Professional Documents
Culture Documents
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas
1 DESKRIPSI SINGKAT
2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan standart keselamatan pasien :
Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini meliputi:
4) Jelaskan kepada pasien dan keluarga agar memanggil perawat melalui bel
panggilan perawat bila membutuhkan bantuan.
5) Informasikan kepada pasien dan keluarga apabila berada di kamar mandi harus
menggunakan pegangan yang telah disediakan.
6) Pastikan pagar tempat tidur terpasang dan terkunci dengan baik.
7) Pastikan roda tempat tidur terkunci pada saat pasien menggunkannya.
8) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang efek obat yang diminum
(mengantuk, sering berkemih, berdebar-debar, penurunan tekanan darah, dll).
9) Bantu pasien dalam mobilisasi berbaring, duduk, berdiri, berjalan.
10) Bila memungkinkan tempatkan pasien di kamar yang dekat dengan kantor
perawat.
11) Atur posisi tempat tidur serendah mungkin.
12) Pastikan lantai kamar mandi tidak basah dan tidak licin.
13) Pastikan kancing kuning terpasang pada gelang identitas pasien.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas
4 METODE
Media dan alat bantu yang digunakan pada mata pelatihan dasar standar
keselamatan pasien meliputi:
1. Bahan tayang
2. Modul
3. Laptop/computer
4. LCD
5. White Board/Flipchart
6. ATK
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas
6 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Sesi 3: Bermain peran (role play) komunikasi efektif dalam peran sebagai
perawat pemberi asuhan sesuai standar keselamatan pasien
• Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 6 orang / kelompok
• Setiap kelompok mensimulasikan peranya dalam asuhan keperawatan sesuai
dengan standar keselamatan pasien
• Mengevaluasi kemampuan peserta dalam mensimulasikan peranya dalam
memberikan asuhan sesuai dengan keselamatan pasien
Sesi 4: Pengakhiran
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator melakukan evaluasi dengan cara memberikan pertanyaan kepada
peserta.
• Memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawaban.
• Merangkum pembelajaran bersama-sama peserta.
• Memberikan apresiasi kepada peserta yang telah aktif mengikuti proses
pembelajaran.
• Menutup proses pembelajaran dengan mengucapakan permohonan maaf dan
terimakasih.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas
7 URAIAN MATERI
Pendahuluan
Seorang Perawat dituntut untuk bisa memberikan asuhan keperawatan secara
benar, Sebelum lebih jauh membahas tentang standar keselamatan pasien, perlu
dipahami terlebih dahulu secara konsepnya, sehingga diketahui pengertian, tujuan
serta batasan-batasan lainnya dengan baik
Namun sudahkan Anda mengetahui secara lebih mendalam tentang patient safety
tersebut?
Patient safety adalah Pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi
atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik / sosial
psikologis, cacad, kematian dll), terkait dengan pelayanan kesehatan. Suatu sistem
dimana klinik membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko;
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien; pelaporan
dan analisis insiden; kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Ayo, pelajari materi berikut ini dengan semangat belajar yang tinggi, semoga Anda
dapat memahaminya dengan baik!
a. Setiap pasien yang dilayani baik Rawat Jalan, Rawat Inap, MCU maupun
yang akan dilakukan Pemeriksaan Penunjang harus dilakukan identifikasi
minimal dengan 2 (dua) identitas, yaitu Nama Lengkap (tidak boleh
disingkat) dan Tanggal Lahir. Selain itu sebagai alternative dapat dengan:
1) Alamat, 2) No.Telp, 3) Nama Pasangan atau Orang Tua atau Nama Anak
atau Nama Penanggung Jawab Lainnya.
b. Bukti identifikasi pasien dilakukan dengan memasangkan gelang identitas
pasien (laki-laki: biru muda dan perempuan: merah muda) pada
pergelangan tangan kanan pasien.
c. Pada pasien yang tidak memiliki tangan kanan, gelang identitas pasien
dipasang pada pergelangan tangan kiri.
d. Pada pasien yang tidak memiliki kedua tangan, gelang identitas pasien
dipasang pada pergelangan kaki kanan atau kaki kiri.
e. Jika pasien tanpa ekstremitas (tanpa tangan dan kaki) atau pasien yang
alergi terhadap bahan gelang atau pasien yang ekstremitasnya mengalami
luka bakar, maka gelang identitas pasien dipasang pada baju pasien. Bila
pasien ganti baju, maka gelang identitas pasien dipindah ke baju yang baru.
f. Pada pasien bayi baru lahir gelang identitas pasien dipasang pada tangan
kanan dan dipasangkan pula gelang identitas ibunya.
g. Identifikasi pasien tak dikenal, dengan memberikan kode Tn. X (X1, X2, X3,
dst) untuk laki-laki dan Ny. Y (Y1, Y2, Y3, dst) untuk perempuan dan umur
dengan menuliskan tanggal kunjungan.
h. Identifikasi pasien saat terjadi bencana ditulis di kartu triage bencana
dengan mengikuti identitas pasien tidak dikenal.
i. Setiap pasien tidak boleh dilakukan identifikasi dengan nomor bed pasien
atau lokasi pasien.
j. Pelaksanaan identifikasi pasien dilakukan dengan 2 cara; aktif dengan
menanyakan nama dan tanggal lahir pasien tersebut dan pasif dengan
melihat gelang identitas pasien.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas
h. Setiap obat-obatan high alert yang akan diberikan kepada pasien harus
dilakukan oleh 2 (dua) orang petugas dan dilakukan cek silang (cross check)
dan dibacakan-dibaca ulang dengan lengkap serta ditandatangani oleh
kedua petugas tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari kejadian
kesalahan pemberian obat.
i. Semua obat-obatan jenis narkotika harus disimpan dalam lemari khusus,
sesuai dengan Permenkes No. 28 tahun 1978 tentang Penyimpanan Obat-
obatan Narkotika.
Praktek berbasis bukti, seperti yang diuraikan dalam Surgical Safety Checklist
dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal
Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang
segera dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di seluruh
rumah sakit; dan harus dibuat oleh orang yang akan melakukan tindakan; harus
dibuat saat pasien terjaga dan sadar; jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai pasien disiapkan dan diselimuti. Lokasi operasi ditandai pada semua
kasus termasuk sisi (laterality), struktur multiple (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multiple level (tulang belakang).
Tahap “Sebelum insisi”/ Time out memungkinkan setiap pertanyaan yang belum
terjawab atau kesimpang‐siuran dibereskan. Time out dilakukan di tempat
tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan
seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan (secara ringkas, misalnya menggunakan checklist)
Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku secara internasional
bias diperoleh dari WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Amerika Serikat (US CDC) berbagai organisasi nasional dan intemasional.
c. Semua pasien rawat inap yang mengalami perubahan kondisi fisik maupun
penyakit dan mendapatkan pengobatan tertentu dilakukan asesmen ulang
risiko jatuh, yaitu sebagai berikut:
1) Riwayat jatuh sebelumnya
2) Gangguan kognitif
3) Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan
4) Gangguan mobilitas
5) Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
6) Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis,penggantian sendi,
deformitas
7) Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular,
penyakit paru, dan diabetes
8) Masalah nutrisi
9) Medikamentosa (terutama konsumsi >4 jenis obat) atau
mengkonsumsi obat-obatan yang meningkatkan predisposisi jatuh
(sedasi, antihipertensi, antidiabetik, diuretik, benzodiazepine, dan
sebagainya)
d.
e. Asesmen ulang pasien dilakukan setiap 3 hari dengan menggunakan
Formulir Asesmen Harian Pasien Risiko Jatuh.
f. Setiap pasien yang menjalani rawat inap wajib dilakukan upaya pencegahan
jatuh, meliputi:
1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien oleh perawat.
2) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang risiko jatuh.
3) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan bel
anggilan perawat dan pastikan posisi bel mudah dijangkau.
4) Jelaskan kepada pasien dan keluarga agar memanggil perawat
melalui bel panggilan perawat bila membutuhkan bantuan.
5) Informasikan kepada pasien dan keluarga apabila berada di kamar
mandi harus menggunakan pegangan yang telah disediakan.
6) Pastikan pagar tempat tidur terpasang dan terkunci dengan baik.
7) Pastikan roda tempat tidur terkunci pada saat pasien
menggunkannya.
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas
8 RANGKUMAN
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko; identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sitem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Ada 6 sasaran keselamatan pasien :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
2. Melakukan komunikasi yang efektif
3. Meningkatkan keamanan obat yang harus di waspadai (High Alert Medications)
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
5. Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Mengurangi risiko cidera pasien terjatuh
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas
9 REFERENSI