You are on page 1of 165
Satu Sirine berteriak-teriak sepanjang jalan disaat seorang gadis tengah tak sadarkan diri. Dia dilarikan dari rumahnya pukul dua dinihari menuju rumahsakit terdekat setelah ditemukan oleh ibunya dengan kondisi lemas_ setelah memuntahkan seluruh isi perutnya Sesampai di IGD, dia ditangani oleh seorang dokter jaga yang kebetulan saat itu baru saja selesai menangani pasien lain yang datang Fat Shit! Achellia Sugiyono dengan keluhan demam dan lemas. Setelah memeriksa kondisi dan meminta perawat mengambil sample darahnya untuk diperiksa di Lab, perawat memasangkan infuse di lengan gadis itu. “Apa yang dialami pasien sebelum dibawa kemari bu?” Tanya Adrian, dokter jaga yang menangani Lovina. Dengan gemetaran sang ibu mengingat tragedy penemuan Lovina di kamarmandi kamarnya pukul dua pagi setelah mendengar gadis berusia duapuluh lima tahun itu muntah berulang kali dengan suara keras. “Dia muntah dok.” “Berapa kali muntah?” Fat Shit! Achellia Sugiyono Sang ibu menatap gadis lain yang berdiri di dekatnya. “Berapa kali ya Sya?” Tanyanya. “Aku kan tidur mah, nggak denger kakak muntah berapa kali.” Ujarnya dengan suara parau. Bagaimana tidak, dia dibangunkan paksa untuk menemani ibunya ke rumahsakit. “Apa pasien memiliki riwayat magh sebelumnya? Atau gangguan lambung lain?” Adrian berusaha menelisik riwayat sang pasien karena dia tidak memiliki catatan medis yang memadai untuk mendukung diagnosanya hingga untuk sementara hanya diberikan obat antimual. “Enggak ya dok.” Geleng sang ibu. “Setahu saya enggak ada.” Fat Shit! Achellia Sugiyono “Ok, kalau makanan yang terakhir pasien konsumsi, mungkin ibu tahu?” Alis Adrian bertaut menunggu jawaban dari sang ibu. Sementara wanita itu tampak menggaruk lehernya. “Dia udah nggak makan tiga harian dok.” Jawab Sasya sang adik dengan polosnya. “Tiga hari?” Kerutan di alis Adrian semakin dalam. “Kenapa?” “Habis di putusin pacarnya.” Saysa menjawab dengan ragu, sementara sang ibu membungkam mulutnya segera. “Maklum dok, anak-anak.” Sang ibu tampak tersenyum meski wajahnya pucat. Dia tidak benar-benar panik karena Lovina Fat Shit! Achellia Sugiyono dilarikan kerumahsakit, karena ini sudah terjadi beberapa kali, namun wajahnya pucat mengingat berapa biaya rumahsakit yang harus ditanggungnya untuk perawatan Lovina. “Dok, bisakah rawat jalan saja.” Wanita setengah baya itu tiba-tiba berujar dengan nada memohon. Adrian yang sedang menuliskan sesuatu di lembar catatan medis pasien menghentikan aktifitasnya, pandangannya beralih pada sang ibu. “Kenapa?” Alis Adrian berkerut lagi. “Ya,... sepertinya puteri saya tidak parah.” Lagi-lagi wanita itu tersenyum, namun tak menyentuh matanya. Fat Shit! Achellia Sugiyono “Dia sempat pingsan tadi lho bu, dan kami harus memastikan kondisinya setelah ada hasil lab darahnya. Apakah dia keracunan makanan atau adal luka di lambungnya, atau di organ pencernaan lainnya. Setelah itu, kami baru bisa mendiagnosa keadaan pasien dan memberikan keputusan apakah harus dirawat jalan atau dirawat inap.” Adrian menjelaskan. “Baik dok.” Wanita itu bangkit dari tempatnya duduk karena tiba-tiba perawat memanggil Adrian, karena kondisi pasien yang datang sebelum Lovina memburuk. “Telepon dokter Rey dong.” Pinta Adrian, dan perawat yang tadi menemuinya segera melakukan perintahnya. Sementara Adrian memeriksa kondisi terkini pasien dan Fat Shit! Achellia Sugiyono juga memberikan bantuan pernafasan dengan oksigen pada pasien di bantu perawat lainnya. Lovina yang semula sempat kesakitan dan terus memegangi perutnya pasca siuman, mendadak bisa tertidur pulas. Fat Shit! Achellia Sugiyono Dua Sang ibu tampak merengut disamping tempat tidur Lovina, gadis berusia duapuluh lima tahun yang berprofesi sebagai karyawan swasta itu akrab di panggil Lovi. “Mama marah ya sama Lovi?” Tanya wanita bertubuh gemuk itu pada ibunya. Sang ibu menghela nafas dalam, bu Nyoto, sapaan akrab wanita berusia lima puluh entam tahun itu. Dia resmi menyandang status jandanya karena ditinggal oleh pak Nyoto yang meninggal dua tahun lalu. “Kamu kan tahu kita serba susah Fat Shit! Achellia Sugiyono sekarang, kok ya kamu bisa-bisanya menyiksa diri sampai masuk rumahsakit.” Keluh bu Nyoto. “Maaf....” Sesal Lovina, dia tampak tertunduk dengan wajah terlipat dan juga rambut ikalnya yang tumbuh tak beraturan dengan jumlah terlalu banyak digelung di atas kepalanya, membuat gadis itu benar-benar terlihat berantakan. “Kalau Aryo itu mutusin kamu, ya sudah. Kamu kan bisa cari cowo lain Lov, kenapa harus bunuh diri segala sih? Kita itu orang miskin, jangan bertingkah seperti anak-anak orang kaya.” Oceh bu Nyoto sambil merapikan sisa makanan rumahsakit yang baru saja di makan oleh Lovi. Fat Shit! Achellia Sugiyono 10 - Lovina menghela nafas dalam, dia tidak berpikir untuk bunuhdiri sama sekali pasca hubungannya dengan Aryo, pria yang dipacarinya sejak SMA itu kandas. Dia justru berjanji dalam hatinya untuk merombak penampilannya demi membalas dendam pada Aryo yang mencampakannya demi seorang wanita yang akan segera dinikahinya bernama Ningsih. Pada dasarnya Ningsih tak lebih cantik dari Lovina, hanya saja body Ningsih yang bag gitar spanyol itu yang membuat Aryo kepincut. “Lovi ganti uang perawatan yang udah ibu keluarin pakai tabungan Lovi nanti pas udah keluar dari rumahsakit.” Ujarnya tak berani menatap wajah ibunya. Fat Shit! Achellia Sugiyono hho “Uang tabungan kamu udah kamu habisin beli obat-obat nggak jelas yang ada di laci kamar kamu.” Bu Nyoto menatap puteri sulungnya itu dengan tatapan kesal. “Tou jungkir balik setiap hari untuk mendapatkan seribu dua ribu, tapi kamu bisa ugal-ugalan ngabisin tabungan kamu buat beli obat, beli baju, beli alat dandan, heran ibu sama kamu. Setan apa yang merasukimu.” Gerutunya tanpa menatap Lovina. “Saysa yang bilang semua ke ibu?” “Tya,...” Bu Nyoto meotot menatap Lovi kini, membuat gadis itu kembali menundukkan kepalanya. Fat Shit! Achellia Sugiyono 2 Dalam batin Lovina. “Awas aja lo Syaaaa...”. Dia mengumpat pada adik kandungnya itu. Perbedaan usia mereka yang cukup jauh membuat Sasya dan Lovina benar- benar berbeda pemikiran. Sasya yang kini duduk di bangku kuliah selalu menjadi mata-mata untuk apapun yang dilakukan kakaknya atas instruksi bu Nyoto. “Lovi juga pengen cantik bu...” Kalimat itu keluar dari bibir Lovina tanpa menatap ibunya, membuat bu Nyoto menelan ludah. Dadanya mendadak sesak dan krongkongannya kering. “Tbu mau keluar dulu.” Katanya dengan cepat sambil meninggalkan ruang perawatan Lovina. Gadis itu tumbuh menggemaskan dengan pipi cubby dan tubuh sintal sejak kecil. Fat Shit! Achellia Sugiyono 13S Kulitnya putih pucat dan hidungnya mancung, namun tubuhnya tak pernah kurus. Bahkan menginjak SMP, pertumbuhan Lovina semakin tak terarah. Tak hanya tumbuh ke atas, Lovina juga semakin mekar seolah terlalu banyak ragi yang membuatnya mengembang. Pola makan dan suka ngemil yang membuatnya tak bisa menjaga berat badannya, saat itu di olok oleh teman sekelas, atau teman sebayanya sudah menjadi biasa bagi Lovina. Karung beras, Kulkas dua pintu, bulldozer, Truk tronton, dan lainnya biasa dia dengar dan tak terlalu dimasukan ke dalam hati olehnya. Namun menginjak SMA, Lovina mulai suka berdandan, memakai pakaian yang sesuai dengan usianya. Namun_ karena tubuhnya yang Fat Shit! Achellia Sugiyono 14 - berukuran ekstra, maka sangat sulit baginya menemukan ukuran baju yang sesuai dengan tubuhnya. Sejak saat itu Lovi merasa insecure soal bentuk tubuhnya, namun karena ada seorang pria bernama Aryo yang menerimanya apa adanya, maka Lovina kembali percaya diri. Dia tidak peduli dengan anggapan dan omongan orang, karena ketua osis di sekolahnya saja jatuh hati padanya. Di luar penampilan Lovina yang kurang sedap di pandang karena ukurannya yang terlalu ekstra, otak Lovi begitu encer. Olimpiade apapun selalu dia yang dijadikan wakil oleh sekolahnya, begitu juga hingga ke tingkat international. Fat Shit! Achellia Sugiyono 1S Pak Nyoto, ayah Lovi begitu bangga pada puterinya itu. Namun sepeninggal pak Nyoto, Lovina merasa supporter terbesarnya hilang. Tidak ada yang bisa menggantikan peran ayahnya dalam mensupport dirinya. Bahkan sang ibu tak jarang membandingkan Lovi dengan Sasya sang adik. Bukan karena tidak cinta pada Lovina, namun kondisi emosinya yang juga kurang stabil pasca meninggalnya sang suami terkadang membuatnya tidak puas akan berbagai hal. Bahkan berbagai pencapaian Lovina tidak lagi bisa dia apresiasi. Hidup bu Nyoto jungkir balik sepeninggal pak Nyoto. Selama ini bu Nyoto hidup berkecukupan meskipun tak berlebihan dengan mengandalkan gaji pak Nyoto sebagai karyawan swasta. Fat Shit! Achellia Sugiyono 16 - Bahkan setelah pension mereka sempat menikmati uang pensiun dari kantor pak Nyoto saat itu. Biaya kuliah Sasya yang akhirnya memakan hampir dua pertiga uang pensiun pak Nyoto dan sepertiga sisanya digunakan untuk membuka usaha. Namun sepeninggal pak Nyoto, usaha beliau bangkrut, dan sekarang bu Nyoto harus berjualan nasi uduk dan berbagai jajan pasar untuk menyambung hidup. Setengah gaji Lovina dia hibahkan untuk biaya kuliah adiknya dan setengahnya lagi untuk operasional Lovi sehari- hari. Berat memang, baik itu beban di pundak Lovina maupun di pundak bu Nyoto. Namun beban itu tak dirasa berat bagi Lovina karena ada support Aryo, meski tak jarang di pertengahan Fat Shit! Achellia Sugiyono 17S bulan Aryo meminjam uang pada Lovina untuk ini dan itu. Lovina bahkan memberikannya dengan sukarela tanpa menagih bayaran sepeserpun, semua atas dasar cinta dan janji manis Aryo yang sedang getol menjalankan bisnis freelance- nya untuk biaya menikahi Lovina. Bukannya di lamar, perayaan HUT hubungan mereka yang biasa di rayakan dengan makan bareng, berakihir bencana. Aryo mengatakan bahwa dirinya tidak lagi bisa melanjutkan hubungannya dengan Lovina. “Kamu terlalu baik buat aku.” Kalimat kampret itu yang keluar dari mulut kotor Aryo dan langsung menancap di hati Lovina hingga membuatnya berdarah seketika. Fat Shit! Achellia Sugiyono 18 - “Kenapa kamu ngomong gitu?” Lovina yang meski tak secantik bidadari namun berhati malaikat itu tak menaruh curiga dengan kalimat pembuka dari Aryo malam itu. “Aku nggak bisa ngelanjutin hubungan kita.” Ujar Aryo. Lovina yang mulutnya tengah dijejali makanan masih bisa tersenyum. “Jangan nge- prank aku deh...” candanya. “Aku nggak prank, aku serius.” Aryo menatap dalam padaa Lovina, dan gadis itu berhenti mengunyah dengan pipi yang menyembul akibat begitu banyak makanan dalam mulutnya. “Kenapa?” Fat Shit! Achellia Sugiyono 192 “Sorry...” Aryo meninggalkan semuanya termasuk bon yang harus di bayar oleh Lovina setelah mereka memesan makanan sebanyak itu. Lovina mengeluarkan sisa uang di dalam dompetnya untuk membayar makanan dan berjalan kaki pulang dari restoran menuju rumahnya. “Kenapa baru pulang jam segini?” Bu Nyoto menginterogasi Lovina di saat yang tidak tepat. “Besok ya bu, Lovi cape.” Ujarnya dengan wajah penuh keringat setelah berjalan berkilo- kilo dari restoran ke rumahnya. Dia sudah tak memiliki sepeserpun uang untuk naik taksi. Fat Shit! Achellia Sugiyono 20 - “Kalau ibu tanya tu di jawab!” Bentak bu Nyoto. “AKU CAPEK!” Teriak Lovina balik, ini pertama kali dalam dua puluh lima tahun hidup gadis itu, dia berani membentak ibunya. Dia bahkan berjalan cepat ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Setelah itu menguncinya. Secara tiba-tiba bahkan Lovina ijin nggak ngantor karena sakit, dan selama tiga hari itu juga dia berusaha menerima keadaan bahwa hubungannya dengan Aryo tak lagi bisa di selamatkan. Selama tiga hari Lovina tidak keluar kamar, hal yang dia lakukan hanya stalking story IG si Aryo dan mendapati fakta bahwa dia memajang foto prewedding dengan Ningsih, teman Fat Shit! Achellia Sugiyono 21S SMAnya yang beda kelas dengannya. Memang tak kenal dekat, namun Lovina tahu siapa Ningsih. “Jadi ini semua soal fisik?” Itu yang ada di benak Lovina. “Gue juga bisa lebih cantik dari Ningsih!!” Kata-kata itu di cetak tebal di kepala Lovina hingga membuatnya buta dan irasional. Dia menghentikan aktifitas memasukan apapun kedalam perutnya selain air putih. Bahkan dalam tiga hari itu Lovina membeli berbagai barang-barang yang bisa membuatnya cantik dengan sisa uang tabungannya yang mati- matian dia simpan. Hair drayer, alat catok rambut, make up, segala macam obat pelangsing mulai dari yang berbentuk teh hingga kapsul, bahkan korset. Fat Shit! Achellia Sugiyono 22 - Akhirnya di hari ke tiga dia tumbang dan terdampar di rumahsakit seperti sekarang ini dengan diagnosa mengalami tukak lambung dan harus di rawat karena dehidrasi parah. Ini hari kedua Lovina di rawat, dan harusnya besok dia sudah bisa kembali ke rumah. Fat Shit! Achellia Sugiyono 23 - Tiga “Pagi...” Sapa seorang dokter ketika masuk ke ruang perawatan Lovina. Dia sangat beruntung karena_ kantornya memberikan fasilitas kamar kelas satu untuk rawat inapnya. Meski begitu sistemnya reimburse, jadi Lovina harus membayar dengan uangnya_ sendiri sebelum akhirnya di ganti oleh kantor. “Pagi Dok.” Wajah Lovina bersemu merah saat sang dokter mendekat kearahnya. Fat Shit! Achellia Sugiyono 24 - “Gimana, udah lebih mendingan?” Tanya sang dokter lagi sambil memasang stetoskop untuk memeriksa denyut nadi Lovina. “Saya periksa dulu ya.” Sang dokter mulai dengan mengukur denyut nadi, kemudian kelopak mata Lovina dan meminta gadis itu menjulurkan lidahnya. “Sepertinya semakin baik.” Senyum manis dokter Rey membuat Lovina benar-benar mabuk kepayang. Bahkan jika di minta lebih lama tinggal di rumahsakit atau jadi relawan penelitian beliau, Lovina akan melakukannya dengan sukarela. Dokter Rey melipat tangannya di dada kemudian menatap Lovina. “Sebegitu pengennya Fat Shit! Achellia Sugiyono 25 - kamu kurus?” Pertanyaan dokter Rey sontak membuat Lovina menunduk malu. “Saya dengar dari ibu dan adik kamu, mereka juga bawa obat-obat pelangsing yang dijual bebas bahkan tanpa teregister di BPOM.” Tutur dokter Rey lagi. “Saya yakin kamu cerdas sekali, dan kamu gelap mata karena satu alasan, mungkin...” Dokter Rey mengkoreksi, dia tak ingin terkesan sok tahu dengan masalah pasiennya. Lovina masih menyimpan wajahnya, tak berani membalas tatapan sang dokter. “Secara medis ada cara yang lebih aman untuk mengurangi berat badan kamu, bukan untuk estetika semata, tapi lebih kepada Fat Shit! Achellia Sugiyono 26 - kesehatan kamu.” Dokter Rey meminta catatan yang dibawa oleh perawat yang _bertugas menemaninya vistasi pada pasien pagi ini. “Hasil lab darah kamu semuanya masih baik, mungkin karena usia kamu masih muda, tapi bukan berarti memiliki tubuh besar itu jelek.” Dokter Rey mengembalikan catatan pada perawat. “Nanti taruh aja di ruangan saya sus.” Perintah dokter Rey dan perawat itu meninggalkan mereka setelah berpamitan. Dokter mudah bernama Reymond Priambodo itu menarik kursi dan duduk dengan satu kaki bertumpu pada lutut kaki lainnya. Dia melipat tangannya di dada, berusaha terlihat santai mengobrol dengan Lovina. Fat Shit! Achellia Sugiyono 27 - “Kamu merasa diri kamu jelek?” Tanya dokter Rey, Lovina yang tadinya tertunduk mendadak menatapnya, kemudian mengangguk pelan. “Ok, ...” Dokter Ray mengangguk. “Kamu merasa kegemukan kamu yang membuat kamu jelek?” Lanjutnya, dan sekali lagi Lovina mengangguk. “Saya melihat kamu bukan hanya soal medis, tapi lebih pada psikologis.” Ujarnya. “Bukan ranah saya untuk menangani kondisi psikologi pasien tapi saya bisa kasih kamu rekomendasi untuk mendapatkan penanganan dari sisi psikologi, selain itu kamu juga bisa mendapatkan bantuan dari ahli gizi untuk Fat Shit! Achellia Sugiyono 28 - membantu program diet yang sehat.” Dokter Rey memberikan penawaran yang sangat bagus. “Biayanya mahal ya dok?” Itu kalimat pertama yang keluar dari bibir Lovina, dan membuat senyum mengembang di wajah dokter Rey. “Sakit lebih mahal.” Dokter Rey memberikan jawabannya. “Sebenarnya yang pengen saya tekankan ke kamu adalalah hidup sehatnya, kalau soal bentuk tubuh, saya rasa itu bukan sesuatu yang harus membuat kamu sampai depresi atau frustasi.” Lovina menelan ludah. “Iya dok.” Meski mulutnya mengiyakan, namun hatinye menolak keras. Begitu banyak orang yang membuat Fat Shit! Achellia Sugiyono 29 - standard kecantikan adalah kulit putih, rambut panjang, kaki jenjang, pinggang kecil, dilengkapi dengan berbagai barang branded yang melekat di tubuhnya. “Saya punya temen psikolog, kamu bisa hubungi dia kalau kamu butuh bantuan lebih lanjut secara psikologi. Sedangkan untuk penyakit yang kamu alami bisa diselesaikan dengan obat-obatan yang kami berikan.” Tutup dokter Rey. Fat Shit! Achellia Sugiyono 30 - Empat Kembali dari rumahsakit, Lovi yang masih lemah memilih untuk hanya istirahat sehari di rumah kemudian berangkat kerja. Disemprot atasan, sudah pasti. Dia bekerja di bagian yang cukup krusial di kantor, dan tidak bisa cuti mendadak, namun cuti mendadak Lovina dimaafkan karena disusul dengan berita bahwa dia harus opname di rumahsakit. Fat Shit! Achellia Sugiyono a1 “Gimana udah sembuh?” Tanya mba Rani, primpinan produksi di kantor redaksi majalah khusus perempuan, tempat Lovi bekerja. “Sudah mba.” Mba Rani mengangkat alisnya. “Udah beneran bisa kerja?” Tanyanya memastikan, untuk kedua kalinya. “Bisa mba.” Angguk Lovina yang mendekap setumpukan kertas berisi pekerjaan baginya. “Temen gue pernah mati karena anoreksia, dan gue nggak pengen lo jadi kenalan gue yang kedua, yang mati karena anoreksia, paham?!” Mba Rani berbisik namun dengan penuh Fat Shit! Achellia Sugiyono 32 - penekanan terutama ketika dia mengucapkan kata “anoreksia.” Apa itu anoreksia? Anoreksia adalah gangguan makan pada_ seseorang yang mengakibatkan masalah kompleks terkait dengan psikologi, sosiologi dan juga fisiologikal penderitanya. Gangguan ini membuat penderitanya merasa bersalah ketika mengkonsumsi makanan sehingga ingin selalu terlihat kurus. Gangguan ini bisa berujung pada kematian jika tidak segera ditangani. Lovi kembali ke kubikelnya dan langsung membenamkan diri dengan pekerjaannya. Dirinya merasa benar-benar aman ketika duduk sendiri di depan computer, tidak ada orang yang melihatnya secara fisik hingga bisa semena- Fat Shit! Achellia Sugiyono 330 - mena mengatakan hal-hal yang tak jarang menghancurkan hatinya. Body shaming, yang sedang mencoba diperangi banyak wanita dengan berbagai campaign tampaknya tidak terlalu berdampak. Masih ada orang yang kadang secara sengaja mengatakan. “Gila, itu badan apa kulkas sih?!” “Ttu lengen atau tales bogor, gede amat.” Atau mungkin soal warna rambut, bentuk gigi, warna kulit, bentuk rambut dan lain-lainnya. Lovi adalah penikmat body shaming yang dilakukan bahkan oleh orang-orang terdekatnya, termasuk ibu dan adiknya. Mengapa penikmat? Dia tidak sengaja menikmati semuanya, tapi ya itulah yang terjadi padanya hingga tak ada pilihan lainnya selain diam. Kalaupun dia Fat Shit! Achellia Sugiyono 34 - membela diri, orang akan berkata “Nggak ngaca ya situ?” dan ujung-ujungnya, Lovi lagi yang akan terluka. 2K Sekitar pukul tiga sore seorang pria datang ke kantor mereka, padahal mayoritas karyawan bahkan hampir keseluruhan karyawan di redaksi majalah itu adalah wanita, selain petugas keamanan. Group chatt haha hihi yang dibuat oleh salah satu karyawan tanpa sepengetahuan mba Rani mendadak ramai. “Mba Rani di samperin brondong.” Tulis Neti. “Brondong? Emotikon mata lebar” Balas Wulan. Fat Shit! Achellia Sugiyono 35 - “Bajunya kotak-kotak celana jeans. ”Balas Lala. “Lovin, lo paling deket sama ruangan mba Rani, bisa ambil foto nggak muka cowo itu?” Timpal Nayya. Lovi mengetik... Sampai dua menit kemudian Lovi masih mengetik... Tiga menit sampai lima menit Lovi masih mengetik... Rupanya pria itu naik ke lantai dua untuk bertemu dengan Lovina. Petugas keamanan sudah bertanya pada mba Rani soal ijinnya dan benar, mba Rani memberikan ijin karena si pria Fat Shit! Achellia Sugiyono 36 - mengaku sebagai dokter yang merawat Lovina pada saat dia sakit. Mba Rani mengamati dari jauh saat Lovina dan pria itu duduk berseberangan di sofa yang sudah disiapkan untuk menerima tamu di lantai dua. “Dokter Rey kenapa ke sini?” Tanya Lovina bingung. Sementara geng jangkrik sedang menunggu balasan dari Lovina, ternyata wanita itu sempat mengetik kata “tunggu” dan tak di lanjutkan, jadi statusnya terus mengetik, sementara dia menerima tamu istimewa yang tak terduga-duga itu. “Saya dapat nomor telepon kamu dari kontak pasien di rumahsakit, sebenernya nggak Fat Shit! Achellia Sugiyono Via boleh sih minta nomor kontak pasien, tapi saya sedikit maksa.” Ujar Dokter Rey. “Ada masalah dok?” Tanya Lovi bingung. “Saya kebetulan lewat daerah sini aja terus mampir.” Alis Lovi berkerut. “Cuma itu?” “Tya.” Angguknya. Lovina menggaruk belakang lehernya, sedikit bingung dengan sikap dokter Rey. Bagaimana tidak, jika dilihat dari perawakannya, Dokter Rey adalah dokter muda yang tampan dan sudah barang tentu mapan. Dia juga pasti memiliki dunia sosial yang begitu baik sehingga tidak perlu repot-repot berkunjung pada pasien yang bahkan sudah keluar dari rumahsakit. Fat Shit! Achellia Sugiyono 38 - “Ini kan jam makan siang, saya pengen ngajak kamu makan.” Ujar Dokter Rey, sontak membuat mata Lovi membulat. “Tapi saya...” “Diet?” Alis dokter Rey naik pada ujungnya. “Bukan, Cuma lagi ngurangin makan.” “Temen saya punya restoran healthy food, kita bisa coba menunya untuk referensi diet sehat kamu.” Lovina mempertimbangkan beberapa saat. “Maaf dokter Rey, saya nggak ada budget untuk diet yang mahal.” Dokter Rey terkekeh. “Saya kan bilang kalau saya yang ngajak kamu makan, jadi jangan Fat Shit! Achellia Sugiyono 39 - mikir kalau saya minta ditraktir sama kamu. Saya yang bayar.” Lovina tersenyum malu. “Yuk, bisa kan kamu off di jam makan siang?” “Bisa.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 40 - Lima Semua mata menatap ke arah dokter Reymond yang tampak santai melintas dari lantai dua menuju lantai satu sementara Lovina jelas-jelas tertunduk tak berani menatap mata mereka yang seolah berteriak “PENGHIANAT” padanya. Bagaimana tidak, delapan puluh persen dari para wanita itu adalah jomblowati yang sedang haus menemukan pasangan dengan kualitas tinggi dan juga tampan rupa juga mapan secara materi. Fat Shit! Achellia Sugiyono a Lovina yang justru secara penampilan paling tidak direkomendasikan dibandingkan mereka yang senang oberdandan dan mempercantik diri justru berjalan melenggan di tengah ruangan dengan seorang pria rupawan. Wajah mereka semua pucat dengan tatapan sulit menerima keadaan saat Lovina tersenyum pasrah dibawah tatapan tidak terima mereka, dan masuk ke dalam mobil si dokter ganteng, bahkan dengan perlakukan spesial karena Dokter Rey membukakan pintu mobil untuknya. “Udah lama kerja di situ?” Tanya Dokter Rey sembari sibuk mengarahkan kemudi mobil yang mereka tumpangi keluar dari area parkir di sekitar gedung. “Lumayan.” Jawab Lovina. Fat Shit! Achellia Sugiyono 42 - “Berapa tahun?” “Lima tahunan kalau sama magang.” “Oh jadi kamu pernah magang di situ, terus begitu lulus kuliah kerja di situ juga?” “lya.” Percakapan mengalir begitu saja, meski di dominasi oleh dokter Rey yang memberikan pertanyaan tapi itu cukup nyaman bagi Lovina yang pada dasarnya memiliki sifat introvert. Sesampai di sebuah restoran yang tak terlalu besar dokter Rey dihampiri oleh seorang perempuan. “Hai Rey, akhirnya dateng juga lo.” Sapa perempuan itu ramah. Fat Shit! Achellia Sugiyono 4a - “Hai Lu...” Dokter Rey membalas pelukannya singkat di depan Lovina. “Hei...” Lulu menoleh ke arah Lovina dengan tatapan bingung, karena Rey mengajak seseorang yang tak dia kenal sama sekali. “Kenalin ini Lovina.” Ujar Rey memperkenalkan Lovina yang berdiri di sebelahnya, dengan sopan Lovina mengulurkan tangan dan Lulu menjabatnya singkat. “Ok, menu di meja ya. Gue sapa tamu lainnya.” Ujar Lulu meninggalkan mereka. Rey tersenyum singkat sebelum akhirnya mengajak Lovi duduk dan memesan makanan. Sebagai seorang introvert perasaan Lovina cukup peka, tatapan Lulu tadi dan juga sikapnya Fat Shit! Achellia Sugiyono 44 - menimbulkan tanda tanya besar di dalam kepalanya. Mengapa Lulu terlihat tidak terlalu senang menerima kehadirannya sementara Rey sebaliknya, dia begitu santai menghadapi sikap Lulu yang demikian. Setelah memesan, sekitar sepuluh menit kemudian menu yang mereka pesan datang. “Dia Lulu, pemilik restoran ini, temen saya.” Ujar Rey sambil bersiap menikmati makanannya. “Oh...” Lovina menoleh ke arah Lulu dan wanita itu tampak sibuk menyapa pelanggan lain di meja yang tak jauh dari tempanya duduk. “Dia teman.” Tutur dokter Rey yang membuat Lovi mendadak fokus padanya. Ada Fat Shit! Achellia Sugiyono 45 - alasan mengapa dokter Rey mendekati dirinya, dan itu yang mengganjal di hati Lovina. Kepekaan yang kadang membuatnya menjadi insecure. “Dokter, sebelum saya makan. Boleh saya tahu alasan dokter menemui saya, be honest pelase.”” Dokter Rey tersenyum. “Karena kamu pasien saya dan kita sudah akrab sejak kamu dirawat di rumah sakit, di bawah pengawasan saya.” “Ttu hanya tiga hari, dan buat saya nggak make sense alasannya itu.” Dokter Rey melipat tangannya di atas meja kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan. Fat Shit! Achellia Sugiyono 46 - “Kalau saya bilang saya pengen aja, kamu marah nggak?” Lovina menghela nafas dalam. “Marah sih enggak, cuman bingung.” “Lovina, kamu merasa kamu tidak pantas dicintai dan diperhatikan. Dan setiap kali ada orang yang memberikan itu, entah tulus atau tidak kamu akan mengeneralisir mereka bahwa at the end of the day, you will be hurt. Am I right?” “Yes.” Angguk Lovina. “Anda terlihat lebih seperti psikiater daripada dokter spesialis penyakit dalam.” Lovi memberikan penilaian. “Penyakit dalam itu bisa secara fisik juga secara psikis, orang bilang kalau sakit hati itu Fat Shit! Achellia Sugiyono ae berat, dan entah kamu percaya atau tidak, bahwa semua penyakit fisik itu memiliki korelasi dengan pikiran. Semua yang terjadi dalam tubuh kita itu dikendalikan dari pikiran.” Lovina menelan ludah.”Saya mungkin pasien ke sekian ribu yang dokter tangani dalam setahun terakhir, but why me?” “I don’t know.” Geleng Dokter Rey. “Bahkan saya sendiri bertanya-tanya, kenapa saya sangat antusias dengan kasus kamu setelah kamu datang ke rumahsakit dalam kondisi sekarat karena obat pelangsing abal-abal.” Dokter Rey tersenyum. “Itu§ menggelikan awalnya, tapi setelah saya ngobrol sama kamu di hari kedua, saat kamu bilang bahwa kamu putus Fat Shit! Achellia Sugiyono 48 - bla bla bla, saya merasa ada yang salah dengan pikiran kamu.” Terang dokter Rey panjang lebar. “Yang salah adalah pikiran saya?” Lovina menekuk pangkal alisnya. “Yep.” Angguk Rey. “Bagaimana dengan si pembuat stigma, sedangkan jumlah bereka begitu besar di luar sana tanpa ada yang bisa mengontrol itu. Ketika seorang wanita keluar dari rumah dengan celana jeans ukuran xxxxl dan pakaian yang menurutnya nyaman, ada saja yang mengatakan bahwa gadis itu tidak sadar bentuk tubuhnya. Atau apapun itu, yang jelas mengapa seseorang kemudian menjadi insecure adalah bullying yang terjadi di luar sana.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 49 - Dokter Rey tersenyum. “Justru itu, kamu nggak bisa membungkam mulut orang satu persatu tapi saya tahu kamu punya kemampuan untuk itu.” “Hah?” Alis Lovina menekuk semakin dalam. “Kamu bekerja di media, dan kamu bisa mempublikasikan dan menyuarakan hal-hal baik, tidak untuk menutup mulut banyak orang, tapi untuk meng- educate mereka bahwa body shaming itu nyata dan pengaruhnya sangat luar biasa bagi korbannya. Body shaming bisa menimbulkan perasaan tidak dicintai, merasa tidak cantik, merasa tidak di inginkan, merasa diri buruk dan itu bisa membuat orang-orang dengan pikiran sempit memilih _ prilaku Fat Shit! Achellia Sugiyono 50 - menyimpang termasuk bulimia, hingga mengakibatkan anoreksia.” “Tapi aku juga pengen cantik.” Kalimat Lovina itu membuat dokter Rey membuka matanya lebih lebar. “Kamu bisa melakukan itu, banyak cara dan tindakan medis, olahraga, atur pola makan dan jaga pikiran, kamu bisa melakukannya.” “Semua butuh uang, dan sayangnya kami- kami yang bertubuh tambun seperti ini adalah orang-orang yang menyukuri nikmat Tuhan berupa makanan enak yang murah tapi jumlahnya banyak.” Dokter Rey tersenyum.”Ini loh alasan saya kenapa pengen ketemu kamu.” Ujarnya, Fat Shit! Achellia Sugiyono Si membuat ekspresi kebingungan kembali terlihat di wajah Lovina. “Ini?” Dokter Rey mengangguk. "Kamu yang berbicara apa adanya kadang nggak berdasar dan bisa dibilang sembrono tapi itu realistis sekali. Dan nggak tahu kenapa setiap kali kita ngomong selalu seolah-olah kita berdiri di dua kubu berbeda tapi itu bikin saya kangen ngobrol sama kamu.” Lovina segera mengambil gelas_ di depannya dan menghabiskan isinya. Dia benar- benar tidak pernah siap mendengar kalimat itu dari seorang dokter muda nan rupawan di hadapannya. Fat Shit! Achellia Sugiyono 52 - Tak berapa lama seorang gadis cantik lain muncul, dengan rambut panjang yang di buat bergelombang bagian bawahnya, kulitnya putih, bening, senyumnya merona sempurna di balik bibir tebal nan merah segar, bulumata panjang berhiaskan mascara yang membuatnya paripurna. “Hai sayang...” Sapa wanita itu pada dokter Rey. “Hai sayang, kenalin, ini Lovina yang aku bilang ke kamu.” “Oh... halo...” Wanita berkemeja putih dengan celana bahan berwarna nude itu mengulurkan tangannya pada Lovina yang tampak masih tidak bisa membaca situasi. Fat Shit! Achellia Sugiyono 53 - “Aku Tatjana, tunangannya Rey.” Ujar wanita itu memperkenalkan diri. “Rey cerita sama aku kalau ada temennya yang butuh konsultasi soal obes dan krisis kepercayaan diri.” Terangnya, membuat mata Lovina melebar pada akhirnya. “Oh...” Dia tidak banyak berkomentar, karena pada dasarnya meskipun Lovina merasa dirinya adalah itik burukrupa, tapi hatinya begitu cantik hingga dia tidak tega menolak apa yang ada di hadapannya sekarang ini. “Aku bisa juga hypnotherapy jadi kamu bisa menerima diri kamu, dan menjadi kamu yang lebih bersyukur dan menerima diri kamu yang luar biasa ini, kemudian merubah pola hidup menjadi lebih sehat.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 54 - Lovina tersenyum _ sekilas, meski tampaknya Rey menangkap ketidaknyamanan itu. “Karena aku baru buka praktek di daerah sekitar sini, jadi kamu akan jadi orang pertama yang melakukan terapi di klinik aku.” Ujar Sasya. “Em... kalau siang ini karena hanya waktu makan siang mungkin nggak terlalu ok, gimana kalau nanti aku hubungin mba Tatjana aja untuk atur jadwal ulang.” Tatjana sedikit shock dengan penolakan halus Lovina. “Oh gitu... nggak papa, ini kartu nama aku.” Ujarnya sambil menyodorkan selembar kartu kecil bertuliskan namanya, dan Fat Shit! Achellia Sugiyono 55 - juga nama klinik dan kontak yang bisa di hubungi. “Aku pamit ya, makasih traktirannya.” Lovina tampak terburu mengemasi tasnya dan juga ponsel kemudian pergi dari hadapan mereka berdua. Dia menstop taksi dan segera kembali ke kantornya sementara obrolan terjadi antara Rey dan juga Sasya. “Kamu nggak maksa dia dateng kan sayang?” Tanya Tatjana dengan tatapan prihatin, melihat Lovina berlalu dari hadapan mereka. “Aku jemput ke kantornya sih, lagian kan kamu bilang butuh orang cepet.” Jawab Rey. “Tya sih, tapi jadi ngrasa bersalah.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 56 - “Sebenernya yang rugi dia kalau nggak nerima tawaran kamu konsul.” Rey menghela nafas dalam kemudian menyesap minuman dari cangkirnya. “Ya udah, nanti aku kontak kenalan- kenalan aku juga deh, beberapa pasienku mungkin udah bisa mulai konsul lagi bulan depan.” “Ok” Sementara itu di dalam taksi, Lovina tampak berkaca. Dia tak tahu bahwa dirinya adalah objeck bagi Rey dan juga tunangannya. Bahkan Sasya bisa dengan mudah mengatakan bahwa dirinya obes (Obesitas) meskipun pada kenyataanya memang iya. Fat Shit! Achellia Sugiyono Si. “Lo memang akan selalu menjadi lucu- lucuan buat hidup orang lain Lov.” Kata-kata itu bergema di dalam benak Lovina hingga gumpalan tak terlihat yang menyumbat tenggorokannya terasa semakin besar dan membuatnya sulit bernafas. Fat Shit! Achellia Sugiyono 58 - Enam “Lo nggak balik Lov?” Tanya Dewi, salah satu temannya yang tinggal tak begitu jauh dari rumah Lovina. Dia sengaja mampir petang itu untuk mencari teman bicara. “Males gue balik.” “Kenapa lagi sih lo?” Tanya Dewi sembari menyuguhkan secangkir teh panas. “Pakai gula ya?” Tanya Lovina sembari memandangi Dewi. Fat Shit! Achellia Sugiyono 59 - “Tya,... Cuman dua sendok kok.” Jawab Dewi santai. “Gue lagi ngurangin gula, gluten, dan lain- lainnya.” Dewi tergelak. “Ngapa lo,...tiba-tiba diet, ntar nyemplung rumahsakit lagi baru tahu rasa.” Selorohnya. “Gue capek jadi orang jelek Wi...” Jawab Lovina, jawabannya benar-benar dari dalam hati. Dewi mendekat ke arah Lovina dan mengusap pundaknya. “Lo jelek, tapi lo nggak jahat Lov...” “Who’s care Wi...” Jawab Lovina frustasi. “Jaman sekarang orang lihat fisik, kalau nggak Fat Shit! Achellia Sugiyono 60 - cakep, boro-boro mau lihat ketulusan hati Wi...” Imbuhnya. “Jadi lo mau?” Dewi mempertanyakan niat Lovina. “Gue mau cakep, udah itu aja.” “Pasti ada orang yang bisa nerima lo apa adanya Lov.” “Dan sayangnya gue belum pernah menemukan orang itu.” “Gue?” Lovina menatap Dewi...” Thanks ya Wi, Cuman lo yang bisa memahami gue.” Dewi mengangguk. “Saran gue, mungkin nggak ada salanya lo temuin tunangan si dokter itu buat konsultasi.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 61 - “Ogah ah...” “Ya ngapain lo mikirin si dokter ganteng tapi brengsek itu, lo kan cuman butuh bantuan psikis untuk bisa merubah pola pikir lo.” “Gue pengen berusaha sendiri sebisa gue, terus gue ngumpulin duit, cari kerjaan di Bali yang jauh dari nyokap, biar gue bisa hidup bebas.” “Why Bali?” “Disana tu orang-orang terbiasa hidup bersisihan dengan para turis, dan pola pikir mereka sangat open minded, tapi mereka juga bisa tetap mempertahankan culture mereka dan itu keren menurut gue.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 62 - “Ya siapa tahu lo bisa dapetin bule di sana yang bisa menerima lo apa adanya.” “Gue malah udah capek punya hubungan dan berharap terlalu banyak Dew.” “Lov, apapun yang lo lakuin gue akan support, karena gue tahu lo orang baik. Tuhan pasti kasih jalan hidup yang baik buat lo.” Pertemuan malam itu dengan Dewi begitu melegakan hati Lovina. Sesampai di rumah dia bertemu dengan ibunya, dan entah mengapa ibunya tampak melunak. “Udah makan belum kamu?” Tanya sang ibu. “Udah Ma” Jawab Lovina sembari menuju kamarnya. Fat Shit! Achellia Sugiyono 63 - “Mama masak sop iga buat kamu.” Lovina menoleh. “Maaf, Lovina nggak makan malam ma.” Jawab Lovina. “Mama minta maaf.” Ujar sang ibu mengekor Lovina masuk ke dalam kamarnya. “Lovi yang minta maaf, Lovi bisanya nyusahin mama terus.” Lovina menatap ibunya. “Mama terlalu keras sama kamu selama ini.” Ujar sang ibu penuh sesal. Namun bag api yang sudah terlanjur padam karena tersiran air, cukup sulit menyalakannya kembali. Mereka tampak kikuk satu sama lain. Selama ini bu Nyoto menjalani hidup yang sulit hingga membuatnya menjadi pribadi yang hambar sebagai seorang ibu, dan Lovina Fat Shit! Achellia Sugiyono 64 - terlanjur terluka begitu dalam hingga membuat hatinya getir. Tak banyak ruang untuk kata sayang dalam benak masing-masing. “Lovi mau mandi terus istirahat.” “Ya...” Sang ibu keluar dari kamar Lovi sementara gadis itu memilih untuk duduk dan memeluk lututnya. Entah bagaimana harus mengungkapkan keinginannya pindah ke Bali dan menjalani hidup bebas “penghakiman” Fat Shit! Achellia Sugiyono 65 - Tuyuh -Tiga Bulan Kemudian- Seminggu pertama setelah memutuskan untuk mengubah gaya hidup, Lovina merasa hidupnya berpindah ke Neraka. Dia tidak merasakan kenikmatan apapun, makan tanpa garam, tanpa gula, tidak minum kopi, tidak menikmati bubur ayam yang biasa dia lahap untuk sarapan, sate, mie ayam, bakso, nasi padang yang rasanya selalu bagaikan potongan surga jatuh ke bumi. Fat Shit! Achellia Sugiyono 66 - Setelah mengalami celaan, juga judgment dari adik dan ibunya sendiri soal usahanya merubah penampilan. Juga dari orang-orang yang heran melihatnya lari pagi dengan bobot tubuh sedemikian besar. Namun setelah tiga bulan yang dia lewati, akhirnya Lovina merasakan ada perubahan dan pencapaian, meski tubuhnya over threatment dan merasa selalu kelelahan. ook “Lo baik-baik aja?” Tanya mba Rani dengan wajah masam. “Tya mba.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 67 - “Kerjaan lo ngaco semua Lov, dan gue perhatiin kinerja lo turun bagnet. Lo juga balik on time belakangan, sering ketiduran di kantor.” Lovina menelan ludah, bagaimana tidak, mba Rani membeberkan semua fakta dan kebenaran itu di hadapan wajahnya. “Lo itu udah kaya mumi tahu?” Mba Rani tampak menaikkan satu tone nada suaranya. “Maaf mba.” “Sorry Lov, gue sudah memperingatkan lo minggu lalu dan minggu ini justru kinerja lo makin anjlok, padahal gue berharap banyak sama ” lo Lovina yang memang sudah memikirkan keputusannya “Saya mau resign mba.” Ujar Fat Shit! Achellia Sugiyono 68 - Lovina mendadak, membuat Rani _terheran- heran. Padahal begitu sulitnya bagi Rani untuk mengatakan bahwa dia akan mengakhiri hubungan kerja dengan karyawannya itu, namun Lovina ternyata melepas pekerjaannya lebih dulu. “Gue marah bukan berarti gue pengen pecat lo.” Rani menjawab setelah mempertimbangkan beberapa saat. Kehilangan Lovina secepat ini juga menjadi boomerang baginya. “Saya sudah mempertimbangkan ini sejak beberapa waktu lalu mba. Dan saya rasa mungkin sudah waktunya ada orang yang lebih bisa mengerjakan pekerjaan saya dibandingkan saya.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 69 - “Lo mau balas dendam sama gue karena omelan gue minggu lalu?” Tanya Rani. “Enggak mba, sama sekali enggak.” Rani menghela nafas dalam, memang dia membutuhkan Lovina, dia pikir dengan digertak, Lov akan memperbaiki kinerjanya yang menurun, nyatanya tidak. Dia justru resign. Lovina pamit undur diri, dan Rani meminta formalitas pengunduran diri Lovina berupa surat tertulis. Lov bahkan sudah menyiapkannya sejak minggu lalu. sete “Neti, lu kira-kira dong kalau pesen makanan, ya ampun ...” Protes Wulan. Fat Shit! Achellia Sugiyono 70 - “Ya kenape, si Lovi aja santai yang bayarin nape lu yang repot sih Lan.” Jawan Neti santai. Sementara yang lain sedang sibuk menulis pesanan, Lovina tampak menikmati keriuhan teman-teman cerewetnya itu. “Weis,... habis dari ruangan mba Rani langsung traktir kita-kita, kenapa nih lo, dapet bonus?” Seloroh Neti setelah memesan bakso kuah dengan tambahan rujak dan juga es kelapa muda. “Lo resign?!” Pekik Lala tak percaya. “Jadi ini traktiran perpisahan lo?!” Neti menimpali dengan wajah sedih yang dia buat- buat. Fat Shit! Achellia Sugiyono qe “Yah, jangan sedih gitu dong, gue juga ikutan seih ni.” Jawab Wulan. “Gue sedih, kenapa si Lovi cuman traktir kita di kantin, kan harusnya kita bisa makan di restoran all you can eat gitu.” Lovina terkikik. “Gue sengaja ngasih tahunya belakangan, soalnya kalau di depan gue tahu pasti si Neti minta yang aneh-aneh.” “Terus lo mau kerja di mana Lov?” “Gue dapat tawaran di salah satu resort di Bali.” “Anjirmr...!!!? Lala melongo menatap Lovina. “Lo mau tinggal di Bali?” “Tya.” Angguk Lovina. Fat Shit! Achellia Sugiyono 72 - “Oh jadi lo diet mati-matian karena mau kerja di Bali, lo pengen gaet cowo-cowo bule gitu ya...” Otak Neti memang kurang setengah sendok di bandingkan dengan otak manusia pada umumnya, hingga arah obrolannya terkadang menjadi begitu random. “Enggak lah... kan kata Wulan no man no cry.” Tukas Lovina. “Wishing you the best ya Lov...” Wulan tiba-tiba meluk Lovina dan suasana menjadi sedikit mengharu biru. Fat Shit! Achellia Sugiyono 73 Delapan Lovina mengingat sebuah pesan yang dia tulis di buku catatannya, “sebuah perjalanan membuat perubahan. ” Bertahan terkadang terlihat mudah, tapi justru itu yang mematikan. Bertahan di tempat yang terlihat subur padahal akar-akar kita membusuk karena terlalu banyak air. Terkadang memilih meninggalkan adalah sebuah perjuangan mengalahkan diri sendiri untuk menemukan kehidupan. Fat Shit! Achellia Sugiyono 74 - Dia menulis itu setelah tak sengaja bertemu dengan teman lamanya, Casandra yang sempat tinggal di LA dan bekerja untuk perusahaan yang cukup bergengsi di sana tapi memilih kembali ke Indonesia dan bekerja di Bali. Ini seperti mimpi yang tiba-tiba menjadi nyata dalam sebuah ketidaksengajaan yang terlihat di sengaja oleh Tuhan. Dan banyak orang pasti pernah mengalaminya. Hari itu dia hanya menjalankan rutinitas berbelanja kebutuhan sehari-hari di sebuah pusat perbelanjaan untuk satu bulan. Saat dia sedang memilih-milih produk dari berbagai pabrikan yang di pajang rapi di etalase-etalase tiba-tiba pundaknya di tepuk oleh seseorang dan itu temannya, Casandra. Fat Shit! Achellia Sugiyono 752. “Lov...” Sapanya. Lovina sempat tidak mengenali karena Casandra terlihat begitu putih, dengan rambut blonde dan juga gaya berpakaian yang tak lagi dia kenali. Saat SMA, Cassy, sapaan akrab gadis berwajah Indo German itu begitu polos meski dengan mata coklat tapi rambutnya hitam legam, dan kulitnya pun tak seputih sekarang. Penampilannya begitu sederhana hingga banyak yang menganggapnya “cupu”, atau “culun” “Cassy cupu.” Dia memperkenalkan diri. “Hah... serius?” Lovina tak percaya. Bagaimana tidak mereka adalah geng ulat bulu, yang dianggap tak terlalu popular juga tak cantik. Tapi Cassy benar-benar sudah menjadi Fat Shit! Achellia Sugiyono 76 - kupu-kupu sekarang, sementara Lovina nyaman tinggal di dalam kepompongnya. “Gila lu cantik banget sekarang.” Puji Lovina setelah mereka berpelukan. “Setelah perjuangan panjang yang menyakitkan terbelit dalam kepompong jelek.” Seloroh Cassy ditutup dengan tawa renyah, hingga beberapa orang menoleh ke arah mereka. Setelah berbelanja mereka memutuskan untuk mengobrol di sebuah café tak jauh dari supermarket itu. “Lo bukannya kuliah di LA?” “Tya, atas paksaan bokap.” Jawab Cassy sebelum menyesap kopinya. Fat Shit! Achellia Sugiyono qe “Sempet kerja juga gue disana, sekitar dua tahunan lah.” “Terus sekarang?” “Gue balik ke sini, ke Bali sih lebih tepatnya.” “Serius lo?” “Tya, sejak Agustus tahun lalu lah gue di Bali.” “Kerja?” “Tya, di resort gitu.” ” “Keren banget _lo. Lovina masih memandangi Cassy dengan penuh kekaguman. “Kenapa lo tinggalin kerjaan lo di LA?” Fat Shit! Achellia Sugiyono 78 - Cassy mengerucutkan bibirnya sekilas. “Em...Buat gue, hidup itu pilihan. LA was good, but good is not enough.” “Maksud lo?” “Gue butuh something best, not only good.” “Bukannya nggak ada yang sempurna di dunia ini Cass?” “Gini loh Lov, gue tu kan dari dulu pemikirannya sering beda sama orang-orang. Dan gue merasa, kalau ini hidup gue, jadi gue yang bisa memutuskan apa yang baik buat hidup gue. Capek tahu ngikutin ekspektasi orang terus, even itu our parents.” “Gue setuju tu sama lo.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 19. “Kan emang kita tu para ulet bulu, gue, elo, Santi sama Lola tu satu pemikiran dari dulu. Udah jeleknya sama, gendutnya sama, terus pikirannya sama pula.” Kekeh Casandra. “Tapi lo beneran udah jadi kupu-kupu sih sekarang.” Lovina ikut terkekeh. “By the way, kalau ada referensi kerjaan di Bali dong. Gue juga pengen melawan arus tapi belum nemu batu pijakan yang bener.” “Oh, kebetulan banget temen gue George lagi bangun resort juga di Bali, dan lumayan gede sih di bandingkan resort tempat gue kerja. Nah dia lagi butuh orang tu buat bisa handle.” “Kenapa nggak lo aja coba kerja sama George?” Fat Shit! Achellia Sugiyono 80 - “Because...1 work with my boy friend, Daniel in his resort.” “Oh I see...” Angguk Lovina, “Jadi lo kerja sama cowo lo di resort dia?” “Exactly.” “Tapi gue belum pernah kerja sama bule sih, J have no idea.” “Santai aja, George itu orangnya baik. Dia juga humble walaupun harta bapaknya banyak banget.” Seloroh Cassy. “Gue harus kirim CV dulu ke elo ya.” “Yap. Ke email aku aja. Nanti aku watsapp ya.” Ujar Casandra. “Sip.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 81 - Pertemuan hari ini membawa perubahan besar dalam hidup Lovina. Dia benar-benar memilih untuk meninggalkan Jakarta dan hidup di pulau Dewata mengikuti kata hatinya. Meski setelah pertemuan yang menyenangkand engan Casandra, dia harus melakukan percakapan dari lubuk hati yang paling dalam dengan ibunya. Percakapan penuh drama dan air mata. soko Fat Shit! Achellia Sugiyono 82 - Sembilan “Kamu udah bener-bener pengen ninggalin mama?” Tanya sang ibu sembari membantu Lovina berkemas. “Enggak ma, bukan soal ninggalin mama. Lovina merasa ini cara Lovina mencintai diri Lovina sendiri.” “Kamu banyak berubah kak.” Jawab sang ibu. Lovina tersenyum. “Aku cuman pengen bahagia ma.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 83 “Mama ngerti, yang mama belum bisa mengerti, apa dengan jauh dari mama itu cara kamu bahagia.” Lovina menghentikan aktifitasnya, dia menghampiri sang mama kemudian memeluknya. “Aku bisa bawa mama ke Bali, tapi setelah aku sattle down ya ma.” “Kamu yakin bisa kerja sama orang yang kamu aja belum pernah ketemu?” “Dia udah tahu CV aku ma, dan dia sudah kirim kontrak kerjasama yang akan aku tandatangani begitu sampai di Bali.” “Mama khawatir sama kehidupan di Bali yang bebas.” Fat Shit! Achellia Sugiyono B4 - “Mama nggak percaya sama aku?” Lovina menatap ibunya. Ibunya berkaca, bibirnya yang terkunci rapat tampak bergetar hebat. “Aku sayang mama, karena itu aku berusaha mencari kehidupan yang lebih baik ma. Penghasilan di Bali lebih besar, aku bisa sisihin jauh lebih banyak buat mama sama Sasya.” “Ok, kamu jaga diri baik-baik ya kak.” Ujar sang ibu, mereka menyudahi cara berpelukan dan memilih untuk kembali berkemas. “Kamu mau bawa timbangan ini nggak?” Tanya sang mama melihat timbangan tua milik Lovina yang sudah dia miliki sejak SMA. Dan Fat Shit! Achellia Sugiyono 85 - timbangannya tidak pernah dibawah angka delapan puluh. “Em.... Enggak deh ma. Nanti charge karena over bagasi.” “Tya kak. Mama siapin makanan ya, biar kamu bisa bawa buat ngemil di jalan sama pas nunggu pesawat.” “Ma... aku udah mutusin untuk menjalani hidup yang lebih baik, dan itu termasuk soal makanan. Aku bakal kangen masakan mama, tapi mungkin nggak sering-sering.” Perpisahan terjadi sore itu, dengan pesawat sekitar pukul lima. Untuk pertama kali akhirnya Lovina meninggalkan ibunya. Seperti seekor Fat Shit! Achellia Sugiyono 86 - anak anjing yang dilepas tali kungkungannya hingga dia bisa berlari bebas. Lovina tampak sangat bersemangat, mungkin jika dia benar-benar anak anjing dia akan berlari mengibaskan bulu-bulu indahnya. Bukan hanya pergi dari situasi yang dia anggap sudah terlalu toxic, tapi juga dari dirinya sendiri yang sudah terlalu toxic, bahkan untuk dirinya sendiri. Menanggalkan dirinya yang lama, yang penuh ketidakpuasan dan kegetiran karena penghianatan juga merasa menjadi lelucon bagi banyak orang, kini Lovina memutuskan untuk menjalani dirinya seperti nama yang diberikan padanya, penuh cinta. Fat Shit! Achellia Sugiyono Benar kata orang, “Bagaimana orang bisa mencintai kamu, sedangkan kamu sendiri tidak tahu bagaimana untuk mencintai dirimu.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 88 - Sepuluh Dijemput dengan akomodasi milik resort kemudian mendapatkan sebuah pavilion di resort untuk Manager Resort itu. Apa lagi yang kurang? Gaji dibayarkan dalam mata uang dollar yang jika dikonversikan ke rupiah tentu nilainya lebih tinggi. Namun kesialan tampaknya tak benar-benar pergi dari hidup Lovi, karena baru sampai dan di hari pertamanya bekerja dia harus melompat ke kolam renang untuk menyelamatkan seorang Fat Shit! Achellia Sugiyono 89 - bocah yang hampir tenggelam di kolam renang karena tak sengaja terpeleset entah bagaimana tanpa ada orang di sekitarnya, lagipula hal itu terjadi di senja hari. “Thanks.” Ujar seorang pria bule yang tampak begitu khawatir dan memeluk gadis kecil berambut pirang yang usianya kurang lebih sekitar lima atau lima setengah tahun. “You’re welcome. We can go to the hospital to make sure her condition.” Lovi menawarkan untuk memeriksakan kondisi sang anak ke rumahsakit, tapi pria itu terus mendekapnya. “Tt’s ok. I'll take her to the room.’ Fat Shit! Achellia Sugiyono 90 - “Let me help you to take care of her, or if you need anything, feel free to tell me.” “Thank you so much, what you’ve done for me is means so much.” Pria itu membopong bocah berusia lima tahun itu kedalam kamar deluxe yang di sewanya sejak dua hari lalu. Tampaknya dia hanya menginap bersama sang puteri dan seorang pengasuh yang menginap di kamar lain. 2K “Hi,...” Pria itu menghampiri Lovina, pria bule yang puterinya sempat di selamatkan oleh Lovi. “Hi...” Lovina tersenyum ke arahnya. Pria itu mungkin berusia sekitar tiga puluh lima tahun Fat Shit! Achellia Sugiyono oT atau lebih sedikit. Masih tampak begitu muda untuk seorang pria bule dengan badan yang begitu atletis, juga mata biru yang begitu indah dibingkai dengan alis tebal dan bulu mata lentik, hanya saja si bule memiliki rambut coklat tanah, tak seterang sang puteri. Karena jam kerja Lovina sudah berakhir, dia bisa menemui tamu ini dengan santai diluar tanggungjawabnya sebagai manager operasional di resort itu. “Saya Jamie Arthur.” Pria itu memperkenalkan diri. “Lovina.” Fat Shit! Achellia Sugiyono a2] “Ya, aku bisa membaca dari name tag yang kau pakai.” Dia menunjuk ke sebuah pin kecil yang tersemat di seragam Lovina. “Oh ya...”Lovina menoleh ke pin itu dan tersenyum saat menyadarinya. “Kau bekerja sangat keras.” Ujar Jamie. “Ini pekerjaan pertamaku di Bali.” “Sebelumya?” Alis Jamie bertaut. “ Jakarta.” “T see...” Jamie mengangguk. “Jika tidak kerberatan aku ingin mentraktirmu sesuatu.” “Sure, jam kerjaku sudah berakhir.” Ujar Lovina.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 032 Pria itu memesan dua gelas wine pada bartender dan duduk berhadapan dengan pemandangan menghadap ke kolam renang, tempat puterinya hampir tenggelam sore tadi. “Apa alasanmu pindah ke Bali?” Lovina menyesap wine dari gelas yang di pegangnya. “Thanks by the way.” Sebelumnya Lovina sudah membaca banyak hal tentang gaya hidup di bali, termasuk soal wine. Tapi ini untuk kali pertama dia mencicipi minuman semacam ini. “Aku pindah ke Bali untuk menemukan ketenangan.” “Aku juga mengharapkan hal yang sama.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 4 - “Are you?” Alis Lovina _ bertaut, senyumnya tertahan, dan entah mengapa waktu terasa membeku beberapa detik ketika tatapan Jamie terkena sorot lampu yang membuat mata birunya tampak menyala. “Setelah isteriku meninggal, ini liburan pertama yang kulakukan bersama puteriku.” “Sorry... aku tidak bermaksud membahas kehidupan...” “It’s ok.” Jamie tersenyum. “Aku bercerai dengannya dua tahun lalu, dia pindah ke Kanada dengan kekasihnya bersama Chloe, puteri kami. Dan bulan lalu aku mendapat kabar bahwa dia mengalami kecelakaan hingga meninggal. Chloe kembali kepadaku dan aku sedikit kewalahan dengan keberadaannya, meskipun dia puteri Fat Shit! Achellia Sugiyono 95 - kandungku.” Jamie tersenyum getir. “I’m a teribble daddy for her.” “Entah mengapa aku melihat sebaliknya.” Ujar Lovina. “What?” Jamie mempertanyakan maksud kalimat Lovina. “Kau sangat mencintai puterimu, aku melihat sorot mata ketakutan saat kau memeluknya tadi.” “Aku = mencintainya, sangat.” Jamie mengangguk, matanya benar-benar ikut berkata jujur soal itu. “Puterimu akan terbiasa dengan situasi ini, aku berharap kalian bisa melewatinya bersama.” Lovina memberikan semangat. Fat Shit! Achellia Sugiyono 96 - “Aku = mencoba_~= mendekatkan — iri dengannya, setelah beberapa tahun tidak bersama. Adikku menyarankan kami untuk liburan bersama, dan meskipun aku membawa asisten, ternyata itu tidak mudah.” Jujur Jamie mentertawakan dirinya sendiri. “Aku tahu.” “Aku senang bisa bicara denganmu, seems like I just found someone who I can talk to.” Lovina tersenyum. “J love to talk to you Mr. Arthur.” “Can I meet you tomorrow after back from Kintamani.” “Of course.” “Thanks.” Fat Shit! Achellia Sugiyono 97 - “You're welcome.” Jamie meninggalkan Lovina yang masih duduk sendiri di bar. Setelah merasa cukup, akhirnya Lovina berpindah ke pavilion yang disediakan untuk para staf. Semacam mess namun bentuknya jauh lebih baik karena ada dalam lingkungan resort itu juga. Sang pemilik resort benar-benar mempertimbangkan kenyamanan tak hanya bagi para tamu, namun juga bagi para pekerjanya. Beberapa memilih tinggal di pavilion namun beberapa memilih kost diluar resort agar lebih bebas. Lovina duduk di depan cermin setelah mandi, entah mengapa dia merasa wajahnya memerah dan tak kunjung hilang. Fat Shit! Achellia Sugiyono 98 - “Apa gara-gara gue mandi air panas, biasanya mandi air dingin.”’ Gumamnya. Tampak tak ambil pusing, Lovina memilih untuk tidur karena esok dia harus bekerja pagi-pagi. Fat Shit! Achellia Sugiyono oo] Sebelas Lovina melihat si anak bule, puteri kecil Jamie Arthur, bernama Chloe Arthur yang tengah membangkang tak ingin makan sementara sang pengasuh tampak kesulitan membujuk. Lovina mendekat, “Hi sweety...” Sapanya dengan senyum ramah, entah mengapa tiba-tiba Chloe turun dari kursinya dan memeluknya seolah meminta perlindungan dari pengasuhnya. Fat Shit! Achellia Sugiyono ee LOO ee “Chloe come...” Sang pengasuh berusaha menariknya tapi Lovina tersenyum. “It’s ok.” Lovina mengambil piring makanan itu dan mengajak Chloe duduk. “Apa yang ingin kamu makan?” Tanya Lovina. “Donnut.” Jawabnya dengan aksen khas anak-anaknya. “Em... Ok, aku akan mengambilkan untukmu satu.” Lovina kembali ke buffet dan mengambil dua buah donat. “Makanlah, aku akan membantumu menjaga Chloe sementara kamu memakan sarapanmu.” Ujar Lovina pada sang asisten Fat Shit! Achellia Sugiyono eles dalam bahasa Inggris, agar bisa diterima oleh sang asisten. “Thanks.” Jawabnya sumringah, mungkin gadis itu juga sedikit jengkel dengan sikap kanak-kanak Chloe yang lebih sering cranky dibandingkan happy. Dengan telaten Lovina membantu Chloe makan, meski dia jarang sekali berinteraksi dengan anak-anak, tapi pada dasarnya Lovina menyukai anak-anak. Setelah membantu Chloe makan, dan sang pengasuh sudah membawa Chloe kembali ke kamarnya, Lovina kembali dalam kesibukannya sebagai seorang manager oprasional Resort. Berhubung ini bukan high season, resort tidak begitu penuh tapi cukup banyak tamu yang Fat Shit! Achellia Sugiyono eles menginap di resort ini, selain mewah dan fasilitsanya lengkap, resort ini juga mendapat penilaian bintang lima dari para tamu soal keramahan stafnya. 2K Hari ini Lovina menjemput tamu lain ke Bandara, karena untuk setiap tamu VVIP, sang manager tak jarang harus turun tangan sendiri untuk melakukan penjemputan demi pelayanan prima. Baru saja kembali ke hotel dan bersiap untuk memeriksa pekerjaannya, paper work yang tetap menjadi tanggung jawabnya, seorang staff menghampirinya. Fat Shit! Achellia Sugiyono ese “Permisi bu.” “Ya...” Lovina tampak terkejut karena staf itu membawa karangan bunga besar juga sebuah paper bag sebah brand ternama. “Dari Mr. Arthur.” Ujar Staf itu. “Mr. Arthur?” Alis Lovina bertaut. “Tya, katanya untuk bu Lovina.” “Oh, thanks.” Lovina menaruh buket bunga di meja kemudian membuka bungkusan dalam paperbag, yang tak lain adalah sebuah tas mewah. Lovina menghela nafas dalam, memasukkan kembali tas itu ke dalam paper bag. Dengan langkah pasti dia menuju kamar Fat Shit! Achellia Sugiyono = 1040 2 Jamie Arthur untuk mengembalikan gift dari pria kaya itu. Tok Tok Lovina mengetuk pintu, dan menunggu hingga Jamie membukanya. “Hi...” Jamie tamkak baru saja_ selesai mandi, meski tubuhnya sudah berbalut piyama tapi rambutnya masih tampak basah. “Come in.” Jamie mempersilahkan Lovi masuk, tapi gadis itu tersenyum kemudian menggeleng. Tatapan Jamie turun dari wajah ke tangan Lovina yang menenteng paper bag yang beberapa saat lalu dia titipkan pada staf untuk di berikan padanya. Fat Shit! Achellia Sugiyono eos “Ini berlebihan.” Ujar Lovina sembari menyodorkan paper bag di tangannya. Jamie menarik tangan Lovina hingga dia masuk kedalam kamar deluxe yang di sewa olehnya untuk beberapa malam kedepan. Setelah Lovina berada di dalam kamarnya, Jamie menutup pintu. “Aku tidak tahu harus menghadiahimu ” apa.” Jamie tampak menggaruk ujung alis kirinya. “Anda tidak perlu menghadiahiku apa-apa.” Ujar Lovina. “Aku melakukan apa yang menjadi tugasku di resort ini, ini pekerjaanku, dan aku sudah mendapatkan upah untuk apa yang aku lakukan.” Fat Shit! Achellia Sugiyono eo. “Aku hanya ingin berterimakasih karena hari ini kau sudah membantu puteriku.” “Ttu juga aku lakukan karena pekerjaanku, dan demi pelayanan terbaik dari resort kami Sir, anda tidak perlu sungkan.” Lovina meyakinkan. Tapi entah mengapa tiba-tiba Jamie meraih wajahnya dan langsung mencium Lovina bahkan saat gadis itu tidak siap untuk menerimanya. Lovina membeku beberapa saat, namun Jamie segera menarik dirinya. “Sorry.” Ujarnya menyesal. Lovina berjalan seperti orang limbung, meletakkan paperbag itu di sofa kemudian keluar. Dia benar-benar kacau karena kejadian barusan. Hampir setengah tahun tak lagi Fat Shit! Achellia Sugiyono ese tersentuh oleh makhluk yang disebut lelaki, kali ini sentuhan yang dilakukan Jamie Arthur benar- benar mengguncang dirinya. Lovina kembali ke ruang kerjanya dan duduk seperti patung dengan tatapan kosong. “Don’t be stupid Lovina, dia bakalan cabut dalam beberapa hari. Jangan jadi bego lagi please.” Ujarnya dalam hati untuk membuatnya tetap bisa bernafas, karena entah mengapa setelah kembali dari kamar Jamie, setelah ciuman singkat itu lebih tepatnya, udara menjadi terasa begitu sedikit untuk di hirup. Fat Shit! Achellia Sugiyono elses Dua Belas Pagi ini Lovina bekerja seperti biasa, namun dia benar-benar ingin menghindari kontak dengan Jamie Arthur. Entah pelecehan atau apa, tapi tidak bisa di pungkiri bahwa pria itu sungguhlah mempesona. Tak tampak Jamie bahkan sejak pagi, resepsion juga mengatakan bahwa Jamie ingin sarapannya di antar ke kamar tadi pagi. Lovina menjadi sangat penasaran, apakah pria itu tersinggung dengan perlakuan Lovina? Bukankah harusnya dia yang tersinggung dengan Fat Shit! Achellia Sugiyono ee OO ee sikap ke-bule-an Arthur yang tak bisa dia bendung saat berhadapan dengan Lovina, main langsung nyosor aja. “Bu...” Suara seseorang membuyarkan lamunan Lovina yang sedang berdiri di dekat resepsionis untuk melihat apakah ada tamu baru atau tidak. Atau adakah tamu yang akan check out dan lain sebagainya. “Pasangan bulan madu masuk dua bu, besok, terus satu lagi Sabtu.” “Ok, pastikan semua yang di butuhkan di catat dengan detail ya, kalau ada request kusus segera laporkan ke saya.” “Tya bu.” “Sore ini saya tunggu di meja saya.” Fat Shit! Achellia Sugiyono ee dO ee “Baik bu.” Setelah ke meja_ resepsionis, Lovina berjalan ke bar, memastikan semua stok minuman juga minuman mahal yang di pesan khusus oleh beberapa tamu VVIP tersedia. Juga set menu makanan dan meja untuk dinner diluar buffet yang disediakan. Di resort bekerja memang sambil liburan rasanya, tapi toh tanggung jawab tak bisa dilalaikan apalagi George sang pemilik resort selalu memantau kegiatan yang terjadi di resort meskipun hanya melalui laporan yang di kirim Lovina by email setiap hari. Sejauh ini George memberikan apresiasi positif pada Lovina untuk beberapa hari kerja yang dia lakukan. Fat Shit! Achellia Sugiyono ede Seolah baru saja mengingat sesuatu, Lovina kembali ke meja resepsionis. “Mr. Arthur, tolong kasih tahu saya ya apa aja yang dia pesan ke kalian hari ini.” Dua resepsionis yang bertugas tampak saling menatap kebingungan. “Maksud saya, dia kan tamu VVIP, saya cuman pengen pastikan dia nyaman dan akan melakukan reservasi kembali one day dia ke Bali lagi.” “Baik bu.” Ujar salah satu di antaranya. “Pagi ini Mr. Arthur meminta mobil pribadi untuk berkeliling.” “Dia nggak pakai supir?” Tanya Lovina penasaran. Fat Shit! Achellia Sugiyono eee “Tidak bu, dia bilang tadi mau nyetir sendiri.” “Dia kasih tahu tujuannya nggak?” Tanya Lovina lagi, entah mengapa dia tampak sedikit berlebihan, hingga kedua resepsionis itu lagi-lagi saling menatap. “Maksud saya, mungkin kita bisa tawarkan supir untuk antar dia.” “Udah pergi Mr. Arthurnya bu.” Jawab Ani, sang resepsionis yang sedari tadi diam. “Kok kalian baru kasih tahu saya?” “Kan biasa juga di report sore baru kasih tahu ibu.” Jawab Ani lagi. “Ok” Fat Shit! Achellia Sugiyono eioaee Lovina menjauh dari meja resepsionis dan berjalan ke bagian housekeeping untuk memeriksa semua perlengkapan kebersihan masih ada dan semua kamar tamu sudah dibersihkan dengan sempurna. “Ibu kenapa bu?” Tanya Rudi saat memergoki Lovina terbengong di depan laundry room. “Enggak, cuman mau memastikan kalau pakaian Mr. Arthur, tamu Deluxe di kerjakan dengan rapi.” “Siap bu.” Jawab Rudi. Lovina kemudian berjalan ke sisi lain resort, kali ini dia kembali ke bar dan memastikan bahwa acara pesta ulang tahun yang akan di helat oleh Halley Rupert, salah satu tamu yang membawa enam orang Fat Shit! Achellia Sugiyono = 1a @ rombongan berjalan sesuai dengan konsep yang dia ingikan. Halley bahkan mem-booking area lounge untuk malam ini demi teman-temannya, sepertinya dia akan mengundang beberapa temannya dari luar resort. oho Menjelang sore, Lovina kembali ke kantornya untuk memeriksa laporan, memesan beberapa barang untuk kebutuhhan resort dan juga mengirimkan laporan untuk George sang owner. Saat tengah sibuk dengan pekerjaannya, tak segaja seseorang melintas yang kemudian menarik perhatiannya. Fat Shit! Achellia Sugiyono eos Jamie, dan seorang wanita dengan rambut coklat terang. Tak tampak wajahnya karena mereka hanya melintas sambil bicara dalam bahasa mereka. Lovina bergidik, dia berusaha kembali berkonsentrasi pada pekerjaannya, namun sepertinya sia-sia. Bahkan bayangan Jamie Arthur bisa langsung menghancurkan konsentrasinya dalam sekejap, itu hanya bayangannya, bagaimana dengan bibirnya? Mendadak terlintas kalimat naif dari bibir Sasya sang adik saat mereka menghabiskan malam terakhir Lovina di Jakarta untuk mengobrol. “Lo mau nggak kalau di ajak seks sama cowo bule ntar?” Tanya Sasya tanpa berpikir Fat Shit! Achellia Sugiyono ellos panjang, dia benar-benar sangat terbuka dan kadang seikit kepo. “Gila lo, kalau mama denger habis gue.” “Kan gue nanya.” Lovina memutar matanya. “Nggak mimpi sih gue.” “Eh kak, asal lo tahu aja ya. Cowo bule itu suka cewe asia kaya kita gini tahu.” “Sok tahu.” “Serius. Gue baca novel, terus nonton film, mereka tu maskulin banget, terus kalau suka ya udah bilang aja suka. Bodo amat di tolak atau enggak, mereka hanya merasa_ perlu mengungkappkan apa yang mereka asain. Fat Shit! Achellia Sugiyono ieee Nggak kaya cowo Indonesia, sukanya deket- deket tapi nggak kasih kepastian. “ Lovina terbahak. “Lo lagi di PHP emang?” “PHP itu istilah jadul, istilah kekiniannya tu temen rasa pacar.” “ih, kasihan adek gue.” Lovina memeluk Sasya dan gadis itu merontak minta di bebaskan. “Jijik tahuuuuu...” Protesnya. “Tapi beneran sih, saran gue lo mending sama cowo bule aja kak. Mereka tu suka langsung libas...” Seloroh Sasya diiringi seringai lebarnya. “Gila lo, terus baru ketemu have seks gitu?” “Ya kalau itu sih balik lagi ke elo, lo kan udah gede, masa iya mau minta ijin nyokap dulu mau gituan sama pacar lo.” Fat Shit! Achellia Sugiyono elo “Enggak ah, gue masih pengen rahasia- rahasiaan soal itu sama siapapun yang deket ke gue. Biar pas udah nikah, dia ngrawa worth to wait gitu lah.” “That’s your option, apapun lo selalu jadi kakak idola gue.” “Tdola tapi kok sering lo buly.” “Gue nggak bully, gue bilang yang sejujurnya.” Lamunan Lovina terseret pada kenyataan, bahwa dirinya menghadapi tumpukan kertas laporan. Tapi soal seks pra nikah, itu yang selalu dia ingat, worth to wait. “It’s ok kalau cuman kissing.” Gumamnya mendadak. “Ih gue kenapa sih.” Lovina Fat Shit! Achellia Sugiyono eles menyentuh bibirnya sendiri. Dia segera berjalan keluar dari ruangan menuju pantry, dia butuh kopi atau apa mungkin untuk menjernihkan pikirannya. RK Tok Tok Menjelang pukul dua belas, pintu kamar Lovina di ketuk. Lovina yang baru selesai dengan pekerjaannya belum tampak tidur. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya. “Hi...” Jamie Arthur menjulang tinggi di depan pintu Lovina. “Bagaimana anda tahu aku tinggal di sini?” “Aku bertanya pada staffmu.” “Oh...” Fat Shit! Achellia Sugiyono ee e0 ee “Ada yang bisa kubantu?” Tanya Lovina formal meski dia lupa bahwa dia hanya mengenakan piyama tidur yang membungkus tubuhnya, yang bahkan lupa dia ikatkan hingga Jamie bisa melihat terusan selutut, senada dengan piyama yang dikenakan Lovi. “IT want to apologize to you.” Ucap Jamie penuh sesal. “For what?” “T kissed you at that night.” Lovina tertunduk _ sekilas, kemudian menengadah kembali menatap Jamie, “Bisakah kita melupakan kejadian itu dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.” Tutupnya dengan senyum. Fat Shit! Achellia Sugiyono eels Jamie terdiam tapi tatapannya terkunci padanya. Jamie menghela nafas dalam, sekali lagi dia menatap Lovina, gadis itu tampak tak begitu nyaman ditatap demikian oleh Jamie, Lovina bahkan segera mengikatkan piyamanya dan melipat tangannya di dada, semacam bentuk pertahaman dirinya. “Ok.” Jamie mengangguk, kemudian dia melangkah pergi dari kamar Lovina yang pintunya langsung menghadap ke taman belakang resort. Entah mengapa_ perasaan _bersalah membuncah di dalam dada Lovina saat Jamie berjalan dalam kegelapan malam meninggalkan kamarnya. Fat Shit! Achellia Sugiyono eeeaee Untuk pertama kalinya dalam hidup Lovina, seorang pria tampan yang sangat maskulin dan begitu berkualitas datang padanya tidak untuk memanfaatkannya, tidak seperti mantannya, bahkan juga dokter Rey yang sempat dianggap malaikat oleh Lovina, toh ternyata pada akhirnya mereka hanya memanfaatkan Lovina. Padahal jika dilihat bentuk tubuh Lovina, masih cukup besar, setidaknya dia tampak seperti wanita biasa, bukan tampak bag model dengan badan super langsing yang akan semakin mempesona jika di bingkai dengan bikini. Lovina mendekap dirinya sendiri dan kembali meringkuk di ranjangnya. Dia bahkan dua kali mencubit tangannya, meyakinkan dirinya bahwa Fat Shit! Achellia Sugiyono

You might also like