Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Produk deterjen saat ini sudah digunakan surfaktan, builder, pH, buffer, dan zat adiktif
oleh hampir semua penduduk untuk berbagai lainnya (Yangzin, 2008). Surfaktan merupakan
keperluan seperti mencuci pakaian dan komposisi paling penting pada laundri dan
perabotan serta sebagai bahan pembersih produk pembersih rumah tangga, mencakup
lainnya. Salah satu usaha yang berkembang 15% sampai 40% dari total formulasi detergen
pesat saat ini, yang banyak menggunakan (Yangxin, 2008). Surfaktan yang baik untuk
deterjen adalah usaha laundri (Golib, 1984). pembersihan adalah surfaktan anionik. Beberapa
Larutan detergen adalah larutan pencuci yang surfaktan anionik dibuat dan dikembangkan,
harus mempunyai formulasi yang terdiri dari
43
Chem Info
salah satunya adalah natrium dodesil sulfat dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL dan
(SDS). ditambahkan aseton hingga tanda batas. Labu
Detergensi optimal umumnya ditutup dan dikocok selama 5 menit hingga
ditunjukkan oleh surfaktan rantai lurus tercampur.
terpanjang larut dalam air dan tidak mengendap
oleh kation polivalen. Karena kesadahan air Pembuatan Substrat
meningkat, detergensi optimal bila hidrofob
mempunyai rantai yang lebih pendek (Rosen, Kain katun putih dipotong-potong
2004). Kelaruan surfaktan ionik dalam air dengan ukuran 10x10 cm, kemudian
optimal pada rantai C12 (Salanger, 2002). dikeringkan dalam oven dengan suhu
0
Natrium Dodesil Sulfat (SDS) dan Natrium pemanasan kira-kira 105 C selama kurang lebih
Dodesilbenzen Sulfonat (SDBS) mempunyai 3 jam hingga dicapai berat kain yang konstan.
alkil yang sama yaitu C12 sehingga memiliki Kain katun dimasukkan dalam desikator + 1
kesamaan sifat, perbedaanya adalah SDS jam. Kain kering kemudian ditimbang dan
mengandung senyawa alifatik dan SDBS dicatat sebagai bobot bersih, yang kemudian
mengandung senyawa aromatik. Nilai kain ini disebut substrat.
konsentrasi kritis misel (c.m.c) SDBS 0,5 g/L
(Savarino, 2010) dan konsentrasi kritis misel Uji Detergensi
(c.m.c) SDS 2,3 g/L (Patist, 1999) memang Uji detergensi dilakukan dengan cara
tidak lebih baik akan tetapi Natrium Dodesil menyiapkan substrat kain katun putih 10x10 cm.
Sulfat (SDS) mudah didapat dipasaran dan SDS Kain katun bersih dikeringkan di dalam oven
0
sangat umum, sebagai garam natrium yang dengan suhu pemanasan kira-kira 105 C
merupakan agen pembusa ditemukan dalam selama 3 jam hingga dicapai berat kain yang
shampo, pasta gigi, dan beberapa deterjen konstan. Kemudian kain dimasukkan desikator 1
(Salanger, 2002). Builder dapat membantu jam. Kain kering ditimbang dan dicatat sebagai
menghilangkan unsur–unsur penyebab bobot kering kain bersih. Kain dimasukkan
kesadahan (kekerasan air), sehingga dalam gelas piala 1L yang berisi kotoran standar
penambahan builder menambah kinerja sambil diaduk -aduk hingga rata selama 30
surfaktan dalam menghilangkan kotoran menit. Setelah kotoran menempel pada kain,
(Yangxin, 2008). kain diangkat dan diangin-anginkan selama
kurang lebih 30 menit. Setelah kain kering, kain
0
METODOLOGI dioven pada suhu 105 C selama 3 jam hingga
diperoleh berat yang konstan. Kain kotor dicuci
Analisis Konsentrasi Kritis Misel dengan menggunakan larutan SDS dan
campuran lainnya selama 30 menit dengan
Penentuan Critical Misel Concentration kecepatan mekanik 4 rpm. Setelah 30 menit kain
(c.m.c) dilakukan dengan menggunakan metode diangkat dan didiamkan selama 30 menit, dan
0
turbidimetri. Untuk menentukan c.m.c surfaktan dioven pada suhu 105 C selama 30 menit. Kain
divariasi konsentrasinya dari 2 – 2,9 g/L, ditimbang dan didapat berat bersihnya.
Kemudian diukur kekeruhanya dengan
turbidimeter dan dibuat grafik turbiditas vs
konsentrasi. Sintesis Natrium Dodesilbenzena Sulfonat
a.Reaksi Alkilasi Friedel-Crafts
Pembuatan Kotoran Standar AlCl3 anhidrat 0,024 mol dan 0,17 mol
benzena sambil diaduk dengan stirer pada suhu
Sebanyak 19,32 g kaolin, 600 mg 0
0-5 C dimasukkan ke dalam labu leher tiga 1 L
feriklorida, 80 mg karbon hitam, 5 g bensin
yang telah dilengkapi dengan pengaduk magnet,
mobil, 10 g lemak sapi ditimbang. Masing- corong penetes dan termometer serta pendingin
masing disuspensikan dengan aseton ke dalam es. Kemudian 0,04 dodesil klorida ditambahkan
gelas piala 25 mL. Larutan kemudian dengan cara penetesan sampai habis dan diaduk
44
Chem Info
45
Chem Info
46
Chem Info
Vol 1, No 1, Hal 43 - 50
, 2013
Grafik 3. Variasi pH
Variasi karboksi metil selulosa pada yang berlebih nilai detergensi menurun. Hal ini
detergensi SDS disebabkan CMC merupakan senyawa polimer
organik polar, dalam jumlah banyak senyawa ini
Penambahan CMC 1% nilai detergensinya akan mengganggu kestabilan emulsi sistem
paling tinggi yaitu 90,49%. Penambahan CMC tersebut dan dapat menjadi kotoran yang masuk
ke dalam substrat pada proses pencucian.
C H C H
12 25 SO3Na C12H25 SO3H 12 25
47
Chem Info
Tahap pertama dilakukan reaksi alkilasi dodesilbenzena yang diperoleh sebanyak 16,21
Friedel Craft, reaksi ini adalah substitusi alkil gram , sehingga dapat diperoleh informasi
pada benzene. Secara teoritis senyawa bahwa rendemen sintesis tahap 1 adalah 82, 47
dodesilbenzena akan diperoleh sebanyak 19, 68 %. Kemurnian dari usulan struktur produk
gram dari 10 mL dodesil klorida sebagai reagen alkilasi dapat diperoleh melalui data GC – MS
pembatas. Dalam penelitian, senyawa
Gambar 3. Hasil MS
Dari GC, spektrogram menunjukkan ion fragmen m/e 91 yang sesuai dengan ion
adanya puncak pada waktu retensi 18 menit molekul / fragmen toluene, pola fragmen sesuai
pada kondisi yang diterapkan. Senyawa dengan dengan kemiripan data bank si = 96. Pola
waktu retensi 18 menit diduga adalah fragmentasi dari senyawa dapat diusulkan
dodesilbenzena, hal ini dapat dibuktikan dari : sebagai berikut :
Puncak ion molekul ion dodesilbenzena sesuai
dengan berat molekul senyawa tersebut, puncak
H2 H
C H
C C 10 20
m/e = 246
C + C11H22
H
m/e = 156
m/e = 92
+ C
H
m/e = 78
m/e = 14
48
Chem Info
Pada tahap kedua, yakni reaksi sulfonasi Hasil reaksi sulfonasi selanjutnya dinetralisasi
mengikuti tahapan reaksi subtitusi sulfonat pada secara in situ. Reaksi netralisasi dimulai dengan
dodesilbenzena (vogel, 1986). Secara teoritis penambahan NaHCO3 (tahap III) selanjutnya
senyawa dodesilbenzena sulfonat akan NaCl, sehingga terbentuk endapan coklat
diperoleh sebanyak 5,409 gram dari 5 mL seharusnya terbentuk kristal putih. Hasil
dodesilbenzena sebagai reagen pembatas. netralisasi
o
diuji titik leleh ternyata lebih dari
Dalam penelitian, senyawa dodesilbenzena 500 C dan tidak ada kesesuaian dengan literatur
o
solfonat tidak diperoleh pada tahap ini, karena yang ada yaitu 288 C. Senyawa hasil akhir
setiap penambahan asam sulfat (4 kali) selalu diduga adalah senyawa anorganik mengingat
terbentuk cairan hitam. Hal ini tidak sesuai senyawa organik akan berubah wujud diatas
o
dengan literatur yang ada, seharusnya hasilnya 400 C.
berupa cairan coklat.
Rosen, J. M., 2004, Surfactant and Interfacial
Phenomena, John Wiley and Sons,
New York, pp. 1-4, 288-290.
KESIMPULAN DAN SARAN Salager, J.L., 2002. Surfactants Types and
Uses. Laboratory of Formulating
Formulasi larutan detergen dari natrium Interface Rheologi and Process,
dodesil sulfat dan sintesis natrium Universidad De Los Andes, pp. 6, 23-
dodesilbenzen sulfonat telah dilakukan, 24.
sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut : Savarino, P., Montoneri, E., Musso, G., Boffa,
Detergensi maksimum pada formula II sebesar V., 2010. Biosurfactants from Urban
86,989 %, formula detergen (formula II) yang Waste for Detergent Formulation :
didapat adalah surfaktan natrium dodesil sulfat Surface Activity and Washing
23 % ; STPP 60 %; CMC 1 %; Buffer Performance. Journal Surfactant
NaHCO3, Na2SO4, analisis GC-MS dari hasil Detergent. 13:59-68
alkilasi friedel craft (tahap 1) adalah senyawa Vogel, A., 1978, “ Vogel’s Practical Organic
dodesilbenzena dan hasil netralisasi (tahap 3) Chemistry Including Qualitative
o
mempunyai titik leleh >500 C diperkirakan Organic Analysis “, 4th edition.,
senyawa anorganik. Reaksi sulfonasi Longman Inc., New York, USA, pp.
diharapkan dapat dilakukan dengan 606, 640-641,643.
menggunakan metode yang berbeda, sehingga Wang, Peng., Keller, Arturo.A., 2009.
hasilnya lebih efektif. Partitioning of Hydrophobic Pesticides
within a Soil–Water-Surfactant System.
Water Research 43 : 706-714
Yangxin, Y.U., Jin, ZHAO., Bayly, A.E.,
DAFTAR PUSTAKA 2008. Development of Surfactan and
Builder in Detergent Formulations.
Chinese Journal of Chemical
Gholib, I., 1994, Kimia Lingkungan, Enggineering. 16(4) 517-527.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Patist, A., B.K. Jha., S.G. OH., D.O. Shah.,
1999. Important of Micellar Relaxation
Time on Detergen Properties.
Departement of Chemichal Enginering
and Astheisiology. University of
Florida.
49
Chem Info
50