Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Densitas Energi Dan Asupan Cair
Hubungan Densitas Energi Dan Asupan Cair
HUBUNGAN DENSITAS ENERGI DAN ASUPAN CAIRAN DENGAN BERAT JENIS URIN
PADA REMAJA
ABSTRACT
Background: Hydration status is a condition that describes total body fluid. One of the method of measuring hydration
status is urine specific gravity. Energy density of food is the amount energy content of total weight food. Foods with high
energy density tend to have a lower water content, which will affect fluid intake. The aim of this research was to know
the correlation of energy density and fluid intake with urine specific gravity as one of the markers of hydration status.
Method: This was an observational research with cross-sectional study design. The research was conducted in Senior
High School 15 Semarang involving 55 subjects by Simple Random Sampling method. Food intake and fluid intake were
assessed by 1x24 hours Food Recall. Urine specific gravity measured in laboratory. Body fat percentage measured by
BIA (Bioelectrical Impendance Analysis) and physical activity assessed by 1x24 hours record physical activity. Data were
analyzed by rank spearman.
Result: Median of urine specific gravity men and women was 1,02 g/ml. Mean of energy density in men was 1,8±0,32
kcal/gram, in women was 2,1±0,59 kkal/gram. Mean of fluid intake in men was 2406,4±491,38 ml, in women was
2159,5±648,42 ml. There was significant correlation of fluid intake with hydration status (p=0,027). There was no
significant correlation of energy density and hydration status (p=0,218). Multivariate analysis showed that 14,6% of
hydration status is affected by both fluid intake and energy intake.
Conclusion: There was significant correlation of fluid intake with urine specific gravity. There was no significant
correlation of energy density and urine specific gravity.
Key Words: Energy density, fluid intake, urine specific gravity, hydration status, adolescents
ABSTRAK
Latar Belakang: Status hidrasi merupakan suatu kondisi yang menggambarkan jumlah cairan dalam tubuh. Salah satu
metode pengukuran status hidrasi adalah berat jenis urin. Makanan memiliki densitas energi, yaitu jumlah kandungan
energi dari berat total suatu makanan. Makanan dengan densitas energi tinggi memiliki kandungan air yang rendah,
sehingga akan mempengaruhi asupan cairan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan densitas energi
dan asupan cairan dengan berat jenis urin sebagai salah satu penanda status hidrasi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan
di SMA Negeri 15 Semarang. Jumlah subjek sebanyak 55 remaja dengan metode pengambilan sampel Simple Random
Sampling. Data asupan diperoleh melalui Food Recall 1x24 jam. Pengukuran berat jenis urin dilakukan di laboratorium.
Persen lemak tubuh diperoleh melalui pengukuran menggunakan BIA (Bioelectrical Impendance Analysis) dan aktivitas
fisik menggunakan form record aktivitas fisik 1x24 jam. Data dianalisis menggunakan uji korelasi rank spearman.
Hasil: Median berat jenis urin laki-laki dan perempuan yaitu 1,02 g/ml. Rerata densitas energi laki-laki 1,8±0,32
kkal/gram, sedangkan perempuan 2,1±0,59 kkal/gram. Rerata asupan cairan laki-laki 2406,4±491,38 ml, sedangkan
perempuan 2159,5±648,42 ml. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan cairan dengan berat jenis urin
(p=0,027). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara densitas energi dengan berat jenis urin (p=0,218). Analisis
multivariat menunjukkan 14,6% status hidrasi dipengaruhi oleh asupan cairan dan asupan energi.
Simpulan: Terdapat hubungan antara asupan cairan dengan berat jenis urin. Tidak terdapat hubungan antara densitas
energi dan berat jenis urin.
Kata Kunci: Densitas Energi, Asupan Cairan, Berat Jenis Urin, Status Hidrasi, Remaja
mengalami dehidrasi akan meningkatkan reabsorpsi maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
air oleh ginjal dan akan meningkatkan konsentrasi hubungan densitas energi dan asupan cairan dengan
urin.4 Air memiliki berat jenis 1,000 dan akan selalu berat jenis urin sebagai salah satu penanda status
naik apabila ditambahkan zat terlarut ke dalamnya. hidrasi pada remaja.
Semakin terkonsentrasi urin makan berat jenis urin
akan semakin meningkat.6 METODE
Masa remaja merupakan periode transisi antara Penelitian ini merupakan penelitian
anak-anak menuju dewasa.3 Remaja cenderung observasional dengan rancangan cross sectional dan
melakukan banyak aktivitas fisik dalam kegiatan termasuk lingkup gizi masyarakat. Penelitian
sehari-hari, namun terkadang mereka tidak dilaksanakan di SMA Negeri 15 Semarang pada
memperhatikan sinyal fisiologis terkait kehilangan bulan Mei 2017. Jumlah subjek dalam penelitian ini
cairan tubuhnya, seperti berkeringat yang berlebih yaitu 55 subjek. Metode pengambilan sampel
dan timbulnya rasa haus. Hal tersebut menyebabkan menggunakan Simple Random Sampling. Kriteria
mereka rentan mengalami dehidrasi karena inklusi sampel yakni remaja berusia 15-17 tahun,
mengabaikan tanda dan gejala tersebut.7 Hasil tidak sedang menjalani diet khusus atau diet karena
penelitian The Indonesian Regional Hydration Study penyakit tertentu, tidak mengalami diare dan muntah-
(THIRST) di beberapa kota di Indonesia, pada tahun muntah, tidak menderita penyakit ginjal dan diabetes
2010 sebesar 46,6% penduduk Indonesia mengalami mellitus, tidak mengonsumsi obat yang bersifat
dehidrasi ringan, jumlah tersebut lebih tinggi pada diuretik, serta bagi subjek perempuan tidak sedang
remaja (49,5%) dibanding orang dewasa (42,5%).8 mengalami menstruasi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
status hidrasi, seperti asupan cairan dan asupan adalah karakteristik subjek, persen lemak tubuh,
makan. Kurangnya asupan cairan menyebabkan asupan makan, asupan cairan, berat jenis urin, serta
seseorang rentan mengalami dehidrasi. Hal tersebut aktivitas fisik. Aktivitas fisik diperoleh melalui
karena cairan dalam tubuh akan berperan dalam formulir record aktivitas dalam sehari dengan durasi
proses metabolisme dan akan keluar dari tubuh kegiatan per lima menit. Energi yang dikeluarkan
bersama zat sisa metabolisme. Penelitian yang untuk beraktivitas selama 24 jam dihitung
dilakukan di Bogor menyebutkan bahwa salah satu menggunakan rumus 3,5 x BB x 5/1000 x Kelipatan
faktor yang mempengaruhi status hidrasi pada remaja EMB x W, dimana kelipatan EMB adalah kelipatan
adalah asupan cairan karena hasil penelitian tersebut energi metabolisme basal masing-masing aktivitas
menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat dan W adalah waktu.16 Aktivitas fisik pada laki-laki
asupan cairan dengan status hidrasi pada remaja.9 dikategorikan menjadi ringan apabila ≤2600 kkal,
Faktor lain yang mempengaruhi status hidrasi sedang 2601-3400 kkal, dan berat 3401-3500 kkal.
yaitu asupan makan. Hal tersebut karena makanan Sedangkan pada perempuan dikategorikan ringan
yang dikonsumsi juga mengandung air sehingga apabila ≤2000 kkal, sedang 2001-2400 kkal, dan berat
berpengaruh pada keseimbangan cairan dalam tubuh. 2401-2600 kkal.17 Persen lemak tubuh diukur
Penelitian yang dilakukan di Jerman menyebutkan menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis
bahwa terdapat hubungan antara status hidrasi dan (BIA). Kategori persen lemak tubuh laki-laki
profil diet pada anak-anak. Hasilnya menunjukkan dikatakan underfat apabila ≤10%, normal 11-20%,
bahwa profil diet berkorelasi dengan FWR (Free overfat 21-25%, dan obese 26-35%. Sedangkan pada
Water Reserve) yang merupakan salah satu penanda perempuan dikategorikan underfat apabila persen
status hidrasi tubuh, namun hubungan yang paling lemak tubuh ≤15%, normal 16-29%, overfat 30-34%,
signifikan ditunjukkan oleh densitas energi, yaitu dan obese apabila >35%.18
asupan dengan densitas energi yang tinggi Asupan makan diteliti untuk mengetahui
menunjukkan nilai FWR yang rendah sehingga asupan energi dan densitas energi makanan yang
meningkatkan risiko dehidrasi.10 dikonsumsi subjek melalui food recall selama 1x24
Densitas energi adalah jumlah kandungan jam. Asupan energi dikategorikan tinggi apabila
energi dari berat total suatu makanan.11,12 Makanan >110% AKG, baik apabila 80-110% AKG dan
dengan densitas energi tinggi biasanya tinggi kurang apabil <80% AKG.19 Perhitungan densitas
kandungan karbohidrat sederhana yang ditambah energi makanan diperoleh melalui total energi
gula dan lemak, sehingga cenderung lezat, murah, makanan sehari dibagi berat makanan. Densitas
dan banyak disukai termasuk oleh remaja.13 Makanan energi dikategorikan menjadi empat yaitu densitas
dengan densitas energi tinggi cenderung memiliki energi sangat rendah 0-0,6 kkal/g, rendah 0,6-1,5
kandungan air yang rendah, sehingga akan kkal/g, sedang 1,5-4,0 kkal/g, dan tinggi 4,0-9,0
mempengaruhi asupan cairan tubuh dan status hidrasi kkal/g.20
seseorang.14,15 Berdasarkan latar belakang tersebut,
Asupan cairan adalah cairan yang masuk dalam Pengolahan dan analisis data dilakukan
tubuh yang berasal dari minuman dan makanan. Total menggunakan program komputer. Analisis univariat
asupan cairan diperoleh dari asupan air putih maupun digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing
minuman lainnya, serta cairan dari makanan yang variabel. Data diuji normalitasnya menggunakan uji
diperoleh melalui dietary recall selama 1x24 jam Kolmogorov-Smirnov (n>50) dengan nilai
yang diambil satu hari sebelum pengambilan sampel kemaknaan p>0,05. Analisis bivariat digunakan
urin. Perhitungan total asupan cairan menggunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel
rumus pertambahan total cairan dari minuman dan bebas dengan variabel terikat menggunakan uji
total cairan dari makanan yang dilihat dari DKBM korelasi Rank Spearman karena data berdistribusi
2005. Asupan cairan dikategorikan menjadi dua yaitu tidak normal. Analisis multivariat digunakan untuk
kurang dan cukup. Asupan cairan pada laki-laki mengetahui variabel prediktor dari berat jenis urin
dikatakan cukup apabila ≥2200 ml dan kurang apabila menggunakan uji regresi linier ganda.
<2200 ml. sedangkan pada perempuan dikatakan
cukup apabila ≥2100 ml dan kurang apabila <2100 HASIL
ml.21 Karakteristik Subjek Penelitian
Berat jenis urin digunakan untuk mengukur Jumlah subjek penelitian ini sebanyak 55 orang
status hidrasi subjek. Metode berat jenis urin (BJU) yang terdiri dari 25 remaja laki-laki dan 30 remaja
dipilih karena mudah dilaksanakan, waktu analisis perempuan dengan rentang usia 15-17 tahun.
singkat, ketepatan baik, biaya terjangkau, portabilitas Perempuan memiliki rerata persen lemak tubuh dan
alat baik, dan rendahnya risiko bagi subjek. asupan dengan densitas energi yang lebih tinggi
Pengambilan sampel urin menggunakan botol kaca dibandingkan laki-laki. Sementara rerata asupan
bening. Pemeriksaan BJU dilakukan di laboratorium cairan lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
dengan menggunakan metode reagent strip. BJU perempuan. Terdapat perbedaan yang signifikan
dikategorikan menjadi empat, yaitu status hidrasi baik antara persen lemak tubuh, aktivitas fisik, densitas
apabila nilai BJU <1.010, dehidrasi ringan apabila energi antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan
nilai BJU 1.010-1.020 dan dehidrasi sedang apabila berat jenis urin, asupan cairan, dan asupan energi
nilai BJU 1.021-1.030, dehidrasi berat apabila nilai antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan.
BJU >1.030.22 Karakteristik subjek selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik usia, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, berat jenis urin, asupan cairan, densitas energi,
dan asupan energi berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik Laki-laki (n=25) Perempuan (n=30)
p
Subjek Minimal Maksimal Rerata/Median Minimal Maksimal Rerata/Median
Usia (tahun) 15 17 16b 15 17 16b 0,895c
Persen
lemak tubuh 7,8 39 18,6±8,07a 13,7 38 25,8±7,02a 0,001d*
(%)
Aktivitas
2209,3 2973,1 2683,7±162,32a 1796,9 2398 2190,23b 0,001c*
Fisik (kkal)
Berat Jenis
1,005 1,02 1,02b 1,005 1,02 1,02b 0,429c
Urin
Asupan
1537,6 3391,9 2406,4±491,38a 1162,49 4204,4 2159,5±648,42a 0,123d
Cairan (ml)
Densitas
Energi 1,27 2,5 1,8±0,32a 1,03 3,26 2,1±0,59a 0,023d*
(kkal/g)
Asupan
1011,1 2627,5 1443,1b 757,1 1954,2 1213,9b 0,056c
Energi (kkal)
a
Rerata±SD, bMedian
c
Uji Mann-Whitney, dUji T tidak berpasangan
*Perbedaan signifikan (p<0,05)
Distribusi Frekuensi Densitas Energi, Asupan hidrasi baik dan dehidrasi ringan. Sebanyak 29
Energi, Asupan Cairan, Aktivitas Fisik, Persen (52,8%) subjek memiliki status hidrasi baik yang
Lemak Tubuh, dan Status Hidrasi terdiri dari 12 laki-laki dan 17 perempuan. Sedangkan
Subjek dalam penelitian ini memiliki berat dehidrasi ringan dialami oleh 26 subjek (47,2%) yang
jenis urin yang tergolong dalam kategori status terdiri dari 13 laki-laki dan 13 perempuan.
Tabel 2. menunjukkan bahwa sebanyak 54,6% dehidrasi ringan sebanyak 65,2%. Sebanyak 18
subjek yang memiliki asupan dengan densitas energi subjek (44%) mengalami dehidrasi ringan pada
tinggi mengalami dehidrasi ringan. Tidak ada subjek kategori aktivitas fisik sedang. Subjek yang memiliki
yang memiliki asupan energi tinggi, baik dari persen lemak tubuh pada kategori overfat sebanyak
golongan dehidrasi ringan maupun status hidrasi baik. 54,5% mengalami dehidrasi ringan.
Subjek dengan asupan cairan kurang mengalami
Tabel 2. Distribusi frekuensi densitas energi, asupan energi, asupan cairan, aktivitas fisik, dan persen lemak
tubuh berdasarkan status hidrasi
Status Hidrasi Baik Dehidrasi Ringan Total
Karakteristik
n % n % n %
Densitas Energi
Rendah 4 57,1 3 42,9 7 12,7
Sedang 25 52,1 23 47,9 48 87,3
Total 29 52,8 26 47,2 55 100
Asupan Energi
Tinggi 0 0 0 0 0 0
Baik 9 53 8 47 17 30,9
Kurang 20 52,6 18 47,4 38 69,1
Total 29 52,8 26 47,2 55 100
Asupan Cairan
Cukup 21 65,6 11 34,4 32 58,2
Kurang 8 34,8 15 65,2 23 41,8
Total 29 52,8 26 47,2 55 100
Aktivitas Fisik
Sedang 23 56 18 44 41 74,5
Ringan 6 42,8 8 57,2 14 25,5
Total 29 52,8 26 47,2 55 100
Persen Lemak Tubuh
Underfat 4 57,1 3 42,9 7 12,7
Normal 15 53,6 13 46,4 28 50,9
Overfat 5 45,5 6 54,5 11 20
Obese 5 55,5 4 44,5 9 16,4
Total 29 52,8 26 47,2 55 100
Hubungan antara densitas energi, asupan energi, (p<0,05) dan menunjukkan arah korelasi negatif (r= -
asupan cairan, aktivitas fisik, dan persen lemak 0,315). Nilai r negatif tersebut menunjukkan bahwa
tubuh dengan berat jenis urin semakin tinggi konsumsi cairan, maka nilai berat
Tabel 3. menunjukkan korelasi antara variabel- jenis urin akan semakin rendah yang menunjukkan
variabel yang diambil dengan berat jenis urin. status hidrasi baik. Sedangkan variabel densitas
Berdasarkan hasil analisis uji korelasi diketahui energi, asupan energi, aktivitas fisik, dan persen
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lemak tubuh tidak menunjukkan adanya hubungan
asupan cairan dengan berat jenis urin pada remaja dengan berat jenis urin.
Tabel 3. Hubungan antara densitas energi, asupan energi, asupan cairan, aktivitas fisik, dan persen lemak tubuh
dengan berat jenis urin
Berat Jenis Urin
Variabel
Koefisien Korelasi (r) P value
Densitas Energi 0,164 0,232
Asupan Energi 0,158 0,250
Asupan Cairan -0,315 0,019*
Aktivitas Fisik 0,032 0,817
Persen lemak tubuh 0,077 0,578
Uji korelasi rank spearman
*korelasi signifikan (p<0,05)
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa Kemudian variabel-variabel tersebut dianalisis lebih
terdapat tiga variabel yang memiliki p<0,25 antara lanjut menggunakan analisis regresi linier ganda
lain densitas energi, asupan energi, dan asupan cairan. untuk mengetahui variabel prediktor dari berat jenis
urin. Hasil uji regresi linier ganda akan dinyatakan jenis urin dengan nilai adjusted R square yaitu 0,146
dalam Tabel 4. menunjukkan bahwa 14,6% variasi berat jenis urin
Hasil analisis regresi linier ganda dapat dijelaskan oleh variasi asupan cairan dan
menunjukkan bahwa variabel asupan cairan dan asupan energi.
asupan energi menjadi variabel prediktor dari berat
makanan tinggi kandungan lemak relatif memiliki merangsang rasa haus untuk mengembalikan
densitas energi tinggi.15 Kandungan air yang terdapat keseimbangan cairan tubuh.34
dalam makanan akan mempengaruhi asupan cairan Hasil uji regresi linier ganda terhadap variabel
total sehingga akan mempengaruhi keseimbangan bebas menunjukkan bahwa asupan cairan dan asupan
cairan tubuh dan status hidrasi. energi memiliki pengaruh terhadap berat jenis urin.
Pada penelitian ini, rata-rata densitas energi Variabel berat jenis urin digambarkan hanya sebesar
makanan lebih tinggi pada perempuan (2,1 kkalg/) 14,6% oleh variasi asupan cairan dan asupan energi.
dibandingkan laki-laki (1,8 kkal/g). Hal tersebut Asupan cairan dan asupan energi saling berhubungan,
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang hal tersebut berkaitan dengan perhitungan kebutuhan
menunjukkan bahwa sebanyak 32,4% perempuan cairan berdasarkan kebutuhan energi.35 Perhitungan
mengonsumsi makanan dengan densitas energi kebutuhan energi yang dilakukan oleh ilmuwan
tinggi, sementara laki-laki hanya 5,9%.31 Tingginya dilakukan dengan metode yang akurat, digolongkan
nilai densitas energi pada perempuan dikarenakan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia, serta
perempuan lebih banyak mengkonsumsi sumber mempertimbangkan ukuran tubuh dan tingkat
makanan yang mengandung lemak seperti makanan aktivitas fisik.36 Kebutuhan cairan tubuh juga
yang digoreng, sedangkan konsumsi makanan pokok dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh dan tingkat
sumber karbohidrat seperti nasi lebih sedikit. aktivitas fisik, serta berdasarkan jenis kelamin dan
Sedangkan pada laki-laki asupan makanan pokok usia.35 Oleh sebab itu, ilmuwan mengemukakan
seperti nasi cenderung lebih tinggi dibandingan kebutuhan cairan yang berdasarkan kebutuhan energi,
makanan yang mengandung lemak seperti gorengan. yaitu 1 ml/kkal.37 Terdapat studi eksperimen
Kelompok pangan pokok menyumbang cairan lebih mengenai asupan cairan dan asupan energi yang
banyak dibandingkan makanan yang banyak hasilnya menunjukkan bahwa pengurangan asupan
mengandung lemak, hal tersebut dapat cairan juga menyebabkan berkurangnya asupan
mempengaruhi densitas energi makanan.14,32 energi yang disebabkan penurunan konsumsi
Terdapat perbedaan persen lemak tubuh antara karbohidrat dan protein.38 Hal tersebut menunjukkan
laki-laki dan perempuan (p=0,001), yaitu persen bahwa pengurangan asupan cairan yang akan
lemak tubuh perempuan lebih tinggi dibandingkan mempengaruhi status hidrasi tubuh juga akan
laki-laki. Pada usia remaja terdapat perbedaan massa mempengaruhi asupan energi dan komposisi
otot dan massa lemak antara perempuan dan laki-laki. makronutrien.10
Perempuan memiliki lebih banyak deposit lemak,
sedangkan pada laki-laki terbentuk lebih banyak SIMPULAN
jaringan otot.33 Hasil penelitian ini menunjukkan Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat
bahwa persen lemak tubuh tidak berhubungan dengan hubungan asupan cairan dengan berat jenis urin pada
berat jenis urin. Persen lemak tubuh memiliki remaja (p = 0,027). Sementara densitas energi
pengaruh pada keseimbangan cairan dalam tubuh makanan tidak terbukti berhubungan dengan berat
karena orang yang memiliki massa lemak lebih jenis urin (p=0,232).
banyak maka air tubuh totalnya lebih rendah
dibandingkan dengan orang yang massa lemak SARAN
tubuhnya lebih sedikit.2 Meskipun dalam penelitian Perlunya menjaga keseimbangan cairan tubuh
ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara agar tercapai status hidrasi yang baik pada remaja.
persen lemak tubuh dengan berat jenis urin, tetapi Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan
dapat diketahui bahwa arah korelasi yang ditunjukkan mengonsumsi cairan yang cukup sesuai kebutuhan
adalah positif, yang berarti semakin tinggi persen tubuh dan mengonsumsi makanan dengan densitas
lemak tubuh makan semakin tinggi berat jenis urin. energi yang lebih rendah.
Pada penelitian ini, aktivitas fisik tidak
berhubungan dengan berat jenis urin (p>0,05). Hal DAFTAR PUSTAKA
tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang 1. Yuniastuti A. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha
menunjukkan tidak adanya hubungan aktivitas fisik Ilmu; 2008.
dengan status hidrasi.9,34 Kondisi tersebut dapat 2. Santoso BI, Hardinsyah, Siregar P, Pardede SO. Air
terjadi karena sebagian besar subjek (79,31%) yang bagi Kesehatan. Jakarta: Centra Communications;
status hidrasinya baik memiliki aktivitas fisik dalam 2011.
3. Mahan LK, Escott-Stump S. Krause’s Food &
kategori sedang, dan sisanya dalam kategori ringan. Nutrition Therapy. 12th ed. Canada: Saunders
Peningkatan aktivitas fisik dapat menyebabkan tubuh Elsevier; 2008. 246-259 p.
kehilangan cairan lebih banyak. Namun, kondisi 4. Baron S, Courbebaisse M, Lepicard EM, Friedlander
tersebut dapat memicu pelepasan hormon yang dapat G. Assessment of hydration status in a large
population. Br J Nutr. 2015;113(1):147–58.
5. Dolan MG. Best Practice for Clinical Hydration responsiveness of hydration biomarkers to changes in
Measurement. Athl Ther Today. 2009;14(1):9–11. daily water intake. Eur J Appl Physiol.
6. Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. Nutrition 2013;113(8):2143–51.
Therapy & Pathophysiology. 2nd ed. USA: Cengange 24. Armstrong LE. Assessing hydration status: the
Learning; 2010. 495-496 p. elusive gold standard. J Am Coll Nutr.
7. Brown JE, Isaacs JS, Krinke UB, Lechtenberg E, 2007;26(5):575S–584S.
Murtaugh MA. Nutrition Through the Life Cycle. 4th 25. Grandjean AC, Reimers KJ, Buyckx ME. Hydration:
ed. USA: Cengange Learning; 2011.357-363 p. Issues for the 21st Century. Nutr Rev.
8. Hardinsyah, Sriardiningsih, Razaktha, Briawan D, 2003;61(8):261–71.
Effendi YH, Aries M, et al. Kebiasaan Minum dan 26. Ratnasari M. Hubungan Pola Minum dan Jumlah
Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Konsumsi Cairan dari Minuman Terhadap Status
Wilayah Ekologi Berbeda. Indones Reg Hydration Dehidrasi Usia 16-18 Tahun di Pondok Pesantren
Study(THIRST). 2010; Darunnajah Jakarta Selatan Tahun 2012. Gizi
9. Gustam, Hardinsyah, Briawan D. Faktor Risiko Indones. 2012;35(2):120–5.
Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa. Institut 27. Thompson J, Manore M, Vaughan L. The Science of
Pertanian Bogor; 2012. Nutrition. 2nd ed. San Fransisco: Pearson Benjamin
10. Stahl A, Kroke A, Bolzenius K, Manz F. Relation Cummings; 2011. 323-349 p.
between hydration status in children and their dietary 28. Kant AK, Graubard BI. Contributors of water intake
profile-result from the DONALD study. Eur J Clin in US children and adolescents: associations with
Nutr. 2007;61(12):1386–92. dietary and meal characteristics--National Health and
11. Berdanier CD, Dwyer JT, Heber D. Handbook of Nutrition Examination Survey 2005-2006. Am J Clin
Nutrition and Food. 3rd ed. London: CRC Press; Nutr. 2010;92(4):887–96.
2014. 256 p. 29. Centers for Disease Control and Prevention. Low-
12. Ledikwe JH, Blanck HM, Khan LK, Serdula MK, Energy-Dense Foods and Weight Management:
Seymour JD, Tohill BC, et al. Dietary Energy Density Cutting Calories While Controlling Hunger. In
Determined by Eight Calculation Methods in a Atlanta: CDC; 2008.
Nationally Representative United States Population. J 30. Bechthold A. Food Energy Density and Body Weight
Nutr. 2005;135(2):273–8. A scientific statement from the DGE. Ernaehrungs
13. Kant AK, Graubard BI. Energy density of diets Umschau Int. 2014;61(1):2–11.
reported by American adults: association with food 31. Dewi UP. Hubungan Antara Densitas Energi Dan
group intake, nutrient intake, and body weight. Int J Kualitas Diet Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obes. 2005;29(8):950–6. Pada Remaja. Universitas Diponegoro; 2013.
14. Bottone FG. The Diet Denominator: A Practical 32. Grunwald GK, Seagle HM, Peters JC, Hill JO.
Guide to Choosing Low Energy Density Foods. 2nd Quantifying and separating the effects of
ed. Morrisville: Scriptorium Medica Medical macronutrient composition and non-macronutrients
Writing; 2010. 20-22 p. on energy density. Br J Nutr. 2001;86(2):265–76.
15. Rolls BJ. The relationship between dietary energy 33. Heymsfield SB, Lohman TG, Wang Z, Going SB.
density and energy intake. Physiol Behav [Internet]. Human Body Composition. 2nd ed. USA: Human
2009;97(5):609–15. Kinetics; 2005.
16. Guricci S. Gizi Olahraga dalam Gizi Olahraga, Sehat 34. Mora-Rodriguez R, Ortega JF, Fernandez-Elias VE,
Bugar dan Berprestasi. Jakarta: Departeman Kapsokefalou M, Malisova O, Athanasatou A, et al.
Kesehatan RI; 1992. Influence of Physical Activity and Ambient
17. Marsetyo, Kartasapoetra. Korelasi Gizi, Kesehatan Temperature on Hydration: The European Hydration
dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta; 1995. Research Study (EHRS). Nutrients. 2016;8(5):1–13.
18. McCarthy HD, Cole TJ, Fry T, Jebb SA, Prentice 35. Popkin BM, D’Anci KE, Rosenberg IH. Water,
AM. Body fat reference curves for children. Int J hydration, and health. Nutr Rev. 2010;68(8):439–58.
Obes. 2006;30(4):598–602. 36. Panel on Dietetic Products Nutrition and Allergies.
19. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Widyakarya Dietary reference values for water Scientific Opinion
Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta: LIPI; 2004. of the Panel on Dietetic Products, Nutrition and
20. Bean A. The Complete Guide to Strength Training. Allergies. EFSA J. 2009;8(3):1459.
4th ed. London: A & C Black; 2008. 36 p. 37. National Research Council. Recommended Dietary
21. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Widyakarya Allowances. Washington DC: National Academy
Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta: LIPI; 2014. Press; 1989.
22. Austin K, Seebohar B. Performance Nutrition: 38. Shirreffs SM, Merson SJ, Fraser SM, Archer DT.
Applying the Science of Nutrient Timing. USA: The effects of fluid restriction on hydration status
Human Kinetics; 2011. 39 p. and subjective feelings in man. Br J Nutr.
23. Perrier E, Demazires A, Girard N, Pross N, Osbild D, 2004;91(6):951–8.
Metzger D, et al. Circadian variation and