas dapat diketahui bahwa
sebagai hukum acara. Hukum acara kasasi terhadap putusan bebas dan putusan lepas
yang diatur dalam KUHAP, bukan hanya dari segala tuntutan hukum yang
berlaku sebagai hukum acara kasasi bagi menyangkut masalah kurang tepatnya
lingkungan peradilan umum saja, tetapi penerapan hukum yang dijatuhkan oleh
berlaku juga bagi acara permohonan kasasi Pengadilan Negeri tidak dapat dimintakan
terhadap putusan pengadilan dalam banding.
lingkungan peradilan militer. Kedua,
menurut ketentuan Pasal 244 putusan A. PENDAHULUAN
perkara pidana yang dapat diajukan Perjalanan panjang para pencari
permohonan pemeriksaan kasasi yakni keadilan dalam perkara pidana dimulai
semua putusan perkara pidana yang dengan terjadinya suatu peristiwa yang
diberikan pada tingkat terakhir oleh diduga merupakan suatu tindak pidana.
Untuk menentukan apakah suatu peristiwa
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Emma V. T. yang terjadi merupakan suatu tindak
Senewe, SH, MH. Djefry W. Lumintang, SH, MH; Max pidana atau bukan, diadakan suatu
K. Sondakh, SH.MH.
2
NIM. 100711403. Mahasiswa Fakultas Hukum
Unsrat

37
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014

penyelidikan.3 Jika ternyata peristiwa pengadilan negeri maupun putusan


tersebut merupakan suatu tindak pidana pengadilan tinggi. Sebagai contoh,
maka selanjutnya diadakanlah penyidikan4 pengadilan negeri menjatuhkan hukuman
terhadap tindak pidana tersebut. dua tahun penjara kepada terdakwa.
Berhasilnya suatu penyidikan atau baik Terdakwa dan penuntut umum tidak
tidaknya suatu penyidikan akan mengajukan banding, berarti kedua-duanya
menentukan berhasil tidaknya pemeriksaan menerima putusan, dan putusan tersebut
di muka sidang pengadilan. Hasil telah berkekuatan hukum tetap. Apabila
penyidikan ini dilimpahkan ke pihak dikemudian hari penuntut umum
kejaksaan dan selanjutnya apabila pihak berpendapat putusan tersebut
kejaksaan menilai bahwa berkas hasil mengandung kekeliruan hukum, maka
penyidikan ini telah lengkap, maka berkas dapat diajukan kasasi demi kepentingan
perkara tersebut dilimpahkan ke hukum.
pengadilan.
Mahkamah Agung merupakan puncak B. Rumusan Masalah
dari upaya (hukum) dalam mencari keadilan 1. Bagaimana proses pemeriksaan pada
melalui proses peradilan baik sebagai tingkat kasasi ?
pengadilan tingkat kasasi maupun 2. Apakah semua putusan pengadilan
pengadilan untuk pemeriksaan peninjauan dapat dikasasi ?
kembali. Putusan Mahkamah Agung ini 3. Apakah Putusan Bebas
menjadi penting baik bagi para pencari (VerkapteVriispraak) dapat diajukan
keadilan (justiabelen) itu sendiri, bagi para upaya Hukum Kasasi?
hakim maupun bagi perkembangan hukum
pidana di Indonesia. C. Metode Penelitian
Di dalam praktik hukum, berlakunya asas Metode yang digunakan dalam
legalitas itu bersifat mutlak, artinya, masih penulisan skripsi ini adalah metode
dimungkinkan untuk disimpangi sepanjang pendekatan yuridis normatif6 dimana
tidak mengurangi kepastian hukum. Hal ini penelitian yang dilakukan adalah dengan
terjadi karena masalah keadilan menjadi cara meneliti bahan-bahan kepustakaan
bahan pertimbangan dan adanya beberapa yang telah ada (library research), yang
daerah di Indonesia yang masih berhubungan dengan judul Skripsi yang
memperlakukan hukum adat pidana,5 sedang diteliti.
sepanjang mengenai perbuatan-perbuatan
yang tiada bandingannya dalam KUHP. Yang PEMBAHASAN
berhak mengajukan kasasi demi 1. Pemeriksaan Pada Tingkat Kasasi
kepentingan hukum adalah Jaksa Agung Dalam penjelasan umum alinea terakhir
satu kali karena jabatannya. Secara teknis ]š P •l vU ^<h, W u uµ š ‰µo Zµlµu
yang mengajukan kasasi demi kepentingan acara pidana Mahkamah Agung setelah
hukum adalah jaksa yang menuntut atas dicabutnya Undang-undang Mahkamah
nama Jaksa Agung baik terhadap putusan Agung No. 1 Tahun 1951 oleh Undang-
µv vP E}X íï d Zµv íõòñ_X Œ Œš]
3
pemeriksaan perkara pidana oleh
Lihat Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 KUHAP
Mahkamah Agung pada peradilan kasasi,
Pasal 1 Angka 6
4
YuwonoSoesilo; Penyelesaian Perkara Berdasarkan mempergunakan ketentuan yang diatur
KUHAP, Sistim dan Prosedur, Alumni, Bandung,
1982, hal. 78.
5 6
Rd. Achmad S. SoemaDiPraja; Hukum Pidana Soejono Soejankanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Dalam Yurisprudensi, C.V. Armico, Bandung, 1990, Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
hal. 5 RajaGrafindo, Jakarta, 2001, hal. 13-14

38
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014

dalam KUHAP sebagai hukum acara; seperti diatur dalam UU No. 1 Tahun 1950,
yang diatur dalam Bagian Kedua Bab XVII, sepanjang hal ini tidak bertentangan
mulai dari Pasal 244 sampai dengan Pasal dengan UU No. 14 Tahun 1970. Yang
258.7 berlaku sebagai hukum acara kasasi adalah
Selanjutnya, sebagaimana yang hukum acara kasasi yang diatur dalam UU
ditentukan dalam Pasal 258, hukum acara No. 1 Tahun 1950, sekadar tidak
kasasi yang diatur dalam KUHAP, bukan bertentangan dengan UU No. 4 Tahun
hanya berlaku sebagai hukum acara kasasi 2004.
bagi lingkungan peradilan umum saja, Demikian model pertimbangan yang
tetapi berlaku juga bagi acara permohonan telah menjadi standar dalam setiap putusan
kasasi terhadap putusan pengadilan dalam Agung selama KUHAP belum berlaku. Tanpa
lingkungan peradilan militer. Sebenarnya keberanian Mahkamah Agung menerapkan
apa yang diatur dalam Pasal 244 sampai kembali hukum acara kasasi yang diatur
dengan Pasal 258 KUHAP, adalah peraturan dalam UU No. 1 Tahun 1950, akan
pelaksanaan dari Pasal 10 ayat (3) Undang- berakibat lumpuhnya Mahkamah Agung
undang No. 4Tahun 2004 menegaskan: memeriksa perkara pidana dalam tingkat
^d ŒZ ‰ ‰µšµ• v-putusan yang diberikan kasasi. Sebab UU No. 4 Tahun 2004 yang
tingkat terakhir oleh pengadilan-pengadilan telah mencabut hukum acara kasasi yang
lain dari Mahkamah Agung, kasasi dapat terdapat baik pada UU No. 13 Tahun 1965
]u]vš l ‰ D Zl u Z PµvP_X v maupun pada UU No. 1 Tahun 1950, sama
sesuai dengan bunyi penjelasan Pasal 10 sekali tidak memuat hukum acara kasasi,
Ç š ~ï• š ]W _D Zl u Z PµvP tetapi hanya mengatur pokok saja, seperti
merupakan peradilan tingkat terakhir yang dirumuskan dalam Pasal 10 ayat (3),
(kasasi) bagi semua lingkungan peradilan_X8 yang masih memerlukan peraturan
Selama ini, sebelum KUHAP berlaku, pelaksana. Barulah dengan berlakunya UU
acara pemeriksaan kasasi, mula-mula diatur No. 8 Tahun 1981, yang terkenal dengan
dalam UU No. 1 Tahun 1950, Bab 7, Bagian sebutan KUHAP, kekosongan hukum acara
Kedua (Pasal 121-130). Kemudian UU No. 1 kasasi dapat diatasi, seperti apa yang
Tahun 1950 dicabut oleh UU No. 13 Tahun dijumpai dalam Bagian Kedua, Bab XII
1965, dan UU No. 13 Tahun 1965 ini pun KUHAP.
kemudian dihapus olehUU No. 4 Tahun
2004. Kalau diperhatikan, terdapat jarak 2. Putusan Pengadilan Yang Dapat Di
waktu yang jauh antara UU No. 4 Tahun Kasasi
2004dengan kelahiran KUHAP. Akibatnya Mengenai pengertian kasasi dapat
terdapat kekosongan hukum acara kasasi diajukan terhadap semua putusan perkara
sejak tahun 1970 sampai lahirnya KUHAP pidana yang diberikan pada tingkat terakhir
pada tanggal 31 Desember 1981. Tentu hal oleh pengadilan, sudah dijelaskan pada
yang seperti ini tidakdapat dibiarkan pendahuluan ini pembicaraan ini.
berkelanjutan. Untuk mengatasi 1. Terhadap Semua Putusan Pengadilan
kekosongan selama periode mulai Negeri dalam Tingkat Pertama dan
berlakuUUNo.4 Tahun2004 sampai lahir Tingkat Terakhir
KUHAP pada tahun 1981 sebagai UU No. 8 Artinya, jenis perkarayang diputus oleh
Tahun 1981, terpaksa Mahkamah Agung Pengadilan Negeri yang dalam
kembali mempergunakanacara kasasi yang kedudukannya sekaligus sebagaiperadilan
tingkat pertama dan terakhir, yang
7
Lihat Penjelasan PAsal 244 s/d 258 UU No. 8 Tahun terhadap putusan tidak dapat diajukan
1981 tentang KUHAP permohonan banding. Jenis perkara yang
8
Lihat Penjelasan Pasal 10 ayat (3) UU No. 4 Tahun
diputus dalam tingkat pertama dan terakhir
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

39
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014

oleh Pengadilan Negeri ialah perkara- disampaikan secaratertulis oleh Jaksa


perkara yang diperiksa dengan acara Agung kepada Mahkamah Agung melalui
pemeriksaan cepat yang diatur dalam PaniteraPengadilan Negeri yang telah
BabXVI, Bagian Keenam (lihat uraian memutusperkara dalam tingkat pertama,
terdahulu). disertai risalah yang memuat alasan
permintaankasasi demi kepentinganhukum
2. Terhadap Semua Putusan Pengadilan (Pasal 260 ayat (1) KUHAP). Salinan risalah
Tinggi yang Diambilnya pada Tingkat dalam permintaan kasasidemi kepentingan
Banding hukumtersebut oleh Panitera segera
Terhadap putusan Pengadilan Negeri disampaikan kepada pihak yang
yang dapat diajukan permohonan banding, berkepentingan (Pasal 260 ayat (2) KUHAP).
danterhadap putusan itu diajukan Ketua Pengadilan Negeri yang
permohonan banding serta Pengadilan bersangkutan segera meneruskan
Tinggi telahmengambil putusan pada permintaan kasasi demi kepentingan
tingkat banding, terhadap putusan banding hukum tersebut kepada Mahkamah
tersebut dapat diajukan permohonan Agung(Pasal260 ayat (3) KUHAP).9 Salinan
kasasi. putusan kasasi demi kepentingan hukum
Putusan di ataslah yang dikualifikasikan oleh Mahkamah Agung disampaikan
• P ] ‰µšµ• v ‰ vP ]o v ^š]vPl š kepada Jaksa Agung dan kepada Pengadilan
š Œ lZ]Œ_ Ç ]šµ • š] ‰ ‰µšµ• v Ç vP ] u ]o Negeri yang bersangkutan dengan disertai
atau dijatuhkan pengadilan; baik oleh berkas perkara (Pasal 261 ayat (1)KUHAP).
Pengadilan Negeri yang menurut ketentuan Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang sekaligus bertindak sebagai Pasal 243 ayat (2) dan ayat (4) berlaku juga
pengadilan tingkat pertama dan terakhir, dalam proses pemeriksaan dan putusan
maupun terhadap putusan yang dijatuhkan kasasi demi kepentingan hukum (Pasal 261
Pengadilan Tinggi dalam tingkat banding. ayat (2) KUHAP). Ketentuan sebagaimana
Dalam putusan-putusan yang demikian diatur dalam Pasal 259, 260 dan Pasal 261
terkandung pengertian makna sebagai KUHAP berlaku bagi acara permohonan
^‰µšµ• v š]vPl š š Œ lZ]Œ_ }o Z ‰ vP ]o v kasasi demi kepentingan hukum terhadap
lain selain daripada Mahkamah Agung. putusan pengadilan dalam lingkungan
peradilan militer. Namun sejak mulai
3.Tentang Putusan Bebas berlakunya Undang-Undang No.31 Tahun
Sudah dikatakan, berdasarkan ketentuan 1997 Tanggal 15 Oktober 1997 untuk acara
Pasal 244, terhadap putusan bebas tidak pemeriksaan kasasi demi kepentingan
dapat diajukan permohonan kasasi. Akan hukum dalam lingkungan peradilan militer
tetapi, kenyataan praktek, larangan Pasal telah diatur dan diberlakukan Pasal 245 s/d
244tersebut telah disingkirkan oleh 247 Undang-Undang No 31 Tahun 1997.
Mahkamah Agung secara contra legem. Dalam praktik hukum yang berkaitan
Demi kepentingan hukum terhadap dengan pemeriksaan kasasi demi
semua putusan yang telah memperoleh kepentingan hukum dimulai apabila
kekuatan hukum tetap dari pengadilan lain Penuntut Umum mengetahui dan
selain daripada Mahkamah Agung dapat berpendapat bahwa ada putusan
diajukansatu kali permohonan kasasi oleh Pengadilan Negeri atau putusan Pengadilan
Jaksa Agung (Pasal 259 ayat (1) KUHAP). Tinggi perlu dimintakan kasasi demi
Putusan kasasi demi kepentingan hukum kepentingan hukum, maka hal tersebut
tidak boleh merugikanyang berkepentingan
(Pasal259 ayat (2) KUHAP). Permohonan 9
Lihat Penjelasan Pasal 259 (2) dan Pasal 260 (1), (2)
kasasi demikepentinganhukum
dan (3) KUHAP.

40
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014

disampaikan kepada Kepala Kejaksaan a. Apabila terdapat ^l v Œµ_ Ç vP


Negeri (KAJARI) disertai dasar alasan menimbulkan dugaan kuat,bahwa jika
mengenai pendapatnya tersebut. keadaan itu sudah diketahui pada
waktu sidang masih berlangsung,
3. Upaya Hukum terhadap Kasasi Putusan hasilnya akan berupa putusan bebas
Bebas (VerkapteVrijspraak) atau putusan lepas dari segala tuntutan
Upaya hukum adalah bagian dari mata hukum atau tuntutan Penuntut Umum
rantai proses suatu perkara pidana. Upaya tidak dapat diterima atau terhadap
hukum lebih merupakan proses perkara itu diterapkan ketentuan
argumentasi melalui dokumentasi daripada pidana yang lebih ringan;
perdebatan. Sebab dalam upaya hukum b. Apabila dalam pelbagai putusan
pada dasarnya para pihak tidakhadir; dan terdapat pernyataan bahwa sesuatu
dalam praktiknya hampir tidak pernah ada telah terbukti,akan tetapi hal
perkaradimana dalam tingkat upaya hukum ataukeadaan sebagai dasar dan alasan
para pihak didengar. Sesungguhnya dalam putusanyang dinyatakan telah terbukti
tingkat banding dan kasasi kehadiran itu itu ternyata telah bertentangan satu
dimungkinkan (vide,Pasal 238 ayat 4 jo. 253 dengan yang lain;
ayat 3 KUHAP). c. Apabila putusan itu dengan
Dalam upaya hukum dibedakan i o •u u‰ Œo]Z šl v •µ šµ ^l lZ]o ( v
kewenangan dari pengadilan berikutnya, Z l]u_ š µ •µ šµ l l o]Œµ v Ç vP vÇ š
yaitu Pengadilan Tinggi (PT) dan Mahkamah (Pasal 263 ayat (2) KUHAP).
Agung (MA). PT menjadi pemeriksaan Atas dasar alasan yang sama
ulangan terhadap semua aspek perkara: sebagaimana tersebut pada Pasal 263ayat
fakta dan hukum. Sementara, MA lebih (2) KUHAPterhadap suatu putusan
pada pemeriksaan soal hukum. Oleh karena pengadilan (PN/PT/MA)yang telah
itu, Pengadilan Negeri (PN) dan PT disebut memperoleh kekuatan hukum tetap dapat
sebagai judexfactiesedangkan MA sebagai diajukan permintaan Peninjauan Kembali,
judex jurist. Dengan demikian, tingkatan apabila dalam putusanitu suatu perbuatan
pemeriksaan perkara pidana hanya dua yang didakwakantelah dinyatakan
^
tahap ditambah bila ada hal-hal luar biasa š Œ µlš]_ l v š š ‰]š] l ]]lµš] }o Z
dengan upaya hukum peninjauan kembali suatu pemidanaan (Pasal263 ayat (3)
(PK). Namun, konsep bahwa pengadilan KUHAP).
hanya dua tahap ditambah PK dalam Dari perumusan Pasal 67 KUHAP secara
praktiknya tidak selalu benar demikian. jelas dapat diketahui bahwa terhadap
Sebab, perumusan kaidahnya dalam KUHAP putusan bebas dan putusan lepas dari
memungkinkan menjadi tiga tahap. segala tuntutan hukum yang menyangkut
Keadaan inilah yang menimbulkan terus masalah kurang tepatnya penerapan
menumpuknya perkara di MA. hukum yang dijatuhkan oleh Pengadilan
Terhadap putusan pengadilan Negeri tidak dapat dimintakan banding. Hal
(PN/PT/MA) yang telah ini berarti diluar dua macam putusan
memperolehkekuatan hukum tetap, kecuali tersebut terdakwa atau Penuntut Umum
putusan bebas atau lepas dari dapat mengajukan permintaan banding,
segalatuntutan hukum, terpidana atau ahli antara lain terhadap putusan Pengadilan
warisnya dapat mengajukanpermintaan Negeri, sebagai berikut:
Peninjauan Kembali (PK) kepada a. Putusan penjatuhan pidana terhadap
Mahkamah Agung (Pasal263 ayat (1) terdakwa.
KUHAP). Permintaan Peninjauan Kembali Terdakwa dapat mengajukan banding
dilakukan atas dasar: dengan alasan pidana yang dijatuhkan

41
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014

oleh Pengadilan Negeri terlalu berat dan dalamPasal 196 ayat (2) KUHAP. Dan
tidak sesuai dengan kesalahan yang panitera dilarang menerima permintaan
dilakukannya. Sedangkan Penuntut banding perkara yang tidak dapat dibanding
Umum mengajukan banding karena atau permintaan banding yang diajukan
menurut penilaian Penuntut Umum setelah tenggang waktu tujuh hari berakhir.
pidana yang dijatuhkan terhadap Dari ketentuan yang ditegaskan dalam
terdakwa terlalu ringan atau kurang dari penjelasan Pasal 233 ayat (2)KUHAP dapat
setengah tuntutan pidana yang diajukan diketahui bahwa permintaan banding
oleh Penuntut Umum ; tersebut dapat diterima atau tidaknya
b. Putusan perampasan kemerdekaan yang penilaiannya dipercayakan kepada
dijatuhkan dalam acara pemeriksaan panitera, bukan dilakukan oleh
cepat sebagaimana diatur dalam Pasal hakim/majelis hakim. Apabila tenggang
205 ayat (3)dan Pasal 214 ayat (8) waktu 7 (tujuh) hari telah lewat tanpa
KUHAP; diajukan permintaan banding oleh yang
c. Putusan yang dijatuhkan oleh hakim bersangkutan (terdakwa atau Penuntut
praperadilan yang menetapkan tidak Umum), maka pihak yang bersangkutan
sahnya penghentian penyidikan atau dianggap menerima putusan. Dalam
tidak sahnya penghentian penuntutan; keadaan demikian, maka panitera mencatat
d. Putusan yang menyatakan dakwaan dan membuat akta mengenai hal tersebut
Penuntut Umum batal demihukum.10 serta melekatkan pada berkas perkara
Putusan Pengadilan Negeri yang (Pasal 234 KUHAP).
demikian dalam praktik hukum ada dua Selama perkara banding belum diputus
macam yaitu pernyataan dakwaan batal oleh Pengadilan Tinggi, maka permintaan
demi hukum berdasarkan Pasal 143 ayat (3) banding dapat dicabut sewaktu-waktu. Dan
KUHAP atau berdasarkan Pasal 56 KUHAP. apabila sudah dicabut, maka permintaan
Apabila putusan Pengadilan Negeri yang banding itu tidak boleh diajukan lagi.
menyatakan dakwaan batal demi hukum itu Demikian pula apabila perkara tersebut
dijatuhkan dalam bentuk putusan akhir sudah mulai diperiksa akan tetapi belum
setelah memeriksa pokok perkara, maka diputus, kemudian permintaan banding
Penuntut Umum dapat mengajukan tersebut oleh pemohonnya dicabut, maka
banding. Akan tetapi apabila pernyataan terhadap pemohonnya dibebani membayar
batal demi hukum tersebut berbentuk biaya perkara yang telah dikeluarkan oleh
penetapan, maka Penuntut Umum tidak Pengadilan Tinggi hingga saat
perlu mengajukan permintaan banding, pcncabutannya (Pasal 235 KUHAP).
melainkan cukup memperbaiki atau Selambat-lambatnya dalam waktu 14
menyempurnakan hal-hal yang (empat belas) hari sejak permintaan
menyebabkan surat dakwaan dinyatakan banding diajukan panitera mengirimkan
batal demi hukum. Menurut ketentuan salinan putusan Pengadilan Negeri dan
dalam Pasal 233 ayat (2) KUHAP pengajuan berkas perkara serta surat bukti kepada
permintaan banding harus diajukan dalam Pengadilan Tinggi. Dan selama 7 (tujuh) hari
tenggang waktu 7 (tujuh) hari sesudah sebelum pengiriman berkas perkara kepada
putusan dijatuhkan atau setelah putusan Pengadilan Tinggi, maka kepada pemohon
itu diberitahukan kepada terdakwa yang banding wajib diberi kesempatan untuk
tidak hadir sebagaimana dimaksud mempelajari berkas perkara tersebut di
Pengadilan Negeri (Pasal 236 ayat (2)
KUHAP). Dalam hal pemohon banding yang
10
DjokoPrakoso, Masalah Pemberian Pidana, dalam dengan jelas menyatakan secara tertulis
Teori dan Praktek Peradilan, Ghalia Indonesia,
bahwa ia akan mempelajari berkas perkara
Jakarta, 1984, hal. 55

42
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014

tersebut di Pengadilan Tinggi, maka undang dapat ditahan, maka sejak tanggal
kepadanya wajib diberi kesempatan untuk diajukan permintaan banding Pengadilan
itu secepatnya tujuh hari setelah berkas Tinggi yang berwenang menentukan
perkara diterima oleh Pengadilan Tinggi.11 apakah terdakwa perlu ditahan atau tidak.
Kepada setiap pemohon banding wajib Apabila penahanan terhadap terdakwa
diberi kesempatan untuk sewaktu-waktu pembanding mencapai jangka waktu yang
meneliti keaslian berkas perkaranya yang sama dengan pidana yang dijatuhkan oleh
sudah ada di Pengadilan Tinggi (Pasal 236 Pengadilan Negeri, maka terdakwa harus
ayat (3) KUHAP). Selama Pengadilan Tinggi segera dibebaskan (vide penjelasan Pasal
belum mulai memeriksa suatu perkara 238 ayat (2) KUHAP). Dalam praktik hukum
dalam tingkat banding, baik terdakwa atau peralihan tanggung jawab yuridis
kuasanya maupun Penuntut Umum dapat wewenang penahanan yang diatur dalam
u vÇ Œ Zl v ^u u}Œ] v ]vP_ atau Pasal 238 ayat (2) KUHAP tersebut pada
^l}všŒ u u}Œ] v ]vP_ l ‰ umumnya tidak dapat dilakukan secara
Pengadilan Tinggi (Pasal 237 KUHAP). murni dan konsekuen, karena hari/tanggal
Meskipun pembuatan memori atau kontra pengajuan banding itu pada umumnya baru
memori banding itu bukan merupakan beberapa hari kemudian diketahui oleh
kewajiban atau keharusan, namun adalah Pengadilan Tinggi, sehingga apabila
lebih baik kalau pihak yang meminta Pengadilan Tinggi menganggap perlu
banding membuat memori banding dan melakukan penahanan terhadap terdakwa,
pihak lawannya membuat kontra memori maka penetapan penahanan yang
banding agar Pengadilan Tinggi yang dikeluarkan oleh Pengadilan Tinggi diberi
memeriksa perkara banding tersebut dapat tanggal yang berlaku surut sejak tanggal
mengetahui secara jelasapa sesungguhnya pengajuan banding.
yang dijadikan dasar alasan permintaan
banding itu. Pemeriksaan dalam tingkat PENUTUP
banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi A. Kesimpulan
dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang 1. Sebagaimana yang telah di uraikan
hakim. Pemeriksaan Pengadilan Tinggi sebelumnya bahwasanya eksistensi
dilakukan atas dasar berkas perkara yang dari upaya hukum jika
diterima dari Pengadilan Negeri yang terdiri Terdakwa/Penuntut Umum menolak
dari berita acara pemeriksaan dari penyidik putusan pengadilan/Hakim (Pasal 1
(BPHP), berita acara pemeriksaan di sidang Angka 12 KUHAP, Pasal 196 ayat (3)
Pengadilan Negeri, beserta semua surat Huruf a,b dan d KUHAP secara
yang timbul dalam sidang yang fundamental dalam Hukum Acara
berhubungan dengan perkara itu dan Pidana dapatlah dibagi menjadi :
putusan yang dibuat/dijatuhkan oleh Upaya Hukum Biasa
Pengadilan Negeri (Pasal 238 ayat (1) (gewoneRechtsmiddelan) dimana
KUHAP. Dengan adanya pengajuan terhadap putusan pengadilan pada
permintaan banding maka wewenang tingkat pertama yaitu Perlawanan,
untuk menentukan penahanan telah Banding, Terhadap Putusan Tingkat
beralih ke Pengadilan Tinggi sejak saat Banding dapat diajukan permohonan
diajukan permintaan banding (Pasal 238 kasasi pada Mahkamah Agung. Upaya
ayat (2) KUHAP). Dengan demikian apabila Hukum Luar Biasa (Rechtsmiddelen)
dalam perkara yang dimintakan banding dimana terhadap putusan pengadilan
tersebut terdakwanya menurut undang- yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap berupa Pemeriksaan
11 tingkat kasasi demi kepentingan
H.M.A. Kuffal, Loc Cit,hal. 411

43
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014

umum, Peninjauan Kembali putusan 2. Terhadap putusan bebas adalah


pengadilan yang telah memperoleh menguntungkan terdakwa maka tidak
kekuatan hukum tetap. perlu mengajukan banding/kasasi,
2. Putusan Pengadilan yang dapat sedangkan bagi penuntut umum
diajukan permohonan kasasi yaitu putusan bebas itu dianggap
sebagaimana diatur dalam KUHAP merugikan terhadap upaya
menyebutkan yang dapat diajukan penuntutan yang dilakukannya dan
kasasi ialah semua putusan perkara oleh karena itu terhadap putusan
pidana yang diberikan pada tingkat bebas tersebut, penuntut umum akan
terakhir oleh pengadilan Dan selain berupaya mengajukan pemeriksaan
daripada Mahkamah Agung, kasasi.
Terdakwa/Penuntut Umum dapat 3. Demi tegaknya hukum dan kepastian
mengajukan permintaan pemeriksaan hukum perlu dibatasi pengajuan
kasasi kepada Mahkamah Agung kasasi demi kepastian hukum, hanya
kecuali terhadap putusan bebas. diperbolehkan satu kali saja, sudah
3. Dari perumusan Pasal 67 KUHAP jelas hal ini merupakan merobek
secara jelas dapat diketahui bahwa prinsip kepastian hukum memang
terhadap putusan bebas dan putusan dalam praktek pengajuan kasasi
lepas dari segala tuntutan hukum diajukan bukan hanya sekali saja dan
yang menyangkut masalah kurang ini telah melanggar Pasal 260 KUHAP.
tepatnya penerapan hukum yang Demikian juga Pasal 259 (2) KUHAP
dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri putusan kasasi dan kepentingan
tidak dapat dimintakan banding. Hal hukum tidak boleh merugikan pihak
ini berarti diluar dua macam putusan yang berkepentingan, kenapa
bebas terdakwa atau Penuntut Undang-Undang menyebutkan
Umum dapat mengajukan perkataan pihak yang
permintaan kasasi. berkepentingan. Mengapa tidak
menggunakan kata pihak terpidana
B. Saran saja?
1. Dalam hal upaya hukum adalah hak
terdakwa atau penuntut umum untuk DAFTAR PUSTAKA
tidak menerima putusan pengadilan Apeldoorn Van, Pengantar Ilmu Hukum,
yang berupa perlawanan atau Pradnya Paramita, Jakarta, 1986
banding atau kasasi adalah hak Hamzah Andi, Perbandingan KUHAP-
terpidana. Untuk mengajukan HIRdan Komentar, Ghalia Indonesia,
permohonan Peninjauan Kembali Jakarta, 1984
dalam hal serta menurut cara yang Hommes van Eikena, ^>}P] v
diatur dalam Undang-Undang bahwa Z ZšŒ]v ]vP_ dikutip dalam
berdasarkan ketentuan Pasal 67 SudiknoMertokusumo, Mengenal
KUHAP Terdakwa atau Penuntut Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1999
Umum berhak untuk minta banding Kuffal HMA, Penerapan KUHAP dalam
terhadap putusan bebas, lepas dari Praktek Hukum, UMM Press, Malang,
segala tuntutan hukum yang 2004
menyangkut masalah kurang Lamintang P.A.F, KUHAP dengan Penjelasan
tepatnya penerapan hukum dan secara Yuridis Menurut Yurisprudensi
putusan pengadilan dalam acara Ilmu Pengetahuan Hukum, Sinar Baru,
cepat. Bandung, 1984

44
Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014

Lotulung Paulus Effendi, ^W Πv v Peraturan Perundang-Undangan


zµŒ]•‰Œµ v•] ^ P ] ^µu Œ ,µlµu_, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang
BPHN Dep. Kehakiman, Jakarta, Kitab Undang-Undang Hukum Acara
1997/1998. Pidana
LugmanLoebby, Hak Azasi Manusia dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang
Hukum Acara Pidana, Datacom, Jakarta, Kekuasaan Kehakiman RI
2002 Undang-Undang No. 5 Tahun 1985 Tentang
Moerad BM Pontang, Pembentukan Hukum Mahkamah Agung
Melalui Putusan Pengadilan dalam
Perkara Pidana, Alumni, Bandung, 2005
MulyaniLilik, Putusan Hakim dalam Hukum
Acara Pidana Teori dan Praktek, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2007
PangaribuanLuhut MP, Hukum Acara
Pidana Surat-Surat Resmi di Pengadilan
oleh Advokad, Djambatan, Jakarta, 2005
PudjohamidjojoMartiman, Kemerdekaan
Hakim Keputusan Bebas Murni(Arti dan
Makna), Simplex, Jakarta, 1999
PrakosoDjoko, Masalah Pemberian Pidana
dalam Teori dan Praktek Peradilan,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984
SoesiloYuwono, Penyelesaian Perkara
Berdasarkan KUHAP Sistim dan
Prosedur, Alumni Bandung, 1982
SudiknoMertokusumo, Bab-Bab Tentang
Penemuan Hukum, Liberty, Yogyakarta,
1993
SapardjajaEmong, Ajaran Sifat Melawan
Hukum Materiil dalam Hukum Pidana,
Alumni, Bandung, 2002.
SoekantoSoerjono dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, RajaGrafindo, Jakarta,
2001
Soedirjo, Kasasi dalam Perkara Pidana
(Sifat dan Fungsi), Ahliyah, Jakarta, 1981.
SoemaDipradja Rd Achmad, Hukum Pidana
dalam Yurisprudensi, CV. Armico,
Bandung, 1990.
Taufik Makarao Muhammad dan Suhasril,
Hukum Acara Pidana dalam Teori dan
Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004
TjitrosubonoHarjono, Hukum Acara Pidana
(HAP) dalam diskusi, LBH Surabaya, Bina
Ilmu, Surabaya, 1982.

45

You might also like