Professional Documents
Culture Documents
Proposal Adam
Proposal Adam
Disusun oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan masyarakat. Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh pola hidup
yang tidak sehat adalah dispepsia, dispepsia adalah suatu kondisi yang sangat
Dispepsia sering terjadi pada masa dewasa, karena pada masa ini
Selain itu kondisi dan fungsi saluran pencernaan sudah mulai mengalami
persen orang dewasa setiap tahun dan sering didiagnosis sebagai dispepsia
(struktural).
penyakit dengan pasien rawat inap terjadi di berbagai provinsi, salah satunya
adalah provinsi Jawa Barat. Dimana pada tahun 2015 kasus dispepsia mencapai
5374 kasus (1.98%) (Kemenkes RI, 2017). Kasus dispepsia yang terjadi di
1
2
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, baik yang bersifat organik, maupun
kepenuhan setelah makan, cepat kenyang, atau nyeri epigastrium atau terbakar
reflux dan irritable bowel syndrome, serta kecemasan dan depresi (Loyd dan
Mc Clellan, 2011).
stress serta pola makan yang kurang baik. Kebiasaan makan yang salah akan
pencetus penyakit dispepsia, pola makan seperti makanan dibakar, cepat saji,
kelamin tersebut merupakan kaakter dari keiaaan dan gaya hidup yang
skor gejala dispepsia yang lebih tinggi pada tahun pertama follow-up
dibandingkan laki-laki.
responden dengan jadwal makan yang tidak teratur terdapat 84% yang
jadwal makan yang teratur terdapat 67% yang tidak mengalami sindrom
mahasiswa yang memiliki pola makan yang teratur, dan terdapat hubungan
sebagian besar responden (51%) memiliki pola makan beresiko, sebagian besar
dispepsia pada tahun 2017 mencapai 185 kasus dimana kasus tersebut
4
Pada tahun 2018 kasus dispepsia mencapai 565 kasus dan merupakan penyakit
teratur seperti menahan lapar dan saat makan pun responden mengatakan
lain terdapat responden yang biasa makan secara teratur setiap pagi, siang dan
sore hari. Makanan yang dikonsumsi seperti nasi dan sayuran serta kadang-
yang harus dalam upaya memperbaiki atau memelihara klien sampai ke taraf
penelitian mengenai hubungan antara pola makan dan jenis kelamin dengan
2019.
B. Rumusan Masalah
usia dewasa, hal ini berkaitan pada masa tersebut cenderung kurang
memperhatikan pola makan yang baik seperti jadwal dan jenis makan yang
dikonsumsi. Selain itu, kasus dispepsia juga lebih sering terjadi pada wanita
karena kebiasaan makan yang pedas, gurih atau asam yang disenangi wanita.
Penelitian terkait hubungan jenis kelamin dan pola makan dengan kejadian
hubungan antara jenis kelamin dan pola makan dengan kejadian dispepsia di
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2019.
6
2. Tujuan Khusus
2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi perawat dalam
sehat.
b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan atau data dasar bagi Puskesmas dalam mendeteksi dini
c. Bagi masyarakat
dispepsia.
e. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dispepsia
1. Pengertian
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman dibagian ulu hati.
dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat
kenyang, dan sendawa. Keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis
(Djojoningrat, 2012).
8
9
2. Etiologi
Etiologi dari penyakit dispepsia dapat berupa pola makan dan gaya
3. Gejala dispesia
c. Perut menonjol
d. Cepat kenyang
i. Sering bersendawa
4. Klasifikasi
dengan nyeri atau tidak nyaman perut bagian atas yang kronis atau
a. Dispepsia organis
psikologis.
b. Dispepsia fungsional
keluhan berupa rasa nyeri dan tidak nyaman di perut kanan atas, tanpa
bulan terakhir.
5. Patofisiologi
dispepsia dapat mengganggu tidur baik saat akan tidur maupun elanjutan
6. Komplikasi
7. Pencegahan
a. Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang
perut kosong karena air abu yang menguningkan bakmie sangat tajam
bagi lambung.
1. Pola Makan
Ada dua hal yang terkandung dalam pola makan yang sehat, yaitu
makanan yang sehat dan pola makannya. Makanan yang sehat yaitu
energi
energi
Hal yang penting diantaranya adalah memakan makanan tiga kali sehari
dengan porsi yang seimbang, makan jangan berlebihan, jangan lupa makan
RI (2014) yaitu :
jenuh seperti buah alpokat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi
gizi seimbang.
Konsumsi sayur dan buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit
seimbang.
juga meningkatkan risiko kembung dan asam urat. Oleh karena itu
konsumsi buah matang dan minuman jus bergula perlu dibatasi agar
sistim gigi geligi tidak sempurna dan rapuh sehingga untuk mencegah
peran yang sangat penting, namun apabila jumlah natrium dalam tubuh
dalam dan di luar sel yang akan mengakibatkan oedema. Oleh karena
natrium darah tetap normal dengan cara mengonsumsi air sesuai dengan
karena itu kelompok usia lanjut perluair minum yang cukup (1500-
1600ml/hari).
optimal dan mulai menurun pada usia lanjut. Kontraksi dan relaksasi
17
dan melakukan olah raga ringan seperti yoga, senam usia lanjut yang
kebugaran tubuh.
mengalami gout (tinggi asam urat) oleh karena itu, konsumsi pangan
dengan kandungan purin tinggi seperti jeroan dan emping melinjo agar
dibatasi.
minuman. Bagi orang yang tidak biasa makan kudapan pagi dan
kudapan siang, porsi makanan saat sarapan sekitar sepertiga dari total
makanan sehari. Bagi orang yang biasa makan kudapan pagi dan
2. Usia
yang berbeda: reflux-like lebih umum pada orang dewasa paruh baya,
dan gejala ulcer-like predominant lebih sering pada orang dewasa dengan
yang tertinggi ada pada siswa perempuan dan mahasiswa senior pada tahun
menunjukkan risiko yang lebih tinggi pada kelompok usia menengah dan
risiko menurun setelah itu. Risiko gejala sedang atau berat – tapi bukan dari
gejala ringan – nyata terlihat lebih tinggi pada subyek dengan usia antara 50
efek usia ini dapat diabaikan jika keparahan gejala tidak diperhitungkan
3. Jenis Kelamin
perempuan memiliki skor gejala dispepsia yang lebih tinggi pada tahun
memiliki prevalensi lebih tinggi pada wanita. Drossman et al. (1993) dalam
20
4. Kebiasaan Merokok
Merokok tidak hanya memiliki efek merusak yang sangat besar pada
perokok dengan konsumsi harian lebih dari dua puluh batang memiliki
(Massarrat, 2008).
asam dan sekresi pepsin, duodenogastric reflux, dan produksi radikal bebas.
perokok, perokok ringan (<10 batang per hari), dan perokok berat (≥10
statistik yang cukup signifikan pada aliran darah mukosa lambung dan
sekresi alkali pada perokok berat, tapi tidak terjadi di kelompok lain. Oleh
128 dari hasil tersebut diterbitkan dalam 10 tahun terakhir dan lebih dari
(Bytzer, 2009).
orang tua dengan usia lebih dari 65 tahun. Kerusakan mukosa lambung
dua dari seratus pasien yang memakai NSAID selama satu tahun, dirawat di
rumah sakit karena masalah saluran cerna, paling sering ulkus. Ofman dan
khususnya erosi dan ulkus, dapat mempersulit gangguan mukosa yang tidak
diobati. Luka mukosa lambung akut yang diinduksi aspirin dapat terjadi
6. Stress
bahwa dispepsia dihasilkan dari interaksi timbal balik yang kompleks antara
faktor biologis, psikologis, dan sosial. Ada komorbiditas dua arah antara
23
lebih tinggi pada kelompok sindroma dispepsia daripada kontrol, dan hasil-
berbeda dari ketiga gangguan ini diamati pada populasi mahasiswa yang
terkait stres. Mahasiswa berada pada risiko yang lebih tinggi untuk
gangguan psikologis (Li et al, 2014). Ujian, sebagai contoh dari stressor
BAB III
A. Kerangka Konsep
Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman dibagian ulu hati.
Kondisi ini dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh
berikut:
Tidak ada
hubungan
Faktor confounding:
Usia
Kebiasaan merokok
Riwayat penggunaan NSAID
Stress
Keterangan :
: Variabel yang Diteliti
: Variabel yang Tidak diteliti
: Faktor penghubung
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
24
25
B. Definisi Operasioal
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel/
Definisi Alat Cara
Sub Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur ukur
Variabel
Jenis Perbedaan Kuesione Melihat 1. Laki-laki Nominal
kelamin biologis r jawaban 2. Perempuan
responden responden
yang dinilai
dari ciri-ciri
fisik
Pola makan kebiasaan Kuesione Melihat 3. Baik, 76%- Ordinal
pada yang r jawaban 100%
dilakukan oleh responden 4. Kurang
responden baik <76%
dalam (Arikunto,
mengkonsumsi 2010)
makanan
sehari-hari
Dispepsia Suatu keadaan Pemeriks Hasil 1. Ya, jika Ordinal
dimana aan tanda pemeriksa mengalami
responden dan an gejala
mengalami gejala dispepsia
gangguan 2. Tidak, jika
lambung dan tidak
telah mengalami
didiagnosis gejala
oleh petugas dispepsia
kesehatan
C. Hipotesis
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yang dilakukan pada satu waktu terhadap variabel yang diteliti. Hal ini
1. Populasi
2. Sampel
26
28
1. Usia dewasa
2. Waktu Penelitian
2019.
terhadap objek yang di teliti, serta melihat data register mulai dari
c. Tahap akhir, tahap akhir ini mencakup pengolahan data dan presentasi
D. Variabel Penelitian
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
2011). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin dan pola
makan.
E. Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
N ( X Y )−( X ) (Y )
r=
√ {( N X ¿¿ 2)−( X ) 2 2
}{( N Y ¿¿ 2)− (Y ) }¿ ¿
Keterangan :
N : Jumlah responden
Y : Skor total
(Arikunto, 2010)
valid, namun apabila ada pertanyaan yang tidak valid maka akan dibuang.
2. Uji Reliabilitas
pertanyaan yang ada hanya satu kali. Adapun rumus yang digunakan untuk
2rb
ri=
1+rb
Keterangan :
F. Pengumpulan Data
1. Data Primer
dilakukan
pelaksanaan penelitian
2. Data Sekunder
G. Pengolahan Data
kembali dan setelah itu dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai
berikut :
1. Editing
2. Coding Data,
kategori dari tiap variabel. Seperti jenis kelamin kode1 dan perempuan
kode 2, Pola makan baik diberi kode 1 dan tidak baikkode 2, kejadian
3. Entry Data
4. Tabulating Data
dapat dengan mudah dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dalam
H. Analisa Data
1. Analisa Univariat
(Notoatmodjo, 2010):
a. Mean
Σ fx
X=
n
Keterangan :
X : Nilai rata-rata
Σ : Jumlah
34
f : Frekuensi
x :Hasil pengamatan
n : Jumlah pengamatan
b. Median
Bila suatu data telah disusun berurutan, kemudian dibagi dua sama
banyak, maka nilai yang terletak tepat ditengah membagi dua sama
Rumus median:
(n+ 1)
Me=
2
Keterangan:
Me = nilai median
c. Standar Deviasi
√
2
∑ ( x−x )
SD = n−1
Keterangan :
x = skor responden
x =nilai rata-rata
n =jumlah sampel.
35
cut of point menggunakan mean, namun apabila hasilnya < -2 sampai >
median/standar deviasi.
n
P= x 100 %
N
P = Persentase
2. Analisa Bivariat
2
( f 0 −f h )
x =∑ 2
fh
Keterangan:
X2 = chi kuadrat
F0 = Frekuensi observasi
Fh = Frekuensi harapan
(Arikunto, 2010).