You are on page 1of 51

R

PERENcdNddN TEMPdT PENGOLdHdN SdMPdH (TPS)


eR fERfdSIS MdSgdRdKdT
hiji klmnimjio
pqrstusvssv wxyzxs{ wqvz|xsvzsv t|sv}~}su us{ws uq€szs~ wxyzxs{ wss utsrs vsu~yvsr }qrs
uq‚srsv qvzsv s{svs} ƒvsvz„ƒvsvz …y† ‡ˆ ‰s|v Š‹‹ˆ }qv}svz pqvzqryrssv Œs{ws Žsvz
€qx}|‚|sv |v}|t {qv~vzts}tsv tquqs}sv {suŽsxsts} sv t|sr~}su r~vzt|vzsv uqx}s {qv‚s~tsv
us{ws uq€szs~ u|{€qx sŽs† pqvzqryrssv us{ws }qxuq€|} }qx~x~ sx~ wqvz|xsvzsv us{ws sv
wqvsvzsvsv us{ws† ƒv}|t wqvz|xsvzsv us{ws €~susvŽs ~rst|tsv wq{€s}susv }~{€|rsv
us{ws wqvs|x„|rsvzsv us{ws svs}s| wq{svss}sv tq{€sr~ us{ws† Œqsvztsv |v}|t
wqvsvzsvsv us{ws {qr~w|}~ wq{~rssv wqvz|{w|rsv wqvzsvzt|}sv wqvzqryrssv sv
wq{xyuqusv st~x us{ws†
pqvz|xsvzsv us{ws }qxuq€|} ‚|zs uq‚srsv qvzsv pqxs}|xsv ‘qv}qx~ pqtqx‚ssv ƒ{|{ …y†
Š‡p’‰‘Š‹‹“ t|u|uvŽs tq€~‚stsv ”‡• Žs~}| wqvz|xsvzsv us{ws uq{stu~{sr {|vzt~v ~{|rs~
sx~ u|{€qxvŽs† –q{qv}qx~sv pqtqx‚ssv ƒ{|{ uqv~x~ }qrs {qrst|tsv pilot project ~ €q€qxsws
ts—susv |v}|t wq{€svz|vsv ‰q{ws} pqvzyrssv Œs{ws Reduce-Reuse-Recycle ”‰pŒ ˜’•
™qx€su~u ‘suŽsxsts}† pq{€svz|vsvwqvŽq~ssv usxsvs wqvsvzsvsv us{ws wss utsrs ty{|vsr
Žsvz €qx€su~u {suŽsxsts} }qxuq€|} {qrsr|~ {qtsv~u{q wqvŽq~ssv svs €sv}|sv uyu~sr |v}|t uq}~sw
rytsu~ ususxsv†
šsrs{ xsvzts {q{€qx~tsv wsv|sv srs{ wqrstusvssv tqz~s}sv wq{€svz|vsv ‰pŒ ˜’ }qxuq€|}
{sts ~€|}|tsv €|t| wsv|sv Žsvz {q{|s} }s}s ›sxs wq{~r~sv rytsu~ wqxqv›svssv
wqrstusvssv wq{sv}s|sv sv qœsr|su~ uqx}s w~r~sv„w~r~sv }qtvyryz~ srs{ wqvzyrssv us{ws
€qx€su~u {suŽsxsts}†
™|t| ‰s}s sxs pqvŽqrqvzzsxssv ƒ{|{ ‰q{ws} pqvzyrssv Œs{ws Reduce-Reuse-Recycle ”‰pŒ
˜’• ™qx€su~u ‘suŽsxsts} ~ –s—susv pqx{|t~{sv Žsvz }qrs ~u|u|v ~v~ }qx~x~ sx~ “ ”qvs{• ‚~r~ €|t|
Žs~}|ž
‡† ™|t| ‡ {q{|s} Ÿ‰s}s sxs pqvŽqrqvzzsxssv ‰q{ws} pqvzyrssv Œs{ws ”‰pŒ• ˜’ ™qx€su~u
‘suŽsxsts} 
Š† ™|t| Š {q{|s} Ÿ‰s}s sxs pqxqv›svssv ‰q{ws} pqvzqryrssv Œs{ws ”‰pŒ• ˜’ ™qx€su~u
‘suŽsxsts} 
˜† ™|t| ˜ {q{|s} Ÿ‰s}s sxs pqrstusvssv pq{€svz|vsv ¡su~r~}su ‰q{ws} pqvzqryrssv Œs{ws
”‰pŒ• ˜’ 
¢† ™|t| ¢ {q{|s} Ÿ‰s}s sxs p~r~sv ‰qtvyryz~ ‰q{ws} pqvzqryrssv Œs{ws ”‰pŒ• ˜’ 
£† ™|t| £ {q{|s} Ÿ‰s}s sxs ‘yv~}yx~vz sv ¤œsr|su~ ‰q{ws} pqvzqryrssv Œs{ws ”‰pŒ• ˜’ 
“† ™|t| “ {q{|s} Ÿ¥s{w~xsv sv ¡yx{s} pqrswyxsv 
š~sxswtsv uqr|x| wq{svzt| tqwqv}~vzsv wqrstusvs tqz~s}sv pxyzxs{ ‰pŒ ˜’ ™qx€su~u ‘suŽsxsts}
~v~ sws} {q{ss{~ }s}s rstusvs sv ts~s„ts~s Žsvz ss ~ srs{ ™|t| ‰s}s sxs
pqvŽqrqvzzsxssv ƒ{|{ ‰q{ws} pqvzqryrssv Œs{ws ”‰pŒ• ˜’ ™qx€su~u ‘suŽsxsts} ~ –s—susv
pqx{|t~{sv ~v~ uqx}s {qvqxswtsvvŽs wss wqrstusvssv ‰pŒ„˜’ ™qx€su~u ‘suŽsxsts} ~ rytsu~
ususxsv†
Œq{yzs wsv|sv ~v~ sws} €qx{svss} sv }q}sw }qx€|ts tquq{ws}sv tqwss w~st„w~st Žsvz
}qxts~} qvzsv wqrstusvssv tqz~s}sv ‰pŒ ˜’ ™qx€su~u ‘suŽsxsts} |v}|t {q{€qx~tsv {su|tsv uqx}s
usxsv sv tx~}~t s}su €|t| ~v~ z|vs {qvzyw}~{srtsv su~r sv tq€qx{svss}sv sx~ wq{€svz|vsv
‰pŒ ˜’ ™qx€su~u ‘suŽsxsts} ~v~†
¦stsx}s ‘sŽ Š‹‡¢
š~xqt}|x ¦qvqxsr ~w}s tsxŽs

§x† §{s{ Œ† ¤xvs—~ ‘‘† ‘†Œ›†


¨©ª«©¬ I­I
®¯°¯ 2 «©«© ±©©
R ²³³ R´±©´©©´
³T µ²©T²³´¶·¸©¹©´ ©S µ²©¹ R©»SSµ©©
(T²)S ºR®³® Y©
S R °©T

¼½¼ ¾ ¿ÀÁ½ÃÄUU½Á 1
ÅÆÅ ÇÈÉÈÊ ËÌÍÈÎÈÏÐ Å
ÅÆÑ ÒÈÎÓÔÕ ÕÈÏ ÖÔ×ÔÈÏ Å
ÅÆØ ÙÈÓÈÊÈÏ Å
ÅÆÚ ÛÔÈÏÐ ÇÜÏÐÎÔÝ Ñ
¼½¼ ¾¾ ¿À޾ľýÁ ÄßཾS½Á ¿ÀÁáâSUÁ½Á ÀRÁã½Á½ àÀJRA MASYARAKAT (RKM) 3
ÑÆÅ äÌåÜÍÜæÈÏ ÇçÎÈÓÜ Ø
ÑÆÅÆÅ èÊÜÉÌÊÜÈ èÈéÔÝÈÉÌÏêèçÉÈ Ø
ÑÆÅÆÑ èÊÜÉÌÊÜÈ ÇçÎÈÓÜ Ø
ÑÆÅÆØ äÊçÓÌÓ äÌÍÈÎÓÈÏÈÈÏ ÙÌÍÌÎÓÜ Ú
ÑÆÅÆÚ äÊçÓÌÓ ÙÌÍÌÎÓÜ ÇçÎÈÓÜ Ú
ÑÆÑ äÌÏÌÏÉÔÈÏ ÕÈÏ äÌÏÌÉÈÝÈÏ ÇçÎÈÓÜ ÖÌÊÝÜÍÜæ ð
ÑÆØ äÌåéÌÏÉÔÎÈÏ èÙÒ ó
ÑÆØÆÅ ÖÔÐÈÓ èÙÒ ó
ÑÆØÆÑ ëÔÏÐÓÜ èÙÒ ó
ÑÆØÆØ ÙÔÓÔÏÈÏ äÌÏÐÔÊÔÓ õ
ÑÆÚ äÌÏìÔÓÔÏÈÏ ÛÌÏíÈÏÈ èÌÊ×È ÒÈÓìÈÊÈÎÈÉ îÛèÒï Å
ÑÆð äÌÏÌÉÈÝÈÏ ñÈÍçÏ äÌÏÐÐÔÏÈ ÕÈÏ äÌÏÌÉÈÝÈÏ ñÈÎÔÝÈÏ òÜÍÈìÈæ ÅÅ
ÑÆó äÌÏÌÉÈÝÈÏ äÌÏÌÊÜåÈ ÒÈÏôÈÈÉ ÅÑ
ÑÆõ äÜÍÜæÈÏ ÙÜÓÉÌåö ÙÈÊÈÏÈ ÕÈÏ äÊÈÓÈÊÈÏÈö äÌÊÈÍÈÉÈÏ ÅÑ
ÑÆ÷ ÙÔÊøÌì ÖÜåéÔÍÈÏ ÙÈåÝÈæö èçåÝçÓÜÓÜ ÕÈÏ èÈÊÈÎÉÌÊÜÓÉÜÎ ÙÈåÝÈæ ÅÑ
ÑÆù ÙÔÊøÌì úÈÊÐÈ ÒÈÉÌÊÜÈÍ ÕÈÏ ûÝÈæ ÖÌÏÈÐÈ èÌÊ×È Åó
BAB III PERENCANAAN DESAIN TPS 3R 17
ØÆÅ ûåÔå Åõ
ØÆÑ üÌÉÈÜÍ ýÏÐÜÏÌÌÊÜÏÐ üÌÓÜÐÏ îüýüï Åõ
ØÆÑÆÅ äÌÏÐçÍÈæÈÏ üÈÉÈ þÿÈÍ Å÷
ØÆÑÆÑ ÒÜÏÜåÈÍ üÌÓÈÜÏ ËÈÏÐÔÏÈÏ ÖäÙ ØÛ Åù
ØÆÑÆØ äÌåéÔÈÉÈÏ üÌÓÈÜÏ þÊÓÜÉÌÎÉÔÊÈÍ Ñ
ØÆÑÆÚ ÙÝÌÓÜôÜÎÈÓÜ ÖÌÎÏÜÓ ËÈÏÐÔÏÈÏ Ñó
ØÆÑÆð äÌÊÌÏíÈÏÈÈÏ ËÈÏÐÔÏÈÏ äÌÏÕÔÎÔÏÐ ØÅ
ØÆÑÆó ÛÌÓÜÎç ÙÈÍÈæ äÌÊÌÏíÈÏÈÈÏ ØÅ
 IV RENCANA PEMBIAYAAN 33
 



 

  
 
 
 



 



  
 



 !"#$ #
% %
 &
 
 





 &"  
' 



 %
 

 

BAB V MEKANISME PENYALURAN DANA BANTUAN SOSIAL 37


'   

 (

-
' #
 

 (

.

BAB VI MEKANISME PENGADAAN BARANG DAN JASA 41


)   (


%

 
) *

%

 
) & 
%

 
) &
 %
 &
  +
,
 
%

 
)' 


%

 
)) 
%

 

 %
 +

 ! #



 
)-  

 #
 '
). 



 ! 

 %
 
 !
)

BAB VII PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA KSM DAN SATKER PPLP PROVINSI 47
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perencanaan penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat di kawasan permukiman


merupakan langkah awal dalam tahapan pelaksanaan kegiatan. Perencanaan ini merupakan
dasar dalam pengelolaan sampah, baik skala rumah tangga maupun skala kawasan
permukiman.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud diterbitkannya Tata Cara Perencanaan Penyelenggaraan TPS 3R Berbasis Masyarakat


ini adalah untuk membantu para pelaku di lapangan yang akan melakukan kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan pengurangan sampah untuk skala rumah tangga maupun
skala kawasan permukiman. Sedangkan tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan
tentang tahapan perencanaan dalam penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat
dikawasan permukiman.

1.3 SASARAN

Tersedianya tata cara perencanaan dan pelaksanaan penyelenggaraan TPS 3R berbasis


masyarakat di kawasan permukiman yang meliputi pengelolaan sampah skala rumah tangga
dan skala kawasan permukiman.

Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL), baik bidang pemberdayaan maupun teknis, diharapkan
dapat membantu masyarakat untuk menyusun perencanaan pengelolaan TPS 3R berbasis
masyarakat yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan kemampuan masyarakat untuk
mengoperasikannya.

Hasil yang diharapkan dari buku tata cara perencanaan ini adalah terseleksinya masyarakat
dan lokasi TPS 3R sesuai pendekatan Demand Responsive (tanggap kebutuhan) dan
tersusunnya dokumen rencana pengelolaan sampah TPS 3R Berbasis Masyarakat sebagai syarat
untuk dapat mencairkan dana bantuan sosial.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 1


3R Berbasis Masyarakat
1.4 RUANG LINGKUP

Buku Tata Cara Perencanaan TPS 3R Berbasis Masyarakat mencakup:


1. Pemilihan dan kriteria lokasi
2. Proses Pelaksanaan Seleksi
3. Penentuan dan penetapan lokasi terpilih
4. Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 3R
5. Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
6. Penetapan Calon Pengguna dan Penetapan Cakupan Wilayah
7. Penetapan Penerima Manfaat
8. Pilihan Sistem, Sarana & Prasarana, dan Peralatan
9. Survey Timbulan Sampah, Komposisi dan Karakteristik Sampah
10. Survey Harga Material dan Upah Tenaga Kerja
11. Perencanaan Desain TPS3R
12. Rencana Pembiayaan
13. Mekanisme Penyaluran Dana Bantuan Sosial
14. Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa
15. Perjanjian Kerjasama antara KSM dan Satker PPLP Provinsi

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 2


3R Berbasis Masyarakat
BAB II
PEMILIHAN LOKASI DAN
PENYUSUNAN RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM)

2.1 PEMILIHAN LOKASI

Keberhasilan Penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat dalam hal ini Pemilihan Lokasi
dapat tercapai jika memenuhi kriteria-kriteria dibawah ini :

2.1.1 KRITERIA KABUPATEN/KOTA

Kriteria kabupaten/kota yang akan memperoleh bantuan program penyelenggaraan TPS 3R


berbasis masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Kabupaten/Kota sudah mencantumkan usulan TPS 3R dalam dokumen Strategi Sanitasi Kota
(SSK) dan Rencana Pembangunan Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM).
2. Walikota/Bupati atau Pejabat yang berwenang membuat surat minat yang ditujukan
kepada Direktur PPLP, Kementerian Pekerjaan Umum dengan tembusan Kepala Satker PPLP
Provinsi dilengkapi dengan :
a. Menyertakan daftar Longlist usulan TPS3R sesuai dengan kriteria.
b. Menyatakan bahwa Pemerintah Daerah bersedia melakukan pembinaan secara
berkelanjutan terhadap TPS 3R berbasis masyarakat yang sudah terbangun seperti
membantu kebutuhan pelaksanaan operasional TPS3R, peralatan pendukung, dan lain-
lain.
3. Memiliki Dinas/SKPD yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan agar dapat
melaksanakan pembinaan terhadap TPS3R yang terbangun.
4. Pemerintah Daerah bersedia menerima bantuan TPS 3R berbasis masyarakat dan
menyerahkan kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai pengelola.
5. Pemerintah Daerah bersedia melakukan pembinaan secara berkelanjutan terhadap TPS 3R
berbasis masyarakat yang sudah terbangun.

2.1.2 KRITERIA LOKASI

1. Kriteria Utama :
a. Lahan TPS 3R berada dalam batas administrasi yang sama dengan area pelayanan TPS
3R berbasis masyarakat
b. Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya yang dibuktikan dengan
Akte/Surat Pernyataan Hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana TPS 3R berbasis
masyarakat.
c. Ukuran minimal lahan yang disediakan 200 m 2.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3


3R Berbasis Masyarakat
d. Penempatan lokasi TPS3R sedekat mungkin dengan daerah pelayanan

2. Kriteria Pendukung
a. Berada didalam wilayah permukiman penduduk, bebas banjir, ada akses jalan masuk,
dan sebaiknya tidak terlalu jauh dengan jalan raya.
b. Cakupan pelayanan minimal 200 KK atau minimal mengolah sampah 3 m 3/hari.
c. Masyarakat bersedia membayar iuran pengolahan sampah.
d. Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperti PKK, kelompok atau forum
kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, klub jantung sehat, klub
manula, pengelola kebersihan/sampah atau KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang
sudah terbentuk.

2.1.3 PROSES PELAKSANAAN SELEKSI

Untuk melaksanakan proses seleksi di tingkat kota/kabupaten yang akan melaksanakan TPS 3R
berbasis masyarakat, maka dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
1. Satuan Kerja PPLP Provinsi dan Direktorat PPLP Kementerian Pekerjaan Umum di pusat
melaksanakan sosialisasi dengan materi sebagai berikut :
a. Penjelasan program TPS 3R berbasis masyarakat di kawasan permukiman.
b. Pemahaman mengenai sistem pengelolaan sampah.
c. Pengal aman atau cont oh sukses menge nai TPS 3 R b erb asi s masyarakat di
kawasan permukiman (best practice).

2. Peserta workshop adalah:


a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
b. Dinas/SKPD terkait yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan persampahan dan
kota/kabupaten.
c. Kelurahan yang masuk dalam daftar Longlist

2.1.4 PROSES SELEKSI LOKASI

1. Longlist Kampung Calon Lokasi


Untuk memperoleh calon lokasi maka Dinas penanggungjawab di tingkat kota /
kabupaten dengan dibantu oleh TFL 3R membuat longlist atau daftar panjang kampung
calon lokasi. Caranya adalah sebagai berikut:
a. Review dokumen SSK (strategi sanitasi kota) diutamakan lokasi yang berada di daerah
rawan sanitasi (zona merah).
b. Memastikan apakah kampung tersebut benar-benar memiliki permasalahan pengelolaan
sampah
c. Longlist lokasi merupakan lokasi yang memenuhi kriteria lokasi 3R
d. Daftar longlist mencantumkan nama kampung, kelurahan, kecamatan.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 4


3R Berbasis Masyarakat
2. Shortlist Kampung Calon Lokasi
Langkah selanjutnya adalah Penyusunan Daftar Pendek (Shortlist) kampung calon lokasi TPS
3R Berbasis Masyarakat, yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah/SKPD penanggung jawab
yang didampingi oleh TFL 3R dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
a. Kelayakan teknis calon lokasi antara lain:
1) Calon lokasi benar-benar memiliki permasalahan pengelolaan sampah
2) Cakupan layanan minimal 200 KK atau 1.000 jiwa
3) Ada lahan kosong minimal 200 m 2 yang dapat digunakan sebagai lokasi TPS 3R
4) Memiliki akses jalan untuk truk sampah guna pengangkutan residu
b. Kelayakan sosial antara lain:
1) Masyarakat membutuhkan pengelolaan sampah yang lebih baik
2) Masyarakat bersedia membayar iuran pengolahan sampah
c. Hasil pengecekan lapangan diisikan kedalam lembar isian shortlist
d. Daftar shortlist mencantumkan nama kampung, kelurahan dan kecamatan, jumlah
penduduk (jiwa), jumlah kk, perkiraan timbulan sampah, kebiasaan masyarakat
membuang sampah, ketersediaan lahan calon lokasi TPS 3R, akses jalan masuk dan
dilengkapi foto
e. Lembar isian shortlist dibuat oleh Dinas/SKPD penanggungjawab Kota/Kabupaten disetujui
oleh Bappeda Kabupaten/Kota

2.2 PENENTUAN DAN PENETAPAN LOKASI TERPILIH

Proses penentuan lokasi terpilih dilakukan dengan cara :


1. Kampung yang memenuhi syarat atau masuk shortlist diundang dalam pertemuan yang
dihadiri oleh wakil masyarakat dan wakil pengurus RT dan RW/lingkungan, kelurahan,
disaksikan oleh camat dan Dinas/SKPD terkait.
2. Stakeholder yang hadir diberikan penjelasan tentang program TPS 3R Berbasis Masyarakat.

Jika calon lokasi shortlist lebih dari 1 (satu), sedangkan alokasi anggaran hanya untuk 1 paket,
maka harus dilakukan proses seleksi secara terbuka sebagai berikut:
1. Stakeholder masyarakat diminta berkumpul sesuai dengan asal masing-masing kampung.
2. Mereka diminta membuat deskripsi kampung masing-masing dan kondisi sampah dan
pengelolaannya, serta permasalahan yang dihadapi, dan mempresentasikannya dengan
menggunakan kertas plano besar.
3. Setelah semua mempresentasikan, kemudian mereka diminta mengidentifikasi potensi yang
ada untuk penanganan persampahannya. Aspek yang harus diidentitikasi adalah:
a. Minat masyarakat untuk mengelola sampahnya sendiri
b. Kemauan untuk iuran pengelolaan sampah
c. Kesiapan kelembagaan masyarakat
d. Ketersediaan lahan untuk Tempat Pengolahan Sampah
e. Akses jalan masuk untuk alat pengangkut sampah(truk sampah atau motor roda tiga)
f. Prioritas penanganan sampah oleh masyarakat

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 5


3R Berbasis Masyarakat
4. Identifikasi potensi penanganan sampah oleh masyarakat tersebut dilakukan dengan cara
partisipatif dengan metode Rapid Participatory Assessment (RPA). Modul terlampir.
5. Hasilnya dituangkan ke dalam satu tabel yang sudah disediakan oleh TFL sesuai dengan
variabel dan skor. Kemudian skor akan dihitung berdasarkan bobot dari masing-masing
variabel dan dijumlahkan.
6. Kampung yang memperoleh nilai terbanyak yang akan dinilai sebagai kampung yang
paling siap untuk menerima program TPS 3R Berbasis Masyarakat.
7. Setelah proses seleksi tersebut selesai, kemudian dilakukan penandatanganan Berita Acara
Seleksi Kampung sebagai lokasi pelaksanaan program TPS 3R Berbasis Masyarakat dan
ditandatangani oleh semua unsur yang hadir dalam pertemuan tersebut.

2.3 PEMBENTUKAN KSM

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dibentuk melalui musyawarah masyarakat atau rembug
warga dengan bentuk dan susunan pengurus sesuai dengan permufakatan warga, dan
ditetapkan melalui surat keputusan (SK) kelurahan yang diketahui oleh kecamatan setempat.

2.3.1 TUGAS KSM

Secara umum tugas KSM adalah sebagai berikut :


1. Mensosialisasikan,
2. Merencanakan,
3. Melaksanakan,
4. Mengawasi/memonitor,
5. Supervisi,
6. Mengelola kegiatan pembangunan, serta
7. Mengelola sarana TPS 3R Berbasis Masyarakat yang telah dibangun nantinya.

2.3.2 FUNGSI KSM

Bedasarkan tahapannya, fungsi KSM adalah sebagai berikut:


1. Pra-konstruksi :
a. Meyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan mengajukan legalitas atau pengesahan
dokumen RKM
b. Melakukan kontrak kerjasama dengan Satker PPLP Provinsi
c. Membuka rekening KSM 3R
d. Mengajukan rencana pencairan dana dari Satker PPLP Provinsi
e. Menyusun rencana pengadaan dan kebutuhan tenaga kerja
f. Melakukan pengadaan barang sesuai aturan yang berlaku

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 6


3R Berbasis Masyarakat
2. Konstruksi :
a. Melaksanakan pembangunan TPS 3R dan pengadaan prasarana pengolah sampah 3R
b. Mendatangkan dan mengatur tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan/pekerjaan
sesuai jadwal pelaksanaan.
c. Melakukan pembayaran bahan/material dan upah tenaga kerja
d. Melaporkan realisasi penggunaan dana
e. Melaporkan kemajuan pekerjaan dan dokumentasi
f. Melalukan pengajuan pencairan dana sesuai persyaratan yang ada
g. Melakukan pengawasan administrasi, teknis dan keuangan
h. Melakukan serah-terima pekerjaan TPS 3R dari KSM kepada Satker PPLP Provinsi

3. Pasca-Konstruksi :
a. Melakukan operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana TPS 3R
b. Menarik, mengumpulkan, mengelola iuran/retribusi sampah serta mengelola dana
sesuai peraturan serta melaporkan semua uang masuk dan keluar kepada masyarakat
c. Melakukan pemasaran kompos dan bahan-bahan daur ulang
d. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung TPS3R

Melihat tugas, peran dan fungsi KSM 3R yang sangat banyak dan relatif cukup berat maka KSM
harus dibentuk sesuai kebutuhan dan dibekali dengan berbagai pengetahuan dan ketermpilan
yang diperlukan sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan cara diberikan pelatihan-pelatihan.

2.3.3 SUSUNAN PENGURUS

Susunan dan Tugas pengurus KSM 3R sebagai berikut :


1. Ketua:
a. Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan kegiatan pembangunan.
b. Memimpin pelaksanaan tugas KSM dan kegiatan rapat-rapat.

2. Sekretaris:
a. Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan tata usaha serta
dokumentasi;
b. Melaksanakan surat-menyurat;
c. Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara bertahap.

3. Bendahara:
a. Menerima dan menyimpan uang serta mengeluarkan/membayar sesuai dengan RAB
yang telah ditetapkan;
b. Melakukan pengelolaan administrasi keuangan dan pembukuan realisasi serta laporan
pertanggungjawaban keuangan :
1) Tahap Konstruksi
a) Laporan keuangan mingguan untuk diumumkan (ditempel dipapan
pengumuman/tempat strategis) sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 7


3R Berbasis Masyarakat
masyarakat
b) Laporan keuangan bulanan yaitu laporan penggunaan dana dan laporan harian
sesuai format yang ditentukan untuk kemudian diserahkan kepada Satker
Pengembangan PLP
2) Pasca Konstruksi
Laporan mingguan dan laporan bulanan yang diumumkan (ditempel dipapan
pengumuman/ tempat strategis) sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh
masyarakat

4. Tim Swakelola KSM


Berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya, sebelum
pekerjaan dilaksanakan, dilakukan persiapan-persiapan antara lain pembentukan Tim
Swakelola dengan ketentuan Tim Swakelola diangkat oleh penanggung jawab kelompok
masyarakat sesuai dengan struktur organisasi swakelola. Tim Swakelola terdiri dari Tim
Perencana, Tim Pelaksana dan Tim Pengawas serta dapat ditambah dengan
Panitia/Pejabat Pengadaan dan Seksi Operasional dan Pemeliharaan.

a. Tim Perencana
Tim Perencana mempunyai tugas dan bertanggungjawab dalam menyusun KAK,
membuat gambar rencana kerja dan/atau spesifikasi teknis. Tim perencana terdiri dari
seksi perencanaan, seksi konstribusi dan seksi tenaga kerja. Secara rinci tugas tim
perencana adalah:
1) Mensosialisasikan pilihan teknologi sanitasi kepada masyarakat;
2) Mengevaluasi dan menentukan pilihan teknologi 3R yang akan dibangun, sesuai
dengan pilihan, kemampuan masyarakat serta kondisi lingkungan;
3) Dengan didampingi fasilitator menyusun analisa teknis, membuat DED lengkap dengan
potongan RAB dan menyusun analisa structural, elektrikal, arsitektural sesuai dengan
teknologi 3R yang dipilih masyarakat;
4) Menyusun jadwal rencana kegiatan konstruksi dan kurva S;
5) Melakukan penarikan kontribusi dari masyarakat berupa uang dan menyetorkan pada
bendahara
6) Menyusun rencana pengadaan dan kebutuhan tenaga kerja

b. Tim Pelaksana
Tim Pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan, membuat gambar pelaksanaan serta
membuat laporan pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci tugas tim pelaksana adalah:
1) Melakukan kaji ulang dan pengukuran pada lokasi pekerjaan berdasarkan gambar
rencana kerja
2) Mengajukan kebutuhan bahan/material kepada penanggung jawab KSM untuk
diproses oleh Panitia/Pejabat Pengadaan
3) Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama pembangunan
4) Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan pekerjaan konstruksi
5) Mendatangkan dan mengatur tenaga kerja untuk melaksanakan

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 8


3R Berbasis Masyarakat
kegiatan/pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan
6) Melakukan pembayaran bahan/material dan upah tenaga kerja
7) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (realisasi fisik dan keuangan)
8) Mengorganisir kegiatan kampanye kesehatan di masyarakat
9) Membantu dalam penyuluhan kesehatan masyarakat
10) Melakukan monitoring terhadap upaya penyehatan lingkungan

c. Tim Pengawas
Tim Pengawas mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelaporan, baik fisik maupun administrasi
pekerjaan swakelola. Secara rinci tugas tim pengawas adalah:
1) Bertangung jawab terhadap pengawasan administrasi, teknis dan keuangan;
2) Di fasilitasi oleh TFL bertangung jawab/menilai atas kualitas dan progres pekerjaan fisik;
3) Berkoordinasi dengan TFL menyusun laporan pekerjaan untuk diteruskan dan/atau
ditindak lanjuti ke PPK.

d. Panitia/Pejabat Pengadaan
Panitia/Pejabat Pengadaan diangkat oleh penanggungjawab kelompok masyarakat
(KSM) untuk melakukan pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
swakelola dan Panitia/Pejabat Pengadaan diperbolehkan bukan PNS.
1) Bertanggung jawab dalam melaksanakan survey dan mengundang supplierdan/atau
kontraktor untuk pengadaan material;
2) Melaksanakan kegiatan proses pengadaan barang atau pekerjaan konstruksi.

Apabila masyarakat secara teknis tidak mampu melaksanakan konstruksi sendiri,


pekerjaan yang membutuhkan keahlian tertentu/specialist, pengadaan barang tertentu
(pabrikan), maka masyarakat (KSM) dapat menunjuk pihak ketiga melalui cara upah
borongan kerja dan kontraktor specialis (pengadaan) melalui Kerja Sama Operasional
(KSO). Syarat pelaksanaan swakelola (KSO) mengikuti Peraturan Presiden 54 tahun 2010
Pasal 27 ayat (4) point (c). Pekerjaan utama dilarang untuk dialihkan kepada pihak lain
(subkontrak).

5. Seksi Operasional & Pemeliharaan:


a. Mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana TPS 3R yang telah dibangun;
b. Bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis

Catatan :
Mekanisme kerja KSM tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART) yang disepakati oleh pengurus KSM dan seluruh calon pengguna/penerima manfaat.
Status pembentukan KSM disahkan dengan Surat Keputusan (SK) Lurah yang diketahui oleh
Camat setempat.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 9


3R Berbasis Masyarakat
KETUA
SEKRETARIS BADAN PENASEHAT
BENDAHARA

PANITIA SWAKELOLA KSM

TIM PERENCANA TIM PELAKSANA TIM PENGAWAS PANITIA /


PEJABAT
PENGADAAN

SEKSI
OPERASIONAL&
PEMELIHARAAN

ANGGOTA - ANGGOTA

Gambar 2.1 Contoh Struktur Organisasi KSM

2.4 PENYUSUNAN RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM)

Rencana Kerja Masyarakat (RKM) merupakan bukti dokumen resmi perencanaan TPS 3R
Berbasis Masyarakat, sekaligus sebagai dasar dan persyaratan untuk pencairan dana/bantuan
sosial dari Satker PPLP Provinsi.

Penyusunan RKM dilakukan dengan pendekatan partisipatif, artinya semaksimal mungkin


melibatkan masyarakat dalam semua kegiatan dan penyusunannya. Pekerjaan yang
membutuhkan keahlian teknis dibantu oleh TFL Teknis,dan aspek kelembagaan dibantu oleh TFL
Pemberdayaan.

RKM yang telah tersusun serta ditandatangani oleh Ketua KSM diketahui oleh Lurah/Kepala
Desa dan diajukan kepada Satker PPLP Provinsi untuk persetujuan dan pencairan dana tahap
pertama.
Dokumen RKM minimal memuat materi :
1. Dokumen berita acara seleksi kampung
2. Profil lokasi;
3. Penentuan Calon Pengguna
4. Penentuan cakupan wilayah dan peta masyarakat
5. Organisasi KSM, Struktur KSM serta Tim Swakelola (tim perencana, tim pelaksana, pengawas
& panitia/pejabat pengadaaan), dengan dilengkapi Surat Keputusan (SK) pembentukan
KSMmaupun pembentukan Tim Swakelola
6. Anggaran Dasar & Rumah Tangga (AD/ART) KSM;
7. Surat Penetapan Penerima Manfaat dari SATKER atau PPK PPLP provinsi;
8. Surat ketersediaan lahan yang sudah pasti, misal : surat hibah, surat hak gunadari
dinas/lembaga yang ada di daerah;
9. Pemilihan system, sarana, prasarana dan peralatan TPS 3R;
10. DED dan RAB disertai kurva S;

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 10


3R Berbasis Masyarakat
11. Rekening bank atas nama KSM (di tanda tangani Ketua dan bendahara KSM);
12. Sumber Pendanaan serta Mekanisme Pencairan Dana;
13. Mekanisme Pengelolaan Keuangan oleh KSM (administrasi pembukuan, pembelanjaan,
dan laporan keuangan);
14. Rencana Kerja:
a. Rencana Pelatihan KSM,mandor dan tukang,
b. Rencana pelatihan operator dan pengguna
c. Rencana Pengadaan Barang dan Jasa
d. Rencana Pengadaan Tenaga Kerja
e. Rencana pembangunan dan pengadaan prasarana dan sarana TPS3R
f. Rencana pembiayaan untuk operasional dan pemeliharaan oleh masyarakat
pengguna
g. Rencana Monitoring dan Evaluasi
15. Surat Perjanjian Kerja Sama antara SATKER/PPK PPLP Provinsi dengan KSM, tentang
pemanfaatan dana bantuan sosial TPS 3R Berbasis Masyarakat;
16. Jaminan dari masyarakat pengguna terhadap kesediaan dalam mengoperasikandan
memelihara sarana dan prasarana TPS 3R Berbasis Masyarakat;
17. Pakta integritas yang dibuat oleh KSM

2.5 PENETAPAN CALON PENGGUNA DAN PENETAPAN CAKUPAN WILAYAH

Penentuan atau penetapan calon pengguna dan penetapan cakupan wilayah merupakan
tahap awal dari keseluruhan proses penyusunan RKM untuk pengelolaan sampah.

Daftar calon pengguna dan cakupan wilayah layanan dari kegiatan TPS 3R berbasis
masyarakat dibuktikan dengan melampirkan data sebagai berikut :
1. Daftar nama kepala keluarga,
2. Jumlah anggota keluarga, gender (laki-laki/perempuan) dan jenis pekerjaan
3. Alamat rumah dan dibubuhi dengan tandatangan persetujuan untuk mengikuti program TPS
3R.
4. Daftar nama keluarga tersebut ditunjukkan letak dan posisi rumahnya di dalam peta yang
dibuat oleh masyarakat secara bersama-sama. Peta ini sekaligus mencerminkan cakupan
wilayah layanan kegiatan TPS 3R pada tahap awal dalam suatu wilayah permukiman.

Mekanisme penetapan calon pengguna dancakupan wilayah layanan TPS 3R :


1. Dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan dibantu atau difasilitasi oleh TFL pemberdayaan
dan teknis.
2. Rembug warga diikuti oleh pengurus RW/lingkungan/banjar dan RT, kelompok-kelompok
masyarakat yang ada di wilayah tersebut, tokoh masyarakat, dan perwakilan warga baik
laki-laki maupun perempuan, pemuda dan anak-anak.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 11


3R Berbasis Masyarakat
2.6 PENETAPAN PENERIMA MANFAAT

Penerima manfaat bantuan sosial adalah masyarakat calon pengguna fasilitas TPS 3R. Dasar
penetapan penerima manfaat mengacu kepada :
1. Surat minat keikut sertaan dalam Prgram TPS3R dari Pemerintah Daerah
2. Dokumen berita acara seleksi kampung
3. SK pembentukan KSM.

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81 tahun 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada
Kementerian/Lembaga, SATKER atau PPK PPLP Provinsi menerbitkan Surat Penetapan Penerima
Manfaat Bantuan Sosial TPS 3R Berbasis Masyarakat, yang memuat antara lain:
1. Identitas penerima bantuan sosial
2. Nilai bantuan sosial
3. Nomor rekening penerima bantuan sosial

Apabila dikemudian hari dalam perencanaan dan pelaksanaan penyusunan dan pengesahan
Rencana Kegiatan Masyarakat ditemui kekeliruan, kendala dan tidak ditemukan kesepakatan,
maka surat penetapan penerimaan manfaat dapat ditinjau kembali untuk dilakukan perbaikan
maupun perubahan sebagaimana semestinya.

2.7 PILIHAN SISTEM, SARANA DAN PRASARANA, PERALATAN

Penetapan teknologi pengolahan sampah pada lokasi terpilih dilakukan dalam pertemuan
atau sosialisasi antara KSM dan warga dengan didampingi oleh TFL. Teknologi yang akan
diterapkan harus berdasarkan asas keberlanjutan (sustainability), dipilih secara tepat sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat serta memperhatikan kondisi lingkungan
setempat. Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah kemampuan KSM atau
masyarakat dalam mengelola dan mengoperasikan TPS 3R. Dengan memperhatikan hal-hal
tersebut, diharapkan masyarakat dapat menggunakan fasilitas dan bertanggung jawab untuk
pengoperasian dan pemeliharannya

Teknologi pengolahan sampah yang terpilih akan menjadi dasar untuk penyusunan DED dan
RAB. Berbagai pilihan teknologi yang dapat diterapkan di TPS 3R dijelaskan secara lengkap
pada buku 4 tentang Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R .

2.8 SURVEY TIMBULAN SAMPAH, KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH

Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara Pengelolaan Sampah Perkotaan, timbulan
sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume
maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 12


3R Berbasis Masyarakat
Adapun tujuan dari penghitungan timbulan dan komposisi sampah adalah untuk
merencanakan proses 3R/daur ulang/pengurangan sampah. Rata-rata timbulan sampah
biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya, antara
satu negara dengan negara lain

Penghitungan Potensi Timbulan Sampah di Kawasan Permukiman :


1. Berdasarkan standar yang berlaku tentang spesifikasi timbulan sampah
2. Data-data hasil kajian
3. Hasil kajian lapangan
4. Penghitungan timbulan sampah berdasarkan teknik pengambilan sampah berdasarkan
standar yang berlaku
5. Penghitungan komposisi sampah merencanakan proses 3R / daur ulang / pengurangan
sampah

Tabel 2.1 Timbulan Sampah Kota


Timbulan Timbulan
Jumlah Penduduk
No. Klasifikasi Kota Sampah Sampah
(jiwa)
(l/o/h) (kg/o/h)
1 Metropolitan 1.000.000 - 2.500.000
2 Besar 500.000 - 1.000.000
3 Sedang 100.000 - 500.000 2,75 - 3,25 0,70 - 0,80
4 Kecil < 100.000 2,5 - 2,75 0,625 - 0,70
Sumber : SNI 19-3964-1994 & SNI 19-3983-1995

Tabel 2.2 Besaran timbulan sampah berdasarkan komponen-komponen sumber timbulan


Komponen Sumber Volume
No. Satuan Berat (kg)
Sampah (liter)
1 Rumah Permanen per org/hr 2,25 - 2,50 0,35 - 0,40
2 Rumah Semi Permanen per org/hr 2,00 - 2,25 0,30 - 0,35
3 Rumah Non Permanen per org/hr 1,75 - 2,00 0,25 - 0,30
4 Kantor per peg/hr 0,50 - 0,75 0,025 - 0,10
5 Toko/Ruko per 2,50 - 3,00 0,15 - 0,35
petgs/hr
6 Sekolah per mrd/hr 0,10 - 0,15 0,01 - 0,02
7 Jalan Arteri per mtr/hr 0,10 - 0,15 0,02 - 0,10
8 Jalan Kolektor per mtr/hr 0,10 - 0,15 0,10 - 0,05
9 Jalan Lokal per mtr/hr 0,50 - 0,1 0,005 - 0,025
10 Pasar per mtr/hr 0,20 - 0,60 0,10 - 0,30
Sumber : SNI 19-3983-1995

Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu:


1. Sampah Organik, dapat diurai, mudah membusuk (degradable), seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, jerami dsb.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 13


3R Berbasis Masyarakat
2. Sampah Anorganik, tidak terurai, tidak mudah membusuk (undegradable), seperti plastik
wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng dsb.
3. Sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti bekas alat suntik, infus, baterai, limbah
bahan kimia, dsb.

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan dan komposisi sampah, yaitu :


1. Kategori kota
2. Sumber sampah
3. Jumlah penduduk, artinya jumlah penduduk meningkat timbulan sampah meningkat
4. Keadan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang akan semakin
banyak timbulan sampah perkapita yang dihasilkan
5. Kemajuan teknologi, akan menambah jumlah dan kualitas sampahnya

1. Tahapan Kegiatan Pelaksanaan Survey Komposisi Sampah


a. Membuat dokumen yang diperlukan untuk survey dan surat perizinan yang diperlukan.
b. Melakukan kajian awal dari kondisi lokasi, yaitu:
1) Jumlah warga yang akan dilibatkan pada program pengelolaan sampah terpadu 3R
berbasis masyarakat.
2) Untuk kasus tertentu, kriteria permukiman dapat dibagi sesuai kategori tingkat ekonomi
tinggi, menengah dan rendah.
3) Penentuan rumah yang akan dijadikan pengambilan contoh sampah.
4) Volume sampah untuk penelitian komposisi minimal 0,5 m3 atau 500 liter sehingga
jumlah rumah untuk pengambilan contoh minimal 40 rumah.
5) Membuat daftar rumah dan menghubungi instansi terkait dan lurah/RW/RT untuk
pelaksanaan penelitian.
6) Mengirim surat pemberitahuan kepada warga.
c. Menentukan lokasi pemilahan dan penimbangan untuk penelitian komposisi sampah
d. Persiapan logistik penelitian komposisi sampah berupa :
1) Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam survey komposisi sampah terdiri
dari:
a) Alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter.
b) Timbangan (0 - 5 ) kg dan (0 - 100) Kg.
c) Alat pengukur, volume contoh berupa bak berukuran 1,0 m x 0,5 m x 1,0 m yang
dilengkapi dengan skala tinggi.
d) Perlengkapan berupa alat pemindah (seperti sekop) dan sarung tangan.
2) Pelaksanaan penelitian lapangan, dilakukan selama 8 hari berturut-turut (dari Senin ke
Senin), atau lebih kecil frekuensinya sesuai biaya yang ada dengan sebelumnya
konsultasi kepada ahli sampah dengan cara :
a) Membagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada penghasil sampah 1
hari sebelum pelaksanaan.
b) Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah.
c) Mengumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah.
d) Mengangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran.
e) Menimbang kotak pengukur.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 14


3R Berbasis Masyarakat
f) Menuangkankan secara bergiliran contoh sampah ke kotak pengukur 40 liter.
g) Menghentakkan 3 kali kotak contoh dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm lalu
dijatuhkan ke tanah.
h) Mengukur dan mencatat volume sampah (Vs).
i) Menimbang dan mencatat berat sampah (Bs).
j) Menimbang bak pengukur 500 liter.
k) Mencampur seluruh contoh dari setiap lokasi pengambilan dalam bak pengukur.
l) Mengukur dan mencatat volume sampah total dan sampah terpisah berdasarkan
jenisnya.
m) Pengolahan dan analisa data.
n) Pelaporan.

2. Teknik Pengambilan Sampel


Untuk mengetahui rata-rata timbulan sampah per kapita per hari maka dilakukan
pengambilan sampel yang berasal dari kegiatan domestik dan non rumah tangga (2 musim,
8 hari berturut-turut).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel, yaitu :


a. Rata-rata timbulan sampah perjiwa digunakan untuk menghitung kebutuhan sarana
prasarana dalam pengelolaan sampah
b. Teknik pengambilan sampel dilapangan untuk rumah tangga dan non rumah tangga
dilakukan dengan menggunakan pedoman SNI 19-3964-1994 yakni pengambilan sampel
dilakukan dengan cara proportional stratified random sampling.
c. Rumah tangga dibagi dalam tiga strata yaitu rumah tangga berpendapatan tinggi,
sedang dan rendah (rumah permanen, semi permanen, non permanen)masing-masing
strata diambil secara acak

3. Tahapan Pengambilan Sampel :


a. Menghitung jumlah jiwa/jumlah KK
b. Menentukan jumlah sampel rumah permanen, semi permanen, non permanen
c. Membagikan kantong plastik pada rumah yang disampel 1 hari sebelumnya
d. Kumpulkan seluruh kantong plastik ke lokasi pengukuran
e. Tuang masing-masing sampel pada kotak 40 L, hentak 3 kali setelah diangkat 20 cm
f. Ukur dan catat volume sampah masing-masing sampel, hitung jumlah jiwa dalan KK
diperoleh timbulan sampah masing-masing rumah : L/orang/hari rumah
g. Campurkan seluruh sampel pada bak pengukur 500 L (berdasar klasifikasi rumah)
h. Ukur dan catat berat dan volume sampah
i. Menentukan timbulan sampah : hitung rata-rata rumah permanen, semi permanen dan
non permanen (L/o/hari)
j. Menentukan Komposisi sampah : Pilah sampah berdasar komponen sampah (sisa
makanan, daun, kertas, kayu, kain, karet, plastik, logam, kaca dll) timbang masing2
komponen & hitung prosentasi masing-masing komposisi sampah

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 15


3R Berbasis Masyarakat
2.9 SURVEY HARGA MATERIAL DAN UPAH TENAGA KERJA

KSM melakukan survey harga bahan/material dan upah tenaga kerja guna penyusunan
rencana anggaran biaya (RAB) dengan cara sebagai berikut :
1. menyusun daftar kebutuhan bahan/material dan spesifikasi teknis dan daftar kebutuhan
tenaga kerja yang didasarkan pada gambar perencanaan.
2. melakukan survey harga bahan/material ke toko bahan bangunan/pemasok terhadap
setidaknya 3 toko bahan bangunan/pemasok.
3. melakukan survey upah tenaga kerja yang didasarkan upah tenaga kerja setempat.
4. membuat berita acara survey harga bahan/material dan upah tenaga kerja.
5. membuat berita acara penetapan toko material yang ditunjuk dengan mempertimbangkan
toko tersebut memiliki bahan/material sesuai spesifikasi teknis dan mampu mensuplai dengan
harga yang kompetitif.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 16


3R Berbasis Masyarakat
BAB III
PERENCANAAN DESAIN TPS 3R

3.1 UMUM

Dalam melaksanakan penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat di kawasan permukiman


diperlukan perencanaan secara menyeluruh dari mulai persiapan sampai bagaimana
mengembangkan dan mereplikasi program tersebut.

Pengelolaan sampah dengan 3R untuk skala kawasan permukiman merupakan pengelolaan


yang dilakukan untuk melayani suatu kelompok masyarakat di satu kawasan permukiman
tertentu dengan tujuan mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) sampah.

Modul TPS 3R berbasis masyarakat dalam tata cara ini mempunyai karakteristik:
1. Mampu melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 KK atau setara dengan 3 m 3 per hari.
2. Sampah masuk sudah dalam keadaan terpilah antara sampah yang dapat dikomposkan
(organik) dan sampah tidak dikomposkan (non-organik).
3. Menggunakan lahan minimal 200 m 2.
4. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak manual atau gerobak motor
dengan kapasitas 1 m3.
5. Terdapat fasilitas pemilahan, pengomposan dan penanganan barang daur ulang.

3.2 DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)

DED (Detail Engineering Design) adalah gambar perencanaan & pelaksanaan rinci dari bentuk
fisik TPS 3R beserta semua fasilitas/ peralatan yang ada di lingkungan TPS 3R yang memiliki
spesifikasi berdasarkan kapasitas sampah yang diolah. Secara umum TPS 3R. terdiri dari
bangunan (area pemilahan, pengomposan, kantor pengendali dan gudang penyimpanan),
peralatan (mesin pencacah sampah organik, pengayak kompos), dan buffer zone.

Fasilitator teknik membantu KSM melakukan kegiatan Penyusunan DED dan RAB. Tahapan
kegiatan penyusunan DED dan RAB sebagai berikut:
1. Penyusunan konsep TPS 3R
2. Pembuatan diagram proses TPS 3R
3. Perhitungan keseimbangan material sampah masuk dan sampah keluar
4. Perhitungan besaran utama dari setiap komponen proses
5. Menentukan peralatan yang diperlukan
6. Menentukan kebutuhan ruang yang dibutuhkan
7. Membuat desain dasar instalasi TPS 3R
8. Membuat rancangan detail dari instalasi TPS 3R

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 17


3R Berbasis Masyarakat
9. Menyusun Rencana Anggaran Biaya
10.Melaporkan hasil DED dan RAB ke Satuan Kerja PPLP Provinsi

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Teknis dalam
penyusunan gambar DED :
1. TFL Teknis sebagai orang yang sudah terpilih oleh Satker PPLP Provinsi melalui proses seleksi.
2. TFL Teknis dalam melakukan pendampingan kepada masyarakat dibantu TFL
Pemberdayaan.
3. Kebutuhan data-data awal sudah disusun oleh TFL Pemberdayaan (RPA sampai data
perkiraan calon pelanggan).
4. Kemampuan penyusunan DED dan RAB, menyusun analisa dan spesifikasi teknis, aspek
arsitektur dan supervisi menentukan keberhasilan konstruksi TPS 3R

Dasar-dasar dalam penyusunan gambar DED, yaitu :


1. Pengolahan data awal
2. Minimal desain bangunan TPS 3R
3. Pembuatan desain arsitektural
4. Spesifikasi teknik bangunan dan peralatan
5. Perencanaan bangunan pendukung
6. Resiko salah perencanaan

3.2.1 PENGOLAHAN DATA AWAL

Dalam pengolahan data awal dibutuhkan beberapa data sebagai berikut :


1. Data Primer :
a. Jumlah rumah tangga dan instansi terlayani (berapa KK terlayani dengan berapa jumlah
jiwa per KK, serta berapa jumlah instansi yang akan dilayani serta jenisnya , sekolah, kantor
rumah makan dan lain-lain)
b. Jumlah timbunan sampah setiap pengambilan (hari, minggu dan bulan)
2. Data sekunder :
a. Jenis dan komposisi sampah terlayani (berapa persen organik dan berapa non organik)
b. Rencana pilihan teknologi pengolahan sampah masyarakat (pilihan komposter, mesin
pencacah, mesin pengayak dan transportasi)
3. Data Perencanaan Pembebanan :
a. Beban Akibat Konstruksi (Baban hidup karena penggunaan dan beban mati oleh
Konstruksi itu sendiri)
b. Beban karena situasi (penyesuaian pembebanan karena situasi karena daerah rawan
gempa, rawan angin puting beliung, pinggir pantai dan lain-lain)

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 18


3R Berbasis Masyarakat
Tabel 3.1 Data-Data yang Digunakan Dalam Menghitung Luasan TPS 3R
No. Jenis Data Jumlah Satuan
1. Jumlah jiwa/KK yang dilayani ... Jiwa/KK
2. Produksi sampah per orang per hari ... kg/hari atau
(diketahui dari data sampling sampah lt/hari
ketika RPA/Survey )
3. Total sampah dari wilayah yang dilayani ... kg/hari
per hari
4. Kepadatan sampah rata-rata ... kg/m3
(dari sampling RPA)
5. Kepadatan sampah organik ... kg/m3
(kepadatan sampah organik setelah
dipilah dan dicacah)
6. Volume sampah wilayah terlayani ... lt/hari
(jml Jiwa x produk sampah/hari)
7. Komposisi sampah :
sampah organik : ... % = ... kg ... % dan kg
sampah olahan : ... % = ... kg ... % dan kg
residU : ... % = ... kg ... % dan kg
(bisa ditambah komposisi sesuai jenis2
lapak yang dipilah)

3.2.2 MINIMAL DESAIN BANGUNAN TPS 3R

Desain bangungan TPS 3R minimal memuat beberapa hal sebagai berikut :


1. Area Penerimaan/Dropping Area
2. Area Pemilahan/Separasi
3. Area Pencacahan dengan mesin pencacah
4. Area Komposting dengan metode yang dipilih
5. Area Pematangan Kompos/Angin
6. Mempunyai Gudang Kompos dan Lapak serta tempat Residu
7. Mempunyai minimum kantor
8. Mempunyai sarana air bersih dan sanitasi

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 19


3R Berbasis Masyarakat
Gambar 3.1 Denah TPS 3R

3.2.3 PEMBUATAN DESAIN ARSITEKTURAL

Berikut ini beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pembuatan desain arsitektural pada
bangunan TPS 3R, yaitu :
1. Hasil perhitungan luasan masing-masing area (pemilahan, pengomposan, mesin, gudang,
dll)
2. Hasil dari kesepakatan masyarakat tentang rencana pilihan teknologi yang akan diterapkan
(menyangkut luasan area komposting, tempat residu, lapak, dll)
3. Hasil kesepakatan untuk posisi masing-masing ruangan dalam bangunan TPS 3R (pemilahan,
penggilingan, mesin, komposting, dll)
4. Penentuan pondasi yang akan dipakai berdasarkan beban terhitung dengan jenis tanah
yang ada.
5. Bentuk arsitektural yang diinginkan (sesuaikan dengan desain rumah adat dll jika perlu).
6. Menentukan jenis bangunan yang akan dibuat (bangunan rangka baja, beton bertulang,
konstruksi kayu, dll)
7. Menentukan spesifikasi mesin pencacah, pengayak dan motor angkut.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 20


3R Berbasis Masyarakat
Gambar 3.2 Desain Arsitektural Tampak Depan

Gambar 3.3 Desain Arsitektural

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 21


3R Berbasis Masyarakat
Tabel 3.2 Data-Data Yang Digunakan Dalam Menghitung Luasan Unit Komposting
No. Jenis Data Jumlah Satuan
1. Jumlah jiwa/KK yang dilayani ... Jiwa/KK
2. Produksi sampah per orang per hari ... kg/hari
(diketahui dari data sampling sampah ketika
RPA/Survey )
3. Total sampah dari wilayah yang dilayani per hari ... kg/hari
4. Kepadatan sampah rata-rata ...
(diketahui dari sampling sampah) kg/m3
5. Kepadatan sampah organik ...
(kepadatan sampah organik setelah dipilah dan kg/m3
dicacah menjadi ukuran 4 cm ) 2

6. Komposisi sampah :
sampah organik : ... % = ... kg ... % dan kg
sampah olahan : ... % = ... kg ... % dan kg
residu : ... % = ... kg ... % dan kg
(bisa ditambah komposisi sesuai jenis2 lapak
yang dipilah)

1. Perhitungan Kebutuhan Ruang untuk Aerator Bambu


a. Lama pengomposan : 30 hari
b. Ukuran aerator bambu : Panjang 2,5 m ; Lebar 0,6 m ; Tinggi 0,52 m
c. Volume aerator bambu : (P x Lx T/2) = 2,5 x 0,6 x 0,52 = 0,39 m3
d. Ukuran timbunan kompos : Panjang 2,5 m ; Lebar 1, 6 m ; Tinggi 1 m
e. Volume timbunan kompos (tanpa aerator)
(P x (L+1) x T) : 2 (volume aerator bambu)
(2,5 x (1,6+1) x 1) : 2 - 0,39 = 2,86 m3
f. Total panjang per unit pengomposan
jarak kanan + panjang aerator + jarak kiri
0,5 + 2,5 + 0,5 = 3,5 m
g. Total lebar per unit pengomposan
jarak kanan + lebar timbunan + jarak kiri
0,25 + 1,6 + 0,25 = 2,1 m
h. Luasan untuk 1 unit : 3,5 x 2,1 m = 7,4 m2 (r)
i. Volume timbunan kompos :
{panjang aerator x (lebar bawah timbunan + lebar atas timbunan) x tinggi
timbunan}/2 volume aerator
(2,5 x (1,6+1) x 1/2)- 0,39 = 2,86 m3
j. Berat sampah per unit timbunan :
volume timbunan x kepadatan sampah organik
2,86 x 350 = 1001 kg
k. Jumlah aerator yang dibutuhkan :
(sampah organik perhari x umur pengomposan)/berat per unit
450 x 30 : 1001 =13,48 = 14 unit

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 22


3R Berbasis Masyarakat
l. Space untuk 1 unit
Total panjang unit x total lebar unit = 3,5 x 2,1 = 7,35 m2 = 7,4 m2
m. Total luasan yang dibutuhkan
jumlah unit yang diperlukan x space 1 unit = 14 x 7,35 = 103 m2
n. Harga per unit = kurang lebih Rp 200.000,-
o. Total harga = jumlah unit x harga per unit = Rp 2.800.000,-

Gambar 3.4 Desain Aerator Bambu

Gambar 3.5 Contoh Aerator Bambu

2. Perhitungan Kebutuhan Ruang untuk Boks Bata


a. Lama pengomposan : 30 hari
b. Ukuran box :Panjang 5 m ; Lebar 1,2 m ; Tinggi 1,2 m
c. Volume box: (P x Lx T) = 5 x 1,2 x 1,2 = 5,4 m3
d. Volume timbunan kompos :
Panjang x lebar boks x (tinggi boks-tinggi pipa alas)
5 x 1,2 x (1,2 - 0,2) = 6 m3
e. Jarak antara 2 box yang bersebelahan : 0,6 m
f. Space antara pada ujung boks : 0,4 m

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 23


3R Berbasis Masyarakat
Dimensi Total
a. Panjang per unit kompos :
Space ujung A + panjang boks + space ujung B
0,4 + 5 + 0,4 m= 5,8 m
b. Lebar per unit kompos :
lebar bersih + jarak dua boks + lebar pasangan bata
1,2 + 0,6 + (2 x 1,25)= 2,05 m
c. Berat sampah organik per unit
kepadatan sampah organik x volume timbunan di boks
350 x 6= 2100 kg
d. Jumlah boks yang dibutuhkan
(sampah organik harian x lama pengomposan) : berat per unit
(450 x 30) : 2100 = 6,4 = 7
e. Ruang untuk satu unit boks = 5,8 x 2,05 = 11,9 =12 m2
f. Kebutuhan ruang total = 7 x 12 m2 = 84 m2
g. Biaya per unit = Rp 2.500.000, - (sesuai standar harga daerah)
h. Biaya total = 7 x 2.500.000,- = Rp 17.500.000,-

Gambar 3.6 Desain Boks Bata

3. Perhitungan Kebutuhan Ruang untuk Takakura Susun


a. Lama pengomposan : 30 hari
b. Jumlah unit dalam satu tumpukan vertikal = 5 keranjang
c. Ukuran keranjang : Panjang 0,6 m ; Lebar 0,43 m ; Tinggi 0,3m
d. Volume sampah organik dalam 1 keranjang
Panjangx Lebar x (Tinggi-dudukan)
0,6 x 0,43 x (0,3 - 0,08)= 0,56 m3
e. Volume dalam 1 tumpukan= 5 x 0,56= 0,28 m3
f. Jarak antar susunan keranjang= 1 meter
g. Berat sampah organik per keranjang :
Kepadatan sampah organik x volume satu susunan
350 x 0,28 = 98 kg
h. Jumlah unit (keranjang ) yang dibutuhkan :

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 24


3R Berbasis Masyarakat
berat sampah organik x lama pengomposan : berat per unit
450 x 30 : 98 = 138
i. Jumlah tumpukan = 138 : 5 = 28 tumpukan
j. Ruang per tumpukan
(panjang + jarak)x(lebar + jarak)
(0,5 + 0,6 + 0,5)x(0,5 + 0,43 + 0,5)=2,3 m2
k. Total kebutuhan ruang
jumlah tumpukan x luas per tumpukan = 28 x 2,3 = 64,4 m2
l. Investasi untuk 1 unit = Rp. 100.000,-
m. Total investasi untuk 138 unit = 138 x 100.000 = Rp. 13.800.000,-

Gambar 3.7 Desain Takakura Susun

4. Pembuatan Gambar Layout


a. Hasil perhitungan luasan total bangunan TPS 3R ditambah dengan area sirkulasi dan
fasilitas lain jika memungkinkan dan bila perlu
b. Bangunan penunjang yang wajib ada sebagai bangunan penghubung (jalan masuk ke
lokasi, gorong-gorong, dll)
c. Topografi dan rencana lokasi bangunan serta posisi bangunan (muka, samping, rencana
air bersih dan drainase)
d. Kedekatan dengan fasilitas umum yang akan menunjang (jalan, jembatan, depo, dll)

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 25


3R Berbasis Masyarakat
Gambar 3.8 Rancangan Layout

3.2.4 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN

Spesifikasi ini merupakan pelengkap dan harus dibaca bersama-sama dengan


gambar-gambar, yang keduanya secara bersama menguraikan pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Penjelasan Istilah pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan dan
material yang harus dipadukan dalam konstruksi-konstruksi yang dilakukan oleh TFL Teknik
kepada KSM atau Komite Pengadaan KSM harus di tandatangani bersama, sebagai bukti
kesepakatan jenis pekerjaan dan spek material yang telah di sepakati.

Dengan mempertimbangkan material lokal, spesifikasi untuk pekerjaan yang harus


dilaksanakan dan material yang harus dipakai, harus diterapkan baik pada bagian dimana
spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan
atau material tersebut dijumpai.

1. Spesifikasi Bangunan Struktural Utama


a. Pondasi :
1) Diperhatikan kondisi tanah dan bangunan yang sudah ada disekitarnya.
2) Prioritaskan bahan adalah material lokal.
b. Dinding :
Prioritaskan bahan material lokal.
c. Rangka Utama :
1) Prioritaskan bahan material lokal.
2) Perhitungkan dengan rencana umur bangunan.
Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 26
3R Berbasis Masyarakat
3) Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi (pinggir laut,kecepatan angin, dll)
d. Penutup Atap :
1) Prioritaskan bahan material lokal.
2) Tahan korosi, tahan benturan, mudah menggantinya

2. Struktur Baja
a. Tiang Utama Bangunan
Dari baja profil IWF dengan dimensi Ukuran 250 x 75 x 5 x 7 mm, baja Krakatau Steel atau
setara. Tinggi 4 meter dihitung dari tempat kedudukan kolom penyangga tiang utama
dan di beri plat pengaku.
b. Kuda-kuda
Dari baja profil IWF dengan dimensi Ukuran 250 x 75 x 5 x 7 mm, baja Krakatau Steel atau
setara dengan sambungan las pada plat pengaku serta sambungan baut pada
konstruksinya. Antar kuda-kuda diberi ikatan angin dengan besi ø16 mm .
c. Gording
Dari baja profil Kanal dengan dimensi 100 x 50 x 20 x 2 x 3 mm, baja Krakatau Steel atau
setara dengan sambungan las antara gording dengan plat siku dan kuda-kuda, dimensi
siku-siku 100 x 100 x 10 mm. Antar gording diberi penyetabil / Trecstang dari besi dimensi 12
mm
d. Pengaku
Mengikuti bagian pada joint dimasing-masing konstruksi.

1. PEKERJAAN YANG MEMERLUKAN SPESIFIKASI TEKNIS

Penjelasan secara detail mengenai lingkup kerja untuk pekerjaan Pembangunan Tempat
Pengolahan Sampah Mandiri 3R, antara lain :
a. Pekerjaan Persiapan/Pendahuluan
1) Pengukuran dan pematokan
2) Sewa Brak kerja/Direksi Kit/Gudang
3) Papan nama proyek
b. Pekerjaan Tanah:
1) Galian tanah
2) Urugan Pasir
3) Timbunan Tanah
c. Pekerjaan Pasangan
1) Lantai Kerja 1:3:5
2) Pekerjaan Bertulang 1:2:3 Pondasi Foot Plate
Beton 1:2:3
Tulangan
Begesting
3) Pekerjaan Bertulang 1:2:3 Sloof 20 x 25
Beton 1:2:3
Tulangan
Begesting

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 27


3R Berbasis Masyarakat
4) Pas. Batukali pondasi 1:4
5) Pas. 1/2 batu bata 1:4
6) Acian
7) Cor Lantai Beton beton 1:3:5
Tulangan
8) Pemasangan Paving Block

d. Pekerjaan Konstruksi
1) Konstuksi Baja untuk MRF
2) Pengadaan Pengecatan

e. Pekerjaan Perlengkapan
1) Motor roda tiga
2) Pengadaan mesin Pencacah sampah
3) Pengadaan mesin Pengayak sampah

2. PERSYARATAN BAHAN

a. Semen Portland
• Semen yang dipakai adalah Portland Cement (PC) harus memenuhi syarat-syarat mutu
seperti tercantum dalam standar Nasional Indonesia (SNI 15-2049-1994) atau memenuhi
standar mutu dan cara uji semen Portland (SNI 15-0302-2004) dan masih dalam kantong
utuh
• Kualitas semen harus baik, tidak lebih dari 3 (tiga) bulan dalam penimbunan di gudang
• Semen yang digunakan adalah semen PC.
• Disarankan agar setiap zak semen berisi 50 Kg.
• Bila digunakan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus diadakan
pengujian terlebih dahulu oleh laboratorium yang berkompeten
• Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras) tidak boleh dipakai.

b. Agregat Halus
• Pasir Urug.
Pasir untuk pengurukan, peninggian, dan lain-lain tujuan, harus dan keras atau memenuhi
syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-1996. Butiran-butiran harus
tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar lumpur tidak boleh melebihi
5%. Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi. Pasir laut
tidak boleh digunakan.
• Pasir Pasang.
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus memenuhi
syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-1996. Butiran-butiran harus
tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar lumpur tidak boleh melebihi
5%. Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi. Pasir laut
tidak boleh digunakan
• Pasir Beton.
Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 28
3R Berbasis Masyarakat
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan terbebas dari bahan-bahan organik,
lumpur dan sebagainya. Kadar lulmpur tidak boleh melebihi 5%. Pasir laut tidak boleh
digunakan

c. Agregat Kasar (batu pecah/split)


• Material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku pijar, yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau
adukan semen hidraulik. kerikil sebagai hasil disintegrasi 'alami' dari batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
antara 2/3 -1/2 cm
• Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan kimia yang merusak dengan batasan
sebagai berikut : kadar zat organik pada agregat tidak memperlihatkan warna yang lebih
gelap dari warna standar, penurunan kekuatan beton lebih dari 5 %
• Bahan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan, atau intrusi
bahan yang mengganggu.
• Koral Beton/Split :
 Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan yang baik..
 Butiran-butiran split dapat melalui ayakan berlubang persegi 76 mm dan tertinggal di
atas ayakan berlubang 20 mm.
 Koral/Split hitam mengkilap keabu-abuan.

d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali
dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-
3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Direksi Pekerjaan dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratprium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah
atas biaya kontraktor.

e. Besi Beton
Besi/baja beton yang ditawarkan dari jenis baja mild-steel dengan tegangan leleh
minimum 2.400 kg/cm2 (U24) dan seterusnya sesuai yang ditentukan, yang penting harus
ditanyakan oleh test laboratorium resmi dan sah, bebas dari kotoran, lapisan lemak/minyak
dan tidak cacat (retak-retak, mengelupas, luka dsb). Penampang besi harus bulat serta
memenuhi persyaratan SNI 07-0663-1995

3. PONDASI

a. Foot Plate (Pondasi Utama)


• Luasan pondasi di sesuaikan dengan hasil hitungan struktur bangunan dan daya dukung
tanah setempat. (dilakukan perhitungan oeh TFL Teknik)
• Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton minimal adalah K-225 dan harus
memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam SNI 03-1974-1990.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 29


3R Berbasis Masyarakat
• Menggunakan beton campuran sendiri dengan perbandingaan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3
Kr. serta memenuhi persyaratan SNI 03-1974-1990.
• Besi/baja beton yang ditawarkan dari jenis baja mild-steel dengan tegangan leleh
minimum 2.400 kg/cm2 (U24) dan seterusnya sesuai yang ditentukan, Penampang besi
harus bulat serta memenuhi persyaratan SNI 07-0663-1995.
• Jika diperlukan bisa dilakukan perbaikan tanah di bawah pondasi.

b. Pondasi Staal/ Memanjang


• Pasangan batu kali dengan ukuran lebar bawah sesuai dengan hasil hitungan struktur
pondasi memanjang dengan kemampuan daya dukung tanah di lokasi.
• Batu yang dipakai harus bermutu baik, kuat, bersih, bersudut (tidak bulat), tidak retak,
tidak porous, mempunyai berat jenis tidak kurang dari 2,6 ton/m². Batu kali yang dipakai
adalah batu sungai yang dibelah atau batu gunung yang keras.
• Untuk pasangan batu kali biasa 1 PC : 4 pasir (t ipe 1).
• Untuk pasangan batu kali kedap air 1 PC : 2 pasir (t ipe 2).

4. KOLOM

BANGUNAN UTAMA TPS 3R ( Bangunan Pengelolaan Sampah)


a. Dengan Beton Bertulang
• Menggunakan beton campuran sendiri dengan perbandingaan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3
Kr. serta memenuhi persyaratan SNI 03-1974-1990.
• Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton minimal adalah K-225 dan harus
memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam SNI 03-1974-1990.
• Besi/baja beton yang ditawarkan dari jenis baja mild-steel dengan tegangan leleh
minimum 2.400 kg/cm2 (U24) dan seterusnya sesuai yang ditentukan, Penampang besi
harus bulat serta memenuhi persyaratan SNI 07-0663-1995.

b. Dengan Baja Profil


• Adalah profil yang sesuai dengan hasil perhitungan struktur yang dilakukan oleh TFL Teknik
dan sudah mempertimbangan pembebanan tambahan (angin dan gempa )
dengan mengacu pada tabel Baja Profil standar SNI.
• Profil baja dapat menggunakan IWF (wide Flange), Lipped Channel, T-Beam dan
yang lainya dengan mempertimbangkan mutual check Baja yang sesuai dengan SNI dan
Harga di lokasi TPS 3R.

c. Dengan Konstruksi Kayu


• Adalah luasan penampang kayu yang sesuai dengan hasil perhitungan struktur yang
dilakukan oleh TFL Teknik dan sudah mempertimbangan pembeb anan tambahan
(angin dan gempa) dengan mengacu pada tabel PPKI.
• Kalau tidak ditentukan lain maka semua kayu yang digunakan untuk bangunan
harus kayu dengan mutu A sesuai dengan P.K.K.I. Semua kayu harus bebas dari

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 30


3R Berbasis Masyarakat
getah-getah, cacat-cacat kayu seperti mata kayu, retak-retak, bengkok dan
sebagainya dan harus sudah mengalami proses pengeringan udara minimal 3
bulan.

Sistim penyambungan dan penggabungan menggunakan peraturan Pembebanan


Kayu Indonesia /PPKI

3.2.5 PERENCANAAN BANGUNAN PENDUKUNG

Bangunan pendukung merupakan bagian tak terpisahkan dalam bangunan TPS 3R, yang
merupakan bangunan penunjang dalam kegiatan TPS 3R. Adapun bangunan pendukung yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Bangunan pendukung keamanan (keamanan dalam bangunan TPS 3R maupun keamanan
mesin-mesin dll).
2. Bangunan Pendukung Pengolahan Leachate (Lindi)
3. Bangunan pendukung bangunan utama (harus ada talut, jalan penghubung dll)
4. Green belt (sumur resapan, biopori, taman dll)

3.2.6 RESIKO SALAH PERENCANAAN

1. Bangunan tidak berfungsi secara optimal (banyak area kosong tidak berfungsi atau terlalu
padat).
2. Tidak dipergunakan oleh masyarakat (salah tempat, diprotes warga, susah dalam
operasionalnya, disuruh pindah oleh warga).
3. Bangunan miring, tergeser bahkan roboh.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 31


3R Berbasis Masyarakat
Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 32
3R Berbasis Masyarakat
BAB IV
RENCANA PEMBIAYAAN

4.2 RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PEMBANGUNAN

Gambar 4.1 Skema pelaksanaan Perhitungan Anggaran Biaya

Keterangan :
1. Upah Tenaga Kerja tergantung dari masing-masing keahlian, dan dihitung perhari kerja yaitu
8 jam per hari. Upah tenaga kerja didapat dilokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam satu
daftar yang dinamakan daftar Harga Satuan Upah Setempat.
2. Harga bahan/material untuk pelaksanaan fisik didasarkan pada setiap daerah/lokasi
masing-masing (berdasarkan hasil survey di lokasi masing-masing).
3. Harga satuan upah dan bahan/material untuk dasar perhitungan Biaya Perencanaan
didasarkan Harga Satuan Setempat.
4. Analisa harga satuan pekerjaan adalah perhitungan analisa untuk mendapatkan harga
satuan pekerjaan dengan menggunakan analisa SNI.
5. Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah yang dihitung/berdasarkan
analisa SNI.
6. Volume pekerjaan adalah besar volume atau kubikasi suatu pekerjaan yang dihitung
berdasarkan gambar bestek dan gambar detail.
7. Rencana anggaran biaya suatu bangunan adalah perhitungan banyaknya biaya yang
diperlukan (bahan dan upah) untuk menyelesaikan bangunan tersebut.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 33


3R Berbasis Masyarakat
4.2 BIAYA OPERASIONAL PELAKSANAAN (BOP)

Biaya operasional pelaksanaan digunakan selama masa konstruksi (maksimal 3% dari total
biaya konstruksi) untuk kegiatan antara lain :
1. rapat
2. operasional
3. transportasi dll.

4.3 BIAYA PELATIHAN KSM, MANDOR DAN TUKANG

Pelaksanaan pelatihan Teknis dan keuangan untuk KSM, mandor dan tukang dilaksanakan
selama kurang lebih 3 (tiga) hari yang didanai oleh APBN melalui Satker PPLP Provinsi.

4.4 RENCANA BIAYA OPERASIONAL TPS 3R

Untuk kebutuhan biaya operasional selama 3 bulan pertama KSM dapat menggunakan dana
tunai yang terkumpul saat membuka rekening bersama. Besarnya sesuai dengan dana
operasional selama 3 bulan pertama.

4.5 BIAYA OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN

Dalam pengelolaan TPS 3R, perlu adanya biaya operasional agar TPS 3R dapat berjalan sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya. Beberapa hal yang termasuk ke dalam biaya operasional
antara lain :

1. Biaya Personil
a. Honor operator pengangkutan sampah
b. Honor operator pemilahan dan pengomposan
c. Honor penjaga TPS 3R

2. Biaya Langsung
a. Bahan bakar mesin pencacah
b. Bahan bakar motor sampah
c. Biaya pemeliharaan mesin dan TPS

Perhitungan Biaya Operasional dan Pemeliharaan


1. Biaya tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang terlibat secara langsung dalam proses
implementasi TPS 3R. Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari :
a. Operator mesin

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 34


3R Berbasis Masyarakat
b. Petugas pengangkutan
c. Petugas pemilahan dan pengomposan

2. Biaya lahan (lahan langsung maupun tidak langsung)


Bahan langsung seperti sampah, bioaktivator. Sedangkan bahan tidak langsung antara lain :
bahan bakar minyak (BBM), karung untuk kemasan kompos, serta peralatan pendukung
kegiatan yang masa pakainya maksimum 1 tahun atau sering disebut barang habis pakai ,
seperti selang, cangkul, emrat, golok, dan lain-laim

3. Biaya tidak langsung (overhead)


Overhead adalah biaya yang dikeluarkan dan tidak berkorelasi secara signifikan terhadap
kapasitas produksi, atau tidak berhubungan secara langsung dengan aktifitas produksi atau
pengolahan sampah. Yang termasuk biaya overhead antara lain :
a. Gaji staff administrasi
b. Biaya listrik
c. Biaya komunikasi
d. Alat tulis kantor (ATK)
e. Biaya keamanan dan sebagainya

4. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk tujuan rekondisi atau perbaikan
terhadap seluruh infrastruktur operasional pengolahan sampah. Infrastruktur yang dipelihara
terbagi dalam 2 golongan yaitu : bangunan dan mesin.
Biaya pemeliharaan meliputi kegiatan perbaikan rutin/berkala maupun isidentil. Untuk
menghitung biaya perawatan tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :
a. dihitung secara rinci per item kebutuhan pemeliharaan
b. menggunakan angka presentase (misalnya 5%) dari harga beli dibagi umur barang
tersebut.

Tabel 4.1 Contoh Perhitungan Biaya Pemeliharaan


Harga mesin Umur pakai Biaya perawatan (5%)
Rp 10.000.000,- 5 500.000 : 5 = Rp 100.000

Untuk menentukan angka presentase tersebut sebaiknya ditanyakan kepada podusen mesin
Untuk menghitung biaya perawatan bila data dan informasinya lengkap sebaiknya
dilakukan dengan metode.

Total biaya O&M (operational & mantainance) tersebut adalah merupakan Harga Pokok
Pengolahan yang bermanfaat untuk melakukan Analisis Biaya Satuan. Perhitungan biaya O&M
dapat dihitung keseluruhan proses maupun per unit kegiatan, misalnya unit kegiatan
pengomposan. Format perhitungan biaya operasional dan pemeliharaan tersebut dapat dilihat
pada lampiran x.x

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 35


3R Berbasis Masyarakat
Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 36
3R Berbasis Masyarakat
BAB V
MEKANISME PENYALURAN DANA BANTUAN SOSIAL

5.1 PROSES PENYALURAN DANA

1. Dana APBN
Penyaluran dana APBN dilakukan melalui Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum di Provinsi dengan pola bantuan sosial.
a. PPK/SATKER PPLP Provinsi membuat Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SP3) dengan
penanggung jawab atau Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) setelah Dokumen
RKM disahkan oleh Dinas / SKPD dan SATKER PPLP provinsi.
b. Penyaluran dana bantuan sosial kepada KSM pelaksana swakelola dilakukan secara
bertahap dengan ketentuan sebagai berikut :
1) 40 % (empat puluh perseratus) dari keseluruhan dana bantuan sosial apabila Dokumen
RKM yang telah dilegalisasi oleh Dinas / SKPD dan SATKER PPLP provinsi dan SK
Penetapan Penerima Manfaat;
2) 30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan dana bantuan sosial apabila pekerjaan
telah mencapai 30%, dilengkapi dengan laporan fisik dan keuangan atas penggunaan
pada tahap pertama (40%);
3) 30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan dana bantuan sosial apabila pekerjaan
telah mencapai 60%, dilengkapi dengan laporan fisik dan keuanganatas pengunaan
pada tahap kedua (30%).

Untuk melakukan transfer dana ke KSM, KSM membuka rekening bersama di bank
pemerintah setempat atas nama KSM yang ditandatangani oleh 2 (dua) pihak yaitu Ketua
dan Bendahara KSM

2. Dana APBD
Dana APBD digunakan sebagai pendampingan keberlanjutan program TPS3R. Penyaluran
dana APBD dilakukan melalui SKPD kota/kabupaten sesuai dengan tata cara penyaluran
dan pencairan dana yang berlaku.

3. Dana Masyarakat
Kontribusi dari masyarakat berupa:
a. Dana tunai (on cash) untuk membuka Rekening KSM dan biaya awal operasional dan
pemeliharaan kurang lebih sebesar Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah)
b. Dana non tunai (in kind) berupa lahan, barang, material, tenaga kerja, konsumsi dan lain-
lain
c. Dana iuran masyarakat untuk operasional fasilitas TPS 3R dikumpulkan berdasarkan
kesepakatan masyarakat calon pengguna/penerima manfaat. Pengumpulan dana
masyarakat tersebut dilakukan oleh KSM.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 37


3R Berbasis Masyarakat
4. Sumber Dana Lain
Sumber dana ini dapat berupa Dana CSR, Swasta dan lain-lain dapat dimanfaatkan untuk
operasional dan keberlanjutan dari Program TPS3R

5.2 MEKANISME PENCAIRAN DANA

1. SUMBER DANA APBN


a. Pencairan dana APBN dilakukan melalui SATKER/PPK PPLP di masing-masing Provinsi.
b. Pencairan dilakukan setelah ada Surat permohonan pencairan dana dari KSM sesuai
dengan prosentase progres pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
c. Persyaratan pencairan dana :
1) Termin I (40%), pengajuan termin I KSM ke PPK/Satker PPLP provinsi dilengkapi dengan :
a) Dokumen RKM lengkap dan telah disetujui oleh KSM, TFL, SATKER/PPK PPLP Provinsi,
dan Dinas/SKPD.
b) Surat Keputusan SATKER/PPK PLP Provinsi tentang penetapan penerima manfaat
program TPS3R;
c) SK pembentukan Tim Swakelola Masyarakat;
d) Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SP3) antara SATKER/PPK PLP Provinsi
dengan KSM tentang pemanfaatan dana bantuan sosial TPS3R;
e) Rencana penggunaan dana 40%
f) Rencana pengadaan barang dan jasa.
2) Termin II (30%), pengajuan termin II KSM ke PPK/Satker PLP Provinsi dilengkapi dengan :
a) Laporan progres pelaksanaan fisik (minimal 30%) yang dilengkapi dengan
dokumentasi fisik (foto).
b) Laporan harian, mingguan, dan bulanan
c) Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana termin ke I .
d) Rencana penggunaan dana 30%.
3) Termin III (30%), pengajuan termin II KSM ke PPK/Satker PLP Provinsi dilengkapi dengan :
a) Laporan progres pelaksanaan fisik (minimal 60%) yang dilengkapi dengan
dokumentasi fisik (foto)
b) Laporan harian, mingguan, dan bulanan
c) Laporan pertanggung jawaban penggunaan dana termin ke II
d) Rencana penggunaan dana 30%

d. Pengajuan termin oleh KSM harus diketahui dan disetujui oleh TFL 3R dan Dinas /SKPD.
e. Setiap laporan progres harus diverifikasi oleh TFL 3R dan Dinas / SKPD.

contoh kasus : untuk mengantisipasi proses pencairan dana agar dapat dimanfaatkan
sesuai rencana salah satu provinsi mengatur proses pencairan dana termin I (40%).
Dokumen RKM dan Rencana penggunaan Dana 40% harus diketahui/disetujui seta
ditandatangani oleh TFL sebagai bentuk tanggungjawab TFL dalam pencairan dana
dan diketahui oleh Dinas/SKPD terkait, ini sebagai salah satu syarat pencairan dana
tersebut.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 38


3R Berbasis Masyarakat
Permohonan pencairan dana diajukan oleh ketua kelompok penerima manfaat/KSM
kepada pemegang anggaran melalui tahapan sebagai berikut :
a. Ketua KSM membuat surat permohonan pencairan dana dilampiri data pendukung
persyaratan pencairan dana, diajukan kepada Satker PPLP Provinsi. Berkas surat
permohonan perncairan dana setidaknya mencantumkan:
1) Identitas penerima manfaat/KSM (nama KSM, lokasi KSM)
2) Nama bank dan nomor rekening bank atas nama KSM
3) Jumlah dana bantuan sosial yang akan ditranfer
4) Kuitansi tanda terima uang yang ditandatangani ketua dan bendahara KSM dan
diketahui TFL dan Dinas/SKPD terkait
5) Keterangan lain yang berkaitan dengan mekanisme penggunaan dana dan
operasional kegiatan di lapangan
b. Surat permohonan beserta data pendukung persyaratan pencairan dana oleh TFL,
kemudian dilakukan penelitian dan penelaahan menyangkut kebenaran dan
keabsahannya oleh tim teknis dari Satker PPLP Provinsi.
c. Setelah dilakukan penelitian dan penelaahan, surat permohonan beserta data
pendukung selanjutnya disampaikan kepada PPK Satker PPLP Provinsi guna mendapatkan
koreksi dan persetujuan.
d. Surat permohonan beserta data pendukungnya yang sudah dikoreksi PPK selanjutnya
diajukan ke KPA sebagai dasar proses pencairan dana.

Proses transfer dana dari KPPN kepada rekening penerima bantuan sosial biasanya paling
lama 5 (lima) hari setelah terbitnya SP2D. Kemudian penarikan dana bantuan sosial pada
bank dilakukan sebagai berikut :
a. Penarikan/pencairan dana bantuan sosial pada bank yang telah ditunjuk hanya dapat
dilakukan oleh Ketua KSM dan Bendahara KSM setelah bukti penarikan dana
ditandatangani oleh Ketua KSM dan Bendahara KSM dan telah diverifikasi/mendapat
rekomendasi dari TFL dan Dinas/SKPD terkait.
b. Proses pencairan dana bantuan sosial dari bank dilakukan secara bertahap sesuai
dengan Perjanjian Kerjasama.
c. Pencairan selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan lapangan serta
memperhatikan pertanggungjawaban penggunaan dana sebelumnya.

2. SUMBER APBN BELANJA MODAL


Untuk pengadaan peralatan penunjang operasional TPS3R yang saat ini menggunakan sumber
dana APBN Belanja Modal*), mekanismenya menggunakan metode dengan penyedia jasa
sesuai dengan ketentuan Pepres 70 Tahun 2012.

*) hanya berlaku di Tahun 2014

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 39


3R Berbasis Masyarakat
Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 40
3R Berbasis Masyarakat
BAB VI
MEKANISME PENGADAAN BARANG DAN JASA

6.1 PRINSIP DASAR PENGADAAN

Pelaksanaan kegiatan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat merupakan


kegiatan swakelola oleh masyarakat, dimana KSM dipilih selaku pelaksana dan
penanggungjawab pelaksanaan kegiatan di tingkat masyarakat. Pengadaan barang/jasa
pada TPS 3R diselenggarakan untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan bagi
pembangunan infrastruktur pengelolaan persampahan skala kawasan, oleh karena itu,
pengadaan barang/jasa di tingkat masyarakat dalam TPS 3R berpendekatan pada prinsip-
prinsip penyelenggaraan program dan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa yang
ditetapkan.

Pengadaan barang/jasa agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan dari segi administrasi,


teknis dan keuangan, maka perlu menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan
daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan
atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan
kualitas yang maksimum.
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang
telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
3. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa
bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat
serta oleh masyarakat pada umumnya.
4. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa
yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas.
5. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan,
sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada
intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan
Barang/Jasa.
6. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak
tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
7. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 41


3R Berbasis Masyarakat
6.2 ETIKA PENGADAAN

Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mematuhi etika
sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
2. Bekerja secara mandiri dan menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang/jasa yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam
Pengadaan Barang/Jasa;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat terjadinya
persaingan tidak sehat;
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis para pihak;
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait,
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa;
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara
dalam pengadaan barang/jasa;
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan
untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara; dan
8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima
hadiah, imbalan, komisi dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui
atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.

6.3 TIM PENGADAAN

Tim Pengadaan barang/jasa pada kegiatan TPS 3R di tingkat masyarakat adalah sebagai
berikut :
1. Tim Pengadaan barang/jasa merupakan anggota Tim Swakelola KSM yang pembentukanya
ditetapkan dengan Surat Keputusan penanggung jawab kelompok masyarakat/Ketua KSM.
2. Orang-orang yang duduk dalam Tim Pengadaan adalah anggota masyarakat yang
mempunyai integritas, jujur, tidak mempunyai kepentingan pribadi serta dipilih secara
demokratis oleh masyarakat.
3. Jumlah tim pengadaan barang/jasa harus ganjil (ditetapkan 3 atau 5 orang), tergantung
dari nilai barang/jasa yang akan dilelangkan. Untuk yang nilainya antara Rp. 50 juta sampai
dengan Rp. 200 juta tim pengadaan 3 orang, sedangkan untuk yang nilainya diatas Rp. 200
juta maka tim pengadaan ditetapkan 5 orang. Hal ini untuk memudahkan dalam
pengambilan keputusan. Susunan Tim pengadaan barang/jasa terdiri dari Ketua, Sekretaris
dan Anggota.
4. Barang/jasa yang akan diadakan untuk pembangunan fisik harus memenuhi kebutuhan
sesuai RKM (DED dan RAB) yang telah verifikasi TFL disetujui oleh PPK/Satker PPLP Propinsi,dan
memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 42


3R Berbasis Masyarakat
5. Pengadaan jasa sewa alat /alat berat harus memperhitungkan tingkat efisiensi penggunaan
dana bantuan sosial dan efektifitas pelaksanaan sehingga program ini benar-benar dapat
memberikan pendapatan dan manfaat yang optimal bagi masyarakat. Serta dipastikan
penggunaan alat yang disewa dalam kegiatan fisik di lapangan memang benar-benar tidak
bisa di kerjakan oleh masyarakat setempat.

6.4 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGADAAN

Tugas dan tanggung jawab tim pengadaan adalah sebagai berikut:


1. Menyiapkan daftar barang/jasa dan pekerjaan yang akan diadakan dan sekaligus
menyiapkan spesifikasi teknisnya;
2. Membuat rencana pembeliaan barang berdasarkan (jenis barang/jasa dan ketersediaan
penyedia barang/jasa) dan jadwal rencana pelaksanaan pengadaan.
3. Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai di atas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp.
200.000.000 dapat dilakukan dengan pengadaan langsung terhadap 1 (satu) penyedia
barang/jasa. Pangadaan langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar
kepada penyedia yang memenuhi kualifikasi. Pengadaan langsung dilaksanakan oleh 1
(satu) orang Pejabat Pengadaan.
4. Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai diatas Rp. 200.000.000 dilakukan dengan cara
Pemilihan Langsung pasca kualifikasi, metode pemasukan dokumen satu sampul.
Proses Pemilihan Langsung pasca kualifikasi satu sampul meliputi
a. Pengumuman
b. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan
c. Pemberian penjelasan
d. Pemasukan dokumen penawaran
e. Pembukaan dokumen penawaran
f. Evaluasi penawaran
g. Evaluasi kualifikasi
h. Pembuktian kualifikasi
i. Pembuatan berita acara hasil pelelangan
j. Penetapan pemenang
k. Pengumuman pemenang
l. Sanggahan, dan
m. Sanggahan banding (apabila diperlukan)

6.5 RENCANA PENGADAAN

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam rencana pengadaan adalah sebagai
berikut:

1. Tentukan jenis-jenis bahan / alat yang akan dibeli / sewa.


a. Pembelian material / alat harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dilapangan pada

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 43


3R Berbasis Masyarakat
saat itu, sebab jika pembelian terlampau banyak (tidak terkontrol) maka dapat berlebih
(merupakan pemborosan), akibatnya dana yang ada bisa tidak cukup untuk membeli
bahan lain atau membayar upah, dan lain-lain.
b. Harus memperhatikan kecukupan dana yang ada untuk kebutuhan lain, misalnya
membayar upah pekerjaan dilapangan (pemasangan bahan yang dibeli). Hal ini penting
untuk menjaga agar kegiatan dilapangan tetap berjalan terus-menerus (ada kemajuan
pekerjaan). Jangan sampai dilakukan pembelian bahan/alat tetapi tidak dapat
dipasang dilapangan karena tidak ada dana untuk membayar upah kerja;
c. Harus memperhatikan kemampuan gudang untuk menyimpan bahan/alat yang dibeli
secara baik dan aman, karena pembelian material tanpa mempertimbangkan kapasitas
ruang penyimpanan atau gudang dapat mengakibatkan kerusakan/hilangnya
bahan/material sebelum digunakan.
d. Harus dilakukan evaluasi terhadap pengiriman/penerimaan material yang berakibat
terjadinya kemungkinan volume pembelian yang akan melebihi volume RAB.
2. Tetapkan Toko/Pemasok yang akan memasok bahan/alat.
Acuan yang digunakan adalah Daftar Toko/Pemasok yang telah ditentukan berdasarkan
berita acara hasil survey toko material.
3. KSM membuat Surat Pesanan Bahan/Alat yang ditujukan kepada Toko/Pemasok yang dipilih.
Penting untuk diperhatikan bahwa surat pesanan ini agar sampaikan juga ke bagian
bendahara untuk persiapan pembayarannya. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas kegiatan baik internal KSM/warga maupun dengan pihak
pemasok itu sendiri.
4. Bahan yang diterima di proyek harus diperiksa kesesuaian jumlah dan kualitasnya, kemudian
dicatat pada Nota Penerimaan Bahan untuk selanjutnya dapat langsung dipergunakan
dilapangan atau disimpan sementara digudang dengan aman dan baik. Penting untuk
diperhatikan, agar Nota Penerimaan Bahan/Alat ini juga disampaikan kebagian
bendahara/keuangan untuk pembayarannya.
5. Tatacara pembayaran material/alat dilakukan oleh bendahara atau bagian keuangan
atau petugas khusus yang telah ditetapkan oleh KSM untuk tugas itu.

6.6 PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH KELOMPOK MASYARAKAT

Secara umum pengadaan barang/jasa oleh masyarakat dan sewa alat mengikuti ketentuan
dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 serta perubahannya Peraturan Presiden Nomor
70 Tahun 2012, yaitu sebagai berikut:
1. Pengadaan barang/jasa yang bernilai kurang dari Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dapat
dibeli langsung kepada penyedia barang dan bukti pengikatnya cukup berupa bukti
pembelian/nota pembelian pembayaran dengan materai sesuai ketentuan.
2. Pengadaan barang/jasa yang bernilai diatas Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) sampai
dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dapat dilakukan dengan pengadaan
langsung kepada 1 (satu) penyedia barang melalui penawaran tertulis dari penyedia
barang yang bersangkutan, dan bukti pengikatannya berupa kuitansi dengan materai
sesuai ketentuan.
Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 44
3R Berbasis Masyarakat
3. Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai di atas Rp.50.000.000
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000 (dua ratus juta riupiah) dilakukan
oleh tim pengadaan yang berjumlah 3 (tiga) orang dengan cara meminta dan
membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari 3 (tiga) penyedia barang
yang berbeda serta memilih penawaran dengan harga terendah, dan bukti pengikatannya
berupa Surat Perintah Kerja (SPK) dengan materai sesuai ketentuan.
4. Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai diatas Rp.200.000.000
(dua ratus juta) dilakukan oleh tim pengadaan yang berjumlah 5 orang dengan cara
meminta dan membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari 3 (tiga)
penyedia dengan harga terendah, dan bukti pengikatannya berupa Surat Perjanjian
dengan sesuai ketentuan.

6.7 PENGGUNAAN METERAI

Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut Undang-
undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Untuk dokumen yang menyatakan nominal
uang dengan batasan sebagai berikut:

1. yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai;
2. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
sampai dengan Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif
sebesar Rp 3.000,00 (tiga ribu rupiah);
3. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea
Meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah).

Cara mempergunakan meterai tempel :


1. Meterai tempel direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas dokumen yang
dikenakan Bea Meterai.
2. Meterai tempel direkatkan di tempat dimana tanda tangan akan dibubuhkan.
3. Pembubuhan tanda tangan dilakukan dengan tinta atau yang sejenis dengan itu, sehingga
sebagian tanda tangan di atas kertas dan sebagian lagi di atas Meterai tempel.
4. Jika digunakan lebih dan satu Meterai tempel, tanda tangan harus dibubuhkan sebagian di
atas semua Meterai tempel dan sebagian di atas kertas.
5. Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan Meterai tempel tetapi tidak memenuhi
ketentuan di atas, dokumen yang bersangkutan dianggap tidak bermeterai.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 45


3R Berbasis Masyarakat
6.8 PELAKSANAAN KEGIATAN DENGAN PIHAK KETIGA

Seluruh pelaksanaan pekerjaan prasarana dan sarana TPS 3R yang dibutuhkan oleh
masyarakat sangat diprioritaskan untuk dilaksanakan seluruhnya oleh warga sendiri. Namun
demikian bila pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana TPS 3R tidak dapat
dilaksanakan oleh masyarakat baik secara keseluruhan maupun sebagian maka dapat saja
pekerjaan tersebut diserahkan kepada pihak ketiga (kelompok kerja atau subkontrak) yang
lebih mampu.

Pekerjaan yang dapat dikerjakan secara subkontrak melalui Pihak Ketiga adalah pekerjaan
yang dianggap tidak mampu dikerjakan oleh masyarakat karena memerlukan keahlian khusus
(misalnya pengadaan dan pemasangan rangka atap, dsb) atau pembelian barang (pabrikan)
yang membutuhkan ketrampilan tertentu, dengan ketentuan:
1. Pekerjaan bukan merupakan pekerjaan utama
2. Pekerjaan tersebut telah dievaluasi dan mendapat rekomendasi dari TFL dan Satker PPLP
Provinsi

Dalam pelaksanaannya, KSM akan melakukan pengawasan terhadap kinerja


subkontraktor/pemasok melalui Tim Pengawas KSM. Dalam melakukan pengawasan, KSM juga
akan melakukan pertemuan-pertemuan pekerjaan yang telah dicapai oleh
subkontraktor/pemasok serta permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan.

Disamping pelaksanaan pekerjaan sendiri oleh masyarakat, KSM juga dapat secara langsung
melakukan teguran-teguran di lapangan baik lisan maupun tertulis kepada subkontraktor
terhadap kualitas pekerjaan maupun kemampuan tukang yang tidak memadai.

Setiap kontrak yang selesai dilaksanakan oleh subkontraktor akan diperiksa oleh KSM terlebih
dahulu, kemudian dievaluasi oleh tim pengawas.

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 46


3R Berbasis Masyarakat
BAB VII
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA KSM DAN SATKER PPLP PROVINSI

Setelah dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) disahkan, PPK Satker PPLP Provinsi dan
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) membuat Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SP3)
untuk pelaksanaan kegiatan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat.

Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SP3)setidaknya memuat memuat :


1. Identitas para pihak
2. Dasar hukum
3. Tujuan Perjanjian Kerjasama
4. Ruang lingkup pekerjaan
5. Lokasi pekerjaan
6. Jangka waktu pelaksanaan
7. Hak dan Kewajiban para pihak
8. Sumber dan Jumlah dana
9. Mekanisme pembayaran
10. Keadaan memaksa (force majeure)
11. Sanksi
12. Perselisihan
13. Penutup

Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 47


3R Berbasis Masyarakat

You might also like