You are on page 1of 19

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/353635285

Pengaruh tata kelola perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap


pengungkapan karbon di Indonesia

Article  in  JURNAL INFORMASI PERPAJAKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN PUBLIK · July 2021


DOI: 10.25105/jipak.v16i2.9420

CITATIONS READS

6 364

4 authors, including:

Amrie Firmansyah Pramuji Handra Jadi


Indonesian State College of Accountancy Polytechnic of State Finance STAN
291 PUBLICATIONS   1,437 CITATIONS    9 PUBLICATIONS   44 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Wahyudi Febrian
Polytechnic of State Finance STAN
8 PUBLICATIONS   33 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Amrie Firmansyah on 02 August 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi, dan Keuangan Publik
Vol 16 No. 2 Juli 2021 : 303 - 320 ISSN : 2685-6441 (Online)
Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jipak.v16i2.9420 ISSN : 1907-7769 (Print)

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN UKURAN


PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN EMISI KARBON
DI INDONESIA

1
Amrie Firmansyah
2
Pramuji Handra Jadi
3
Wahyudi Febrian
4
Deddy Sismanyudi
1,2,3,4
Politeknik Keuangan Negara STAN

amrie@pknstan.ac.id

Abstract
The company has a significant contribution to industrialization, which results in
global warming and climate change in the world. This condition can threaten the future
of the world, including in Indonesia. This study aims to examine the effect of corporate
governance on the disclosure of carbon emissions in Indonesia. This study uses
secondary data sourced from financial statements available at www.idnfinancials.com.
The sample used in this study was a manufacturing company from 2016 to 2019. By
using purposive sampling, the sample obtained in the study is 260 observations. The
research data were analyzed using multiple linear regression for panel data. This study
concludes that the implementation of good governance and firm size are positively
associated with emission carbon disclosure. The implementation of good corporate
governance can increase the transparency of information provided to the public
voluntarily, including information on carbon emissions produced by companies.
Besides, the large companies tend to be transparent in their carbon emissions
disclosure to the public. This research indicates that the government needs to regulate
policies related to managing carbon emissions produced by companies to encourage
companies to implement sustainability issues. In addition, the Financial Services
Authority (OJK) needs to carry out monitoring related to the implementation of
corporate governance implemented by companies listed on the Indonesia Stock
Exchange.

Keywords : Carbon; Disclosure; Environment; Governance; Sustainability.

JEL Classification : G32,Q50,Q56

Submission date : June 7, 2021 Accepted date : July 22, 2021

303
304 | J I P A K 2 0 2 1

1. PENDAHULUAN

Pemanasan global dan perubahan iklim telah menjadi masalah yang semakin
meningkat dan dapat mengancam masa depan dunia. Indonesia tergolong ke dalam
kategori negara dengan risiko bencana tinggi (World Economic Forum, 2016). 7 dari 10
bencana di Indonesia disebabkan oleh perubahan iklim atau biasa disebut bencana
hidrometeorologi (BNPB, 2016). Sepanjang 2005 sampai 2015 lebih dari 78% (11.648)
kejadian bencana merupakan bencana hidro meteorologi (kejadian bencana banjir,
gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim) dan
hanya sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi (gempa bumi, tsunami, letusan
gunung api, dan tanah longsor) dengan kecenderungan jumlah kejadian bencana secara
total untuk kedua jenis kelompok yang relatif terus meningkat (BNPB, 2016). Banyak
kelompok pemangku kepentingan mendesak untuk mengatasi masalah pemanasan
global dan perubahan iklim (Prado-Lorenzo et al., 2009). Secara khusus, kelompok
lingkungan menyarankan kepada otoritas dalam suatu negara untuk menetapkan
pengaturan terkait dengan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan meminta entitas untuk
mengambil tindakan proaktif pada strategi emisi karbon (Reid & Toffel, 2009).
Protokol Kyoto diadopsi pada tahun 1997 dan mulai berlaku pada tahun 2005 sebagai
pendorong utama bagi perusahaan dalam merespon pemanasan global (Lee et al., 2015).
Protokol Kyoto bertujuan untuk mengurangi efek pemanasan global dengan membawa
emisi Gas Rumah Kaca ke tingkat yang dapat diterima (Freedman & Jaggi, 2005).
Sejak diperkenalkannya Protokol Kyoto, perusahaan yang terutama beroperasi di
industri yang sensitif terhadap lingkungan, telah mengalami tekanan yang meningkat
untuk mencegah emisi karbon di seluruh organisasi (Kilic & Kuzey, 2019). Indonesia
sebagai pihak yang meratifikasi protokol ini telah menuangkannya dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2004 dan mengatur secara detail dalam Peraturan Pemerintah
No. 61 tahun 2011 dan 71 tahun 2011 untuk dapat dilaksanakan oleh entitas di
Indonesia. Aturan tersebut menghasilkan Rencana Aksi Nasional penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN-GRK) dan diteruskan ke Rencana Aksi Daerah penurunan Emisi
Gas Rumah Kaca (RAD-GRK).
Sebagai konsekuensi dari meningkatnya perhatian pada masalah lingkungan,
perusahaan cenderung untuk terlibat dalam praktik yang bertanggung jawab terhadap
masalah-masalah lingkungan yang semakin meningkat. Perusahaan meyakinkan
pemangku kepentingan bahwa aktivitas perusahaan sejalan dengan harapan pemangku
kepentingan terkait emisi karbon dalam melegitimasi perusahaan dan untuk
mempertahankan kontrak sosial (Yunus et al., 2016). Salah satu cara untuk memenuhi
tuntutan pemangku kepentingan adalah dengan mengungkapkan praktik pengelolaan
karbon mereka melalui beberapa saluran seperti laporan tahunan, laporan keberlanjutan,
dan situs web perusahaan. Teori pemangku kepentingan mengemukakan bahwa suatu
entitas berusaha untuk menyelaraskan kegiatannya dengan harapan pemangku
kepentingan (Barako & Brown, 2008). Tekanan eksternal dari beberapa kelompok
pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, lembaga swadaya masyarakat, media dan
J I P A K 2 0 2 1 | 305

komunitas lokal, cenderung terus meningkat dalam hal masalah lingkungan dan sosial
(Lee et al., 2015). Tekanan dari pemangku kepentingan memaksa perusahaan untuk
mengungkapkan lebih banyak informasi kepada publik (Naser et al., 2006). Oleh karena
itu, pemangku kepentingan mendorong untuk mengungkapkan aktivitas lingkungannya.
Perusahaan cenderung untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
mengungkapkannya melalui saluran komunikasi sebagai bentuk respon kepada
kelompok pemangku kepentingan.
Entitas yang memiliki dampak lingkungan erat kaitannya dengan emisi karbon
harus menyelaraskan program penurunan emisi karbon baik secara internasional
maupun secara nasional. Meningkatnya perhatian pada emisi GRK juga berdampak
pada pengungkapan terkait emisi GRK. Oleh karena itu, pengembangan strategi dalam
menangani masalah lingkungan dan pengungkapan informasi emisi GRK menjadi
sangat penting bagi entitas dalam menjaga citra perusahaan. Selain itu, perusahaan
perlu memperhatikan tekanan dari pemangku kepentingan terkait dengan etika bisnis
dalam memperhatikan dampak lingkungan akibat aktivitas operasi perusahaan.
Perusahaan harus transparan dalam memberikan informasi kepada publik atas emisi
karbon yang telah dilakukannya. Dengan demikian, pengujian terhadap pengungkapan
emisi karbon perlu untuk diinvestigasi lebih lanjut.
Penelitian sebelumnya yang menguji pengungkapan emisi karbon dilakukan
dengan karakteristik perusahaan seperti leverage (Irwhantoko & Basuki, 2016; Choi et
al., 2013; Mujiani et al., 2019; Hapsoro & Ambarwati, 2018), ukuran perusahaan
(Irwhantoko & Basuki, 2016; Choi et al., 2013; Ratmono et al., 2020; Mujiani et al.,
2019; Wiratno & Muaziz; 2020; Septriyati & Anisah (2019), profitabilitas (Irwhantoko
& Basuki, 2016; Choi et al., 2013; Ratmono et al., 2020; Mujiani et al., 2019; Hapsoro
& Ambarwati, 2018), umur perusahaan (Hapsoro & Ambarwati, 2018). Pengujian
pengungkapan emisi lainnya dilakukan dengan menggunakan tata kelola baik secara
komprehensif seperti yang dilakukan oleh Choi et al. (2013), maupun bagian dari tata
kelola seperti direktur independen (Yunus et al., 2016; Kilic & Kuzey, 2019), komite
audit (Budiharta & Kacaribu, 2020), diversitas direksi (Ben-Amar, 2015; Kilic &
Kuzey, 2019; Syabilla et al., 2021; Hollindale et al., 2017), jumlah direksi (Yunus et al.,
2016; Budiharta & Kacaribu, 2020), kepemilikan manajerial (Budiharta & Kacaribu,
2020), konsentrasi kepemilikan (Gonzalez-Gonzalez dan Ramírez; 2016). Selain itu,
pengujian pengungkapan emisi karbon juga dilakukan dengan komite lingkungan (Liao
et al., 2015; Yunus et al., 2016) komite keberlanjutan (Kilic & Kuzey, 2019), sistem
manajemen lingkungan (Yunus et al., 2016), dan kinerja lingkungan (Ratmono et al.,
2020). Pengujian sebelumnya juga menguji pengungkapan emisi karbon terhadap
kinerja karbon (Alsaifi (2021), nilai perusahaan (Muhammad & Aryani, 2021; Kurnia et
al., 2020; Hardiyansah et al., 2021), cost of equity (Bui et al., 2020), kinerja ekonomi
(Rohani et al., 2020), cost of debt (Kumar & Firoz, 2018).
Pengungkapan karbon tidak lepas dari isu transparansi yang dilakukan oleh
perusahaan kepada publik dan ukuran perusahaan. Perusahaan lebih transparan apabila
penerapan tata kelola diimplementasikan dengan baik. Tata kelola dapat dilihat dari
306 | J I P A K 2 0 2 1

sudut pandang penerapan item-item tata kelola yang ditentukan oleh otoritas tertentu
yang mengatur tata kelola, atau monitoring yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu
atas kinerja manajer dalam perusahaan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
implementasi tata kelola dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan emisi
karbon (Choi et al., 2013). Yunus et al. (2016) menemukan bahwa jumlah direksi dan
direksi independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan emisi karbon. Kilic &
Kuzey (2019) menyimpulkan bahwa direktur independen dan diversitas berpengaruh
positif terhadap pengungkapan karbon. Budiharta & Kacaribu (2020) menemukan
bahwa kepemilikan saham oleh dewan direksi dapat mendorong perusahaan untuk lebih
transparan dalam pengungkapan emisi karbon. Akan tetapi, penelitian tersebut tidak
membuktikan bahwa jumlah direksi dan komite audit dapat mempengaruhi
pengungkapan emisi karbon. Ben-Amar (2015), Hollindale et al. (2017) dan Syabilla et
al. (2021) menemukan bahwa diversitas gender dalam direksi berpengaruh positif
terhadap pengungkapan karbon. Selanjutnya, Gonzalez-Gonzalez & Ramírez (2016)
menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan dapat menurunkan pengungkapan
informasi karbon. Berdasarkan hasil pengujian-pengujian sebelumnya dari tata kelola
baik berupa implementasi secara keseluruhan maupun fungsi bagian dari tata kelola
menunjukkan bahwa implementasi tata kelola dapat memberikan hasil pengujian yang
bervariasi. Seyogyanya penerapan tata kelola sejalan dengan transparansi
pengungkapan emisi karbon yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu,
pengujian tata kelola terhadap pengungkapan emisi karbon perlu untuk dilakukan
kembali.
Selanjutnya, perusahaan besar diyakini cenderung lebih menangkap isu-isu
lingkungan. Prado-Lorenzo et al. (2009), Gonzalez-Gonzalez & Ramírez (2016),
Chithambo & Tauringana (2014), dan Abdullah et al. (2020) menemukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan emisi karbon. Hasil pengujian
tersebut menunjukkan bahwa tekanan dari pemangku kepentingan banyak direspon oleh
perusahaan-perusahaan besar untuk mengungkapan informasi emisi karbon kepada
publik. Perusahaan besar lebih sadar akan tanggung jawab lingkungan mereka dan lebih
bersedia untuk mengungkapkan informasi karbon secara sukarela. Di sisi lain, Wiratno
& Muaziz (2020) dan Septriyati & Anisah (2019) menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan emisi karbon. Berdasarkan hasil
penelitian ini, perusahaan besar tidak menjamin untuk mengungkapkan emisi
karbonnya. Adanya perbedaan hasil pengujian sebelumnya mengakibatkan pengujian
ukuran perusahaan perlu untuk diinvestigasi kembali.
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh tata kelola perusahaan
terhadap pengungkapan karbon. Luo et al. (2013) menyatakan bahwa terdapat
perbedaan pengungkapan emisi karbon di negara maju dan negara berkembang. Oleh
karena itu, penggunaan data perusahaan di Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang bertujuan untuk menguji pernyataan tersebut. Dalam penelitian
sebelumnya pengujian pengungkapan karbon atas penerapan tata kelola dilakukan
dengan karakteristik tata kelola perusahaan seperti direktur independen (Yunus et al.,
J I P A K 2 0 2 1 | 307

2016; Kilic & Kuzey, 2019), komite audit (Budiharta & Kacaribu, 2020), diversitas
direksi (Ben-Amar, 2015; Kilic & Kuzey, 2019; Syabilla et al., 2021; Hollindale et al.,
2017), jumlah direksi (Yunus et al., 2016; Budiharta & Kacaribu, 2020), kepemilikan
manajerial (Budiharta & Kacaribu, 2020), konsentrasi kepemilikan (Gonzalez-Gonzalez
dan Ramírez; 2016). Adapun Choi et al. (2013) menggunakan implementasi tata kelola
dengan menggunakan ranking tata kelola perusahaan di Australia yang dikeluarkan oleh
Horwath Corporate Governance Report. Sementara itu, penelitian ini menggunakan tata
kelola berdasarkan indeks tata kelola di Indonesia sesuai dengan Surat Edaran Otoritas
Jasa Keuangan nomor 32 /SEOJK.04/2015. Penggunaan indeks sebagaimana
pengaturan OJK ini dapat melihat penerapan CG secara keseluruhan dibanding
penggunaan tata kelola yang menggunakan atribut-atribut yang terpisah dan sudah
disesuaikan dengan data perusahaan di Indonesia. Pengujian indeks tata kelola ini telah
dilakukan oleh Putri et al. (2020), Firmansyah et al. (2021a), Damayanti & Firmansyah
(2021) dalam pengujian tata kelola terhadap nilai perusahaan.
Selain itu, penelitian ini menggunakan proksi pengungkapan emisi karbon
menggunakan indeks berdasarkan indeks dari GRI 305 sebagaimana Muhammad &
Aryani (2021) dan Kurnia et al. (2020). Kedua penelitian tersebut hanya menggunakan
indeks pengungkapan, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan indeks
pengungkapan yang disesuaikan dengan kinerja pengungkapannya sebagaimana
Firmansyah & Estutik (2020) dan Lee (2015). Yunus et al. (2016) menggunakan sistem
manajemen karbon dengan kriteria tertentu. Choi et al. (2013), Liao et al. (2015), Ben-
Amar (2015) menggunakan indeks Carbon Disclosure Project (CDP) sebagai proksi
yang digunakan untuk merepresentasikan pengungkapan emisi karbon. Penelitian-
penelitian sebelumnya dengan menggunakan data perusahaan di Indonesia seperti
Irwhantoko & Basuki (2016), Ratmono et al. (2020), Budiharta & Kacaribu (2020),
Syabilla et al. (2021), Hardiyansah et al. (2021), Hapsoro & Ambarwati (2018),
Abdullah et al. (2020) menggunakan indeks CDP yang dibangun oleh Choi et al. (2013)
yang terdiri dari 18 item.
Kontribusi penelitian ini adalah memberikan tambahan literatur atas
pengungkapan karbon dalam konteks respon perusahaan terkait dengan isu sustanability
yang telah dilakukan oleh perusahaan di Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
perbaikan pengungkapan emisi karbon oleh perusahaan dan dapat digunakan oleh
pembuat kebijakan dalam memperbaiki kebijakan pengungkapan karbon maupun
monitoring penerapan pengungkapan emisi karbon oleh perusahaan.
Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu leverage dan profitabiltas
sebagaimana digunakan dalam pengujian penelitian sebelumnya. Irwhantoko & Basuki
(2016) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan
karbon. Temuan ini menunjukkan bahwa pengungkapan emisi karbon lebih ditujukan
kepada investor dibanding kreditor. Namun, Hapsoro & Ambarwati (2018) serta
Abdullah et al. (2020) menemukan bahwa leverage justru dapat meningkatkan
pengungkapan emisi karbon karena adanya pengawasan ketat oleh kreditor.
308 | J I P A K 2 0 2 1

Selanjutnya, Abdullah et al. (2020), Hapsoro & Ambarwati (2018) dan Mujiani et al.
(2019) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan
emisi karbon. Perusahaan berpenghasilan tinggi cenderung untuk memelihara
kepercayaan publik dalam mengungkapkan informasi emisi karbon

2. TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pemangku Kepentingan


Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukan merupakan entitas yang
beroperasi demi kepentingan sendiri melainkan harus mampu memberikan manfaat bagi
seluruh pihak terkait. Teori stakeholder menuntut perusahaan untuk bertindak lebih etis
dengan turut mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan lain dalam
pengambilan keputusan operasional perusahaan. Eksistensi perusahaan erat kaitannya
dengan dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan (Ghozali & Chariri,
2016). Stakeholder adalah setiap kelompok/individu yang dipengaruhi atau
mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan (Freeman, 1983). Terdapat dua
kelompok utama stakeholder yaitu primer dan sekunder. Stakeholder primer merupakan
pihak-pihak yang terkait langsung dengan keberlangsungan perusahaan seperti investor,
kreditor, karyawan, pemasok, dan pelanggan. Adapun yang termasuk stakeholder
sekunder adalah pemerintah, masyarakat umum, dan lingkungan.
Teori stakeholder menyatakan bahwa seluruh pemangku kepentingan berhak atas
informasi kegiatan perusahaan yang mempengaruhi mereka (Deegan, 2004).
Keberhasilan dan capaian kinerja perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen
dalam mengelola kepentingan seluruh stakeholder yang beragam (Lako, 2011). Bentuk
strategi perusahaan dalam mengelola hubungan baik dengan para stakeholder adalah
dengan terlibat dalam aktivitas tanggung jawab sosial salah satunya melalui manajemen
emisi karbon yang mengindikasikan kepedulian perusahaan pada keberlangsungan
lingkungan hidup dan masyarakat umum.

Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan keagenan sebagai
kontrak di mana satu atau lebih pemilik modal (prinsipal) melibatkan manajer (agen)
untuk melakukan suatu pekerjaan atas nama pemilik modal dengan mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada manajer. Keputusan yang diambil harus
sesuai dengan tujuan utama perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan dilihat
dari peningkatan kekayaan pemegang saham (Jensen & Meckling, 1976).
Menurut Scott (2015), teori keagenan menggambarkan sebuah hubungan kontrak
antara agen dan prinsipal, di mana baik prinsipal maupun agen memiliki kepentingan
masing-masing dalam memaksimalkan kekayaan mereka. Kepentingan prinsipal yaitu
pengembalian modal setinggi-tingginya sedangkan kepentingan agen, mendapatkan gaji
dan bonus yang besar. Hubungan keagenan ini dapat menimbulkan masalah keagenan
J I P A K 2 0 2 1 | 309

(agency problem) dalam perusahaan. Masalah keagenan dapat terjadi karena adanya
masalah asimetri informasi dan konflik kepentingan (Scott, 2015). Asimetri informasi
(information asymmetry) merupakan kondisi di mana manajer memiliki informasi yang
lebih banyak mengenai kondisi operasional maupun kondisi keuangan perusahaan yang
sebenarnya dibandingkan pemilik modal. Masalah keagenan dapat diminimalisir
dengan biaya keagenan (agency cost) agar agen tetap bertindak selaras dengan
kepentingan prinsipal. Biaya keagenan terdiri dari tiga jenis yaitu monitoring cost,
bonding cost, dan residual loss (Jensen & Meckling, 1976). Monitoring cost merupakan
biaya untuk melakukan pengawasan terhadap prilaku agen. Bonding cost merupakan
biaya untuk mengikat agen agar tetap berperilaku selaras dengan kepentingan prinsipal.
Sementara itu, residual loss merupakan biaya yang timbul sebagai akibat perbedaan
mendasar antara kepentingan agen dan prinsipal dalam pengambilan keputusan. Adanya
asimetri informasi dan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat
mengarahkan manajer untuk mengambil keputusan, termasuk kebijakan perusahaan
yang menguntungkan dirinya sendiri sehingga tindakannya menjadi tidak selaras
dengan kepentingan pemilik modal. Salah satu cara meminimalisasi masalah keagenan
yaitu melalui penerapan tata kelola perusahaan (good governance).

Hipotesis
Tata Kelola Perusahaan Terhadap Pengungkapan Emisi Karbon
Tuntutan pemangku kepentingan terhadap entitas dalam menjalankan operasinya
diharapkan dapat memberikan kontribusi di masa mendatang dengan tindakan yang
lebih beretika (Kilic & Kuzey, 2019). Tuntutan tersebut salah satunya adalah
transparansi informasi yang diberikan kepada publik. Adanya perkembangan
perlindungan lingkungan secara global mengakibatkan perusahaan harus lebih memiliki
tanggung jawab dalam mengungkapkan informasi aktivitasnya kepada publik. Operasi
perusahaan dapat mengakibatkan berbagai dampak lingkungan yang merugikan,
contohnya adalah emisi karbon. Pengungkapan emisi karbon juga cenderung
mencerminkan adanya strategi perusahaan dalam berkontribusi atas penurunan emisi
karbon dari aktivitas perusahaan. Di sisi lain, tidak semua perusahaan berkenan untuk
memberikan informasi tersebut kepada publik. Padahal informasi pengungkapan emisi
karbon tidak menunjukkan perusahaan menjadi tidak baik. Namun, dengan
pengungkapan emisi karbon dapat mencerminkan perusahaan memenuhi keinginan dari
pemangku kepentingan dan peduli dengan kondisi lingkungan.
Implementasi tata kelola yang baik seharusnya dapat mendorong perusahaan
untuk lebih terbuka dalam pengungkapan emisi karbon perusahaan sebagaimana
penelitian-penelitian sebelumnya. Choi et al. (2013) menemukan bahwa implementasi
tata kelola perusahaan dapat meningkatkan pengungkapan emisi karbon. Penelitian
lainnya menggunakan bagian dari tata kelola perusahaan seperti Yunus et al. (2016) dan
Kilic & Kuzey (2019) menunjukkan bahwa direktur independen berpengaruh positif
terhadap pengungkapan emisi karbon. Ben-Amar (2015), Kilic & Kuzey (2019),
Syabilla et al. (2021), dan Hollindale et al. (2017) membuktikan bahwa diversitas
310 | J I P A K 2 0 2 1

direksi berkaitan langsung dengan pengungkapan emisi karbon perusahaan. Sementara


itu, Gonzalez-Gonzalez & Ramírez (2016) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan
dapat menurunkan emisi karbon.
Pemangku kepentingan mengharapkan bahwa perusahaan dapat lebih transparan
dalam mengungkapkan informasinya kepada publik. Penerapan tata kelola yang baik
dapat mendorong perusahaan untuk memenuhi keinginan pemangku kepentingan.
Pengungkapan emisi karbon merupakan salah satu bentuk transparansi informasi
kepada publik dalam rangka memenuhi keinginan pemangku kepentingan. Transparansi
informasi tersebut dapat memperbaiki citra perusahaan dan kepercayaan pemangku
kepentingan termasuk di pasar modal dalam bentuk respon positif investor berupa
peningkatan nilai perusahaan (Muhammad & Aryani, 2021; Kurnia et al., 2020;
Hardiyansah et al., 2021). Tata kelola perusahaan bukan hanya memberikan
transparansi informasi pengungkapan karbon kepada publik, namun implementasi tata
kelola yang baik mendorong perusahaan untuk memiliki stategi dalam penurunan emisi
karbon yang memiliki dampak terhadap lingkungan. Dengan demikian, hipotesis
pertama dalam penelitian ini adalah:
H1: Tata kelola perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan emisi karbon

Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Emisi Karbon


Pemangku kepentingan menuntut perusahaan untuk bertindak lebih etis dalam
aktivitas operasinya karena tuntutan tersebut erat kaitannya dengan eksistensi
perusahaan di masa depan (Ghozali & Chariri, 2016). Salah satu tuntutan dari
pemangku kepentingan yang perlu menjadi perhatian perusahaan saat ini adalah terkait
dengan isu lingkungan. Apabila perusahaan tidak memperhatikan kinerja lingkungan,
maka perusahaan cenderung untuk mendapatkan masalah di masa depan (Firmansyah et
al., 2021b). Beberapa perusahaan yang dinilai sebagai pembuat masalah lingkungan,
harus meninjau kembali aktivitas produksi dan operasi perusahaan akibat adanya
tuntutan pihak eksternal (Cankaya & Sezen, 2019). Oleh karena itu, perusahaan harus
mengatasi masalah lingkungan dengan mengembangkan pengelolaan lingkungan yang
lebih efektif (Lee, 2009). Salah satu isu lingkungan yang banyak dibahas dalam
berbagai literatur saat ini adalah terkait dengan emisi karbon yang dihasilkan oleh
aktivitas operasi dan produksi dari suatu perusahaan. Adanya emisi karbon
mengakibatkan dunia saat mulai memperhatikan hal-hal ekologi untuk mengambil
tindakan pencegahan masalah ini (Walker et al., 2008).
Pengungkapan informasi emisi karbon yang dilakukan perusahaan kepada publik
menunjukkan bahwa perusahaan bertanggung jawab atas aktivitasnya yang
mengakibatkan adanya penurunan kualitas lingkungan. Prado-Lorenzo et al. (2009),
Gonzalez-Gonzalez & Ramírez (2016), Chithambo & Tauringana (2014), dan Abdullah
et al. (2020) membuktikan bahwa perusahaan besar cenderung untuk lebih transparan
dalam pengungkapan emisi karbon. Adanya tekanan pemangku kepentingan
mengakibatkan perusahaan besar lebih transparan dalam pengungkapan emisi karbon.
Selain itu, perusahaan besar lebih sadar akan tanggung jawab dalam mengungkapkan
J I P A K 2 0 2 1 | 311

informasi karbon secara sukarela. Perusahaan besar biasanya didominasi oleh aktiva
tetap yang besar. Penggunaan aktiva tetap yang besar banyak dialokasikan untuk
aktivitas produksi yang dampaknya berkaitan dengan masalah lingkungan. Adanya
peraturan perundangan di Indonesia terkait dengan lingkungan sejalan dengan upaya
perusahaan besar dalam memenuhi kewajiban lingkungannya. Dengan demikian,
hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah:
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan emisi karbon

3. METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dari


tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Data diperoleh dari www.idnfinancials.com,
www.idx.co.id, dan situs resmi perusahaan. Penelitian ini menggunakan perusahaan
sektor manufaktur karena sektor ini merupakan perusahaan dengan sektor terbesar
dalam Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan periode observasi dari tahun
2016 karena sesuai dengan periode penerapan efektif Pedoman Tata Kelola Perusahaan
berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32 tahun 2015. Sampel
ditentukan dengan menggunakan teknik pemilihan sampel non acak (purposive
sampling) dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 1
Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang terdaftar di BEI per Juni 2020 634
Perusahaan yang terdaftar di BEI setelah 1 Januari 2015 -192
Perusahaan yang terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2015 442
Perusahaan yang tidak termasuk dalam sektor non
-303
manufaktur/industri
Perusahaan dengan memiliki data tidak lengkap -74
Jumlah Perusahaan yang dapat digunakan dalam penelitian 65
Tahun Penelitian 4
Total observasi 260
Sumber: Data Diolah (2021)

Penelitian ini menggunakan pengungkapan emisi karbon sebagai variabel


dependen. Proksi yang digunakan untuk mengukur pengungkapan karbon mengikuti
Muhammad & Aryani (2021) dan Kurnia et al. (2020) yaitu 5 (lima) item dari GRI 305
berupa pengungkapan emisi GRK langsung (305-1), pengungkapan emisi GRK tidak
langsung (305-2), pengungkapan emisi energi GRK tidak langsung lainnya (305-3),
pengungkapan intensitas emisi GRK (305-4), dan pengungkapan pengurangan emisi
GRK (305-5). Pemberian skor pada kedua penelitian tersebut hanya berdasarkan item
pengungkapan, namun dalam penelitian ini menggunakan skala pengungkapan
312 | J I P A K 2 0 2 1

sebagaimana Lee (2015) dan Firmansyah & Estutik (2020) seperti yang tercantum di
Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2
Skala Indeks Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Skala Deskripsi
0 Tidak melakukan pengungkapan
1 Pengungkapan minimum atau disebutkan secara singkat
2 Deskriptif: menyajikan dampak bagi perusahaan atau kebijakan yang jelas
3 Kuantitatif: dampak bagi perusahaan secara jelas didefinisikan dalam istilah moneter atau
kuantitas fisik.
4 Truly extraordinary
Sumber: Lee (2015) dan Firmansyah (2020)

Skor yang diperoleh kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan total skor


masing-masing perusahaan. Pengungkapan emisi karbon dihitung dengan rumus berikut
CDit =
Keterangan :
CDit = Indeks pengungkapan emisi karbon perusahaan i pada tahun t
Xit = Nilai total pengungkapan emisi karbon perusahaan i pada tahun t
n = Jumlah nilai maksimum pengungkapan emisi karbon

Variabel independen dalam penelitian ini adalah tata kelola perusahaan dan
ukuran perusahaan. Tata kelola perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan cara
mengembangkan indeks yang terdiri dari lima dimensi pengukuran utama sesuai prinsip
corporate governance yang dikeluarkan oleh OJK yaitu Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 32 tahun 2015. Lima dimensi tersebut yaitu dimensi hubungan
perusahaan terbuka dengan pemegang saham dalam menjamin hak-hak pemegang
saham, dimensi fungsi dan peran dewan komisaris, dimensi fungsi dan peran direksi,
dimensi partisipasi pemangku kepentingan, serta dimensi keterbukaan informasi.
Pengukuran tata kelola perusahaan pada penelitian ini merujuk pada Firmansyah et al.
(2021a), Damayanti & Firmansyah (2021) dan Putri et al. (2020) dengan modifikasi
berdasarkan SE OJK tersebut. Indeks dibuat dengan cara menurunkan lima dimensi
utama menjadi 25 item, untuk kemudian membentuk indeks dengan skor 1 jika
memenuhi dan 0 jika tidak memenuhi. Checklist tersebut kemudian dikalkulasi dan
dirata-rata sehingga membentuk nilai yang berkisar antara 0-1. Dengan demikian,
rumus tata kelola tersebut secara ringkas dapat dinyatakan sebagai berikut.
CGovit =

Ukuran perusahaan menggunakan proksi yang digunakan oleh Prado-Lorenzo et


al. (2009), Gonzalez-Gonzalez & Ramírez (2016), Chithambo & Tauringana (2014) dan
Abdullah et al. (2020) yaitu logaritma natural total aset. Selain itu, penelitian ini juga
J I P A K 2 0 2 1 | 313

menggunakan dua variabel kontrol yaitu leverage dan profitabilitas. Leverage


menggunakan proksi debt to equity ratio sebagaimana digunakan oleh Irwhantoko &
Basuki (2016), Abdullah et al. (2020), dan Hapsoro & Ambarwati (2018). Sementara
itu, proksi profitabilitas menggunakan return on assets sebagaimana Abdullah et al.
(2020), Hapsoro & Ambarwati (2018) dan Mujiani et al. (2019). Selanjutnya, Pengujian
hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda untuk data panel. Pengujian model
dari regresi dengan data panel dilakukan dengan uji chow, uji hausman, dan uji
langrange multiplier untuk menentukan model terbaik di antara common effect model,
random effect model atau fix effect model. Model penelitian utama dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

CDit = αit + β1CGit + β2LEVit + β3ROAit+ β4SIZEit + εit


Keterangan:
CDit = pengungkapan emisi karbon perusahaan i untuk tahun t
CGit = governance disclosure index perusahaan i untuk tahun t
LEVit = leverage perusahaan i untuk tahun t
ROAit = return on asset perusahaan i untuk tahun t
SIZEit = ukuran perusahaan perusahaan i untuk tahun t

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3 merupakan ringkasan statistik deskriptif atas variabel-variabel yang


digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3
Statistik Deskriptif
CD CG LEV ROA SIZE
Mean 0.453 0.709 0.845 0.084 28.917
Med. 0.000 0.720 0.593 0.057 28.671
Max. 4.000 1.000 4.189 0.921 33.494
Min. 0.000 0.280 0.083 2.95E-05 25.795
Std. Dev. 0.924 0.196 0.699 0.099 1.613
Obs. 260 260 260 260 260
Sumber: Data Diolah SPSS v24 (2021)

Berdasarkan pemilihan model melalui uji chow, uji hausman, dan uji breusch-
pagan lagrange multiplier disimpulkan bahwa random effect model merupakan model
yang paling sesuai untuk pengujian hipotesis. Adapun ringkasan hasil pengujian
hipotesis adalah sebagai berikut:
314 | J I P A K 2 0 2 1

Tabel 4
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Var. Coeff. t-Stat. Prob.
C -7.403 -5.146 0.000 ***
CG 0.389 1.338 0.091 *
ROA 1.172 2.220 0.013 **
LEV 0.065 0.677 0.249
SIZE 0.256 4.946 0.000 ***
R2 0.143
Adj. R2 0.130
F-stat. 10.708
Prob(F-stat.) 0.000
Sumber: Data Diolah SPSS v24 (2021)

Hasil uji hipotesis menunjukkan probabilitas CG sebesar 0,091 (lebih kecil dari
0,1) dengan koefisien sebesar 0,389. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa
implementasi tata kelola berpengaruh positif terhadap pengungkapan karbon. Hasil
pengujian ini sejalan dengan Choi et al. (2013), Yunus et al. (2016), Kilic & Kuzey
(2019), Ben-Amar (2015), Syabilla et al. (2021), Hollindale et al. (2017), namun tidak
sejalan dengan Gonzalez-Gonzalez & Ramírez (2016). Tuntutan pemangku kepentingan
dalam transparansi informasi pengungkapan emisi karbon dapat dipenuhi oleh
perusahaan dengan implementasi tata kelola yang baik. Tuntutan tersebut sejalan
dengan perkembangan perlindungan lingkungan secara global akibat adanya emisi
karbon dari aktivitas operasi perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perusahaan manufaktur di Indonesia yang memiliki kaitan erat dengan emisi karbon
telah memahami dampak lingkungan akibat emisi karbon. Selain itu, tata kelola
mendorong perusahaan memiliki strategi dalam pengendalian emisi karbon.
Pengungkapan emisi karbon dapat mencerminkan perusahaan dalam memenuhi
keinginan dari pemangku kepentingan dan peduli dengan kondisi lingkungan.
Pemangku kepentingan mengharapkan bahwa perusahaan dapat lebih transparan
dalam mengungkapkan informasinya kepada publik. Pengungkapan emisi karbon
merupakan salah satu bentuk transparansi informasi kepada publik dalam rangka
memenuhi keinginan pemangku kepentingan. Transparansi informasi tersebut dapat
memperbaiki citra perusahaan dan kepercayaan pemangku kepentingan termasuk di
pasar modal dalam bentuk respon positif investor berupa peningkatan nilai perusahaan
(Muhammad & Aryani, 2021; Kurnia et al., 2020; Hardiyansah et al., 2021).
Hasil pengujian dalam penelitian ini juga mengonfirmasi teori pemangku
kepentingan. Teori pemangku kepentingan berfokus pada pemenuhan hak stakeholder
untuk memperoleh informasi atas kegiatan perusahaan yang mempengaruhi mereka
(Deegan, 2004), dalam hal ini berupa dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang
disebabkan oleh emisi karbon yang timbul dari kegiatan operasional perusahaan.
Perusahaan telah memahami bahwa keberhasilan perusahaan tidak hanya dipengaruhi
J I P A K 2 0 2 1 | 315

oleh faktor internal perusahaan melainkan juga bagaimana perusahaan mengelola


hubungan dengan pemangku kepentingan lain yang dukungannya diperlukan untuk
keberlangsungan perusahaan. Perusahaan yang menjalankan operasi bisnis secara
beretika yang ditunjukkan dengan komitmen penerapan good corporate governance
secara langsung berdampak pada komitmen perusahaan terhadap pengungkapan emisi
karbon.
Selanjutnya, hasil pengujian menunjukkan probabilitas SIZE sebesar 0,000 (lebih
kecil dari 0,1) dengan koefisien sebesar 0,256. Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan emisi karbon.
Hasil pengujian penelitian ini sejalan dengan pengujian yang dilakukan oleh Prado-
Lorenzo et al. (2009), Gonzalez-Gonzalez & Ramírez (2016), Chithambo & Tauringana
(2014), dan Abdullah et al. (2020). Perusahaan besar cenderung lebih taat untuk
mengungkapkan informasi emisi karbon kepada publik. Adanya tuntutan pemangku
kepentingan kepada perusahaan untuk bertindak lebih etis dalam aktivitasnya (Kilic &
Kuzey, 2019), mengakibatkan perusahaan besar lebih transparan dalam pengungkapan
informasi kepada publik termasuk informasi. Selain itu, perusahaan besar lebih sadar
akan tanggung jawab dalam mengungkapkan informasi karbon secara sukarela bahwa
dalam melaksanakan aktivitasnya, terdapat adanya penurunan kualitas lingkungan.
Penggunaan aset tetap yang besar berdampak terhadap masalah lingkungan.
Selain adanya tuntutan dari pihak pemangku kepentingan, di Indonesia terdapat
peraturan seperti Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2011
tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang menuntut peran perusahaan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Perusahaan besar dianggap merupakan pelaku utama
dari peraturan-peraturan tersebut, sehingga perusahaan besar berusaha untuk memenuhi
kewajiban kepada pemerintah. Salah satu dampak dari pemenuhan kewajiban tersebut
adalah perusahaan besar lebih transparan dalam pengungkapan informasi emisi karbon
kepada publik. Transparansi informasi tersebut kemungkinan diduga dengan upaya
turut serta perusahaan besar dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan baik yang
dilakukan oleh perusahaan itu sendiri maupun dukungan perusahaan kepada pihak lain.

5. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Simpulan
Perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dan perusahaan
besar terbukti meningkatkan transparansi informasi yang diberikan kepada publik
secara sukarela, termasuk informasi atas emisi karbon yang dihasilkan oleh perusahaan.
Perusahaan berusaha memenuhi tuntutan dari pemangku kepentingan sekaligus
menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Hasil penelitian mengonfirmasi
316 | J I P A K 2 0 2 1

stakeholders theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang etis akan memenuhi hak
pemangku kepentingan lain untuk memperoleh informasi atas kegiatan perusahaan yang
mempengaruhi mereka salah satunya berupa informasi terkait dampak dan pengelolaan
emisi karbon perusahaan.

Implikasi Manajerial
Penelitian ini mengindikasikan bahwa investor perlu mendorong penerapan tata
kelola perusahaan yang baik karena berhasil meningkatkan pengungkapan emisi karbon
perusahaan yang bermanfaat untuk menilai keberlanjutan perusahaan. Penelitian ini
juga mengindikasikan pemerintah selaku regulator perlu mengatur kebijakan terkait
dengan pengungkapan emisi karbon dan pengelolaan yang dilakukan perusahaan
sehingga dapat diperoleh pengungkapan yang lebih luas sekaligus mendorong
perusahaan peduli terhadap isu-isu keberlanjutan. Pengawasan terkait pengungkapan
emisi karbon perlu dilakukan secara lebih menyeluruh tidak hanya berfokus pada
perusahaan besar sehingga muncul kesadaran terhadap isu keberlanjutan secara kolektif
dan tujuan peningkatan kualitas lingkungan hidup dapat terwujud. Selain itu, Otoritas
Jasa Keuangan perlu melakukan pengawasan terkait dengan peningkatan kualitas dalam
penerapan tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.

Saran
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi lain untuk variabel dependen
dan independen atau menambah variabel independen yang digunakan. Penelitian
selanjutnya juga dapat menggunakan data perusahaan dari negara lain seperti
perusahaan dari negara kawasan ASEAN.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. W., Musriani, R., Syariati, A., & Hanafie, H. (2020). Carbon Emission
Disclosure in Indonesian Firms: The Test of Media-exposure Moderating Effects.
International Journal of Energy Economics and Policy, 2020, 10(6), 732-741
Barako, D.G., & Brown, A.M. (2008). Corporate social reporting and board
representation: evidence from the Kenyan banking sector. Journal of
Management & Governance, 12(4), 309-324.
Ben-Amar, W., Chang, M., & McIlkenny, P. (2015). Board gender diversity and
corporate response to sustainability initiatives: evidence from the carbon
disclosure project. Journal of Business Ethics, 142(2), 369-383.
BNPB. (2016). Risiko Bencana Indonesia. BNPB : Jakarta
Budiharta, P., & Kacaribu, H. E. P. B. (2020). The influence of board of directors,
managerial ownership, and audit committee on carbon emission disclosure: a
study of non-financial companies listed on BEI. Review of Integrative Business
and Economics Research, 9, Supplementary Issue 3, 75-87.
Bui, B., Moses, O., & Houque, M. N. (2019). Carbon disclosure, emission intensity and
cost of equity capital: multi-country evidence. Accounting & Finance, 1-23.
J I P A K 2 0 2 1 | 317

Cankaya, S. Y., & Sezen, B. (2019). Effects of green supply chain management
practices on sustainability performance. Journal of Manufacturing Technology
Management, 30(1), 98-121. https://doi.org/10.1108/JMTM03-2018-0099
Chariri, A. & Ghozali, I. (2016). Teori akuntansi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro : Semarang
Chithambo, L., & Tauringana, V. (2014). Company specific determinants of greenhouse
gases disclosures. Journal of Applied Accounting Research, 15(3), 323-338.
Choi, B.B., Lee, D., & Psaros, J. (2013). An analysis of Australian company carbon
emission disclosures. Pacific Accounting Review, 25(1), 58-79.
Damayanti, N., & Firmansyah, A. (2021). Peran Tata Kelola Perusahaan Dalam Kinerja
Operasional dan Kinerja Pasar Di Indonesia. Jurnal Ekonomi, 26 (2), 196-212.
Deegan, C. (2004). Financial accounting theory. Sydney: McGraw-Hill Book Company
Firmansyah, A., & Estutik, R. S. (2020). Environmental responsibility performance,
corporate social responsibility disclosure, tax aggressiveness: does corporate
governance have a role? Journal of Governance and Regulation, 9(4), 8-24.
Firmansyah, A., Husna, M. C., & Putri, M. A. (2021a). Corporate Social Responsibility
Disclosure, Corporate Governance Disclosures, and Firm Value in Indonesia
Chemical, Plastic, and Packaging Sub-Sector Companies. Accounting Analysis
Journal, 10(1), 9-17.
Firmansyah, A., Qadri, R. A., & Arfiansyah, Z. (2021b). The green supply chain and
sustainability performance in emerging country. Journal of Governance &
Regulation, 10(1), 139-152. https://doi.org/10.22495/jgrv10i1art13
Freedman, M., & Jaggi, B. (2005). Global warming, commitment to the Kyoto protocol,
and accounting disclosures by the largest global public firms from polluting
industries. The International Journal of Accounting, 40(3), 215-232.
Freeman, R.E., & Reed. (1983). Stockholders and stakeholders: a new perspective on
corporate governance. Californian Management Review. Vol 25. No. 2. pp.88-
106.
Gonzalez-Gonzalez, J.M., & Ramírez, C.Z. (2016). Voluntary carbon disclosure by
Spanish companies: an empirical analysis. International Journal of Climate
Change Strategies and Management, 8(1), 57-79.
Hapsoro, D., & Ambarwati, A. (2018). Antecedents and consequences of carbon
emissions’ disclosure: case study of oil, gas and coal companies in Non-annex 1
member countries. Journal of Indonesian Economy and Business, 33(2), 2018, 99
– 111.
Hardiyansah, M., Agustini, A. T., & Purnamawati, I. (2021). The effect of carbon
emission disclosure on firm value: environmental performance and industrial
type. Journal of Asian Finance, Economics and Business, 8(1), 123–133.
Hollindale, J., Kent, P., Routledge, J., & Chapple, L. (2017). Women on boards and
greenhouse gas emission disclosures. Accounting and Finance, 1-32.
https://doi.org/10.1111/acfi.12258.
Irwhantoko, I., & Basuki, B. (2016). Carbon emission disclosure: studi pada perusahaan
manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 18(2), 92-104.
https://doi.org/10.9744/jak.18.2.92-104.
Jensen, M. C., & Meckling, W.H. (1976). Theory of the firm: managerial behavior,
agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3(4),
305–60.
318 | J I P A K 2 0 2 1

Kilic, M., & Kuzey, C. (2019). The effect of corporate governance on carbon emission
disclosures Evidence from Turkey. International Journal of Climate Change
Strategies and Management, 11(1), 35-53
Kilic, M., Kuzey, C., & Uyar, A. (2015). The impact of ownership and board structure
on corporate social responsibility (CSR) reporting in the Turkish banking
industry. Corporate Governance: The International Journal of Business in
Society, 15(3), 357-374.
Kurnia, P., Darlis, E., & Putra, A. A. (2020). Carbon emission disclosure, good
corporate governance, financial performance, and firm value. Journal of Asian
Finance, Economics and Business, 7(12), 223–231.
Lako, A. (2018). Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi :
Suatu Tinjauan. Jakarta : Erlangga
Lee, K.-H. (2009). Why and how to adopt green management into business
organizations? The case study of Korean SMEs in manufacturing industry.
Management Decision, 47(7), 1101-1121.
https://doi.org/10.1108/00251740910978322
Lee, K.-H. (2015). Does size matter? Evaluating corporate environmental disclosure in
the Australian mining and metal industry: a combined approach of quantity and
quality measurement. Business Strategy and the Environment, 26(2), 209–223.
Lee, S.Y., Park, Y.S., & Klassen, R.D. (2015). Market responses to firms’ voluntary
climate change information disclosure and carbon communication. Corporate
Social Responsibility and Environmental Management, 22(1), 1-12.
Liao, L., Luo, L., & Tang, Q. (2015). Gender diversity, board independence,
environmental committee and greenhouse gas disclosure. The British Accounting
Review, 47(4), 409-424.
Luo, L., Tang, Q., & Lan, Y. C. (2013). Comparison of propensity for carbon disclosure
between developing and developed countries: a resource constrained perspective.
Accounting Research Journal, 26(1), 6-34.
Muhammad, G. I, & Aryani, Y. A. (2021). The impact of carbon disclosure on firm
value with foreign ownership as a moderating variable. Jurnal Dinamika
Akuntansi dan Bisnis, 8(1), 1-14.
Mujiani, S., Juardi, & Fauziah, F. (2019). Determinan carbon emission disclosure pada
perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi), 5(1), 53-64.
Naser, K., Al-Hussaini, A., Al-Kwari, D., & Nuseibeh, R. (2006). Determinants of
corporate social disclosure in developing countries: the case of Qatar. Advances in
International Accounting, 19(1), 1-23.
Prado-Lorenzo, J.M., Rodríguez-Domínguez, L., Gallego-Álvarez, I., & García-
Sánchez, I.M. (2009). Factors influencing the disclosure of greenhouse gas
emissions in companies world-wide. Management Decision, 47(7), 1133-1157.
Putri, M.M., Firmansyah, A., & Labadia, D. (2020). Corporate social responsibility
disclosure, good corporate governance, firm value: evidence from Indonesia's
food and beverage companies. The Accounting Journal of Binaniaga, 5(2), 113-
122.
Ratmono, D., Darsono, & Selviana (2021). Effect of carbon performance, company
characteristics and environmental performance on carbon emission disclosure:
evidence from Indonesia. International Journal of Energy Economics and Policy,
11(1), 101-109.
J I P A K 2 0 2 1 | 319

Reid, E.M., & Toffel, M.W. (2009). Responding to public and private politics:
corporate disclosure of climate change strategies. Strategic Management Journal,
30(11), 1157-1178.
Rohani, A., Jabbour, M., & Abdel-Kader, M. (2020). Carbon performance, carbon
disclosure, and economic performance: the mediating role of carbon (media)
legitimacy in the UK International Journal of Accounting and Economics Studies,
9(1), 8-20.
Scott, W. R. (2015), Financial Accounting Theory, 7th ed. Toronto, Ontario: Prentice
Hall.
Septriyawati, S., & Anisah, N. (2019). Pengaruh media exposure, ukuran perusahaan,
profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan emisi karbon pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018. Seminar
Nasional Ekonomi & Bisnis Dewanatara, 103-114.
Syabilla, D., Wijayanti, A., & Fahria, R. (2021). Pengaruh investasi hijau dan
keragaman dewan direksi terhadap pengungkapan emisi karbon. Konferensi Riset
Nasional Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi, 2, 1171-1186
Wiratno, A., & Muaziz, F. (2020). Profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage
mempengaruhi pengungkapan emisi karbon di Indonesia. Jurnal Ekonomi, Bisnis
dan Akuntansi, 22(1), 28-41.
World Economic Forum. (2021). Global Risk Report 2021. World Economic Forum :
Geneva
Yunus, S., Evangeline, E.T., & Abhayawansa, S. (2016). Determinants of carbon
management strategy adoption: evidence from Australia’s top 200 publicly listed
firms. Managerial Auditing Journal, 31(2), 156-179.
320 | J I P A K 2 0 2 1

View publication stats

You might also like