Professional Documents
Culture Documents
¼½¼ ¾ ¿ÀÁ½ÃÄUU½Á 1
ÅÆÅ ÇÈÉÈÊ ËÌÍÈÎÈÏÐ Å
ÅÆÑ ÒÈÎÓÔÕ ÕÈÏ ÖÔ×ÔÈÏ Å
ÅÆØ ÙÈÓÈÊÈÏ Å
ÅÆÚ ÛÔÈÏÐ ÇÜÏÐÎÔÝ Ñ
¼½¼ ¾¾ ¿À޾ľýÁ ÄßཾS½Á ¿ÀÁáâSUÁ½Á ÀRÁã½Á½ àÀJRA MASYARAKAT (RKM) 3
ÑÆÅ äÌåÜÍÜæÈÏ ÇçÎÈÓÜ Ø
ÑÆÅÆÅ èÊÜÉÌÊÜÈ èÈéÔÝÈÉÌÏêèçÉÈ Ø
ÑÆÅÆÑ èÊÜÉÌÊÜÈ ÇçÎÈÓÜ Ø
ÑÆÅÆØ äÊçÓÌÓ äÌÍÈÎÓÈÏÈÈÏ ÙÌÍÌÎÓÜ Ú
ÑÆÅÆÚ äÊçÓÌÓ ÙÌÍÌÎÓÜ ÇçÎÈÓÜ Ú
ÑÆÑ äÌÏÌÏÉÔÈÏ ÕÈÏ äÌÏÌÉÈÝÈÏ ÇçÎÈÓÜ ÖÌÊÝÜÍÜæ ð
ÑÆØ äÌåéÌÏÉÔÎÈÏ èÙÒ ó
ÑÆØÆÅ ÖÔÐÈÓ èÙÒ ó
ÑÆØÆÑ ëÔÏÐÓÜ èÙÒ ó
ÑÆØÆØ ÙÔÓÔÏÈÏ äÌÏÐÔÊÔÓ õ
ÑÆÚ äÌÏìÔÓÔÏÈÏ ÛÌÏíÈÏÈ èÌÊ×È ÒÈÓìÈÊÈÎÈÉ îÛèÒï Å
ÑÆð äÌÏÌÉÈÝÈÏ ñÈÍçÏ äÌÏÐÐÔÏÈ ÕÈÏ äÌÏÌÉÈÝÈÏ ñÈÎÔÝÈÏ òÜÍÈìÈæ ÅÅ
ÑÆó äÌÏÌÉÈÝÈÏ äÌÏÌÊÜåÈ ÒÈÏôÈÈÉ ÅÑ
ÑÆõ äÜÍÜæÈÏ ÙÜÓÉÌåö ÙÈÊÈÏÈ ÕÈÏ äÊÈÓÈÊÈÏÈö äÌÊÈÍÈÉÈÏ ÅÑ
ÑÆ÷ ÙÔÊøÌì ÖÜåéÔÍÈÏ ÙÈåÝÈæö èçåÝçÓÜÓÜ ÕÈÏ èÈÊÈÎÉÌÊÜÓÉÜÎ ÙÈåÝÈæ ÅÑ
ÑÆù ÙÔÊøÌì úÈÊÐÈ ÒÈÉÌÊÜÈÍ ÕÈÏ ûÝÈæ ÖÌÏÈÐÈ èÌÊ×È Åó
BAB III PERENCANAAN DESAIN TPS 3R 17
ØÆÅ ûåÔå Åõ
ØÆÑ üÌÉÈÜÍ ýÏÐÜÏÌÌÊÜÏÐ üÌÓÜÐÏ îüýüï Åõ
ØÆÑÆÅ äÌÏÐçÍÈæÈÏ üÈÉÈ þÿÈÍ Å÷
ØÆÑÆÑ ÒÜÏÜåÈÍ üÌÓÈÜÏ ËÈÏÐÔÏÈÏ ÖäÙ ØÛ Åù
ØÆÑÆØ äÌåéÔÈÉÈÏ üÌÓÈÜÏ þÊÓÜÉÌÎÉÔÊÈÍ Ñ
ØÆÑÆÚ ÙÝÌÓÜôÜÎÈÓÜ ÖÌÎÏÜÓ ËÈÏÐÔÏÈÏ Ñó
ØÆÑÆð äÌÊÌÏíÈÏÈÈÏ ËÈÏÐÔÏÈÏ äÌÏÕÔÎÔÏÐ ØÅ
ØÆÑÆó ÛÌÓÜÎç ÙÈÍÈæ äÌÊÌÏíÈÏÈÈÏ ØÅ
IV RENCANA PEMBIAYAAN 33
!"#$ #
%
%
&
&"
'
%
) *
%
) &
%
) &
%
&
+
,
%
)'
%
))
%
%
+
! #
)-
#
'
).
!
%
!
)
BAB VII PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA KSM DAN SATKER PPLP PROVINSI 47
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 SASARAN
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL), baik bidang pemberdayaan maupun teknis, diharapkan
dapat membantu masyarakat untuk menyusun perencanaan pengelolaan TPS 3R berbasis
masyarakat yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan kemampuan masyarakat untuk
mengoperasikannya.
Hasil yang diharapkan dari buku tata cara perencanaan ini adalah terseleksinya masyarakat
dan lokasi TPS 3R sesuai pendekatan Demand Responsive (tanggap kebutuhan) dan
tersusunnya dokumen rencana pengelolaan sampah TPS 3R Berbasis Masyarakat sebagai syarat
untuk dapat mencairkan dana bantuan sosial.
Keberhasilan Penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat dalam hal ini Pemilihan Lokasi
dapat tercapai jika memenuhi kriteria-kriteria dibawah ini :
1. Kriteria Utama :
a. Lahan TPS 3R berada dalam batas administrasi yang sama dengan area pelayanan TPS
3R berbasis masyarakat
b. Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya yang dibuktikan dengan
Akte/Surat Pernyataan Hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana TPS 3R berbasis
masyarakat.
c. Ukuran minimal lahan yang disediakan 200 m 2.
2. Kriteria Pendukung
a. Berada didalam wilayah permukiman penduduk, bebas banjir, ada akses jalan masuk,
dan sebaiknya tidak terlalu jauh dengan jalan raya.
b. Cakupan pelayanan minimal 200 KK atau minimal mengolah sampah 3 m 3/hari.
c. Masyarakat bersedia membayar iuran pengolahan sampah.
d. Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperti PKK, kelompok atau forum
kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, klub jantung sehat, klub
manula, pengelola kebersihan/sampah atau KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang
sudah terbentuk.
Untuk melaksanakan proses seleksi di tingkat kota/kabupaten yang akan melaksanakan TPS 3R
berbasis masyarakat, maka dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
1. Satuan Kerja PPLP Provinsi dan Direktorat PPLP Kementerian Pekerjaan Umum di pusat
melaksanakan sosialisasi dengan materi sebagai berikut :
a. Penjelasan program TPS 3R berbasis masyarakat di kawasan permukiman.
b. Pemahaman mengenai sistem pengelolaan sampah.
c. Pengal aman atau cont oh sukses menge nai TPS 3 R b erb asi s masyarakat di
kawasan permukiman (best practice).
Jika calon lokasi shortlist lebih dari 1 (satu), sedangkan alokasi anggaran hanya untuk 1 paket,
maka harus dilakukan proses seleksi secara terbuka sebagai berikut:
1. Stakeholder masyarakat diminta berkumpul sesuai dengan asal masing-masing kampung.
2. Mereka diminta membuat deskripsi kampung masing-masing dan kondisi sampah dan
pengelolaannya, serta permasalahan yang dihadapi, dan mempresentasikannya dengan
menggunakan kertas plano besar.
3. Setelah semua mempresentasikan, kemudian mereka diminta mengidentifikasi potensi yang
ada untuk penanganan persampahannya. Aspek yang harus diidentitikasi adalah:
a. Minat masyarakat untuk mengelola sampahnya sendiri
b. Kemauan untuk iuran pengelolaan sampah
c. Kesiapan kelembagaan masyarakat
d. Ketersediaan lahan untuk Tempat Pengolahan Sampah
e. Akses jalan masuk untuk alat pengangkut sampah(truk sampah atau motor roda tiga)
f. Prioritas penanganan sampah oleh masyarakat
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dibentuk melalui musyawarah masyarakat atau rembug
warga dengan bentuk dan susunan pengurus sesuai dengan permufakatan warga, dan
ditetapkan melalui surat keputusan (SK) kelurahan yang diketahui oleh kecamatan setempat.
3. Pasca-Konstruksi :
a. Melakukan operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana TPS 3R
b. Menarik, mengumpulkan, mengelola iuran/retribusi sampah serta mengelola dana
sesuai peraturan serta melaporkan semua uang masuk dan keluar kepada masyarakat
c. Melakukan pemasaran kompos dan bahan-bahan daur ulang
d. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung TPS3R
Melihat tugas, peran dan fungsi KSM 3R yang sangat banyak dan relatif cukup berat maka KSM
harus dibentuk sesuai kebutuhan dan dibekali dengan berbagai pengetahuan dan ketermpilan
yang diperlukan sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan cara diberikan pelatihan-pelatihan.
2. Sekretaris:
a. Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan tata usaha serta
dokumentasi;
b. Melaksanakan surat-menyurat;
c. Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara bertahap.
3. Bendahara:
a. Menerima dan menyimpan uang serta mengeluarkan/membayar sesuai dengan RAB
yang telah ditetapkan;
b. Melakukan pengelolaan administrasi keuangan dan pembukuan realisasi serta laporan
pertanggungjawaban keuangan :
1) Tahap Konstruksi
a) Laporan keuangan mingguan untuk diumumkan (ditempel dipapan
pengumuman/tempat strategis) sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh
a. Tim Perencana
Tim Perencana mempunyai tugas dan bertanggungjawab dalam menyusun KAK,
membuat gambar rencana kerja dan/atau spesifikasi teknis. Tim perencana terdiri dari
seksi perencanaan, seksi konstribusi dan seksi tenaga kerja. Secara rinci tugas tim
perencana adalah:
1) Mensosialisasikan pilihan teknologi sanitasi kepada masyarakat;
2) Mengevaluasi dan menentukan pilihan teknologi 3R yang akan dibangun, sesuai
dengan pilihan, kemampuan masyarakat serta kondisi lingkungan;
3) Dengan didampingi fasilitator menyusun analisa teknis, membuat DED lengkap dengan
potongan RAB dan menyusun analisa structural, elektrikal, arsitektural sesuai dengan
teknologi 3R yang dipilih masyarakat;
4) Menyusun jadwal rencana kegiatan konstruksi dan kurva S;
5) Melakukan penarikan kontribusi dari masyarakat berupa uang dan menyetorkan pada
bendahara
6) Menyusun rencana pengadaan dan kebutuhan tenaga kerja
b. Tim Pelaksana
Tim Pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan, membuat gambar pelaksanaan serta
membuat laporan pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci tugas tim pelaksana adalah:
1) Melakukan kaji ulang dan pengukuran pada lokasi pekerjaan berdasarkan gambar
rencana kerja
2) Mengajukan kebutuhan bahan/material kepada penanggung jawab KSM untuk
diproses oleh Panitia/Pejabat Pengadaan
3) Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama pembangunan
4) Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan pekerjaan konstruksi
5) Mendatangkan dan mengatur tenaga kerja untuk melaksanakan
c. Tim Pengawas
Tim Pengawas mempunyai tugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelaporan, baik fisik maupun administrasi
pekerjaan swakelola. Secara rinci tugas tim pengawas adalah:
1) Bertangung jawab terhadap pengawasan administrasi, teknis dan keuangan;
2) Di fasilitasi oleh TFL bertangung jawab/menilai atas kualitas dan progres pekerjaan fisik;
3) Berkoordinasi dengan TFL menyusun laporan pekerjaan untuk diteruskan dan/atau
ditindak lanjuti ke PPK.
d. Panitia/Pejabat Pengadaan
Panitia/Pejabat Pengadaan diangkat oleh penanggungjawab kelompok masyarakat
(KSM) untuk melakukan pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
swakelola dan Panitia/Pejabat Pengadaan diperbolehkan bukan PNS.
1) Bertanggung jawab dalam melaksanakan survey dan mengundang supplierdan/atau
kontraktor untuk pengadaan material;
2) Melaksanakan kegiatan proses pengadaan barang atau pekerjaan konstruksi.
Catatan :
Mekanisme kerja KSM tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART) yang disepakati oleh pengurus KSM dan seluruh calon pengguna/penerima manfaat.
Status pembentukan KSM disahkan dengan Surat Keputusan (SK) Lurah yang diketahui oleh
Camat setempat.
SEKSI
OPERASIONAL&
PEMELIHARAAN
ANGGOTA - ANGGOTA
Rencana Kerja Masyarakat (RKM) merupakan bukti dokumen resmi perencanaan TPS 3R
Berbasis Masyarakat, sekaligus sebagai dasar dan persyaratan untuk pencairan dana/bantuan
sosial dari Satker PPLP Provinsi.
RKM yang telah tersusun serta ditandatangani oleh Ketua KSM diketahui oleh Lurah/Kepala
Desa dan diajukan kepada Satker PPLP Provinsi untuk persetujuan dan pencairan dana tahap
pertama.
Dokumen RKM minimal memuat materi :
1. Dokumen berita acara seleksi kampung
2. Profil lokasi;
3. Penentuan Calon Pengguna
4. Penentuan cakupan wilayah dan peta masyarakat
5. Organisasi KSM, Struktur KSM serta Tim Swakelola (tim perencana, tim pelaksana, pengawas
& panitia/pejabat pengadaaan), dengan dilengkapi Surat Keputusan (SK) pembentukan
KSMmaupun pembentukan Tim Swakelola
6. Anggaran Dasar & Rumah Tangga (AD/ART) KSM;
7. Surat Penetapan Penerima Manfaat dari SATKER atau PPK PPLP provinsi;
8. Surat ketersediaan lahan yang sudah pasti, misal : surat hibah, surat hak gunadari
dinas/lembaga yang ada di daerah;
9. Pemilihan system, sarana, prasarana dan peralatan TPS 3R;
10. DED dan RAB disertai kurva S;
Penentuan atau penetapan calon pengguna dan penetapan cakupan wilayah merupakan
tahap awal dari keseluruhan proses penyusunan RKM untuk pengelolaan sampah.
Daftar calon pengguna dan cakupan wilayah layanan dari kegiatan TPS 3R berbasis
masyarakat dibuktikan dengan melampirkan data sebagai berikut :
1. Daftar nama kepala keluarga,
2. Jumlah anggota keluarga, gender (laki-laki/perempuan) dan jenis pekerjaan
3. Alamat rumah dan dibubuhi dengan tandatangan persetujuan untuk mengikuti program TPS
3R.
4. Daftar nama keluarga tersebut ditunjukkan letak dan posisi rumahnya di dalam peta yang
dibuat oleh masyarakat secara bersama-sama. Peta ini sekaligus mencerminkan cakupan
wilayah layanan kegiatan TPS 3R pada tahap awal dalam suatu wilayah permukiman.
Penerima manfaat bantuan sosial adalah masyarakat calon pengguna fasilitas TPS 3R. Dasar
penetapan penerima manfaat mengacu kepada :
1. Surat minat keikut sertaan dalam Prgram TPS3R dari Pemerintah Daerah
2. Dokumen berita acara seleksi kampung
3. SK pembentukan KSM.
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81 tahun 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada
Kementerian/Lembaga, SATKER atau PPK PPLP Provinsi menerbitkan Surat Penetapan Penerima
Manfaat Bantuan Sosial TPS 3R Berbasis Masyarakat, yang memuat antara lain:
1. Identitas penerima bantuan sosial
2. Nilai bantuan sosial
3. Nomor rekening penerima bantuan sosial
Apabila dikemudian hari dalam perencanaan dan pelaksanaan penyusunan dan pengesahan
Rencana Kegiatan Masyarakat ditemui kekeliruan, kendala dan tidak ditemukan kesepakatan,
maka surat penetapan penerimaan manfaat dapat ditinjau kembali untuk dilakukan perbaikan
maupun perubahan sebagaimana semestinya.
Penetapan teknologi pengolahan sampah pada lokasi terpilih dilakukan dalam pertemuan
atau sosialisasi antara KSM dan warga dengan didampingi oleh TFL. Teknologi yang akan
diterapkan harus berdasarkan asas keberlanjutan (sustainability), dipilih secara tepat sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat serta memperhatikan kondisi lingkungan
setempat. Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah kemampuan KSM atau
masyarakat dalam mengelola dan mengoperasikan TPS 3R. Dengan memperhatikan hal-hal
tersebut, diharapkan masyarakat dapat menggunakan fasilitas dan bertanggung jawab untuk
pengoperasian dan pemeliharannya
Teknologi pengolahan sampah yang terpilih akan menjadi dasar untuk penyusunan DED dan
RAB. Berbagai pilihan teknologi yang dapat diterapkan di TPS 3R dijelaskan secara lengkap
pada buku 4 tentang Pilihan Teknologi Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R .
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara Pengelolaan Sampah Perkotaan, timbulan
sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume
maupun berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan.
KSM melakukan survey harga bahan/material dan upah tenaga kerja guna penyusunan
rencana anggaran biaya (RAB) dengan cara sebagai berikut :
1. menyusun daftar kebutuhan bahan/material dan spesifikasi teknis dan daftar kebutuhan
tenaga kerja yang didasarkan pada gambar perencanaan.
2. melakukan survey harga bahan/material ke toko bahan bangunan/pemasok terhadap
setidaknya 3 toko bahan bangunan/pemasok.
3. melakukan survey upah tenaga kerja yang didasarkan upah tenaga kerja setempat.
4. membuat berita acara survey harga bahan/material dan upah tenaga kerja.
5. membuat berita acara penetapan toko material yang ditunjuk dengan mempertimbangkan
toko tersebut memiliki bahan/material sesuai spesifikasi teknis dan mampu mensuplai dengan
harga yang kompetitif.
3.1 UMUM
Modul TPS 3R berbasis masyarakat dalam tata cara ini mempunyai karakteristik:
1. Mampu melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 KK atau setara dengan 3 m 3 per hari.
2. Sampah masuk sudah dalam keadaan terpilah antara sampah yang dapat dikomposkan
(organik) dan sampah tidak dikomposkan (non-organik).
3. Menggunakan lahan minimal 200 m 2.
4. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak manual atau gerobak motor
dengan kapasitas 1 m3.
5. Terdapat fasilitas pemilahan, pengomposan dan penanganan barang daur ulang.
DED (Detail Engineering Design) adalah gambar perencanaan & pelaksanaan rinci dari bentuk
fisik TPS 3R beserta semua fasilitas/ peralatan yang ada di lingkungan TPS 3R yang memiliki
spesifikasi berdasarkan kapasitas sampah yang diolah. Secara umum TPS 3R. terdiri dari
bangunan (area pemilahan, pengomposan, kantor pengendali dan gudang penyimpanan),
peralatan (mesin pencacah sampah organik, pengayak kompos), dan buffer zone.
Fasilitator teknik membantu KSM melakukan kegiatan Penyusunan DED dan RAB. Tahapan
kegiatan penyusunan DED dan RAB sebagai berikut:
1. Penyusunan konsep TPS 3R
2. Pembuatan diagram proses TPS 3R
3. Perhitungan keseimbangan material sampah masuk dan sampah keluar
4. Perhitungan besaran utama dari setiap komponen proses
5. Menentukan peralatan yang diperlukan
6. Menentukan kebutuhan ruang yang dibutuhkan
7. Membuat desain dasar instalasi TPS 3R
8. Membuat rancangan detail dari instalasi TPS 3R
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Teknis dalam
penyusunan gambar DED :
1. TFL Teknis sebagai orang yang sudah terpilih oleh Satker PPLP Provinsi melalui proses seleksi.
2. TFL Teknis dalam melakukan pendampingan kepada masyarakat dibantu TFL
Pemberdayaan.
3. Kebutuhan data-data awal sudah disusun oleh TFL Pemberdayaan (RPA sampai data
perkiraan calon pelanggan).
4. Kemampuan penyusunan DED dan RAB, menyusun analisa dan spesifikasi teknis, aspek
arsitektur dan supervisi menentukan keberhasilan konstruksi TPS 3R
Berikut ini beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pembuatan desain arsitektural pada
bangunan TPS 3R, yaitu :
1. Hasil perhitungan luasan masing-masing area (pemilahan, pengomposan, mesin, gudang,
dll)
2. Hasil dari kesepakatan masyarakat tentang rencana pilihan teknologi yang akan diterapkan
(menyangkut luasan area komposting, tempat residu, lapak, dll)
3. Hasil kesepakatan untuk posisi masing-masing ruangan dalam bangunan TPS 3R (pemilahan,
penggilingan, mesin, komposting, dll)
4. Penentuan pondasi yang akan dipakai berdasarkan beban terhitung dengan jenis tanah
yang ada.
5. Bentuk arsitektural yang diinginkan (sesuaikan dengan desain rumah adat dll jika perlu).
6. Menentukan jenis bangunan yang akan dibuat (bangunan rangka baja, beton bertulang,
konstruksi kayu, dll)
7. Menentukan spesifikasi mesin pencacah, pengayak dan motor angkut.
6. Komposisi sampah :
sampah organik : ... % = ... kg ... % dan kg
sampah olahan : ... % = ... kg ... % dan kg
residu : ... % = ... kg ... % dan kg
(bisa ditambah komposisi sesuai jenis2 lapak
yang dipilah)
2. Struktur Baja
a. Tiang Utama Bangunan
Dari baja profil IWF dengan dimensi Ukuran 250 x 75 x 5 x 7 mm, baja Krakatau Steel atau
setara. Tinggi 4 meter dihitung dari tempat kedudukan kolom penyangga tiang utama
dan di beri plat pengaku.
b. Kuda-kuda
Dari baja profil IWF dengan dimensi Ukuran 250 x 75 x 5 x 7 mm, baja Krakatau Steel atau
setara dengan sambungan las pada plat pengaku serta sambungan baut pada
konstruksinya. Antar kuda-kuda diberi ikatan angin dengan besi ø16 mm .
c. Gording
Dari baja profil Kanal dengan dimensi 100 x 50 x 20 x 2 x 3 mm, baja Krakatau Steel atau
setara dengan sambungan las antara gording dengan plat siku dan kuda-kuda, dimensi
siku-siku 100 x 100 x 10 mm. Antar gording diberi penyetabil / Trecstang dari besi dimensi 12
mm
d. Pengaku
Mengikuti bagian pada joint dimasing-masing konstruksi.
Penjelasan secara detail mengenai lingkup kerja untuk pekerjaan Pembangunan Tempat
Pengolahan Sampah Mandiri 3R, antara lain :
a. Pekerjaan Persiapan/Pendahuluan
1) Pengukuran dan pematokan
2) Sewa Brak kerja/Direksi Kit/Gudang
3) Papan nama proyek
b. Pekerjaan Tanah:
1) Galian tanah
2) Urugan Pasir
3) Timbunan Tanah
c. Pekerjaan Pasangan
1) Lantai Kerja 1:3:5
2) Pekerjaan Bertulang 1:2:3 Pondasi Foot Plate
Beton 1:2:3
Tulangan
Begesting
3) Pekerjaan Bertulang 1:2:3 Sloof 20 x 25
Beton 1:2:3
Tulangan
Begesting
d. Pekerjaan Konstruksi
1) Konstuksi Baja untuk MRF
2) Pengadaan Pengecatan
e. Pekerjaan Perlengkapan
1) Motor roda tiga
2) Pengadaan mesin Pencacah sampah
3) Pengadaan mesin Pengayak sampah
2. PERSYARATAN BAHAN
a. Semen Portland
• Semen yang dipakai adalah Portland Cement (PC) harus memenuhi syarat-syarat mutu
seperti tercantum dalam standar Nasional Indonesia (SNI 15-2049-1994) atau memenuhi
standar mutu dan cara uji semen Portland (SNI 15-0302-2004) dan masih dalam kantong
utuh
• Kualitas semen harus baik, tidak lebih dari 3 (tiga) bulan dalam penimbunan di gudang
• Semen yang digunakan adalah semen PC.
• Disarankan agar setiap zak semen berisi 50 Kg.
• Bila digunakan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus diadakan
pengujian terlebih dahulu oleh laboratorium yang berkompeten
• Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras) tidak boleh dipakai.
b. Agregat Halus
• Pasir Urug.
Pasir untuk pengurukan, peninggian, dan lain-lain tujuan, harus dan keras atau memenuhi
syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-1996. Butiran-butiran harus
tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar lumpur tidak boleh melebihi
5%. Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi. Pasir laut
tidak boleh digunakan.
• Pasir Pasang.
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus memenuhi
syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-1996. Butiran-butiran harus
tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar lumpur tidak boleh melebihi
5%. Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi. Pasir laut
tidak boleh digunakan
• Pasir Beton.
Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 28
3R Berbasis Masyarakat
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan terbebas dari bahan-bahan organik,
lumpur dan sebagainya. Kadar lulmpur tidak boleh melebihi 5%. Pasir laut tidak boleh
digunakan
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali
dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-
3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Direksi Pekerjaan dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratprium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah
atas biaya kontraktor.
e. Besi Beton
Besi/baja beton yang ditawarkan dari jenis baja mild-steel dengan tegangan leleh
minimum 2.400 kg/cm2 (U24) dan seterusnya sesuai yang ditentukan, yang penting harus
ditanyakan oleh test laboratorium resmi dan sah, bebas dari kotoran, lapisan lemak/minyak
dan tidak cacat (retak-retak, mengelupas, luka dsb). Penampang besi harus bulat serta
memenuhi persyaratan SNI 07-0663-1995
3. PONDASI
4. KOLOM
Bangunan pendukung merupakan bagian tak terpisahkan dalam bangunan TPS 3R, yang
merupakan bangunan penunjang dalam kegiatan TPS 3R. Adapun bangunan pendukung yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Bangunan pendukung keamanan (keamanan dalam bangunan TPS 3R maupun keamanan
mesin-mesin dll).
2. Bangunan Pendukung Pengolahan Leachate (Lindi)
3. Bangunan pendukung bangunan utama (harus ada talut, jalan penghubung dll)
4. Green belt (sumur resapan, biopori, taman dll)
1. Bangunan tidak berfungsi secara optimal (banyak area kosong tidak berfungsi atau terlalu
padat).
2. Tidak dipergunakan oleh masyarakat (salah tempat, diprotes warga, susah dalam
operasionalnya, disuruh pindah oleh warga).
3. Bangunan miring, tergeser bahkan roboh.
Keterangan :
1. Upah Tenaga Kerja tergantung dari masing-masing keahlian, dan dihitung perhari kerja yaitu
8 jam per hari. Upah tenaga kerja didapat dilokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam satu
daftar yang dinamakan daftar Harga Satuan Upah Setempat.
2. Harga bahan/material untuk pelaksanaan fisik didasarkan pada setiap daerah/lokasi
masing-masing (berdasarkan hasil survey di lokasi masing-masing).
3. Harga satuan upah dan bahan/material untuk dasar perhitungan Biaya Perencanaan
didasarkan Harga Satuan Setempat.
4. Analisa harga satuan pekerjaan adalah perhitungan analisa untuk mendapatkan harga
satuan pekerjaan dengan menggunakan analisa SNI.
5. Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah yang dihitung/berdasarkan
analisa SNI.
6. Volume pekerjaan adalah besar volume atau kubikasi suatu pekerjaan yang dihitung
berdasarkan gambar bestek dan gambar detail.
7. Rencana anggaran biaya suatu bangunan adalah perhitungan banyaknya biaya yang
diperlukan (bahan dan upah) untuk menyelesaikan bangunan tersebut.
Biaya operasional pelaksanaan digunakan selama masa konstruksi (maksimal 3% dari total
biaya konstruksi) untuk kegiatan antara lain :
1. rapat
2. operasional
3. transportasi dll.
Pelaksanaan pelatihan Teknis dan keuangan untuk KSM, mandor dan tukang dilaksanakan
selama kurang lebih 3 (tiga) hari yang didanai oleh APBN melalui Satker PPLP Provinsi.
Untuk kebutuhan biaya operasional selama 3 bulan pertama KSM dapat menggunakan dana
tunai yang terkumpul saat membuka rekening bersama. Besarnya sesuai dengan dana
operasional selama 3 bulan pertama.
Dalam pengelolaan TPS 3R, perlu adanya biaya operasional agar TPS 3R dapat berjalan sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya. Beberapa hal yang termasuk ke dalam biaya operasional
antara lain :
1. Biaya Personil
a. Honor operator pengangkutan sampah
b. Honor operator pemilahan dan pengomposan
c. Honor penjaga TPS 3R
2. Biaya Langsung
a. Bahan bakar mesin pencacah
b. Bahan bakar motor sampah
c. Biaya pemeliharaan mesin dan TPS
4. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk tujuan rekondisi atau perbaikan
terhadap seluruh infrastruktur operasional pengolahan sampah. Infrastruktur yang dipelihara
terbagi dalam 2 golongan yaitu : bangunan dan mesin.
Biaya pemeliharaan meliputi kegiatan perbaikan rutin/berkala maupun isidentil. Untuk
menghitung biaya perawatan tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :
a. dihitung secara rinci per item kebutuhan pemeliharaan
b. menggunakan angka presentase (misalnya 5%) dari harga beli dibagi umur barang
tersebut.
Untuk menentukan angka presentase tersebut sebaiknya ditanyakan kepada podusen mesin
Untuk menghitung biaya perawatan bila data dan informasinya lengkap sebaiknya
dilakukan dengan metode.
Total biaya O&M (operational & mantainance) tersebut adalah merupakan Harga Pokok
Pengolahan yang bermanfaat untuk melakukan Analisis Biaya Satuan. Perhitungan biaya O&M
dapat dihitung keseluruhan proses maupun per unit kegiatan, misalnya unit kegiatan
pengomposan. Format perhitungan biaya operasional dan pemeliharaan tersebut dapat dilihat
pada lampiran x.x
1. Dana APBN
Penyaluran dana APBN dilakukan melalui Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum di Provinsi dengan pola bantuan sosial.
a. PPK/SATKER PPLP Provinsi membuat Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SP3) dengan
penanggung jawab atau Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) setelah Dokumen
RKM disahkan oleh Dinas / SKPD dan SATKER PPLP provinsi.
b. Penyaluran dana bantuan sosial kepada KSM pelaksana swakelola dilakukan secara
bertahap dengan ketentuan sebagai berikut :
1) 40 % (empat puluh perseratus) dari keseluruhan dana bantuan sosial apabila Dokumen
RKM yang telah dilegalisasi oleh Dinas / SKPD dan SATKER PPLP provinsi dan SK
Penetapan Penerima Manfaat;
2) 30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan dana bantuan sosial apabila pekerjaan
telah mencapai 30%, dilengkapi dengan laporan fisik dan keuangan atas penggunaan
pada tahap pertama (40%);
3) 30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan dana bantuan sosial apabila pekerjaan
telah mencapai 60%, dilengkapi dengan laporan fisik dan keuanganatas pengunaan
pada tahap kedua (30%).
Untuk melakukan transfer dana ke KSM, KSM membuka rekening bersama di bank
pemerintah setempat atas nama KSM yang ditandatangani oleh 2 (dua) pihak yaitu Ketua
dan Bendahara KSM
2. Dana APBD
Dana APBD digunakan sebagai pendampingan keberlanjutan program TPS3R. Penyaluran
dana APBD dilakukan melalui SKPD kota/kabupaten sesuai dengan tata cara penyaluran
dan pencairan dana yang berlaku.
3. Dana Masyarakat
Kontribusi dari masyarakat berupa:
a. Dana tunai (on cash) untuk membuka Rekening KSM dan biaya awal operasional dan
pemeliharaan kurang lebih sebesar Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah)
b. Dana non tunai (in kind) berupa lahan, barang, material, tenaga kerja, konsumsi dan lain-
lain
c. Dana iuran masyarakat untuk operasional fasilitas TPS 3R dikumpulkan berdasarkan
kesepakatan masyarakat calon pengguna/penerima manfaat. Pengumpulan dana
masyarakat tersebut dilakukan oleh KSM.
d. Pengajuan termin oleh KSM harus diketahui dan disetujui oleh TFL 3R dan Dinas /SKPD.
e. Setiap laporan progres harus diverifikasi oleh TFL 3R dan Dinas / SKPD.
contoh kasus : untuk mengantisipasi proses pencairan dana agar dapat dimanfaatkan
sesuai rencana salah satu provinsi mengatur proses pencairan dana termin I (40%).
Dokumen RKM dan Rencana penggunaan Dana 40% harus diketahui/disetujui seta
ditandatangani oleh TFL sebagai bentuk tanggungjawab TFL dalam pencairan dana
dan diketahui oleh Dinas/SKPD terkait, ini sebagai salah satu syarat pencairan dana
tersebut.
Proses transfer dana dari KPPN kepada rekening penerima bantuan sosial biasanya paling
lama 5 (lima) hari setelah terbitnya SP2D. Kemudian penarikan dana bantuan sosial pada
bank dilakukan sebagai berikut :
a. Penarikan/pencairan dana bantuan sosial pada bank yang telah ditunjuk hanya dapat
dilakukan oleh Ketua KSM dan Bendahara KSM setelah bukti penarikan dana
ditandatangani oleh Ketua KSM dan Bendahara KSM dan telah diverifikasi/mendapat
rekomendasi dari TFL dan Dinas/SKPD terkait.
b. Proses pencairan dana bantuan sosial dari bank dilakukan secara bertahap sesuai
dengan Perjanjian Kerjasama.
c. Pencairan selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan lapangan serta
memperhatikan pertanggungjawaban penggunaan dana sebelumnya.
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mematuhi etika
sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
2. Bekerja secara mandiri dan menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang/jasa yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam
Pengadaan Barang/Jasa;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat terjadinya
persaingan tidak sehat;
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis para pihak;
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait,
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa;
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara
dalam pengadaan barang/jasa;
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan
untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara; dan
8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima
hadiah, imbalan, komisi dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui
atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.
Tim Pengadaan barang/jasa pada kegiatan TPS 3R di tingkat masyarakat adalah sebagai
berikut :
1. Tim Pengadaan barang/jasa merupakan anggota Tim Swakelola KSM yang pembentukanya
ditetapkan dengan Surat Keputusan penanggung jawab kelompok masyarakat/Ketua KSM.
2. Orang-orang yang duduk dalam Tim Pengadaan adalah anggota masyarakat yang
mempunyai integritas, jujur, tidak mempunyai kepentingan pribadi serta dipilih secara
demokratis oleh masyarakat.
3. Jumlah tim pengadaan barang/jasa harus ganjil (ditetapkan 3 atau 5 orang), tergantung
dari nilai barang/jasa yang akan dilelangkan. Untuk yang nilainya antara Rp. 50 juta sampai
dengan Rp. 200 juta tim pengadaan 3 orang, sedangkan untuk yang nilainya diatas Rp. 200
juta maka tim pengadaan ditetapkan 5 orang. Hal ini untuk memudahkan dalam
pengambilan keputusan. Susunan Tim pengadaan barang/jasa terdiri dari Ketua, Sekretaris
dan Anggota.
4. Barang/jasa yang akan diadakan untuk pembangunan fisik harus memenuhi kebutuhan
sesuai RKM (DED dan RAB) yang telah verifikasi TFL disetujui oleh PPK/Satker PPLP Propinsi,dan
memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam rencana pengadaan adalah sebagai
berikut:
Secara umum pengadaan barang/jasa oleh masyarakat dan sewa alat mengikuti ketentuan
dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 serta perubahannya Peraturan Presiden Nomor
70 Tahun 2012, yaitu sebagai berikut:
1. Pengadaan barang/jasa yang bernilai kurang dari Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dapat
dibeli langsung kepada penyedia barang dan bukti pengikatnya cukup berupa bukti
pembelian/nota pembelian pembayaran dengan materai sesuai ketentuan.
2. Pengadaan barang/jasa yang bernilai diatas Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) sampai
dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dapat dilakukan dengan pengadaan
langsung kepada 1 (satu) penyedia barang melalui penawaran tertulis dari penyedia
barang yang bersangkutan, dan bukti pengikatannya berupa kuitansi dengan materai
sesuai ketentuan.
Tata Cara Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 44
3R Berbasis Masyarakat
3. Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai di atas Rp.50.000.000
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000 (dua ratus juta riupiah) dilakukan
oleh tim pengadaan yang berjumlah 3 (tiga) orang dengan cara meminta dan
membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari 3 (tiga) penyedia barang
yang berbeda serta memilih penawaran dengan harga terendah, dan bukti pengikatannya
berupa Surat Perintah Kerja (SPK) dengan materai sesuai ketentuan.
4. Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai diatas Rp.200.000.000
(dua ratus juta) dilakukan oleh tim pengadaan yang berjumlah 5 orang dengan cara
meminta dan membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari 3 (tiga)
penyedia dengan harga terendah, dan bukti pengikatannya berupa Surat Perjanjian
dengan sesuai ketentuan.
Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut Undang-
undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Untuk dokumen yang menyatakan nominal
uang dengan batasan sebagai berikut:
1. yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai;
2. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
sampai dengan Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif
sebesar Rp 3.000,00 (tiga ribu rupiah);
3. yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea
Meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah).
Seluruh pelaksanaan pekerjaan prasarana dan sarana TPS 3R yang dibutuhkan oleh
masyarakat sangat diprioritaskan untuk dilaksanakan seluruhnya oleh warga sendiri. Namun
demikian bila pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana TPS 3R tidak dapat
dilaksanakan oleh masyarakat baik secara keseluruhan maupun sebagian maka dapat saja
pekerjaan tersebut diserahkan kepada pihak ketiga (kelompok kerja atau subkontrak) yang
lebih mampu.
Pekerjaan yang dapat dikerjakan secara subkontrak melalui Pihak Ketiga adalah pekerjaan
yang dianggap tidak mampu dikerjakan oleh masyarakat karena memerlukan keahlian khusus
(misalnya pengadaan dan pemasangan rangka atap, dsb) atau pembelian barang (pabrikan)
yang membutuhkan ketrampilan tertentu, dengan ketentuan:
1. Pekerjaan bukan merupakan pekerjaan utama
2. Pekerjaan tersebut telah dievaluasi dan mendapat rekomendasi dari TFL dan Satker PPLP
Provinsi
Disamping pelaksanaan pekerjaan sendiri oleh masyarakat, KSM juga dapat secara langsung
melakukan teguran-teguran di lapangan baik lisan maupun tertulis kepada subkontraktor
terhadap kualitas pekerjaan maupun kemampuan tukang yang tidak memadai.
Setiap kontrak yang selesai dilaksanakan oleh subkontraktor akan diperiksa oleh KSM terlebih
dahulu, kemudian dievaluasi oleh tim pengawas.
Setelah dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) disahkan, PPK Satker PPLP Provinsi dan
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) membuat Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan (SP3)
untuk pelaksanaan kegiatan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R Berbasis Masyarakat.