You are on page 1of 18

SIKAP KEPEMIMPINAN

DI JEMAAT YANG MEMBAWA PERUBAHAN


Oleh : Berto Lomeus Rangga Sitompul

Abstract
Attitude is the most important aspect in human life
Keywords: Congregational Leader, today, especially in the world of leadership
Attitude of a Leader, Humility, because the success of an organization depends
Responsibility, Integrity, courageous, on the attitude of a leader. The attitude of the
leader who brings change mobilizes all his energy
visionary
and abilities for the benefit of his followers. But
unfortunately in the era of life that is increasingly
developing and continues to experience changes,
Kata Kunci: Pemimpin Jemaat, Sikap it cannot be denied that the value of leadership
Seorang Pemimpin, Kerendahan Hati, has experienced fragility. This has resulted in the
Bertanggung Jawab, Integritas. berani, essence of leadership being lost. This is evident
visioner. from some of the leaders caught in various
organizational institutions today. The leadership
crisis no longer reflects the values of a leader who
brings influence but rather brings harm to the
people he leads due to the absence of a leader's
attitude that is not in line with his identity.
Meanwhile, if seen in detail, the reality of service
life really needs good leadership that can touch
the real needs of the people being led. Therefore,
the influence of a leader's leadership is seen as
something that needs to be applied. This study
aims to explain how a leader's leadership attitude
should be to improve service to the congregation
he leads so that it can touch their needs
specifically. The method used in this writing is by
using the library method system. The results show
that the attitude of a leader's life has the highest
influence in leadership in the midst of the church
today.

Abstrak
Sikap adalah aspek terpenting di dalam
kehidupan manusia saat ini, terkhusus dalam
dunia kepemimpinan karena berhasilnya sebuah
organisasi itu tergantung dari sikap seorang
pemimpin. Sikap pemimpin yang membawa
perubahan mengerahkan segenap tenaga dan
kemampuan demi kepentingan pengikutnya.
Namun sayangnya di era kehidupan zaman yang
semakin berkembang dan terus mengalami
perubahan maka tidak dapat disangkal bahwa
nilai kepemimpinan sudah mengalami kerapuhan.
Sehingga mengakibatkan esensi sebuah
kepemimpinan menjadi hilang. Hal ini terbukti dari
beberapa pemimpin yang tertangkap di berbagai
lembaga organisasi saat ini. Krisis kepemimpinan
sudah tidak lagi mencerminkan nilai-nilai seorang
pemimpin yang membawa pengaruh melainkan
membawa kerugian bagi orang-orang yang
dipimpinnya oleh karena ketiadaan sikap seorang
pemimpin yang tidak selaras dengan identitasnya.
Sementara jika dilihat secara detail maka realitanya
kehidupan pelayanan sangat membutuhkan
kepemimpinan yang baik yang bisa menyentuh
kebutuhan nyata dari orang yang dipimpin. Oleh
karena itu pengaruh kepemimpinan seorang
pemimpin dipandang sebagai hal yang perlu
diterapkan. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana seharusnya sikap
kepemimpinan seorang pemimpin untuk
meningkatkan pelayanan terhadap jemaat yang ia
pimpin. sehingga dapat menyentuh kebutuhan
mereka secara khusus. Metode yang dipakai dalam
penulisan ini yakni dengan menggunakan sistem
metode pustaka. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sikap hidup seorang pemimpin memiliki
pengaruh tertinggi dalam kepemimpinan di tengah-
tengah gereja saat ini.

PENDAHULUAN
Kata kepemimpinan mengacu pada tindakan, membimbing, dan memberikan arahan
kepada orang lain. Kepemimpinan didefinisikan sebagai kepemimpinan yang berfokus pada
orang lain dalam arti ada keinginan untuk melayani terlebih dahulu. Foster menjelaskan bahwa
kepemimpinan sebagai sebuah tindakan Revolusioner yang secara sukarela mengabikan diri
sendiri demi orang lain.1 Dengan demikian kepemimpinan adalah pelayanan tanpa pamrih yang
tidak menuntut segala sesuatu hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Kepemimpinan seorang pelayan Tuhan menuntut hati seorang pelayan yang ingin
melayani, dan menjadi sumber inspirasi bagi para pengikutnya atau jemaatnya. Dengan
demikian, dalam pernyataan ini, kepemimpinan mencakup proses mempengaruhi untuk
mencapai keberhasilan. John C. Maxwell salah seorang pakar kepemimpinan yang dikutip oleh
Hutapea mengatakan bahwa faktor utama keberhasilan sebuah organisasi adalah
kepemimpinan seorang pemimpin.2 Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa kepemimpinan
adalah suatu pengaruh bukan sebuah posisi.

1
Claudia, “Kepemimpinan Kristen” (2022): 67.

2
Roberto Hutapea, “Kepemimpinan Rasul Paulus Menurut Teks 1 Korintus 4:1-21 Dalam
Pengembangan Yayasan Mercy Indonesia, Denpasar,” Danum Pambelum: Jurnal Teologi Dan Musik
Gereja 1, no. 1 (2021): 83–94.
Kepemimpinan dianggap penting dalam kekristenan. Ini adalah proses membangun
sikap dan keterampilan di bawah Tuhan untuk membuat para pemimpin menjadi lebih efektif
di setiap tahap perjalanan. Kepemimpinan yang efektif diakui sebagai kunci keberhasilan
khususnya dalam organisasi gereja. Oleh karena itu, kepemimpinan Kristen menjadi
perhatian bagi Gereja.3 Karena pemimpin adalah teladan bagi jemaatnya, maka pemimpin
menjadi tempat pengharapan yang tinggi bagi pemimpin gereja. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika pemimpin dalam hal ini memiliki peran yang besar dalam membawa
jemaat menuju perubahan. Panjaitan menuliskan bahwa pemimpin merupakan motor
penggerak suatu usaha atau kegiatan dan memiliki wewenang untuk menjalankan setiap
fungsi manajemen, terutama dalam mengambil keputusan dan kebijakan untuk mencapai
tujuan yang efektif dan efisien.4
Alkitab menyebut seorang pemimpin adalah seseorang yang tidak bercela, orang
yang berpikir jernih, dapat mengendalikan diri, ramah, bisa mengajar, bukan pemabuk,
lembut, tidak suka bertengkar, bukan hamba uang, mampu mengatur rumah tangganya
sendiri dengan baik Ini adalah beberapa citra yang dikenal dari seorang pemimpin. Namun
pada kenyataannya, gambaran tersebut sulit untuk dipegang teguh oleh seorang pemimpin,
tetapi itulah yang diharapkan oleh kebanyakan orang dari pemimpin gereja saat ini, memiliki
sikap yang tidak hanya menjalankan gaya kepemimpinan yang sudah ada, tetapi juga
cenderung menitikberatkan pada sikap-sikap layaknya pemimpin pada umumnya.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, seorang pemimpin gereja membutuhkan
kualitas yang dapat memengaruhi dan mendukung jemaat secara moral. Seorang pemimpin
gereja tidak hanya pintar dalam memberikan perintah namun juga pintar dalam membangun
sikap yang dapat membawa kesahatan terhadap gereja. Namun, di zaman sekarang ini,
beberapa jemaat mulai meragukan harapan kepada para pemimpin karena
kepemimpinannya tidak lagi menggambarkan seorang pemimpin yang berfokus pada nilai
kepemimpinan yang sesungguhnya. Kebanyakan pemimpin saat ini mengalami kesulitan
untuk mempraktekkan perilaku yang baik, yang menyebabkan krisis kepemimpinan.
Menurut Myles Munroe banyak pemimpin gereja dan tokoh agama yang menyalahgunakan
kekuasaan dan posisinya untuk mengambil keuntungan dari orang-orang yang dipercayakan
kepadanya.5 Hal itu dipandang sebagai polemik dalam kepemimpinan, khususnya dalam

3
Yohanes Hasiholan Tampubolon Dreitsohn Franklyn Purba, “Kepemimpinan Kombinasi Di
Masa Krisis Pandemi: Refleksi Dari Respons Marthin Luther Terhadap Wabah Sampar,” IRC
Committee 01, no. 1 (2023): 9–20.

4
Firman Panjaitan, “Kepemimpinan Yesus Kristus Sebagai Model Dasar Kepemimpinan
Kristen Berdasarkan Matius 20 : 20-28” 1, no. 2 (2020): 91–110.

5
Myles Munroe, The Spirit of Leadership (Immanuel, 2017).
kehidupan bergereja, yang dampak dari tindakan tersebut adalah jemaat tidak mengalami
pertumbuhan yang sehat karena kurangnya sikap kepemimpinan dari pemimpin. Namun,
jika ditelaah lebih jauh, kepemimpinan yang baik sangat dibutuhkan oleh jemaat karena
dapat membuat mereka dapat memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, artikel ini
menawarkan sikap kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip-prinsip kepemimpinan
Yesus Kristus dalam membawa perubahan pada jemaat dengan tujuan agar jemaat
bertumbuh dan hidup di dalam Kristus Yesus.

METODE
Alur penulisan yang digunakan dalam artikel ini adalah metode studi pustaka. Studi
kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan bahan pustaka, membaca, mencatat, dan mengolah bahan penelitian. 6 Dalam
menggunakan teknik pengumpulan data, penulis menggunakan Alkitab yang berkaitan
dengan pola kepemimpinan Tuhan Yesus, serta buku-buku, dan berinteraksi dengan
beberapa artikel jurnal yang bersumber dari internet yang mendukung ide atau gagasan
penulis dalam mengembangkan tulisan ini. Hasil tinjauan pustaka tersebut kemudian
disajikan dalam bentuk yang sistematis dan mudah dipahami oleh pembaca. Sumber-
sumber tinjauan pustaka tersebut dianalisis dan kemudian dijadikan pedoman untuk
membangun sikap pemimpin yang mencerminkan kepemimpinan Yesus Kristus, yang dapat
diimplementasikan oleh para pemimpin gereja pada masa kini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemimpin Jemaat
Seorang pemimpin gereja adalah orang yang memiliki pengaruh besar terhadap
jemaatnya. Ia menjadi orang yang memiliki andil dalam komunitas yang dipimpinnya atau
bahasa yang lebih sederhananya adalah ia memiliki peran yang sangat penting. Apa saja
peran seorang pemimpi dalam jemaatnya, salah satunya adalah memiliki peran dalam
membimbing, memperhatikan, menjadi teladan, menginspirasi, mendorong dan menjadi
penolong, itulah gambaran seorang pemimpin dalam pandangan masyarakat saat ini.
Pemimpin gereja adalah orang yang dipilih oleh Tuhan untuk mengemban tugas
menggembalakan jemaat. Pemimpin gereja dipilih Tuhan untuk menjadi pemimpin dengan
maksud dan tujuan yang jelas, dalam hal ini yaitu memelihara, dan menyejahterakan

6
Supriyadi, “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar
Pustakawan,” Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan 2, no. 2
(2017): 83.
jemaat.7 Menurut J. Robert yang dikutip oleh Claudia, pemimpin gereja adalah seseorang
yang dipanggil oleh Tuhan sebagai pemimpin, ditandai dengan kapasitas memimpin dan
tanggung jawab yang besar dalam mencapai suatu tujuan.8 Selain itu Rismag Dalena
Monica Manurung, dkk. menulis, pemimpin gereja adalah seseorang yang memiliki karakter
dan sifat yang berbeda sehingga dalam pelayanannya mengalami pertumbuhan yang
signifikan baik secara kuantitas maupun kualitas.9 Jadi dapat disimpulkan bahwa pemimpin
gereja adalah seorang hamba Tuhan yang bekerja sebagai sukarelawan untuk melayani
jemaat Tuhan dengan penuh pengorbanan dan rasa tanggung jawab yang tinggi demi
pengabdian kepada Tuhan.
Untuk menjadi seorang pemimpin perlu memiliki sikap yang baik dan benar, karena
sikap adalah kunci keberhasilan seorang pemimpin. Sikap hidup menolongnya dalam
menjaga kekudusan hidupnya karena gereja yang bertumbuh dan sehat akan ditentukan
oleh pemimpin yang menjaga sikapnya. Berikut adalah sikap-sikap yang perlu dimiliki oleh
seorang pemimpin dalam memimpin jemaatnya dalam membawa perubahan di era
globalisasi saat ini.

Humility (Sikap Kerendahan hati)


Meskipun kata kerendahan hati saat ini sudah sangat jarang kita dengar, namun
perlu dipahami bahwa kerendahan hati merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin saat ini. Kerendahan hati adalah sikap mau mendengar kritik dari orang
lain, bahkan ia mampu memposisikan dirinya dalam keadaan bersalah ketika dikritik, dan
bahkan secara sadar ia mau memperbaharui diri dari kesalahan yang telah diperbuat, dalam
hal ini tidak memposisikan diri sebagai superior, melainkan menempatkan diri sebagai
teman yang solid.10 Hal ini menunjukkan bahwa kerendahan hati tidak membuatnya menjadi
orang yang berkuasa, tetapi ia mampu menjadikan dirinya sebagai pemimpin yang
sederhana. Pemimpin gereja harus memiliki sikap kerendahan hati dalam tugas
panggilannya sebagai hamba Tuhan. Kerendahan hati adalah proses menyelaraskan

7
Purnama Pasande, “Pemimpin Yang Memiliki Intergritas Menurut 2 Tim 2,” no. c (n.d.): 183–
194.

8
Claudia, “Kepemimpinan Kristen.”07.

Rismag Dalena Monica Br Manurung Manurung et al., “Analisis Kepemimpinan Kristen


9

Berdasarkan Markus 10:43-45 Dan Implementasinya Dalam Pertumbuhan Rohani Jemaat Di Masa
Pandemi,” Danum Pambelum: Jurnal Teologi Dan Musik Gereja 2, no. 1 (2022): 20–31.

Fernando Tambunan, “Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban Terhadap Krisis


10

Kepemimpinan Masa Kini,” ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 1 (June 2018).
kehendak diri dengan kehendak Tuhan. 11 Dalam artian ia tidak memerintah dengan semena-
mena atau menuruti kehendaknya, tetapi dalam hal ini ia menyesuaikan kehendaknya
dengan apa yang Tuhan harapkan. Alkitab juga mengatakan bahwa rendahkanlah dirimu di
hadapan Tuhan dan Ia akan meninggikan kamu (Yak.4:10).
Belajar dari kehidupan Rasul Paulus, Ia adalah seorang pemimpin yang
mencerminkan sikap kepemimpinan yang rendah hati. Ia tetap berpadanan dengan ajaran
Tuhan Yesus di dunia ini, terbukti dalam pelayanannya telah menunjukkan kualifikasi
seorang pemimpin yang memiliki sikap kerendahan hati (Mat. 11:29). Rasul Paulus juga
menunjukkan semangat Yesus yang memiliki kerendahan hati dalam Filipi 2:5-11
menunjukkan Yesus tidak sombong dengan kesalehan hidupnya atau karena Dia adalah
Allah.12 Kerendahan hati yang dimiliki oleh Yesus ini, telah diterapkan oleh beberapa
pemimpin dunia seperti Paus Yohanes Paulus II, Mother Teresa bahkan Mahatma Gandhi,
yang memberikan arti bahwa orang yang memiliki kerendahan hati adalah orang yang tidak
menyombongkan diri dan juga memiliki semangat juang dalam menyelesaikan tugasnya
tanpa pamer, serta memiliki keberanian dalam diri dan mampu menerima kegagalan tanpa
menyalahkan orang lain.13 Oleh karena itu menjadi pemimpin salah satu syarat yang harus
dimiliki adalah kerendahan hati. Alkitab juga memaparkan perkataan Tuhan Yesus bahwa
kebesaran pemimpin tidak terletak pada kekuasaan atau jabatan yang dimilikinya melainkan
terletak dalam kerendahan hatinya untuk melayani setiap orang yang dipimpinnya. 14 Oleh
karena itu seorang pemimpin dalam memimpin jemaat tujuannya bukan hendak menguasai
yang dipimpin tapi bagaimana ia memberikan pelayanan yang baik dengan penuh
kerendahan hati bagi masing-masing yang di pimpinannya.
Daniel Medjaja menyatakan bahwa semua pemimpin tanpa terkecuali hendak
senantiasa berusaha tetap rendah hati dan menguasai diri serta bergantung sepenuhnya
dengan Tuhan.15 Penguasaan diri dalam hal ini mengandung arti bahwa hidup di bawah
kuasa Roh Kudus, tenang dalam segala keadaan dan sanggup mandiri dalam segala
kerendahan hati. Namun sayangnya dalam dunia zaman sekarang kerendahan hati mulai
sirna dalam dunia kepemimpinan saat ini, sehingga Fernando Tambunan menuliskan
11
Elliya Dece, “Pengaruh Kepemimpinan Gembala Sidang Terhadap Motivasi Pelayanan
Kaum Awam” 2, no. 1 (2019): 25–34.
12
Tambunan, “Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban Terhadap Krisis
Kepemimpinan Masa Kini.”
13
Ibid.
14
Panjaitan, “Kepemimpinan Yesus Kristus Sebagai Model Dasar Kepemimpinan Kristen
Berdasarkan Matius 20 : 20-28.”
15
Daniel Maedjaja, Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan Kristen (Yayasan Andi, n.d.).
bahwa, kerendahan hati merupakan hal yang langka dan sulit ditemukan dalam diri seorang
pemimpin. Bahkan lebih tragisnya lagi dunia zaman sekarang sudah tidak memberikan
apresiasi sedikit pun tentang kerendahan hati. 16 Berarti kerendahan sudah tidak diterapkan
lagi dalam dunia kepemimpinan, sebab kerendahan hati hanya dianggap sebagai kerugian
bagi diri sendiri. Namun bagi Tuhan Yesus sendiri justru kerendahan hati harus dimiliki para
pemimpin dalam memimpin orang lain, sebab kepemimpinan tanpa kerendahan hati maka
tanpa sadar seorang pemimpin akan mengalami kehancuran. (Ams.16; 18, 18;12).
Kecongkakan mendahului kehancuran dan tinggi hati mendahului kejatuhan. Tinggi hati
mendahului kehancuran, tetapi rendah hati mendahului kehormatan. Jika seorang
pemimpin mulai meletakkan kepercayaan pada dirinya sendiri itu berarti ia ada di tepi jurang
kehancuran. Oleh karena itu John C Maxwell mengatakan bahwa tanpa kerendahan hati
membuat diri kita menyimpang dari yang seharusnya.17 Fernando juga mengomentari bahwa
ketiadaan kerendahan hati sama halnya ketiadaan kedamaian dalam diri. 18 Oleh karena itu
pentingnya kerendahan hati untuk semakin diterapkan karena ganjaran rendah hati adalah
kekayaan dan hormat (Mzm.37:11, 149:4, Ams.3:24, 29:23, 15:33, 22:4).
Untuk mengembangkan perasaan rendah hati maka sebagai seorang pemimpin
jemaat dalam hal ini mengambil dan belajar prinsip kepemimpinan Tuhan Yesus yang
rendah hati seperti yang Tuhan Yesus ajarkan pada masa Ia tinggal di dunia ini. Ia hidup
taat secara menyeluruh terhadap Tuhan dan terhadap FirmanNya. Ia memposisikan
kerendahan hati menjadi hal yang utama dalam pelayanannya. Ia tidak berlaku sok
berkuasa maupun menggunakan kekuasaannya yang ia miliki. Melainkan menerapkan sikap
dan tindakan yang tidak merugikan orang lain, yang memberikan sebuah perubahan hidup
untuk semua orang. Jadi sebagai seorang pemimpin jemaat yang memimpin orang lain
hendaknya rendah hati tidak sombong, tidak angkuh, mampu menerima kegagalan tanpa
menyalahkan orang lain. Juga ia bekerja untuk kepentingan bersama bukan pada
kepentingan pribadi. Dalam Yohanes 13 mengatakan, pemimpin Kristen adalah pemimpin
yang melayani, yaitu yang memiliki kasih, rendah hati, bersedia berkorban, mengutamakan
kebutuhan dan kesejahteraan orang lain serta mampu menjadi contoh dan teladan yang

Tambunan, “Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban Terhadap Krisis


16

Kepemimpinan Masa Kini.”

Jhon C Maxcwell, Sometimes You Win Sometimes You Learn (Jakarta: IMANUEL
17

PUBLISHING HOUSE, 2016), 46.

Tambunan, “Karakter Kepemimpinan Kristen Sebagai Jawaban Terhadap Krisis


18

Kepemimpinan Masa Kini.”


baik.19 Sehingga dengan keteladanan yang ia berikan lewat sikap dan tindakannya maka
kemungkinan besar akibatnya ialah jemaat akan mencontoh kehidupannya. Frederik K.C.
Price yang dikutip Maria Rukku menyatakan bahwa karena secara moral apapun yang
dijumpai bahkan dilihat secara langsung oleh jemaat berasal dari gembalanya.20 Jadi
pemimpin yang menempatkan dirinya sebagai pelayan Allah berarti dia memiliki semangat
yang rendah hati di tengah-tengah jemaatnya.

Responsibility (Bertanggung jawab)


Salah satu aspek yang memengaruhi motivasi dan semangat kerja dan merupakan
faktor kunci adalah kepemimpinan yang bertanggung jawab. Tuhan memanggil seorang
pemimpin gereja untuk bertanggung jawab dalam menjaga jemaatnya agar tetap bergerak
ke arah yang benar dan melakukan hal-hal yang benar. Bagi Maxwell tanggung jawab
adalah sikap akan sesuatu yang harus ditanggung. 21 Dalam hal ini, pemimpin gereja adalah
pemimpin yang tidak berpangku tangan dengan menikmati posisi kekuasaannya, tetapi
pemimpin yang dipilih Tuhan adalah pemimpin yang memiliki pekerjaan di mana ia dapat
mempertanggungjawabkan kepercayaannya kepada Tuhan. 22 Menurut Bambang Budijanto
tanggung jawab seorang pemimpin adalah memelihara, menghidupkan dan mengorbankan
gairah (keluar dari zona nyaman).23 Pemimpin jemaat yang bertanggunjawab adalah
pemimpin yang memberikan perhatian penuh bagi jemaatnyanya, yang memberikan
dorongan dan menggerakkan setiap jemaatnya. Dalam pengertian ia memimpin secara aktif
bukan secara pasif. Mereka tidak berdiam diri secara pasif dan membiarkan perkara-perkara
terjadi dengan sendirinya. Mereka tidak hanya mengambil inisiatif akan tetapi sebagai
pemimpin mereka bertanggung jawab atas kehidupan umat Allah. Mereka harus proaktif
bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang proaktif
mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatu terjadi. Orang yang

19
Lydia Caesera Saragi, Yudhy Sanjaya, and Fredy Simanjuntak, “Pengaruh Sikap
Kerendahan Hati Dan Keteladanan Pemimpin Berdasarkan Yohanes 13 : 4-5 Terhadap Pertumbuhan
Gereja Di Kota Batam Pendahuluan,” Jurnal Teruna Bhakti 4, no. 2 (2022): 41–47.

20
Maria Rukku and Daniel Ronda, “Pemimpin Yang Memiliki Integritas Menurut 2 Timotius
Pasal 2,” Jurnal Jaffray 9, no. 1 (April 2011): 25–59.

21
Maxcwell, Sometimes You Win Sometimes You Learn.

22
Robert P. Borrong, “Kepemimpinan Dalam Gereja Sebagai Pelayanan,” Voice of Wesley:
Jurnal Ilmiah Musik dan Agama 2, no. 2 (2019).

23
Bambang Budijanto, Maximizing Your Leadership Impact, ed. Sylvie Tsnaga, 1st ed. (DKI
Jakarta: Yaylasan Leaderhip As Disciplesship (LAD), 2022).
proaktif mengenali tanggung jawab mereka.24 Karena kepemimpinan yang sejati
membutuhkan tindakan yang nyata yang bisa menyentuh setiap kebutuhan jemaat yang ia
pimpin.
Namun dalam kehidupan era globalisasi yang semakin berkembang kerap kali
pemimpin terhanyut oleh godaan untuk melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. 25
Dalam hal ini pemimpin melepaskan diri dari tanggung jawab atas segala sesuatu yang
buruk dan tidak menyenangkan sama sekali. Ia membenarkan diri terhadap segala
kesalahan. Hal ini sudah menjadi kebiasaan banyak orang. Kemudian, cenderung melempar
segala tanggung jawab kepada orang lain supaya tidak ikut terlibat dalam masalah-masalah
yang ada. Secara tidak sadar hal ini sudah termasuk awal kegagalan dari seorang
pemimpin. Pemimpin adalah agen perubahan bukan sebagai orang yang lari dari tanggung
jawab, seorang pemimpin tidak hanya terlihat di saat hal-hal yang menyenangkan saja
namun, ia sepenuhnya ikut terlibat dalam segala situasi yang ada, baik itu menyenangkan
maupun hal yang buruk terjadi. Di sinilah terlihat sikap pemimpin yang memahami tugas dan
panggilannya kepada Tuhan. Jika pemimpin yang tidak bertanggung jawab berarti ia tidak
memahami dengan jelas tugas dan panggilannya sebagai seorang pemimpin umat. Karena
pada dasarnya seorang pemimpin jemaat dipanggil atas dasar pilihan Tuhan. Pemimpin
adalah sarana yang digunakan Allah untuk menjaga umatnya. Di mana dalam hal ini mereka
dipercayakan untuk memimpin domba Allah pada jalan kebenaran.
Pentingnya rasa tanggung jawab dalam kepemimpinan seorang pemimpin kristen
terhadap jemaat, dalam hal ini Salomo menyebutkan ada lima hal tanggung jawab seorang
pemimpin dalam buku Leory Eims, sebagai berikut.
a. Menegur atau mengoreksi
b. Bertindak dengan jelas
c. Mendengarkan kritik
d. Bersikap jujur
e. Bersikap adil. 26
Pemimpin Kristen yang berhasil adalah pemimpin yang mampu meningkatkan
kualitas kepemimpinannya dalam tugas dan pelayannya. Di mana ia dalam hal ini
memberikan dorongan dan menginspirasi bawahannya dengan tujuan untuk memberikan
perubahan hidup agar mampu menjalankan kehidupan yang benar di hadapan Allah. Rasul

Stephen R. Covey, 7 Habbits of Highly Effective People (Tangerang Selatan: Karisma Inti
24

ilmu, n.d.), 80.

25
Leroy Eims, 12 Kepemimpinan Yang Efektif (Yayasan Kalam Hidup, 1999).

26
Leroy Eims, 12 Kepemimpinan Yang Efektif (Yayasan Kalam Hidup, 1999), 27.
Paulus adalah salah satu contoh pemimpin yang bertanggung jawab terhadap tugasnya
dalam pemberitaan injil. Dalam mengerjakan tugas panggilannya Rasul Paulus tidak
melakukannya dengan setengah-tengah, akan tetapi ia mengerjakannya dengan penuh
totalitas, dengan tujuan agar pesan injil dapat tersampaikan dengan baik dan dihidupi.
Meskipun berbagai tantangan dan rintangan yang dihadapi akan tetapi hal tersebut tidak
mengurangi rasa tanggung jawabnya dalam memberitakan kabar baik tentang Tuhan yang
adalah kebenaran. Sehingga apapun kondisi yang dihadapi, hal utama baginya adalah
kehidupan jemaatnya.
Menurut J. Robert yang dikutip oleh Jeny Marlin mengatakan bahwa, seorang
pemimpin Kristen adalah seorang yang mendapat kapasitas dan tanggungjawab dari Allah
untuk memberi pengaruh kepada kelompok tersebut.27 Melihat hal ini dapat dimengerti
bahwa tugas seorang pemimpin Jemaat sangat memengaruhi pertumbuhan kedewasaan
yang mengarah pada iman yang benar. Di mana ia mampu bertanggung jawab dalam
membawa perubahan, bertanggung jawab dalam melayani, bertanggung jawab dalam
memberikan kedisiplinan, bertanggung jawab dalam membimbing dan mengayomi, serta
memelihara, sehingga dengan sikap ini memberikan sebuah perubahan dalam kehidupan
jemaat.

Pemimpin yang punya integritas yang kuat


Salah satu aspek yang paling penting dalam diri seorang pemimpin adalah memiliki
integritas, terbukti dari kehidupan Tuhan Yesus dalam berbagai ajaran dan nasehatNya, Ia
menjadi sosok teladan bagi para muridnya dan juga orang-orang disekitarnya. Paulus juga
melakukan hal yang sama seperti Kristus, (2 Tes 3:7-9) Ia menjaga integritasnya melalui
beberapa sikap atau tindakan yang konsisten. Selain itu juga ia menjaga kesuciannya
dengan menghindari berbagai celaan, serta tidak mencari keuntungan dirinya sendiri (2 Kor
7:1). Secara etimologi istilah integritas brasal dari kata latin “ integer” yang memiliki arti ialah
sebuah keteguhan yang dalam bersikap maupun bertindak untuk tetap berpegang teguh
pada prinsip yang yang bersumber dari dalam diri sendiri sebagai pembentuk nilai-nilai
moralitas.28 Menurut KBBI Integritas adalah sikap, atau keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan dan kejujuran. Sedangkan menurut Anggu menuliskan bahwa seseorang yang
memiliki integritas adalah seseorang yang berkualitas, memiliki kepribadian utuh dan juga

27
Studi Eksegetis and Surat Titus, “MENURUT RASUL PAULUS Jeny Marlin” 6, no. 2 (2017):
167–197.

28
Leonardus Rudolf Siby, “Pembentukan Integritas Pelayan Tuhan Melalui Pendidikan
Karakter Kristen,” HUPERETES: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 3, no. 2 (2022): 101–115.
berwibawa.29 Dari beberapa pandangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa integritas
adalah orang yang memiliki prinsip yang kokoh dan utuh di dalam setiap perkataannya
sehingga selaras dengan perbuatannya. Integritas salah satu kemampuan seseorang dalam
bersikap jujur dalam setiap tingkah laku, cara bertindak, cara berpikir dan memiliki potensi
dalam mengambil keputusan dalam berbagai situasi. Integritas membuat seseorang untuk
menunjukkan sikap asli tanpa adanya suatu kepura-puraan, sehingga dalam hal ini
seseorang menjadi pribadi yang dihormati dan disegani bukan ditakuti. Untuk itu
karakteristik seorang yang berintegritas terletak pada keutuhan pribadinya di mana ia
hidupnya yang konsisten baik dalam perbuatan dan tingkah laku. Dengan demikian
integritas seorang pemimpin jemaat adalah suatu hal yang mutlak yang tidak boleh
dipandang sebelah mata karena hakikat seorang pemimpin adalah mereka yang
memberikan pengaruh dan juga sebagai transformatif dalam jemaat.
Dari hal di atas sepertinya integritas dipandang sebagai modal utama yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin karena tanpa integritas maka kepemimpinan akan menjadi
rapuh dan kemungkinan tidak akan ada orang yang mau mengikutinya. John C Maxwell
menjelaskan bahwa tanpa integritas mustahil ada kesuksesan. 30 Integritas menjadi jantung
dari kepemimpinan karenanya Anggu menambahkan bahwa betapa pentingnya integritas
karena harga diri, kepercayaan, pengaruh yang tinggi, prestasi dan reputasi yang kuat
ditentukan olehnya. Kemudian ia menambahkan bahwa apabila integritas rusak, maka hal
itu diibaratkan sebuah pohon yang besar yang akar-akarnya telah busuk, cepat atau lambat
akan tumbang dan hancur.31 Kehilangan integritas dalam diri seorang pemimpin membuat ia
tidak lagi berguna dan tidak lagi mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Diyakini bahwa
hilangnya kepercayaan orang lain merupakan satu pertanda integritas pemimpin sudah tidak
ada lagi.
Untuk meningkatkan hubungan terhadap jemaat maka hal yang paling penting yang
harus ada adalah sikap integritas karena integritas adalah kunci dari kepemimpinan yang
baik. Seorang yang memiliki integritas adalah ia yang mampu membawa perubahan bukan
kehancuran. Ketika pemimpin tidak mempertahankan setiap kata yang ia ucapkan, bahkan
setiap tindakannya sekalipun maka hal itu tersebut menjadi sesuatu hal membingungkan
bagi jemaat. Kepercayaan adalah hal yang paling penting bagi pemimpin. Jikalau seorang

29
Peter Anggu, “Integritas Diri Sebagai Karakter Pelayan Tuhan,” Jurnal jaffray:
Jurnal,Teologi dan Studi Pastoral (n.d.): 55–60.

30
Jim Dornan Jhon C. Maxwell, Be Coming a Person of Influence (Jakarta: Harvest
Publication House, 2007). 64
31
Anggu, “Integritas Diri Sebagai Karakter Pelayan Tuhan.”
pemimpin dalam kepemimpinannya melakukan sesuatu hal yang tidak benar dimata
jemaatnya misalnya ia berbohong, ataupun ia menyuap, serta tidak adil maka hal tersebut
menjadi sesuatu yang fatal baginya karena dengan hal itu bisa saja ia kehilangan
kepercayaan dari bawahannya. Itulah sebabnya seorang pemimpin harus mampu
menciptakan sebuah kejujuran dalam kepemimpinan sebab hal itu itu menolongnya dalam
mencapai seorang pemimpin yang berintegritas. Oleh karena itulah seorang pemimpin harus
mampu memposisikan dirinya dengan benar ia harus memberikan hal-hal yang benar sesuai
dengan tindakan yang nyata. Dalam hal ini pemimpin pentingnya menjunjung tinggi sikap
integritas karena jika pemimpin tidak memiliki sikap integritas maka sama artinya ia
menciptakan sebuah kepemimpinan yang kosong, tidak bermakna dan tidak berjalan pada
arah dan tujuan yang jelas.
Jadi dapat dipahami bahwa integritas adalah modal utama bagi seorang pemimpin,
karena integritas adalah keadaan yang sempurna di mana perkataan dan tindakan menyatu
dalam diri seseorang. Seorang yang memiliki integritas tidak akan menyamakan dirinya
dengan orang lain, tidak ada kebohongan dalam dirinya sendiri tidak ada yang
disembunyikan, semuanya selaras. Kehidupannya dipandang sebagai kehidupan yang utuh.
Tidak ada perbedaan antara apa yang ada dipikiran, dari mulut dan tindakan semuanya
sinkron. Ini berarti Integritas adalah selalu konsisten mempraktikkan segala kebaikan seperti
kemurahan dan kerendahan hati, kejujuran, dan menghormati semua yang baik. Oleh
karena itulah dalam hal ini setiap pemimpin Kristen mesti memiliki integritas dalam diri
karena kepemimpinan Kristen sendiri adalah seorang yang dipilih Allah untuk dipercayakan
untuk bertanggung jawab dalam memimpin umat Allah. Pemimpin Kristen harus dapat
mempertanggungjawabkan hasil kepemimpinan mereka pada semua orang yang mereka
pimpin, karena Tuhan sendirilah yang sudah menyediakan orang-orang itu. Selanjutnya, hal
yang perlu diketahui bahwa untuk menjaga sikap integritas maka perlu sikap atau tindakan
yang konsisten dalam menjaga kesucian, menghindari celaan, tidak menjadi batu
sandungan bagi orang lain serta menjadi teladan yang memberikan pengaruh bagi orang
lain.
Pemimpin yang berani
Penting untuk dipahami bahwa keberanian bukan berarti ia takut, itu berarti ia tetap
mencoba melakukan hal benar. Pempimpin yang berani adalah pemimpin yang berani
menyampaikan kepemimpinannya dengan cerdas dan menginspirasi dengan tujuan
membagun organisasi dalam pelayanan yang solid dan kuat. Dalam Alkitab juga Rasul
Paulus meminta Timotius sebagai gambala jemaat untuk berani dalam hal menyampaikan
apa yang salah, menegur jemaat tentang kesalahan yang telah mereka perbuat. Pemimpin
tidak hanya memimpin dan memberikan perintah tapi ia punya tanggungjawab untuk berani
menghadapi resiko untuk melakukan yang benar. Dalam jurnal Kalis Stevanus menyatakan
bahwa Kepemimpinan yang baik adalah pemimpin yang berani. Berani mengahadapi setiap
permasalahan yang terjadi ia tidak diperkenankan untuk melarikan diri ia berani membela
keadilan dan kebenaran.32 Dalam hal ini pemimpin yang berani mengambil tanggung jawab
adalah pemimpin ia berani menjalankan tanggung jawab yang ia emban.
Keberanian seorang pemimpin menjadi tolak ukur dalam perubahan pada jemaat.
Pemimpin tidak hanya bertanggungjawab memberikan perintah namun ia juga harus berani
menghadapi berbagai situasi dan kondisi yag terjadi. Kurman Ngatang menyatakan bahwa
seorang pemimpin adalah orang yang mampu melawan arus misalnya berani menderita,
berani menghadapi tantangan dan lebih-lebih berani gagal, karena orang yang yang berani
tampil sebagai pemimpin adalah orang yang siap menghadapi berbagai tantangan dan
kesulitan.33 Oleh karena itu, seorang pemimpin tidak hanya dipandang sebagai seorang
yang tampil sebagai pemimpin yang memberikan perintah tapi juga tampil untuk
berkontribusi dalam berbagai macam situasi dan kodisi terhadap jemaat.

Seorang yang visioner


Membedakan di mana anda berakhir saat anda masih berada di garis start adalah
sifat kepemimpinan yang berharga. Kepemimpinan yang visioner sangat penting untuk
kemajuan kuantitatif maupun kualitatif dalam sebuah organisasi. Kepemimpinan yang sehat
akan menghasilkan suatu organisasi yang sehat. Adanya visi dapat mendorong pemimpin
untuk melangkah maju menuju sasaran yang termuat dalam visinya. Jhon Maxwell
mengatakan demikian, “Dalam hukum kepercayaan, sang pemimpin harus menemukan
impiannya (visi) baru bagi pengikutnya. Tetapi pengikut menemukan pemimpinnya, baru
impiannya. Artinya pertama-tama dalam diri pemimpin harus tertanam visi Allah dalam
dirinya, dan pengikut pertama-tama tidak mau tahu tentang visi pemimpinnya melainkan
mereka hanya ingin seorang pemimpin yang dapat dipercaya.34 Itulah sebabnya,
tanggunjawab menjadi seorang pemimpin yang visioner sangat ditekan dan diharapkan ada
di dalam diri setiap pemimpin artinya seorang pemimpin tidak boleh mengharapkan visi itu
datangnya dari pengikut, melainkan dia sendiri yang harus menemukan visi itu dan
membagikannya bagi pengikutnya untuk dicapai bersama-sama.

32
Kalis Stevanus, “Kepemimpinan Gembala Jemaat Menurut 2 Timotius 4 : 1-5,” Kinaa:
Jurnal Kepemimpinan Kristen dan Pemberdayaan Jemaat 2, no. 2 (2021): 1–5.

Kurman Ngatang Sudianto, Tulus Tu’u Biddy Taylor, and Enta Malasinta Yuprinadie,
33

“KEPEMIMPINAN DALAM GEREJA,” Pambelum 2, no. 01 (2010).

34
“Pentingnya Kepemimpinan Kristen Yang Visioner (I) | Indo Lead.”
sikap seorang pemimpin visioner adalah orang yang mampu melihat status quo dan
sistem yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. 35 Ia mampu melihat gagasan atau impian
masa depan yang secara fundamental lebih baik, lebih manusiawi dan lebih saleh dari
kenyataan, yang dapat tercipta melalui perjuangan dan ketaatan kepada Tuhan, sangat
tertarik dengan potensi manusia yang berjuang untuk kesempurnaan. Ia mengambil inisiatif
dengan mengambil tanggung jawab untuk menyebabkan perubahan.

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, pemimpin adalah
seseorang yang punya sikap yang dapat memberikan pengaruh bagi pengikutnya. Seorang
pemimpin yang benar adalah pemimpin yang memiliki sikap yang benar artinya ia mampu
menjadi teladan dalam sikap serta tindakan yang ia berikan. Namun dalam sosial
bermasyarakat saat ini kerap kali kepemimpinan seorang pemimpin telah mengalami
kerapuhan. Bahkan tanpa disangkal bahwa sikap seorang pemimpin saat ini sudah tidak lagi
menggambarkan identitasnya sebagai pemimpin terutama sebagai seorang hamba Tuhan.
Kurangnya kepemimpinan yang tepat dan efisien tampaknya akan mengakibatkan krisis
dalam gereja. Menyadari hal ini maka seorang pemimpin diwajibkan untuk memiliki sikap
yang memberikan dampak dalam kehidupan orang-orang yang ia pimpin. Karena lewat
sikap yang ia berikan bisa saja memberikan perubahan dalam kehidupan berjemaat. Dalam
hal ini seorang pemimpin harus memiliki sikap kerendahan hati, bertanggung jawab, bahkan
memiliki integritas yang kuat serta memiliki keberanian, dan visi. Tentunya dalam konteks
semuanya itu seorang pemimpin tidak lepas dari teladan Kristus Yesus. Maka dapat
diartikan bahwa sikap adalah kunci seorang pemimpin dalam membangun perubahan dalam
jemaat.
DAFTAR PUSTAKA
Anggu, Peter. “Integritas Diri Sebagai Karakter Pelayan Tuhan.” Jurnal jaffray:
Jurnal,Teologi dan Studi Pastoral (n.d.): 55–60.
Borrong, Robert P. “Kepemimpinan Dalam Gereja Sebagai Pelayanan.” Voice of Wesley:
Jurnal Ilmiah Musik dan Agama 2, no. 2 (2019).
Budijanto, Bambang. Maximizing Your Leadership Impact. Edited by Sylvie Tsnaga. 1st ed.
DKI Jakarta: Yaylasan Leaderhip As Disciplesship (LAD), 2022.
Claudia. “Kepemimpinan Kristen” (2022). Covey, Stephen R. 7 Habbits of Highly Effective
People. Tangerang Selatan: Karisma Intiilmu, n.d.
Dece, Elliya. “Pengaruh Kepemimpinan Gembala Sidang Terhadap Motivasi Pelayanan
Kaum Awam” 2, no. 1 (2019): 25–34.
Dreitsohn Franklyn Purba, Yohanes Hasiholan Tampubolon. “Kepemimpinan Kombinasi Di
Masa Krisis Pandemi: Refleksi Dari Respons Marthin Luther Terhadap Wabah
Sampar.” IRC Committee 01, no. 1 (2023): 9–20.
Eims, Leroy. 12 Kepemimpinan Yang Efektif. Yayasan Kalam Hidup, 1999.
Eksegetis, Studi, and Surat Titus. “MENURUT RASUL PAULUS Jeny Marlin” 6, no. 2
(2017): 167–197.
Hutapea, Roberto. “Kepemimpinan Rasul Paulus Menurut Teks 1 Korintus 4:1-21 Dalam
Pengembangan Yayasan Mercy Indonesia, Denpasar.” Danum Pambelum: Jurnal
Teologi Dan Musik Gereja 1, no. 1 (2021): 83–94.
Jhon C. Maxwell, Jim Dornan. Be Coming a Person of Influence. Jakarta: Harvest
Publication House, 2007.
Maedjaja, Daniel. Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan Kristen. Yayasan Andi, n.d.
Manurung, Rismag Dalena Monica Br Manurung, Jenri Prada Sibarani, Jaya Supan,
Fransiskus Irwan Widjaja, and Talizaro Tafonao. “Analisis Kepemimpinan Kristen
Berdasarkan Markus 10:43-45 Dan Implementasinya Dalam Pertumbuhan Rohani
Jemaat Di Masa Pandemi.” Danum Pambelum: Jurnal Teologi Dan Musik Gereja 2, no.
1 (2022): 20–31.
Maxcwell, Jhon C. Sometimes You Win Sometimes You Learn. Jakarta: IMANUEL
PUBLISHING HOUSE, 2016.
Munroe, Myles. The Spirit of Leadership. Immanuel, 2017.
Panjaitan, Firman. “Kepemimpinan Yesus Kristus Sebagai Model Dasar Kepemimpinan
Kristen Berdasarkan Matius 20 : 20-28” 1, no. 2 (2020): 91–110.
Pasande, Purnama. “Pemimpin Yang Memiliki Intergritas Menurut 2 Tim 2,” no. c (n.d.):
183–194.
Rukku, Maria, and Daniel Ronda. “Pemimpin Yang Memiliki Integritas Menurut 2 Timotius
Pasal 2.” Jurnal Jaffray 9, no. 1 (April 2011): 25–59.
Saragi, Lydia Caesera, Yudhy Sanjaya, and Fredy Simanjuntak. “Pengaruh Sikap
Kerendahan Hati Dan Keteladanan Pemimpin Berdasarkan Yohanes 13 : 4-5 Terhadap
Pertumbuhan Gereja Di Kota Batam Pendahuluan.” Jurnal Teruna Bhakti 4, no. 2
(2022): 41–47.
Siby, Leonardus Rudolf. “Pembentukan Integritas Pelayan Tuhan Melalui Pendidikan
Karakter Kristen.” HUPERETES: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 3, no. 2 (2022):

You might also like