You are on page 1of 27

Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif

Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

MODUL MATA PELATIHAN DASAR (MD.2)


STANDARD KESELAMATAN PASIEN
(PATIENT SAFETY)

HIMPUNAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN BENCANA


INDONESIA (HIPGABI) 2022
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

1 DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini membahas tentang Standar Keselamtan Pasien (Patient Safety).


Pembelajaran dari materi ini membekali perawat meningkatkan kemampuannya
dalam memberikan layanan asuhan keperawatan sesuai dengan keselamatan
pasein.
‘Keselamatan telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima
isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu: keselamatan
pasien, keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien
dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keelamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan
hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangat penting untuk
dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah
sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien
merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tesebut terkait dengan isu
mutu dan citra rumah sakit.
Harus diakui pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan
pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu
yaitu Primum non nocere (First, do no harm). Namun diakui dengan semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah
sakit menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD/Adverse Event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak
alat dan teknologi, bermacam jenis tenaga profesi yang siap memberikan
pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan
tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (KNC/Near Miss)
masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan mal praktek, yang
belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan standart keselamatan pasien :

1. Menjelaskan indentifikasi pasien secara benar

2. Menjelaskan komunikasi efektif

3. Menjelaskan high alert medication

4. Menjelaskan keselamatan pasien pada operasi/ tindakan invasive

5. Menjelaskan indicator kejadian infeksi terkait pelayanan kesehatan

6. Menjelaskan risiko cidera pasien akibat jatuh

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta dapat:
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar

2. Melakukan komunikasi yang efektif

3. Meningkatkan keamanan obat yang harus di waspadai (High Alert


Medications)

4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,


pembedahan pada pasien yang benar.

5. Indikator kejadian infeksi terkait pelayanan kesehatan

6. Risiko cidera pasien karena jatuh


Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

3 MATERI POKOK dan


SUB MATERI POKOK

Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini meliputi:

1. Mengidentifikasi pasien dengan benar

a. Sebelum pemberian obat

b. Sebelum pemberian darah atau produk darah

c. Sebelum pengambilan darah atau specimen lainya untuk pemeriksaan klinis

d. Sebelum pemberian pengobatan atau tindakan / prosedur

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif


a. Semua kegiatan pelayanan pasien yang terkait dengan aspek komunikasi harus
menggunakan metode SBAR (Situation- Background-Assessment-
Recomendation).
b. Semua kegiatan pelayanan pasien yang dilakukan berdasarkan perintah/instruksi
(lisan dan melalui telepon) dan hasil pemeriksaaan harus dicatat secara lengkap
oleh penerima perintah.
c. Semua kegiatan pelayanan pasien yang dilakukan berdasarkan perintah/instruksi
(lisan dan melalui telepon) dan hasil pemeriksaaan harus dilakukan pembacaan
ulang secara lengkap oleh penerima perintah/instruksi.
d. Semua kegiatan pelayanan pasien yang dilakukan berdasarkan perintah/instruksi
(lisan dan melalui telepon) dan hasil pemeriksaaan harus dikonfirmasi ulang secara
lengkap oleh pemberi perintah/instruksi.
e. Pemberi perintah/instruksi harus melakukan verifikasi terhadap perintah/instruksi
yang diberikan dalam waktu 1x24 jam

3. Meningkatkan keamanan obat yang harus di waspadai (High Alert Medications)


a. Seluruh penyimpanan High Alert Medication ada di Instalasi Farmasi, kecuali untuk
ruang rawat yang membutuhkan obat High Alert secara klinis. Untuk itu setiap
petugas harus mengetahui pasti cara penyimpanan, dan pengelolaan lainnya yang
akan dijabarkan dalam Standar Prosedur Operasional (SPO) yang berlaku.
b. Semua obat-obatan yang termasuk dalam NORUM (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/ NORUM) diberi label khusus berupa tulisan “LASA”. Daftar obat-obatan
NORUM seperti terlampir.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

c. Pelabelan High Alert Medication dilakukan oleh petugas Instalasi Farmasi.


d. Pemberian label “LASA” dilakukan sejak obat-obatan tersebut tiba di bagian farmasi
(sebelum masuk gudang)
e. Semua obat-obatan yang termasuk dalam NORUM (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/ NORUM) tidak boleh diletakkan secara berdampingan (diberi pembatas
dengan obat lain atau di pisahkan sama sekali).
f. Semua obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert) berupa cairan dengan
konsentrasi tinggi atau obat-obatan yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan, tidak boleh berada di ruang perawatan. Obat-obatan tersebut
adalah seperti terlampir.
g. Setiap obat-obatan high alert yang akan digunakan, pengambilannya harus oleh 2
(dua) orang petugas dan dilakukan cek silang (cross check) dan dicatat dengan
lengkap serta ditandatangani oleh kedua petugas tersebut. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kejadian salah ambil.
h. Setiap obat-obatan high alert yang akan diberikan kepada pasien harus dilakukan
oleh 2 (dua) orang petugas dan dilakukan cek silang (cross check) dan dibacakan-
dibaca ulang dengan lengkap serta ditandatangani oleh kedua petugas tersebut. Hal
ini dilakukan untuk menghindari kejadian kesalahan pemberian obat.
i. Semua obat-obatan jenis narkotika harus disimpan dalam lemari khusus, sesuai
dengan Permenkes No. 28 tahun 1978 tentang Penyimpanan Obat-obatan Narkotika.

4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,


pembedahan pada pasien yang benar
a. Semua pasien yang akan menjalani operasi-termasuk sisi (laterality), struktur multiple
(jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang belakang) harus dilakukan
penandaan (marking) pada sisi yang akan dilakukan operasi.
b. Penandaan tempat/ lokasi operasi dilakukan oleh dokter bedah maksimal sebelum
pasien turun ke kamar bedah menggunakan simbol lingkaran dengan tinta tahan air,
povidon iodin dan alkohol serta harus melibatkan pasien atau keluarga pasien.
c. Semua pasien yang akan menjalani operasi, dilakukan verifikasi preoperasi tepat
lokasi, tepat prosedur, tepat pasien, tepat dokumen, dan ketersediaan serta
ketepatan alat. Hal tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan melakukan
penandaan tempat/ lokasi operasi.
d. Pada operasi yang melampirkan foto rontgen, identifikasi foto rontgen dilakukan oleh
2 (dua) orang. Hal ini sebagai upaya untuk menjalankan fungsi cross check, agar
tidak terjadi kesalahan sisi/ lokasi operasi.
e. Semua prosedur operasi harus menerapkan Surgical Safety Checklist secara
lengkap dan benar. Formulir Surgical Safety Checklist terlampir.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

5. Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Cuci tangan (hand hygiene) wajib dilakukan pada saat (5 moments):
a. Sebelum memeriksa pasien
b. Setelah memeriksa pasien
c. Sebelum melakukan prosedur/ tindakan kepada pasien
d. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien
e. Setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien

6. Mengurangi risiko cidera pasien terjatuh


a. Semua pasien yang berkunjung ke IGD, rawat jalan dan rawat inap dilakukan
asesmen awal risiko jatuh.
b. Asesmen awal risiko jatuh menggunakan metode Morse untuk pasien dewasa dan
metode Humpty Dumpty untuk pasien anak-anak untuk pasien rawat inap dan
diberikan kancing kuning di gelang identitas, “up and go” (visual )untuk pasien IGD
dan rawat jalan dan diberikan stiker kuning.
c. Semua pasien rawat inap yang mengalami perubahan kondisi fisik maupun penyakit
dan mendapatkan pengobatan tertentu dilakukan asesmen ulang risiko jatuh, yaitu
sebagai berikut:
1) Riwayat jatuh sebelumnya
2) Gangguan kognitif
3) Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan
4) Gangguan mobilitas
5) Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
6) Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis,penggantian sendi, deformitas
7) Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular, penyakit paru,
dan diabetes
8) Masalah nutrisi
9) Medikamentosa (terutama konsumsi >4 jenis obat) atau mengkonsumsi obat-
obatan yang meningkatkan predisposisi jatuh (sedasi, antihipertensi, antidiabetik,
diuretik, benzodiazepine, dan sebagainya)
d. Asesmen ulang pasien dilakukan setiap 3 hari dengan menggunakan Formulir
Asesmen Harian Pasien Risiko Jatuh.
e. Setiap pasien yang menjalani rawat inap wajib dilakukan upaya pencegahan jatuh,
meliputi:
1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien oleh perawat.
2) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang risiko jatuh.
3) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan bel anggilan perawat
dan pastikan posisi bel mudah dijangkau.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

4) Jelaskan kepada pasien dan keluarga agar memanggil perawat melalui bel
panggilan perawat bila membutuhkan bantuan.
5) Informasikan kepada pasien dan keluarga apabila berada di kamar mandi harus
menggunakan pegangan yang telah disediakan.
6) Pastikan pagar tempat tidur terpasang dan terkunci dengan baik.
7) Pastikan roda tempat tidur terkunci pada saat pasien menggunkannya.
8) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang efek obat yang diminum
(mengantuk, sering berkemih, berdebar-debar, penurunan tekanan darah, dll).
9) Bantu pasien dalam mobilisasi berbaring, duduk, berdiri, berjalan.
10) Bila memungkinkan tempatkan pasien di kamar yang dekat dengan kantor
perawat.
11) Atur posisi tempat tidur serendah mungkin.
12) Pastikan lantai kamar mandi tidak basah dan tidak licin.
13) Pastikan kancing kuning terpasang pada gelang identitas pasien.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

4 METODE

Mata pelatihan ini mengguankan metode:


1. Tugas baca reference/ modul
2. Ceramah Tanya jawab
3. Curah pendapat
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

5 MEDIA DAN ALAT BANTU

Media dan alat bantu yang digunakan pada mata pelatihan dasar standar
keselamatan pasien meliputi:

1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop/computer
4. LCD
5. White Board/Flipchart
6. ATK
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

6 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN

Sesi 1: Pengkondisian Peserta


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
• Fasilitator melakukan bina suasana dengan memberikan game singkat, agar
peserta fokus dan antusias dalam mengikuti materi.
• Melakukan apersepsi terhadap pemahaman peserta tentang komunikasi efektif.
• Sampaikan tujuan pembelajaran mata pelatihan ini dan materi pokok yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Sesi 2: Penyampaian Materi Dasar Standar Keselamatan Pasien


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Mengevaluasi pengalaman peserta dalam memberikan asuhan keperawatn
dengan standar keselamatan pasien
• Menerangkan konsep keselamatan pasien
• Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya
• Mengevaluasi kemampuan peserta dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan
• Memberikan penugasan dan pembagian kelompok
• Mengevaluasi kemapuan peserta dalam megerjakan penugasan yang di
berikan
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Sesi 3: Bermain peran (role play) komunikasi efektif dalam peran sebagai
perawat pemberi asuhan sesuai standar keselamatan pasien
• Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 6 orang / kelompok
• Setiap kelompok mensimulasikan peranya dalam asuhan keperawatan sesuai
dengan standar keselamatan pasien
• Mengevaluasi kemampuan peserta dalam mensimulasikan peranya dalam
memberikan asuhan sesuai dengan keselamatan pasien

Sesi 4: Pengakhiran
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator melakukan evaluasi dengan cara memberikan pertanyaan kepada
peserta.
• Memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawaban.
• Merangkum pembelajaran bersama-sama peserta.
• Memberikan apresiasi kepada peserta yang telah aktif mengikuti proses
pembelajaran.
• Menutup proses pembelajaran dengan mengucapakan permohonan maaf dan
terimakasih.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

7 URAIAN MATERI

Materi Dasar 2: Standar Keselamatan Pasien

Pendahuluan
Seorang Perawat dituntut untuk bisa memberikan asuhan keperawatan secara
benar, Sebelum lebih jauh membahas tentang standar keselamatan pasien, perlu
dipahami terlebih dahulu secara konsepnya, sehingga diketahui pengertian, tujuan
serta batasan-batasan lainnya dengan baik

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi ini, peserta dapat menjelaskan kosep keslamatan
pasien

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi dasar 2 :

1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar

2. Melakukan komunikasi yang efektif

3. Meningkatkan keamanan obat yang harus di waspadai (High Alert Medications)

4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,


pembedahan pada pasien yang benar.

5. Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6. Mengurangi risiko cidera pasien terjatuh


Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Uraian Materi Dasar 2

Anda pasti sering mendengar istilah patient safety?

Namun sudahkan Anda mengetahui secara lebih mendalam tentang patient safety
tersebut?

Patient safety adalah Pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi
atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik / sosial
psikologis, cacad, kematian dll), terkait dengan pelayanan kesehatan. Suatu sistem
dimana klinik membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko;
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien; pelaporan
dan analisis insiden; kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

Ayo, pelajari materi berikut ini dengan semangat belajar yang tinggi, semoga Anda
dapat memahaminya dengan baik!

A. Pengertian Keselamatan Pasien


Patient safety adalah Pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi
atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik / sosial
psikologis, cacad, kematian dll), terkait dengan pelayanan kesehatan. Suatu sistem
dimana klinik membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen
risiko; identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien;
pelaporan dan analisis insiden; kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil

Anda telah mempelajari tentang pengertian keselamatan pasien.

Materi selanjutnya akan membahas tentang 6 sasaran Keselamatan pasien


Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

B. 6 sasaran Keselamatan pasien

1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar


Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis
dan pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error/
kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam keadaan
terbius/ tersedasi, mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya;
mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit; mungkin
mengalami disabilitas sensori; atau akibat situasi lain.Maksud ganda dari
sasaran ini adalah: pertama, untuk dengan cara yang dapat dipercaya/ reliable
mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk
mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk mencocokkan
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.

Kebijakan dan/ atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk


memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang digunakan untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah atau produk darah;
pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
memberikan pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/ atau prosedur
memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien,
seperti nama pasien, nomor identifikasi–umumnya digunakan nomor rekam
medis, tanggal lahir, gelang identitas (-identitas pasien) dengan barcode,
atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk
identifikasi. Kebijakan dan/ atau prosedur juga menjelaskan penggunaan
dua pengidentifikasi/ penanda yang berbeda pada lokasi yang berbeda di
rumah sakit, seperti di pelayanan ambulatori atau pelayanan rawat jalan
yang lain, instalasi gawat darurat, atau kamar operasi. Identifikasi terhadap
pasien koma yang tanpa identitas, juga termasuk. Suatu proses kolaboratif
digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/ atau prosedur untuk
memastikan telah mengatur semua situasi yang memungkinkan untuk
diidentifikasi
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Tata Laksana Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien:

a. Setiap pasien yang dilayani baik Rawat Jalan, Rawat Inap, MCU maupun
yang akan dilakukan Pemeriksaan Penunjang harus dilakukan identifikasi
minimal dengan 2 (dua) identitas, yaitu Nama Lengkap (tidak boleh
disingkat) dan Tanggal Lahir. Selain itu sebagai alternative dapat dengan:
1) Alamat, 2) No.Telp, 3) Nama Pasangan atau Orang Tua atau Nama Anak
atau Nama Penanggung Jawab Lainnya.
b. Bukti identifikasi pasien dilakukan dengan memasangkan gelang identitas
pasien (laki-laki: biru muda dan perempuan: merah muda) pada
pergelangan tangan kanan pasien.
c. Pada pasien yang tidak memiliki tangan kanan, gelang identitas pasien
dipasang pada pergelangan tangan kiri.
d. Pada pasien yang tidak memiliki kedua tangan, gelang identitas pasien
dipasang pada pergelangan kaki kanan atau kaki kiri.
e. Jika pasien tanpa ekstremitas (tanpa tangan dan kaki) atau pasien yang
alergi terhadap bahan gelang atau pasien yang ekstremitasnya mengalami
luka bakar, maka gelang identitas pasien dipasang pada baju pasien. Bila
pasien ganti baju, maka gelang identitas pasien dipindah ke baju yang baru.
f. Pada pasien bayi baru lahir gelang identitas pasien dipasang pada tangan
kanan dan dipasangkan pula gelang identitas ibunya.
g. Identifikasi pasien tak dikenal, dengan memberikan kode Tn. X (X1, X2, X3,
dst) untuk laki-laki dan Ny. Y (Y1, Y2, Y3, dst) untuk perempuan dan umur
dengan menuliskan tanggal kunjungan.
h. Identifikasi pasien saat terjadi bencana ditulis di kartu triage bencana
dengan mengikuti identitas pasien tidak dikenal.
i. Setiap pasien tidak boleh dilakukan identifikasi dengan nomor bed pasien
atau lokasi pasien.
j. Pelaksanaan identifikasi pasien dilakukan dengan 2 cara; aktif dengan
menanyakan nama dan tanggal lahir pasien tersebut dan pasif dengan
melihat gelang identitas pasien.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

k. Identifikasi pasien dilakukan pada saat:


1) Sebelum pemberian obat
2) Sebelum pemberian darah atau produk darah
3) Sebelum pengambilan darah atau spesimen lainnya untuk pemeriksaan
klinis
4) Sebelum pemberian pengobatan atau tindakan/ prosedur.

2. Melakukan komunikasi yang efektif


Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/ penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan,
atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah
perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, bila
diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi
kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
laboratorium klinis menelpon unit pelayana pasien untu melaporkan hasil
pemeriksaan segera/ cito.

Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/ atau


prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan
(atau memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil
pemeriksaan oleh penerima informasi; penerima membacakan kembali (read
back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa
yang sudah dituliskan dan dibacakan ulang adalah akurat

Tata Laksana Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien:


a. Semua kegiatan pelayanan pasien yang terkait dengan aspek komunikasi
harus menggunakan metode SBAR (Situation- Background-
Assessment-Recomandation).
b. Semua kegiatan pelayanan pasien yang dilakukan berdasarkan
perintah/instruksi (lisan dan melalui telepon) dan hasil pemeriksaaan harus
dicatat secara lengkap oleh penerima perintah.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

c. Semua kegiatan pelayanan pasien yang dilakukan berdasarkan


perintah/instruksi (lisan dan melalui telepon) dan hasil pemeriksaaan harus
dilakukan pembacaan ulang secara lengkap oleh penerima
perintah/instruksi.
d. Semua kegiatan pelayanan pasien yang dilakukan berdasarkan
perintah/instruksi (lisan dan melalui telepon) dan hasil pemeriksaaan harus
dikonfirmasi ulang secara lengkap oleh pemberi perintah/instruksi.
e. Pemberi perintah/instruksi harus melakukan verifikasi terhadap
perintah/instruksi yang diberikan dalam waktu 1x24 jam.

3. Meningkatkan keamanan obat yang harus di waspadai (High Alert


Medications)
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka
penerapan manajemen yang benar penting/ krusial untuk memastikan
keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert
medications) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi
kesalahan/ error dan/ atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko
tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) demikian
pula obat-obat yang tampak mirip/ ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/ NORUM, atau Look-Alike Sound‐Alike/ LASA). Daftar obat-obatan yang
sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering disebut‐sebut dalam isu
keamanan obat adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja
(misalnya, kalium/ potasium klorida [sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih
pekat)], kalium/ potasium fosfat [(sama dengan atau lebih besar dari 3
mmol/ml)], natrium/ sodium klorida [lebih pekat dari 0.9%], dan magnesium
sulfat [sama dengan 50% atau lebih pekat]. Kesalahan ini bisa terjadi bila staf
tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan pasien, bila perawat
kontrak tidak diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan
pasien, atau pada keadaan gawat darurat/ emergensi. Cara yang paling efektif
untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan
mengembangkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai
termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke
farmasi.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/ atau


prosedur untuk menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan
datanya sendiri. Kebijakan dan/ atau prosedur juga mengidentifikasi area mana
yang membutuhkan elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana ditetapkan
oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD atau kamar operasi, serta
menetapkan cara pemberian label yang jelas serta bagaimana
penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga membatasi akses
untu mencegah pemberian yang tidak disengaja/ kurang hati-hati.

Tata Laksana Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien:


a. Seluruh penyimpanan High Alert Medication ada di Instalasi Farmasi,
kecuali untuk ruang rawat yang membutuhkan obat High Alert secara klinis.
Untuk itu setiap petugas harus mengetahui pasti cara penyimpanan, dan
pengelolaan lainnya yang akan dijabarkan dalam Standar Prosedur
Operasional (SPO) yang berlaku.
b. Semua obat-obatan yang termasuk dalam NORUM (Nama Obat, Rupa dan
Ucapan Mirip/ NORUM) diberi label khusus berupa tulisan “LASA”. Daftar
obat-obatan NORUM seperti terlampir.
c. Pelabelan High Alert Medication dilakukan oleh petugas Instalasi Farmasi.
d. Pemberian label “LASA” dilakukan sejak obat-obatan tersebut tiba di
bagian farmasi (sebelum masuk gudang)
e. Semua obat-obatan yang termasuk dalam NORUM (Nama Obat, Rupa dan
Ucapan Mirip/ NORUM) tidak boleh diletakkan secara berdampingan
(diberi pembatas dengan obat lain atau di pisahkan sama sekali).
f. Semua obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert) berupa cairan
dengan konsentrasi tinggi atau obat-obatan yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan, tidak boleh berada di ruang
perawatan. Obat-obatan tersebut adalah seperti terlampir.
g. Setiap obat-obatan high alert yang akan digunakan, pengambilannya harus
oleh 2 (dua) orang petugas dan dilakukan cek silang (cross check) dan
dicatat dengan lengkap serta ditandatangani oleh kedua petugas tersebut.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kejadian salah ambil.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

h. Setiap obat-obatan high alert yang akan diberikan kepada pasien harus
dilakukan oleh 2 (dua) orang petugas dan dilakukan cek silang (cross check)
dan dibacakan-dibaca ulang dengan lengkap serta ditandatangani oleh
kedua petugas tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari kejadian
kesalahan pemberian obat.
i. Semua obat-obatan jenis narkotika harus disimpan dalam lemari khusus,
sesuai dengan Permenkes No. 28 tahun 1978 tentang Penyimpanan Obat-
obatan Narkotika.

4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,


pembedahan pada pasien yang benar.
Salah‐lokasi, salah‐prosedur, salah‐pasien operasi, adalah kejadian yang
mengkhawatirkan dan bisa terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat
Rumah sakit perlu untuk secara dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak
adekuat antara anggota tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam
penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur dalam melakukan
verifikasi lokasi operasi. Di samping itu juga asesmen pasien yang tidak
adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak
mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang
berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan
pemakaian singkatan adalah merupakan faktor‐faktor kontribusi yang sering
terjadi.

kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/ atau prosedur yang efektif di


dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Kebijakan termasuk
definisi dari operasi yang memasukkan sekurang‐kurangnya prosedur yang
menginvestigasi dan/ atau mengobati penyakit dan kelainan/ disorder pada
tubuh manusia dengan cara menyayat, membuang, mengubah, atau
menyisipkan kesempatan diagnostik/ terapeutik. Kebijakan berlaku atas setiap
lokasi di rumah sakit dimana prosedur ini dijalankan.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Praktek berbasis bukti, seperti yang diuraikan dalam Surgical Safety Checklist
dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal
Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang
segera dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di seluruh
rumah sakit; dan harus dibuat oleh orang yang akan melakukan tindakan; harus
dibuat saat pasien terjaga dan sadar; jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai pasien disiapkan dan diselimuti. Lokasi operasi ditandai pada semua
kasus termasuk sisi (laterality), struktur multiple (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multiple level (tulang belakang).

Maksud dari proses verifikasi praoperatif adalah untuk:


a. Melakukan verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
b. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (images), dan hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang;
c. Melakukan verifikasi keberadaan peralatan khusus dan/ atau implant-
implant yang dibutuhkan.

Tahap “Sebelum insisi”/ Time out memungkinkan setiap pertanyaan yang belum
terjawab atau kesimpang‐siuran dibereskan. Time out dilakukan di tempat
tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan
seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan (secara ringkas, misalnya menggunakan checklist)

Tata Laksana Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien:


a. Semua pasien yang akan menjalani operasi-termasuk sisi (laterality),
struktur multiple (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang
belakang) harus dilakukan penandaan (marking) pada sisi yang akan
dilakukan operasi.
b. Penandaan tempat/ lokasi operasi dilakukan oleh dokter bedah maksimal
sebelum pasien turun ke kamar bedah menggunakan simbol lingkaran
dengan tinta tahan air, povidon iodin dan alkohol serta harus melibatkan
pasien atau keluarga pasien.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

c. Semua pasien yang akan menjalani operasi, dilakukan verifikasi preoperasi


tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien, tepat dokumen, dan ketersediaan
serta ketepatan alat. Hal tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan
melakukan penandaan tempat/ lokasi operasi.
d. Pada operasi yang melampirkan foto rontgen, identifikasi foto rontgen
dilakukan oleh 2 (dua) orang. Hal ini sebagai upaya untuk menjalankan
fungsi cross check, agar tidak terjadi kesalahan sisi/ lokasi operasi.
e. Semua prosedur operasi harus menerapkan Surgical Safety Checklist
secara lengkap dan benar. Formulir Surgical Safety Checklist terlampir.

5. Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam
kebanyakan tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk
mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan
keprihatinan besar bagi pasien maupun para professional pelayanan
kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan
kesehatan termasuk infeksi saluran kemih‐terkait kateter, infeksi aliran darah
(blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan
ventilasi mekanis).

Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku secara internasional
bias diperoleh dari WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Amerika Serikat (US CDC) berbagai organisasi nasional dan intemasional.

Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan


dan/ atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand
hygiene yang diterima secara umum untuk implementasi pedoman itu di rumah
sakit.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Tata Laksana Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien:


a. Seluruh pemberi asuhan harus mampu melakukan 6 (enam) langkah cuci
tangan (hand hygiene) sesuai dengan ketentuan WHO.
b. Cuci tangan (hand hygiene) wajib dilakukan pada saat (5 moments):
1) Sebelum memeriksa pasien
2) Setelah memeriksa pasien
3) Sebelum melakukan prosedur/ tindakan kepada pasien
4) Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien
5) Setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien

6. Mengurangi risiko cidera pasien terjatuh


Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi/ masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
diberikan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan
konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya/ cara jalan dan keseimbangan,
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program in memonitor
baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja terhadap langkah‐
langkah yang dilakukan untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang
tidak benar dari alat penghalang atau pembatasan asupan cairan bisa
menyebabkan cedera, sirkulasi yang terganggu, atau integrasi kulit yang
menurun. Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.

Tata Laksana Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien:


a. Semua pasien baik di IGD, rawat jalan dan rawat inap dilakukan asesmen
awal risiko jatuh.
b. Asesmen awal risiko jatuh menggunakan metode Morse untuk pasien
dewasa dan metode Humpty Dumpty untuk pasien anak-anak untuk pasien
rawat inap dan diberikan kancing kuning di gelang identitas, “up and go”
(visual )untuk pasien IGD dan rawat jalan dan diberikan stiker kuning.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

c. Semua pasien rawat inap yang mengalami perubahan kondisi fisik maupun
penyakit dan mendapatkan pengobatan tertentu dilakukan asesmen ulang
risiko jatuh, yaitu sebagai berikut:
1) Riwayat jatuh sebelumnya
2) Gangguan kognitif
3) Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan
4) Gangguan mobilitas
5) Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
6) Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis,penggantian sendi,
deformitas
7) Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular,
penyakit paru, dan diabetes
8) Masalah nutrisi
9) Medikamentosa (terutama konsumsi >4 jenis obat) atau
mengkonsumsi obat-obatan yang meningkatkan predisposisi jatuh
(sedasi, antihipertensi, antidiabetik, diuretik, benzodiazepine, dan
sebagainya)
d.
e. Asesmen ulang pasien dilakukan setiap 3 hari dengan menggunakan
Formulir Asesmen Harian Pasien Risiko Jatuh.
f. Setiap pasien yang menjalani rawat inap wajib dilakukan upaya pencegahan
jatuh, meliputi:
1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien oleh perawat.
2) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang risiko jatuh.
3) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan bel
anggilan perawat dan pastikan posisi bel mudah dijangkau.
4) Jelaskan kepada pasien dan keluarga agar memanggil perawat
melalui bel panggilan perawat bila membutuhkan bantuan.
5) Informasikan kepada pasien dan keluarga apabila berada di kamar
mandi harus menggunakan pegangan yang telah disediakan.
6) Pastikan pagar tempat tidur terpasang dan terkunci dengan baik.
7) Pastikan roda tempat tidur terkunci pada saat pasien
menggunkannya.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

8) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang efek obat yang


diminum (mengantuk, sering berkemih, berdebar-debar, penurunan
tekanan darah, dll).
9) Bantu pasien dalam mobilisasi berbaring, duduk, berdiri, berjalan.
10) Bila memungkinkan tempatkan pasien di kamar yang dekat dengan
kantor perawat.
11) Atur posisi tempat tidur serendah mungkin.
12) Pastikan lantai kamar mandi tidak basah dan tidak licin.
13) Pastikan kancing kuning terpasang pada gelang identitas pasien.

Anda telah mempelajari tentang 6 sasaran keselamatan pasien, sangat penting


bukan?
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

8 RANGKUMAN

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko; identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sitem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Ada 6 sasaran keselamatan pasien :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
2. Melakukan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan keamanan obat yang harus di waspadai (High Alert Medications)
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
5. Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Mengurangi risiko cidera pasien terjatuh
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

9 REFERENSI

Undang – undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


Peraturan menteri kesehatan RI No. 11 Tahun 2017 Keselamatan pasien
Nine Life-Safing Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007)
Peraturan menteri kesehatan RI No. 27 Tahun 2017 Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

You might also like