You are on page 1of 14

PEMANFAATAN ZEOLIT UNTUK PENURUNAN COD DAN BOD

LIMBAH PENGOLAHAN KULIT

Cahya Widiyati1)
1)
Staff Pengajar Program Studi Teknologi Pengolahan Kulit
Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta
Jl. Ring Road Selatan, Glugo, Panggungharjo, Sewon, Bantul
www.atk.ac.id E-mail: info@atk.ac.id

ABSTRACT

Leather is one of the semi-finished products that contribute to the export of non-oil
commodities. In general, leather processing wastewater containing germs, dirty-colored, foul-
smelling and containing COD, BOD5 and suspended solids are high. One of the adsorbent which
has a large adsorption capacity is the natural zeolite. Natural zeolite adsorption capability increases
when first activated zeolite. Zeolites can reduce pollutants in the form of cations and anions in
wastewater so it can reduce COD and BOD5 waste leather processing. The purpose of this study to
determine the effect of HCl concentration of activating zeolites and zeolite-activated heavy
influence for BOD5 and COD reduction. The method used is laboratory-scale experiments.
Activation 150 grams zeolite - 40 + 60 mesh by heating 250 0C and the addition of 0.1 N HCl acid,
0.15 N, 0.2 N and 0.25 N. Zeolites are separated and dried in an oven. Weight activated zeolite 5
grams, 10 grams, 15 grams and 20grams. Mixing zeolite and 100 cc leather processing waste
electrical stirrer 150 rpm for 30 minutes and then separated sediment. The filtrate was tested in
COD and BOD5 waste leather processing. Do also test COD and BOD 5 without zeolite. COD tests
using a COD reactor and BOD5 tests using Winkler method. The results showed that the zeolites
were activated by heating 2500 C, 0.15 N HCl and weight of 20 grams of activated zeolite an
optimum condition to reduce COD and BOD 5 BOD5 decreased 96.67% to the value of 105 mg / l
and COD reduction reached 92.23% with a value of 335.36 mg /l. Zeolite results of this study can
be used for leather industry because zeolites are widely available in Indonesia and can to reduce
levels BOD5 and COD leather processing waste.
Keywords: leather processing wastewater, adsorption, activation of zeolites, COD, BOD5

INTISARI
Kulit tersamak merupakan salah satu produk setengah jadi yang berkontribusi terhadap
eksport komoditi non migas. Secara umum limbah cair pengolahan kulit mengandung bibit
penyakit, berwarna kotor, berbau busuk dan mengandung COD, BOD5 serta padatan tersuspensi
yang tinggi. Salah satu adsorben yang memiliki kemampuan adsorpsi yang besar adalah zeolit
alam. Kemampuan adsorpsi zeolit alam akan meningkat apabila zeolit terlebih dahulu diaktifkan.
Zeolit dapat mereduksi polutan dalam bentuk kation dan anion dalam limbah cair sehingga dapat
menurunkan COD dan BOD5 limbah pengolahan kulit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi HCl untuk mengaktivasi zeolit serta pengaruh berat zeolit teraktivasi untuk
penurunan BOD5 dan COD. Metode yang digunakan yaitu eksperimen skala laboratorium.
Pengaktifan -40 +60 mesh Zeolit 150 gram dengan pemanasan 250 0C dan penambahan asam
HCl 0,1N, 0,15N,0,2N dan 0,25N . Zeolit dipisahkan dan dikeringkan dalam oven. Berat zeolit
teraktivasi 5 gram, 10 gram, 15 gram dan 20gram . Pencampuran zeolit dan 100 cc limbah
pengolahan kulit dengan pengaduk listrik 150 RPM selama 30 menit kemudian dipisahkan
endapannya . Filtrat di dilakukan uji COD serta BOD5 limbah pengolahan kulit . Dilakukan juga
uji COD dan BOD 5 tanpa zeolit . Pengujian COD menggunakan COD reaktor dan pengujian
BOD5 menggunakan metode Winkler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit yang diaktivasi
dengan pemanasan 2500 C , HCl 0,15 N dan berat zeolit teraktivasi 20 gram merupakan kondisi
optimum mereduksi COD dan BOD5 . Penurunan BOD5 96,67 % dengan nilai 105 mg/l serta
penurunan COD mencapai 92,23% dengan nilai COD 335,36 mg/l. Zeolit hasil penelitian ini
dapat digunakan untuk industri kulit karena zeolit banyak tersedia di Indonesia serta dapat untuk
menurunkan kadar BOD5 dan COD limbah pengolahan kulit.
Kata kunci : limbah pengolahan kulit,adsorpsi, aktivasi zeolit ,CODdan BOD5
PENDAHULUAN
Kulit tersamak merupakan salah satu produk setengah jadi yang
berkontribusi terhadap ekspor komoditas non migas. Industri penyamakan kulit
mengolah kulit yang semula mempunyai daya guna kurang menjadi kulit tersamak
(leather), yang berdaya guna lebih banyak dan merupakan salah satu industri yang
menggunakan banyak air serta beraneka macam bahan kimia yang dapat
menghasilkan limbah beracun bagi lingkungan sekitarnya. (Bienkiewicz,
1983).Secara umum limbah cair pengolahan kulit mengandung bibit penyakit,
berwarna kotor, berbau busuk dan mengandung COD, BOD5 serta padatan
tersuspensi yang tinggi (Sugiantoro 1982),. Salah satu cara untuk mengetahui
seberapa jauh beban cemaran pada air limbah adalah dengan mengukur COD
(Chemical Oxygen Demand). Semakin tinggi nilai COD, berarti semakin tinggi
pula beban cemaran yang ada pada limbah cair tersebut (Anonimus, 1996)
Oksigen yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organik tersebut
bila tinggi maka nilai BOD5 dan COD limbah akan tinggi pula. Guna menurunkan
nilai BOD5 dan COD limbah, perlu dilakukan pengurangan zat-zat organik yang
terkandung di dalam limbah sebelum dibuang ke perairan. Adsorpsi adalah
penumpukan materi pada interface antara dua fasa. Pada umumnya zat terlarut
terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan fenomena ini untuk
menghilangkan materi dari cairan( Barrer, 1998)
Pengurangan kadar zat-zat organik yang ada pada limbah industri kulit
sebelum dibuang ke perairan, dapat dilakukan dengan mengadsorpsi zat-zat
tersebut menggunakan adsorben. Salah satu adsorben yang memiliki kemampuan
adsorpsi yang besar adalah zeolit alam. Zeolit adalah salah satu mineral yang
banyak terkandung di bumi Indonesia yang pemanfaatannya belum maksimal.
Bentuk kristal zeolit relatif teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke
segala arah menyebabkan permukaan zeolit menjadi sangat luas sehingga baik
bila digunakan sebagai adsorben .( Fatimah ,2000 )
Kemampuan adsorpsi zeolit alam akan meningkat apabila zeolit terlebih
dahulu diaktifkan. Zeolit juga dapat mereduksi kation dan anion dalam limbah
cair sehingga dapat menurunkan Chemical Oksigen Demand dan Biological
Demand. Aktivasi zeolit secara kimia dengan tujuan untuk membersihkan
permukaan pori, membuang senyawa pengotor dan mengatur kembali letak atom
yang dapat dipertukarkan. Proses aktivasi zeolit dengan perlakuan asam HCl pada
konsentrasi tertentu menyebabkan zeolit mengalami dealuminasi dan dekationisasi
yaitu keluarnya Al dan kation-kation dalam kerangka zeolit. Aktivasi asam
menyebabkan terjadinya dekationisasi yang menyebabkan bertambahnya luas
permukaan zeolit karena berkurangnya pengotor yang menutupi pori-pori zeolit.
Luas permukaan yang bertambah diharapkan meningkatkan kemampuan zeolit
dalam proses adsorpsi .( Ribeiro, 1999).
Pengurangan COD dan BOD5 limbah cair pengolahan kulit berperan
membantu mengurangi beban pencemaran lingkungan. Melimpahnya zeolit
dialam dengan kemampuan adsorbsinya dimungkinkan dapat mengurangi COD
dan BOD5 limbah cair pengolahan kulit.
Tujuan
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi
HCl dan konsentrasi optimum HCl untuk mengaktivasi zeolit sebagai
adsorben guna mereduksi COD dan BOD5 limbah pengolahan kulit
2. Mengetahui adanya pengaruh massa zeolit dan berat optimum pada
konsentrasi HCl yang digunakan terhadap kemampuan zeolit alam dalam
mereduksi COD dan BOD5 limbah pengolahan kulit
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, utamanya dalam pengolahan limbah cair kulit guna
mereduksi COD dan BOD5 dengan menggunakan zeolit alam. Mengingat
keberadaan zeolit alam cukup melimpah karena di Indonesia secara geografis
terletak pada jalur gunung berapi sehingga memiliki potensi zeolit yang cukup
besar. Nilai ekonomis zeolit akan meningkat karena dapat digunakan untuk
adsorben limbah cair pengolahan kulit di industri. Berdasarkan penelitian ini
diharapkan akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pemecahan
masalah pencemaran lingkungan limbah cair.
METODE PENELITIAN
1. Aktivasi zeolit
Zeolit alam -40+60 mesh 150 gram diaktivasi pada suhu 250 oC serta
menggunakan HCl dengan variasi konsentrasi 0,10 N, 0,15 N, 0,20N dan 0,25 N
diaduk dengan pengaduk listrik kecepatan pengadukan 150 rpm selama 30 menit.
Filtrat dipisahkan endapan dan beningannya menggunakan centrifuse. Endapan
0
berupa zeolit teraktivasi . Pengeringan zeolit dalam oven 70 C selama 5
jam.masing-masing zeolit teraktivasi ditimbang 5 gram, 10 gram, 15 gram dan 20
gram ditambah limbah pengolahan kulit 100 ml diaduk dalam bekker glas 500ml
menggunakan pengaduk listrik 150 rpm 30 menit. Dipisahkan beningan dan
endapan dengan centrifuse kemudian filtrat dianalisis kimia COD, BOD5 dan
analisis COD , BOD5 dari limbah cair kulit tanpa zeolit teraktivasi.Penelitian
dilakukan dengan 3 kali percobaan.
2. Filtrat dianalisis COD dan BOD
Metode Pengujian (Apha, 1992)
1. Analisis BOD
Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah
penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar
oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat,
diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar, dalam metode Winkler
digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat. Kemudian
dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam
penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4 dan alkali
iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator
amilum
2. Analisis COD
Tabung COD dicuci dengan H2SO4 20 %. kemudian dimasukkan contoh 2,5
ml dalam tabung dan ditambahkan 1,5 ml K2Cr2O7 dan reagen asam sulfat
sebanyak 3,5 ml melalui dinding sebelah dalam. Tabung COD ditutup dan
dibalikkan beberapa kali untuk pencampuran. Selanjutnya tabung tersebut
ditempatkan ke dalam reaktor COD dan dilakukan refluks selama 2 jam. Setelah
itu, dipindahkan secara kuantitatif ke dalam tempat yang lebih besar untuk bisa
dititrasi. Ditambahkan indikator ferroin sebanyak 2 tetes, kemudian dilakukan
titrasi dengan larutan FAS 0,1 M serta dilakukan juga titrasi blangko.
Peralatan
1. Pengaktifan zeolit secara fisis: gelas arloji, sudip, cawan porselen, beker glas
500 cc, pipet volum, oven, eksikator, pengaduk listrik, pH meter, corong,
neraca analitik dan centrifuse
2. Proses sorpsi: pengaduk listrik, beker glas 500 cc, centrifuge, gelas ukur,
pipet ukur
3. Analisis COD:
COD reaktor, erlenmeyer dan buret, pipet tetes, Pipet volume, Pendingin
balik dan Labu didih
4. Analisis BOD: Botol BOD, Erlenmeyer, Buret, Pipet volume dan Pipet tetes

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Zeolit

Zeolit dari desa Bayah, Wonosari kabupaten Gunung kidul, dengan komposisi
Kimia seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia zeolit dari Bayah, Wonosari

Unsur Kimia Komposisi, % berat


SiO2 64,74 - 66,59
Al2O3 13,89 - 14,17
Fe2O3 0,96 - 1,54
CaO 1,64 - 2,81
MgO 0,60 - 0,94
Na2O 1,23 - 1,47
K2 O 0.95 - 1,27
MnO 0,16 - 0,18
H2 O 10,22 - 11 ,03
Jumlah 100%

Sumber : Martini, (1999)


B. Aktivasi Zeolit
1. Pengaktifan Mineral Zeolit
Pada mulanya mineral zeolit mempunyai kemampuan daya penyerapan yang
rendah. Pengaktifan melalui proses pemanasan dan penambahan asam maka pada
keadaan tertentu akan meningkatkan kemampuan daya penyerapan yang tinggi.
(Tsitsishvili, 1992)

a. Pengaruh Pemanasan
Pemanasan terhadap zeolit alam bertujuan untuk mengeluarkan air atau
garam pengotor dari dalam rongga-rongga kristal zeolit. Kemampuan atau sifat
pertukaran kation zeolit terutama selektifitas dan kapasitas pertukarannya akan
sangat ditentukan oleh struktur kristalnya. Pemakaian panas terlalu tinggi
menyebabkan terjadinya pelepasan aluminium dari struktur kerangka tetrahedral
zeolit. Menurut Barrer (1998) aktivasi pemanasan yang terlalu tinggi akan
menyebabkan terjadinya dehidroksilasi gugus OH pada struktur zeolit. Akibat
terjadinya pemutusan ikatan Si-O-Al, menyebabkan pembentukan gugus siloksan
(Si-O-Al) dan aluminium yang miskin gugus hidroksil. Struktur zeolit mengalami
kerusakan akibat dari pemanasan yang terlalu tinggi sehingga kemampuan
mempertukarkan kation dan adsorbsinya berkurang/menurun. Kestabilan zeolit
terhadap temperatur tergantung pada jenis kandungan mineral zeolitnya .
0
Pemanasan pada 250 C akan menyebabkan air yang terkandung dalam zeolit
menguap, terjadi dehidratasi yang akan menyebabkan semua pori-pori menjadi
terbuka, sehingga zeolit bertambah aktif. Perlu diingat bahwa pada pemanasan
lebih dari 2500C akan menyebabkan dekomposisi partikel dari kristal zeolit dan
kapasitas penyerapan menjadi turun. Secara teoritis hal tersebut dapat dijelaskan
bahwa pada pemanasan, molekul air dapat bereaksi dengan gugus aktif
membentuk H-zeolit dan pada pemanasan lebih tinggi H-zeolit akan mengalami
proses dealuminasi.( Tsitsishvili, 1992)
b. Pengaktifan dengan Pengasaman
Kandungan Al dalam kerangka zeolit yang tinggi menyebabkan kerangka
zeolit sangat hidrofilik. Sifat hidrofilik dan polar dari zeolit ini merupakan
hambatan dalam kemampuan adsorpsinya. Proses aktivasi dengan asam dapat
meningkatkan kristalinitas, keasaman dan luas permukaan
Aktivasi zeolit secara kimia dengan tujuan untuk membersihkan permukaan
pori, membuang senyawa pengotor dan mengatur kembali letak atom yang dapat
dipertukarkan. Proses aktivasi zeolit dengan perlakuan asam HCl menyebabkan
zeolit mengalami dealuminasi dan dekationisasi yaitu keluarnya Al dan kation-
kation dalam kerangka zeolit. Aktivasi asam menyebabkan terjadinya
dekationisasi yang menyebabkan bertambahnya luas permukaan zeolit karena
berkurangnya pengotor yang menutupi pori-pori zeolit. Luas permukaan yang
bertambah meningkatkan kemampuan zeolit dalam proses adsorpsi (Kerr, 1999).
Perlu diperhatikan pada kondisi-kondisi tertentu pengaktifan dengan asam
justru akan menghilangkan daya penyerapannya, oleh karena aktivasi asam
tersebut telah menyebabkan perubahan struktur dasar zeolite, seperti reaksi
dengan HNO3 di bawah ini:

Si M+ Si
\ / Si Si
O O \ /
\ / OH HO
4 HNO 3 + Al → + HNO 3 + Al(HO 3 ) 3
/ \ OH HO
O O / \
/ \ Si Si
Si Si

Gambar 1. Proses dealuminasi zeolit


Proses dealuminasi oleh HCl akan menyebabkan lepasnya atom-atom Al
dalam kerangka zeolit sehingga rasio Si/Al akan meningkat. Rasio Si/Al yang
besar menyebabkan zeolit memiliki sifat hidrofobik organofilik, sehingga zeolit
mampu mengadsorpsi senyawa organik yang ada dalam limbah pengolahan
kulit. Aktivasi dengan asam pada kondisi tertentu dapat terjadi penurunan
terhadap kapasitas adsorpsi.

c. Pengujian COD dan BOD5

Setelah aktivasi zeolit dengan pemanasan 250 0 C dan penambahan


HCl seperti perlakuan aktivasi diatas, dilakukan penerapannya yaitu
zeolit dicampur dengan limbah pengolahan kulit diaduk dengan pengaduk
listrik 150 rpm selama 30 menit, kemudian disentrifuge sehingga dapat
dipisahkan antara filtrat dan residunya. Pengadukan ini bertujuan agar terjadi
interaksi yang sempurna antara zeolit dan limbah, sehingga akan terjadi
adsorpsi zat-zat organik oleh zeolit aktif. Filtratnya kemudian dianalisis BOD5
dan CODnya. Nilai BOD dan COD sampel dibandingkan dengan nilai BOD5
dan COD limbah asli. Penentuan COD dilakukan dengan metode refluk
tertutup, sedangkan penentuan BOD5 dilakukan dengan metode Titrasi Winkler.

Zeolit dikenakan perlakuan 3 kali dicampur dengan limbah pengolahan kulit


dengan prosedur kerja sesuai Apha (1992) didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Data penurunan BOD5 variasi massa zeolit aktif

COD Penurunan BOD5 Penurunan


Kode Sampel
(mg/L) COD (%) (mg/L) BOD5 (%)
Limbah 4311,36 - 3157 -
I1J1 3157 26,76 1356 49,58
I1J2 3157 26,76 1346 57,36
I1J3 3125,76 27,51 1324 58,06
I1J4 3118,9 27,67 1304 58,69
I2J1 2935,68 31,91 1304 58,69
I2J2 2840,64 34,12 1200 61,98
I2J3 2833,6 34,28 1164 63,12
I2J4 2820,48 34,58 1148 63,63
I3J1 2550,24 40,84 1108 64,90
I3J2 1979,84 54,09 992 68,57
I3J3 1721,6 60,07 830 73,70
I3J4 1285,12 70,19 620 80,36
I4J1 963,84 77,66 269 91,54
I4J2 922,24 78,61 168 94,67
I4J3 503,04 88,33 132 95,81
I4J4 335,36 92,23 105 96,67

Dalam penelitian ini kondisi hasil pengujian rata-rata terhadap penurunan


COD dan BOD5 terlihat pada gambar 2 dan gambar 3

Gambar 2. Pengaruh berat zeolit dan konsentrasi HCl terhadap COD


Gambar 3. Pengaruh berat zeolit dan konsentrasi HCl terhadap BOD5

Pengaruh aktivasi zeolit limbah cair pengolahan kulit terhadap penurunan


COD dan BOD5

BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme


untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut
dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Penguraian zat
organik adalah peristiwa alamiah, yaitu apabila sesuatu badan air dicemari
oleh zat-zat organik, maka mikroorganisme akan menghabiskan oksigen untuk
menguraikannya.Limbah yang digunakan diambil dari pabrik kulit pada
limbah campuran beam house operation Akademi Teknologi Kulit yang telah
mengalami proses pengolahan limbah kulit dengan penambahan alum tetapi
COD dan BOD nya belum memenuhi syarat untuk dibuang ke sungai
Gambar 2 dan 3 di atas menunjukkan bahwa semakin banyak zeolit yang
diinteraksikan dalam 100 ml limbah dapat menurunkan nilai BOD5 dan COD.
Hal ini karena semakin banyak zeolit berarti semakin banyak pula pori-pori
zeolit yang digunakan untuk menyerap zat-zat organik. Berkurangnya zat-zat
organik dalam limbah akan menurunkan nilai BOD5 karena oksigen yang
digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik tersebut dalam
lima hari menjadi berkurang.
Berkurangnya nilai BOD5 menandakan bahwa penurunan BOD 5
meningkat. Pada 20 g.dan konsentrasi HCl 0,15 N BOD5 turun 96,67 % dengan
nilai 105 mg/l. Penurunan COD mencapai 92,23% dengan nilai COD 335,36
mg/l .Pada mulanya zeolit mempunyai daya penyerapan yang rendah, tetapi
dengan pengaktifan melalui pemanasan pada suhu 2500C (kondisi optimum
penyerapan zeolit) karena di atas suhu tersebut penyerapan mengalami penurunan
(Suyartono dan Husaini (1991) penambahan asam yaitu HCl yang optimum pada
konsentrasi 0,15 N, di atas konsentrasi tersebut yaitu pada konsentrasi 0,2N dan
0,25 N mengalami penurunan.dimungkinkan telah terjadi dealuminasi.. Pada
proses pemanasan molekul air yang berdiri bebas dapat didehidratasikan secara
reversibel, dengan tujuan untuk membebaskan permukaan saluran atau rongga
struktur zeolit yang terlindung, sehingga rongga diperluas, sehingga
mengakibatkan interaksi spesies yang diserapnya semakin besar. Penambahan
asam dapat melarutkan logam-logam yang menutupi bagian rongga- rongga
struktur zeolit dan mengakibatkan kemungkinan terjadi penggantian dengan
kation-kationnya dalam rongga interlamelar.

Gambar 4. Komparasi , blanko ,zeolit preaktif dan aktif terhadap COD


dan BOD5
Berdasarkan gambar 4 dapat diketahui bahwa BOD5 limbah pengolahan
kulit sebelum mengalami perlakuan dengan zeolit aktif memiliki nilai yang
lebih besar dibandingkan dengan limbah pengolahan kulit yang mengalami
perlakuan dengan zeolit ya n g b e l um aktivasi, yaitu sebesar 335,36 mg/l untuk
COD dan 105 mg/l un t u k B O D. Massa optimum diperoleh pada massa zeolit
20 g dal am 100 cc limba h pe ngol aha n kulit dan konsent rasi HCl
optimum pad a konsentrasi 0,15 N. Penurunan COD mencapai 92,23%
dengan nilai COD 335,36 mg/l serta penurunan BOD5 96,67 % dengan nilai 105
mg/l.
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui massa optimum zeolit dalam
limbah cair pengolahan kulit pada penurunan dan COD Limbah yang digunakan
diambil dari pabrik kulit pada limbah campuran beam house operation yang telah
mengalami proses pengolahan limbah kulit dengan penambahan alum tetapi COD
dan BOD5 nya belum memenuhi syarat untuk dibuang ke sungai. Metode BOD5
yang digunakan adalah metode titrasi Winkler, yaitu filtrat limbah setelah
mengalami perlakuan dibagi dalam dua botol kaca. Salah satu botol diinkubasi
selama lima hari dan kemudian diukur oksigen terlarutnya pada hari ke lima.
Satu botol yang lain diukur oksigen terlarutnya pada hari ke nol.
Proses pengaktifan dengan penambahan asam dari semuanya berkisar pada
konsentrasi 0,15 N. Selama proses berlangsung dalam penyerapan dalam
penyerapan kemungkinan terjadi kenaikan harga kapasitas penyerapan ataupun
mengalami penurunan. Hal demikian apabila naik disebabkan karena proses
pencucian dan turun diakibatkan proses dealuminasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Zeolit dapat mereduksi COD dan BOD5 limbah cair pengolahan kulit
2. Zeolit yang diaktivasi dengan HCl mulai mengalami penurunan
kapasitas penyerapan COD dan BOD5 pada konsentrasi 0,2 N
3. Penambahan masa zeolit teraktivasi bertambah daya sorpsinya terhadap
penurunan COD dan BOD5
4. Hasil pengujian COD dan BOD5 optimum pada berat zeolit 20 g.dan
konsentrasi HCl 0,15 N BOD5 turun 96,67 % dengan nilai 105 mg/l.
Penurunan COD mencapai 92,23% dengan nilai COD 335,36 mg/l .
5. Zeolit hasil penelitian ini dapat digunakan untuk industri kulit karena
zeolit banyak tersedia di Indonesia serta dapat untuk menurunkan kadar
BOD5 dan COD limbah pengolahan kulit
Saran
Industri Pengolahan kulit dapat menggunakan zeolit yang telah diaktivasi
sesuai hasil penelitian ini untuk pengolahan limbahnya sebagai adsorben guna
penurunan BOD5 dan COD dengan menerapkannya pada tahap pengolahan
tertier yaitu pengolahan secara adsorpsi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus (1996), Buku Panduan Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan


Industri Penyamakan Kulit, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan,
Jakarta.

Apha (1992), Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater.
18th ed. American Public Health Association, Washington, DC.

Barrer, R.M.(1998), Zeolltes and Clay Minerals as Adsorben and Molecular


Sieves, Academic Press, London.

Bienkiewicz, K (1983), Physical Chemistry of Leather Making, Robert E. Krieger


Publishing Company Malabar, Florida.

Fatimah, I . (2000) ,Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion


Cr3+
LOGIKA, Volume 4, Nomor 5

Martini, T.(1999), Zeolit, Dinas Pertambangan, Pemda Daerah Istimewa


Yogyakarta

Ribeiro, F.R.(1984), Zeolites Science and Technology,Martinus Nijhoff


Publisher,Nederland
Sugiantoro (1982), Pembuatan Pola Penanganan Limbah Industri Penyamakan
Kulit, Departemen Perindustrian Yogyakarta.

Suyartono dan Husaini (1991), Tinjauan terhadap Kegiatan Penelitian


Karakteristik dan
Pemanfaatan Zeolit Indonesia, Buletin PPTMVol.13, No. 4, PPTM,
Bandung.

Tsitsishvili (1992), Natural Zeolites, Horward Limited, England

You might also like