You are on page 1of 29

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis ketikka

tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi

ini dikenal sebagai “Sillent Killer” karena jarang memiliki gejala yang jelas.

Satu-satunya cara mengetahui apakah seseorang itu memiliki hipertensi adalah

dengan melakukan pengukuran tekanan darah (Anies, 2018).

Menurut (Kemenkes 2023), Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita

semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan

salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal,

diabetes, stroke, (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak

Menular (PPTM) (Kemenkes RI).

Hipertensi atau penyakit darah tinggi bisa disebut kondisi kronis karena

memiliki banyak gejala yang jelas dan faktor risiko komplikasi pada hipertensi

ini sangat tinggi, hipertensi bisa menyebabkan gangguan pada pembuluh darah

yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi terhambat.

2. Faktor Dan Penyebab Hipertensi


Hipertensi sebenarnya tidak memiliki gejala yang terlalu jelas bahkan

terkadang hipertensi juga gejalanya tidaklah terlalu serius. Gejala pada penyakit
16

hipertensi seringkali ada hubungannya dengan tekanan darah tinggi. Gejala ini

mampu bervariasi pada setiap individu, beberapa gejala hipertensi yaitu sakit

kepala yang terkadang juga sakit kepala ini disertai dengan mual dan muntah

akibat meningkatnya tekanan darah intrakranium, vertigo, mudah lelah,

penglihatan kabur, telinga berdengung, hidung berdarah, jantung berdebar

kencang, stress, stroke, dan nokturia adanya peningkatan urinasi karena aliran

darah ginjal dan filtrasi glomerulus mengalami peningkatan. Maka dari itu

untuk mengetahui apakah tubuh mengidap hipertensi maka perlu dilakukan

pemeriksaan medis (Petrie et al., 2018).

Menurut penelitian (Marhabatsar, Dkk 2021) penyebab dari penyakit

hipertensi sebenarnya tidaklah spesifik, namun ada beberapa penyebab yang

mampu memengaruhi terjadinya hipertensi yaitu merokok, kurang berolahraga,

jenis kelamin, asupan garam tinggi, obesitas, alkohol, kafein, usia, pola hidup,

pola makan dan minum dan faktor genetik.

1) Genetik

Faktor genetik berpengaruh pada penurunan penyakit hipertensi, yang

menyebabkan anggota keluarga mampu terikut mengidap hipertensi.

Orang yang memiliki keluarga apalagi keluarga dekat seperti orang tua

yang mempunyai riwayat hipertensi memiliki risiko dua kali lebih besar

untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak memiliki hubungan
17

keluarga yang menderita hipertensi. Hal ini telah dibuktikan oleh

beberapa penelitian bahwa banyak kasus penyakit hipertensi esensial 70-

80% memiliki riwayat keluarga yang mengidap penyakit hipertensi juga

(Marhabatsar, Dkk 2021).

2) Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin yang memengaruhi hipertensi ini sebenarnya ada

hubungannya dengan keadaan psikologis setiap gender, namun banyak

penelitian mengungkapkan bahwa jenis kelamin perempuan yang paling

banyak menderita hipertensi, akan tetapi tidak menutup kemungkinan

hipertensi juga mampu menyerang kaum laki-laki. Kaum perempuan

banyak terkena hipertensi dikarenakan ada hubungannya dengan

menopause. Sebelum memasuki masa menopouse, perempuan akan

mengalami kehilangan hormon estrogen sedikit demi sedikit. Kehilangan

hormon ini menandakan bahwa perempuan sudah dalam usia tua, selain

itu perubahan hormonal inilah sebagai pemicu kenaikan berat badan dan

tekanan darah menjadi lebih reaktif. Maka dari itu dikatakanlah

menopouse itu berpengaruh pada hipertensi. Selain itu juga perempuan

sering kali memiliki perilaku buruk jika mengalami stres, seperti

merokok, depresi, hingga mengonsumsi alkohol dan mengonsumsi

makanan dan minuman yang tidak sehat. Hal itu semua merupakan
18

pemicu dari hipertensi, sedangkan pada kaum pria juga bisa memiliki

presentasi tinggi dalam penyakit hipertensi. Hal itu disebabkan laki-laki

lebih banyak melakukan pekerjaan luar yang memicu terjadinya stres dan

tekanan darah tinggi sehingga terkena hipertensi (Marhabatsar, Dkk

2021).

3) Usia

Usia merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi. Pada saat umur

meningkat maka akan ada perubahan pada fisiologi tubuh. Pada saat usia

lanjut resistensi perifer dan aktivitas simpatik mengalami peningkatan.

Kemudian pada saat usia lanjut aktivitas jantung pun akan terpengaruh,

pembuluh darah dan hormon pun akan berpengaruh. Keadaan usia lanjut

akan membuat beberapa kinerja dari beberapa organ tubuh berubah.

Arteri pada jantung akan kehilangan elastisitasnya yang membuat

pembuluh darah menjadi kaku dan menyempit. Pada usia lanjut,

sensitifitas pengatur tekanan darah yaitu refleks baroreseptor mulai

berkurang (Marhabatsar, Dkk 2021).

4) Obesitas

Obesitas sangat memengaruhi perubahan fisiologis tubuh. Kelebihan

berat badan merupakan pemicu dari tekanan darah yang memicu

hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi darah pada orang yang obesitas
19

akan memiliki hipertensi yang tinggi. Apabila kelebihan berat badan

jantung akan memompa darah dalam sirkulasi volume darah lebih tinggi

sehingga tekanan darah meningkat dan akan mengalami hipertensi. Selain

itu obesitas membuat insulin plasma meningkat, yang dimana natriuretik

potensial menyebabkan reabsopsi natrium sebagai salah satu penyebab

hipertensi (Marhabatsar, Dkk 2021).

5) Kurang Olah Raga

Olahraga merupakan kegiatan yang sangat baik untuk mendapatkan hidup

yang sehat. Kurangnya olahraga akan memicu banyak terjadinya penyakit

dan perubahan fisiologis pada tubuh. Apabila tubuh jarang berolahraga

maka tubuh mengalami kurang aktivitas atau kurang pergerakan.

Makanan-makanan yang dikonsumsi akan menumpuk pada tubuh, apalagi

jika makanan tersebut kurang gizi mengandung lemak yang tinggi. Hal ini

bisa memicu kolestrol tinggi dan kegemuka yang membuat peningkatan

tekanan darah yang akan membuat terjadinya hipertensi. Orang yang

jarang berolahraga biasanya memiliki detak jantung yang lebih cepat dan

otot jantungnya lebih berkontraksi keras dikarenakan jarangnya

berolahraga, sehingga ketika tiba-tiba melakukan aktivitas berat maka

jantungnya akan kaget bekerja dengan keras, hal inilah yang memicu

hipertensi terjadi (Marhabatsar, Dkk 2021).


20

6) Merokok

Rokok mengandung zat racun yang berbahaya bagi tubuh,

karbonmonoksida yang ada pada asap rokok sangat berbahaya bagi tubuh.

Karbonmonoksida akan masuk ke aliran darah yang menyebabkan

tekanan darah meningkat, sehingga membuat jantung terpaksa memompa

cepat untuk memasukkan oksigen yang cukup pada tubuh. Selain itu zat-

zat berbahaya rokok mampu membuat terjadinya penggumpalan darah,

sehingga membuat aliran darah tidak lancar dan tersumbat yang membuat

terjadinya hipertensi (Marhabatsar, Dkk 2021).

7) Natrium

Natrium yang berlebih pada tubuh akan membuat diameter arteri

mengecil, yang menyebabkan jantung harus memompa lebih keras untuk

mendorong volume darah melalui ruang yang makin sempit. Hal ini

mampu memicu tekanan darah semakin meningkat sehingga terjadi

hipertensi (Fitri et al., 2018).

3. Klasifikasi Hipertensi
Seseorang dapat didiagnosis mengalami hipertensi berdasarkan pada

pengukuran tekanan darah minimal dua kali atau lebih pada kunjungan minimal

dua kali atau lebih. Berdasarkan Join National Comunitte 8 (JNC 8), Klasifikasi
21

tekanan darah terbagi menjadi normal, Prehipertensi, Hipertensi Tahap 1 Dan

Hipertensi Tahap 2 (Riza, 2018).


Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VIII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol


Darah (mmHg) (mmHg)
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi Ringan)
Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi Sedang)
Stadium 3 180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi Berat)
Stadium 4 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(Hipertensi Maligna)

Sumber : (Riza,2018)

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebab dibagi menjadi 2 yaitu

hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan

hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Lebih dari 90% penderita

hipertensi merupakan hipertensi primer. Hipertensi jenis ini dimungkinkan

akibat dari genetic seseorang. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan

hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain yang mendasarinya seperti

penyakit ginjal, tumor adrenal, penyakit thyroid Beberapa bukti penelitian


22

Yenny Kandarini menunjukkan bahwa pengobatan tekanan darah >160/100

mmHg dapat menurunkan kejadian stroke, infrak jantung, gagal jantung dan

kematian (Musakkar & Dfajar Tanwir, 2020).

4. Etiologi
Berdasarkan etiologi hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi

primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi

dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Penyebab

sekunder hipertensi tersebut adalah penyakit renovaskuler, aldosteronism,

pheochromocytoma, gagal ginjal dan penyakit lainnya (Naim.,Sulastri.dkk

2019).

Tekanan darah tinggi menurut etiologinya disebabkan oleh peningkatan

curah jantung dan atau peningkatan resistensi perifer. Faktor pemicu

hipertensi disebabkan berbagai faktor walaupun 90% penyebabnya tidak

diketahui atau dikenal dengan istilah hipertensi primer atau hipertensi

essensial (Silvia Nurvita, 2022)

Hipertensi dibagi menjadi primer dan sekunder, prevelensi hipertensi

sekunder hanya 5-8% dari seluruh penderita hipertensi :

a. Hipertensi sekunder

Hipertensi Sekunder ialah hipertensi yang disebabkan akibat dari

adanya penyakit lain. Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5%

dari seluruh kasus tekanan darah tinggi. Beberapa hal menjadi


23

penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal,

kelainan hormonal, obat-obatan (Pratamwijaya, 2019)

b. Hipertensi Primer (Essensial)

Hipertensi Primer adalah hipertensi yang belum diketahui

penyebabnya walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya

hidup seperti obesitas, alcohol,merokok,kurang bergerak (inaktivitas)

dan pola makan. Tipe ini terjadi pada Sebagian besar kasus tekanan

darah tinggi, sekitar 95%. Hipertensi primer biasanya timbul pada

usia dewasa (Pratamwijaya, 2019).

5. Patofisiologi
Berbagai literatur diatas menunjukkan besarnya kemungkinan

kekambuhan hipertensi yaitu Peningkatan tekanan darah yang terjadi pada

hipertensi tidak berbeda baik wanita maupun pria. Namun selain faktor

biologis tubuh juga terdapat pengaruh lain yaitu paparan stress maupun

hormonal pada menopause, kehamilan serta obesitas, Selain itu, aspek lain

yang menjadi pertimbangan kekambuhan tidak terjadi sebagai akibat stress

karena beban kerja yang tidak tidak terlalu berat. Kemampuan mengenal

faktor pencetus merupakan suatu langkah yang baik dalam mencegah

kekambuhan.Namun terdapat faktor lain yang belum di gali lebih dalam

pada penelitian ini,yaitu kesadaran penderita wanita tersebut akan diagnosis

hipertensi yang diderita serta kepatuhan mereka dalam terapi.Telaah dari


24

rekam medik dari setiap responden, didapatkan bahwa waktu kontrol dan

terapi penderita hipertensi (Kapadia, Esteria, 2019).

6. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu :

penatalaksanaan farmakologi dan penatalaksanaan non farmakologi. Pada

penelitian ini membahas mengenai penatalaksanaan farmakologi dengan

memberikan obat antihipertensi. Tujuan penatalaksanaan farmakologi pada

penderita hipertensi yaitu untuk membantu pasien dalam mengendalikan

tekanan darah (Hastuti, 2019).

a. Terapi Farmakologi
Menurut (Kelvin Anjasmara , 2022) Terapi farmakologis yaitu

dengan mengonsumsi obat antihipertensi yang dianjurkan yang

bertujuan agar tekanan darah pada penderita hipertensi tetap

terkontrol dan mencegah komplikasi. Jenis obat antihipertensi yang

sering digunakan adalah sebagai berikut :

1) Diuretika

Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing,

mempertinggi pengeluaran garam (Nacl). Obat yang sering

digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga

dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika


25

yanghemat kalium. Obat yang banyak beredar adalah

Spironolactone, HTC, Chlortalidone dan Indopanide.

2) Golongan Obat (Beta-blocker)

Mekanisme kerja obat obat ini adalah melalui penurunan laju

nadi dan daya pompa jantung, sehingga mengurangi daya dan

frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian tekanan darah

akan menurun dan daya hipotensinya baik. Obat yang termasuk

jenis Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dan

sebagainya.

3) Golongan Penghambat ACE dan ARB

Golongan penghambat angiotensin converting enzyme (ACE)

dan angiotensin receptor blocker (ARB) penghambat

angiotensin enzyme (ACE inhibitor/ACE I) menghambat kerka

ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II

(vasokontriktor) terganggu. Sedangkan angiotensin receptor

blocker (ARB) menghalangi ikatan zat angiotensin II pada

reseptornya. Baik ACEI maupun ARB mempunyai efek

vasodilatasi, sehingga meringankan beban jantung. Yang

termasuk obat jenis penghambat ACE adalah Captopril dan

enalapril.
26

4) Calcium Channel Blockers (CCB)

Calcium channel blocker (CCB) adalah menghambat masuknya

kalsium ke dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga

menyebabkan dilatasi arteri coroner dan juga arteriperifer.

Yang termasuk jenis obat ini adalah Nifedipine Long Acting,

dan Amlodipin

5) Golongan anti hipertensilain

Penggunaan penyekat reseptor alfa perifer adalah obat- obatan

yang bekerja sentral, dan obat golongan vasodilator pada

populasi lanjut usia sangat terbatas, karena efek samping yang

signifikan. Obat yang termasuk Alfa perifer adalah Prazosin

dan Terazosin

Prinsip pemberian obat antihipertensi: Pemilihan atau

kombinasi obat yang cocok bergantung pada keparahan

penderita hipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat

antihipertensi yaitu :

a) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan

pengobatan penyebabnya

b) Pengobatan hipertensi ensesial ditujukan untuk

menurunkan tekanan darah dengan harapan


27

memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya

komplikasi

c) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan

menggunakan obat anti hipertensi

d) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang,

bahkan pengobatan seumur hidup

e) Jika tekanan darah terkontrol maka pemberian obat

antihipertensi di Puskesmas dapat diberikan di saat control

dengan catatan obat yang diberikan untuk pemakaian

selama 30 hari bila tanpa keluhan

f) Untuk penderita hipertensi yang baru di diagnosa

(kunjungan pertama) maka diperlukan control ulang

disarankan 4 kali dalam sebulan atau seminggu sekali,

apabila tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik.

g) >100 mmHg sebaiknya diberikan terapi kombinasi setelah

kunjungan kedua (selama dua minggu) tekanan darah tidak

dapat dikontrol.

b. Terapi Nonfarmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan

karena penggunaan obat-obatan bisa memberikan efek keterbatasan.

1) Terapi Relaksasi Nafas Dalam


28

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk

asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan

kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas

lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat

menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam

juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah. 

2) Terapi Pemijatan

Terapi pijat adalah teknik penyembuhan yang diterapkan

dalam bentuk sentuhan langsung dengan tubuh penderita

untuk menghasilkan relaksasi. Terapi pijat merupakan salah

satu terapi komplementer dengan melakukan penekanan pada

titik tubuh menggunakan tangan atau benda lain seperti kayu.

(Musiana, dkk, 2015).

3) Pengaturan Posisi

Posisi pertama yang direkomendasikan ketika tekanan darah

sedang tinggi adalah miring ke kiri. Tidur dengan posisi

tubuh miring ke kiri akan membantu menurunkan tekanan


29

pada pembuluh darah. Selain itu posisi ini juga efektif

membantu mengembalikan darah menuju jantung

4) Terapi Musik

Terapi musik merupakan salah satu terapi non-farmakologis

yang berdampak pada penurunan tekanan darah. Dengan

stimulasi beberapa irama yang didengar, musik dapat

menurunkan kadar kortisol yaitu hormon stres yang

berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi, serta

memperbaiki fungsi lapisan dalam pembuluh darah yang

menyebabkan pembuluh darah dapat meregang sebesar 30%

(Supriadi, Hutabarat,. 2015). Ada beragam terapi musik yang

diberikan kepada pasien hipertensi, diantaranya musik klasik,

jenis musik pilihan pasien, musik tradisional, musik

instrumental, musik dominan frekuensi sedang, musik

kognitif, tempo musik dan musik klasik India. Dengan

bervariasinya jenis musik yang digunakan, diperlukan

investigasi untuk mengetahui bagaimana efektifitas dari

masing-masing terapi musik tersebut. Hal inilah yang

melatarbelakangi penulis untuk melakukan tinjauan pustaka


30

tentang terapi musik terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi (Betriana, Kartika, dkk 2019).

7. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu dari penyakit kardiovaskular tidak

menular yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistol

melebihi 140 mmHg dan diastol melebihi 90 mmHg (DiGiulio, Jackson &

Keogh, 2018). Menurut American Heart Association (2018), peningkatan

tekanan darah yang melebihi batas normal disebabkan oleh dorongan

yang terlalu tinggi pada dinding pembuluh darah arteri. Hipertensi

menyebabkan sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45% dari jantung

coroner.

Resiko hipertensi akan mengalami peningkatan seiring bertambahnya

usia seseorang. Hipertensi menjadi sangat berbahaya ketika penderita tidak

mengontrolnya karena jika terjadi dalam waktu yang lama akan dapat

menimbulkan terjadinya komplikasi penyakit seperti dapat menimbulkan

penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal maupun gangguan penglihatan

(Anshari, 2020).

Penyakit hipertensi dipandang sebagai salah satu faktor risiko

terjadinya stroke, terlebih lagi jika penderita dalam kondisi stress pada

tingkat yang tinggi. Seseorang yang menderita penyakit hipertensi akan

mengalami aneurisma yang disertai disfungsi endotelial pada jaringan


31

pembuluh darahnya. Apabila gangguan yang terjadi pada pembuluh darah

ini berlangsung terus dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan

terjadinya stroke, Ini berarti bahwa status hipertensi seseorang menentukan

seberapa besar potensi untuk terjadinya stroke, mereka yang tidak menderita

hipertensi akan sangat kecil resikonya untuk mengalami stroke. (Ningsih &

Melinda, 2019).

B. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah orang yang secara terus menerus sering tinggal bersama,

seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki, dan saudara perempuan dan

bahkan pembantu rumah tangga. Keluarga yang terdiri hanya ayah, ibu dan anak

di dalam masyarakat disebut dengan keluarga batih. Soekanto (2009: 22)

menyatakan bahwa sebagai unit pergaulan hidup terkecil dalam masyarakat,

kelurga batih mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu:

1) Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang

menjadi anggota, ketentraman dan ketentraman diperoleh dalam wadah

tersebut

2) Keluarga batih merupakan unit social-ekonomis yang secara materil

memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya


32

3) Keluarga batih menumbuhkan dasar- dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan

hidup; dan

4) Keluarga batih merupakan wadah di mana manusia mengalami proses

sosialisasi awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan

mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

2. Bentuk Dukungan Keluarga


Menurut (Suparyanto, 2017) Membagi bentuk dan fungsi dukungan keluarga

menjadi 4 dimensi, yaitu :

1) Dukungan Emosional

Dukungan Emosional merupakan keluarga sebagai tempat yang aman dann

damai untuk beristirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan

yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,

ekspresi, empati, perhatian, pemberi semangat, kehangatan pribadi, cinta,

dan bantuan emosional. Dengan semua dari tingkah laku mendorong rasa

nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa seseorang dipuji,

dihormati, dicintai, dan bahwa oranglain bersedia untuk memberikan

perhatian.

2) Dukungan Instrumental

Dukungan Instrumental merupakan dukungan yang dapat diterima oleh

anggota keluarga yang sakit melibatkan penyediaan sarana untuk


33

mempermudah perilaku membantu pasien yang mencakup bantuan langsung

biasanya berupa bentuk-bentuk kongkrit yaitu berupa uang, peluang waktu,

dan lain-lain. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu

dapat memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.

3) Dukungan Informasional

Dukungan Informasioanl merupakan keluarga berfungsi sebagai pemberi

informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,

informasi yang dapat digunakan dalam mengungkapkan suatu masalah.

Aspek-aspek dalam dukungan keluarga ini adalah menasehati, usulan,

memberi petunjuk, serta pemberi informasi.

4) Dukungan Penghargaan Atau Penilaian

Dukungan Penghargaan atau Penialaian adalah keluarga bertindak

membimbing dan menengahi pemecahan masalah diantara keluarganya,

dengan memberikan support, penghargaan dan penialaian.

3. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga adalah suatu proses yang terjadi sepanjang masa dalam

kehidupan, sifat, dan jenis kehidupan. Dukungan keluarga berpengaruh dalam

Kesehatan anggota keluarga. Seseorang yang mendapatkan dukungan keluarga

yang baik akan menjadikan individu lebih sehat (Friedman, Bowen, Joness,

2014).
34

C. Kekambuhan

1. Definisi Kekambuhan

Kekambuhan merupakan keadaan pasien hipertensi dimana muncul gejala

yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan pasien hipertensi harus di

rawat kembali. Faktor-faktor yang menyebabkan kekambuhan penyakit

hipertensi terdiri dari faktor yang tidak bisa diubah seperti usia dan jenis

kelamin serta faktor yang bisa diubah seperti kepatuhan minum obat, konsumsi

garam, kebiasaan merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres dan sebagainya

(Kemenkes, 2019).

Kekambuhan merupakan peristiwa timbulnya Kembali gejala-gejala

sebelumnya sesudah memperoleh kemajuan. Sikap pencegahan kekambuhan

hipertensi bisa dilakukan dengan mempertahankan berat bada, mengurangi

makanan dengan tinggi garam, makanan yang berlemak, makanan yang tinggi

serat dan melakukan aktifitas oleharaga (Zaini, 2015). Kekambuhan hipertensi

dimaknai sebagai timbulnya gejala meningkatnya tekanan darah sebesar 150/90

mmHg. Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa Sebagian besar responden

memiliki kecenderungan kekambuhan hipertensi antara lain seperti Riwayat

penyakit dan perilaku hidup sehat pasien hipertensi. Hal ini telah dikemukakan
35

oleh (Muhlisin, Laksono 2014), yang mengemukakan bahwa kekambuhan

penyakit hipertensi atau peningkatan darah kembali disebabkan oleh beberapa

hal seperti pasien tidak terkontrol secara teratur , tidak menjalankan pola hidup

sehat, olahraga, berhenti merokok, mengurangi allcohol atau kafein, serta

mengurangi stress, terutama tidak mendapat dukungan dari keluarganya sendiri.

2. Faktor Kekambuhan
Kekambuhan hipertensi atau peningkatan darah kembali dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu tidak kontrol tekanan darah secara teratur, tidak

menjalankan pola hidup yang sehat, seperti olahraga, diet yang tepat, berhenti

merokok, minum alkohol, kafein, dan mengurangi stres. Anjuran yang paling

sulit dilakukan adalah hidup tanpa stres. Stress merupakan keadaan yang tidak

menyenangkan karena individu melihat adanya tuntutan dalam suatu keadaan

yang menjadi beban atau tuntutan tersebut diluar batas kemampuan individu

untuk memenuhinya (Widyastuti, 2014).

Beberapa faktor-faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi diantaranya

diantaranya faktor (umur/usia, jenis kelamin), obesitas dari obat-obatan (steroid,

obat penghilang rasa sakit), dan karaketeristik komorbiditas (Naseem et al.,

2017) sebagai berikut :

1. Kegemukan

Kelebihan berat badan meningkatkan risiko seseorang terserang

Kembali penyakit hipertensi.


36

2. Kebiasaan Merokok

Nikotin dalam tembakau adalah salah satu penyebab meningkatnya

tekanan darah pada setelah hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain

dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat

kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah.

3. Pola Makan

Pola Makan yang tidak sehat tentunya dapat memicu kekambuhanya

Kembali tekanan darah pada seseorang, seperti mengkonsumi garam

yang berlebihan, makanan berlemak tinggi dan kurang berolahraga serta

mengkonsumsi alcohol dan merokok.

4. Stress

Stress pada pasien hipertensi yaitu kondisi atau gangguan yang tidak

menyenangkan terjadi pada seluruh tubuh yang dapat memengaruhi

kehidupan.

3. Upaya Pencegahan Kekambuhan Hipertensi


1. Diet Hipertensi

Diet hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi kekambuhan

hipertensi tanpa efek samping yang serius karena metode pengendaliannya


37

lebih alami yang bertujuan untuk membantu menurunkan tekanan darah

tinggi menuju tekanan darah normal (Sustrani, 2011).

2. Mengatasi Obesitas

Hubungan era tantara obesitas dengan hipertensi telah banyak dilaporkan.

Salah satu upaya untuk menurunkan berat badan sehingga mencapai IMT

normal 18,5-22,9 kg/m, lingkar pinggang <90 cm untuk laki-laki , <80 cm

untuk perempuan.

3. Melakukan Olahraga Secara Teratur

Olahraga yang baik untuk menurunkan tekanan darah seperti senam aerobic

seperti berjalan, bersepeda, berenang dan berlari. Untuk menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi, senam dilakukan selama 30 menit

setiap hari, seperti melakukan senam yoga, jalan santai, berenang. Olahraga

secara rutin dan konsisten dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg

dan tekanan darah diastolik 2,5 mmHg. Berbagai cara relaksasi seperti

meditasi, yoga dapat mengontrol system saraf sehinggi dapat menurunkan

tekanan darah.

4. Berhenti Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi,

sebab rokok mengandung nikotin, menghisap rokok menyebabkan nikotin


38

terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan

diedarkan hingga ke otak. Karbon monoksida dalam asap rokok akan

menggantikan ikatan oksigen dalam darah, hal tersebut mengakibatkan tekanan

darah mengikat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukan oksigen

yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainya.

5. Rutin Periksa Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah harus selalu dilakukan secara rutin bagi penderita

hipertensi atau orang dengan Riwayat keluarga hipertensi untuk lebih waspada.

Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan sebulan sekali atau

pemeriksaan sewaktu-waktu jika terjadi gejala seperti pusing dan gejala lainya.

Hasil tes tersebut tentutnya dapat menjadi dasar dan panduan dalam mengatur

pola makan dan gaya hidup.

6. Pemeriksaan Penunjang

1. Hemoglobin, Hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (viskositas)

dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,

anemia.

2. BUN
39

Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi

(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh

peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).

3. Kalium Serum

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)

atau menjadi efek samping terapi diuretik.

4. Kalsium Serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

5. Kolesterol dan trigliserid serum

Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya

pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

6. Pemeriksaan tiroid

Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

7. Kadar aldosteron urin/serum

Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )

8. Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya

diabetes.
40

9. Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

10. Steroid urin

Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.

11. IVP

Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,

batu ginjal / ureter

12. Foto dada

Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung

13. CT scan

Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

14. EKG

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan

konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit

jantung hipertensi.

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir adalah sebuah model atau gambaran yang berupa konsep

yang didalamnya menjelaskan tentang hubungan antara variabel yang satu dengan

variabel yang lainnya (Hardani et al, 2020).


41

Menurut (Nurhaedar, 2018) hipertensi atau penyakit darah tinggi yaitu suatu

gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi

yang dibawa oleh pembuluh darah menjadi terhambat sampai ke jaringan tubuh

yang membutuhkan. Hipertensi dinyatakan jika tekanan darahnya 150/90 mmHg

atau lebih. Seiring beertambahnya usia sering terjadi mengalami kekambuhan

hipertensi pada usia dewasa hingga lansia, banyak juga faktor yang mempengaruhi

kekambuhan hipertensi seperti gaya hidup dan juga faktor dukungan keluarga.

Dukungan keluarga akan membantu meningkatkan pengetahuan tentang

hipertensi dan memberikan motivasi. Pasien yang memiliki dukungan dari keluarga

mereka menunjukkan perbaikan perawatan dari pada yang tidak mendapat

dukungan dari keluarga. Maka dari uraian diatas sebagian besar pasien dengan

kekambuhan hipertensi masih banyak yang mengalami kekambuhan dengan gejala

sakit kepala, pusing, badan terasa lemas, tidak bisa beraktifitas, hingga tekanan

darahnya 150/90 mmHg dan tidak mendapat dukungan keluarga dengan baik.

Berikut kerangka pemikiran dari Hubungan antara variabel Dukungan Keluarga

dengan Terjadinya Keambuhan Pada Hipertensi Hipertensi

Menurut (Kemenkes, 2019) kekambuhan merupakan keadaan tekanan darah

pasien di atas 140/90 mmHg, dimana pasien hipertensi mengalami gejala yang

sama seperti merasakan sakit kepala, pusing, mudah lelah dan lemas, rasa sakit

ditengkuk, sakit dada. Faktor kekambuhan pada hipertensi dibagi menjadi 2 jenis
42

yaitu faktor yang tidak bisa di ubah seperti usia, jenis kelamin dan faktor yang bisa

di ubah seperti kepatuhan minum obat, konsumsi garam, pola makan, kebiasaan

merokok, stress dan kurangnya aktifitas fisik.

Bagan 1.1 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pada


Penderita Hipertensi Di Kelurahan Nyomplong Wilayah Kerja
Puskesmas Pabuaran Kota Sukabumi

Dukungan Keluarga Kekambuhan Hipertensi

Keterangan :

: Faktor Yang Diteliti

: Ada Hubungan
E. Hipotesis
Hipotesis Dalam penelitian ini yaitu suatu pernyataan yang masih lemah yang

membutuhkan pembuktian untuk menegaskan suatu hipotesis dapat diterima atau

ditolak, dengan kata lain hipotetsis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan

yang diharapkan anatara dua variable atau lebih yang dapat diuji secara empiris.

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari sebuah

penelitian (Hidayat, 2017).


43

Adapun dalam penelitian ini adalah Terdapat Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Kekambuhan Pada Penderita Hipertensi Di Kelurahan Nyomplong

Wilayah Kerja Puskesmas Pabuaran Kota Sukabumi.

Rumusan Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pada

Penderita Hipertensi Di Kelurahan Nyomplong Wilayah Kerja Puskesmas

Pabuaran Kota Sukabumi

H1 : Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pada Penderita

Hipertensi Di Kelurahan Nyomplong Wilayah Kerja Puskesmas Pabuaran Kota

Sukabumi

You might also like