Professional Documents
Culture Documents
HKUM4201 - Hukum Tata Negara
HKUM4201 - Hukum Tata Negara
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. Saya tidak menerima naskah UAS-THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS-THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS-THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak melakukan
kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS-THE melalui media apapun, serta tindakan tidak
terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan
oleh Universitas Terbuka.
Cibinong, 27 Desember 2021
Yang Membuat Pernyataan
Yuditya Arwanto
HKUM4201 / Hukum Tata Negara
c. Indonesia pernah menggunakan susunan negara federal pada masa Konstitusi RIS,
tapi bentuk negara federal ini hanya bertahan selama 8 bulan. Hal tersebut
disebabkan karena Gerakan rakyat untuk kembali menjadi satu dalam Negara
Kesatuan RI semakin lama semakin besar. Dalam bulan Januari 1950, terjadi
ketegangan – ketegangan antara pendukung federal kesatuan (unitaris).
Argumentasi yang menolak negara serikat adalah karena merupakan usulan dari
van Mook, dan karena hal itu digunakan untuk memusuhi Negara Kesatuan RI,
bahkan untuk mematikan revolusi dan membatalkan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Ide negara serikat diterima pada saat pembahasan di Konferensi Meja Bundar,
dalam rangka mengembalikan persatuan Indonesia. Usaha pendukung unitaris
tidak hanya dengan mengajukan berbagai surat – surat, mosi – mosi, dan resolusi
– resolusi dari partai – partai, organisasi massa dan dewan perwakilan di daerah
yang berisi tuntutan agar daerahnya dibubarkan dan digabung dengan daerah
bagian RI; tetapi juga dengan berbagai aksi demonstrasi – demonstrasi dan
pemogokan – pemogokan.
Menguatnya dorongan menuju ke Negara Kesatuan RI ditanggapi positif oleh
parlemen, di mana pada tanggal 2 Maret 1950, DPR menyetujui Usul Mosi
Gabungan dari 60 anggota tentang penggabungan berbagai daerah kepada RI,
sedangkan Senat pada bulan yang sama membentuk panitia penyusun rancangan
UUD Negara Kesatuan, yang hasilnya disampaikan ke Pemerintah pada 22 Mei
1950. Mosi lainnya yang penting berkaitan dengan keinginan untuk kembali ke
Negara Kesatuan, adalah Mosi Integral Mohammad Natsir tentang Pembentukan
Negara Kesatuan yang disampaikan pada tanggal 15 April 1950. Mosi ini penting,
karena Natsir memberikan pemikiran agar semua negara bagian meleburkan diri
ke dalam negara baru bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berikut ini adalah Hak Warga Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945:
i. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
(pasal 27 ayat 2).
ii. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”(pasal 28A).
iii. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
iv. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demivmeningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
v. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal
28C ayat 2).
vi. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
vii. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal
28I ayat 1).
Berikut ini adalah Kewajiban Warga Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945:
i. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.”
ii. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 menyatakan “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”.
iii. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan “setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
lain.”
iv. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28J ayat 2 menyatakan “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
v. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30
ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
c. Setelah perubahan UUD 1945, Parlemen RI terdiri dari 3 kamar yaitu DPR, DPD,
dan MPR, atau disebut dengan sistem trikameral.
Kewenangan formal DPR yang diatur dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut:
i. Mengusulkan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada
MPR.
ii. Presiden dan/atau Wakil Presiden bersumpah di hadapan MPR atau DPR.
iii. Memberikan persetujuan terhadap pernyataan perang, dan pembuatan
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain yang dilakukan oleh
Presiden.
iv. Memberikan persetujuan terhadap perjanjian internasional tertentu yang
dilakukan oleh Presiden.
v. Memberikan pertimbangan kepada presiden dalam pengangkatan duta dan
penempatan duta negara lain.
vi. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti dan
abolisi.
vii. DPR memegang kekuasaan membentuk UU.
viii. Membahas dan menyetujui UU, bersama – sama dengan Presiden.
ix. DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan,
serta hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
x. Setiap anggota DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.
xi. Anggota DPR berhak mengajukan usul RUU.
xii. Memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti UU.
Selain hal tersebut dalam Pasal 7C UUD 1945 diatur bahwa: “Presiden tidak
dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR”.
Selanjutnya kewenangan formal DPD yang diatur dalam UUD 1945 adalah
sebagai berikut:
i. DPD dapat mengajukan kepada DPR, RUU tertentu yang berkaitan
dengan kepentingan daerah.
ii. DPD ikut membahas RUU tertentu yang berkaitan dengan kepentingan
daerah dan memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan
RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
iii. DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU tertentu yang
berkaitan dengan kepentingan daerah, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada
DPR.
iv. Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK.
v. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK.
Lalu berikutnya kewenangan formal MPR yang diatur dalam UUD 1945 adalah
sebagai berikut:
i. MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD.
ii. MPR melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
iii. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut UUD.
iv. Presiden dan/atau Wakil Presiden bersumpah di hadapan MPR atau DPR.
v. Memilih Wakil Presiden dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden.
vi. Memilih Presiden dan Wakil Presiden jika keduanya mangkat, berhenti,
atau diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersamaan.