You are on page 1of 5

Agrimor 7(1) 18-22

Jurnal Agribisnis Lahan Kering - 2022


International Standard of Serial Number 2502-1710

Pengaruh Sustainable Livelihood Asset terhadap Adopsi Teknologi Budidaya Jagung di Desa
Kenebibi, Kecamatan Kakuluk Mesak Kabupaten Belu

Maria Yestiana M.K Leo1*, Ratya Anindita2


1Program Studi Budi Daya Tanaman Perkebunan, Fakultas Vokasi Universitas Pertahanan RI, Indonesia
2Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

*Correspondence author : maria.leo@idu.ac.id

Article Info Abstrak


Article history: The research was aimed at analyzing the influence of Sustainable
Received 07 September 2021 Livelihoods Asset on the adoption of corn cultivation technology in Kenebibi
Revised from 26 October 2021 village. Results of the analysis showed that the value of the R/C of corn
Accepted 05 January 2022 farming that uses corn cultivation technology more than 1, namely 4.54. And
DOI: the corn farming business that does not use technology at 3.79 This means
https://doi.org/10.32938/ag.v7i1.1469 that every cost incurred by corn farmers is RP. 1,000,-can produce an
Keywords: admission of Rp. 4,640,-. And the corn farming business that does not use
Corn cultivation; technology at 3.79 This means that every cost incurred by corn farmers is
Dry land; RP. 1,000,-able to produce an acceptance of 3.79 and the value of the
Technological adoption; marginal product (marginal effect) of the social capital of 0137, the physical
Livelihood asset. capital of 0137, the financial capital of 0266, the natural capital of 0160 and
the human capital of 0298 which means That if the increase of human
capital, physical capital, social capital, financial capital increased one unit
then the opportunity to adopt corn cultivation technology will increase or
increase.

1. Pendahualuan
Pembangunan pertanian di lahan kering sangat bergantung pada kondisi petani dan kondisi
alam. Wiraatmadja (1977) menyebutkan bahwa kondisi kehidupan para petani daerah pedesaan,
tempat di mana mayoritas petani menjalani kehidupan sehari-hari, mempunyai permasalahan
seperti tingkat pendapatan yang rendah, sikap mental yang kurang mendukung, produktivitas dan
tingkat pendapatan yang kurang mendukung serta masalah-masalah lainnya.
Sejalan dengan itu, peningkatan produksi jagung di lahan kering pun menghadapi
permasalahan yang sama sesuai dengan keadaan kondisi petani dan kondisi alam. Salah satu
permasalahan yang dihadapi berhubung dengan kondisi petani adalah tingkat ekonomi rendah
yang berakibat pada sulitnya petani menerima teknologi baru. Zubachtirodin et al. (2017)
menyatakan bahwa penerapan inovasi teknologi baru di tingkat petani masih beragam, tergantung
pada orientasi produksi (subsistem, semi komersial, atau komersial, kondisi kesuburan tanah,
resiko yang dihadapi dan kemampuan petani membeli sarana produksi. Teknologi budidaya
diharapkan dapat memberikan keuntungan yang tinggi dan dapat meningkatkan efisiensi biaya
usahatani dan pendapatan petani sehingga dapat menjamin kesejahteraan keluarganya.
Keberhasilan dalam menerapkan budidaya jagung di era globalisasi sangat dipengaruhi oleh
penguasan teknologi pertanian dan kemampuan bersaing petani suatu Negara (Anantanyu et al.,
2004). Dalam prakteknya, adopsi teknologi oleh petani tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
Kondisi ini disebabkan oleh keterbatasan lahan, dalam artian bahwa lahan yang digunakan bukan
merupakan milik sendiri. Di samping itu, pengetahuan yang dimiliki oleh petani masih rendah
dalam mengadopsi teknologi baru. Hal lain juga berkenaan dengan kekurangan modal untuk
membeli sarana produksi seperti pembelian benih, pupuk dan obat-obatan yang harganya semakin
hari semakin melambung tinggi. Selain itu, keadaan alam yang tidak memadai, di mana kuantitas
air sangat berkurang di musim kemarau, merupakan kondisi yang cukup berpengaruh terhadap
adopsi teknologi. Kondisi yang pelik ini harus diatasi dengan mengadopsi teknologi yang tentunya
memiliki imbas pada penghidupan berkelanjutan (Sustainable Livelihoods).
Upaya budidaya jagung di saat ini harus selalu dimengerti dalam konteks adopsi teknologi
yang diarahkan pada penghidupan berkelanjutan (Sustainable Livelihoods). Apabila petani dapat
mengadopsi teknologi dan menerapkannya secara optimal maka kemampuan petani dalam
berusahatani jagung semakin baik dan produktivitas jagung pun semakin meningkat. Di samping
itu, respon petani akan hal–hal baru semakin meningkat dan minat petani untuk
menyempurnakan usahataninya semakin bertambah. Oleh sebab itu, penelitian ini diarahkan
untuk mengkaji Sustainable Livelihoods Asset Petani Jagung Di Desa Kenebibi, Kecamatan
Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani jagung di Desa Kenebibi yang berjumlah
75 sampel petani jagung. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan Metode
Slovin dan diperoleh hasil sebagai berikut:

M.Y Leo & R. Anindita / Agrimor 7 (1) 18-22 18


Agrimor 7(1) 18-22
Jurnal Agribisnis Lahan Kering - 2022
International Standard of Serial Number 2502-1710

𝐍
𝒏=
𝟏 + (𝐍 𝒆𝟐)

Keretangan:
n = ukuran jumlah sampel
N = ukuran populasi
e = error margin (derajat kesalahan)

Analisis Usahatani
Pada analisis usahatani digunakan untuk mengetahui biaya tetap, biaya variabel, total biaya, biaya
total, pendapatan kotor, pendapatan bersih (keuntungan).

Analisis Pengaruh Sustaineble Livelihood Asset


Variabel pengukuran sustainable livelihood asset dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel. 1 Variabel Pengukuran sustainable livelihood asset

Indikator indikator indikator Pengukuran

Modal sosial Kepercayaan Rasa percaya dalam kelompok


Jaringan Sosial Kebersamaan anggota kelompok
Keterpaduan masyarakat
Modal Fisik aksesibiliats akses pelayanan
Sarana Memilki sarana memperlancar
Modal Finansial Pendapatan Kecukupan uang yang diperoleh
Tabungan Kecukupan Memiliki tabungan
Modal Alam Kepemilikan lahan Milik sendiri
SDA Lahan pinjaman
Air dan Cuaca (Hujan)
Modal Manusia Tenaga kerja Jumlah tenaga kerja dalam keluarga
pendidikan Pendidikan anggota keluarga
Sumber: Edet J. at all (2017)

Variabel yang dianalisis dalam penelitian yakni modal Modal Manusia, Modal alam, Modal
sosial, Modal finansial, Modal fisik Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi logit yang
digunakan Hosmer, D. W. dan S. Lemeshow, (2000):
Pi
( ) = βo + β1 MM + β2 MA + β3 MS
Ln 1 − Pi
+ β4 MS + β5 MF + ε
Dan penafsiran pengaruh perubahan variabel independen mengunakan produk marginal
dari Hanley dan Spash (1993) dengan Notasi yang digunakan:
𝛽𝑗 . exp(−𝑋𝑗𝑖 𝛽) 𝑋̅𝑖
𝜀(𝑃𝑖 . 𝑋𝑖𝑗 ) = 2 . ̅
[1 + exp (𝑋 𝑖 𝛽] 𝑃𝑖
𝑗

3. Hasil Dan Pembahasan


Posisi geogerafis batas-batas tersebut diatas didukung prasarana transportasi yang cukup baik.

Pendapatan Usahatani Jagung


Biaya pengeluaran untuk usahatani jagung yang menggunakan teknologi budidaya jagung
sebesar Rp. 120,516,000,- dengan rata-rata per hektar sebesar Rp. 3,443,314,- dan yang tidak
menggunakan teknologi sebesar Rp. 84.870.000,- dengan rata-rata per hektar sebesar Rp.
3,031,071,-. Secara presentase biaya tunai yang dikeluarkan dalam penggunakan teknologi
budidaya jagung lebih tinggi dari pada yang tidak menngunakan teknologi. Berdasarkan hasil
penelitian menujukan bahwa total penerimaan yang diperoleh dari seluruh responden yang
menggunakan teknologi budidaya jagung sebesar Rp. 546,500,000,- dengan rata rata per hektar
sebesar Rp. 15,614,286,- dan responden yang tidak menngunakan teknologi budidaya jagung
sebesar Rp. 334,500,000,- dengan rata-rata per hektar sebesar Rp. 11, 946,429,-.

M.Y Leo & R. Anindita / Agrimor 7 (1) 18-22 19


Agrimor 7(1) 18-22
Jurnal Agribisnis Lahan Kering - 2022
International Standard of Serial Number 2502-1710

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan untuk proses produksi dengan demikian total pendapatan dari responden yang
mengunakan teknologi sebesar Rp. 425,984,000,- dengan rata rata per hektar sebesar Rp.
12,170.971,- dan pendapatan dari responden yang tidak mengunakan teknologi sebesar Rp.
249.630.000,- dengan rata rata per hektar sebesar Rp. 8,915,357,-
Dilihat dari analisis R/C rasio untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari usahatani jagung.
Jika R/C > 1, maka usahatani jagung berhasil (untung) dan dapat dilaksanakan, jika R/C = 1,
maka usahatani jagung tidak menguntungkan dan merugikan, R/C < 1, maka usahatani jagung
mengalami kerugian dan tidak dapat dilaksanakan.
Hasil analisis menunjukan bahwa nilai dari R/C usahatani jagung yang menngunakan
teknologi budidaya jagung lebih dari 1, yakni sebesar 4,53 Dan usaha tani jagung yang tidak
menggunakan teknologi sebesar 3,94. Hal ini berarti setiap biaya yang dikeluarkan oleh usaha tani
jagung sebesar RP. 1.000,- dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 4.53,-. Dan usaha tani
jagung yang tidak menggunakan teknologi sebesar 3,94 Hal ini berarti setiap biaya yang
dikeluarkan oleh jagung sebesar RP. 1.000,- dapat menghasilkan penerimaan sebesar 3,79. Hasil
analisis menyatakan bahwa usahatani jagung yang menggunakan teknologi lebih banyak
memberikan penerimaan bagi jika dibandingkan dengan jagung yang tidak menggunakan
teknologi. Hasil ini membutikan bahwa usahatani jagung menggunakan teknologi layak untuk
dilaksanakan.
Usahatani jagung yang mengunakan teknologi dan tidak mengunakan teknologi dan dilihat
dari nilai R/C rasio diketahui bahwa petani jagung yang menggunakan teknologi lebih tinggi
dibandingkan dengan petani jagung yang tidak menggunakan teknologi namun dapat diketahui
bahwa nilai R/C rasio keduamya lebih dari 1 maka disimpulkan keduanya sama-sama
menguntungkan dan dapat memberi kesejahteraan kepada masyarakat. Menurut Thamrin dan
Hutapea (2016) menyimpulkan kedua paket tersebut layak dikembangkan pada lokasi kegiatan
dan agroindustry yang sama dengan tingkat efisinsi (R/C) masing-masing sebesar 3,45 dan 3,00

Pengaruh Sustainable Livelihoot Asset Terhadap Adopsi Teknologi Budidaya Jagung


Pengaruh aset penghidupan terhadap adopsi teknologi budidaya jagung menggunakan
analisis regresi logistik. Dimana variabel dependen merupakan adopsi teknologi budidaya jagung
yang dipengaruhi oleh variabel independen seperti: modal manusia, modal Fisik, modal sosial,
mosal finansial dan modal alam.
Dari hasil analisis pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa secara persial variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu modal manusia, modal fisik, modal sosial
dan modal finansial dengan perolehan nilai p-value sebesar 0,000 lebih besar dari taraf dari 0.01
atau 1% maka HO diterima, yang dapat diartikan bahwa modal sosial, modal fisik, modal finansial
dan modal alam dan mosal manusia berpengaruh signifikan pada taraf 0.1% atau 10% terhadap
adopsi teknologi budidaya jagung.

Tabel. 2 Output Regresi Logistik Adopsi Teknologi Budidaya Jagung


Variabel Koefisien Odds ratio Maginal Effect P>|z|
Pi 𝜋𝑖 Dy/dx
𝐿𝑛 ( ) 1 − 𝜋𝑖
1 − Pi
Modal social 0.986 0.372 0.137 0.017
Modal Fisik 1.986 0,372 0.137 0.022
Modal finansial 1.908 0.148 0.266 0.004
Modal alam 1.145 3.142 0.160 0.023
Modal Manusia 1.134 0.118 0.298 0.001

Log likelihood = -27.165


Prob > chi2 = 0.000
Pseudo R2 = 0.351
Sumber: Data Primer, 2019 (Diolah)

Analisis yang diperoleh dari nilai prob>Chi2 yaitu sebesar 0, 000 yang dapat di artikan
independen modal manusia, modal Fisik, modal sosial, modal finansial dan modal alam
berpengaruh secara simultam terhadap adopsi teknologi budidaya jagung. Untuk melihat tingkat
persentase hubungan antara variabel independen dan variabel dependen menggunakan uji
goodnees of fit. Parameter yang diuji goodness yaitu pseudo. Nilai pseudo sebesar 0, 351 yang

M.Y Leo & R. Anindita / Agrimor 7 (1) 18-22 20


Agrimor 7(1) 18-22
Jurnal Agribisnis Lahan Kering - 2022
International Standard of Serial Number 2502-1710

bahwa variabel independen yang diuji dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 35,1%
sedangkan 64,9% menjelaskan diluar model.
Dari analisis Marginal produk (marginal effects) dari regresi logit untuk mengetahui variabel
apa saja yang berpengaruh terhadap keputusan dalam mengadopsi teknologi budidaya jagung
signifikan posotif terhadap strategi mata pencaharian rumah tangga pertanian.

Modal sosial
Nilai produk marginal dari modal sosial sebesar 0,137 yang berarti bahwa m kontribusi modal
sosial terhadap adopsi teknologi budidaya jagung sebesar 13,7 persen dan secara statistik
menunjukan bahwa koefisian signifikan sehingga perbaikan terhadap modal sosial akan sangat
berpengaruh terhadap peningkatan teknologi budidaya jagung yang dikuasai oleh masyarakat.
Kepercayaan, jaringan komunikasi pada masyarakat semakin baik maka pengetahuan tentang
adopsi teknoogi akan semakin meningkat. Sedangkan yang di simpulkan oleh Bewket, M (2013)
menyatakan bahwa aset modal sosial juga memiliki pengaruh signifikan posotif terhadap strategi
mata pencaharian rumah tangga pertanian.

Modal Fisik
Nilai produk marginal dari modal fisik sebesar 0.137 yang berarti bahwa kontribusi modal fisik
terhadap adopsi teknologi budidaya jagung sebesar 13,7 persen dan secara statistik menunjukan
bahwa koefisian signifikan terhadap adopsi teknologi sehingga perbaikan terhadap modal fisik
akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan teknologi budidaya jagung yang dikuasai oleh
masyarakat. Menurut Edet J et al., (2017) mengatakan bahwa aset fisik merupakan aset yang dapat
membantu dalam proses mata pencaharian rumah tangga.

Modal finansial
Nilai produk marginal dari modal finansial sebesar 0.266 yang berarti bahwa kontribusi modal
finansial terhadap adopsi teknologi budidaya jagung sebesar 26,6 persen dan secara statistik
menunjukan bahwa koefisian signifikan sehingga perbaikan terhadap modal finansial akan sangat
berpengaruh terhadap peningkatan teknologi budidaya jagung yang dikuasai oleh masyarakat.
Semakin banyak aset finansial yang dimiliki oleh masyaratat maka semakin baik penerapan
teknologi budidaya jagung. Lindsey T. (2011) menyatakan bahwa aset finansial memiliki pengaruh
signifikan posotif terhadap strategi mata pencaharian rumah tangga pertanian.

Modal Alam
Nilai produk marginal dari modal alam sebesar 0.160 yang berarti bahwa kontribusi modal alam
terhadap adopsi teknologi budidaya jagung sebesar 16,0 persen dan secara statistik menunjukan
bahwa koefisian signifikan sehingga perbaikan terhadap modal alam akan sangat berpengaruh
terhadap peningkatan teknologi budidaya jagung yang dikuasai oleh masyarakat. Pada penelitian
Edet J et al., (2017) menyimpulkan aset alam memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap
pilihan strategi mata pencaharian rumah tangga petani, yaitu, semakin banyak aset alam dan
dimiliki rumah tangga petani, semakin besar kemungkinan mereka untuk pilih strategi mata
pencaharian yang melibatkan keterlibatan dalam produksi pertanian.

Modal manusia
Nilai produk marginal dari modal manusia sebesar 0.298 yang berarti bahwa apabila modal
manusia dinaikan satu satuan maka kontribusi modal manusia terhadap adopsi teknologi
budidaya jagung sebesar 2,98 persen dan secara statistik menunjukan bahwa koefisian signifikan
sehingga perbaikan terhadap modal manusia akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan
teknologi budidaya jagung yang dikuasai oleh masyarakat. Apabila pendidikan semakin meningkat
maka pemahaman petani tentang adopsi teknologi budidaya jagung semakin baik. Analisis dari
Edet J et al., (2017) menyatakan bahwa untuk meningkatkan modal manusia maka mendorong
anggota rumah tangga yang masih muda untuk berpendidikan.

4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang pengaruh sustainable livelihood asset terhadap adopsi teknologi
budidaya jagung di Desa, Kecamatan kakuluk Mesak dpat disimpulan sebagai berikut:
1. Adopsi teknologi usahatani jagung terhadap produksi dan pendapatan dengan total rata-rata
pendapatan dari responden yang mengunakan teknologi sebesar Rp. 12,170,971,- dan
pendapatan dari responden yang tidak mengunakan teknologi sebesar Rp. 8,915,357. Hasil
analisis menunjukan bahwa nilai dari R/C usahatani jagung yang menngunakan teknologi

M.Y Leo & R. Anindita / Agrimor 7 (1) 18-22 21


Agrimor 7(1) 18-22
Jurnal Agribisnis Lahan Kering - 2022
International Standard of Serial Number 2502-1710

budidaya jagung lebih dari 1, yakni sebesar 4,53. Dan uasaha tani jagung yang tidak
menggunakan teknologi sebesar 3,91 Hal ini berarti setiap biaya yang dikeluarkan oleh jagung
sebesar RP. 1.000,- dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 4.53,-. Dan usaha tani jagung
yang tidak menggunakan teknologi sebesar 3,91 Hal ini berarti setiap biaya yang dikeluarkan
oleh jagung sebesar RP. 1.000,- dapat menghasilkan penerimaan sebesar 3,91.
2. Pengaruh sustainable livelihood asset jagung secara persial berpengaruh signifikan terhadap
adopsi teknologi budidaya jagung yaitu modal manusia, modal fisik, modal sosial dan modal
finansial dengan perolehan nilai p-value sebesar 0,000 lebih besar dari taraf 0.01 atau 1% maka
HO diterima, yang dapat diartikan bahwa modal manusia, modal fisik, modal sosial dan modal
finansial berpengaruh signifikan pada taraf 0.1% atau 10% terhadap adopsi teknologi budidaya
jagung. dan nilai product marginal (marginal effect) dari modal sosial sebesar 0.137, modal fisik
sebesar 0.137, modal finansial sebesar 0.266, modal alam sebesar 0.160 dan modal manusia
sebesar 0.298 yang berarti bahwa kontribusi modal sosial, modal fisik, modal finansial, modal
alam dan mosal manusia akan meningkat dan secara statistik menunjukan bahwa koefisian
signifikan sehingga perbaikan sustainable livelihood asset akan sangat berpengaruh terhadap
peningkatan teknolgi budidaya jagung yang dikuasai oleh masyarakat.

Daftar Pustaka
Anantanyu., & Sapja. (2004). Gambaran Kemiskinan Petani dan alternatif Pemecahannya. Makalah
Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor.
Bewket, M. (2013). Farmers livelihood assets and adoption of sustainable land management
practices in north western highlands of Ethiopia. Vol. 70, No. 2, 284–301,
Chamber, R., & Gordon, C. (1991). Sustainable rural livelihoods: Pactical Concepts for The 21st
Century, IDS Discussion paper 296.
Edet, J., Sunday, B., & Francis E. (2017). Assessment of Sustainable Liverlihood Asset of farming
Households in Akwa Ibom State, Nigeria. Journal Of Sustainable Development. Vol. 10, No. 4;
2017.
Hanley, N. and Splash, C.L. (1993) Cost of Benefit Analysis and the Environment. Edward Elgar
Publishing Ltd., Cheltenham.
Hosmer, D., & Lemeshow, S. (2000). Applied Logistic Regression. Second Edition, Jhon willey &
Sons, New York.
Lindsey, T. (2011). Sustainable Principles: common Values For achieving sustainability. Journal of
Cleaner Production Elsefier. Vol. 19 issue 5, 561-565
Thamrin, T., & Hutapea, Y. (2016). Pengkajian Paket Teknologi Budidaya Jagung Pada Lahan
Kering Masam. Prosiding Seminar Nasional. Palembang.
Wiraatmadja, S. (1977). Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. Cetakan ke 3. Jakarta: Yasagun
Zubachtirodin., Pabbage., dan Subandi. (2017). Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan
Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

M.Y Leo & R. Anindita / Agrimor 7 (1) 18-22 22

You might also like