You are on page 1of 9

Narative Review

Hubungan Stunting dan Erupsi Gigi pada Anak


drg. Oniel Syukma Pertiwi, 2Nadia Yasmin
1
1
Depertemen Ilmu Kesehatan Gigi Anak, Universitas Baiturrahmah, Padang
2
Pendidikan Program Studi Kedokteran Gigi, Universitas Baiturrahma, Padang
Abstrak
Pendahuluan: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang timbul sebagai akibat keadaan
gizi buruk dalam kurun waktu yang lama. Dalam masa pertumbuhan malnutrisi dapat
mempengaruhi struktur rongga mulut. Erupsi gigi sulung dan permanen dapat tertunda
dikarenakan malnutrisi.
Metode: Desain penelitian ini adalah dalam bentuk narrative review. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah pencarian elektronik dengan kata kunci: stunting dan eruption
teeth di Pubmed dan didapatkan 5 jurnal yang sesuai dengan topik.
Hasil: Berdasarkan jurnal yang didapatkan didapati 4 jurnal yang mengatatakan bahwa
adanya hubungan antara keterlambatan erupsi gigi dengan kondisi stunting pada anak dan 1
jurnal yang mengatakan tidak adanya hubungan stunting dan erupsi gigi pada anak
Kesimpulan: Disimpulkan bahwa adanya hubungan antara keterlambatan erupsi gigi sulung dan
permanen pada anak yang memiliki kondisi stunting. Akantetapi erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor selain faktor nutrisi terdapat faktor lain seperti, genetika, kelahiran premature, kondisi
sosial ekonomi, kelainan hormonal dan sistemik
Kata Kunci: Stunting, malnutrisi, erupsi gigi sulung, erupsi gigi permanen, anak

Corresponding Author:
Email: ndyasmin14@gmail.com

Pendahuluan
Stunting merupakan masalah gizi kronis yang timbul sebagai akibat keadaan gizi buruk
dalam kurun waktu yang lama dan dapat dipengaruhi oleh kondisi ibu/calon ibu, masa janin,
dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita pada masa bayi 1. Stunting dapat dimulai
dari proses tumbuh kembang janin dalam kandungan hingga usia 2 tahun. Stunting dapat diukur
dengan indeks pengukuran tinggi badan berdasarkan umur (TB/U) 2.
Penurunan angka stunting pada anak termasuk salah satu dari enam capaian Global
Nutrition Targets 2025 3. Berdasarkan hasil laporan WHO, Indonesia merupakan negara
keempat dengan prevelensi angka stunting tertinggi di dunia, yaitu sebesar 36% 4. Menurut
Riskesdas tahun 2018, provinsi NTB merupakan provinsi dengan prevelensi angka stunting
tertinggi di Indonesia (29,5%) 5.
Di Indonesia, faktor penyebab utama stunting adalah berat badan lahir rendah, konsumsi
makanan rendah energi dan protein, diare, dan infeksi saluran pernafasan atas, sedangkan
faktor lainnya adalah tidak adanya ASI ekslusif, paket imunisasi yang tidak lengkap, dan
kondisi sosial ekonomi seperti pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga 6. Stunting
pada anak-anak dapat mengakibatkan jangka pendek dan jangka panjang, seperti peningkatan
morbiditas dan mortalitas, buruknya perkembangan pada anak dan kemampuan belajar,
peningkatan resiko infeksi dan penyakit tidak menular di masa dewasa.
Dalam masa pertumbuhan malnutrisi dapat mempengaruhi struktur rongga mulut. Erupsi
gigi sulung dapat tertunda dikarenakan malnutrisi 7,8. Kekurangan gizi pada anak tidak hanya
menyebabkan keterlambatan dalam erupsi gigi sulung tetapi juga dapat menyebabkan
Narative Review

keterlambatan erupsi gigi permanen akibat tertundanya erusi gigi sulung 9. Stunting
mempengaruhi perkembangan gigi yang menyebabkan gigi menjadi hippoplasia dan
tertundanya erupsi gigi 10.

Metode
Desain penelitian ini adalah dalam bentuk narrative review. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah pencarian elektronik dengan kata kunci: stunting dan eruption teeth.
Pencarian elektromik didapatkan 846 artikel di Pubmed. Terdapat 13 artikel yang sesuai judul
dan abstrak, 8 artikel dieliminasi dikarenakan tidak sesuai denan topik dan tidak dapat
diakses sehingga menyisakan 5 artikel .
Narative Review
Narative Review

Hasil
Tabel 1 Tabel Sintesis Artikel
No. Penulis (Tahun) Judul Metode Kesimulan

1. Dwi Prijatmoko, The Effect of stunting Jenis penelitian ini adalah observasi  Semua gigi insisivus sulung terlihat
Sulistyani, on number of primary analitik dengan pendekatan cross-sectional. telah erupsi baik pada populasi stunting
Rezza D. teeth eruption among Orang tua dari balita yang mengalami dan normal.
Ardhita (2022) 19-60 months old stunting diundang dan 25 balita (usia  Jumlah gigi kaninus sulung terlihat
stunted toddlers in antara 19-60 bulan) diikutsertakan dalam perbedaan hasil hanya pada kategori
Panduman Village, penelitian ini. Sebagai kelompok umur 20-30 bulan ada populasi stunting.
Jelbuk, East Java pembanding 25 balita dengan pertumbuhan Hal ini diduga bahwa syunting
normal yang memiliki rentang usia yang mempengaruhi waktu erupsu gigi
sama juga diundang dalam penelitian ini. kaninus sulung
Pada penelitian ini, gig dianggap telah  Tidak ada perbedaan secara signifikan
erupsi jika mahkota gigi terlihat secara untuk gigi molar sulung baik pada
klinis melewati mukosa gingiva. Data populasi stunting dan normal.
kemudian dibagi menjadi 4 (20-30, 31-40,
41-50 dan 51-60) berdasarkan kategori
umur. Data dianalisis dengan uji T
independen
2. Jed Dimaisip- Nutritional status, Jenis penelitian ini adalah cohort, dengan Terdapat hubungan yang signifikan antara
Nabuab, dkk. dental caries and tooth waktu follow-up selama 2 tahun, terdiri stunting dengan jumlah erupsi gigi
(2018) eruption in children: a dari 82 SD di Kamboja, Indonesia dan permanen yang sedikit
longitudinal study in Laos. Dari masing-masing sekolah, dipilih
Cambodia, Indonesia sample acak dari anak-anak berusia enak
and Lao PDR hingga tujuh tahun. Karies gigi dan infeksi
odontogenic dinilai menggunakan kriteria
Narative Review

WHO dan indeks PUFA.


3. Nadia Dwi Correlation between Penelitian ini adalah observasi analitik Tidak ada korelasi antara status gizi dan
Fadilla, dkk. stunting children aged dengan pendekatan cross sectional. erupsi gigi molar pertama permanen pada
(2022) 6-7 years in term of Pengambilan sampel dilakukan dengan anak stunting usia 6-7 tahun di wilayah
nutritional status and mengguanakan metode cluster random Jatinangor
the eruption of sampling untuk memiliki SD dan total
permanent first molar sampling untuk memilih anak. Penelitian
dilakukan di tiga sekolah dasar di wiliah
Jatinangor. Jumlah sampel adalah 200
anak. Sampel diukur tinggu badan di
lakukan pemeriksaan status erupsi molar
pertama permanen
4. Mohammad The Relationship Penelitian ini mengguanakan desain Terdapatnya hubungan stunting dengan
Zulkarnain, dkk between Stunting and kuantatif dengan metode observasi analitik erupsi gigi anak sekolah dasar di
(2022) Tooth Eruption of dengan metode survei cross-sectional. Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi
Primary School Status gizi diperiksa secara antropometri Rawas Provinsi Sumatera Selatan
Children at Tuah untuk mengidentifikasi kejadian stunting. Indonesia. Anak dengan stunting memiliki
Negeri Sub-district, Pemeiksaan gigi dilakukan pada 94 siswa 2,63 kali kemungkinan lebih tinggi untuk
Musi Rawas District, dari lima sekolah dasar yang diseleksi mengalami keterlambatan erupsi gigi
South Sumatera secara purposive berdasarkan prevalensi dibandingkan dengan anak yang tidak
Province, Indonesia kasus stunting tertinggi. Hasilnya memiliki stunting.
kemudian dimasukkan kedalam
odontogram
5. Neetika Singh, Association of Peserta penelitian dikategorikaan menjadi Nilai untuk SFR yang tidak distimulasi dan
dkk (2018) Nutritional Status on kelompok sehat (kelompok I, n = 37) dan distimulasi secara signifikan lebih rendah,
Salivary Flow Rate, kurang gizi (kelompok II: tinggi badan tetapi status karies dan erpusi yang tertunda
Dental Caries Status menurut usia kuranag gizi [n = 30] dan banyak terdapat pada kelompok malnutrisi
Narative Review

and Eruption Pattern kelompok III: kurang gizi berat badan per dibandingkan dengan kelompok norrmal
in Pediatric umu ([n = 30]) sesuai dengan klasifikasi
Population in India malnutrisi kronis. SFR, status karies gigi,
dan pula erupsi dicatat untuk semua
kelompok.
Narative Review

Pembahasan

Stunting atau gagal tumbuh merupakan suatu kondisi status gizi kurang yang bersifat kronis pada
masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak awal kehidupan. Stunting dapat terlihat sejak anak
berusia 2 tahun. Stunting merupaka kondisi yang disebabkan oleh asupan gizi yang tidak seimbang
pada masa golden period 11.

Menurut UNICEF, terdapat 3 faktor utama penyebab stunting, yaitu asupan makanan yang tidak
seimbang, berat badan lahir rendah (BBLR), dan riwayat penyakit. Salah satu faktor pendukung
stunting di Indonesia adalah ASI non eksklusif 12. Bayi yang tidak diberikan ASI ekslusif akan
beresiko lebih tinggi untuk menalami malnutrisi dan stunting pada anak 12–14

Dampak dari stunting dapat menyebabkan perkembangan anak terganggu. Salah satu dampak
dari stunting adalah gangguan perkembangan kelenjar saliva yang mengalami atrofi sehingga sekresi
saliva berkurang dan menyebabkan fungsi saliva menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan anak
stunting lebih rentan untuk terkena karies 15. Selain itu pada anak stunting didapati adanya gigi sulung
dan permanen yang terlambat erupsi 16,17.

Penelitian yang dilakukan oleh Prijatmoko, dkk (2022) didapatkan adanya keterlambatan
erupsi gigi kaninus sulung yang signifikan pada usia 20-30 bulan. Hal ini berarti pada anak
stunting terjadi keterlambatan erupsi gigi kaninus kira- kira antara 2 hingga 12 bulan lebih
lama dari kisaran normal erupsi gigi 18. Zulkarnain, dkk (2022) menyatakan bahwa pada anak
dengan kondisi stunting memiliki 2,63 kali lebih tinggi mengalami keterlambatan erupsi gigi
dibandingkan dengan anak yang tidak memiki kondisi stunting 16.

Anak – anak dengan berat badan kurang dan stunting mengalami keterlambatan erupsi gigi
sulung dan permanen dibandingkan dengan anak dengan tinggi badan dan berat badan normal.
Perkembangan gigi yang terganggu dan stunting pada anak memiliki faktor resiko yang umum, seperti
kekurangan gizi termasuk malnutrisi makanan yang berprotein, hal ini dapat merusak perkembangan
anak baik pada gigi ataupun tulang. Oleh karena itu, tertundanya erupsi gigi sulung dan permanen
dapat dijadikan salah satu manifestasi dari stunting. Kekurangan gizi selama tahap perkembangan gigi
dapat menyebabkan terjadinya hypoplasia enamel, membuat gigi menjadi lebih rentan tarhadap
demineralisasi dan karies gigi 7–9,19.

Terdapat perbedaan pendapat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadillah, dkk (2018).
Pada penelitain tersebut menyatakan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara anak yang
memiliki stunting dengan keterlambatan erupsi gigi molar satu permanen. Hal ini tidak biasa
dikarenakan banyak penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara anak
dengan kondisi stunting dengan keterlambatan erupsi gigi 7,15,16,18. Perbedaan hasil ini dikarenakan
erupsi gigi dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain faktor dari segi nutrisi, terdapat faktor lain yang
dapat mempengaruhi erupsi gigi seperti genetika, kelahiran premature, kondisi sosial ekonomi,
kelainan hormonal dan sistemik 20.

Disimpulkan bahwa adanya hubungan antara keterlambatan erupsi gigi sulung dan permanen
pada anak yang memiliki kondisi stunting. Pada anak dengan kondisi stunting memiliki 2,63 kali
Narative Review

lebih tinggi mengalami keterlambatan erupsi gigi dibandingkan dengan anak yang tidak
memiki kondisi stunting. Oleh karena itu, tertundanya erupsi gigi sulung dan permanen dapat
dijadikan salah satu manifestasi dari stunting. Akantetapi erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor selain faktor nutrisi terdapat faktor lain seperti, genetika, kelahiran premature, kondisi sosial
ekonomi, kelainan hormonal dan sistemik. Dengan demikian diperlukan program kesehatan
masyarakat dan dokter gigi juga harus selalu memberikan edukasi mengenai peran diet yang tepat dan
pasokan nutrisi untuk anak selama masa perkembangan karena tidak hanya dapat mempengaruhi
kesehatan secara umum tetapi juga kesahatan gigi dan mulut anak.

Daftar Pustaka

1. Beal T, Tumilowicz A, Sutrisna A, Izwardy D, Neufeld LM. A review of child


stunting determinants in Indonesia. Matern Child Nutr. 2018;14(4):1–10.
doi:10.1111/mcn.12617
2. WHO. Child growth standards and the identification of severe acute malnutrition in
infants and children. United Nations Child Fund. Published online 2013.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44129/1/9789241598163_eng.pdf?ua=1
3. WHO. Global Nutrition Targets 2025 Stunting Policy Brief. Can Pharm J. Published
online 2012. doi:10.7591/cornell/9781501758898.003.0006
4. WHO. The double burden of malnutrition. Policy brief. Geneva World Heal Public.
doi:10.1111/j.1745-6584.1983.tb00740.x
5. Kementrian Kesehatan RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.; 2018.
6. Bappenas. Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Tahun 2021-2024. 2021;(18):6.
https://jdih.bappenas.go.id/data/abstrak/2021-KEPMEN-PPN-124-
Rencana_Aksi_Nasional_Pangan_dan_Gizi_tahun_2021-2024.pdf
7. Dimaisip-Nabuab J, Duijster D, Benzian H, dkk. Nutritional status, dental caries and
tooth eruption in children: A longitudinal study in Cambodia, Indonesia and Lao PDR.
BMC Pediatr. 2018;18(1):1–11. doi:10.1186/s12887-018-1277-6
8. Heinrich-Weltzien R, Zorn C, Monse B, Kromeyer-Hauschild K. Relationship between
malnutrition and the number of permanent teeth in Filipino 10- to 13-year-olds.
Biomed Res Int. Published online 2013. doi:10.1155/2013/205950
9. Gaur R, Kumar P. Effect of undernutrition on deciduous tooth emergence among
Rajput children of Shimla District of Himachal Pradesh, India. Am J Phys Anthropol.
2012;148(1):54–61. doi:10.1002/ajpa.22041
10. Psoter W, Gebrian B, Prophete S, Reid B, Katz R. Effect of early childhood
malnutrition on tooth eruption in Haitian adolescents. Community Dent Oral
Epidemiol. 2008;36(2):179–189. doi:10.1111/j.1600-0528.2007.00386.x
11. Teja M. Stunting Balita Indonesia dan Penanggulangannya. Pus Penelit Bdana
Keahlian DPR RI. 2019;11(22).
12. Manggala AK, Wiswa K, Kenwa M, dkk. Risk factors of stunting in children aged 24-
59 months. Paediatr Indones. 2018;58(5):205–212.
13. Mediana S, Pratiwi R. Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Formula Sstandar terhadap
Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-5 Tahun. J Kedokt Diponegoro. 2016;5(4):1743–
1751.
14. Abdat M, Chairunas C. Analysis of Status of Oral Stunting in Toddlers and Its
Narative Review

Relationship with Mother’s Parenting. Proc 2nd Aceh Int Dent Meet 2021 (AIDEM
2021). 2022;48(Aidem 2021):122–127. doi:10.2991/ahsr.k.220302.020
15. Singh N, Bansal K, Chopra R, Dharmani CKK. Association of Nutritional Status on
Salivary Flow Rate, Dental Caries Status and Eruption Pattern in Pediatric Population
in India. Indian J Dent Sci. 2013;5(3):24–25. doi:10.4103/IJDS.IJDS
16. Zulkarnain M, Sitorus RJ, Appulembang YA, Jasmine AB, Lutfi A. The Relationship
between Stunting and Tooth Eruption of Primary School Children at Tuah Negeri Sub-
district, Musi Rawas District, South Sumatera Province, Indonesia. Open Access
Maced J Med Sci. 2022;10:238–242. doi:10.3889/oamjms.2022.8316
17. Setiawan AS, Abhista N, Andisetyanto P, Indriyanti R, Suryanti N. Growth Stunting
Implication in Children: A Review on Primary Tooth Eruption. Eur J Gen Dent.
2022;11(1):7–16. doi:10.1055/s-0042-1742357
18. Prijatmoko D, Ardhita RD. The Effect of stunting on number of primary teeth eruption
among 19-60 months old stunted toddlers in Panduman Village, Jelbuk, East Java. J
Dentomaxillofacial Sci. 2022;7(3):173–177. doi:10.15562/jdmfs.v7i3.1417
19. Abdat M, Usman S, Chairunas C, Suhaila H. Relationship between stunting with
dental and oral status in toddlers. J Dentomaxillofacial Sci. 2020;5(2):114.
doi:10.15562/jdmfs.v5i2.1064
20. Fadilla ND, Wardani R, Putri FM. <strong>Correlation between stunting children aged
6-7 years in term of nutritional status and the eruption of permanent first
molar</strong>. Padjadjaran J Dent. 2022;34(2):140.
doi:10.24198/pjd.vol34no2.30830

You might also like