You are on page 1of 66

KODE/RUMPUN ILMU: 181/SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN


JENIS USAHA UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL
DAN MENENGAH (UMKM)

Tim Pengusul

Ketua :
Ir. Gustina Siregar, M.Si
NIDN 0127086301

Anggota :
Dr. Ir. Muhammad Buhari Sibuea, M.Si
NIDN 0004116503

Desi Novita, SP, M.Si


NIDN 0002118009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


NOVEMBER, 2016
DAFTAR ISI

JUDUL Halaman

HALAMAN i
PENGESAHAN USUL HIBAH BERSAING........................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... 1
RINGKASAN.................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
15
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN............................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
61
RINGKASAN

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional


memiliki peran yang penting dan strategis. Pembinaan dan pengembangan UMKM
merupakan suatu keharusan dalam rangka peningkatan ekonomi rakyat, percepatan
pertumbuhan dan peningkatan ekonomi wilayah. Mengingat ragam dan rentang usaha
UMKM bervariasi baik jumlah maupun luas cakupan yang hampir berada pada semua
sektor ekonomi sehingga muncul permasalahan pengelolaan UMKM yang tidak fokus
pada komoditas dan jenis usaha yang potensial.Kondisi ini dapat berdampak pada
pembinaan dan pengembangan UMKM yang tidak efektif.
Penelitian ini bertujuan menyusun model pengembangan komoditas dan jenis
usaha unggulan yang perlu dan dapat dikembangkan dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja, dan penyerapan tenaga kerja,
serta peningkatan daya saing produk di Kota Tanjung Balai.
Penelitian ini dilakukan di Kota Tanjungbalai pada tahun 2016. Penelitian ini
merupakan lanjutan penelitian pada tahun 2015. Populasi penelitian ini adalah
komoditas dan Jenis Usaha UMKM yang bergerak di sektor ekonomi di Kota
Tanjungbalai. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penelitian secara keseluruhan menggunakan
metode penelitian dan pengembangan (research and development). Sesuai model
pendekatan research and development (R&D) maka pelaksanaan penelitian ini
mengikuti langkah-langkah antara lain: survei pendahuluan, wawancara mendalam
(indepth interview), Focus Group Discussion (FGD), perencanaan model, uji model,
validasi model dan sosialisasi. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi kuesioner,
pencatatan dokumen dan tes. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif, analisis SWOT, analisis Borda, Bayes, serta PLC (Product Life Cycle).

Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM komoditi unggulan Kota


Tanjung Balai berupa pemberian kredit dengan skim KUR. Jumlah kredit yang
disalurkan cenderung mengalami penurunan yang disebabkan oleh faktor internal
perbankan maupun pengusaha UMKM. Daur hidup produk (Produck Life Cycle)
kategori prospek baik dan potensi tinggi adalah;pengasinan ikan, jasa
keuangan,pedagang hasil perikanan,budi daya kerang,penangkapan ikan di laut,industri
tepung ikan;prospek cukup dan potensi sedang:budi daya ikan di tambak,pisang;prospek
baik dan potensi sedang:pedagang hasil pertanian dan mini market.Berdasarkan
visi,misi,strategi dan arah kebijakan maka rancangan strategi disesuaikan dengan
potensi daerah yaitu perdagangan dan industri yang berbasis pada sumberdaya
laut.Model pengembangan alternatif bagi pengembangan UMKM diharapkan melalui
pembentukan cluster melalui penguatan sistem agribisnis mulai dari hulu hingga hilir
(Value Chain Agribusiness)

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional
memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai
data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian
Indonesia, khususnya data dari Kementrian Negara Koperasi & UKM tahun 2012.
Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi yang
tercatat sebanyak 52,1 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua, potensinya
yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM
dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi
yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 91,03% dari total angkatan kerja
yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan
yakni sebesar 33% dari total PDB.
Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong
pemerintah untuk terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM).Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang
bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung
menggunakan modal besar (capital intensive).Eksistensi UMKM memang tidak dapat
diragukan lagi karena terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi,
terutama pasca krisis ekonomi.Kedudukan yang strategis UMKM tidak terbantahkan
dalam perekonomian nasional/daerah dalam meningkatkan penyerapan dan kesempatan
kerja, kesempatan usaha, dan pendapatan bagi sebagian besar masyarakat.
Pada tahun 2011 UMKM mempunyai andil besar terhadap penerimaan negara
dengan menyumbang 61,9 persen pemasukan produk domestik bruto (PDB) melalui
pembayaran pajak, yang diuraikan sebagai berikut : sektor usaha mikro menyumbang
36,28 persen PDB, sektor usaha kecil 10,9 persen, dan sektor usaha menengah 14,7
persen melalui pembayaran pajak. Sementara itu, sektor usaha besar hanya
menyumbang 38,1 persen PDB melalui pembayaran pajak (BPS, 2011).Sebagian besar

2
(hampir 99 persen), UMKM di Indonesia adalah usaha mikro di sektor informal dan
pada umumnya menggunakan bahan baku lokal dengan pasar lokal. Itulah sebabnya
tidak terpengaruh secara langsung oleh krisis global.Laporan World Economic Forum
(WEF) 2010 menempatkan pasar Indonesia pada ranking ke-15. Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia sebagai pasar yang potensial bagi negara lain. Potensi ini yang belum
dimanfaatkan oleh UMKM secara maksimal.
Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan
daerah lain. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu
daerahpertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial, dan fisik daerah itu
sendiri,termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian, tidak ada
strategipembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah. Namun
di pihaklain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka
pendekmaupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi
wilayah yangdirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari
berbagai wilayah,merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana
pembangunan ekonomidaerah (Darwanto, 2002).
Pembinaan dan pengembangan UMKM merupakan suatu keharusan dalam
rangka peningkatan ekonomi rakyat, percepatan pertumbuhan dan peningkatan ekonomi
wilayah.Mengingat ragam dan rentang usaha UMKM bervariasi baik jumlah maupun
luas cakupan yang hampir berada pada semua sektor ekonomi sehingga muncul
permasalahan pengelolaan UMKM yang tidak fokus pada komoditas dan jenis usaha
yang potensial.Kondisi ini dapat berdampak pada pembinaan dan pengembangan
UMKM yang tidak efektif.
Pada penelitian tahun pertama telah diteliti profil UMKM di Kota Tanjungbalai
serta telah diidentifikasi sepuluh komoditi dan jenis usaha unggulan dari berbagai
sektor/subsektor yaitu : pengasinan ikan, jasa keuangan/simpan pinjam, perdagangan
hasil perikanan, budidaya kerang, industri tepung ikan laut, budidaya ikan di tambak, ,
pisang, perdagangan hasil pertanian dan mimi market. Selain itu, didapat juga faktor
pendorong dan penghambat dalam pengembangan komotiti unggulan tersebut. Faktor
pendorong yang ditemukan pada kelompok dan jenis usaha di Kota Tanjungbalai
meliputi bahan baku tersedia dengan baik, kemudahan dalam menjalankan usaha, modal
yang tidak terlalu besar, merupakan komoditi dan jenis usaha unggulan daerah, lokasi

3
yang terjangkau dan adanya dukungan dari pemerintah. Sementara itu, faktor
penghambat yang didapat dalam pengembangan komoditas dan jenis usaha unggulan
meliputi spesialisasi tenaga kerja (kurangnya SDM yang berkualitas), tidak memiliki
izin usaha, rentan terhadap perubahan harga, persaingan dalam perekonomian semakin
ketat, dan iklam/cuaca yang tidak menentu dimana komoditas dan jenis usaha unggulan
di Kota Tanjungbalai lebih didominasi oleh sumberdaya sektor perikanan.
Mengingat masih terdapat beberapa permasalahan dalam menangani
pengembangan komoditi dan jenis usaha unggulan tersebut yang menyangkut
bagaimana peranan perbankan, kebijakan pemerintah dan daur ulang produk yang
belum diketahui sehingga hasil penelitian pertama masih harus dilanjutkan dengan
tujuan menemukan model yang sesuai dalam rangka pengembangan komoditas dan
jenis usaha unggulan di Kota Tanjungbalai.

1.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus penelitian ini adalah memberikan rekomendasi model pengembangan
komoditas dan jenis usaha unggulan yang perlu dan dapat dikembangkan di Kota
Tanjungbalai.

1.3. Keutamaan Penelitian


1) Penelitian ini perlu bagi pemerintah daerah dan instansi-instansi terkait untuk
mengetahui urutan atau ranking komoditas dan jenis usaha unggulan di Kota
Tanjung Balai sehingga menjadi fokus dalam pengembangan UMKM
2) Sebagai masukan dan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dan program
yang lebih strategis sebagai upaya untuk memacu pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi daerah.
3) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam merumuskan kebijakan
investasi bagi para pengusaha dan bahan promosi kepada para investor serta
memberikan informasi bagi pihak perbankan dan lembaga keuangan lainnya
yang berkaitan dengan pemberian pembiayaan terhadap komoditi, produk, jenis
usaha unggulan di Kota Tanjung Balai.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Pendahuluan


Hasil penelitian (Anonim, 2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi usaha kecil dan menengah di Propinsi Sumatera Utara meliputi
pengadaan bahan baku, peningkatan skill tenaga kerja, stabilitas harga asset, jumlah
produksi dan lama berusaha.
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas
tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah 7 tenaga kerja
5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang
memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang. UMKM adalah kumpulan
perusahaan, yang heterogen dalam ukuran dan sifat, dimana apabila dipergunakan
secara bersama, akan mempunyai partisipasi langsung dan tidak langsung yang
signifikan dalam produksi nasional, penyerapan tenaga kerja dan penciptaan lapangan
kerja (Kuwayama, 2001).
Soebroto Hadisoegondo (2012) menyebutkan, bahwa peran usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari:
(1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor,
(2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan
kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan
sumber inovasi, serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui
kegiatan ekspor.
Asian Development Bank (2001) mengatakan bahwa peran UKM penting bagi
restrukturisasi industri karena :
1. UKM memberikan kontribusi bagi pertumbuhan lapangan kerja dengan
kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar, dan

5
dalam jangka panjang UKM dapat menyediakan porsi yang signifikan bagi
lapangan kerja secara keseluruhan.
2. UKM dapat menolong dalam restrukturisasi dan perampingan (streamlining)
dari perusahaan besar milik pemerintah dengan cara memungkinkan mereka
untukmelepaskan atau menjual aktivitas produk yang bukan inti dan dengan
menyerap tenaga kerja yang berlebihan.
3. UKM menyediakan perekonomian dengan fleksibilitas yang lebih baik
dalam menyediakan jasa dan pembuatan variasi barang kebutuhan
konsumen.
4. UKM meningkatkan daya saing dari market place dan mencegah posisi
monopolistik dari berbagai perusahaan besar.
5. UKM bertindak sebagai tempat pengembangan kemampuan wirausaha dan
inovasi. UKM memainkan peran penting penyediaan jasa bagi komunitas
masyarakat dan UKM memberkan kontribusi penting bagi program
pengembangan regional.

2.2. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


UMKM adalah jenis usaha yang paling banyak jumlahnya di Indonesia, tetapi
sampai saat ini batasan mengenai usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia masih
beragam.Pengertian kecil didalam usaha kecil bersifat relatif, sehingga perlu ada
batasannya, yang dapat menimbulkan definisi-definisi usaha kecil dari beberapa
segi.Pengertian usaha dalam UMKM adalah perusahaan, yang dapat berskalamikro,
kecil, dan menengah.
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usahaperorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalamUndang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
danMenengah.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yangdilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anakperusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadibagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau

6
UsahaBesar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalamUndang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakananak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadibagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau UsahaBesar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimanadiatur dalam Undang-Undang
ini.
Tentang kriteria usaha mikro, kecil dan menengah dijelaskan dalam Pasal 6
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,
yaitu:
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (limapuluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;atau
b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00(tiga
ratus juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluhjuta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tigaratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00(dua milyar
lima ratus juta rupiah).
(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratusjuta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00(sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempatusaha; atau
b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00
(duamilyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.3. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

7
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah memiliki beberapa keunggulan
komparatif terhadap usaha besar. Keunggulan tersebut antara lain : Dilihat dari sisi
permodalan, pengembangan usaha kecil memerlukan modal usaha yang relatif kecil
dibanding usaha besar. Disamping itu juga teknologi yang digunakan tidak perlu
teknologi tinggi, sehingga pendiriannya relatif mudah dibanding usaha besar.
Motivasi usaha kecil akan lebih besar, mengingat hidup matinya tergantung
kepada usaha satu-satunya. Seseorang dengan survival motive tinggi tentu akan lebih
berhasil dibandingkan seseorang yang motivasinya tidak setinggi itu. Selain itu adanya
ikatan emosional yang kuat dengan usahanya akan menambah kekuataan para
pengusaha kecil dalam persaingan (Departemen Koperasi, 1995)
Memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan dengan pola permintaan
pasar, bahkan sanggup melayani selera perorangan. Berbeda dengan usaha besar yang
umumnya menghasilkan produk masa (produk standar), peerusahaan kecil produknya
bervariasi sehingga akan mudah menyesuaikan terhadap keinginan konsumen.
Disamping itu juga mempunyai kemampuan untuk melayani permintaaan yang sangat
spesifik yang bila diproduksi oleh perusahaan skala besar tidak efisien (tidak
menguntungkan).
Merupakan tipe usaha yang cocok untuk proyek perintisan. Sebagian usaha
besar yang ada saat ini merupakan usaha sekala kecil yang telah berkembang, dan
untuk membuka usaha skala besar juga kadangkala diawali dengan usaha sekala kecil.
Hal ini ditujukan untuk menghindari risiko kerugian yang terlalu besar akibat kegagalan
jika usaha yang dijalankan langsung besar, sebab untuk memulai usaha dengan skala
besar sudah barang tentu diperlukan modal awal yang besar juga.
Perdagangan bebas telah memberikan peluang kepada para pengusaha di dalam
negeri untuk dapat menjual produknya ke luar negeri.Dengan dibukanya perdagangan
bebas maka barier/penghambat untuk masuk ke suatu negara menjadi tidak ada lagi.
Dengan perkataan lain pergerakan barang dari suatu negara ke negara lain menjadi
mudah tanpa adma penghabat. Disamping itu dengan adanya depresiasi rupiah, maka
perdagangan luar negeri (ekspor) menjadi lebih terbuka dengan memanfaatkan
persaingan harga.
Sebagai pelaku ekonomi UKM masih menghadapi kendala structural-
kondisional secara internal, separti struktur permodalan yang relatif lemah dan juga

8
dalam mengakses ke sumber-sumber permodalan yang seringkali terbentur masalah
kendala agunan (collateral) sebagai salah satu syarat perolehan kredit (Alimarwan
Hanan, 2003).
Keterampilan teknis rendah, dan teknologi produksi sederhana.Rendahnya
keterampilan teknis dari para pekerja berakibat pada sulitnya standarisasi produk.Begitu
juga penggunaan teknologi produksi yang sederhana mengakibatkan mutu produk yang
dihasilkan bervariasi. Kalau hal ini terjadi, maka produk yang dikirim kemungkinan
akan di klim oleh konsumen. Hal ini akan sangat merugikan, apalagi jika produk ditolak
oleh konsumen di luar negeri.Para pekerja umumnya keluarga, artinya dalam perekrutan
pekerja lebih ditekankan kepada aspek kekeluargaan, yaitu lebih mementingkan
kedekatan hubungan dibandingkan dengan keahlian yang dimiliki.Dalam manajemen
tidak ada spesialisasi bahkan seringkali pemilik menangani sendiri, artinya dalam
menjalankan perusahaan tidak terdapat job description yang jelas. Disamping itu tingkat
perputaran tenaga kerja tinggi, hal ini akan mengakibatkan sulitnya menjadikan tenaga
menjadi betul-betul ahli.Lemah dalam administrasi keuangan. Kondisi ini seringkali
menjadi penyebab sulitnya perusahaan mengajukan kredit ke pihak ketiga, sebab para
investor baru mau menanamkan uangnya kalau terjamin keamanannya, artinya uang
yang ditanamkannya dijamin akan kembali dan sekaligus memperoleh keuntungan.
Lemahnya administrasi keuangan mengakibatkan sulitnya melakukan penilaian
kelayakan.
Belum adanya/kurangnya perlindungan terhadap usaha kecil.Sesuatu yang
lemah mestinya dilindungi dari ancaman yang kuat.Karena tidak adanya perlindungan
hukum, seringkali ruang gerak usaha kecil terpojok oleh usaha besar.Banyak perusahaan
kecil gulung tikar karena terjunnya usaha besar ke bidang usaha yang digeluti usaha
kecil. Atau karena tidak memiliki hak cipta maka produknya dihasilkan pihak lain
sehingga usahanya tersingkirkan. Dalam kemitraan dengan perusahaan besar seringkali
terjadi pola yang bertentangan dengan yang seharusnya, dimana pengusaha kecil malah
mensubsidi pengusaha besar.Kesulitan memperoleh kredit. Walaupun usaha kecil dan
menengah yang sesungguhnya andal terhadap krisis, sulit untuk mendapat fasilitas
karena terbentur pada aturan-aturan perkreditan yang komplek dan dilematis bagi
mereka dan bank pemberi kredit (Kamio, 2003)

9
2.4. Sasaran Pembinaan dan Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan upaya/proses untuk membuat sesuatu yang tadinya
tidak berdaya menjadi berdaya.Pembinaan adalah suatu perlakuan agar UMKM
memiliki kemampuan.Upaya untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui
pembinaan. Adapun sasaran pembinaan yang dilakukan terhadap pengusaha kecil
adalah mengurangi atau kalau mungkin menghilangkan kelemahan-kelemahan dan
hambatan-hambatan yang dimiliki/dihadapi perusahaan serta meningkatkan dan
memanfaatkan keunggulan dan peluangnya, seperti : berkembangnya skala usaha ,
peluang usaha, dan pangsa pasar. Dengan adanya intervensi dari pihak eksternal,
diharapkan skala usaha mereka dapat ditingkatkan dari kecil menjadi menengah, dan
dari menengah menjadi besar.Begitu juga dengan adanya bantuan untuk akses ke pihak
luar, maka peluang usaha dan pangsa pasar dapat dikembangkan.
Akses terhadap sumber permodalan. Membantu akses ke penyandang dana/investor
atau pemberi/penyedia kredit akan memecahkan masalah kebutuhan permodalan
perusahaan, karena bukan mereka tidak mau memberikan pendaan kepada para
pengusaha, akan tetapi karena masing-masing tidak tahu dan tidak saling kenal. Oleh
karena itu diperlukan adanya fasilitator yang bisa menghubungan antara kedua pihak
tersebut.
Peningkatan kemampuan kewirausahaan. Kemampuan kewirausahaan
merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha, dimana seorang
pengusaha harus mampu mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang secara
jelas, mengambil risiko yang moderat, memotivasi karyawan, menjalin kerjasama
dengan berbagai pihak, dan sifat kewirausahaan lainnya. Peningkatan kemampuan
manajerial dan kemampuan teknis.Seorang pengusaha adalah seorang manajer, oleh
karena itu diperlukan kemampuan untuk mengkoordinasikan semua bawahannya serta
memanage seluruh potensi yang dimiliki. Keterampilan teknis karyawan pada Usaha
Mikro Kecil dan Menengah umumnya rendah, hal ini akan berpengaruh terhadap
kualitas produk yang dihasilkan yang seringkali tidak sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
Peningkatan dan pemantapan keterkaitan dan kemitraan yang saling
membutuhkan, saling menghidupi, dan saling menguntungkan.Saat ini seringkali terjadi
kemitraan yang tidak sesuai dengan pola yang diinginkan.Dalam kemitraan Usaha kecil

10
dengan Usaha Besar, seharusnya usaha besar bisa memberikan subsidi kepada usaha
kecil, tapi seringkali dijumpai kondisi sebaliknya dimana usaha kecillah yang
mensubsidi usaha besar.

2.5. Program Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Pemberdayaan UMKM merupakan perlakuan yang diberikan terhadap UMKM
yang tidak berdaya supaya menjadi berdaya dalam arti menghilangkan atau paling tidak
mengurangi kelemahannya serta mengaktualkan potensi dan memanfaatkan peluangnya.
UMKM yang berdaya adalah UMKM yang memiliki kemampuan permodalan yang
cukup, memiliki akses yang luas baik terhadap investor, sumber bahan baku, calon
konsumen dan para stakeholder lain, serta memiliki daya saing yang kuat.
Dalam rangka meningkatkan kemampuannya UMKM membutuhkan: pelatihan,
pendampingan, konsultasi, dan temu usaha (Kartawan, 2004). Berkaitan dengan fungsi
pendampingan dan konsultasi, selama ini berbagai lembaga/instansi telah melakukannya
seperti : Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Departemen Pertanian, Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di BKKBN, Kamar Dagang dan Industri
Indonesia (KADIN), Perguruan Tinggi, konsultan swasta dan sebagainya.
UMKM yang berdaya adalah UMKM yang memiliki kemampuan permodalan
yang cukup, memiliki akses yang luas baik terhadap investor, sumber bahan baku,
calon konsumen serta para stakeholder, memiliki daya saing yang kuat. Untuk
mencapai hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :
meningkatkan akses ke perbankan/lembaga keuangan, pemberdayaan KKMB, melalui
kemitraan, dan meningkatkan kemampuan kewirausahaan.

2.6. Sektor (Komoditas dan Jenis Usaha) Unggulan


Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasarperencanaan
pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerahmemiliki
kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai denganpotensi
daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk
peningkatankemakmuran masyarakat.

11
Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu
menjadisektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk
yangmempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan
berkembangcepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan
teknologi yangteradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan
pengembangankapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali
dari hasilhasilproduksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta
maupunpemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu member
pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.

2.7. Analisis Product Life Cycle (PLC)


Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman
tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, suatu
produk juga memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle)
ini yaitu suatu grafik yang menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke
pasar sampai dengan ditarik dari pasar . Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini
merupakan konsep yang penting dalam pemasaran karena memberikan pemahaman
yang mendalam mengenai dinamika bersaing suatu produk (Levitt,1978).
Menurut Basu Swastha (1984), daur hidup produk itu di bagi menjadi empat
tahap, yaitu :
1. Tahap perkenalan (Introduction).
Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun
volume penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-
betul baru) Karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang
dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus
agfesif dan menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang
tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah.
2. Tahap pertumbuhan (Growth).
Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat.
Karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang
bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif
tahap sebelumnya. Di sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan

12
menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan
meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya.
3. Tahap kedewasaan (Maturity)
Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat
dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer
mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu
memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini,
usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan.
4. Tahap kemunduran (Decline)
Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami
kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini,
barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno.
Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat
penting karena permintaan sudah jauh menurun.Apabila barang yang lama tidak segera
ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat
beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas. Alternatif-alternatif yang dapat
dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain:
a. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya).
b. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm pemasaran serta program
produksinya agar lebih efisien.
c. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik.
d. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada
barang yang sudah ada.
e. Meninggalkan sama sekali barang tersebut.

2.8. Analisis SWOT


Analisis SWOT adalah merupakan suatu bentuk analisis situasi, yang
memandang faktor internal dan faktor eksternal perusahaan/organisasi lembaga sebagai
faktor yang sangat menentukan bagi eksistensi perusahaan/organisasi/lembaga ke
depan. Dalam analisis SWOT dirancang bagaimana untuk dapat memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), sekaligus secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threat).

13
2.9. Road Map Penelitian
Lila Bismala (2012) Hanya melihat dari sisi manajemen usaha UMKM

Soebroto Hadisoegondo Belum menunjukkan peranan pengembangan secara


(2012) sektoral

Hanya melihat dari proses usaha dan output secara mikro


Anonim (2006)
UMKM

Evi Emilia (2011) UMKM dari sisi hubungan omset dan penerapan akuntansi

Belum menunjukkan hubungan UMKM secara mikroekonomi dan


makroekonomi

(Hubungan antara aspek usaha prioritas, kebijakan pemerintah,


potensi daerah/spesifikasi daerah, dan perusahaan pembiayaan)

Peraturan Menteri Dalam Negeri no.9 tahun 2014 tentang


Pengembangan Prdouk Unggulan Daerah (PUD)

2015

Penelitian Hibah Besaing (Tahun I)

Indentifikasi Profil, Faktor Pendorong & Penghambat serta


identifikasi komoditas unggulan

2016
14
Penelitian Hibah Besaing (Tahun II)

Analisis kebijakan pemerintah dan perbankan untuk mendesain


strategi dan model pengembangan komoditas dan jenis usaha
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Daerah Penelitian

Daerah penelitian meliputi wilayah Kota Tanjung Balai.Penetapan Komoditi,


dan Jenis Usaha Unggulan UMKM dilakukan dengan menghimpuninformasi dari
sebagian besar kecamatan yang ada dengan mempertimbangkanketerwakilan dari
karakteristik wilayah secara geografis, jumlah UMKM, kontribusipembentukan PDRB
kabupaten/kota serta kebijakan Pemerintah Daerah.

Jumlah sampelwilayah bencakup seluruh kecamatan yang tersebar di wilayah


Kota Tanjung Balai dengan mempertimbangkanketerwakilan karakteristik kecamatan
serta potensi ekonomi masing-masingkecamatan.

3.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yakni :

a. Komoditi dan Jenis usaha unggulan setiap daerah dapat berbeda, karena perbedaan
karakteristik Sumberdaya Alam, geographi, kebijakan pembangunan, social
ekonomi, dan budaya.
b. Penelitian dengan pendekatan Partisipatif : Komoditi dan Jenis usaha UMKM
merupakan dari, untuk dan untuk daerah yang bersangkutan.
c. Penetapan Komoditi dan Jenis usaha unggulan UMKM untuk tujuan yang konkrit,
berdasarkan criteria yang komprehensif.

15
d. Penetapan Komoditi dan Jenis usaha unggulan UMKM berdasarkan proses seleksi
penyaringan yang bersifat Bottom Up.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari
narasumber/responden, meliputi pejabat-pejabat Pemerintah Daerah, dinas/instansi
terkait(sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, pertambangan, perhubungan),
Bappeda, Asosiasi/Kadinda, perbankan dan pada tingkat kecamatan. Pengumpulan
datadilakukan melalui ”Indepth Interview” kepada pejabat instansi/dinas terkait dan
pemimpin/pejabat bank pelaksana di daerah untuk mendapatkan penilaian pejabat
terkait di tingkatkecamatan dan kabupaten/kota dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner),panduan diskusi, dan panduan wawancara serta melalui mekanisme Diskusi
KelompokTerarah (Focus Group Discussion) untuk memperoleh pendapat nara sumber
baik dalamrangka menetapkan Komoditi Produk Jenis Usaha unggulan UMKM maupun
menjaring informasi tentang kendala/permasalahan, faktor penghambat dan pendukung
serta kebijakan pemerintah dalampengembangan UMKM, khususnya untuk komoditas
dan Jenis Usaha unggulan UMKM yang terpilih.

Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/publikasi/
laporan penelitian dari dinas/instansi dan sumber data lainnya yang menunjang.

3.4. Analisis Data

Analisis data primer dan sekunder dilakukan dalam rangka menjawab


tujuanpenelitian.Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua, analisis yang dilakukan
adalah analisis diskriptif. Khusus untuk mengetahui daur hidup komoditi digunakan
analisis PLC (Product Life Cycle) .Hasil analisis deskriptif tersebut digunakansebagai
bahan untuk penyusunan rekomendasi.Tujuan kedua yakni dalam rangka analisis
penetapan strategi pengembangan untuk mendapatkan model yang sesuai digunakan
analisis SWOT

16
Analisis SWOT yang didasarkan pada hasil penentuan komoditi, produk, dan
jenis usaha unggulan UMKM daerah, baik menurut sektor/subsektor ekonomi maupun
lintas sektoral, diberikan rekomendasi kebijakan atau saran-saran model pengembangan
yang diperoleh berdasarkan hasil indepth interview dan Focus Group Discussion (FGD)
di tingkat Kota. Rekomendasi model pengembangan komoditi, produk, dan jenis usaha
unggulan UMKM diharapkandapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah,
dinas/instansi terkait, perbankan, dan parastakeholders sebagai referensi dalam
pembuatan kebijakan lebih lanjut.

3.5. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (developmental research)


dengan ciri penelitian dilakukan dalam waktu panjang 2 tahun secara bertahap. Diagram
alur penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Studi Kepustakaan Pembinaan dan Pengembangan


UMKM

PENGUMPULAN DATA HASIL TAHUN I

(Sudah dilakukan
Data dari Kecamatan
Analisis Deskripif 1. pada
Profiltahun
UMKM 2015)
2. Faktor Penghambat
Data dari Dinas Terkait dan Pendorong
3. Komoditas Unggulan
4. Jurnal
Data dari BadanPusat Indepth
Statistik Interview/FGD
Data dari pelaku UMKM
HASIL TAHUN II

1. Analisis Kebijakan 1. Peranan Perbankan


Melanjutkan Perbankan
penelitian dengan 2. Daur Hidup Produk
menggali informasi 2. Analisis Kebijakan Daerah
3. Rancangan Strategi
dr perbankan dan
3. Analisis SWOT
pemerintah daerah 4. Perumusan
4. Analisis Life Cycle Product Rekomendasi model
UMKM
5. Analisis Deskriptif
17 5. Jurnal

Sosialisasi dan konsolidasi kepada instansi terkait dan UMKM


lainnya dalam rangka rmemperkenalkan model
3.6. Diagram Fishbone

OUTPUT
INPUT USAHA
USAHA
1. Kontribusi terhadap perkonomian kawasan

2. Kemungkinan dikembangkan dalam skala ekonomi/


industri
 Bahan Baku
 Skill Tenaga Kerja 3. Penyerapan tenaga kerja
 Modal
 Sarana Produksi Usaha 4. Dampak pengembangan spasial

Penetapan
5. Potensi pasar local
Komoditas Model
6. Potensi pasar ekspor, dan Hambatan biaya, dan Jenis Pengembangan
teknologi dan kelembagaan Usaha Ideal Komoditas
Unggulan
dan Jenis Usaha
Unggulan UMKM
Daerah
 Kekuatan
 Kelemahan
Peluang
 Ancaman

PROSES
USAHA
Strategi : Analisis SWOT Komoditas
dan Jenis Usaha Unggulan UMKM

1. Ketersediaan sumberdaya alam

2. Ketersediaan sumberdaya buatan

3. Ketersediaan sumberdaya manusia

4. Hambatan Biaya

5. Hambatan teknologi

6. Hambatan Kelembagaan

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM

Perbankan sangat berperan dalam menunjang perekonomian suatu daerah


termasuk tanjungbalai dalam rangka mendukung program pemerintah dan
memperlancar modal usaha bank yang ada di Kota Tanjungbalai. Peran yang sangat
utama dari perbankan adalah sumber kredit bagi pelaku usaha UMKM.
Posisi kredit UMKM untuk Kota Tanjungbalai meningkat dari tahun 2008
sampai 2010, kemudian mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga 2012 hal ini
disebabkan masi terdapat tunggakan-tunggakan pada tahun sebelumnya sehingga
perbankan lebih berhati-hati dalam mendistribusikan pembiyaaan pada pelaku UMKM.

Tabel 4.1. Perbandingan Kredit UMKM Kota Tanjungbalai Dibandingkan Sumut

Tempat 2008 2009 2010 2011 2012

Tanjungbalai 427.086 494.567 507.997 416.925 415.351

Sumut 34.034.885 39.282.662 44.034.606 26.706.610 31.470.385

Sumber: Bank Indonesia Medan, 2013.

Jenis kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada pengusaha UMKM adalah
skim kredit KUR (Kredit Usaha Rakyat). Beberapa kendala yang dihadapi perbankan
dalam penyaluran kredit di Sumatera Utara pada umumnya dan kota Tanjungbalai pada
khususnya antara lain dari calon debitur yaitu:
1. usaha dari pelaku usaha yang belum feasible
2. pelaku usaha masih memiliki tunggakan kredit program sebelumnya
3. sebagian besar pelaku usaha tidak memiliki NPWP
4. adanya persepsi masyarakat bahwa KUR adalah program pemerintah berupa
bantuan (HIBAH), sehingga calon debitur mempunyai keberanian
menunggak.

19
Sedangkan faktor internal dari pihak perbankan adalah
1. terbatasnya tenaga pemasaran kredit
2. keterbatasan jaringan kantor cabang.
3. Belum tersedianya data base UMKM binaan SKPD
4. Untuk kredit dibawah Rp. 50.000.000,- belum adanya perangkat analisa kredit
yang lebih sederhana dan praktis.

2. Daur hidup komoditi dan jenis usaha unggulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian tahun pertama komoditi


unggulan Kota Tanjungbalai adalah sebagai berikut :
Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes dan berdasarkan 4 kriteria
dan bobot kepentingan menghasilkan KPJU Unggulan untuk setiap sektor usaha
UMKM di setiap Kecamatan di Kota Tanjungbalai. Berdasarkan KPJU Unggulan pada
setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan
calon KPJU Unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kota Tanjungbalai. Hasil proses
agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJU
Unggulan Kota Tanjungbalai yang mempunyai nilai skor tertinggi.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setuap tujuan penetapan KPJU unggulan, serta skor terbobot
total/gabungan dari masing-masing sektor usaha.
Pada Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk
mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka penetapan KPJU adalah sektor
perikanan, tujuan penciptaan lapangan kerja dan tujuan daya saing daerah dalam rangka
penetapan KPJU unggulan di Kota Tanjung Balai adalah sektor perindustrian. Dengan
memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan
dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJU unggulan UMKM maka sub sektor
usaha perindustrian merupakan prioritas utama. Sektor/sub sektor usaha lain
berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perikanan, perdagangan, jasa,
angkutan, pariwisata tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan pertambangan.

20
Tabel 4.2. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJU Unggulan
di Kota Tanjungbalai.

Tujuan (Skor Terbobot)


Pertumbuhan Penciptaan Peningkatan Skor Rang
Sektor Usaha Ekonomi Lapangan Daya Saing Terbobot king
(0,3087) Kerja Produk Gabungan
(0,3732) (0,3732)
Perindustrian 0.1633 0.1315 0.1530 0.1482 1
Perikanan 0.1835 0.1245 0.1262 0.1432 2
Perdagangan 0.0776 0.1416 0.1520 0.1251 3
Jasa 0.1319 0.1066 0.1071 0.1146 4
Angkutan 0.0691 0.1374 0.1227 0.1117 5
Pariwisata 0.0988 0.0735 0.0978 0.0891 6
Tanaman 0.1041 0.0647 0.0626 0.0762 7
Pangan
Peternakan 0.0526 0.0826 0.0633 0.0672 8
Perkebunan 0.0572 0.0722 0.0568 0.0627 9
Pertambangan 0.0620 0.0652 0.0584 0.0620 10

Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kecamatan dan pelaksanaan


FGD beserta bobot kepentingan masingg-masing kriteria yang telah dihasilkan
sebelumnya analisis AHP menghasilkan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi UMKM
dengan urutan dan nila skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kota
Tanjungbalai.

No Sektor Skor- No Sektor Skor-


Usaha/KPJU Terbobot Usaha/KPJU Terbobot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 0.4136 1 Cabe Rawit 0.2561
2 Ubi Kayu 0.2235 2 Cabe 0.2281
3 Jagung 0.1605 3 Terung 0.1976
4 Kacang Tanah 0,1526 4 Keladi 0.1861
5 Padi Ladang 0.0497 5 Sawi 0.0457
Buah-buahan Perkebunan
1 Pisang 0.3072 1 Kelapa Sawit 0.4731
2 Semangka 0.2167 2 Kelapa 0.3958
3 Mangga 0.1104 3 Karet 0.1312
4 Pepaya 0.0798 4
5 Nangka 0.0735 5
Peternakan Perikanan
1 Ayam Pedaging 0.2099 1 Budidaya Kerang 0.2405

21
2 Sapi 0.1659 2 Penangkapan Ikan 0.2350
di Laut
3 Kambing 0.1536 3 Budidaya Ikan di 0.2138
Tambak
4 Itik/Unggas 0.1431 4 Budidaya Ikan di 0.0962
Kolam
5 Ayam Kampung 0.1034 5 Penjaring Udang 0.0883
di Sungai
Industri Perdagangan
1 Pengasinan Ikan 0.2813 1 Pedagang Hasil 0.2350
Perikanan
2 Industri Tepung Ikan 0.1504 2 Pedagang Hasil 0.1559
Pertanian
3 Bordir dan Sulaman 0.1122 3 Minimarket 0.1530
4 Keripik/Kerupuk 0.1048 4 Pedagang Barang 0.0972
Ikan Kerajinan
5 Pembuatan Kapal 0.1046 5 Toko Kelontong 0.0886
dan
Perahu/Galangan
Kapal
Jasa-Jasa Angkutan
1 Jasa 0.2249 1 Pick Up 0.2184
Keuangan/Simpan
pinjam
2 Bengkel Perahu 0.1286 2 Truk (Angkutan 0.2070
Barang)
3 Bengkel Mobil 0.1193 3 Perahu/Speedboat 0.2064
4 Pertukaran Perabot 0.1048 4 Becak 0.1741
Rumah Tangga Motor/Becak
5 Bimbingan Belajar 0.0931 5 Travel 0.1387
Pertambangan Pariwisata
1 Pasir Pasang 0.5959 1 Wisata Pulau 0.2352
2 Pasir Urug 0.1635 2 Wisata 0.2185
Pantai/Bahari
3 Kerikil/Koral 0.1365 3 Hotel Berbintang 0.1428
4 Batu Kali 0.1041 4 Wisata Belanja 0.1296
5 5 Wisata 0.1023
Sejarah/Cagar
Budaya

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan


daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau
prioritas setiap sektor usaha (Tabel 4.4.) serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor
usaha yang diperoleh.

22
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan, seperti disajikan pada
Tabel 4.4. Dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah,
jenis usaha pengasinan ikan, jasa keuangan simpan pinjam, usaha pedagang hasil
perikanan budidaya kerang dan penangkapan ikan di laut.
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor
berturut-turut adalah industri tepung ikan, budidaya ikan ditambak, budidaya pisang,
pedagang hasil pertanian dan usaha minimarket. Apabila ditelaah lanjut dari 10 KPJU
unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 2 komoditi merupakan sektor
industri, 3 perikanan dan perdagangan, masing-masing 1 komoditi untuk jasa dan buah-
buahan. Bila dilihat dari komposisi KPJU Unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan
bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kota Tanjungbalai berbasis pada sektor
perdagangan dan perikanan.

Tabel 4.4. 10 KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor Kota Tanjungbalai.

No Sektor/Sub KPJU Skor Terbobot


Sektor Usaha
1 Perindustrian Pengasinan Ikan 0.0553
2 Jasa Jasa Keuangan/Simpan Pinjam 0.0384
3 Perdagangan Pedagang Hasil Perikanan 0.0363
4 Perikanan Budidaya Kerang 0.0315
5 Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 0.0308
6 Perindustrian Industri Tepung Ikan 0.0296
7 Perikanan Budidaya Ikan di Tambak 0.0280
8 Buah-Buahan Pisang 0.0268
9 Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 0.0241
10 Perdagangan Minimarket 0.0236

Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, pada sub
sektor perikanan dan sektor perdagangan masing-masing 3 KPJU unggulan, 2 KPJU
berada dalam sektor perindustrian dan masing-masing 1 KPJU terdapat pada sektor
pertanian dan sektor jasa. Bila dilihat dari Komposisi KPJU unggulan lintas sektor
tersebut, menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kota Tanjungbalai berbasis
pada sektor perdagangan, perikanan dan perindustrian.

23
KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di
awal sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian
tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing dan pertumbuhan ekonomi.
Hasil ini selanjutnya telah dikonfirmasi dan didiskusikan dalam Focus Group
Discussion antar stakeholder.
Untuk lebih memperdalam sejauh mana kedudukan-kedudukan KPJU unggulan
lintas sektor 1 (satu) sampai 10 (sepuluh), dilakukan pemetaan (kependudukan) setiap
KPJU unggulan lintas sektor satu terhadap KPJU unggulan lintas sektor yang lain.
Kependudukan setiap KPJU unggulan lintas sektor tersebut didasarkan atas hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini, pada skala penilaian untuk
prospek Kurang (1) sampai dengan Sangat Baik (5), skala penilaian untuk potensi yaitu
Kurang (1) sampai Sangat Tinggi (5).
Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) Kesesuaian dengan kebijakan
pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program pembangunan
infrastruktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat persaingan. Aspek
potensi mencakup aspek(1) jumlah unit usaha /pengusaha saat ini, (2) Kesesuaian
dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan masyarakat terhadap teknologi
dan pengelolaan usaha, (4) Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), (5)
intensif harga jual produk, dan (6) daya serap pasar domestik. Berdasarkan penilaian
narasumber pada forum FCG di tingkat kabupaten/kota, rata-rata hasil penilaian (skor)
terhadap semua aspek potensi dan prospek, disajikan pada Tabel 4.5.
Seperti dapat dilihat pada Tabel 4.5, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10
(sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor, usaha pengasinan ikan, jasa keuangan, usaha
perdagangan hasil perikanan, budidaya kerang, penangkapan ikan laut, usaha industri
tepung ikan, usaha pedagang hasil pertanian dan usaha minimarket mempunyai prospek
relative lebih baik bila dibandingkan dengan budidaya ikan ditambak dan budidahya.
Pada aspek potensi, usaha pengasinan ikan relatif sangat potensial dibandingkan
KPJU yang lain. Ke lima KPJU unggulan lainnya, jasa keuangan, usaha pedagang hasil
perikanan, budidaya kerang, usaha penangkapan ikan di laut dan industri tepung ikan
relatif mempunyai potensi yang tinggi dibandingkan dengan budidaya ikan ditambak,
budidaya pisang, usaha pedagang hasil pertanian dan usaha minimarket yang
mempunyai potensi sedang.

24
Tabel 4.5. Kependudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Tanjungbalai.
Sektor/Sub KPJU Rata-rata Skor Kategori
Sektor
Usaha Prospek Potensi Prospek Potensi
Perindustrian Pengasinan Ikan 3.4468 4.1627 Baik Sangat
Tinggi
Jasa Jasa Keuangan/Simpan 3.4167 3.3333 Baik Tinggi
Pinjam
Perdagangan Pedagang Hasil Perikanan 3.4405 3.7302 Baik Tinggi
Perikanan Budidaya Kerang 3.2246 3.6944 Baik Tinggi
Perikanan Penangkapan Ikan di Laut 3.6528 3.9278 Baik Tinggi
Perindustrian Industri Tepung Ikan 3.1175 3.3917 Baik Tinggi
Perikanan Budidaya Ikan di Tambak 2.5333 2.7083 Cukup Sedang
Buah-Buahan Pisang 2.8063 2.800 Cukup Sedang
Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 3.0452 2.9333 Baik Sedang
Perdagangan Minimarket 3.1722 2.8833 Baik Sedang

Berdasarkan nilai skot Potensi dan Prospek ke 10 KPJU Unggulan dengan batas nilai
skor =3 (yaitu potensi Sedang dan Prospek Cukup), maka posisi setiap KPJU Unggulan
satu dengan yang lain disajikan pada Gambar dibawah ini.

Gambar Peta Kwadran KPJU Unggulan Kota Tanjungbalai.

25
3. Rancangan strategi pengembangan komoditi unggulan

Sebelum membuat rancangan strategi perlu dipaparkan kebijakan pemerintahan


seperti berikut ini:
Sesuai dengan visi kota tanjungbalai Tahun 2011-2016 adalah:
“Tanjungbalai sebagai Kota Beriman, Aman, Berpendidikan, Pusat Perdagangan
dan Industri Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera”
Visi pembangunan kota tanjungbalai ini diharapkan akan mampu mewujudkan
keinginan dan amanat masyarakat dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan
nasional, selaras dengan RPJM nasional 2009-2014, RPJMD Provinsi Sumatera Utara
2010-2015 dan RPJPD Kota Tanjungbalai Tahun 2005-2025. Visi ini diharapkan dapat
terukur keberhasilannya, berpihak dengan masyarakatnya yang religius, hidup dalam
suasana yang aman, memiliki pendidikan yang berkualitas dapat meningkatkan aktivitas
perdagangan dan industri dalam rangka peningkatan pendapatan menuju masyarakat
maju dan sejahtera.
Beberapa pengertian yang terkandung dalam pernyataan visi tersebut adalah :
1) Beriman artinya bahwa masyarakat Kota Tanjungbalai senantiasa diwarnai nilai-
nilai religius dan budi pekerti luhur diperoleh dari nilai-nilai agama yang
dianutnya yang tercermin dalam kehidupan berbangsa, berniaga dan
bermasyarakat dalam interaksi sosial sehari-hari. Menjadikan keimanan sebagai
dasar dalam bertindak dan bertingkah laku sehingga akan tercipta masyarakat
yang patuh dan taat pada ajaran agamanya.
2) Aman artinya adanya rasa tenteram, tidak adanya rasa takut atau khawatir bagi
masyarakat untuk bermukim dan bertempat tinggal, berusaha dan beribadah di
Kota Tanjungbalai. Suasana kondusif yang jauh dari kerusuhan dan huru hara,
dapat menekan angka kriminalitas yang akan mampu melahirkan imej positif
bagi siapa saja yang berkunjung terlebih-lebih bagi investor yang akan
menamakan modalnya di Kota Tanjungbalai.
3) Berpendidikan artinya Kota Tanjungbalai mengenyam pendidikan minimal
jenjang SLTA, cerdas emosional dan spiritual, memiliki keterampilan dan
mampu berkompetensi di era nasional dan global.
4) Pusat perdagangan dan industri artinya bahwa Kota Tanjungbalai sebagai pusat

26
perdagangan dan industri regional dengan berbasis pada ekonomi kerakyatan.
meningkatkan aktivitas perdagangan dan menggiatkan kegiatan ekonomi
terutama sektor industri kecil dan menengah serta UMKM.
5) Maju dan sejahtera artinya suatu kondisi dimana kehidupan masyarakat semakin
membaik yang terpenuhi semua kebutuhan dasar hidupnya baik lahir maupun
batin, menuju kemandirian, kemakmuran dalam keadaan sehat dan damai yang
ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, berkurangnya angka
kemiskinan dan pengangguran, meningkatnya kualitas hidup masyarakat dan
membaiknya mutu lingkungan hidup.
Misi adalah penyataan tentang apa yang harus dilakukan untuk
mewujudnyatakan visi serta dapat memberikan arah dan petunjunk garis-garis besar
cara pencapaian visi. secara teknokratis, pernyataan misi akan dapat menjelaskan alasan
mengapa organisasi ada dan apa maknanya pada masa yang akan datang. perumusan
misi dalam dokumen RPJMD dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan strategis baik eksternal maupun internal yang mempengaruhi serta kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan yang ada pada pembangunan dipahami tanpa
mengurangi maksud yang ingin dijelaskan.
Misi RPJMD Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas iman dan taqwa dan pengamalan agama di setiap sendi
kehidupan;
2) Mewujudkan pemerintahan yang aman, baik, bersih, berwibawa dan
bermartabat;
3) Meningkatkan perekonomian daerah yang berdaya saing;
4) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia menuju masyarakat yang cerdas,
sehat, berbudaya, menguasai IPTEK dan mandiri;
5) Meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur yang berwawasan
lingkungan;
6) Penegakan supremasi hukum, demokrasi dan HAM; dan
7) Peningkatan partisipasi dan kerjasama di segala bidang dengan masyarakat dan
dunia usaha/pihak swasta.

27
Penjelasan dari masing-masing misi tersebut adalah:

Misi 1: Meningkatkan kualitas iman dan taqwa dan pengalaman agama di setiap
sendi kehidupan
Pembangunan kualitas sumberdaya masyarakat yang terkait dengan dimensi
sosial, ekonomi dan politik yakni pendidikan, kesehatan dan lingkungan tidak hanya
meliputi pembangunan fisik saja namun juga terkait dengan pembangunan mental
spritual masyarakat tersebut. Pembangunan mental spritual masyarakat efektif
dilakukan dengan pendekatan keagamaan yakni penguatan keimanan dan ketaqwaan
sebagai bagian yang tak terpisah. Masyarakat yang beriman akan mudah berinteraksi di
setiap kegiatan pembangunan karena masyarakat yang beriman adalah masyarakat yang
percaya adanya Sang Pencipta, mengakui dengan lisannya dan senantiasa beramal dan
berbuat kebajikan dengan anggota badannya. Hanya masyarakat yang beriman yang
berpotensi muncul sifat taqwa dalam dirinya. Upaya pembangunan mental spritual
melalui peningkatan kualitas iman dan taqwa dan pengalaman agama di setiap sendi
kehidupan menjadi pondasi dan salah satu agenda pokok pembangunan lima tahun ke
depan yang dilaksanakan secara simultan dengan agenda pembangunan lainnya dalam
rangka mewujudkan masyarakat Kota Tanjungbalai yang maju dan sejahtera.

Misi 2: Mewujudkan pemerintah yang aman, baik, bersih, berwibawa dan


bermartabat
Penyelenggara pemerintahan pada dasarnya adalah pelaksanaan pelayanan
kepada masyarakat daerah dan sebaiknya pernyataan misi penggunaan bahasa yang
sederhana, ringkas dan mudah di setiap bidang pembangunan dalam rangka pemenuhan
hak-hak dasar masyarakat sebagai warga negara. Dalam rangka perwujudan pelayanan
optimal dan terbaik kepada masyarakat diperlukan suatu sistem pemerintahan yang
aman, baik, berwibawa dan bermartabat untuk menumbuhkan nilai kepercayaan (trust)
masyarakat kepada pemerintah dalah hal ini kepada Kepala Daerah terpilih beserta
jajarannya. Penyelenggara pemerintahan harus mampu menciptakan keberpihakan
kepada masyarakat serta dapat mengayomi dengan memberikan rasa aman bagi warga
untuk bermukim, berusaha dan beribadah; warga bebas untuk mengeluarkan pendapat;
warga berusaha dan ijin berusaha dan ijin lainnya serta pelayanan lain yang dibutuhkan

28
serta warga mudah untuk mengakses berbagai informasi. Pemerintahan yang baik (good
governance) dan pemerintahan yang bersih (clean governance) menuju good corporate
governance akan terwujud jika harmonis dan kerjasama dengan berbagai pihak
(masyarakat dan swasta) terjalin dengan baik.

Misi 3. Meningkatkan perekonomian daerah yang berdaya saing


Dalam rangka peningkatan perekonomian yang berdaya saing peran pemerintah
sangat dominan dalam rangka pemberian proteksi sekaligus fungsi fasilitasi. Usaha
pencapaian peningkatan ekonomi yang berdaya saing diwujudkan dengan penguatan
kelembagaan ekonomi kerakyatan, regulasi dan fasilitasi dalam mendorong iklim
investasi, peningkatan produktivitas dan peningkatan keterampilan masyarakat serta
penyelenggaraan kemitraan dengan ekonomi skala besar. Ekonomi kerakyatan sendiri
memiliki pengertian upaya memberdayakan (kelompok atau satuan) ekonomi oleh
masyarakat yang mendominasi dunia usaha. Pengembangan ekonomi rakyat
diigerakkan melalui penguatan modal pada sektor industri kecil dan menengah dan
sektor Usaha Mikro Kecil Menengah dengan tetap memberikan bantuan dana bergulir,
pemantapan kembali fungsi serta peningkatan aktivitas lembaga-lembaga keuangan
mikro dan penguatan kapasitas pengolahan koperasi.
Struktur ekonomi Kota Tanjungbalai pada kurun waktu lima tahun terakhir
didominasi oleh sektor industri pengolahan yang sebagian besar berasal dari industri
berskala kecil dalam segi permodalan, sarana teknologi produksi yang sederhana dan
manajemen usaha yang belum bersistem dan kebanyakan bentuk kepemilikan usaha
adalah usaha pribadi. Konsep Ekonomi kerakyatan dengan pilar UKM/UMKM dan
prinsip kemitraan menjadi alternatif yang bisa dikembangkan dalam rangka
meningkatkan perekonomian Kota Tanjungbalai karena sektor ini terbukti memainkan
peran yang patut diperhitungkan dalam menyerap tenaga kerja, ekspor dan menopang
penghasilan keluarga rumah tangga baik di perkotaan maupun di pedesaan. Untuk
mencapai tujuan dimaksud harus ditopang dengan jalinan kemitraan yang saling
bersinergi antar BUMN, BUMD, pengusaha berskala besar dengan kelompok-kelompok
usaha dalam masyarakat. Penentuan komoditi unggulan merupakan hal yang dapat
membantu pencapaian missi yang ketiga ini.

29
Misi 4: Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia menuju masyarakat yang
cerdas, sehat, berbudaya, menguasai IPTEK dan mandiri.
Sumberdaya manusia selain sebagai objek pembangunan sebagai sasaran yang
harus disejahterakan, juga sebagai subjek pembangunan yang disertakan sebagai pelaku
pembangunan. Baik sebagai objek maupun subjek dari pembangunan, sumberdaya
manusia harus dibangun kualitasnya. Pembangunan kualitas sumberdaya manusia
meliputi pembangunan pendidikan, kesehatan, budaya, penguasaan IPTEK menuju
kemandirian.
Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan anak
didik yang berintelektual, mampu memadukan ilmmu pengetahuan dan teknologi yang
menjelma dalam diri lulusan yang memiliki iman dan taqwa dan berbudaya. Artinya,
selain dibekali dengan kemampuan teknokratis, manajerial dan substantif, pendidikan
juga harus menjamin pada penciptaan lulusan yang berbudi pekerti luhur serta
tercapainya peningkatan iman dan taqwa. Kemampuan intelektual yang diperoleh dari
sistem pendidikan yang diselenggarakan digunakan untuk menciptakan kehidupan yang
lebih baik, tidak saja untuk masa sekarang, juga untuk mensejahterakan generasi
mendatang. Pendidikan yang berkualitas juga dimaksudkan untuk menciptakan lulusan
yang mampu bersaing di era global. Pendidikan yang berkualitas harus terus didukung
dengan pendanaan yang menandatangani dan dapat menjangkau semua penduduk baik
dari segi geografis terlebih dari segi ekonomis. Ke depan tidak ada alasan penduduk
yang tidak bersekolah karena alasan aksesibilitas maupun alasan ekonomis. Pendanaan
pendidikan akan diupayakan bagi peningkatan fasilitas dan sarana pendidikan,
peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan serta peningkatan fasilitas dan
sarana pendidikan, peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan serta
peningkatan kualitas mutu lulusan yang tentunya akan dapat terwujud apabila ada
keterlibatan dari setiap stakeholders dan pemberian ruang partisipasi bagi masyarakat
untuk terlibat aktif di dunia pendidikan.
Masyarakat yang cerdas akan berdaya guna bila ia memiliki tubuh yang sehat.
Upaya peningkatan kesehatan bagi masyarakat dapat diwujudkan dengan upaya
peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, pemenuhan akan tenaga mendis, obat-
obatan dan alat-alat kesehatan, peningkatan SDM kesehatan, peningkatan partisipasi

30
masyarakat dalam pencapaian pola hidup bersih dan sehat dan melibatkan stakeholders
serta pihak ketiga.

Misi 5. Meningkatkan Kualitas Pembangunan infrastruktur yang berwawasan


lingkungan
Ketersediaan infrastruktur yang layak adalah bagian dari nilai kesejahteraan
sekaligus menjadi prasarat dasar bagi pengembangan ekonomi masyarakat, baik yang
berbasis ekonomi kerakyatan maupun sektor-sektor ekonomi modern. Pembangunan
dan peningkatan infrastruktur haruslah menjadi bagian dari pelayanan kepada
masyarakat, oleh karenanya karakter pembangunan dan peningkatan harus ramah
terhadap karakter khas penyebaran pemukiman penduduk dan lingkungannya.
Pembangunan dan peningkatan infrastruktur rakyat ini akan disinergikan dengan
pembangunan infrastruktur bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
Kabupaten/Kota namun juga merupakan tanggung jawab pemerintah Provinsi dan yang
dalam pelaksanaannya membutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat. Oleh
karenanya secara intensif diperlukan upaya untuk terus mengembangkan jejaring, baik
ke tingkat nasional, ke Provinsi dan ke masyarakat. Dengan langkah-langkah yang
terukur, diharapkan pembangunan dan peningkatan infrastruktur sebagai jalan untuk
peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan Kota Tanjungbalai akan dapat terwujud
dalam beberapa tahun mendatang.

Misi 6: Penegakan supremasi hukum, demokrasi dan HAM


Dalam pelaksanaan otonomi daerah sangat deperlukan adanya penegakan
supremasi hukum, demokrasi dan HAM yang menjunjung tinggi peraturan-peraturan
yang berlaku untuk mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat demi
terciptanya kesadaran hukum dan kepatuhan hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai
pemerintahan yang demokratis yang mengedepankan kepentingan rakyat dan
menghormati Hak Asasi Manusia (HAM). Hal ini menjadi sangat penting karena
berkaitan dengan hak dasar manusia sebagai makhluk tuhan. Penegakan Supremasi
hukum, demokrasi dan HAM menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan keberhasilan
dalam menciptakan masyarakat sadar hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai
demokrasi dan HAM akan menciptakan suasana yang kondusif dalam kehidupan

31
bermasyarakat.
Misi 7: Peningkatan partisipasi dan kerjasama di segala bidang dengan
masyarakat dunia usaha/pihak swasta
Telah dikemukakan di atas bahwa keberhasilan suatu pembangunan tidak
terlepas dari kerjasama yang mampu diciptakan oleh semua pihak (Stakeholders) yang
terlibat di dalamnya. Pemerintah harus memberi ruang kepada seluruh komponen
masyarakat untuk terlibat aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
dan evaluasi pembangunan. Makna partisipasi adalah kekuatan yang dimiliki oleh
masyarakat untuk mengatasi persoalannya di masa kini guna mencapai kehidupan yang
lebih baik di masa mendatang. Wacana pelibatan masyarakat di dalam perencanaan
pembangunan merupakan suatu hal yang positif dan keharusan dalam hal proses
transparansi yang coba dibangun oleh pemerintah. Pelaksanaan partisipasi dapat berupa
melibatkan masyarakat dalam sharing informasi, merumuskan tujuan, mensetting
kebijakan, mengalokasikan sumber pendanaan, mengoperasikan program, serta
mendistribusikan manfaat yang diperoleh. Dengan kata lain, melibatkan masyarakat
sejak tahap perencanaan hingga implementasi dan pemerataan hasilnya.
Tujuan dan sasaran merupakan tahap perumusan sasaran strategis yang
menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka
menengah daerah dan pada hakekatnya merupakan penegasan kembali visi dan misi
secara lebih detail, terinci dan tergambar dengan jelas yang selanjutnya akan menjadi
dasar penyusunan arsitektur kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Rumusan
tujuan dan sasaran merupakan dasar dalam menyusun pilihan-pilihan strategi
pembangunan dan sarana untuk mengevakuasi pilihan tersebut. Tujuan adalah
pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi,
melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis daerah dan permasalahan
pembangunan daerah. Tujuan yang baik dapat memberi gambaran apa yang akan
dicapai dalam 5 (lima) tahun kedepan. Untuk menjabar misi agar jelas wujudnya dalam
masa lima tahun ke depan ditetapkan tujuan pembangunan sebagai berikut:

32
Tabel 4.6. Tujuan Jangka Menengah Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2016.
No Tujuan Jangka Menengah Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2016

1 Terwujudnya SDM aparatur dan masyarakat yang beriman dan bertaqwa.


2 Terciptanya tata pemerintahan yang baik (good governance).
3 Terselenggaranya sistem perekonomian kerakyatan yang terpadu.
4 Meningkatnya daya saing masyarakat
5 Meningkatnya mutu layanan pendidikan
6 Meningkatnya mutu layanan kesehatan
7 Meningkatnya infrastruktur bagi layanan umum.
8 Meningkatnya pembangunan infrastruktur perkotaan berbasis kewilayahan
9 Terwujudnya masyarakat yang sadar dan patuh akan hukum
10 Terwujudnya kerjasama pemerintah dengan dunia usaha/pihak swasta
dalam mengisi pembangunan.

Kesepuluh tujuan di atas merupakan kristalisasi dari apa yang ingin diwujudkan
secara nyata melalui visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Tanjungbalai untuk
periode yang akan berakhir pada tahun 2016. secara teknokratik, gambaran nyata dari
cita-cita pembangunan di atas akan dicapai secara bertahap, sinambung dan disesuaikan
dengan kemampuan pendanaan APBD. Indikator capaian diterjemahkan ke dalam
sasaran yang akan dicapai dari tahun ke tahun selama masa 5 (lima) tahun jangka
pembangunan menengah.
Sasaran Pemerintah Kota Tanjungbalai dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah Tahun 2011-2016 ialah :

33
Tabel 4.7. Sasaran Jangka Menengah Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2016.
No Tujuan Jangka Menengah Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2016

1 Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan aparatur dan masyarakat.


2 Meningkatkan kualitas pelayanan umum.
3 Menciptakan kerukunan serta harmonisasi kehidupan sosial bermasyarakat
4 Tersedianya regulasi dan fasilitasi yang mendorong tumbuhnya ekonomi
kerakyatan.
5 Penguatan kelembagaan ekonomi kerakyatan.
6 Meningkatkan kemampuan managerial pelaku ekonomi kerakyatan.
7 Terciptanya produktifitas pada sektor ekonomi berbasis sumber daya lokal
8 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam
menunjang kegiatan ekonomi.
9 Peningkatan sistem dan akses layanan pendidikan.
10 Peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya pendidikan.
11 Peningkatan sistem dan akses layanan kesehatan.
12 Peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya kesehatan.
13 Meningkatkan akses jaringan/layanan komunikasi dan informatika, seni
budaya dan olahraga bagi seluruh lapisan masyarakat.
14 Penataan ruang dalam rangka mendukung pengembangan wilayah yang
berwawasan lingkungan.
15 Peningkatan sarana dan prasarana dan infrastruktur perkotaan.
16 Peningkatan kualitas lingkungan.
17 Tercapainya suasana dan kepastian hukum (rule of law) dan terjaganya
ketertiban umum.
18 Meningkatkan kreatifitas masyarakat dalam menggali potensi daerah untuk
menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi investor.

Keduapuluh satu sasaran di atas merupakan wujud dari apa yang diinginkan oleh
Pemerintahan Kota Tanjungbalai secara nyata melalui visi dan misi dan tujuan Walikota
dan Wakil Walikota Tanjungbalai untuk periode yang akan berakhir pada tahun 2016,

34
yang akan dicapai secara bertahap sesuai dengan kemampuan pendanaan APBD.
Indikator capaian diterjemahkan ke dalam sasaran yang dicapai tahunan selama masa 5
(lima) tahun jangka pembangunan menengah.
Berikut disajikan tabel yang berisikan sasaran dari tiap-tiap tujuan yang telah
ditetapkan.
Tabel 4.7. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kota Tanjungbalai
Visi: Tanjungbalai sebagai Kota Beriman, Aman, Berpendidikan, Pusat Perdagangan dan
Industri Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera
Misi Tujuan Sasaran Indikator
1. Meningkatkan 1. Terwujudnya Meningkatnya  Jumlah aktivitas
kualitas SDM aparatur dan kualitas dan keagamaan
keimanan dan masyarakat yang ketaqwaan  Perda aktivitas keagamaan
ketaqwaan beriman dan aparatur dan  Kepatuhan mentaati
aparatur dan bertaqwa masyarakat kebijakan
masyarakat.

2. Mewujudkan 2. Terciptanya tata 2,1Meningkatnya  Jumlah pengaduan


pemerintahan pemerintahan kualitas pelayanan masyarakat
yang aman, yang baik (good umum  Jumlah SIUP, SITU, TDP
baik, bersih, governance) dan perijinan lainnya
berwibawa dann  Kelengkapan dukumen
bermartabat perencanaan (RPJMD,
RKPD, Renstra SKPD,
Renja SKPD, KUA dan
PPAS)
 Dokumen RTRW
 Jumlah aparatur yang
mengikuti pendidikan
formal dan non formal
 Jumlah aparatur yang
mengikuti Diklat
.1. Terciptanya  Angka kriminalitas
kerukunan  Jumlah unjuk rasa
serta  Jumlah kasus kerawanan
harmonisasi sosial
kehidupan
sosial dan
bermasyarakat
3. Meningkatkan 3. Terselenggaranya 3.1. tersedianya  Perda/Perkada tentang
perekonomian sistem regulasi dan PAD dan investasi
daerah yang perekonomian fasilitas yang
berdaya saing kerakyatan yang mendorong

35
terpadu tumbuhnya iklim
investasi
3.2 Penguatan  Jumlah koperasi aktif
kelembagaan  Jumlah UKM dan UMKM
ekonomi rakyat  Jumlah BPR/LKM
3.3 Meningkatnya  Jumlah pelatihan UKM
kemampuan dan UMKM
managerial pelaku
ekonomi
kerakyatan
3.4 Terciptanya  PDRB sektor industri
produktifitas pada pengolahan, pertanian,
sektor ekonomi perdagangan dan jasa
berbasis sumber
daya lokal
4. Meningkatnya 4.1 Meningkatnya  Jumlah komoditi lokal
daya saing pengetahuan dan  PDRB per kapita
masyarakat keterampilan  Tingkat pengangguran
masyarakat dalam
menunjang
kegiatan ekonomi
4. Meningkatkan 5. meningkatnya 5,1 Meningkatnya  APS,APK dan APM
kualitas mutu layanan sistem dan akses  Rasio ketersediaan
sumberdaya pendidikan layanan sekolah/penduduk usia
manusia menuju pendidikan sekolah
masyarakat  Rasio guru/murid
yang cerdas,  Angka putus sekolah
sehat,  Angka kelulusan
berbudaya,
 Angka melanjutkan
menguasai
 Penduduk yang berusia
IPTEK dan
>15 tahun melek huruf
mandiri
(tidak buta aksara)
 Jumlah perpustakaan di
sekolah/kelurahan/kecama
tan
 Jumlah pengunjung
perpustakaan/tahun
 Jumlah bahan-bahan
perpustakaan/bacaan
5,2 Meningkatnya  Jumlah guru yang
kuantitas dan memenuhi kualifikasi
kualitas S1/D-IV
sumberdaya  Jumlah guru bersertifikasi
pendidikan  Jumlah sarana prasarana
sekolah yang terbangun
 Jumlah sarana dan
prasarana untuk tenaga

36
pendidikan
 Jumlah sarana dan
prasarana untuk tenaga
kependidikan
 Pembangunan dan
peningkatan jalan menuju
sekolah-sekolah
 Kondisi bangunan SD/MI
 Kondisi bangunan
SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA
 Jumlah PT di daerah
6. Meningkatnya 6,1 meningkatnya  Regulasi standart
mutu layanan sistem dan akses pelayanan kesehatan
kesehatan layanan kesehatan  Rasio dokter per satuan
penduduk
 Rasio tenaga medis per
6,2 Meningkatnya satuan penduduk
kuantitas dan  Jumlah Dokter yang
kualitas memiliki ijin praktek
sumberdaya  Rasio posyandu per satuan
balita
 Rasio puskesmas,
poliklinik, pustu per
satuan penduduk
 Rasio rumah sakit per
satuan penduduk
7. Meningkatnya 7,1, Meningkatnya  Jumlah layanan internet
infrastruktur bagi akses  Sarana penunjang jaringan
layanan umum jaringan/layanan komunikasi dan
komunikasi dan informatika
informatika, seni  Jumlah sarana olahraga
budaya, pariwisata dan kepemudaan
dan olahraga bagi  Jumlah gedung kesenian
seluruh lapisan  Jumlah grup kesenian
masyarakat
 Jumlah tempat wisata

5. Meningkatkan 8. Meningkatnya 8,1, Tertatanya  Dokumen RTRW


kualitas pembangunan ruang dalam
pembangunan infrastruktur rangka mendukung
infrastruktur perkotaan berbasis pengembangan
yang kewilayahan wilayah yang

37
berwawasan berwawasan
lingkungan lingkungan
 Jumlah jembatan
8,2, Meningkatnya  Panjang jalan
sarana prasarana  Jumlah fasilitas layanan
dan infrastruktur umum
perkotaan  Jangkauan layanan air
bersih/air minum
 Jangkauan layanan
jaringan
listrik/penerangan jalan
8,3 Meningkatnya  Dokumen KLHS
kualitas
 Jangkauan layanan mobil
lingkungan
sampah
 Luas wilayah pengerukan
sungai Silau dan Sungai
Asahan
 Volume bahan galian C
(pasir) yang
termanfaatkan
6. Penegakan 9. Terwujudnya 9,1Tercapainya  Jumlah kasus HAM
supremasi masyarakat yang suasana dan  Jumlah kasus KDRT
hukum, sadar dan patuh kepastian hukum
demokrasi dan akan hukum (rule of law) dan
HAM terpeliharanya
ketertiban umum
7. Peningkatan 10. Terwujudnya 10,1 Meningkatnya  Pendapatan per kapita
partisipasi dan kerjasama di kreatifitas  Jumlah MoU dengan
kerjasama di segala bidang masyarakat dalam pihak ketiga
segala bidang antara pemerintah menggali potensi  Nilai investasi
dengan dengan dunia daerah untuk
masyarakat dan usaha/pihak menciptakan iklim
dunia swasta dalam usaha yang
usaha/pihak mengisi kondusif.
swasta pembangunan
yang
berkelanjutan

38
Strategi dan Arah Kebijakan Daerah

Pemerintahan Kota Tanjungbalai dalam menyahuti berbagai perencanaan


pembangunan, baik yang telah, sedang dan yang akan dilaksanakan mempunyai strategi
dan arah kebijakan dalam memberhasilkan pelaksanaan pembangunan diberbagai
bidang. Strategi yang disusun sebanyak 12 (dua belas) dengan rincuan sebagai berikut :
a. Menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) dan
pemerintahan yang bersih (clean governance)
b. Meningkatkan kualitas SDM aparatur/PNS untuk lebih profesional dan penuh
pengabdian dan SDM masyarakat untuk lebih kreatif, inovatif dan produktif.
c. Melakukan perbaikan terus menerus (continuos improvement), membangun
kerja sama tim (team work) dan perhatian terhadap hal-hal yang lebih detail
dengan menerapkan manajemen mutu terpadu (management total quality)
d. Melakukan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
berdasarkan konsep kewilayahan menuju Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET) dengan daerah hinterland, untuk menumbuhkan hubungan
ekonomi antar daerah yang saling menguntungkan (win win solution) dan
dengan komit serta konsisten mempedomani rencana umum dan rencana detail
tata ruang secara taat azas.
e. Menampung seluruh aspirasi masyarakat berdasarkan prinsip buttom up
planning yang berorientasi pada kepentingan pada kepentingan masyarakat
banyak berdasarkan azas musyawarah mufakat dalam nuansa kekeluargaan.
f. Mendayagunakan potensi seluruh sumber daya secara arif dan bijaksana
g. Mengembangkan upaya-upaya strategis dan inovatif untuk mendayagunakan
segenap potensi sumberdaya dan pemanfaatan peluang
h. Penguasaan dan pemanfaatan teknologi tepat secara arif dan bijaksana
i. Pemberdayaan masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan.
j. Stabilitas dan akselerasi pembangunan pada semua bidang pembangunan yang
bertumpu pada kekuatan sendiri dan kerjasama.
k. Memfasilitasi dan menciptakan iklim dunia usaha yang kondusif untuk
pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
l. Membangun hubungan yang bermakna (establish meaning full) dan
memberdayakan pemuka agama sebagai mitra pemerintah yang sangat strategis

39
dalam pembinaan ummat.

Sementara untuk Arah Kebijakan Daerah sesuai hasil evaluasi potensi, masalah
dan tantangan, apabila kita mempedomani Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Nasional dan Provinsi Sumatera Utara Dalam rangka mendukung Kebijakan
Nasional dan Provinsi Sumatera Utara dimaksud maka disusun 6 (enam) Arah
Kebijakan yaitu :

Kebijakan Pertama Menciptakan Tata Pemerintahan yang baik (Good


Governance) dan pemerintahan yang bersih melalui:
1. Peningkatan Keamanan, Ketertibban, Penegakan Peraturan Daerah dan Lainnya
2. Penciptaan Tata Pemerintahan yang bersih dan Berwibawa.
3. Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

Kebijakan Kedua Menciptakan Sumberdaya Manusia/Aparatur yang Lebih


Kreatif, Inovatif dan Produktif melalui :
1. Perbaikan Ilmu dan Ketenagakerjaan
2. Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kebijakan Ketiga Percepatan Pembangunan Infrastruktur melalui :


1. Sumberdaya Air
2. Transportasi
3. Ketenagalistrikan, Pos dan Telematika
4. Perumahan dan Permukiman

Kebijakan Keempat Perbaikan Kehidupan Masyarakat Agar Lebih Berkualitas


melalui :
1. Peningkatan kualitas kehidupan beragama
2. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas
3. Peningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan yang berkualitas
4. Peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan
perlindungan anak

40
5. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas serta pemuda dan
olahraga

Kebijakan Kelima Perbaikan Perekonomian Masyarakat melalui :


1. Pembangunan keuangan daerah, investasi serta peningkatan peranan BUMD.
2. Revitalisasi Pertanian
3. Perindustrian
4. Perdagangan dan investasi
5. Pembangunan Kepariwisataan
6. Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah

Kebijakan Keenam Penanggulangan Kemiskinan melalui :


1. Pemenuhan hak-hak dasar
2. Beban Kependudukan
3. Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan gender
4. Pemenuhan hak atas pekerjaan dan berusaha
5. Pemenuhan hak atas perumahan
6. Pemenuhan hak atas air bersih
7. Pemenuhan hak atas tanah
8. Pemenuhan hak atas lingkungan hidup dan sumberdaya alam
9. Pemenuhan Hak atas Rasa aman
10. Pemenuhan hak berpartisipasi

PRIORITAS DAERAH
Dari strategi dan arah kebijakan daerah tersebut terciptalah program-program
prioritas guna percepatan perkembangan ke depan, yang akan memberikan dampak
kepada kemajuan Kota Tanjungbalai menuju "Tanjungbalai Maju 2020". Adapun
program-program prioritas pada tahun anggaran 2006 dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Program pengembangan pelabuhan teluk nibung.
2. Program Pengembangan/Peningkatan Kawasan Daerah Aliran Sungai Asahan
dan Sungai Silau.
3. Program penataan ruang kawasan strategis perkotaan.

41
4. Program penataan kawasan industri.
5. Program penetapan batas wilayah.
6. Program Pembangunan/peningkatan jalan jembatan.
7. Program peningkatan penataan lingkungan permukiman.
8. Program peningkatan kualitas permukiman.
9. Program peningkatan fasilitas dan utilitas perkotaan.
10. Program peningkatan sarana dan prasarana lalu lintas darat/sungai.
11. Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasanaan & fasilitas LLAJ.
12. Program peningkatan aksesibilitas pelayanan angkutan LLAJ.
13. Program restrukturisasi kelembagaan dan prasarana LLAJ.
14. Program dan kegiatan pembangunan angkutan suangai dan penyeberangan
15. Program jaringan air bersih.
16. Program pengembangan kapasitas jaringan air bersih.
17. Program pengembangan sarana dan prasarana persampahan.
18. Program penataan lingkungan kesehatan.
19. Program peningkatan pengembangan agroindustri.
20. Program peningkatan lingkungan hidup.
21. Program peningkatan kebersihan kota.
22. Program peningkatan kelembagaan.
23. Program peningkatan sarana dan prasarana kesehatan.
24. Program peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.
25. Program pengawasan produksi perikanan.
26. Program sistem jaringan transportasi darat/sungai.
27. Program normalisasi sungai.
28. Program peningkatan pengawasan jasa angkutan pelabuhan.
29. Program pengembangan informasi kepariwisataan.
30. Program pengendalian banjir.
31. Program peningkatan pembangunan kewilayahan.
32. Program pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta
.koperasi dan penciptaan iklim usaha yang kondusif.
33. Program pengembangan kewirausahaan dan daya saing usaha mikro, kecil dan
menengah.

42
34. Program pembinaan industri rumah tangga, kecil dan menengah.
35. Program penataan struktur industri dan pembinaan kemampuan
ternologi.industri.
36. Program perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.
37. Program peningkatan kualitas sumber daya manusia tenaga kerja.
38. Program pengembangan pasar terpadu.
39. Program pembinaan terhadap usaha tangkahan.
40. Program peningkatan promosi produksi dan investasi.
41. Program pengembangan teknologi berbasis sumber daya lokal.

Strategi pembangunan adalah dasar dalam menjabarkan berbagai program


prioritas melalui kebijakan umum guna mewujudkan sasaran pembangunan. Rumusan
strategi harus menunjukkan keinginan yang kuat bagaimana pemerintah daerah
menciptakan nilai tambah (value added) bagi stakeholder pembangunan daerah. Disini
penting untuk mendapatkan parameter utama yang menunjukkan bagaimana strategi
tersebut menciptakan nilai (strategic objective). Melalui perameter tersebut, dapat
dikenali indikasi keberhasilan atau kegagalan suatu strategi dalam menjamin bahwa
transformasi menuju pengelolaan pemerintahan daerah yang lebih baik, transparan,
akuntabel berorientasi terhadap kinerja. Strategi harus dikendalikan dan dievakuasi
(learning process). Untuk mendapatkan strategi yang relavan dan sesuai dengan
karakteristik lingkungan internal dan eksternal pemerintahan daerah Kota Tanjungbalai
tahun 2011-2016,
sebagai berikut :

Strategi 1: Meningkatkan kegiatan orientasi dan pembinaan keimanan dan


ketaqwaan secara terus menerus di setiap kegiatan yang memungkinkan.
Peningkatan keimanan dan ketaqwaan di setiap komponen masyarakat
merupakan strategi yang diyakini cukup strategis dalam rangka mendukung
keberhasilan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengendalian pembangunan.
Strategi ini merupakan upaya dalam rangka mendukung misi 1 yaitu: "Meningkatkan
kualitas iman dan taqwa dan pengamalan agama di setiap sendi kehidupan". Cakupan
dari strategi ini adalah bagaimana mewujudkan SDM aparatur dan masyarakat yang

43
menjadikan iman dan taqwa sebagai dasar berperilaku dan bertindak di setiap aktivitas
kehidupann dan diharapkan dapat mewujudkan sasaran meningkatkan kualitas
keimanan dan ketaqwaan aparatur dan masyarakat.

Strategi 2: Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan prinsip-


prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Strategi kedua merupakan upaya untuk mendukung keberhasilan misi 2 yaitu:
"Mewujudkan pemerintahan yang aman, baik, bersih, berwibawa dan bermartabat".
Penyelenggaraan pelayanan publik yang akan dilakukan oleh pemerintah masih sering
diharapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas
sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Padahal pelayanan publik perlu
dilihat sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan hak-hak dasar masyarakat yang
penyelenggaraannya tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh pihak swasta. Untuk
itu perlu suatu upaya yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk meningkatkan dan
penyederhanaan birokrasi, kemitraan dengan pihak swasta untuk mencapai tata
pemerintahan yang baik (good corporate).

Strategi 3. Mewujudkan perencanaan pembangunan yang komprehenship.


Strategi ini masih mendukung keberhasilan misi 2 yaitu: "Mewujudkan
pemerintahan yang aman, baik, bersih, berwibawa dan bermartabat". Perencanaan
yang baik adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan realita yang ada dan dirumuskan
ke dalam sebuah tujuan yang dibuat langkah-langkah pelaksanaannya dalam kurun
waktu tertentu. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang dapat mengakomodir
kebutuhan semua pihak serta dijalankan secara konsisten oleh semua pelaku
perencanaan. Keberhasilan perencanaan pembangunan terkait erat dengan keberhasilan
koordinasi antar pembuat kebijakan, antar pelaku pembangunan, antar bidang dan lintas
sektor pembangunan. Koordinasi sendiri berarti sebagai upaya pemupukan kesadaran
akan tanggung jawab bersama dan dapat dikatakan sebagai problem solving untuk
mencapai hasil yang maksimum. Dengan kata lain perencanaan pembangunan sangat
tergantung kepada tugas-tugas pengkoordinasian yang dilakukan. Proses perencanaan
dan pelaksanaan tahapan dan mekanisme perencanaan pembangunan sering mengalami
kendala dan hambatan dikarenakan koordinasi tidak berjalan dengan baik. Upaya yang

44
dilakukan dalam rangka meningkatkan koordinasi ini menjadi hal yang sangat penting
bagi keberhasilan perencanaan pembangunan yang komprehenship. Strategi ini
dimaksudkan sebagai salah satu strategi untuk memberikan dukungan bagi peningkatan
pelayanan umum.

Strategi 4 : Meningkatkan kapasitas dan kinerja sumberdaya aparatur


Strategi ini juga masih merupakan upaya untuk mendukung misi 2 yaitu :
"Mewujudkan pemerintahan yang aman, baik, bersih, berwibawa dan bermartabat".
Pada hakikatnya tugas-tugas yang dilakukan oleh sumberdaya aparatur merupakan
tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat dengan tujuan mempermudah masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan mulai dari pemberian informasi, proses,
kemudahan dan penyelesaian layanan secara maksimal (service exellent). Pelayanan
maksimal akan meningkatkan kepercayaan masyarakat tertahap pemerintah. Untuk itu
sangat diperlukan upaya peningkatan kasitas sumberdaya aparatur guna terwujudnya
pelayanan umum yang prima dan exellent.

Strategi 5 : Mewujudkan solidaritas antar kelompok masyarakat


Strategi kelima merupakan strategi terakhir untuk mendukung misi 2. Rasa aman
dan suasana kondusif sangat diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintah yang hanya
diperoleh jika kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara berjalan dengan
rukun dan damai dan solidaritas antar kelompok masyarakat dapat terwujud. Strategi ini
sebagai salah satu pendukung percepatan dalam mencapai tujuan terciptanya tata
pemerintahan yang baik untuk mencapai sasaran yakni menciptakan kerukunan serta
harmonisasi kehidupan sosial dan bermasyarakat.

Strategi 6: Meningkatkan jumlah regulasi tentang upaya peningkatan PAD dan


iklim investasi.
Strategi ini merupakan upaya untuk mendukung misi 3 yaitu: "Meningkatkan
perekonomian daerah yang berdaya saing". Era otonomi menuntut setiap pemerintah
daerah mandiri dan kreatif mencari sumber-sumber pembiayaan serta aktif mencari
berbagai peluang yang bisa dijadikan sumber pemasukan kas daerah. Banyak peraturan
daerah (Perda) dan kebijakan diformulasikan dalam rangka meningkatkan Pendapatan

45
Asli Daerah (PAD). Umumnya perda dan kebijakan yang diterapkan Pemerintahan
Daerah tidak jauh dari urusan pajak, retribusi, perizinan dan pelayanan birokrasi.
Kebijakan-kebijakan ini tidak dapat dilakukan dengan tepat disadari dapat membebani
kegiatan dunia usaha sehingga daya tarik investasi di daerah menjadi rendah. Untuk itu
ke depan upahya penciptaan regulasi diarahkan kepada penciptaan iklim investasi yang
bersahabat dan lebih akomodatif terhadap kebutuhan dunia usaha agar sasaran
tersedianya regulasi dan fasilitasi yang mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan
dapat terwujud.

Strategi 7: Mengembangkan koperasi dan lembaga keunganan mikro.


Strategi ini masih mendukung misi 3 yaitu: "Meningkatkan perekonomian
daerah yang berdaya saing". Peranan koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
telah terbukti dapat membantu pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan
melalui pemerataan kesempatan berusaha, memberikan dan menciptakan lapangan kerja
baru dan mendorong ekonomi. Namun perkembangan koperasi dan LKM masih
diharapkan pada berbagai kendala baik hambatan internal LKM maupun kondisi
eksternal LKM yang kurang kondusif. Pada kondisi internal koperasi masih menghadapi
permasalahan itikad baik dan kesadaran pengurus dan anggota dalam mewujudkan
koperasi yang maju dan mandiri, LKM masih diharapkan dengan masalah manajemen,
pengembalian kredit, dll. Sedangkan kondisi eksternal yang dihadapi oleh koperasi
adalah aspek kepercayaan dari masyarakat, LKM adalah aspek kelembagaan yang
mengakibatkan bentuk LKM beraneka ragam berbagai kekuatan dan kepentingan dari
berbagai pihak.
Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan koperasi sangat
diperlukan dukungan kebijakan dan keberpihakan dari pemerintah selain diperlukan
upaya peningkatan profesionalisme koperasi melalui diklat-diklat perkoperasian.
Sementara bagi LKM diperlukan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
pemerintah untuk mengawasi dan mebina LKM guna meningkatkan kemampuan LKM
tersebut dalam melayani masyarakat. Pertama, memperkuat kelembagaan LKM yakni
dengan memiliki desain yang terstruktur untuk mengembangkan dan memperkuat
LKM, memberikan pelatihan manajemen kepada para pengelola LKM; Kedua, fokus
pengembangan UMKM. LKM adalah lembaga yang mempunyai peran besar dalam

46
menumbuhkan produktivitasnya yang pada akhirnya dapat membantu pemerintah
mengurangi kemiskinan. Penetapan strategi ini diharapkan akan mampu mewujudkan
sasaran bagi penguatan kelembagaan ekonomi kerakyata.

Strategi 8: Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dan pelaku


UMKM
Strategi ini masih mendukung misi 3 yaitu: "Meningkatkan perekonomian
daerah yang berdaya saing". Ekonomi kerakyatan berpilar pada ekonomi lokal yang
telah ada selama ini yang diselenggarakan oleh masyarakat menengah kebawah-bawah
yang bertumpu pada industri pengolahan termasuk yang berbasis hasil-hasil pertanian
yakni sub sektor perikanan. Ekonomi kerakyatan mengedepankan kemandirian, dalam
arti penggalakan bidang UKM dengan sub bidang usaha UMKM dapat menjadi pilihan
ke depan dalam rangka mengoptimalkan nilai tambah produk (PDRB). Untuk itu
diperlukan kerja keras berbagai pihak, dari berbagai aspek secara holistik dan benar-
benar mendapatkan penekanan pada alokasi anggaran yang memadai dari tahun ke
tahun. Upaya-upaya ini antara lain memupuk kesadaran dan memotivasi masyarakat
untuk gemar berwirausaha melalui kegiatan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat dan
pelaku UMKM. Selain itu yang termasuk dalam strategi ini adalah bagaimana upaya
pemerintah daerah untuk meningkatkan inovasi produk dan efisiensi distribusi, agar
ekonomi kerakyatan mendapat porsi yang memadai. Secara keseluruhan strategi ini
dimaksudkan untuk mencapai sasaran yakni: meningkatkan kemampuan manajerial
pelaku ekonomi kerakyatan dapat dicapai.

Strategi 9: Meningkatkan fasilitasi bantuan permodalan kepada pengusaha


UMKM.
Strategi ini masih mendukung misi 3 yaitu: "Meningkatkan perekonomian
daerah yang berdaya saing". Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan urat nadi bagi
perkembangan perekonomian kerakyatan. Untuk itu Pemerintah Kota Tanjungbalai
menjadikan sektor ini sebagai salah satu sektor penting dalam rangka mewujudkan
pertumbuhan perekonomian Kota. Salah satu upaya untuk merealisasikan hal ini adalah
dengan memberikan bantuan permodalan kepada kelompok-kelompok masyarakat
sebagai pelaku UMKM agar produktivitas pada sektor ekonomi yang berbasis

47
sumberdaya lokal dapat ditingkatkan.

Strategi 10: Meningkatkan daya saing ketenagakerjaan


Strategi ini merupakan strategi berakhir dalam upaya mendukung misi 3 yaitu:
"Meningkatkan perekonomian daerah yang berdaya saing". Peningkatan daya saing
ketenagakerjaan dilakukann melalui upaya mendorong terciptanya kesempatan kerja
yang seluas-luasnya di setiap sektor pembangunan, penguatan kapasitas SDM melalui
diklat-diklat keterampilan kepada masyarakat, penguatan kelembagaan dan fasilitas
kepada masyarakat baik dari segi permodalan maupun sarana dan prasarana produksi.
Upaya-upaya ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pada kelompok-
kelompok masyarakat yang bermuara pada peningkatan produksi secara keseluruhan.

Strategi 11: Menata sistem pendidikan yang efektif dan efisien


Strategi kesebelas merupakan upaya untuk mendukung misi 4 yaitu:
"Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia menuju masyarakat yang cerdas, sehat,
berbudaya, menguasai IPTEK dan Mandiri". Perbaikan suatu sistem pendidikann
memerlukan perencanaan yang holistik terhadap seluruh pelaku sistem, baik aspek
manajemen (organisasi, prosedur dan pengendalian), aparatur/sumberdaya manusia
(tenaga pendidik dan kependidikan) sarana dan prasarana, faktor penunjang lain bagi
peserta didik, pembiayaan dan komponen lainnya. Suatu kebaikan sistem diarapkan
dapan mengefesiensikan biaya dan mengefektifkan tujuan sistem pendidikan antara lain
menghasilkan lulusan yang bermutu dan sesuai dengan kriteria. Sementara itu, sistem
pendidikan yang diperbaiki khususnya pendidikan dasar, ditindaklanjuti dengan agenda
pembangunan untuk memenuhi syarat aksesibilitas; baik secara geografis maupun
teraksesnya pendidikan dasar oleh masyarakat ekonomi lemah. Tujuan yang ingin diraih
melalui strategi ini secara keseluruhan adalah untuk meningkatkan mutu layanan
pendidikan dengann sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan sistem dan akses
layanan pendidikan.

48
Strategi 12: Meningkatkan kesejahteraan dan kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang cerdas sebagaimana tertuang
dalam misi 4, tidak terlipas dari bagaimana upaya pemerintah memperhatikan
kesejahteraan dan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Terutama guru,
kedudukan dan perannya semakin strategis dalam memmpersiapkan sumberdaya
manusia berkualitas untuk menghadapi era global. Peningkatan kualitas tenaga penddik
dan kependidikan dapat dilakukan melalui upaya peningkatan kompetensi bagi guru dan
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesionalisme mereka sehhingga mereka
tidak hanya memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga memiliki integritas
kepribadian yang dapat diandalkan. Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan juga harus melalui peningkatan ekonomi diman pemerintah harus terus
memberi perhatian bagi kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan.

Strategi 13: Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan.


Upaya memberikan proses pendidikan tidak terlepas dari ketersediaan dan
fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang minimal harus memenuhi ketentuan
minimum yang ditetapkan dalam standart sarana dan prasarana sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standart pendidikan nasional.
Upaya pemenuhan sarana dan prasarana harus dilakukan secara terus menerus
mengingat dunia pendidikan akan terus berkembang mengikuti dinamika perubahan
zaman, Dukungan secara penuh dari Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan secara berkesinambungan diharapkan akan dapat mensukseskan
pembelajaran yang akhirnya tujuan meningkatkan mutu layanan pendidikan dapat
tercapai.

Strategi 14: Strategi Meningkatkan standart layanan kesehatan.


Strategi keempatbelas juga masih mendukung upaya memberhasilan misi 4.
Target urusan kesehatan di masa lalu masih perlu peningkatan antara lain juga untuk
memenuhi target MDGs (Bidang Kesehatan) dan Indonesia sehat yang belum tercapai
di masa lalu. Langkah mendasar strategi ini adalah perbaikan regulasi sistem kesehatan
diarahkan pada pengembangan berbagai komponen sistem, antara lain peningkatan

49
kapasitas kerja tenaga kesehatan hingga perbaikan infrastruktur kesehatan untuk
mewujudkan penjamin kesehatan masyarakat secara merata. Adapun tujuan yang ingin
diraih melalui strategi ini adalah secara keseluruhan untuk meningkatkan mutu layanan
kesehatan kepada masyarakat dengan sasaran yang dicapai adalah: peningkatan sistem
dan akses layanan kesehatan.

Strategi 15: Meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan tenaga kesehatan.


Strategi kelimabelas masih merupakan upaya mendukung misi 4. Salah satu
pijakan utama permasalahan bidang kesehatan adalah permasalahan rendahnya kuantitas
dan kualitas tenaga kesehatan di Kota Tanjungbalai. Untuk itu, upaya-upaya
peningkatan kuantitas sekaligus kualitas ini mendesak untuk dilakukan yakni
pemenuhan akan tenaga medis seperti: dokter spesialis, peningkatan kemampuan dan
keterampilan tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya melalui pendidikan formal dan
diklat teknis fungsional kesehatan serta pemenuhan tenaga layanan kesehatan sampai ke
pos-pos pelayanan yang ada di kelurahan.

Strategi 16: Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan


Keberhsilan dalam memberikan pelayanan medis kepada mesyarakat sangat
bergantung pada kecepatan, dan ketepatan (akurasi) dalam menangani pasien yang hal
ini sangat bergantung kepada kemampuan dan kecekatan tenaga medis yang didukung
pada ketersediaan peralatan kesehatan serta sarana dan prasaran yang mumpuni.
Kecukupan akan kebutuhan bagi alat-alat kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan,
ruang rawat inap, laboratorium dan prasarana lainnya akan mendukunf keberhasilan
mencapai tujuan yakni meningkatnya
mutu layanan kesehatan.

Strategi 17: Menata jaringan komunikasi informatika serta pembinaan seni


budaya pariwisata, pemuda dan olahraga.
Strategi ketujuhbelas adalah strategi terakhir dalam rangka perwujudan misi 4.
Salah satu dasar utama sebagai pijakan dari strategi ini adalah berkaitan dengan
permasalahan utama pembangunan Kota Tanjungbalai yakni masih minimnya mengenai
jaringan komunikasi dan informasi mengingat tantangan global mengharuskan seluruh

50
warga mampu menguasai IPTEK dalam rangka untuk meningkatkan daya saing daerah.
Termasuk dalam strategi ini adalah potensi andalan bagi pengembangann pariwisata di
Kota Tanjungbalai.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari strategi ini adalah meningkatkan
akses jaringan/layanan dan informatika, seni budaya dan olahraga bagi seluruh lapisan
masyarakat.

Strategi 18: Menyelesaikan dan melaksanakan dokumen Rencana Tata Ruang


Wilayah
Stategi kedelapanbelas merupakan strategi untuk mendukung perwujudan misi 5
yaitu: "Meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur yang berwawasan
lingkungan". Pembangunan infrastruktur yang berkualitas hanya akan mewujudkan bila
direncanakan secara baik yang mengintegrasikan dan menterpadukan pemanfaantan
sumberdaya ke dalam sebuah penataan ruang yang berwawasan lingkungan. Secara
umum tujuan akhir dari penataan ruang adalah untuk mensjahterakan masyarakat karena
penataan ruang yang baik mencerminkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di suatu
wilayah juga baik. Strategi ini diharapkan akan dapat membantu mewujudkan sasaran
penataan ruang dalam rangka mendukung pengembangan wilayah yang berwawasan
lingkungan.

Strategi 19: Meningkatkan pembangunan dan pengembangan infrastruktur


perkotaan
Strategi ini masih terkait dengan upaya Pencapaian misi 5. Pembangunan
infrastruktur perkotaan dimaksudkan sebagai sebagai pengembangan wilayah dalam
ruang lingkup peningkatan kegiatan ekonomi, lingkungan fisik, sosial dan budaya serta
penataan kembali pelayanan fasilitas publik. Pembangunan dan pengembangan
infrastruktur perkotaan diupayakan harus sinkron dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
dengan memperhatikan pola dan struktur ruang yang mengakomodir semua kepentingan
masyarakat serta memperhatikan kapasitas dan daya dukung lingkungan. Akhirnya
pembangunan dan pengembangan infrastruktur perkotaan ke depan diharapkan dapat
dijadikan salah satu upaya menurunkan tingkat kemiskinan di perkotaan, miningkatkan
pemanfaatan dan pengembangann modal sosial dan budaya serta dapat meningkatkan

51
investasi dan pembangunan ekonomi di perkotaan.

Strategi 20: Meningkatkan kapasitas dan kulitas daya dukung lingkungan


Strategi ini merupakan strategi terakhir untuk pencapaian misi 5. Pembangunan
bidang lingkungan hidup dilaksanan untuk dapat mencegah dan mengantisipasi akibat
yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya
alam. Menurunnya daya dukung lingkungan yang diakibatkan oleh laju pertumbuhan
penduduk, pembangunan infrastruktur, industrisasi, pola kehidupan yang konsumtif,
lemahnya penegakan hukum serta belum optimalnya kapasitas sumberdaya manusia
melatarbelakangi pembangunan dan peningkatan kualitas lingkungan harus terus
menerus dilakukan. Ke depan kebijakan yang ditetapkan diharapkan akan mampu
mengatasi persoalan lingkungan hidup dan pengelolaan persempahan yang ada di Kota
Tanjungbalai.

Strategi 21: Meningkatkan masyarakat yang sadar dan patuh akan hukum.
Strategi ini diharapkan mampu mendukung perwujudan misi 6 yakni:
"Penegakan supremasi hukum, demokrasi dan HAM". Berbagai upaya yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan masyarakat sadar hukum (kadartum) merupakan sesuatu
yang baik dan ideal. Namun perlu diingat bahwa membangun kesadaran masyarakat
akan hukum belum akan terwujud bila tidak disertai dengan kepatuhan hukum oleh
masyarakat itu sendiri. Masyarakat disini dimaksudnya bukan hanya sekedar warga
sebagai objek hukum namun juga aparatur dan lembaga-lembaga sebagai
subjek/penegak hukum. Perwujudan masyarakat luas yang patuh akan hukum
diharapkan akan mampu mewujudkan tercapainya suasana dan kepastian hukum (Rule
of law) dan terpeliharanya ketertiban umum yang juga akan mampu mewujudkan tujuan
penyelenggaraan pemerintahan umum yakni mensejahterakan masyarakat.

Strategi 22: Mengembangkan sistem link and match dan membangun kemitraan
dengan dunia usaha/industri dan pihak swasta.
Strategi keduapuluhdua merupakan strategi untuk mewujudkan misi terakhir
yakni: "Peningkatan partisipasi dan kerjasama di segala bidang dengan masyarakat
merupakan hal yang mutlak diperlukan saat ini. Masyarakat yang terlibat aktif dalam

52
perencanaan, proses dan evakuasi hasil-hasil pembangunan akan dapat lebih memahami
akan pentingnya konsep kemitraan bagi percepatan pembangunan yang berkelanjuta.
Peningkatan partisipasi dan kerjasama antar pemerintah-masyarakat-dunia usaha harus
diwujudnyatakan secara ril dalam bentuk yang lebih konkrit seperti: sistem link and
match yang selana ini hanya ada pada dunia pendidikan dengan dunia industri untuk
dapat juga dilaksanakan secara luas kepada masyarakat dengan dunia usaha/pihak
swasta. Strategi ini diharapkan mampu meningkatkan kreatifitas masyarakat dalam
menggali potensi daerah untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Arah kebijakan pembangunan tahun 2011-2012.


Seperti diuraikan di atas, semua program pada dasarnya adalah merupakan
kesinambungan dari program-program sebelumnya, sehingga pelaksanaannya dimulai
dari tahun awal yakni tahun 2011. Namun karena fokus pembangunan daerah 2012-
2016 disesuaikan dengan misi yang akan ada maka untuk mendapatkan hasil
pembangunan yang optimal perlu dilakukan beberapa penataan antara lain pembuatan
dan penyempurnaan regulasi, pembuatan dan penyempurnaan berbagai dokumen
perencanaan sebelum pelaksanaannya dimulai. Beberapa fokus prioritas yang harus
dilaksanakan pada tahap ini, meliputi:
a. Pengembangan wawasan keagamaan aparatur dan masyarakat;
b. Pengembangan kapasitas dan kinerja aparatur melalui peningkatan SDM;
c. Penyelesaian dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
d. Penyiapan pemberdayaan masyarakat melalui pos pemberdayaan
keluarga (POSDAYA) dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
keterampilan masyarakat;
e. Peningkatan perekonomian masyarakat berbasis sumberdaya lokal;
f. Peningkatan kesejahteraan dan kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan;
g. penyusutan dan penyempurnaan regulasi dan penyelenggaraan sistem
pendidikan kesehatan;
h. Penyediaan sarana-prasarana dan infrastruktur pendidikan dan kesehatan;
i. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya kesehatan;
j. Pengembangan infrastruktur dan jaringan transportasi, komunikasi,

53
informatika;
k. Upaya pengendalian banjir dengan melaksanakan pengerukan Sungai
Silau dan Sungai Asahan;
l. Penyiapan dan penyusunan regulasi tentang pengolahan lingkungan
hidup;
m. Pengembangan budaya lokal.

Arah kebijakan pembangunan tahun 2013.


Arah kebijakan pada tahap ini difokuskan pada keberlanjutan dari fokus tahun-
tahun sebelumnya berdasarkan dokummen perencanaan dan regulasi yang telah
dibuat. Melalui RTRW Kota Tanjungbalai telah ditetapkan pusat-pusat
pengembangann kawasan yang didalamnya telah berisi pusat-pusat unggulan
ekonomi daerah dan jabaran teknis dalam dokumen kajian lainnya yang
pelaksanaannya lebih lanjut dilakukan guna mengembangkan berbagai pusat
ekonomi unggulan daerah. Selain itu pada tahun mulai dilakukan pemantapan
bagi program pemberdayaan masyarakat melalui Pos Pemberdayaan Keluarga
(POSDAYA) yang tetap diakomodir pada program-program pada SKPD terkait.
Koordinasi menjadi salah satu agenda utama untuk mencapai tujuan dimaksud.
Begitu pula untuk perbaikan layanan bidang pendidikan dan kesehatan, sarana
dan prasarana menjadi salah satu fokus pada tahap ini. Secara lengkap, fokus
prioritas tahap ini adalah:
a. Pengembangan wawasan keagamaan aparatur dan masyarakat (lanjutan);
b. Pengembangan kapasitas dan kinerja aparatur melalui peningkatan SDM
(lanjutan);
c. Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
d. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui Pos Pemberdayaan
(POSDAYA) dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
keterampilan masyarakat (lanjutan);
e. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui Pos Pemberdayaan
Keluarga (POSDAYA) dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
keterampilan masyarakat (lanjutan);
f. Peningkatan kesejahteraan dan kualitas tenaga pendidik dan

54
kependidikan (lanjutan);
g. Penyusunan dan penyempurnaan regulasi dan penyelenggaraan sistem
pendidikan dan kesehatan (lanjutan);
h. Penyediaan sarana-prasarana dan infrastruktur pendidikan dan kesehatan
(lanjutan);
i. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya kesehatan (lanjutan);
j. Pengembangan infrastruktur dan jaringan tranportasi, komunikasi,
informatika (lanjutan);
k. Upaya pengendalian banjir dengan melaksanakan pengerukan Sungai
Silau dan Sungai Asahan (lanjutan);
l. Peningkatan kualitas lingkungan hidup;
m. Pengembangan pariwisata, seni dan budaya lokal (lanjutan);

Arah Kebijakan pemmbangunan tahun 2014.


Arah kebijakan pada tahap ini masih difokuskan pada kelanjutan upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui
berbagai program peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan dukungan
kelembagaan lainnya, disamping keberlanjutan dari upaya-upaya sebelumnya.
Tahap ini juga mulai dilakukan secara khusus upaya-upaya memberdayakan
budaya lokal dalam berbagai bentuk. Tujuannya adalah agar tercipta solidaritas
struktur masyarakat yang berbeda golongan dengan tetap menjadikan budaya
lokal sebagai basis penguatan dalam keberagaman. Kelanjutan perbaikan sistem
layanan kesehatan dan pendidikan juga tetap dilakukan. Secara lengkap, fokus
pada tahapan ini adalah:
a. Pengembangan wawasan keagamaan aparatur dan masyarakat (lanjutan);
b. Pengembangan kapasitas dan kinerja aparatur melalui peningkatan SDM
(lanjutan);
c. Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
d. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui Pos Pemberdayaan
(POSDAYA) dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
keterampilan masyarakat (lanjutan);
e. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui Pos Pemberdayaan

55
Keluarga (POSDAYA) dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
keterampilan masyarakat (lanjutan);
f. Peningkatan kesejahteraan dan kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan (lanjutan);
g. Penyusunan dan penyempurnaan regulasi dan penyelenggaraan sistem
pendidikan dan kesehatan (lanjutan);
h. Penyediaan sarana-prasarana dan infrastruktur pendidikan dan kesehatan
(lanjutan);
i. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya kesehatan (lanjutan);
j. Pengembangan infrastruktur dan jaringan tranportasi, komunikasi,
informatika (lanjutan);
k. Upaya pengendalian banjir dengan melaksanakan pengerukan Sungai
Silau dan Sungai Asahan (lanjutan);
l. Peningkatan kualitas lingkungan hidup;
m. Pengembangan pariwisata, seni dan budaya lokal (lanjutan);

Arah kebijakan pembangunan tahun 2015


Arah kebijikan pada tahun 2015 ini merupakan tahapan akhir, namun masih
tetap merupakan kelanjutan dan penuntasan bagi keseluruhan tahap pembangunan
selama 5 (lima) tahun. Arah kebijakan ini harus dipandang sebagaikebijakan akhir
dengan tetap melihat keberhasilan tahap-tahap sebelumnya. Dengan asumsi bahwa
tahap-tahap sebelumnya telah berhasil dilakukan, maka pemberdayaan ekonomi
kerakyatan berujung pada pengembangan daya saing ke segi komoditas unggulan
tertentu. Upaya yang dilakukan antara lain adalah fasilitasi marketing dan berbagai
kemudahan birokrasi lainnya. Tahap ini juga mengakhiri tahapan-tahapan dalam
perbaikan sistem layanan pendidikan dan upaya penguatan struktur dan kultur
masyarakat yang kondusif bagi agenda pembangunan. Seccara lengkap, fokus pada
tahap ini adalah:
a. Pengembangan wawasan keagamaan aparatur dan masyarakat (lanjutan);
b. Pengembangan kapasitas dan kinerja aparatur melalui peningkatan SDM
(lanjutan);
c. Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);

56
d. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui Pos Pemberdayaan
Keluarga (POSDAYA) dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
keterampilan masyarakat (lanjutan);
e. Peningkatan perekonomian masyarakat berbasis sumberdaya lokal
(lanjutan);
f. Pengembangan pusat-pusat ekonomi unggulan daerah (lanjutan);
g. Pengembangan daya saing dan komoditas lokal (lanjutan);
h. Peningkatan kesejahteraan dan kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan (lanjutan);
i. Penyediaan sarana-prasarana dan infrastruktur pendidikan dan kesehatan
(lanjutan);
j. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya kesehatan (lanjutan);
k. Pengembangan infrastruktur dan jaringan tranportasi, komunikasi,
informatika (lanjutan);
l. Upaya pengendalian banjir dengan melaksanakan pengerukan Sungai
Silau dan Sungai Asahan;
m. Peningkatan kualitas lingkungan hidup (lanjutan);
n. Pengembangan pariwisata, seni dan budaya lokal (lanjutan);
o. Pengembangan kultur masyarakat yang rukun, damai, dan sejahtera

Tahun 2016 merupakan tahun transisi dari Rencana Pembangunan Jangka


Menengah (RPJMD) Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2016. sehubungan dengan hal
tersebut arah kebijakan untuk tahun 2016 dapat disamakan dengan tahun-tahun
sebelumnya dimana jika ada perubahan yang bersifat strategis hal ini dapat dituangkan
dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Perubahan tahun 2016. Adapun
rencana arah kebijakan tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan wawasan keagamaan aparatur dan masyarakat (lanjutan);
b. Pengembangan kapasitas dan kinerja aparatur melalui peningkatan SDM
(lanjutan);
c. Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
d. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui Pos Pemberdayaan
Keluarga (POSDAYA) dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan

57
keterampilan masyarakat (lanjutan);
e. Peningkatan perekonomian masyarakat berbasis sumberdaya lokal
(lanjutan);
f. Pengembangan pusat-pusat ekonomi unggulan daerah (lanjutan);
g. Pengembangan daya saing dan komoditas lokal (lanjutan);
h. Peningkatan kesejahteraan dan kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan (lanjutan);
i. Penyediaan sarana-prasarana dan infrastruktur pendidikan dan kesehatan
(lanjutan);
j. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya kesehatan (lanjutan);
k. Pengembangan infrastruktur dan jaringan tranportasi, komunikasi,
informatika (lanjutan);
l. Upaya pengendalian banjir dengan melaksanakan pengerukan Sungai
Silau dan Sungai Asahan (lanjutan);
m. Peningkatan kualitas lingkungan hidup (lanjutan);
n. Pengembangan pariwisata, seni dan budaya lokal (lanjutan);
o. Pengembangan kultur masyarakat yang rukun, damai, dan sejahtera
(lanjutan);

4. Perumusan rekomendasi model Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Berdasarkan strategi pembangunan dan arah arah kebijakan yang dituangkan
dalam program-program prioritas dan hasil penelitian, dapat direkomendasikan
beberapa kebijakan sebagai berikut :
a. Pemerintah Daerah Kota Tanjungbalai perlu membuat grand design
pengembangan UMKM Kota Tanjungbalai dengan cara menyiapkan setiap
daerah agar mengembangkan komoditi/produk/jenis usaha Unggulan masing-
masing, karena berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa KPJu unggulan
yang berbeda antar daerah hingga ketingkat kecamatan ataupun desa, sehingga
antar daerah memiliki kompetensi inti yang berbeda-beda.
b. Berdasarkan grand design tersebut akan terpetakan komoditi unggulan masing-
masing daerah sehingga bisa dibangun integrasi horizontal antar daerah yang
memiliki komoditi unggulan yang sama. Integrasi horizontal tersebut akan

58
menciptakan adanya sharing resources dan akhirnya mampu menciptakan skala
ekonomis yang menyebabkan penurunan biaya sehingga terbangun keunggulan
bersaing bersama.
c. Pemda Kota Tanjungbalai perlu membangun integrasi vertikal dari hulu-hilir
untuk setiap komoditi dan jenis usaha unggulan. Integrasi vertikal tersebut
dibangun mulai dari bahan baku sampai ke produk akhir dalam sebuah sistem
agribisnis yang baik, sehingga terbangun supply chain setiap komoditi dan jenis
usaha unggulan di daerah ini.
d. Pengembangan komoditi dan jenis usaha unggulan yang dikelola UMKM
kedepan juga membutuhkan sentuhan teknologi, karena teknologi merupakan
salah satu alat untuk menciptakan keunggulan bersaing produk itu sendiri.
e. Pengembangan komoditi unggulan membutuhkan keterlibatan dan perhatian
semua stakeholders UMKM itu sendiri. Untuk itu, Pemda kota Tanjugbalai
perlu membangun kolaborasi saling menguntungkan antar seluruh komponen
stakeholders, sehingga pengembangan UMKM tersebut berjalan dengan baik
dan masalah yang dihadapi dapat diselesaikan secara komprehensif.
f. Pengembangan komoditi dan jenis usaha unggulan seyogyanya dituangkan
kedalam bentuk ketentuan hukum (seperti Perda atau Surat Keputusan Kepala
Daerah, atau dituangkan dalam dokumen RPJM), sehingga bersifat mengikat
dan menjadi acuan bagi semua instansi dan pemangku-pemangku kepentingan
lain dalam pengembangan UMKM yang berorientasi bisnis.
g. Salah satu aspek strategis dalam pengembangan komoditi dan jenis usaha
unggulan untuk UMKM adalah peningkatan akses dan pengembangan atau
jangkauan pasar. Kebijakan dan program yang telah dilaksanakan dalam rangka
memfasilitasi akses dan pengembangan pasar produk UMKM perlu lebih
ditingkatkan, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan faktor penentu dan
pendorong (determinant/driver factor) akses dan pengembangan pasara, antara
lain pemenuhan persyaratan mutu, kemasan, serta ketersediaan modal kerja.
Sehubungan dengan itu maka :
- Program pelatihan yang disertai dengan pendampingan sangat diperlukan
oleh UMKM secara berkelanjutan meliputi aspek kewirausahaan, aspek
teknik dan teknologi prodsuksi, serta aspek manajemen usaha.

59
- Pengembangan jejaring usaha antara UMKM
- Peningkatan sarana dan prasarana pemasaran serta pengembangan sistem
informasi untuk peluang pasar bagi komoditi unggulan.
- Pengembangan kemitraan dengan usaha menengah dan besar.
h. Pengembangan UMKM memerlukan peningkatan akses kepada sumber
pembiayan melalui penguatan lembaga keuangan mikro atau lembaga
pembiayaan alternatif sehingga UMKM yang tidak bankable tetapi feasible
dapat mengatasi permasalahan keuangan.
Dari rekomendasi tersebut dapat dibuat model pengembangan Komoditi Produk
dan Jenis Usaha Ungulan UMKM Kota Tanjung Balai sebagai berikut:

60
KESIMPULAN

1. Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM di Tanjung Balai relatif


meningkat tetapi masih mengalami beberapa kendala antara lain terbatasnya tenaga
pemasaran kredit, keterbatasan jaringan kantor cabang, belum tersedianya data base
UMKM binaan SKPD serta belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih
sederhana dan praktis.
2. Komoditi unggulan di sektor perindustrian dengan jenis KPJU pengasinan ikan
memiliki prospek baik dan potensi sangat tinggi, di sektor jasa dengan jenis KPJU
jasa keuangan/simpan pinjam memiliki prospek baik dan potensi tinggi, di sektor
perdagangan dengan jenis KPJU pedagang hasil perikanan memiliki prospek baik
dan potensi tinggi, di sektor perikanan dengan jenis KPJU budidaya kerang dan
penangkapan ikan di laut memiliki prospek baik dan potensi tinggi, di sektor
perindustrian dengan jenis KPJU industri tepung ikan memiliki prospek baik dan
potensi tinggi, di sektor perikanan dengan jenis KPJU budidaya ikan di tambak
memiliki prospek cukup dan potensi sedang, di sektor buah-buahan dengan jenis
KPJU pisang memiliki prospek cukup dan potensi sedang, kemudian di sektor
perdagangan dengan jenis KPJU pedagang hasil pertanian memiliki prospek baik
dan potensi sedang, dan pada sektor perdagangan juga dengan jenis KPJU
minimarket dengan prospek baik dan potensi sedang.

Rekomendasi model yang dianjurkan adalah pembuatan grand design pengembangan


UMKM pada setiap daerah dalam mengembangkan komoditi/produk/jenis usaha
unggulan sehingga dapat dibangun integrasi horizontal antar daerah, perlu membangun
integrasi vertikal dari hulu-hilir (value Chain) untuk setiap komoditi dan jenis usaha
unggulan serta pengelolaan yang membutuhkan sentuhan teknologi, dibutuhkan
perhatian semua stakeholder dalam pengembangan komoditi unggulan, memberikan
ketentuan hukum seperti perda atau surat keputusan kepala daerah yang dituangkan
kedalam dokumen RPJM pada komoditi dan jenis usaha unggulan, peningkatan akses
dan pengembangan atau jangkauan pasar serta peningkatan akses kepada sumber
pembiayaan melalui penguatan lembaga keuangan mikro atau lembaga pembiayaan
alternatif

61
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2006. Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM
Di Propinsi Sumatera Utara, Jurnal Pengkajian Koperasi Dan UKM NOMOR 1
TAHUN I – 2006

Alimarwan Hanan, 2003,SeriKebijakan Usaha Penjaminan Kredit dan Perkuatan Usaha


KUKM, Kementrian Koperasi dan UKM, Jakarta.

Bank Indonesia (2012), Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera


Barat.

Basu Swasta, Dh. 1998. Azas-azas Manajemen. Yogyakarta : Liberti

Darwanto, Herry, (2002), Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Daerah, Jakarta.

Evi Emilia Wati, 2011, Persepsi Para Pelaku UKM (Usaha Kecil Dan Menengah)
Terhadap Penerapan Akuntansi

Firdaus, Ahmad, (2010), Memberdayakan Desa dengan Produk Unggulan,


downloaddari http://www.pkpu.or.id tanggal 28Februari 2014.

Kamio,2003, Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2004, makalah disajikan pada


Seminar Evaluasi Ekonomi tahun 2003 dan Prospeknya tahun 2004 di
Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

Lila Bismala (2012), Analisis Manajemen UMKM, Fakultas Ekonomi, UMSU

Rachbini, Didik J, 2001. Pembangunan Ekonomi & Sumber Daya Manusia.


Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Sjafrizal, 2008.Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan


Pertama, Padang

Soebroto Hadisoegondo, Pengembangan Produk UMKM diakses dari


www.ukmsmecda.com tanggal 1 Oktober 2012

Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
download dari http :// Google.com.

62
63

You might also like