Professional Documents
Culture Documents
Kesimpulan Jurnal
Kesimpulan Jurnal
Ajithram, A., Japper, J. T. W. dan Brintha, N.C. 2020. Water hyacinth (Eichhornia
crassipes) natural composite extraction methods and properties – A review. Materials
Today: Proceedings. pp. 1626-1632.
a. Kalimat yang dicantumkan dalam proposal
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan gulma yang memiliki pertumbuhan sangat
cepat dan sulit dikendalikan sehingga jumlahnya sangat berlimpah dan mengakibatkan
berkurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air serta menyebabkan perairan menjadi
dangkal
b. Informasi penting lainnya
Eceng gondok menghabiskan lebih banyak oksigen dan nutrisi di badan air. Inilah
penyebab utama mengapa tumbuhan dan hewan lain mati karena eceng gondok ini.
Tanaman ini memiliki sifat hidrofilik. Jadi, mereka menyerap kandungan air hingga 70
persen.
Tumbuhan ini mengubah pH dan tingkat salinitas air sekaligus akan menciptakan
ketidakseimbangan dan memodifikasi sifat fisik dan kimia dari seluruh sistem badan air.
Tanaman eceng gondok ini mengandung 20 persen selulosa, 48 persen kandungan
hemiselulosa dan 3,5 persen kandungan lignin.
Tanaman ini biasanya menurunkan konduktivitas, larut oksigen, TDS, tingkat salinitas air.
Ali A. and Shahid, M.A., 2019. Polyvinyl alcohol (PVA)–Azadirachta indica (Neem)
nanofibrous mat for biomedical application: formation and characterization. Journal of
Polymers and the Environment. 27, pp.2933- 2942.
a. Kalimat yang dicantumkan dalam proposal
Uji antibakteri menggunakan Agar Disc Diffusion (ADT)
b. Informasi penting lainnya
Uji Antibakteri
Aktivitas antibakteri dari matras nanofibrosa elektrospun dipelajari dengan menggunakan
metode difusi cakram terhadap Staphylococcus aureus (S. aureus) dan zona penghambatan
diukur karena pengaruh yang menonjol dari S. aureus terhadap infeksi luka pada kulit. Uji
difusi cakram kualitatif menggunakan unit pembentuk koloni (CFU) dari S. aureus dibiakkan
pada lempeng Nutrient Broth (NB) agar. Kemudian, satu koloni dipindahkan melalui satu
putaran ke tabung yang berisi 9 mL TSB dan dibuat campuran yang homogen dengan
menggunakan shaker. Selanjutnya kaldu yang telah diinokulasi diinkubasi dalam inkubator
shaker pada suhu 45°C selama 2 jam untuk mencocokkan 0,5 standar MacFarland. Kemudian
kapas steril dicelupkan ke dalam kultur kaldu dan digoreskan secara merata pada lempeng
MHA berulang kali. Setelah 30 menit, sampel bersama dengan kontrol positif cakram
antibiotik amoksisilin dipindahkan langsung ke pelat sensitivitas dengan bantuan forsep steril
dan pelat diinkubasi pada suhu 37° C selama 24 jam. Setiap sampel untuk penelitian ini
diinkubasi dengan membuat pelet pada alas berserat nano dari cakram berdiameter 7 mm.
Buttt, ini kurang relate sebenarnya, jadi baru cari jurnal lagi untuk uji antibakteri yang ada
dalam rongga mulut
Anugraini, A., Syahbanu, I. dan Melati, H.A. 2018. Pengaruh waktu sonikasi terhadap
karakteristik selulosa asetat hasil sintesis dari sabut pinang. Jurnal Kimia Khatulistiwa.
7 (3):19-20
a. Kalimat yang dicantumkan dalam proposal (ini agak bedaki, kurang satu
jurnalnya)
Selulosa adalah polimer yang memiliki rantai panjang dan merupakan senyawa
polisakarida yang banyak terdapat di alam
Selulosa asetat (SA) merupakan ester organik selulosa yang berupa padatan putih, tidak
berbau dan tidak berasa serta merupakan ester yang paling penting yang berasal dari asam
organik
Sonikasi adalah suatu metode modifikasi material dengan memanfaatkan gelombang
ultrasonik. Penggunaan sonikasi dapat menyebabkan perubahan massa molekul rata-rata
viskositas (Mv) dengan adanya degradasi viskositas akibat pemberian gelombang
ultrasonik.
Pengaruh sonikasi menyebabkan penurunan berat molekul dengan semakin lamanya
pemberian gelombang ultrasonik
Sebanyak 10 gram selulosa dimasukkan ke dalam 250 mL asam asetat glasial, kemudian
dipanaskan sambil diaduk pada suhu 35oC selama 45 menit.
Setelah itu ditambahkan 24 mL asam asetat glasial dan 0,1 mL H2SO4 dengan suhu 35oC
selama 1 jam.
Setelah itu campuran didinginkan sampai suhu 20oC, kemudian ditambahkan 54 mL
anhidrida asetat secara perlahan-lahan dan 0,6 mL H2SO4.
Dilakukan pengadukan pada suhu 60oC selama 3 jam.
Campuran didinginkan dan disaring.
Filtrat dalam 6 erlenmeyer masing-masing sebanyak 40 mL.
Setelah itu disonikasi dengan menggunakan prosesor ultrasonik dengan frekuensi 42 kHz
dan berdaya 30Watt dengan lama waktu sonikasi mulai dari (0, 15, 30, 60, 90 dan 120)
menit.
Larutan ditambahkan akuades sampai terbentuk endapan.
Kemudian disaring endapannya dan filtrat ditambahkan akuades sampai tidak terbentuk
endapan lagi.
Larutan disaring kembali dan ampasnya dicuci sampai pH filtrat menjadi netral.
Sampel dikeringkan pada suhu 60oC selama 24 jam
Proses asetilasi memberikan pengaruh yang sangat kuat sehingga menyebabkan
perubahan struktur menjadi amorf. Nedjma et al. (2013) menjelaskan bahwa selulosa
memiliki ikatan hidrogen pada gugus hidroksil inter molekuler sehingga struktur selulosa
bersifat kristalin. Proses asetilasi pada selulosa menyebabkan ikatan hidrogennya putus
sehingga sisi kristalinnya berkurang yang menyebabkan selulosa asetat bersifat amorf