Professional Documents
Culture Documents
Abstract
In Indonesia there are various ethnic groups with very diverse and rich customs.
On average each ethnic group has their own Traditional House, which is different from
each other. This attracted the attention of writers, to examine the types and types of
Toba Batak Traditional Houses and their ornaments. The first opportunity to examine
Batak Traditional Houses was obtained in 1985, where I could enjoy the beauty of the
traditional Toba Batak houses and record them, as material for further research later.
The development of Batak Traditional Houses and Settlements shows that the
attention of the Batak people and their Regional Governments to the rich cultural
heritage of the Batak people through their traditional houses has not received serious
attention. In 2016 there was an opportunity to review the condition of tourism in Tapanuli,
along with the existence of traditional houses. The opportunity occurred through the
disaster in the village of Jangga Dolok, where 5 traditional houses once burned on New
Year's Eve 2015 to 2016
This paper is intended to provide an overview of settlements and traditional Toba
Batak houses, rebuilding a traditional house and the types of ornaments in their
traditional houses. In addition, there are also ways to prevent and prevent fire hazards
for types of houses such as Batak Traditional Houses.
ABSTRAK
Di Indonesia terdapat berbagai suku bangsa dengan adat istiadat yang sangat
beragam dan kaya. Rata-rata setiap suku bangsa memiliki Rumah Adat masing-masing,
yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini menarik perhatian penulisa, untuk meneliti tipe
dan jenis Rumah Adat Batak Toba beserta ornamennya. Kesempatan pertama meneliti
Rumah Adat Batak diperoleh pada tahun 1985, di mana saya bisa menikmati keindahan
rumah-rumah adat Batak Toba secara langsung dan mencatatnya, sebagai bahan
penelitian lanjutan nanti.
Perkembangan Rumah Adat Batak dan Permukimannya memperlihatkan, bahwa
perhatian masyarakat Batak dan Pemerintah Daerahnya terhadap kekayaan warisan
budaya yang dimiliki masyarakat Batak melalui rumah-rumah adatnya tidak
mendapatkan perhatian serius. Pada tahun 2016 diperoleh kesempatan untuk meninjau
kembali kondisi pariwisata di Tapanuli, beserta keberadaan rumah-rumah adatnya.
Kesempatan itu terjadi melalui musibah di Desa Jangga Dolok, di mana 5 Rumah
Adatnya sekali gus terbakar di malam tahun baru 2015 ke 2016.
Tulisan ini ditujukan untuk memberikan tinjauan tentang Permukiman beserta
Rumah Adat Batak Toba, pembangunan kembali sebuah Rumah Adat dan tipe-tipe
ornament pada rumah adatnya. Selain itu juga cara penanggulangan dan pencegahan
bahaya kebakaran untuk jenis rumah seperti Rumah Adat Batak.
94
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Adat Batak Toba, mempunyai kekhasan, yaitu tidak memiliki kuda-kuda
seperti rumah Joglo di Jawa Tengah, atau Rumah Panjang di Kalimantan. Sistem ikat
digunakan dalam struktur Rumah Adat Batak, yang mengingatkan kita seperti struktur
layar di sampan. Sebab itu, sebagian orang Batak mempercayai, Bangsa Batak sampai
di Pulau Sumatra dengan kapal layar. Rumah Adat Batak merupakan Rumah Panggung,
dengan tiang-tiang pendukung yang tidak ditanamkan maupun diikat ke dalam tanah,
melainkan diletakkan di atas batu bundar. Dengan cara ini, kestabilan rumah terjamin
dari gempa bumi karena kekakuang struktur bangunan dan atapnya yang kaku dan tidak
terpengaruh oleh gempa bumi yang sering terjadi di pulau Sumatra.
Keunikan lainnya dari Rumah Adat Batak terletak pada seni ukir di badan rumah,
sampai kadang-kadang dapat dijumpai di interior bangunan. Seni ukir di Tanah Batak
punya kekhasan, bisa ditemui di rumah adatnya dan juga dalam seni patung untuk
benda-benda ritual keagamaan dan tiang-tiang gapura di pintu masuk Desa. Selain itu
juga, suku Batak mengenal aksara Batak, kalender Batak dan buku dari kulit kambing,
yang sering berisi tentang cara pengobatan di Tanah Batak.
Kemusnahan rumah adat Batak Toba, seperti dialami oleh daerah-daerah lainnya
di Indonesia, sudah di depan mata. Dalam jangka waktu sehari, 2 Rumah Adat Batak
Simelungun hancur karena disambar petir, lapuk dan dimakan rayap. Hal ini sudah
terlihat pada kunjungan ke Sumatera Utara di tahun 1985. Kehancuran rumah-rumah
adat ini terjadi, karena mahalnya biaya renovasi untuk rumah kayu yang begitu megah
dan kokoh.
Untuk maksud pelestarian rumah adat, menimbulkan rasa cinta pada nilai budaya
lokal Tanah Batak, penelitian tentang rumah adat ini telah dilakukan, dimulai dengan
Penelitian Rumah Adat Batak Desa Jangga Dolok, Sumatera Utara. Untuk maksud
tersbeut, telah dilakukan kunjungan 4 kali ke desa tersebut dan wilayah sekitar Danau
Toba dan pulau Samosir.
95
2. PEMBAHASAN
2.1 Rumah Bolon, Sopo dan Ornamennya
Berbagai jenis Rumah Adat Batak Toba masih bisa ditemui di sekitar Danau
Toba. Sayangnya rumah adat berukuran besar “Rumah Bolon” semakin sedikit.
Kemiskinan, ketidakpedulian Pemerintah Daerah Tapanuli Utara telah turut mendorong
kemusnahan dan perubahan struktur dan disain Rumah-rumah adat di daerah ini. Ada 6
jenis Rumah Bolon berdasarkan wilayahnya (6 sub suku), yaitu antara lain Batak Toba,
Simalungun, Karo, Mandailing, Pakpak, dan Angkola. Dengan demikian, Rumah Bolon
yang ada juga sesuai dengan sub suku yang ada tersebut, dengan ciri khasnya masing-
masing.
Pada zaman dahulu, Rumah Bolon adalah tempat kediaman 13 Raja di Sumatera
Utara. 13 Raja tersebut adalah Raja Ranjinman, Raja Nagaraja, Raja Batiran, Raja
Bakkaraja, Raja Baringin, Raja Bonabatu, Raja Rajaulan, Raja Atian, Raja Hormabulan,
Raja Raondop, Raja Rahalim, Raja Karel Tanjung, dan Raja Mogam. Bentuk rumah
Bolon umumnya sama, perbedaan terutama pada dekorasi dan jenis ornamen yang
digunakan. Rumah Bolon berdiri di atas tiang penyangga setinggi 1,75 meter. Rumah
Bolon mempunyai pintu masuk dari kolong rumah, terutama Rumah Bolon untuk para
bangsawan. Anak tangga selalu berjumlah ganjil. Rumah biasa mempunyai pintu frontal
dari depan, anak tangganya bisa berjumlah ganjil atau genap, tergantung kedudukan
penghuninya di masyarakat. Rumah bolon umumnya dihuni oleh lima sampai enam
keluarga langsung dari pemilik rumah, atau anak-anak yang sudah berkeluarga.
Gambar 3.
Kompas.com / Fitri
Prawitasari Pengunjung
Menari Tor-Tor di Museum
Hutabolon Simanindo,
Kabupaten Samosir,
Sumatera Utara
Editori Made Asdhiana
(Sumber:
http://222.indonesia.
travel/”\t”_blank”)
97
2.4 Struktur dan Fungsi Rumah Bolon
Rumah Bolon adalah rumah panggung, dibangun hampir 100% dari bahan
bangunan yang terdapat di lokasi. Tiang penopang lokasi tinggal yang tingginya selama
1,75 meter dari permukaan tanah diciptakan dari gelondongan kayu berdiameter >40
cm, dinding dan lantai dari papan kayu, sedangkan atap dari bahan ijuk, dan belakangan
ini dari seng. Ikatan struktur bangunan bukan dari paku, melainkan dari tali ijuk.
Bangunan Rumah Adat di Tapanuli tidak mengenal paku, sekrup, handle pintu dan
kunci-kunci dari logam.
Fungsi
Cara pembagian ruang, seperti berikut ini:
1. Ruang jabu bona: ruang khusus kepala
keluarga, terletak di belakang sudut kanan
rumah
2. Ruang jabu soding: ruang khusus untuk anak
perempuan, istri tamu dan juga ruang upacara
adat, terletak di sisi kiri belakang berhadapan
dengan jabu bong.
3. Ruang jabu suhat: ruang khusus untuk anak laki
tertua yang sudah menikah, tetletak di sudut kiri
depan.
4. Ruang tampar piring: ruang untuk menyambut
tamu, terletak di sebelah jabu suhat.
5. Ruang jabu tonga-tonga ni Jabu Bona: ruang
keluarga ber ukuran sangat besar, khusus untuk
keluarga besar, terletak di tengah rumah.
6. Kolong rumah: dipakai sebagai tempat
penyimpanan peralatan pertanian dan kandang
ternak.
Gambar 4. Denah Sopo
(Sumber: Perpustakaan Nasional)
Pembagian ruang tersebut tidak mengenal sekat-sekat fisik, tetapi dipisahkan
secara adat, yang mengatur pemakaian, membatasinya dan dipahami oleh semua tamu
yang datang ke rumah tersebut. Rumah Bolon selalu dihiasi ukiran dan gambar-gambar
yang memperlihatkan kejadian yang terjadi di kampong tersebut.
Sopo (Wikipedia)
98
Bentuk Sopo mirip dengan Rumah Bolon, tanpa dinding, lebih kecil dan tingkat
kesulitan lebih rendah dibanding Rumah Bolon. Bagian atas Sopo, di bawah atap,
dipakai sebagai gudang untuk menyimpan bahan pangan (beras / eme), benda-benda
berharga, piala dll. Setiap Rumah Bolon harus memiliki sebuah Sopo, tempat
menyimpan hasil bumi. Bagian bawah atap Sopo biasa dipakai untuk menyimpan
perlatan perang, benda-benda ritual sihir, seperti “Pustaha” atau “Tunggal Panaluan”.
Bagian panggung bangunan juga biasa dipakai sebagai tempat istirahat laki-laki. Pada
pertengahan abad 20, beberapa sopo lama berubah fungsi menjadi rumah tempat
tinggal, dengan membuat dinding pelindung di sekeliling sopo. Bagian tengah, di atas
panggung, biasa digunakan sebagai tempat pertemuan, menenun, ataupun kegiatan-
kegiatan sosial lainnya, sebab itu sifat bangunan ini terbuka.
99
Jenis-jenis Rumah Batak
Ciri khas dari lokasi Rumah Bolon Batak antara lain:
1. Memiliki atap yang tinggi dengan seperti pelana kuda dan sudut atap yang
sempit
2. Dinding rendah, atap tidak dilengkapi dengan plafon.
3. Di atas dinding Rumah Bolon Simelungun dilengkapi dengan anyaman-
anyaman untuk mempercantik rumah.
4. Di atas pintu depan ada gorga atau lukisan hewan seperti cicak dan kerbau
dengan warna merah, hitam, dan putih.
Pertama: Rumah Bolon Toba dibagi kedalam 2 bagian, yaitu Rumah Bolon dan
Ruma Jabu. Rumah Bolon Toba yang dalam ukuran besar, umumnya dimiliki oleh
keluarga yang mampu, bisa menampung lima sampai enam keluarga. Rumah Jabu
lebih sederhana, hanya untuk satu keluarga, tidak memiliki hiasan-hiasan maupun
ukiran-ukiran dan ukuran yang lebih kecil dari Rumah Bolon.
Kedua: Rumah adat Simalungun atau Rumah Bolon Simalungun, mirip dengan
Rumah Bolon Toba, baik dari segi bentuk, arsitektur, nama, dan juga ornamen-
ornamen hiasannya. Ciri khas utamanya terdapat di bagian bawah atau kaki bangunan,
selalu berupa susunan kayu yang masih bulat-bulat atau gelondongan. Kayu-kayu
tersebut menyilang dari sudut ke sudut. Ciri khas lainnya adalah bentuk atap di mana
pada anjungan diberi limasan berbentuk kepala kerbau lengkap dengan tanduknya.
Ketiga: Rumah Bolon Karo, disebut juga sebagai Siwaluh Jabu, panjangnya
bisa mencapai 13 meter dengan lebar mencapai 10 meter. Rumah ini biasanya
ditempati oleh empat hingga delapan keluarga, jumlah keluarga harus selalu genap.
Salah satu keunikannya yaitu atap rumah dibangun bertingkat-tingkat cukup tinggi dan
mampu bertahan hingga usia ratusan tahun.
Keempat: Rumah Bolon Mandailing, disebut sebagai Bagas Godang sebagai
kediaman para raja. Terletak di sebuah komplek yang sangat luas dan selalu
didampingi dengan Sopo Godang sebagai balai sidang adat. Bangunannya
mempergunakan tiang-tiang besar yang berjumlah ganjil, sebagaimana juga jumlah
anak tangganya.
Kelima: Rumah Bolon Pakpak. Ciri khas Rumah Adat Pakpak terletak pada
bagian atapnya yang melengkung. Mempunyai satu bagian atap kecil dibagian paling
atas. Sayangnya rumah adat ini kini semakin sulit ditemui karena kurang dilestarikan.
Bentuk bangunan yang masih utuh bisa ditemukan di Sidikalang, Dairi, dan Pakpak
Barat.
Keenam: Rumah Bolon Angkola. Dikenal juga sebagai Bagas Godang.
100
2.5 Permukiman di Desa-desa di Kabupaten Tobasa
2.5.1 Desa-Desa di Kabupaten Toba Samosir
Menurut Pemda Sumatera Utara, ada sekitar 4000 Rumah Adat di seluruh
Tobasa dengan desain yang unik dan khas bangunan berbentuk panggung dengan tiang
pancang yang kokoh, desain ukuran dan ornamen khas warna merah hitam dan putih.
4000 rumah tersebut tersebar di beberapa desa seperti:
Dusun Talak Batu (DL Sitorus)
Gambar 9. Area Dusun Talak Batu milik DL Sitorus (koleksi pribadi) Huta Gompar Jonggara
(Sumber: Foto Pribadi)
101
Huta Lumban Lintong
Gambar 11. Area Desa Adat Pasar dan Tanding Lumban Lintong
(Sumber: Foto pribadi)
Huta Lumban Sinurat
102
Ruma Parsaktian Datu Parulas
Gambar 19: Potongan Rumah Bolon dan Sistem Galapang dari Sopo
(Sumber: Perpustakaan Nasional)
104
2.7 Desa Jangga Dolok, Kec. Lumban Julu, Kab. Tobasa
2.7.1 Peta Situasi Desa Jangga Dolok
Peta Udara Kabupaten Tapanuli Utara Peta Udara Desa Jangga Dolok
Gambar 21: Foto bentuk pola Desa Jangga Bentuk pola Desa Jangga Dolok: Jalan raya
Dolok yang menjadi akses kendaraan maupun
(Sumber: Google maps) manusia mem-belah membagi antara fungsi
ruang dan bangunan yang beraneka ragam
seperti pemukiman, area bercocok
tanam,fasilitas umum dll
105
2.8 Jenis-Jenis Gorga
Seni ukir Suku Batak dari Sumatera Utara sangat seni ukir primitive. Selain seni
ukir Gorga, terkenal juga seni tenun ulos, seni music dengan alat kesenian seperti
gendang, serunai, kecapi dll. Warna Gorga merah, putih dan hitam disebut tiga bolit.
Bahan-bahan untuk Gorga ini biasanya kayu lunak yaitu yang mudah dikorek/dipahat,
kayu ungil atau ingul. Untuk tiang-tiang utama digunakan kayu poki, sejenis kayu besi,
tahan terhadap sinar matahari langsung dan air hujan, tidak cepat rusak/lapuk. Janis
kayu ini juga dipakai untuk membuat kapal/perahu di Danau Toba. Kayu ini semakin
jarang ditemui dan mahal.
Cara orang Batak membuat warna merah, putih dan hitam, seperti sebagai berikut:
- Cat merah diambil dari batu hula, batu alam berwarna merah, hanya ada di
tempat-tempat tertentu. Batu ini ditumbuk menjadi halus dicampur dengan sedikit
air, dioleskan pada ukiran.
- Cat putih dari tanah kapur berwarna putih. Tanah digiling merata dan dicampur
dengan air.
- Cat hitam dari tumbuh-tumbuhan yang ditumbuk halus dicampur dengan abu
periuk atau kuali (jelaga). Abu ini dikikis dari periuk atau belanga, dimasukkan ke
daun-daunan yang ditumbuk, kemudian digongseng hingga menghasilkan cat
hitam.
Berdasarkan cara pengerjaannya, gorga Batak Toba ada 2 jenis, gorga uhir
(gorga ukir) dan gorga dais (gorga lukisan). Berdasarkan bentuk ornamen, gorga
memiliki banyak jenis.
106
hukum yang bersumber dari Debata Mulajadi Nabolon.
Gorga Dalihan Natolu: Gorga Dalihan Natolu ini berbentuk jalinan sulur yang saling
terikat. Hal ini melambangkan falsafah Dalihan Natolu yang merupakan falsafah hidup
orang Batak dalam menjalin hubungan dengan sesama. Gorga Dalihan Natolu ini
biasanya terdapat di dorpijolo (dinding depan).
Gorga Simeoleol: Simeoleol berarti melenggak-lenggok. Gorga Simeoleol ini berbentuk
sulur yang terjalin dengan kesan melenggak-lenggok yang menghasilkan keindahan.
Gorga ini melambangkan kegembiraan dan berfungsi untuk menambah keindahan.
Variasi lain dari gorga ini disebut Gorga Simeoleol Marsialoan, yang bentuknya tidak
jauh berbeda hanya karena motif yang berlawanan (marsialoan).
Gorga Sitagan: Tagan berarti kotak kecil untuk menyimpan sirih, rokok, atau benda-
benda kecil lainnya. Gorga Sitagan ini berbentuk simetris seperti tutup kotak dan kotak
yang ditutup pada tagan tersebut. Gorga Sitagan ini bermakna nasihat agar
menghilangkan rasa sombong terutama ketika menerima tamu.
Gorga Sijonggi: Jonggi diartikan sebagai lambang kejantanan, keperkasaan. Gorga
Sijonggi ini melambangkan keperkasaan yang harus dihormati.
Gorga Silintong: Silintong berarti pusaran air yang dianggap memiliki kesaktian. Gorga
Silintong ini melambangkan kesaktian yang bisa melindungi manusia dari segala bala.
Gorga Silintong ini biasanya terdapat di rumah orang-orang yang dianggap berilmu tinggi
(datu, raja, guru, dan sebagainya).
Gorga Iran-iran: Iran adalah sejenis bahan perias muka manusia agar kelihatan lebih
cantik. Gorga Iran-iran ini dianggap sebagai simbol kecantikan.
Gorga Hariara Sundung di Langit: Gorga Hariara Sundung di Langit ini berbentuk
seperti pohon hayat di Sumatera Selatan ataupun gunungan pada suku Jawa. Gorga
Hariara Sundung di Langit ini merupakan ilustrasi penciptaan manusia sehingga
manusia harus senantiasa mengingat Penciptanya.
Gorga Hoda-Hoda: Gorga Hoda-Hoda ini berbentuk orang yang sedang mengendarai
kuda (hoda). Gambar tersebut menggambarkan suasana pesta adat yang besar, yaitu
mangaliat horbo (pesta besar). Gorga Hoda-Hoda ini merupakan lambang kebesaran.
Gorga Ulu Paung: Ulu Paung terdapat di puncak rumah Gorga Batak. Tanpa Ulu Paung
rumah Gorga Batak menjadi kurang gagah. Pada zaman dahulu Ulu Paung dibekali (isi)
dengan kekuatan metafisik bersifat gaib. Di samping sebagai memperindah rumah, Ulu
Paung juga berfungsi untuk melawan begu ladang (setan) yang datang dari luar
kampung.
Itulah antara lain jenis-jenis gorga Batak Toba. Sebenarnya masih banyak ornamen-
ornamen yang sangat erat hubungannya dengan sejarah peradaban dan kebudayaan
Batak, seperti gambar lembu, pohon cemara, burung dan lain-lain. (berbagai
sumber/int)
107
Hiasan Singa-singa, Ulu Paung, Adop-adop
108
Berbagai contoh Singa-Singa
Gorga Sitagan
Desa Naualu
Marogung-ogung
Gorga Siogung-ogung
Gambar 25: Tipe2 Gorga
(Sumber: Koleksi Perpustakaan Nasional dan Pribadi)
109
Gorga Ipon-ipon
110
Gorga Jenggar (Batak Toba)
Gorga Ulu Paung, Jenggar.dan Simataniari
111
Gorga Desa na Ualu (Mata Angin, atau 8
penjuru dunia)
Kombinasi beberapa Gorga Gorga Dalian Natolu Gorga Uhir di dinding samping rumah
Gambar 28. Tipe2 Gorga
(Sumber: Koleksi Perpustakaan Nasional dan Pribadi)
112
Gorga Dais (Lukis)
113
2.10 Pembangunan Rumah Adat Yang Baru
Berikut diberikan gambar-gambar saat pembangunan.
Tahap Pembangunan Fisik
115
3. Kerusakan pada ukiran dan lukisan Gorga
Gambar 33. Kerusakan Pada Seni Ukir dan Seni Lukis Bangunan
(Sumber: Koleksi pribadi)
3. KESIMPULAN
Melihat kondisi peninggalan budaya di Sumatera Utara yang begitu memprihatinkan,
perlu diadakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendataan situs-situs budaya, Rumah Bolon dan Sopo di Sumatera Utara
2. Pendataan permasalahan yang dihadapi penduduk dalam menjaga situs-situs
tersebut
3. Membuat peta situasi kondisi yang ada dan mencari cara-cara
penanggulangannya
4. Menggiatkan universitas-universitas di seluruh Indonesia untuk turut serta dalam
program pelestarian cagar budaya di sekitar Universitasnya
5. Menentukan anggaran untuk pelestarian budaya di Pemerintah Daerah dan
rencana pelestariannya
6. Membuat rencana peningkatan ekonomi rakyat melalui kegiatan pariwisata.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan dapat menginspirasi setiap pembaca termasuk
pemerintah daerah selanjutnya.
116
DAFTAR PUSTAKA
Achim Sibeth; The Batak First Published Thomas and Hudson, (1991), in Great Britain.
(h.93)
Arsip Dokumen Batak: Gorga Hariara Sundung di Langit, 27 Des 2018
Audivisual Perpustakaan Nasional. Rumah Adat Batak Toba, 10 Januari 2019
https://solup.blogspot.com/2018/07/jenis-jenis-gorga-ornamen-batak-toba.html
http://budaya-indonesia.org/Ukiran-Singa-Batak/(14 Juni 2013)
http://budaya-indonesia.org/Ruma-Adat-Batak/ (14 Juni 2014)
KOMPAS.com / FITRI PRAWITASARI Pengunjung Menari Tor-Tor di Museum
Hutabolon Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Sumber:
http://222.indonesia.travel/”\t”_blank”
Siahaan, Uras: Penelitian Rumah Adat Jangga Dolok, 29 Agustus 2018
Solup Literal: Jenis-jenis Gorga, Rumah Adat Batak Toba
Vanisa: Rumah Adat Batak Toba, November 28, 2018, Perpustakaan.id
Wikipedia Ensiklopedia: Gorga Batak Toba
Yomi Hanna, 22 Agustus 2017: Rumah Bolon, Rumah Adat Suku Batak, Bobo.id
Zommi Hanna, Editor: Iveta Rahmalia, Kompas gramedia, 22 Agustus 2017
117