Satu
Sirine berteriak-teriak sepanjang jalan
disaat seorang gadis tengah tak sadarkan diri.
Dia dilarikan dari rumahnya pukul dua dinihari
menuju rumahsakit terdekat setelah ditemukan
oleh ibunya dengan kondisi lemas_ setelah
memuntahkan seluruh isi perutnya
Sesampai di IGD, dia ditangani oleh
seorang dokter jaga yang kebetulan saat itu baru
saja selesai menangani pasien lain yang datang
Fat Shit! Achellia Sugiyonodengan keluhan demam dan lemas. Setelah
memeriksa kondisi dan meminta perawat
mengambil sample darahnya untuk diperiksa di
Lab, perawat memasangkan infuse di lengan
gadis itu.
“Apa yang dialami pasien sebelum dibawa
kemari bu?” Tanya Adrian, dokter jaga yang
menangani Lovina. Dengan gemetaran sang ibu
mengingat tragedy penemuan Lovina di
kamarmandi kamarnya pukul dua pagi setelah
mendengar gadis berusia duapuluh lima tahun itu
muntah berulang kali dengan suara keras.
“Dia muntah dok.”
“Berapa kali muntah?”
Fat Shit! Achellia SugiyonoSang ibu menatap gadis lain yang berdiri di
dekatnya. “Berapa kali ya Sya?” Tanyanya.
“Aku kan tidur mah, nggak denger kakak
muntah berapa kali.” Ujarnya dengan suara
parau. Bagaimana tidak, dia dibangunkan paksa
untuk menemani ibunya ke rumahsakit.
“Apa pasien memiliki riwayat magh
sebelumnya? Atau gangguan lambung lain?”
Adrian berusaha menelisik riwayat sang pasien
karena dia tidak memiliki catatan medis yang
memadai untuk mendukung diagnosanya hingga
untuk sementara hanya diberikan obat antimual.
“Enggak ya dok.” Geleng sang ibu. “Setahu
saya enggak ada.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono“Ok, kalau makanan yang terakhir pasien
konsumsi, mungkin ibu tahu?” Alis Adrian
bertaut menunggu jawaban dari sang ibu.
Sementara wanita itu tampak menggaruk
lehernya.
“Dia udah nggak makan tiga harian dok.”
Jawab Sasya sang adik dengan polosnya.
“Tiga hari?” Kerutan di alis Adrian
semakin dalam. “Kenapa?”
“Habis di putusin pacarnya.” Saysa
menjawab dengan ragu, sementara sang ibu
membungkam mulutnya segera.
“Maklum dok, anak-anak.” Sang ibu
tampak tersenyum meski wajahnya pucat. Dia
tidak benar-benar panik karena Lovina
Fat Shit! Achellia Sugiyonodilarikan kerumahsakit, karena ini sudah
terjadi beberapa kali, namun wajahnya pucat
mengingat berapa biaya rumahsakit yang
harus ditanggungnya untuk perawatan Lovina.
“Dok, bisakah rawat jalan saja.” Wanita
setengah baya itu tiba-tiba berujar dengan
nada memohon.
Adrian yang sedang menuliskan sesuatu
di lembar catatan medis pasien menghentikan
aktifitasnya, pandangannya beralih pada sang
ibu. “Kenapa?” Alis Adrian berkerut lagi.
“Ya,... sepertinya puteri saya tidak
parah.” Lagi-lagi wanita itu tersenyum, namun
tak menyentuh matanya.
Fat Shit! Achellia Sugiyono“Dia sempat pingsan tadi lho bu, dan
kami harus memastikan kondisinya setelah
ada hasil lab darahnya. Apakah dia keracunan
makanan atau adal luka di lambungnya, atau
di organ pencernaan lainnya. Setelah itu, kami
baru bisa mendiagnosa keadaan pasien dan
memberikan keputusan apakah harus dirawat
jalan atau dirawat inap.” Adrian menjelaskan.
“Baik dok.” Wanita itu bangkit dari
tempatnya duduk karena tiba-tiba perawat
memanggil Adrian, karena kondisi pasien
yang datang sebelum Lovina memburuk.
“Telepon dokter Rey dong.” Pinta
Adrian, dan perawat yang tadi menemuinya
segera melakukan perintahnya. Sementara
Adrian memeriksa kondisi terkini pasien dan
Fat Shit! Achellia Sugiyonojuga memberikan bantuan pernafasan dengan
oksigen pada pasien di bantu perawat lainnya.
Lovina yang semula sempat kesakitan
dan terus memegangi perutnya pasca siuman,
mendadak bisa tertidur pulas.
Fat Shit! Achellia SugiyonoDua
Sang ibu tampak merengut disamping
tempat tidur Lovina, gadis berusia duapuluh lima
tahun yang berprofesi sebagai karyawan swasta
itu akrab di panggil Lovi.
“Mama marah ya sama Lovi?” Tanya
wanita bertubuh gemuk itu pada ibunya.
Sang ibu menghela nafas dalam, bu Nyoto,
sapaan akrab wanita berusia lima puluh entam
tahun itu. Dia resmi menyandang status jandanya
karena ditinggal oleh pak Nyoto yang meninggal
dua tahun lalu. “Kamu kan tahu kita serba susah
Fat Shit! Achellia Sugiyonosekarang, kok ya kamu bisa-bisanya menyiksa
diri sampai masuk rumahsakit.” Keluh bu Nyoto.
“Maaf....” Sesal Lovina, dia tampak
tertunduk dengan wajah terlipat dan juga rambut
ikalnya yang tumbuh tak beraturan dengan
jumlah terlalu banyak digelung di atas
kepalanya, membuat gadis itu benar-benar
terlihat berantakan.
“Kalau Aryo itu mutusin kamu, ya sudah.
Kamu kan bisa cari cowo lain Lov, kenapa harus
bunuh diri segala sih? Kita itu orang miskin,
jangan bertingkah seperti anak-anak orang
kaya.” Oceh bu Nyoto sambil merapikan sisa
makanan rumahsakit yang baru saja di makan
oleh Lovi.
Fat Shit! Achellia Sugiyono10 -
Lovina menghela nafas dalam, dia tidak
berpikir untuk bunuhdiri sama sekali pasca
hubungannya dengan Aryo, pria yang
dipacarinya sejak SMA itu kandas. Dia justru
berjanji dalam hatinya untuk merombak
penampilannya demi membalas dendam pada
Aryo yang mencampakannya demi seorang
wanita yang akan segera dinikahinya bernama
Ningsih. Pada dasarnya Ningsih tak lebih cantik
dari Lovina, hanya saja body Ningsih yang bag
gitar spanyol itu yang membuat Aryo kepincut.
“Lovi ganti uang perawatan yang udah ibu
keluarin pakai tabungan Lovi nanti pas udah
keluar dari rumahsakit.” Ujarnya tak berani
menatap wajah ibunya.
Fat Shit! Achellia Sugiyonohho
“Uang tabungan kamu udah kamu habisin
beli obat-obat nggak jelas yang ada di laci kamar
kamu.” Bu Nyoto menatap puteri sulungnya itu
dengan tatapan kesal.
“Tou jungkir balik setiap hari untuk
mendapatkan seribu dua ribu, tapi kamu bisa
ugal-ugalan ngabisin tabungan kamu buat beli
obat, beli baju, beli alat dandan, heran ibu sama
kamu. Setan apa yang merasukimu.” Gerutunya
tanpa menatap Lovina.
“Saysa yang bilang semua ke ibu?”
“Tya,...” Bu Nyoto meotot menatap Lovi
kini, membuat gadis itu kembali menundukkan
kepalanya.
Fat Shit! Achellia Sugiyono2
Dalam batin Lovina. “Awas aja lo
Syaaaa...”. Dia mengumpat pada adik
kandungnya itu. Perbedaan usia mereka yang
cukup jauh membuat Sasya dan Lovina benar-
benar berbeda pemikiran. Sasya yang kini duduk
di bangku kuliah selalu menjadi mata-mata
untuk apapun yang dilakukan kakaknya atas
instruksi bu Nyoto.
“Lovi juga pengen cantik bu...” Kalimat itu
keluar dari bibir Lovina tanpa menatap ibunya,
membuat bu Nyoto menelan ludah. Dadanya
mendadak sesak dan krongkongannya kering.
“Tbu mau keluar dulu.” Katanya dengan
cepat sambil meninggalkan ruang perawatan
Lovina. Gadis itu tumbuh menggemaskan
dengan pipi cubby dan tubuh sintal sejak kecil.
Fat Shit! Achellia Sugiyono13S
Kulitnya putih pucat dan hidungnya mancung,
namun tubuhnya tak pernah kurus. Bahkan
menginjak SMP, pertumbuhan Lovina semakin
tak terarah. Tak hanya tumbuh ke atas, Lovina
juga semakin mekar seolah terlalu banyak ragi
yang membuatnya mengembang. Pola makan
dan suka ngemil yang membuatnya tak bisa
menjaga berat badannya, saat itu di olok oleh
teman sekelas, atau teman sebayanya sudah
menjadi biasa bagi Lovina.
Karung beras, Kulkas dua pintu, bulldozer,
Truk tronton, dan lainnya biasa dia dengar dan
tak terlalu dimasukan ke dalam hati olehnya.
Namun menginjak SMA, Lovina mulai suka
berdandan, memakai pakaian yang sesuai dengan
usianya. Namun_ karena tubuhnya yang
Fat Shit! Achellia Sugiyono14 -
berukuran ekstra, maka sangat sulit baginya
menemukan ukuran baju yang sesuai dengan
tubuhnya. Sejak saat itu Lovi merasa insecure
soal bentuk tubuhnya, namun karena ada seorang
pria bernama Aryo yang menerimanya apa
adanya, maka Lovina kembali percaya diri. Dia
tidak peduli dengan anggapan dan omongan
orang, karena ketua osis di sekolahnya saja jatuh
hati padanya.
Di luar penampilan Lovina yang kurang
sedap di pandang karena ukurannya yang terlalu
ekstra, otak Lovi begitu encer. Olimpiade
apapun selalu dia yang dijadikan wakil oleh
sekolahnya, begitu juga hingga ke tingkat
international.
Fat Shit! Achellia Sugiyono1S
Pak Nyoto, ayah Lovi begitu bangga pada
puterinya itu. Namun sepeninggal pak Nyoto,
Lovina merasa supporter terbesarnya hilang.
Tidak ada yang bisa menggantikan peran
ayahnya dalam mensupport dirinya. Bahkan sang
ibu tak jarang membandingkan Lovi dengan
Sasya sang adik. Bukan karena tidak cinta pada
Lovina, namun kondisi emosinya yang juga
kurang stabil pasca meninggalnya sang suami
terkadang membuatnya tidak puas akan berbagai
hal. Bahkan berbagai pencapaian Lovina tidak
lagi bisa dia apresiasi. Hidup bu Nyoto jungkir
balik sepeninggal pak Nyoto.
Selama ini bu Nyoto hidup berkecukupan
meskipun tak berlebihan dengan mengandalkan
gaji pak Nyoto sebagai karyawan swasta.
Fat Shit! Achellia Sugiyono16 -
Bahkan setelah pension mereka sempat
menikmati uang pensiun dari kantor pak Nyoto
saat itu. Biaya kuliah Sasya yang akhirnya
memakan hampir dua pertiga uang pensiun pak
Nyoto dan sepertiga sisanya digunakan untuk
membuka usaha.
Namun sepeninggal pak Nyoto, usaha
beliau bangkrut, dan sekarang bu Nyoto harus
berjualan nasi uduk dan berbagai jajan pasar
untuk menyambung hidup. Setengah gaji Lovina
dia hibahkan untuk biaya kuliah adiknya dan
setengahnya lagi untuk operasional Lovi sehari-
hari. Berat memang, baik itu beban di pundak
Lovina maupun di pundak bu Nyoto. Namun
beban itu tak dirasa berat bagi Lovina karena ada
support Aryo, meski tak jarang di pertengahan
Fat Shit! Achellia Sugiyono17S
bulan Aryo meminjam uang pada Lovina untuk
ini dan itu.
Lovina bahkan memberikannya dengan
sukarela tanpa menagih bayaran sepeserpun,
semua atas dasar cinta dan janji manis Aryo
yang sedang getol menjalankan bisnis freelance-
nya untuk biaya menikahi Lovina.
Bukannya di lamar, perayaan HUT
hubungan mereka yang biasa di rayakan dengan
makan bareng, berakihir bencana. Aryo
mengatakan bahwa dirinya tidak lagi bisa
melanjutkan hubungannya dengan Lovina.
“Kamu terlalu baik buat aku.” Kalimat
kampret itu yang keluar dari mulut kotor Aryo
dan langsung menancap di hati Lovina hingga
membuatnya berdarah seketika.
Fat Shit! Achellia Sugiyono18 -
“Kenapa kamu ngomong gitu?” Lovina
yang meski tak secantik bidadari namun berhati
malaikat itu tak menaruh curiga dengan kalimat
pembuka dari Aryo malam itu.
“Aku nggak bisa ngelanjutin hubungan
kita.” Ujar Aryo.
Lovina yang mulutnya tengah dijejali
makanan masih bisa tersenyum. “Jangan nge-
prank aku deh...” candanya.
“Aku nggak prank, aku serius.” Aryo
menatap dalam padaa Lovina, dan gadis itu
berhenti mengunyah dengan pipi yang
menyembul akibat begitu banyak makanan
dalam mulutnya.
“Kenapa?”
Fat Shit! Achellia Sugiyono192
“Sorry...” Aryo meninggalkan semuanya
termasuk bon yang harus di bayar oleh Lovina
setelah mereka memesan makanan sebanyak itu.
Lovina mengeluarkan sisa uang di dalam
dompetnya untuk membayar makanan dan
berjalan kaki pulang dari restoran menuju
rumahnya.
“Kenapa baru pulang jam segini?” Bu
Nyoto menginterogasi Lovina di saat yang tidak
tepat.
“Besok ya bu, Lovi cape.” Ujarnya dengan
wajah penuh keringat setelah berjalan berkilo-
kilo dari restoran ke rumahnya. Dia sudah tak
memiliki sepeserpun uang untuk naik taksi.
Fat Shit! Achellia Sugiyono20 -
“Kalau ibu tanya tu di jawab!” Bentak bu
Nyoto.
“AKU CAPEK!” Teriak Lovina balik, ini
pertama kali dalam dua puluh lima tahun hidup
gadis itu, dia berani membentak ibunya. Dia
bahkan berjalan cepat ke kamarnya dan menutup
pintu dengan keras. Setelah itu menguncinya.
Secara tiba-tiba bahkan Lovina ijin nggak
ngantor karena sakit, dan selama tiga hari itu
juga dia berusaha menerima keadaan bahwa
hubungannya dengan Aryo tak lagi bisa di
selamatkan.
Selama tiga hari Lovina tidak keluar kamar,
hal yang dia lakukan hanya stalking story IG si
Aryo dan mendapati fakta bahwa dia memajang
foto prewedding dengan Ningsih, teman
Fat Shit! Achellia Sugiyono21S
SMAnya yang beda kelas dengannya. Memang
tak kenal dekat, namun Lovina tahu siapa
Ningsih.
“Jadi ini semua soal fisik?” Itu yang ada di
benak Lovina. “Gue juga bisa lebih cantik dari
Ningsih!!” Kata-kata itu di cetak tebal di kepala
Lovina hingga membuatnya buta dan irasional.
Dia menghentikan aktifitas memasukan apapun
kedalam perutnya selain air putih.
Bahkan dalam tiga hari itu Lovina membeli
berbagai barang-barang yang bisa membuatnya
cantik dengan sisa uang tabungannya yang mati-
matian dia simpan. Hair drayer, alat catok
rambut, make up, segala macam obat pelangsing
mulai dari yang berbentuk teh hingga kapsul,
bahkan korset.
Fat Shit! Achellia Sugiyono22 -
Akhirnya di hari ke tiga dia tumbang dan
terdampar di rumahsakit seperti sekarang ini
dengan diagnosa mengalami tukak lambung dan
harus di rawat karena dehidrasi parah. Ini hari
kedua Lovina di rawat, dan harusnya besok dia
sudah bisa kembali ke rumah.
Fat Shit! Achellia Sugiyono23 -
Tiga
“Pagi...” Sapa seorang dokter ketika masuk
ke ruang perawatan Lovina. Dia sangat
beruntung karena_ kantornya memberikan
fasilitas kamar kelas satu untuk rawat inapnya.
Meski begitu sistemnya reimburse, jadi Lovina
harus membayar dengan uangnya_ sendiri
sebelum akhirnya di ganti oleh kantor.
“Pagi Dok.” Wajah Lovina bersemu merah
saat sang dokter mendekat kearahnya.
Fat Shit! Achellia Sugiyono24 -
“Gimana, udah lebih mendingan?” Tanya
sang dokter lagi sambil memasang stetoskop
untuk memeriksa denyut nadi Lovina.
“Saya periksa dulu ya.” Sang dokter mulai
dengan mengukur denyut nadi, kemudian
kelopak mata Lovina dan meminta gadis itu
menjulurkan lidahnya.
“Sepertinya semakin baik.” Senyum manis
dokter Rey membuat Lovina benar-benar mabuk
kepayang. Bahkan jika di minta lebih lama
tinggal di rumahsakit atau jadi relawan
penelitian beliau, Lovina akan melakukannya
dengan sukarela.
Dokter Rey melipat tangannya di dada
kemudian menatap Lovina. “Sebegitu pengennya
Fat Shit! Achellia Sugiyono25 -
kamu kurus?” Pertanyaan dokter Rey sontak
membuat Lovina menunduk malu.
“Saya dengar dari ibu dan adik kamu,
mereka juga bawa obat-obat pelangsing yang
dijual bebas bahkan tanpa teregister di BPOM.”
Tutur dokter Rey lagi.
“Saya yakin kamu cerdas sekali, dan kamu
gelap mata karena satu alasan, mungkin...”
Dokter Rey mengkoreksi, dia tak ingin terkesan
sok tahu dengan masalah pasiennya.
Lovina masih menyimpan wajahnya, tak
berani membalas tatapan sang dokter.
“Secara medis ada cara yang lebih aman
untuk mengurangi berat badan kamu, bukan
untuk estetika semata, tapi lebih kepada
Fat Shit! Achellia Sugiyono26 -
kesehatan kamu.” Dokter Rey meminta catatan
yang dibawa oleh perawat yang _bertugas
menemaninya vistasi pada pasien pagi ini.
“Hasil lab darah kamu semuanya masih
baik, mungkin karena usia kamu masih muda,
tapi bukan berarti memiliki tubuh besar itu
jelek.” Dokter Rey mengembalikan catatan pada
perawat.
“Nanti taruh aja di ruangan saya sus.”
Perintah dokter Rey dan perawat itu
meninggalkan mereka setelah berpamitan.
Dokter mudah bernama Reymond Priambodo itu
menarik kursi dan duduk dengan satu kaki
bertumpu pada lutut kaki lainnya. Dia melipat
tangannya di dada, berusaha terlihat santai
mengobrol dengan Lovina.
Fat Shit! Achellia Sugiyono27 -
“Kamu merasa diri kamu jelek?” Tanya
dokter Rey, Lovina yang tadinya tertunduk
mendadak menatapnya, kemudian mengangguk
pelan.
“Ok, ...” Dokter Ray mengangguk. “Kamu
merasa kegemukan kamu yang membuat kamu
jelek?” Lanjutnya, dan sekali lagi Lovina
mengangguk.
“Saya melihat kamu bukan hanya soal
medis, tapi lebih pada psikologis.” Ujarnya.
“Bukan ranah saya untuk menangani kondisi
psikologi pasien tapi saya bisa kasih kamu
rekomendasi untuk mendapatkan penanganan
dari sisi psikologi, selain itu kamu juga bisa
mendapatkan bantuan dari ahli gizi untuk
Fat Shit! Achellia Sugiyono28 -
membantu program diet yang sehat.” Dokter Rey
memberikan penawaran yang sangat bagus.
“Biayanya mahal ya dok?” Itu kalimat
pertama yang keluar dari bibir Lovina, dan
membuat senyum mengembang di wajah dokter
Rey.
“Sakit lebih mahal.” Dokter Rey
memberikan jawabannya.
“Sebenarnya yang pengen saya tekankan ke
kamu adalalah hidup sehatnya, kalau soal bentuk
tubuh, saya rasa itu bukan sesuatu yang harus
membuat kamu sampai depresi atau frustasi.”
Lovina menelan ludah. “Iya dok.” Meski
mulutnya mengiyakan, namun hatinye menolak
keras. Begitu banyak orang yang membuat
Fat Shit! Achellia Sugiyono29 -
standard kecantikan adalah kulit putih, rambut
panjang, kaki jenjang, pinggang kecil, dilengkapi
dengan berbagai barang branded yang melekat
di tubuhnya.
“Saya punya temen psikolog, kamu bisa
hubungi dia kalau kamu butuh bantuan lebih
lanjut secara psikologi. Sedangkan untuk
penyakit yang kamu alami bisa diselesaikan
dengan obat-obatan yang kami berikan.” Tutup
dokter Rey.
Fat Shit! Achellia Sugiyono30 -
Empat
Kembali dari rumahsakit, Lovi yang masih
lemah memilih untuk hanya istirahat sehari di
rumah kemudian berangkat kerja. Disemprot
atasan, sudah pasti. Dia bekerja di bagian yang
cukup krusial di kantor, dan tidak bisa cuti
mendadak, namun cuti mendadak Lovina
dimaafkan karena disusul dengan berita bahwa
dia harus opname di rumahsakit.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoa1
“Gimana udah sembuh?” Tanya mba Rani,
primpinan produksi di kantor redaksi majalah
khusus perempuan, tempat Lovi bekerja.
“Sudah mba.”
Mba Rani mengangkat alisnya. “Udah
beneran bisa kerja?” Tanyanya memastikan,
untuk kedua kalinya.
“Bisa mba.” Angguk Lovina yang
mendekap setumpukan kertas berisi pekerjaan
baginya.
“Temen gue pernah mati karena anoreksia,
dan gue nggak pengen lo jadi kenalan gue yang
kedua, yang mati karena anoreksia, paham?!”
Mba Rani berbisik namun dengan penuh
Fat Shit! Achellia Sugiyono32 -
penekanan terutama ketika dia mengucapkan
kata “anoreksia.”
Apa itu anoreksia? Anoreksia adalah
gangguan makan pada_ seseorang yang
mengakibatkan masalah kompleks terkait dengan
psikologi, sosiologi dan juga fisiologikal
penderitanya. Gangguan ini membuat
penderitanya merasa bersalah ketika
mengkonsumsi makanan sehingga ingin selalu
terlihat kurus. Gangguan ini bisa berujung pada
kematian jika tidak segera ditangani.
Lovi kembali ke kubikelnya dan langsung
membenamkan diri dengan pekerjaannya.
Dirinya merasa benar-benar aman ketika duduk
sendiri di depan computer, tidak ada orang yang
melihatnya secara fisik hingga bisa semena-
Fat Shit! Achellia Sugiyono330 -
mena mengatakan hal-hal yang tak jarang
menghancurkan hatinya.
Body shaming, yang sedang mencoba
diperangi banyak wanita dengan berbagai
campaign tampaknya tidak terlalu berdampak.
Masih ada orang yang kadang secara sengaja
mengatakan. “Gila, itu badan apa kulkas sih?!”
“Ttu lengen atau tales bogor, gede amat.” Atau
mungkin soal warna rambut, bentuk gigi, warna
kulit, bentuk rambut dan lain-lainnya.
Lovi adalah penikmat body shaming yang
dilakukan bahkan oleh orang-orang terdekatnya,
termasuk ibu dan adiknya. Mengapa penikmat?
Dia tidak sengaja menikmati semuanya, tapi ya
itulah yang terjadi padanya hingga tak ada
pilihan lainnya selain diam. Kalaupun dia
Fat Shit! Achellia Sugiyono34 -
membela diri, orang akan berkata “Nggak ngaca
ya situ?” dan ujung-ujungnya, Lovi lagi yang
akan terluka.
2K
Sekitar pukul tiga sore seorang pria datang
ke kantor mereka, padahal mayoritas karyawan
bahkan hampir keseluruhan karyawan di redaksi
majalah itu adalah wanita, selain petugas
keamanan. Group chatt haha hihi yang dibuat
oleh salah satu karyawan tanpa sepengetahuan
mba Rani mendadak ramai.
“Mba Rani di samperin brondong.” Tulis
Neti.
“Brondong? Emotikon mata lebar” Balas
Wulan.
Fat Shit! Achellia Sugiyono35 -
“Bajunya kotak-kotak celana jeans. ”Balas
Lala.
“Lovin, lo paling deket sama ruangan mba
Rani, bisa ambil foto nggak muka cowo itu?”
Timpal Nayya.
Lovi mengetik...
Sampai dua menit kemudian Lovi masih
mengetik...
Tiga menit sampai lima menit Lovi masih
mengetik...
Rupanya pria itu naik ke lantai dua untuk
bertemu dengan Lovina. Petugas keamanan
sudah bertanya pada mba Rani soal ijinnya dan
benar, mba Rani memberikan ijin karena si pria
Fat Shit! Achellia Sugiyono36 -
mengaku sebagai dokter yang merawat Lovina
pada saat dia sakit.
Mba Rani mengamati dari jauh saat Lovina
dan pria itu duduk berseberangan di sofa yang
sudah disiapkan untuk menerima tamu di lantai
dua.
“Dokter Rey kenapa ke sini?” Tanya
Lovina bingung. Sementara geng jangkrik
sedang menunggu balasan dari Lovina, ternyata
wanita itu sempat mengetik kata “tunggu” dan
tak di lanjutkan, jadi statusnya terus mengetik,
sementara dia menerima tamu istimewa yang tak
terduga-duga itu.
“Saya dapat nomor telepon kamu dari
kontak pasien di rumahsakit, sebenernya nggak
Fat Shit! Achellia SugiyonoVia
boleh sih minta nomor kontak pasien, tapi saya
sedikit maksa.” Ujar Dokter Rey.
“Ada masalah dok?” Tanya Lovi bingung.
“Saya kebetulan lewat daerah sini aja terus
mampir.”
Alis Lovi berkerut. “Cuma itu?”
“Tya.” Angguknya.
Lovina menggaruk belakang lehernya,
sedikit bingung dengan sikap dokter Rey.
Bagaimana tidak, jika dilihat dari perawakannya,
Dokter Rey adalah dokter muda yang tampan
dan sudah barang tentu mapan. Dia juga pasti
memiliki dunia sosial yang begitu baik sehingga
tidak perlu repot-repot berkunjung pada pasien
yang bahkan sudah keluar dari rumahsakit.
Fat Shit! Achellia Sugiyono38 -
“Ini kan jam makan siang, saya pengen
ngajak kamu makan.” Ujar Dokter Rey, sontak
membuat mata Lovi membulat.
“Tapi saya...”
“Diet?” Alis dokter Rey naik pada
ujungnya.
“Bukan, Cuma lagi ngurangin makan.”
“Temen saya punya restoran healthy food,
kita bisa coba menunya untuk referensi diet
sehat kamu.”
Lovina mempertimbangkan beberapa saat.
“Maaf dokter Rey, saya nggak ada budget untuk
diet yang mahal.”
Dokter Rey terkekeh. “Saya kan bilang
kalau saya yang ngajak kamu makan, jadi jangan
Fat Shit! Achellia Sugiyono39 -
mikir kalau saya minta ditraktir sama kamu.
Saya yang bayar.”
Lovina tersenyum malu.
“Yuk, bisa kan kamu off di jam makan
siang?”
“Bisa.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono40 -
Lima
Semua mata menatap ke arah dokter
Reymond yang tampak santai melintas dari
lantai dua menuju lantai satu sementara Lovina
jelas-jelas tertunduk tak berani menatap mata
mereka yang seolah berteriak “PENGHIANAT”
padanya. Bagaimana tidak, delapan puluh persen
dari para wanita itu adalah jomblowati yang
sedang haus menemukan pasangan dengan
kualitas tinggi dan juga tampan rupa juga mapan
secara materi.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoa
Lovina yang justru secara penampilan
paling tidak direkomendasikan dibandingkan
mereka yang senang oberdandan dan
mempercantik diri justru berjalan melenggan di
tengah ruangan dengan seorang pria rupawan.
Wajah mereka semua pucat dengan tatapan
sulit menerima keadaan saat Lovina tersenyum
pasrah dibawah tatapan tidak terima mereka, dan
masuk ke dalam mobil si dokter ganteng, bahkan
dengan perlakukan spesial karena Dokter Rey
membukakan pintu mobil untuknya.
“Udah lama kerja di situ?” Tanya Dokter
Rey sembari sibuk mengarahkan kemudi mobil
yang mereka tumpangi keluar dari area parkir di
sekitar gedung.
“Lumayan.” Jawab Lovina.
Fat Shit! Achellia Sugiyono42 -
“Berapa tahun?”
“Lima tahunan kalau sama magang.”
“Oh jadi kamu pernah magang di situ, terus
begitu lulus kuliah kerja di situ juga?”
“lya.”
Percakapan mengalir begitu saja, meski di
dominasi oleh dokter Rey yang memberikan
pertanyaan tapi itu cukup nyaman bagi Lovina
yang pada dasarnya memiliki sifat introvert.
Sesampai di sebuah restoran yang tak
terlalu besar dokter Rey dihampiri oleh seorang
perempuan.
“Hai Rey, akhirnya dateng juga lo.” Sapa
perempuan itu ramah.
Fat Shit! Achellia Sugiyono4a -
“Hai Lu...” Dokter Rey membalas
pelukannya singkat di depan Lovina.
“Hei...” Lulu menoleh ke arah Lovina
dengan tatapan bingung, karena Rey mengajak
seseorang yang tak dia kenal sama sekali.
“Kenalin ini Lovina.” Ujar Rey
memperkenalkan Lovina yang berdiri di
sebelahnya, dengan sopan Lovina mengulurkan
tangan dan Lulu menjabatnya singkat.
“Ok, menu di meja ya. Gue sapa tamu
lainnya.” Ujar Lulu meninggalkan mereka. Rey
tersenyum singkat sebelum akhirnya mengajak
Lovi duduk dan memesan makanan.
Sebagai seorang introvert perasaan Lovina
cukup peka, tatapan Lulu tadi dan juga sikapnya
Fat Shit! Achellia Sugiyono44 -
menimbulkan tanda tanya besar di dalam
kepalanya. Mengapa Lulu terlihat tidak terlalu
senang menerima kehadirannya sementara Rey
sebaliknya, dia begitu santai menghadapi sikap
Lulu yang demikian.
Setelah memesan, sekitar sepuluh menit
kemudian menu yang mereka pesan datang.
“Dia Lulu, pemilik restoran ini, temen
saya.” Ujar Rey sambil bersiap menikmati
makanannya.
“Oh...” Lovina menoleh ke arah Lulu dan
wanita itu tampak sibuk menyapa pelanggan lain
di meja yang tak jauh dari tempanya duduk.
“Dia teman.” Tutur dokter Rey yang
membuat Lovi mendadak fokus padanya. Ada
Fat Shit! Achellia Sugiyono45 -
alasan mengapa dokter Rey mendekati dirinya,
dan itu yang mengganjal di hati Lovina.
Kepekaan yang kadang membuatnya menjadi
insecure.
“Dokter, sebelum saya makan. Boleh saya
tahu alasan dokter menemui saya, be honest
pelase.””
Dokter Rey tersenyum. “Karena kamu
pasien saya dan kita sudah akrab sejak kamu
dirawat di rumah sakit, di bawah pengawasan
saya.”
“Ttu hanya tiga hari, dan buat saya nggak
make sense alasannya itu.”
Dokter Rey melipat tangannya di atas meja
kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan.
Fat Shit! Achellia Sugiyono46 -
“Kalau saya bilang saya pengen aja, kamu marah
nggak?”
Lovina menghela nafas dalam. “Marah sih
enggak, cuman bingung.”
“Lovina, kamu merasa kamu tidak pantas
dicintai dan diperhatikan. Dan setiap kali ada
orang yang memberikan itu, entah tulus atau
tidak kamu akan mengeneralisir mereka bahwa
at the end of the day, you will be hurt. Am I
right?”
“Yes.” Angguk Lovina. “Anda terlihat
lebih seperti psikiater daripada dokter spesialis
penyakit dalam.” Lovi memberikan penilaian.
“Penyakit dalam itu bisa secara fisik juga
secara psikis, orang bilang kalau sakit hati itu
Fat Shit! Achellia Sugiyonoae
berat, dan entah kamu percaya atau tidak, bahwa
semua penyakit fisik itu memiliki korelasi
dengan pikiran. Semua yang terjadi dalam tubuh
kita itu dikendalikan dari pikiran.”
Lovina menelan ludah.”Saya mungkin
pasien ke sekian ribu yang dokter tangani dalam
setahun terakhir, but why me?”
“I don’t know.” Geleng Dokter Rey.
“Bahkan saya sendiri bertanya-tanya, kenapa
saya sangat antusias dengan kasus kamu setelah
kamu datang ke rumahsakit dalam kondisi
sekarat karena obat pelangsing abal-abal.”
Dokter Rey tersenyum. “Itu§ menggelikan
awalnya, tapi setelah saya ngobrol sama kamu di
hari kedua, saat kamu bilang bahwa kamu putus
Fat Shit! Achellia Sugiyono48 -
bla bla bla, saya merasa ada yang salah dengan
pikiran kamu.” Terang dokter Rey panjang lebar.
“Yang salah adalah pikiran saya?” Lovina
menekuk pangkal alisnya.
“Yep.” Angguk Rey.
“Bagaimana dengan si pembuat stigma,
sedangkan jumlah bereka begitu besar di luar
sana tanpa ada yang bisa mengontrol itu. Ketika
seorang wanita keluar dari rumah dengan celana
jeans ukuran xxxxl dan pakaian yang
menurutnya nyaman, ada saja yang mengatakan
bahwa gadis itu tidak sadar bentuk tubuhnya.
Atau apapun itu, yang jelas mengapa seseorang
kemudian menjadi insecure adalah bullying yang
terjadi di luar sana.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono49 -
Dokter Rey tersenyum. “Justru itu, kamu
nggak bisa membungkam mulut orang satu
persatu tapi saya tahu kamu punya kemampuan
untuk itu.”
“Hah?” Alis Lovina menekuk semakin
dalam.
“Kamu bekerja di media, dan kamu bisa
mempublikasikan dan menyuarakan hal-hal baik,
tidak untuk menutup mulut banyak orang, tapi
untuk meng- educate mereka bahwa body
shaming itu nyata dan pengaruhnya sangat luar
biasa bagi korbannya. Body shaming bisa
menimbulkan perasaan tidak dicintai, merasa
tidak cantik, merasa tidak di inginkan, merasa
diri buruk dan itu bisa membuat orang-orang
dengan pikiran sempit memilih _ prilaku
Fat Shit! Achellia Sugiyono50 -
menyimpang termasuk bulimia, hingga
mengakibatkan anoreksia.”
“Tapi aku juga pengen cantik.” Kalimat
Lovina itu membuat dokter Rey membuka
matanya lebih lebar.
“Kamu bisa melakukan itu, banyak cara dan
tindakan medis, olahraga, atur pola makan dan
jaga pikiran, kamu bisa melakukannya.”
“Semua butuh uang, dan sayangnya kami-
kami yang bertubuh tambun seperti ini adalah
orang-orang yang menyukuri nikmat Tuhan
berupa makanan enak yang murah tapi
jumlahnya banyak.”
Dokter Rey tersenyum.”Ini loh alasan saya
kenapa pengen ketemu kamu.” Ujarnya,
Fat Shit! Achellia SugiyonoSi
membuat ekspresi kebingungan kembali terlihat
di wajah Lovina.
“Ini?”
Dokter Rey mengangguk. "Kamu yang
berbicara apa adanya kadang nggak berdasar dan
bisa dibilang sembrono tapi itu realistis sekali.
Dan nggak tahu kenapa setiap kali kita ngomong
selalu seolah-olah kita berdiri di dua kubu
berbeda tapi itu bikin saya kangen ngobrol sama
kamu.”
Lovina segera mengambil gelas_ di
depannya dan menghabiskan isinya. Dia benar-
benar tidak pernah siap mendengar kalimat itu
dari seorang dokter muda nan rupawan di
hadapannya.
Fat Shit! Achellia Sugiyono52 -
Tak berapa lama seorang gadis cantik lain
muncul, dengan rambut panjang yang di buat
bergelombang bagian bawahnya, kulitnya putih,
bening, senyumnya merona sempurna di balik
bibir tebal nan merah segar, bulumata panjang
berhiaskan mascara yang membuatnya
paripurna.
“Hai sayang...” Sapa wanita itu pada dokter
Rey.
“Hai sayang, kenalin, ini Lovina yang aku
bilang ke kamu.”
“Oh... halo...” Wanita berkemeja putih
dengan celana bahan berwarna nude itu
mengulurkan tangannya pada Lovina yang
tampak masih tidak bisa membaca situasi.
Fat Shit! Achellia Sugiyono53 -
“Aku Tatjana, tunangannya Rey.” Ujar
wanita itu memperkenalkan diri. “Rey cerita
sama aku kalau ada temennya yang butuh
konsultasi soal obes dan krisis kepercayaan
diri.” Terangnya, membuat mata Lovina melebar
pada akhirnya.
“Oh...” Dia tidak banyak berkomentar,
karena pada dasarnya meskipun Lovina merasa
dirinya adalah itik burukrupa, tapi hatinya begitu
cantik hingga dia tidak tega menolak apa yang
ada di hadapannya sekarang ini.
“Aku bisa juga hypnotherapy jadi kamu
bisa menerima diri kamu, dan menjadi kamu
yang lebih bersyukur dan menerima diri kamu
yang luar biasa ini, kemudian merubah pola
hidup menjadi lebih sehat.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono54 -
Lovina tersenyum _ sekilas, meski
tampaknya Rey menangkap ketidaknyamanan
itu.
“Karena aku baru buka praktek di daerah
sekitar sini, jadi kamu akan jadi orang pertama
yang melakukan terapi di klinik aku.” Ujar
Sasya.
“Em... kalau siang ini karena hanya waktu
makan siang mungkin nggak terlalu ok, gimana
kalau nanti aku hubungin mba Tatjana aja untuk
atur jadwal ulang.”
Tatjana sedikit shock dengan penolakan
halus Lovina. “Oh gitu... nggak papa, ini kartu
nama aku.” Ujarnya sambil menyodorkan
selembar kartu kecil bertuliskan namanya, dan
Fat Shit! Achellia Sugiyono55 -
juga nama klinik dan kontak yang bisa di
hubungi.
“Aku pamit ya, makasih traktirannya.”
Lovina tampak terburu mengemasi tasnya dan
juga ponsel kemudian pergi dari hadapan mereka
berdua. Dia menstop taksi dan segera kembali ke
kantornya sementara obrolan terjadi antara Rey
dan juga Sasya.
“Kamu nggak maksa dia dateng kan
sayang?” Tanya Tatjana dengan tatapan prihatin,
melihat Lovina berlalu dari hadapan mereka.
“Aku jemput ke kantornya sih, lagian kan
kamu bilang butuh orang cepet.” Jawab Rey.
“Tya sih, tapi jadi ngrasa bersalah.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono56 -
“Sebenernya yang rugi dia kalau nggak
nerima tawaran kamu konsul.” Rey menghela
nafas dalam kemudian menyesap minuman dari
cangkirnya.
“Ya udah, nanti aku kontak kenalan-
kenalan aku juga deh, beberapa pasienku
mungkin udah bisa mulai konsul lagi bulan
depan.”
“Ok”
Sementara itu di dalam taksi, Lovina
tampak berkaca. Dia tak tahu bahwa dirinya
adalah objeck bagi Rey dan juga tunangannya.
Bahkan Sasya bisa dengan mudah mengatakan
bahwa dirinya obes (Obesitas) meskipun pada
kenyataanya memang iya.
Fat Shit! Achellia SugiyonoSi.
“Lo memang akan selalu menjadi lucu-
lucuan buat hidup orang lain Lov.” Kata-kata itu
bergema di dalam benak Lovina hingga
gumpalan tak terlihat yang menyumbat
tenggorokannya terasa semakin besar dan
membuatnya sulit bernafas.
Fat Shit! Achellia Sugiyono58 -
Enam
“Lo nggak balik Lov?” Tanya Dewi, salah
satu temannya yang tinggal tak begitu jauh dari
rumah Lovina. Dia sengaja mampir petang itu
untuk mencari teman bicara.
“Males gue balik.”
“Kenapa lagi sih lo?” Tanya Dewi sembari
menyuguhkan secangkir teh panas.
“Pakai gula ya?” Tanya Lovina sembari
memandangi Dewi.
Fat Shit! Achellia Sugiyono59 -
“Tya,... Cuman dua sendok kok.” Jawab
Dewi santai.
“Gue lagi ngurangin gula, gluten, dan lain-
lainnya.”
Dewi tergelak. “Ngapa lo,...tiba-tiba diet,
ntar nyemplung rumahsakit lagi baru tahu rasa.”
Selorohnya.
“Gue capek jadi orang jelek Wi...” Jawab
Lovina, jawabannya benar-benar dari dalam hati.
Dewi mendekat ke arah Lovina dan
mengusap pundaknya. “Lo jelek, tapi lo nggak
jahat Lov...”
“Who’s care Wi...” Jawab Lovina frustasi.
“Jaman sekarang orang lihat fisik, kalau nggak
Fat Shit! Achellia Sugiyono60 -
cakep, boro-boro mau lihat ketulusan hati Wi...”
Imbuhnya.
“Jadi lo mau?” Dewi mempertanyakan niat
Lovina.
“Gue mau cakep, udah itu aja.”
“Pasti ada orang yang bisa nerima lo apa
adanya Lov.”
“Dan sayangnya gue belum pernah
menemukan orang itu.”
“Gue?”
Lovina menatap Dewi...” Thanks ya Wi,
Cuman lo yang bisa memahami gue.”
Dewi mengangguk. “Saran gue, mungkin
nggak ada salanya lo temuin tunangan si dokter
itu buat konsultasi.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono61 -
“Ogah ah...”
“Ya ngapain lo mikirin si dokter ganteng
tapi brengsek itu, lo kan cuman butuh bantuan
psikis untuk bisa merubah pola pikir lo.”
“Gue pengen berusaha sendiri sebisa gue,
terus gue ngumpulin duit, cari kerjaan di Bali
yang jauh dari nyokap, biar gue bisa hidup
bebas.”
“Why Bali?”
“Disana tu orang-orang terbiasa hidup
bersisihan dengan para turis, dan pola pikir
mereka sangat open minded, tapi mereka juga
bisa tetap mempertahankan culture mereka dan
itu keren menurut gue.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono62 -
“Ya siapa tahu lo bisa dapetin bule di sana
yang bisa menerima lo apa adanya.”
“Gue malah udah capek punya hubungan
dan berharap terlalu banyak Dew.”
“Lov, apapun yang lo lakuin gue akan
support, karena gue tahu lo orang baik. Tuhan
pasti kasih jalan hidup yang baik buat lo.”
Pertemuan malam itu dengan Dewi begitu
melegakan hati Lovina. Sesampai di rumah dia
bertemu dengan ibunya, dan entah mengapa
ibunya tampak melunak.
“Udah makan belum kamu?” Tanya sang
ibu.
“Udah Ma” Jawab Lovina sembari menuju
kamarnya.
Fat Shit! Achellia Sugiyono63 -
“Mama masak sop iga buat kamu.”
Lovina menoleh. “Maaf, Lovina nggak
makan malam ma.” Jawab Lovina.
“Mama minta maaf.” Ujar sang ibu
mengekor Lovina masuk ke dalam kamarnya.
“Lovi yang minta maaf, Lovi bisanya
nyusahin mama terus.” Lovina menatap ibunya.
“Mama terlalu keras sama kamu selama
ini.” Ujar sang ibu penuh sesal.
Namun bag api yang sudah terlanjur padam
karena tersiran air, cukup sulit menyalakannya
kembali. Mereka tampak kikuk satu sama lain.
Selama ini bu Nyoto menjalani hidup yang sulit
hingga membuatnya menjadi pribadi yang
hambar sebagai seorang ibu, dan Lovina
Fat Shit! Achellia Sugiyono64 -
terlanjur terluka begitu dalam hingga membuat
hatinya getir. Tak banyak ruang untuk kata
sayang dalam benak masing-masing.
“Lovi mau mandi terus istirahat.”
“Ya...”
Sang ibu keluar dari kamar Lovi sementara
gadis itu memilih untuk duduk dan memeluk
lututnya. Entah bagaimana harus
mengungkapkan keinginannya pindah ke Bali
dan menjalani hidup bebas “penghakiman”
Fat Shit! Achellia Sugiyono65 -
Tuyuh
-Tiga Bulan Kemudian-
Seminggu pertama setelah memutuskan
untuk mengubah gaya hidup, Lovina merasa
hidupnya berpindah ke Neraka. Dia tidak
merasakan kenikmatan apapun, makan tanpa
garam, tanpa gula, tidak minum kopi, tidak
menikmati bubur ayam yang biasa dia lahap
untuk sarapan, sate, mie ayam, bakso, nasi
padang yang rasanya selalu bagaikan potongan
surga jatuh ke bumi.
Fat Shit! Achellia Sugiyono66 -
Setelah mengalami celaan, juga judgment
dari adik dan ibunya sendiri soal usahanya
merubah penampilan. Juga dari orang-orang
yang heran melihatnya lari pagi dengan bobot
tubuh sedemikian besar. Namun setelah tiga
bulan yang dia lewati, akhirnya Lovina
merasakan ada perubahan dan pencapaian, meski
tubuhnya over threatment dan merasa selalu
kelelahan.
ook
“Lo baik-baik aja?” Tanya mba Rani
dengan wajah masam.
“Tya mba.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono67 -
“Kerjaan lo ngaco semua Lov, dan gue
perhatiin kinerja lo turun bagnet. Lo juga balik
on time belakangan, sering ketiduran di kantor.”
Lovina menelan ludah, bagaimana tidak,
mba Rani membeberkan semua fakta dan
kebenaran itu di hadapan wajahnya.
“Lo itu udah kaya mumi tahu?” Mba Rani
tampak menaikkan satu tone nada suaranya.
“Maaf mba.”
“Sorry Lov, gue sudah memperingatkan lo
minggu lalu dan minggu ini justru kinerja lo
makin anjlok, padahal gue berharap banyak sama
”
lo
Lovina yang memang sudah memikirkan
keputusannya “Saya mau resign mba.” Ujar
Fat Shit! Achellia Sugiyono68 -
Lovina mendadak, membuat Rani _terheran-
heran. Padahal begitu sulitnya bagi Rani untuk
mengatakan bahwa dia akan mengakhiri
hubungan kerja dengan karyawannya itu, namun
Lovina ternyata melepas pekerjaannya lebih
dulu.
“Gue marah bukan berarti gue pengen pecat
lo.” Rani menjawab setelah mempertimbangkan
beberapa saat. Kehilangan Lovina secepat ini
juga menjadi boomerang baginya.
“Saya sudah mempertimbangkan ini sejak
beberapa waktu lalu mba. Dan saya rasa
mungkin sudah waktunya ada orang yang lebih
bisa mengerjakan pekerjaan saya dibandingkan
saya.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono69 -
“Lo mau balas dendam sama gue karena
omelan gue minggu lalu?” Tanya Rani.
“Enggak mba, sama sekali enggak.”
Rani menghela nafas dalam, memang dia
membutuhkan Lovina, dia pikir dengan digertak,
Lov akan memperbaiki kinerjanya yang
menurun, nyatanya tidak. Dia justru resign.
Lovina pamit undur diri, dan Rani meminta
formalitas pengunduran diri Lovina berupa surat
tertulis. Lov bahkan sudah menyiapkannya sejak
minggu lalu.
sete
“Neti, lu kira-kira dong kalau pesen
makanan, ya ampun ...” Protes Wulan.
Fat Shit! Achellia Sugiyono70 -
“Ya kenape, si Lovi aja santai yang bayarin
nape lu yang repot sih Lan.” Jawan Neti santai.
Sementara yang lain sedang sibuk menulis
pesanan, Lovina tampak menikmati keriuhan
teman-teman cerewetnya itu.
“Weis,... habis dari ruangan mba Rani
langsung traktir kita-kita, kenapa nih lo, dapet
bonus?” Seloroh Neti setelah memesan bakso
kuah dengan tambahan rujak dan juga es kelapa
muda.
“Lo resign?!” Pekik Lala tak percaya.
“Jadi ini traktiran perpisahan lo?!” Neti
menimpali dengan wajah sedih yang dia buat-
buat.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoqe
“Yah, jangan sedih gitu dong, gue juga
ikutan seih ni.” Jawab Wulan.
“Gue sedih, kenapa si Lovi cuman traktir
kita di kantin, kan harusnya kita bisa makan di
restoran all you can eat gitu.”
Lovina terkikik. “Gue sengaja ngasih
tahunya belakangan, soalnya kalau di depan gue
tahu pasti si Neti minta yang aneh-aneh.”
“Terus lo mau kerja di mana Lov?”
“Gue dapat tawaran di salah satu resort di
Bali.”
“Anjirmr...!!!? Lala melongo menatap
Lovina. “Lo mau tinggal di Bali?”
“Tya.” Angguk Lovina.
Fat Shit! Achellia Sugiyono72 -
“Oh jadi lo diet mati-matian karena mau
kerja di Bali, lo pengen gaet cowo-cowo bule
gitu ya...” Otak Neti memang kurang setengah
sendok di bandingkan dengan otak manusia pada
umumnya, hingga arah obrolannya terkadang
menjadi begitu random.
“Enggak lah... kan kata Wulan no man no
cry.” Tukas Lovina.
“Wishing you the best ya Lov...” Wulan
tiba-tiba meluk Lovina dan suasana menjadi
sedikit mengharu biru.
Fat Shit! Achellia Sugiyono73
Delapan
Lovina mengingat sebuah pesan yang dia
tulis di buku catatannya, “sebuah perjalanan
membuat perubahan. ”
Bertahan terkadang terlihat mudah, tapi
justru itu yang mematikan. Bertahan di tempat
yang terlihat subur padahal akar-akar kita
membusuk karena terlalu banyak air.
Terkadang memilih meninggalkan adalah
sebuah perjuangan mengalahkan diri sendiri
untuk menemukan kehidupan.
Fat Shit! Achellia Sugiyono74 -
Dia menulis itu setelah tak sengaja bertemu
dengan teman lamanya, Casandra yang sempat
tinggal di LA dan bekerja untuk perusahaan
yang cukup bergengsi di sana tapi memilih
kembali ke Indonesia dan bekerja di Bali.
Ini seperti mimpi yang tiba-tiba menjadi
nyata dalam sebuah ketidaksengajaan yang
terlihat di sengaja oleh Tuhan. Dan banyak orang
pasti pernah mengalaminya.
Hari itu dia hanya menjalankan rutinitas
berbelanja kebutuhan sehari-hari di sebuah
pusat perbelanjaan untuk satu bulan. Saat dia
sedang memilih-milih produk dari berbagai
pabrikan yang di pajang rapi di etalase-etalase
tiba-tiba pundaknya di tepuk oleh seseorang dan
itu temannya, Casandra.
Fat Shit! Achellia Sugiyono752.
“Lov...” Sapanya.
Lovina sempat tidak mengenali karena
Casandra terlihat begitu putih, dengan rambut
blonde dan juga gaya berpakaian yang tak lagi
dia kenali. Saat SMA, Cassy, sapaan akrab gadis
berwajah Indo German itu begitu polos meski
dengan mata coklat tapi rambutnya hitam legam,
dan kulitnya pun tak seputih sekarang.
Penampilannya begitu sederhana hingga banyak
yang menganggapnya “cupu”, atau “culun”
“Cassy cupu.” Dia memperkenalkan diri.
“Hah... serius?” Lovina tak percaya.
Bagaimana tidak mereka adalah geng ulat bulu,
yang dianggap tak terlalu popular juga tak
cantik. Tapi Cassy benar-benar sudah menjadi
Fat Shit! Achellia Sugiyono76 -
kupu-kupu sekarang, sementara Lovina nyaman
tinggal di dalam kepompongnya.
“Gila lu cantik banget sekarang.” Puji
Lovina setelah mereka berpelukan.
“Setelah perjuangan panjang yang
menyakitkan terbelit dalam kepompong jelek.”
Seloroh Cassy ditutup dengan tawa renyah,
hingga beberapa orang menoleh ke arah mereka.
Setelah berbelanja mereka memutuskan
untuk mengobrol di sebuah café tak jauh dari
supermarket itu.
“Lo bukannya kuliah di LA?”
“Tya, atas paksaan bokap.” Jawab Cassy
sebelum menyesap kopinya.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoqe
“Sempet kerja juga gue disana, sekitar dua
tahunan lah.”
“Terus sekarang?”
“Gue balik ke sini, ke Bali sih lebih
tepatnya.”
“Serius lo?”
“Tya, sejak Agustus tahun lalu lah gue di
Bali.”
“Kerja?”
“Tya, di resort gitu.”
”
“Keren banget _lo. Lovina masih
memandangi Cassy dengan penuh kekaguman.
“Kenapa lo tinggalin kerjaan lo di LA?”
Fat Shit! Achellia Sugiyono78 -
Cassy mengerucutkan bibirnya sekilas.
“Em...Buat gue, hidup itu pilihan. LA was good,
but good is not enough.”
“Maksud lo?”
“Gue butuh something best, not only good.”
“Bukannya nggak ada yang sempurna di
dunia ini Cass?”
“Gini loh Lov, gue tu kan dari dulu
pemikirannya sering beda sama orang-orang.
Dan gue merasa, kalau ini hidup gue, jadi gue
yang bisa memutuskan apa yang baik buat hidup
gue. Capek tahu ngikutin ekspektasi orang terus,
even itu our parents.”
“Gue setuju tu sama lo.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono19.
“Kan emang kita tu para ulet bulu, gue, elo,
Santi sama Lola tu satu pemikiran dari dulu.
Udah jeleknya sama, gendutnya sama, terus
pikirannya sama pula.” Kekeh Casandra.
“Tapi lo beneran udah jadi kupu-kupu sih
sekarang.” Lovina ikut terkekeh.
“By the way, kalau ada referensi kerjaan di
Bali dong. Gue juga pengen melawan arus tapi
belum nemu batu pijakan yang bener.”
“Oh, kebetulan banget temen gue George
lagi bangun resort juga di Bali, dan lumayan
gede sih di bandingkan resort tempat gue kerja.
Nah dia lagi butuh orang tu buat bisa handle.”
“Kenapa nggak lo aja coba kerja sama
George?”
Fat Shit! Achellia Sugiyono80 -
“Because...1 work with my boy friend,
Daniel in his resort.”
“Oh I see...” Angguk Lovina, “Jadi lo
kerja sama cowo lo di resort dia?”
“Exactly.”
“Tapi gue belum pernah kerja sama bule
sih, J have no idea.”
“Santai aja, George itu orangnya baik. Dia
juga humble walaupun harta bapaknya banyak
banget.” Seloroh Cassy.
“Gue harus kirim CV dulu ke elo ya.”
“Yap. Ke email aku aja. Nanti aku watsapp
ya.” Ujar Casandra.
“Sip.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono81 -
Pertemuan hari ini membawa perubahan
besar dalam hidup Lovina. Dia benar-benar
memilih untuk meninggalkan Jakarta dan hidup
di pulau Dewata mengikuti kata hatinya. Meski
setelah pertemuan yang menyenangkand engan
Casandra, dia harus melakukan percakapan dari
lubuk hati yang paling dalam dengan ibunya.
Percakapan penuh drama dan air mata.
soko
Fat Shit! Achellia Sugiyono82 -
Sembilan
“Kamu udah bener-bener pengen ninggalin
mama?” Tanya sang ibu sembari membantu
Lovina berkemas.
“Enggak ma, bukan soal ninggalin mama.
Lovina merasa ini cara Lovina mencintai diri
Lovina sendiri.”
“Kamu banyak berubah kak.” Jawab sang
ibu.
Lovina tersenyum. “Aku cuman pengen
bahagia ma.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono83
“Mama ngerti, yang mama belum bisa
mengerti, apa dengan jauh dari mama itu cara
kamu bahagia.”
Lovina menghentikan aktifitasnya, dia
menghampiri sang mama kemudian
memeluknya. “Aku bisa bawa mama ke Bali,
tapi setelah aku sattle down ya ma.”
“Kamu yakin bisa kerja sama orang yang
kamu aja belum pernah ketemu?”
“Dia udah tahu CV aku ma, dan dia sudah
kirim kontrak kerjasama yang akan aku
tandatangani begitu sampai di Bali.”
“Mama khawatir sama kehidupan di Bali
yang bebas.”
Fat Shit! Achellia SugiyonoB4 -
“Mama nggak percaya sama aku?” Lovina
menatap ibunya.
Ibunya berkaca, bibirnya yang terkunci
rapat tampak bergetar hebat.
“Aku sayang mama, karena itu aku
berusaha mencari kehidupan yang lebih baik ma.
Penghasilan di Bali lebih besar, aku bisa sisihin
jauh lebih banyak buat mama sama Sasya.”
“Ok, kamu jaga diri baik-baik ya kak.” Ujar
sang ibu, mereka menyudahi cara berpelukan
dan memilih untuk kembali berkemas.
“Kamu mau bawa timbangan ini nggak?”
Tanya sang mama melihat timbangan tua milik
Lovina yang sudah dia miliki sejak SMA. Dan
Fat Shit! Achellia Sugiyono85 -
timbangannya tidak pernah dibawah angka
delapan puluh.
“Em.... Enggak deh ma. Nanti charge
karena over bagasi.”
“Tya kak. Mama siapin makanan ya, biar
kamu bisa bawa buat ngemil di jalan sama pas
nunggu pesawat.”
“Ma... aku udah mutusin untuk menjalani
hidup yang lebih baik, dan itu termasuk soal
makanan. Aku bakal kangen masakan mama,
tapi mungkin nggak sering-sering.”
Perpisahan terjadi sore itu, dengan pesawat
sekitar pukul lima. Untuk pertama kali akhirnya
Lovina meninggalkan ibunya. Seperti seekor
Fat Shit! Achellia Sugiyono86 -
anak anjing yang dilepas tali kungkungannya
hingga dia bisa berlari bebas.
Lovina tampak sangat bersemangat,
mungkin jika dia benar-benar anak anjing dia
akan berlari mengibaskan bulu-bulu indahnya.
Bukan hanya pergi dari situasi yang dia anggap
sudah terlalu toxic, tapi juga dari dirinya sendiri
yang sudah terlalu toxic, bahkan untuk dirinya
sendiri.
Menanggalkan dirinya yang lama, yang
penuh ketidakpuasan dan kegetiran karena
penghianatan juga merasa menjadi lelucon bagi
banyak orang, kini Lovina memutuskan untuk
menjalani dirinya seperti nama yang diberikan
padanya, penuh cinta.
Fat Shit! Achellia SugiyonoBenar kata orang, “Bagaimana orang bisa
mencintai kamu, sedangkan kamu sendiri tidak
tahu bagaimana untuk mencintai dirimu.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono88 -
Sepuluh
Dijemput dengan akomodasi milik resort
kemudian mendapatkan sebuah pavilion di resort
untuk Manager Resort itu. Apa lagi yang
kurang? Gaji dibayarkan dalam mata uang dollar
yang jika dikonversikan ke rupiah tentu nilainya
lebih tinggi.
Namun kesialan tampaknya tak benar-benar
pergi dari hidup Lovi, karena baru sampai dan di
hari pertamanya bekerja dia harus melompat ke
kolam renang untuk menyelamatkan seorang
Fat Shit! Achellia Sugiyono89 -
bocah yang hampir tenggelam di kolam renang
karena tak sengaja terpeleset entah bagaimana
tanpa ada orang di sekitarnya, lagipula hal itu
terjadi di senja hari.
“Thanks.” Ujar seorang pria bule yang
tampak begitu khawatir dan memeluk gadis kecil
berambut pirang yang usianya kurang lebih
sekitar lima atau lima setengah tahun.
“You’re welcome. We can go to the
hospital to make sure her condition.” Lovi
menawarkan untuk memeriksakan kondisi sang
anak ke rumahsakit, tapi pria itu terus
mendekapnya.
“Tt’s ok. I'll take her to the room.’
Fat Shit! Achellia Sugiyono90 -
“Let me help you to take care of her, or if
you need anything, feel free to tell me.”
“Thank you so much, what you’ve done for
me is means so much.” Pria itu membopong
bocah berusia lima tahun itu kedalam kamar
deluxe yang di sewanya sejak dua hari lalu.
Tampaknya dia hanya menginap bersama sang
puteri dan seorang pengasuh yang menginap di
kamar lain.
2K
“Hi,...” Pria itu menghampiri Lovina, pria
bule yang puterinya sempat di selamatkan oleh
Lovi.
“Hi...” Lovina tersenyum ke arahnya. Pria
itu mungkin berusia sekitar tiga puluh lima tahun
Fat Shit! Achellia SugiyonooT
atau lebih sedikit. Masih tampak begitu muda
untuk seorang pria bule dengan badan yang
begitu atletis, juga mata biru yang begitu indah
dibingkai dengan alis tebal dan bulu mata lentik,
hanya saja si bule memiliki rambut coklat tanah,
tak seterang sang puteri.
Karena jam kerja Lovina sudah berakhir,
dia bisa menemui tamu ini dengan santai diluar
tanggungjawabnya sebagai manager operasional
di resort itu.
“Saya Jamie Arthur.” Pria itu
memperkenalkan diri.
“Lovina.”
Fat Shit! Achellia Sugiyonoa2]
“Ya, aku bisa membaca dari name tag yang
kau pakai.” Dia menunjuk ke sebuah pin kecil
yang tersemat di seragam Lovina.
“Oh ya...”Lovina menoleh ke pin itu dan
tersenyum saat menyadarinya.
“Kau bekerja sangat keras.” Ujar Jamie.
“Ini pekerjaan pertamaku di Bali.”
“Sebelumya?” Alis Jamie bertaut.
“ Jakarta.”
“T see...” Jamie mengangguk. “Jika tidak
kerberatan aku ingin mentraktirmu sesuatu.”
“Sure, jam kerjaku sudah berakhir.” Ujar
Lovina.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono032
Pria itu memesan dua gelas wine pada
bartender dan duduk berhadapan dengan
pemandangan menghadap ke kolam renang,
tempat puterinya hampir tenggelam sore tadi.
“Apa alasanmu pindah ke Bali?”
Lovina menyesap wine dari gelas yang di
pegangnya. “Thanks by the way.” Sebelumnya
Lovina sudah membaca banyak hal tentang gaya
hidup di bali, termasuk soal wine. Tapi ini untuk
kali pertama dia mencicipi minuman semacam
ini.
“Aku pindah ke Bali untuk menemukan
ketenangan.”
“Aku juga mengharapkan hal yang sama.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono4 -
“Are you?” Alis Lovina _ bertaut,
senyumnya tertahan, dan entah mengapa waktu
terasa membeku beberapa detik ketika tatapan
Jamie terkena sorot lampu yang membuat mata
birunya tampak menyala.
“Setelah isteriku meninggal, ini liburan
pertama yang kulakukan bersama puteriku.”
“Sorry... aku tidak bermaksud membahas
kehidupan...”
“It’s ok.” Jamie tersenyum. “Aku bercerai
dengannya dua tahun lalu, dia pindah ke Kanada
dengan kekasihnya bersama Chloe, puteri kami.
Dan bulan lalu aku mendapat kabar bahwa dia
mengalami kecelakaan hingga meninggal. Chloe
kembali kepadaku dan aku sedikit kewalahan
dengan keberadaannya, meskipun dia puteri
Fat Shit! Achellia Sugiyono95 -
kandungku.” Jamie tersenyum getir. “I’m a
teribble daddy for her.”
“Entah mengapa aku melihat sebaliknya.”
Ujar Lovina.
“What?” Jamie mempertanyakan maksud
kalimat Lovina.
“Kau sangat mencintai puterimu, aku
melihat sorot mata ketakutan saat kau
memeluknya tadi.”
“Aku = mencintainya, sangat.” Jamie
mengangguk, matanya benar-benar ikut berkata
jujur soal itu.
“Puterimu akan terbiasa dengan situasi ini,
aku berharap kalian bisa melewatinya bersama.”
Lovina memberikan semangat.
Fat Shit! Achellia Sugiyono96 -
“Aku = mencoba_~= mendekatkan — iri
dengannya, setelah beberapa tahun tidak
bersama. Adikku menyarankan kami untuk
liburan bersama, dan meskipun aku membawa
asisten, ternyata itu tidak mudah.” Jujur Jamie
mentertawakan dirinya sendiri.
“Aku tahu.”
“Aku senang bisa bicara denganmu, seems
like I just found someone who I can talk to.”
Lovina tersenyum. “J love to talk to you
Mr. Arthur.”
“Can I meet you tomorrow after back from
Kintamani.”
“Of course.”
“Thanks.”
Fat Shit! Achellia Sugiyono97 -
“You're welcome.”
Jamie meninggalkan Lovina yang masih
duduk sendiri di bar. Setelah merasa cukup,
akhirnya Lovina berpindah ke pavilion yang
disediakan untuk para staf. Semacam mess
namun bentuknya jauh lebih baik karena ada
dalam lingkungan resort itu juga. Sang pemilik
resort benar-benar mempertimbangkan
kenyamanan tak hanya bagi para tamu, namun
juga bagi para pekerjanya.
Beberapa memilih tinggal di pavilion
namun beberapa memilih kost diluar resort agar
lebih bebas.
Lovina duduk di depan cermin setelah
mandi, entah mengapa dia merasa wajahnya
memerah dan tak kunjung hilang.
Fat Shit! Achellia Sugiyono98 -
“Apa gara-gara gue mandi air panas,
biasanya mandi air dingin.”’ Gumamnya.
Tampak tak ambil pusing, Lovina memilih untuk
tidur karena esok dia harus bekerja pagi-pagi.
Fat Shit! Achellia Sugiyonooo]
Sebelas
Lovina melihat si anak bule, puteri kecil
Jamie Arthur, bernama Chloe Arthur yang
tengah membangkang tak ingin makan
sementara sang pengasuh tampak kesulitan
membujuk.
Lovina mendekat, “Hi sweety...” Sapanya
dengan senyum ramah, entah mengapa tiba-tiba
Chloe turun dari kursinya dan memeluknya
seolah meminta perlindungan dari pengasuhnya.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoee LOO ee
“Chloe come...” Sang pengasuh berusaha
menariknya tapi Lovina tersenyum.
“It’s ok.” Lovina mengambil piring
makanan itu dan mengajak Chloe duduk.
“Apa yang ingin kamu makan?” Tanya
Lovina.
“Donnut.” Jawabnya dengan aksen khas
anak-anaknya.
“Em... Ok, aku akan mengambilkan
untukmu satu.” Lovina kembali ke buffet dan
mengambil dua buah donat.
“Makanlah, aku akan membantumu
menjaga Chloe sementara kamu memakan
sarapanmu.” Ujar Lovina pada sang asisten
Fat Shit! Achellia Sugiyonoeles
dalam bahasa Inggris, agar bisa diterima oleh
sang asisten.
“Thanks.” Jawabnya sumringah, mungkin
gadis itu juga sedikit jengkel dengan sikap
kanak-kanak Chloe yang lebih sering cranky
dibandingkan happy.
Dengan telaten Lovina membantu Chloe
makan, meski dia jarang sekali berinteraksi
dengan anak-anak, tapi pada dasarnya Lovina
menyukai anak-anak.
Setelah membantu Chloe makan, dan sang
pengasuh sudah membawa Chloe kembali ke
kamarnya, Lovina kembali dalam kesibukannya
sebagai seorang manager oprasional Resort.
Berhubung ini bukan high season, resort tidak
begitu penuh tapi cukup banyak tamu yang
Fat Shit! Achellia Sugiyonoeles
menginap di resort ini, selain mewah dan
fasilitsanya lengkap, resort ini juga mendapat
penilaian bintang lima dari para tamu soal
keramahan stafnya.
2K
Hari ini Lovina menjemput tamu lain ke
Bandara, karena untuk setiap tamu VVIP, sang
manager tak jarang harus turun tangan sendiri
untuk melakukan penjemputan demi pelayanan
prima.
Baru saja kembali ke hotel dan bersiap
untuk memeriksa pekerjaannya, paper work
yang tetap menjadi tanggung jawabnya, seorang
staff menghampirinya.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoese
“Permisi bu.”
“Ya...” Lovina tampak terkejut karena staf
itu membawa karangan bunga besar juga sebuah
paper bag sebah brand ternama.
“Dari Mr. Arthur.” Ujar Staf itu.
“Mr. Arthur?” Alis Lovina bertaut.
“Tya, katanya untuk bu Lovina.”
“Oh, thanks.” Lovina menaruh buket bunga
di meja kemudian membuka bungkusan dalam
paperbag, yang tak lain adalah sebuah tas
mewah.
Lovina menghela nafas dalam,
memasukkan kembali tas itu ke dalam paper
bag. Dengan langkah pasti dia menuju kamar
Fat Shit! Achellia Sugiyono= 1040 2
Jamie Arthur untuk mengembalikan gift dari
pria kaya itu.
Tok Tok
Lovina mengetuk pintu, dan menunggu
hingga Jamie membukanya.
“Hi...” Jamie tamkak baru saja_ selesai
mandi, meski tubuhnya sudah berbalut piyama
tapi rambutnya masih tampak basah.
“Come in.” Jamie mempersilahkan Lovi
masuk, tapi gadis itu tersenyum kemudian
menggeleng. Tatapan Jamie turun dari wajah ke
tangan Lovina yang menenteng paper bag yang
beberapa saat lalu dia titipkan pada staf untuk di
berikan padanya.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoeos
“Ini berlebihan.” Ujar Lovina sembari
menyodorkan paper bag di tangannya.
Jamie menarik tangan Lovina hingga dia
masuk kedalam kamar deluxe yang di sewa
olehnya untuk beberapa malam kedepan. Setelah
Lovina berada di dalam kamarnya, Jamie
menutup pintu.
“Aku tidak tahu harus menghadiahimu
”
apa.” Jamie tampak menggaruk ujung alis
kirinya.
“Anda tidak perlu menghadiahiku apa-apa.”
Ujar Lovina. “Aku melakukan apa yang menjadi
tugasku di resort ini, ini pekerjaanku, dan aku
sudah mendapatkan upah untuk apa yang aku
lakukan.”
Fat Shit! Achellia Sugiyonoeo.
“Aku hanya ingin berterimakasih karena
hari ini kau sudah membantu puteriku.”
“Ttu juga aku lakukan karena pekerjaanku,
dan demi pelayanan terbaik dari resort kami Sir,
anda tidak perlu sungkan.” Lovina meyakinkan.
Tapi entah mengapa tiba-tiba Jamie meraih
wajahnya dan langsung mencium Lovina bahkan
saat gadis itu tidak siap untuk menerimanya.
Lovina membeku beberapa saat, namun
Jamie segera menarik dirinya.
“Sorry.” Ujarnya menyesal.
Lovina berjalan seperti orang limbung,
meletakkan paperbag itu di sofa kemudian
keluar. Dia benar-benar kacau karena kejadian
barusan. Hampir setengah tahun tak lagi
Fat Shit! Achellia Sugiyonoese
tersentuh oleh makhluk yang disebut lelaki, kali
ini sentuhan yang dilakukan Jamie Arthur benar-
benar mengguncang dirinya.
Lovina kembali ke ruang kerjanya dan
duduk seperti patung dengan tatapan kosong.
“Don’t be stupid Lovina, dia bakalan cabut
dalam beberapa hari. Jangan jadi bego lagi
please.” Ujarnya dalam hati untuk membuatnya
tetap bisa bernafas, karena entah mengapa
setelah kembali dari kamar Jamie, setelah
ciuman singkat itu lebih tepatnya, udara menjadi
terasa begitu sedikit untuk di hirup.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoelses
Dua Belas
Pagi ini Lovina bekerja seperti biasa,
namun dia benar-benar ingin menghindari
kontak dengan Jamie Arthur. Entah pelecehan
atau apa, tapi tidak bisa di pungkiri bahwa pria
itu sungguhlah mempesona.
Tak tampak Jamie bahkan sejak pagi,
resepsion juga mengatakan bahwa Jamie ingin
sarapannya di antar ke kamar tadi pagi.
Lovina menjadi sangat penasaran, apakah
pria itu tersinggung dengan perlakuan Lovina?
Bukankah harusnya dia yang tersinggung dengan
Fat Shit! Achellia Sugiyonoee OO ee
sikap ke-bule-an Arthur yang tak bisa dia
bendung saat berhadapan dengan Lovina, main
langsung nyosor aja.
“Bu...” Suara seseorang membuyarkan
lamunan Lovina yang sedang berdiri di dekat
resepsionis untuk melihat apakah ada tamu baru
atau tidak. Atau adakah tamu yang akan check
out dan lain sebagainya.
“Pasangan bulan madu masuk dua bu,
besok, terus satu lagi Sabtu.”
“Ok, pastikan semua yang di butuhkan di
catat dengan detail ya, kalau ada request kusus
segera laporkan ke saya.”
“Tya bu.”
“Sore ini saya tunggu di meja saya.”
Fat Shit! Achellia Sugiyonoee dO ee
“Baik bu.”
Setelah ke meja_ resepsionis, Lovina
berjalan ke bar, memastikan semua stok
minuman juga minuman mahal yang di pesan
khusus oleh beberapa tamu VVIP tersedia.
Juga set menu makanan dan meja untuk
dinner diluar buffet yang disediakan. Di resort
bekerja memang sambil liburan rasanya, tapi toh
tanggung jawab tak bisa dilalaikan apalagi
George sang pemilik resort selalu memantau
kegiatan yang terjadi di resort meskipun hanya
melalui laporan yang di kirim Lovina by email
setiap hari.
Sejauh ini George memberikan apresiasi
positif pada Lovina untuk beberapa hari kerja
yang dia lakukan.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoede
Seolah baru saja mengingat sesuatu, Lovina
kembali ke meja resepsionis.
“Mr. Arthur, tolong kasih tahu saya ya apa
aja yang dia pesan ke kalian hari ini.”
Dua resepsionis yang bertugas tampak
saling menatap kebingungan.
“Maksud saya, dia kan tamu VVIP, saya
cuman pengen pastikan dia nyaman dan akan
melakukan reservasi kembali one day dia ke Bali
lagi.”
“Baik bu.” Ujar salah satu di antaranya.
“Pagi ini Mr. Arthur meminta mobil pribadi
untuk berkeliling.”
“Dia nggak pakai supir?” Tanya Lovina
penasaran.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoeee
“Tidak bu, dia bilang tadi mau nyetir
sendiri.”
“Dia kasih tahu tujuannya nggak?” Tanya
Lovina lagi, entah mengapa dia tampak sedikit
berlebihan, hingga kedua resepsionis itu lagi-lagi
saling menatap.
“Maksud saya, mungkin kita bisa tawarkan
supir untuk antar dia.”
“Udah pergi Mr. Arthurnya bu.” Jawab Ani,
sang resepsionis yang sedari tadi diam.
“Kok kalian baru kasih tahu saya?”
“Kan biasa juga di report sore baru kasih
tahu ibu.” Jawab Ani lagi.
“Ok”
Fat Shit! Achellia Sugiyonoeioaee
Lovina menjauh dari meja resepsionis dan
berjalan ke bagian housekeeping untuk
memeriksa semua perlengkapan kebersihan
masih ada dan semua kamar tamu sudah
dibersihkan dengan sempurna.
“Ibu kenapa bu?” Tanya Rudi saat
memergoki Lovina terbengong di depan laundry
room.
“Enggak, cuman mau memastikan kalau
pakaian Mr. Arthur, tamu Deluxe di kerjakan
dengan rapi.”
“Siap bu.” Jawab Rudi. Lovina kemudian
berjalan ke sisi lain resort, kali ini dia kembali ke
bar dan memastikan bahwa acara pesta ulang
tahun yang akan di helat oleh Halley Rupert,
salah satu tamu yang membawa enam orang
Fat Shit! Achellia Sugiyono= 1a @
rombongan berjalan sesuai dengan konsep yang
dia ingikan. Halley bahkan mem-booking area
lounge untuk malam ini demi teman-temannya,
sepertinya dia akan mengundang beberapa
temannya dari luar resort.
oho
Menjelang sore, Lovina kembali ke
kantornya untuk memeriksa laporan, memesan
beberapa barang untuk kebutuhhan resort dan
juga mengirimkan laporan untuk George sang
owner. Saat tengah sibuk dengan pekerjaannya,
tak segaja seseorang melintas yang kemudian
menarik perhatiannya.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoeos
Jamie, dan seorang wanita dengan rambut
coklat terang. Tak tampak wajahnya karena
mereka hanya melintas sambil bicara dalam
bahasa mereka.
Lovina bergidik, dia berusaha kembali
berkonsentrasi pada pekerjaannya, namun
sepertinya sia-sia. Bahkan bayangan Jamie
Arthur bisa langsung menghancurkan
konsentrasinya dalam sekejap, itu hanya
bayangannya, bagaimana dengan bibirnya?
Mendadak terlintas kalimat naif dari bibir
Sasya sang adik saat mereka menghabiskan
malam terakhir Lovina di Jakarta untuk
mengobrol.
“Lo mau nggak kalau di ajak seks sama
cowo bule ntar?” Tanya Sasya tanpa berpikir
Fat Shit! Achellia Sugiyonoellos
panjang, dia benar-benar sangat terbuka dan
kadang seikit kepo.
“Gila lo, kalau mama denger habis gue.”
“Kan gue nanya.”
Lovina memutar matanya. “Nggak mimpi
sih gue.”
“Eh kak, asal lo tahu aja ya. Cowo bule itu
suka cewe asia kaya kita gini tahu.”
“Sok tahu.”
“Serius. Gue baca novel, terus nonton film,
mereka tu maskulin banget, terus kalau suka ya
udah bilang aja suka. Bodo amat di tolak atau
enggak, mereka hanya merasa_ perlu
mengungkappkan apa yang mereka asain.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoieee
Nggak kaya cowo Indonesia, sukanya deket-
deket tapi nggak kasih kepastian. “
Lovina terbahak. “Lo lagi di PHP emang?”
“PHP itu istilah jadul, istilah kekiniannya tu
temen rasa pacar.”
“ih, kasihan adek gue.” Lovina memeluk
Sasya dan gadis itu merontak minta di bebaskan.
“Jijik tahuuuuu...” Protesnya. “Tapi
beneran sih, saran gue lo mending sama cowo
bule aja kak. Mereka tu suka langsung libas...”
Seloroh Sasya diiringi seringai lebarnya.
“Gila lo, terus baru ketemu have seks gitu?”
“Ya kalau itu sih balik lagi ke elo, lo kan
udah gede, masa iya mau minta ijin nyokap dulu
mau gituan sama pacar lo.”
Fat Shit! Achellia Sugiyonoelo
“Enggak ah, gue masih pengen rahasia-
rahasiaan soal itu sama siapapun yang deket ke
gue. Biar pas udah nikah, dia ngrawa worth to
wait gitu lah.”
“That’s your option, apapun lo selalu jadi
kakak idola gue.”
“Tdola tapi kok sering lo buly.”
“Gue nggak bully, gue bilang yang
sejujurnya.”
Lamunan Lovina terseret pada kenyataan,
bahwa dirinya menghadapi tumpukan kertas
laporan. Tapi soal seks pra nikah, itu yang selalu
dia ingat, worth to wait.
“It’s ok kalau cuman kissing.” Gumamnya
mendadak. “Ih gue kenapa sih.” Lovina
Fat Shit! Achellia Sugiyonoeles
menyentuh bibirnya sendiri. Dia segera berjalan
keluar dari ruangan menuju pantry, dia butuh
kopi atau apa mungkin untuk menjernihkan
pikirannya.
RK
Tok Tok
Menjelang pukul dua belas, pintu kamar
Lovina di ketuk. Lovina yang baru selesai
dengan pekerjaannya belum tampak tidur. Dia
berjalan ke arah pintu dan membukanya.
“Hi...” Jamie Arthur menjulang tinggi di
depan pintu Lovina.
“Bagaimana anda tahu aku tinggal di sini?”
“Aku bertanya pada staffmu.”
“Oh...”
Fat Shit! Achellia Sugiyonoee e0 ee
“Ada yang bisa kubantu?” Tanya Lovina
formal meski dia lupa bahwa dia hanya
mengenakan piyama tidur yang membungkus
tubuhnya, yang bahkan lupa dia ikatkan hingga
Jamie bisa melihat terusan selutut, senada
dengan piyama yang dikenakan Lovi.
“IT want to apologize to you.” Ucap Jamie
penuh sesal.
“For what?”
“T kissed you at that night.”
Lovina tertunduk _ sekilas, kemudian
menengadah kembali menatap Jamie, “Bisakah
kita melupakan kejadian itu dan bersikap seolah
tak terjadi apa-apa.” Tutupnya dengan senyum.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoeels
Jamie terdiam tapi tatapannya terkunci
padanya.
Jamie menghela nafas dalam, sekali lagi dia
menatap Lovina, gadis itu tampak tak begitu
nyaman ditatap demikian oleh Jamie, Lovina
bahkan segera mengikatkan piyamanya dan
melipat tangannya di dada, semacam bentuk
pertahaman dirinya.
“Ok.” Jamie mengangguk, kemudian dia
melangkah pergi dari kamar Lovina yang
pintunya langsung menghadap ke taman
belakang resort.
Entah mengapa_ perasaan _bersalah
membuncah di dalam dada Lovina saat Jamie
berjalan dalam kegelapan malam meninggalkan
kamarnya.
Fat Shit! Achellia Sugiyonoeeeaee
Untuk pertama kalinya dalam hidup Lovina,
seorang pria tampan yang sangat maskulin dan
begitu berkualitas datang padanya tidak untuk
memanfaatkannya, tidak seperti mantannya,
bahkan juga dokter Rey yang sempat dianggap
malaikat oleh Lovina, toh ternyata pada akhirnya
mereka hanya memanfaatkan Lovina.
Padahal jika dilihat bentuk tubuh Lovina,
masih cukup besar, setidaknya dia tampak
seperti wanita biasa, bukan tampak bag model
dengan badan super langsing yang akan semakin
mempesona jika di bingkai dengan bikini.
Lovina mendekap dirinya sendiri dan kembali
meringkuk di ranjangnya. Dia bahkan dua kali
mencubit tangannya, meyakinkan dirinya bahwa
Fat Shit! Achellia Sugiyono