You are on page 1of 6

JURNAL TEKNOLOGI TERPADU Vol. 6 No.

1 April 2018 ISSN 2338 - 6649

Received: October 2017 Accepted: November 2017 Published: April 2018

Pembuatan Alat Pengolah Limbah Cair dengan Metode Elektrokoagulasi untuk


Industri Tahu Kota Samarinda

Eka Resky Ananda1*, Dedy Irawan S.T., M.T2,Siti Dwi Wahyuni3, Anom Dwi Kusuma4, Joko
Buadiarto5, Rahmat Hidayat6
1,2,3,4,5
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Samarinda
JL. DR.Ciptomangunkusumo, Sungai Keledang, Samarinda Seberang, Samarinda

E-mail: Ekarskya@gmail.com

Abstract

There are approximatel 80 home industries that producing tofu and speading in several district in Samarinda.
One home-based industry can produce 30 m3/day of liquid waste. The liquid waste is not utilized optimally and
directly discharged into the environment. Liquid waste generated from the process of making tofu can demage
environment due to its organic content such as COD adn TSS, which is higher than National Environmental
Quality Standard. Treatment of tofu liquid waste need to be done to not damage the environmental to reduce the
pollution load on the environment. One of the methods to reduce the liquid waste content is by electrocoagulated
method. The process tool is aimed to decrease concentration COD of liquid waste. Tools are also designed to
move dynamically from one place to another, so it can be effectively used in many places. The optimal result
obtained from the treatment with his process tool is at 10 hours resulted in decreased of COD content by77,25%
and the final concentration of liquid waste 122,88 ppm. This process tool can be applied directly and the liquid
can be discharged safety into the environment.

Keywords: liquid waste, electrocoagulation, tofu

Abstrak

Terdapat kurang lebih 80 industrirumahan yang memproduksi tahu dan tersebar di beberapa kecamatan yang ada
di Kota Samarinda. Satu industri tahu rumahan dapat menghasilkan 20 m3/hari limbah cair. Limbah cair tersebut
tidak dimanfaatkan secara optimal dan langsung di buang ke lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan dari proses
pembuatan tahu, dapat merusak lingkungan karena kandungan organiknya yang lebih tinggi dari baku mutu
lingkungan seperti COD dan TSS. Pengolahan terhadap limbah cair tahu tersebut perlu dilakukan agar tidak
merusak lingkungan. Proses pengolahan dibutuhkan untuk mengurangi beban pencemaran pada lingkungan.
S a l a h s a t u m e t o d e u n t u k m e n g u r a n g i k a n d u n g a n limbah cair tersebut menggunakan metode
elektroko agulasi. Alat proses ini bertujuan untuk menurunkan konsentrasi COD limbah cair. Alat juga dirancang
untuk dapat bergerak secara dinamis dari satu tempat ketempat lainnya. Sehinggadapat efektif digunakan
dibanyak tempat, tidak hanya dapat mengolah limbah dari satu tempat. Hasil optimal yang diperoleh dari proses
pengolahan pada alat proses ini yaitu pada waktu 10 jam menghasilkan penurunan kadar COD sebesar 97.25%
dan konsentrasi akhir limbah sebesar 122.88 ppm. Alat proses ini dapat diaplikasikan secara langsung dan aman
dibuang ke lingkungan.

Kata Kunci: Limbah cair, elektrokoagulasi, Tahu

PENDAHULUAN dapat merusak lingkungan karena kandungan


Tahu merupakan salah satu makanan organiknya yang lebih tinggi dari baku mutu
Indonesia yang banyak dikonsumsi oleh lingkungan seperti COD dan TSS. Pengolahan
masyarakat. Saat ini produksi tahu di daerah terhadap limbah cair tahu tersebut perlu
Samarinda masih diproduksi dalam skala dilakukan agar tidak merusak lingkungan,
rumah tangga dengan produksi sebesar 10 ton namun belum ada metode yang tepat dan
kedelai/bulan, dari data tersebut didapatkan efektif yang digunakan untuk menangani
limbah cair sebesar 20 m3 dari pengolahan [1]. permasalahan limbah cair tahu di Samarinda.
Selama ini limbah tahu tidak Limbah tahu mengandung BOD (4583 mg/L),
dimanfaatkan dengan maksimal. Limbah tahu COD (7050 mg/L), TSS (4743 mg/L) dan
yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu, minyak/lemak (26 mg/L) [2]. Untuk itu

54

JURNAL TEKNOLOGI TERPADU Vol. 6 No. 1 April 2018 ISSN 2338 - 6649

dibutuhkan alat pengolah limbah cair yang dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang
dapat mengurangi pencemaran air sungai secara langsung tanpa pengolahan terlebih
Mahakam. Pembuatan alat pengolah limbah dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan
cair industry tahu di Samarinda dibutuhkan mencemari lingkungan.
untuk dapat mengatasi atau setidaknya Pada umumnya limbah cair pabrik tahu
mengurangi beban pencemaran sungai ini langsung dibuang kesungai melalui saluran-
Mahakam. saluran. Bila air sungai cukup deras dan lancar
Limbah cair yang dihasilkan dari proses serta pengenceran cukup (daya dukung
pembuatan tahu biasanya dibuang secara lingkungan masih baik) maka air buangan
langsung tanpa proses pengolahan terlebih tersebut tidak menimbulkan masalah. Tetapi
dahulu, sehingga dapat mencemari lingkungan. bila daya dukung lingkungan sudah terlampaui,
Bila dibiarkan berlanjut air limbah akan maka air buangan yang banyak mengandung
berubah warnanya menjadi coklat kehitaman bahan-bahan organik akan mengalami proses
dan berbau busuk. Bau busuk ini akan peruraian oleh jasad renik dapat mencemari
mengakibatkan gangguan pernapasan. Apabila lingkungan. Parameter air limbah tahu yang
limbah ini dialirkan ke sungai akan mencemari biasanya diukur antara lain temperatur, pH,
sungai dan bila masih digunakan, maka akan padatan-padatan tersuspensi (TSS) dan
menimbulkan penyakit gatal, diare, dan kebutuhan oksigen (BOD dan COD).
penyakit lainnya [4]. Karakteristik dari limbah cair industri
Proses elektrokoagulasi merupakan tahu dipaparkan pada tabel 2.1 di bawah ini:
gabungan dari proses elektrokimia dan Tabel 1. Karakteristik dari Limbah Cair
flokulasi-koagulasi. Proses tersebut telah Industri Tahu
dipakai untuk pengolahan limbah cair tekstil, No. Parameter Satuan Jumlah
mengatasi limbah deterjen, penanganaan 1 BOD mg/L 4583
limbah cair rumah potong hewan, limbah cair
2 COD mg/L 7050
kopi, dan limbah cair kimiawi dari industi
fiber. 3 TSS mg/L 4743
Pemilihan pengolahan limbah cair secara 4 Padatan mg/L 26
elektrokoagulasi juga didukung penelitian – Melayang
penelitian sebelumnya, Penelitian Hudha dkk,. Sumber : Bangun dkk, 2013
(2014) menggunakan variabel waktu Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa limbah
elektrolisis dan voltase yang menghasilkan tahu mempunyai kadar limbah yang sangat
penurunan COD 42,11% tegangan 6 volt tinggi karena telah melewati standar baku mutu
selama 90 menit dan TSS dapat diturunkan untuk limbah tahu, yang dapat dilihat dari tabel
sampai 77,27% pada tegangan 6 volt dengan berikut:
waktu elektrolisis 60 menit. Dan Hayadi dkk.,
(2011) menggunakan elektrokoagulasi dengan Tabel 2 Standar Baku Mutu Limbah Tahu
variasi waktu kontak yang menghasilkan
Kadar Maksimal
penurunan BOD 35,53%, COD 50,61% dan NO Parameter
(mg/L)
TSS sebesar 48,94% dengan penurunan
1 BOD 150
optimal terjadi pada waktu kontak 60 menit.
2 COD 300
Tujuan dari program ini adalah untuk
3 TSS 100
mendesain dan membuat prototipe alat
4 pH 6,9 – 9,0
pengolahan limbah bergerak berkapasitas 25
liter dengan metode elektrokoagulasi filtrasi Sumber: Peraturan Daerah Provinsi
untuk penurunan COD pada limbah cair Kalimantan Timur No. 2 Tahun 2011
indusrti tahu Samarinda. Elektrokoagulasi
Limbah Tahu Elektrokoagulasi merupakan suatu proses
Limbah cair pada proses produksi tahu koagulasi menggunakan arus listrik searah
berasal dari proses perendaman, pencucian melalui peristiwa elektrokimia, yaitu gejala
kedelai, pencucian peralatan proses produksi dekomposisi elektrolit, yang kedua
tahu, penyaringan dan pengepresan/pencetakan elektrodanya dapat terbuat dari aluminium [1].
tahu. Sebagian besar limbah cair yang Elektrokoagulasi beroperasi dengan
dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah penggumpalan dan pengendapan partikel-
cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu partikel halus yang terdapat dalam air dengan
yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan menggunakan energi listrik. Proses
ini mengandung kadar protein yang tinggi dan elektrokoagulasi merupakan gabungan dari

55

JURNAL TEKNOLOGI TERPADU Vol. 6 No. 1 April 2018 ISSN 2338 - 6649

proses elektrolisa dan proses koagulasi- dilengkapi dengan roda dibagian bawah agar
flokulasi. Prinsip dasar dari elektrokoagulasi mudah dalam pergerakannya. Alat juga
menggunakan reaksi reduksi dan oksidasi dilengkapi dengan alat pengatur tegangan
(redoks). Dalam suatu sel elektrokoagulasi, listrik yang digunakan untuk proses
peristiwa oksidasi terjadi di elektroda positif elektrokoagulasi.
(+) yaitu anoda, sedangkan reduksi terjadi di Pengukuran COD dan pH sebelum dan
elektroda negatif (-) yaitu katoda. Dimana pada sesudah proses akan di analisa menggunakan
anoda terjadi pelepasan koagulan aktif berupa analisa COD dan pH meter yang tersedia di
ion logam (biasanya Aluminium atau besi) ke dalam lab. Teknik Kimia Politeknik Negeri
dalam larutan, sedangkan pada katoda terjadi Samarinda.
reaksi elektrolisa berupa pelepasan gas
hidrogen. Adapun komponen yang terlibat HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam reaksi elektrokoagulasi selain elektroda Alat pengolah limbah cair dengan
adalah air yang diolah[2] metode elektrokoagulasi filtrasi telah selesai
dibuat dan telah uji coba dan alast bekerja
Logam Aluminium dengan baik.
Aluminium merupakan salah satu logam Tabel 3 Hasil analisa Limbah Tahu
anorganik yang dijumpai dalam air minum.
Aluminium juga merupakan salah satu Waktu Konsentrasi (ppm) Persen
elektroda yang dapat digunakan dalam proses Tinggal Removal pH
Sebelum Setelah
elektrokoagulasi karena nilai konduktivitasnya (jam) (%)
Proses Proses
yang cukup tinggi sehingga dianggap baik
untuk menghantarkan muatan- muatan listrik 6 4423,68 1556,48 64,81 5,2
dalam proses tersebut [3]. Aluminium 7 4505,6 942,08 79,09 5,6
digunakan sebagai koagulan dalam pengolahan
limbah[4]Proses elektrokoagulasi melibatkan 8 4136,96 573,44 86,14 5,9
logam aluminium yang menghasilkan ion Al3+ 9 4218,88 327,68 92,23 6,4
untuk ditambahkan ke limbah sebagai
koagulan. Jika proses kimia sebagai 10 4464,64 122,88 97,25 6,7
koagulannya berupa kation aluminium hasil
elektrokoagulasi maka sludge yang dihasilkan Pembahasan
secara teoritis lebih kecil dibandingkan dengan Penelitian ini bertujuan untuk mendesain
koagulan aluminium sulfat pada reaksi dengan dan membuat prototipe alat pengolahan limbah
surfaktan 𝐴𝑙# 𝑆𝑂& )( . 4𝐻# 𝑂 . Hasil sludge bergerak berkapasitas 25 liter dengan metode
juga lebih aman karena tidak mengandung elektrokoagulasi filtrasi untuk penurunan COD
sulfat atau klorida, sehingga lebih mudah pada limbah cair indusrti tahu Samarinda. Pada
penanganannya dibanding dengan memakai penelitian ini, limbah cair tahu diperoleh dari
koagulan aluminium sulfat atau Poly salah satu pabrik di Palaran. Pada analisa awal
Aluminium Chlorida (PAC). Besar kecilnya limbah cair tahu yang terdapat pada tabel 3
ion Al3+ yang dihasilkan dari elektrolisa logam menunujukkan bahwa limbah cair tahu
aluminium sangat tergantung pada besar sebelum diolah menggunakan proses
kecilnya sifat elektrolit dan/ atau TSS, sulfat elektrokoagulasi berada diluar standar baku
dan klorida dari limbah yang diolah [4]. mutu berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014,
METODOLOGI
dimana variabel respon yang diuji untuk COD
Perancangan dan pembuatan alat
sebesar 2800,896 ppm, TSS sebesar 818 mg/L
pengolah limbah cair bergerak dimulai dengan
dan pH 3,80. Oleh sebab itu, perlunya
tahap desain alat proses, dilanjutkan dengan
pengolahan limbah cair tahu sebelum dibuang
pembuatan alat proses. Selanjutnya dilakukan
ke lingkungan sekitar.
pengujian alat dan penyesuaian kondisi proses
maksimum menggunakan sampel limbah cair Pembuatan prototipe alat pengolah
industri tahu. limbah bergerak dimulai dari tahap pembuatan
Desain prototipe alat dibuat menjadi alat desain alat dan dilanjutkan dengan pembuatan
proses pengolahan limbah cair bergerak tersaji alat proses. Bahan utama yang digunakan
pada lampiran. Prototipe alat yang dibuat dalam pembuatan prototipe alat ini adalah kaca
berbahan utama kaca dengan ketebalan 5 mm. dengan ketebalan 5 mm. Pemilihan kaca
Pada bak pertama terdapat 5 sel. Alat sebagai bahan untuk pembuatan alat ini

56

JURNAL TEKNOLOGI TERPADU Vol. 6 No. 1 April 2018 ISSN 2338 - 6649

dikarenakan beberapa keunggulan yang yang terdapat dalam limbah cair tahu. Dimana
dimiliki oleh kaca yaitu transparan dan tidak Al(OH)3 akan mendestabilisasi partikel kolid,
menghantarkan listrik. Jika dibandingkan kemudian proses netralisasi muatan pada
dengan bahan transparan lainnya misalnya koagulan terhadap partikel koloid akan
akrilik, kaca memiliki harga yang lebih murah. berlangsung. Sehingga akan terjadi gaya tarik
Selain itu akrilik mudah tergores, cepat kotor menarik patikel yang berlawanan muatan
dan buram/kusam dalam waktu lama. Sebagai untuk mendorong terjadinya agregasi koloid
penopang kaca digunakan sebuah rangka besi dan zat-zat tersuspensi halus. Partikel koloid
yang dilengkapi dengan roda di bagian bawah yang telah bergabung membentuk microflok,
agar mudah dalam pergerakannya. Secara kemudian ukuran dari flok-flok akan semakin
keseluruhan alat berukuran 156 cm x 100 cm. membesar selama proses elektrokoagulasi
berlangsung dan pada akhirnya akan
Bak pertama berfungsi sebagai tempat mengendap. Pada penelitian ini, endapan
terjadinya proses elektrokoagulasi. Pada bak terlihat banyak mengendap pada sisi anode.
pertama ini dilengkapi dengan sebuah adaptor Hal ini disebabkan Al3+ terbentuk pada sisi
pengatur tegangan listrik yang digunakan pada anode. Banyaknya polutan yang berupa zat
proses elektrokoagulasi. Bak pertama organik dan anorganik serta partikel suspensi
berukuran 30 cm x 33 cm x 42.5 cm (p x l x t). yang saling bergabung dan kemudian
Ukuran tersebut dibuat untuk menyesuaikan mengendap maka menyebabkan kandungan
volume limbah yang digunakan yaitu sebanyak COD dan TSS yang terdapat dalam limbah cair
25 L. Tinggi air limbah pada volume tersebut tahu menurun.
berada pada ketinggian 33 cm dari dasar bak.
Sisa tinggi yang tersisa digunakan untuk jarak Hasil proses yang keluar dari bak
pada penggunaan kabel sebagai penggantung pertama akan difiltrasi terlebih dahulu sebelum
plat alumunium. Plat tersebut digunakan masuk ke bak kedua. Proses filtrasi ini
sebagai elektroda pada proses menggunakan bantuan kapas filter untuk
elektrokoagulasi. Pada alat proses ini dibagi menyaring flok-flok yang terbentuk pada
menjadi 5 sel yang setip selnya berukuran proses elektrokoagulasi maupun partikel-
volume 5 liter dengan setiap selnya partikel pengotor yang terdapat di dalamnya.
menggunakan 2 buah plat alumunium. Untuk menyangga kapas filter digunakan
Pembagian menjadi 5 sel ini dikarenakan agar kawat penyaring sehingga tidak mudah
keseluruhan limbah mengalami proses bergerak karena aliran air yang keluar dari bak
elektrokoagulasi secara merata. Lebar setiap pertama. Di bawah kawat penyaring ini,
selnya adalah 5 cm dengan jarak antar plat terdapat sebuah kaca yang dipasang miring
adalah 3 cm. Pada dinding terakhir bak dengan panjang 25 cm agar air yang telah
pertama terdapat 1 buah valve berdiameter difiltrasi jatuh pada bagian awal dasar bak
0.75 inch dan 1 buah keran kecil disetiap kedua. Bak kedua ini memiliki ukuran 31.5 cm
selnya. x 33 cm x 49 cm (p x l x t). Pada dasar bak ini,
terdapat kaca-kaca yang dibuat miring dengan
Pada proses elektrokoagulasi, NaOH ukuran 2.5 cm x 33 cm sebanyak 6 buah.
digunakan sebagai elektrolit untuk Kaca-kaca tersebut akan menghambat aliran
menghantarkan arus listrik. Sifat NaOH air menuju bak ketiga serta mengendapkan
sebagai elektrolit kuat akan mengakibatkan partikel-partikel pengotor yang tidak tersaring
NaOH terionisasi sempurna di dalam air pada proses sebelumnya.
menjadi Na+ dan OH-, sehinga hasil reaksi
ionisasi dari NaOH akan menghantarkan arus Air yang telah melalui proses pada bak
listrik pada elektrode. Pada penelitian ini pertama dan kedua akan menuju bak ke tiga
elektrode yang digunakan adalah aluminium melalui celah dengan tinggi 5 cm pada dinding
dimana elektrode bagian sisi anode akan akhir bak ke dua. Bak ketiga berfungsi untuk
mengalami oksidasi membentuk Al3+ dan pada memfiltrasi kembali dengan sand filter . Bak
sisi katode air (H2O) akan mengalami reduksi ketiga ini berukuran 29 cm x 33 cm x 50 cm,
dan terbentuk gas H2 dan OH-. Sehingga dari dengan sebuah keran berdiameter 0.71 inch
hasil reaksi pada anode dan katode akan terjadi pada bagian dasar bak sebagai tempat keluar
reaksi dimana kompleks Al3+ akan bereaksi air dan terdapat kren keluar ke penambungan
dengan OH- membentuk alumunium hasil. Untuk melihat kinerja dari alat ini
hidroksida Al(OH)3. Dalam proses dilakukan percobaan dengan memvariasikan
elektrokoagulasi Al(OH)3 berfungsi sebagai waktu proses. Konsentrasi akhir dari limbah
koagulan yang akan menggabungkan polutan

57

JURNAL TEKNOLOGI TERPADU Vol. 6 No. 1 April 2018 ISSN 2338 - 6649

zat warna yang telah diproses digunakan hasil yang optimum yaitu penurunan
sebagai tolak ukur keberhasilan alat proses ini. konsentrasi COD sebesar 97.25% dengan
konsentrasi akhir limbah 122.88 ppm, hasil
Untuk melihat pengaruh lama waktu yang diperoleh telah memenuhi standar baku
proses terhadap effisiensi alat dibuat grafik mutu lingkungan menurut Peraturan Daerah
hubungan antara effisiensi alat dan waktu Provinsi Kalimantan Timur No. 2 Tahun 2011
proses. sehingga alat proses ini dapat diaplikasikan
secara langsung dan aman dibuang ke
waktu proses vs effisiensi alat lingkungan.

100.00 KESIMPULAN
95.00 Alat ini terdiri dari 3 buah bak yang
Effisiensi alat

90.00 dilengkapi dengan elektroda dan adaptor. Bak


85.00 pertama digunakan sebagai tempat
80.00 berlangsungnya proses elektrokoagulasi, bak
75.00 kedua digunakan sebagai tempat filtrasi dan
70.00 bak ketiga bak sand filter. Hasil optimal yang
65.00 diperoleh dari proses pengolahan pada alat
6 7 8 9 10 proses ini yaitu pada waktu 10 jam dengan
Waktu proses (jam) tegangan sebesar 2 volt menghasilkan
penurunan kadar COD sebesar 97.25% dan
konsentrasi akhir limbah sebesar 122.88 ppm.
Gambar 1 Hubungan antara effisiensi alat Alat proses ini dapat diaplikasikan secara
dengan waktu proses langsung dan sesuai dengan target yang
diinginkan
Berdasarkan gambar 4.5, dapat dilihat bahwa
semakin lama waktu proses elektrokoagulasi SARAN
maka semakin besar penurunan kadar COD Menggunakan pompa untuk
yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena memasukkan limbah ke bak 1. Mencari
pembentukan H2 dan OH- semakin banyak alternatif lain untuk pembuangan ada bak 1.
sehingga semakin banyak pula jumlah
kompleks yang mengikat polutan. Dengan UCAPAN TERIMAKASIH
demikian jumlah polutan dalam larutan akan Puji syukur kami panjatkan kehadirat
semakin berkurang. Hal ini juga sesuai dengan Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hukum Faraday I yang menyatakan bahwa hidayah-Nya sehingga kami dapat
“massa zat yang dihasilkan di elektroda selama menyelesaikan laporan akhir Program
proses elektrolisis berbanding lurus dengan Kreativitas Mahasiswa pada bidang kegiatan
banyaknya mol elektron (kuantitas kelistrikan) Karsa Cipta (PKM-KC) dengan judul
yang diberikan ke elektroda”. Berdasarkan “Pembuatan Alat Pengolah Limbah Cair
hukum tersebut diketahui bahwa jika semakin Dengan Metode Elektrokoagulasi Untuk
besar waktu yang digunakan untuk proses Industri Tahu Kota Samarinda”. Ucapan rasa
elektrolisis maka total muatan yang dihasilkan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak
juga semakin besar. Hal ini menyebabkan Dedy Irawan, ST., MT. selaku dosen
massa zat yang dihasilkan di elektroda juga pembimbing yang selalu memberikan arahan
semakin besar. Semakin besar massa zat yang dan masukan kepada kami, sehingga
dihasilkan di elektroda menyebabkan pelaksanaan kegiatan PKM-KC ini dapat
penurunan konsentrasi limbah menjadi berjalan dengan lancar. Tidak lupa kami
semakin besar. Namun karena kemampuan ucapkan rasa terimakasih kepada Direktorat
elektroda dalam mereduksi air limbah terbatas, Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah
maka meskipun waktu kontak diperlama reaksi memberikan bantuan dana bagi pelaksanaan
antara elektroda dengan air limbah sudah jenuh PKM-KC ini. Serta rasa terimakasih juga kami
sehingga kemampuan elektrodanya berkurang. sampaikan kepada semua pihak yang telah
Dapat dikatakan kinerja plat telah mengalami membantu dalam pelaksanaan PKM-KC ini.
kejenuhan. Dari seluruh data-data yang telah Atas segala bantuannya, kami ucapkan
disebutkan, terlihat bahwa proses terimakasih Dalam pembuatan laporan akhir
elektrokoagulasi dengan tegangan 2 volt dan ini, kami memohon maaf atas segala kesalahan
waktu proses selama 10 jam akan memberikan dan kekurangan yang ada. Kami berharap

58

JURNAL TEKNOLOGI TERPADU Vol. 6 No. 1 April 2018 ISSN 2338 - 6649

laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan ELEKTROKIMIA," Fakultas Teknologi
masyarakat luas yang membutuhkan. Serta Industri Institut Teknologi Nasional
laporan ini dapat dijadikan referensi guna Malang, Jawa Timur, 2014.
penelitian yang akan datang. Terima kasih [9] N. Hayadi, E. Sutrisno and S. Sumiyati,
"Analisis Penyisihan Kadar COD, BOD
DAFTAR PUSTAKA dan TSS," Universitas Diponegoro, 2011.
[10] R. Noviatri, "penerapan metode
[1] A. Allo, "Pengaruh Loading Rate elektrokoagulasi dalam pengolahan
Terhadap Penurunan Kadar COD dan limbah cair industri karet dengan
TSS," Politeknik Negeri Samarinda, menggunakan elektroda aluminium,"
Samarinda, 2015. Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang,
[2] A. Bangun, S. Aminah, R. Hutahean and 2014.
M. Ritonga, "Pengaruh Kadar Air, Dosis
dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk
Biji kelor Sebagai Alternatif Pengolahan
Limbah Cair Industri Tahu," Jurnal
Teknik Kimia, vol. 2, no. 1, pp. 7-13,
2013.
[3] A. Yulianto, L. Hakim, I. Purwaningsih
and V. Pravitasari, "Pengolahan limbah
cair industri batik pada skala laboratorium
dengan menggunakan metode
elektrokoagulasi," Jurnal Teknologi
Lingkungan Universitas Trisakti, pp. 6-11,
2009.
[4] B. Iswanto, "Teknologi elektrokoagulasi
hasil penelitian untuk pengolahan limbah
domestik," Jurnal teknologi Lingkungan
Universitas Trisakti, vol. 5, no. 4, pp. 1-9,
2010.
[5] F. Kaswinarni, "Kajian teknis Pengolahan
Limbah Padat dan cair Industri Tahu,"
Fakultas Ilmu Lingkungan Universitas
Diponegor, Semarang, 2007.
[6] G. Pillay, "Industrial Electrolysis and
Electrochemical Engineering (general),
Issue 9 Volume 6, Issue 9 of ECS
transactions," 2007. [Online]. Available:
https://books.google.co.id/books?id=oZy6
_YH1IZcC&pg=PA14&dg=Futuree+for+
electrtocoagulation+as+A+Localised+Wat
er+Treatment+TEchnology&hl=en&sa=X
&ved=0ahUKEwjS5ryiy9DJAhXHipQK
HYtECjMQ6AEIzAJ#v=onepage&q=elec
trocoagulation&f=false.
[7] Lembaga Derah Provinsi Kalimantan
Timur, "Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air,"
Kalimantan Timur, 2011.
[8] M. Hudha, Jimmy and Muyassaroh,
"STUDI PENURUNAN COD DAN TSS
LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU
MENGGUNAKAN PROSES

59

You might also like