You are on page 1of 12

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

KEMAMPUAN KOAGULAN KITOSAN DENGAN VARIASI


DOSIS DALAM MENURUNKAN KANDUNGAN COD DAN
KEKERUHAN PADA LIMBAH CAIR LAUNDRY (Studi pada
Rahma Laundry, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang)

DYAH AGUSTIN CATUR PUTRI*, Tri Joko**, Nikie Astorina Yunita


Dewanti***
*Kampus Undip Tembalang Jl. Prof. Soedarto, SH, Semarang Telp. (024) 7471604, Fax :
(024) 7460044
Email: dyahagustincp@yahoo.com
**FKM Undip Semarang
***FKM Undip Semarang

Abstract: Laundry liquid waste contains several chemical substances in


detergent raw materials such as phosphate, surfactants, ammonia, and total
suspended solids. The existence of detergent in high concentrations and exceeds
the quality standards that have been estabilished in a body of water can lead to
cases of enviromental pollution in the form of increased turbidity an Chemical
Oxygen Demands (COD) levels. Therefore in order to maintain and to ensure the
availabillity of water in terms of quality, it requires coagulation-flocculation
process to laundry liquid waste before discharging into water bodies. This study
aims to determine the decrease of COD levels and turbidity level in laundry liquid
waste using chitosan coagulant in Rahma Laundry, Tembalang District,
Semarang. The research is a quasi experimental study with pretest-posttest with
control group research design with 6 times replication. The total samples are 60
in wich 24 tested for the levels of turbidity and 6 controls. The test results of
Kruskal-Wallis with significance p-value < 0,05 indicates that dosage variation
(p=0,000) gives different levels of COD and dosage variation (p=0,000) provide
755,97 mg/l and the advantage levels of turbidity before treatment was 516,20
NTU. The optimum dosage of chitosan coagulant is on the dose of 200 mg/l with
the effectiveness decrease of COD levels and turbidity levels on 72,67% an
98,67% respectively.

Keywords : laundry, chemical oxygen demands (COD), turbidity, coagulation-


flocculation, chitosan
vendor

PENDAHULUAN posfat, surfaktan, ammonia dan


Latar Belakang nitrogen serta kadar padatan
Limbah cair laundry terlarut, kekeruhan, BOD (Biologycal
mengandung beberapa bahan kimia Oxygen Demands), dan COD
pada bahan baku detergen seperti (Chemical Oxygen Demands).1

711
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Keberadaan detergen dalam disebabkan oleh adanya eutrofikasi,


konsentrasi tinggi dan melebihi baku gulma dan tanaman air akan mati
mutu yang telah ditetapkan pada disebabkan oleh kekeruhan yang
badan air dapat menyebabkan kasus tinggi pada badan air sehingga
2
pencemaran lingkungan. mempengaruhi penetrasi cahaya
Di negara-negara berkembang matahari oleh karenanya dapat
termasuk Indonesia, limbah membatasi proses fotosintesis dan
domestik merupakan jumlah berdampak terhadap penurunan
pencemar terbesar (85%) yang produktivitas primer perairan.3
masuk ke badan air sehingga proses Chemical Oxygen Demands
self purification tidak berjalan (COD) adalah jumlah oksigen yang
seimbang. Bila hal ini terjadi terus dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
menerus akan terjadi peningkatan zat organik secara kimia dalam
kadar COD dan kekeruhan di limbah cair dengan memanfaatkan
sungai-sungai.3 oksidator kalium dikromat sebagai
Peningkatan COD dan sumber oksigen. Semakin tinggi nilai
kekeruhan disebabkan oleh COD, berarti semakin tinggi pula zat
tingginya kadar Pospat yang organik di dalam limbah dan
bersumber dari limbah laundry. sebaliknya.4 Kadar COD pada badan
Seperti yang terjadi di Kota air penerima yang dipersyaratkan
Semarang, peningkatan jumlah dalam Peraturan Daerah Jawa
usaha laundry menyebabkan Tengah Nomor 5 Tahun 2012
tingginya tingkat eutrofikasi di tentang Baku Mutu Air Limbah tidak
sungai. boleh melebihi 100 mg/l, oleh karena
Pospat dalam detergen itu perlu dilakukan pengujian
merupakan makronutrien bagi kandungan COD pada limbah cair
tanaman; kelebihan Pospat pada sebelum dibuang ke badan air
5
badan air merangsang pertumbuhan penerima.
tanaman air dan biasa disebut Berdasarkan hasil observasi
eutrofikasi. Lebih lanjut, eutrofikasi dan penelitian pendahuluan
menyebabkan oksigen terlarut yang terhadap limbah cair laundry di
seharusnya digunakan bersama oleh Rahma Laundry, Kecamatan
seluruh hewan/ tumbuhan air Tembalang, Kota Semarang,
menjadi berkurang. Selain kandungan COD mencapai 715,30
712
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mg/l dan tingkat kekeruhan koagulan kitosan. Rodrigues pada


mencapai 616,68 NTU. Angka ini tahun 2008 dalam Rachmi pada
melebihi baku mutu limbah yang tahun 2014 menyatakan bahwa
dipersyaratkan, oleh karena itu untuk kitosan dapat meningkatkan
menjaga dan menjamin ketersediaan kecepatan sedimentasi, penurunan
air dalam hal kualitas (mutu) turbiditas dan meningkatkan
diperlukan tratment (pengolahan) kepadatan endapan yang dihasilkan
terhadap limbah cair laundry dalam pengolahan limbah.9 Sejalan
sebelum dibuang ke badan air dengan Manurung pada tahun 2011
penerima.6 menyatakan bahwa daya koagulasi
Terdapat beberapa teknik koagulan kitin/ kitosan lebih unggul
pengolahan limbah cair yang dibandingkan tawas dalam
10
mengandung detergen, salah menurunkan kekeruhan. Selain itu,
satunya adalah pengolahan kimia aplikasi koagulan kitosan dalam
berupa proses koagulasi-flokulasi menurunkan kandungan COD dan
untuk menghilangkan partikel- tingkat kekeruhan sudah banyak
partikel yang tidak mudah dibuktikan. Penelitian Izaki pada
mengendap (koloid), melalui tahun 2014 mengenai pemanfaatan
pembubuhan koagulan ke dalam air kitosan sebagai bahan adsorben
baku diikuti pengadukan cepat pada limbah cair batik melalui
(koagulasi) dan pengadukan lambat metode koagulasi-flokulasi mampu
(flokulasi) sehingga mengakibatkan menurunkan COD 73,75%.11
terjadinya penggumpalan partikel– Penelitian mengenai kitosan juga
partikel koloid yang kemudian dilakukan oleh Harahap pada tahun
sebagian besar dapat dipisahkan 2011 mengenai penggunaan kitosan
dalam proses sedimentasi.7 Metode dari kulit udang dalam menurunkan
koagulasi-flokulasi umumnya kadar TSS pada limbah cair Industri
berhasil menurunkan kandungan Playwood serta mampu menurunkan
COD sebanyak 40-70%.8 COD dari 279 mg/l menjadi 217
Koagulan dalam proses mg/l.12 Berdasarkan uji pendahuluan
koagulasi-flokulasi berfungsi untuk yang dilakukan pada tanggal 2 April
mempercepat pembentukan flok 2015 menggunakan sampel limbah
yang lebih besar, kokoh dan stabil, cair Raham Laundry, didapatkan
dalam penelitian ini menggunakan hasil koagulan kitosan mampu
713
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

menurunkan kandungan COD dan 3r ≥ 15 + 3


tingkat kekeruhan berturut-turut r ≥6
sebesar 68,38% dan 74,60%. t: perlakuan
r: jumlah perulangan
METODE PENELITIAN Pengolahan data dilakukan
Jenis penelitian ini yaitu dengan beberapa tahapan yaitu
penelitian Eksperimen semu atau editing (pemeriksaan data), entry
quasi-experimental, rancangan yang (pemindahan data ke komputer),
digunakan yaitu Pretest-Postest with tabulating, interpretasi dan penyajian
Control Group. data. Analisis data yang digunakan
Variabel bebas dalam penelitian yaitu analisis deskriptif dan uji
ini adalah koagulan kitosan dengan statistik. Secara deskriptif data hasil
dosis 100 mg/l, 150 mg/l, 200 mg/l, pengolahan disajikan dalam bentuk
dan 250 mg/l. Variabel terikatnya tabel, grafik, dan narasi-narasi.
adalah penurunan konsentrasi COD Uji statistik yang digunakan yaitu
dan kekeruhan pada limbah cair uji normalitas data. Pada penelitian
Rahma Laundry. ini data yang didapatkan tidak
Populasi dalam penelitian ini berdistribusi normal, selanjutnya
adalah seluruh air limbah laundry dilakukan Uji Kruskal-Wallis dan
yang berada di Rahma Laundry, untuk mengetahui perbedaan yang
Timoho Raya, Kecamatan paling bermakna maka dilanjutkan
Tembalang, Kota Semarang dengan dengan uji Mann Whitney. Taraf
sampel berjumlah 30 sampel. kepercayaan dalam uji ini adalah
Replikasi pada eksperimen 95% atu dengan tingkat signifikansi
dilakukan untuk lebih memberikan α=0,05, dan pengambilan keputusan
keakuratan data kandungan COD berdasarkan nilai probabilitas (p-
dan tingkat kekeruhan sebelum dan value); bila p-value < 0,05 maka
sesudah perlakuan. Banyaknya perbedaan signifikan. Bila p-vaue >
replikasi dalam eksperimen dihitung 0,05 berarti tidak ada perbedaan
menggunakan rumus: signifikan.
(t-1) (r-1) ≥ 15
(4-1) (r-1) ≥ 15 HASIL DAN PEMBAHASAN
(3) (r-1) ≥ 15 A. Gambaran Umum Lokasi
3r – 3 ≥ 15 Penelitian
714
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Lokasi dalam penelitian ini C. Karakteristik Koagulan Kitosan


berada di Rahma Laundry yang Penelitian ini menggunakan
terletak di Jalan Timoho Raya No. koagulan kitosan dengan
258, Tembalang, Kota Semarang. karakteristik sebagai berikut:
Dalam satu hari Rahma Laundry
mampu menlayani pencucian hingga Tabel 2. Mutu Kitosan yang digunakan
dalam Penelitian
100 kg dengan air yang dibutuhkan Parameter Kitosan
berkisar 750 liter air perhari. Bahan Baku Cangkang Udang
Ukuran Partikel Bubuk (20-30 mesh)
Limbah cair yang dihasilkan dari Kelembaban (%) < 10 %
proses pencucian dialirkan secara Kadar Abu < 0,5%
Kelarutan dalam Asam > 99%
langsung dari pipa yang terhubung Asetat 1%
Derajat Deasetilasi > 80%
dengan mesin cuci lalu dibuang Total Mikroba < 103 cfu/gram
melalui saluran pembuangan ke Koliform negatif
S.aureus negatif
badan air tanpa pengolahan terlebih Salmonella negatif
V. cholera negatif
dahulu.
Dalam satu hari, frekuensi
pembuangan air limbah sesuai
dengan frekuensi pencucian yang D. Hasil Penelitian
dilakukan di Rahma Laundry yaitu 1. Kandungan COD Sebelum dan
dilakukan sebanyak 23 kali. Jika Sesudah Perlakuan Koagulasi-
pakaian kotor sedang banyak, Flokulasi
frekuensi pembuangan limbah cair Tabel 3. Hasil Pengukuran Kandungan COD
dan frekuensi pencucian laundry sebelum dan sesudah perlakuan
Re Kontrol COD COD seseudah perlakuan (mg/l)
p sebelum
dilakukan sebanyak 32 kali. ke- (mg/l)
D0 D1 D2 D3 D4
I 752,71 755,97 401,30 326,46 196,31 469,63
II 752,71 755,97 414,32 232,31 209,33 453,36
B. Karakteristik Limbah Laundry III 752,71 755,97 417,57 316,70 202,82 476,14
IV 752,71 755,97
Berdasarkan hasil pengujian 420,82 310,20 225,60 456,62
V 752,71 755,97 404,56 323,97 199,57 463,12
karakteristik awal limbah cair Rahma VI 752,71 755,97 407,81 300,43 206,07 450,11
Rat
Laundry pada uji lanjutan 3 Juni a-
rata
752,71 755,97 411,06 301,08 206,62 461,50

2015 di Laboratorium Teknik


Lingkungan Fakultas Teknik Undip, Tabel 3 menunjukkan rata-rata

didapatkan data sebagai berikut: kandungan COD sesudah perlakuan


koagulasi - flokulasi menggunakan
Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair Rahma
Laundry koagulan kitosan dengan dosis 100
Parameter Satuan Hasil Pengujian 715
COD mg/l 755,97
Kekeruhan NTU 516,20
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mg/l (D1), 150 mg/l (D2), 200 mg/l Tabel 5 menunjukkan tingkat
(D3), dan 250 mg/l (D4). kekeruhan pada limbah cair laundry
Rata-rata kandungan COD sebelum dan sesudah perlakuan
tertinggi terdapat pada dosis koagulasi dan flokulasi
koagulan kitosan 250 mg/l (D4) yaitu menggunakan koagulan kitosan
461,50 mg/l, sedangkan rata-rata dengan variasi dosis 100 mg/l (D1),
kandungan COD terendah terdapat 150 mg/l (D2), 200 mg/l (D3), dan
pada dosis koagulan kitosan 200 250 mg/l (D4).
mg/l (D3) yaitu sebesar 206,62 mg/l. Rata-rata tingkat kekeruhan
sesudah perlakuan tertinggi terdapat
Tabel 4. Ektifitas Penurunan Kandungan pada dosis koagulan kitosan 250
COD sesudah Perlakuan mg/l (D4) yaitu 40,54 NTU
Replikasi ke- Efektifitas Perlakuan (%) sedangkan rata-rata tingkat
D1 D2 D3 D4
I
kekeruhan terendah terdapat pada
46,92 60,08 74,03 42,57
II 45,19 71,59 72,31 44,56 dosis koagulan kitosan 200 mg/l
III 44,76 61,27 73,17 41,78
IV 44,33 62,07 70,16 44,16 (D3) yaitu sebesar 6,11 NTU.
V 46,48 60,38 73,60 43,37
VI 46,05 63,26 72,74 44,96
Rata-rata 45,62 63,11 72,67 43,57
Tabel 6. Ektifitas Penurunan Kandungan
COD sesudah Perlakuan
Replikasi ke- Efektifitas Perlakuan (%)
Tabel 4 menunjukkan efektifitas D1 D2 D3 D4
I 95,37 96,44 98,83 92,01
penurunan kandungan COD II 95,40 96,47 98,39 92,27
III
sesudah perlakuan. 95,21 96,47 98,82 92,00
IV 95,22 96,54 98,36 92,25
Rata-rata efektifitas penurunan V 95,40 96,42 98,82 92,02
VI 95,38 96,55 98,81 92,29
kandungan COD terbesar pada Rata-rata 95,33 96,48 98,67 92,14

dosis koagulan kitosan 200 mg/l


(D3) yaitu sebesar 72,67%, Tabel 6 menunjukkan efektifitas
sedangkan rata-rata efektifitas penurunan tingkat kekeruhan
penurunan kandungan COD terkecil sesudah perlakuan. Rata-rata
pada dosis koagulan kitosan 250 efektifitas penurunan tingkat
mg/l yaitu sebesar 43,57%. kekeruhan terbesar pada dosis
koagulan kitosan 200 mg/l (D3) yaitu
2. Tingkat Kekeruhan Sebelum dan sebesar 98,67%, sedangkan rata-
Sesudah Perlakuan Koagulasi- rata efektifitas penurunan tingkat
Flokulasi kekeruhan terkecil pada dosis
716
Tabel 5. Hasil Pengukuran Tingkat Kekeruhan
sebelum dan sesudah perlakuan
Re Kontrol Kekeruh Kekeruhan seseudah perlakuan (mg/l)
p an
ke- sebelum
(mg/l)
D0 D1 D2 D3 D4
I 509,12 516,20 23,87 18,33 6,02 41,23
II 509,12 516,20 23,72 18,20 6,18 39,89
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

koagulan kitosan 250 mg/l yaitu penurunan kandungan COD


sebesar 92,14%. didapatkan nilai p-value =
0,000(<0,05), maka Ho ditolak
E. Analisis Data dan Ha diterima. Sehingga ada
1. Uji Normalitas Data perbedaan penurunan
a. Uji normalitas data kandungan kandungan COD pada limbah
COD dengan Shapiro-Wilk cair laundry antara sebelum
Berdasarkan uji normalitas dan sesudah perlakuan.
data dengan Shapiro-Wilk b. Uji Beda pada Data Tingkat
yaitu data kandungan COD Kekeruhan dengan Kruskal-
sebelum dan sesudah Wallis
perlakuan didapatkan nilai p- Berdasarkan uji beda data
value = 0,001(<0,05), maka Ho dengan Kruskal-Wallis yaitu
ditolak dan Ha diterima. data penurunan tingkat
Sehingga data selisih kekeruhan postest didapatkan
kandungan COD berdistribusi nilai p-value = 0,000(<0,05),
tidak normal. maka Ho ditolak dan Ha
b. Uji normalitas data tingkat diterima. Sehingga ada
kekeruhan dengan Shapiro-Wilk perbedaan penurunan tingkat
Berdasarkan uji normalitas kekeruhan pada limbah cair
data dengan Shapiro-Wilk laundry antara sebelum dan
yaitu data tingkat kekeruhan sesudah perlakuan.
sebelum dan sesudah 3. Uji Mann Whitney
perlakuan didapatkan nilai p- a. Uji mann whitney data
value = 0,000(<0,05), maka Ho kandungan COD
ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan uji signifikansi
Sehingga data selisih tingkat data dengan Mann Whitney
berdistribusi tidak normal. yaitu data selisih kandungan
2. Uji Beda COD pada variasi dosis 100
a. Uji Beda pada data kandungan mg/l dengan 150 mg/l, 100
COD dengan Kruskal-Wallis mg/l dengan 200 mg/l, 100
Berdasarkan uji beda data mg/l dengan 250 mg/l, 150
kandungan COD dengan mg/l dengan 100 mg/l, 150
Kruskal-Wallis yaitu data mg/l dengan 200 mg/l, 150
717
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mg/l dengan 250 mg/l, 200 mg/l dengan 100 mg/l, 150
mg/l dengan 250 mg/l, 250 mg/l dengan 200 mg/l, 150
mg/l dengan 100 mg/l, 250 mg/l dengan 250 mg/l, 200
mg/l dengan 150 mg/l, 250 mg/l dengan 250 mg/l, 250
mg/l dengan 200 mg/l dengan 100 mg/l, 250
mg/l.didapatkan nilai p-value = mg/l dengan 150 mg/l, 250
0,004(<0,05) dan Z= -,2882, mg/l dengan 200 mg/l
dimana hasil ini memberikan didapatkan nilai p-value =
nilai yang sama pada setiap 0,004(<0,05) dan Z = - 2,882,
variasi dosis, maka menolak dimana hasil ini memberikan
hipotesis Ho. Sehingga ada nilai yang sama pada setiap
perbedaan bermakna p,ada variasi dosis, maka menolak
selisih kandungan COD pada hipotesis Ho. Sehingga ada
limbah cair laundry perbedaan bermakna pada
berdasarkan variasi dosis 100 selisih tingkat kekeruhan pada
mg/l dengan 150 mg/l, 100 limbah cair laundry
mg/l dengan 200 mg/l, 100 berdasarkan dosis 100 mg/l
mg/l dengan 250 mg/l, 150 dengan 150 mg/l, 100 mg/l
mg/l dengan 100 mg/l, 150 dengan 200 mg/l, 100 mg/l
mg/l dengan 200 mg/l, 150 dengan 250 mg/l, 150 mg/l
mg/l dengan 250 mg/l, 200 dengan 100 mg/l, 150 mg/l
mg/l dengan 250 mg/l, 250 dengan 200 mg/l, 150 mg/l
mg/l dengan 100 mg/l, 250 dengan 250 mg/l, 200 mg/l
mg/l dengan 150 mg/l, 250 dengan 250 mg/l, 250 mg/l
mg/l dengan 200 mg/l. dengan 100 mg/l, 250 mg/l
b. Uji mann whitney data tingkat dengan 150 mg/l, 250 mg/l
kekeruhan dengan 200 mg/l.
Berdasarkan uji signifikansi
data dengan mann whitney PEMBAHASAN
yaitu data selisih tingkat A. Kandungan COD dan Tingkat
kekeruhan pada variasi dosis Kekeruhan Limbah Cair Rahma
100 mg/l dengan 150 mg/l, 100 Laundry
mg/l dengan 200 mg/l, 100 Prinsip koagulasi-flokulasi
mg/l dengan 250 mg/l, 150 menggunakan koagulan kitosan
718
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

adalah adanya gaya tarik sejalan dengan penelitian yang


menarik antara koloid didalam dilakukan oleh Izaki pada
limbah cair laundry yang tahun 2014 mengenai
bermuatan negatif dengan pemanfaatan kitosan sebagai
koagulan kitosan yang memiliki bahan adsorben pada limbah
sifat polielektrolit kationik cair batik melalui metode
sehingga kation bermuatan koagulasi-flokulasi mampu
positif yang terdapat pada menurunkan COD 73,75%.11
ujung-ujung rantai karbon Hasil efisiensi penurunan
koagulan kitosan reaktif tingkat kekeruhan sejalan
mengikat muatan negatif pada dengan penelitian yang
koloid. dilakukan Darnianti pada tahun
Pemberian dosis koagulan 2008 mengenai penurunan
kitosan pada rentang dosis kadar warna limbah cair
100 mg/l, 150 mg/l dan 200 industri pencucian jeans
mg/l membantu mengikat dengan kitosan dan jamur
koloid di dalam limbah cair lapuk putih mampu
laundry lalu membuat koloid menurunkan turbiditas atau
penyebab kekeruhan yang kekeruhan 95,80%.13
pada awalnya bersifat stabil Sedangkan pada dosis
menjadi tidak stabil koagulan kitosan 250 mg/l
muatannya, maka terjadilah terjadi peningkatan tingkat
gaya tarik-menarik menjadi kekeruhan, hal ini disebabkan
flok terendapkan. Dengan oleh berlebihnya dosis
demikian proses pengendapan koagulan kitosan yang
koloid pada limbah cair Rahma diberikan, sehingga frekuensi
Laundry ini berlangsung, dan tumbukan semakin banyak
menyebabkan penurunan terjadi serta ion positif pada
kandungan COD dan koagulan kitosan yang berlebih
kekeruhan di dalam limbah menimbulkan gaya tolak
cair Rahma Laundry berturut- menolak antar partikel dan
turut mencapai 72,67% dan menyebabkan terjadinya
98,67%. Hasil efisiensi gerakan pada koloid di dalam
penurunan kandungan COD sampel limbah cair laundry.
719
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Wardhani pada tahun 2014 meningkat pula kandungan


menyatakan bahwa dosis COD didalam limbah cair
koagulan yang terlalu sedikit maupun pada badan air
tidak secara maksimal dapat penerima. Sehingga dapat
mengikat partikel koloid, dan ditarik kesimpulan bahwa
apabila dosis yang diberikan penurunan tingkat kekeruhan
berlebihan akan berbanding lurus dengan
mengakibatkan restabilisasi penurunan kandungan COD.
14
partikel koloid. Amir pada Namun angka dari efisiensi
tahun 2010 dalam Nasution penurunan tingkat kekeruhan
pada tahun 2014 menyatakan dan kandungan COD tidak
bahwa, timbulnya gaya tolak memberikan hasil yang sama.
menolak antar partikel Hal ini dikarenakan didalam air
menyebabkan gagalnya limbah laundry tidak hanya ada
pengikatan dan pembentukan senyawa organik yang
15
flok. terendapkan, sehingga efisiensi
penyisihan COD tidak sama
B. Hubungan Kekeruhan dan besar dengan efisiensi penyisan
COD tingkat kekeruhan.
Tingkat kekeruhan didalam
limbah cair berkorelasi negatif C. Dosis Optimum Koagulan
dengan jumlah oksigen terlarut, dalam Menurunkan
sehingga semakin Kandungan COD dan Tingkat
meningkatnya kekeruhan maka Kekeruhan
jumlah oksigen terlarut semakin Dosis koagulan kitosan yang
menurun. Selain itu, badan air optimal berperan penting dalam
membutuhkan oksigen terlarut penyisihan kandungan COD
untuk mendukung aktifitas maupun tingkat kekeruhan.
primer perairan. Ketika Dosis koagulan dianggap
ketersediaan oksigen terlarut optimal apabila memberikan
menurun, namun dilain sisi kualitas terbaik pada hasil
jumlah oksigen yang dibutuhkan pengujian kandungan COD dan
untuk mendegradasi polutan tingkat kekeruhan. Dosis
didalam air meningkat maka koagulan kitosan yang optimal
720
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

untuk menurunkan kandungan 5. Dosis koagulan yang optimal


COD dan tingkat kekeruhan adalah 200 mg/l.
pada limbah cair Rahma 6. Hasil statistik uji Kruskal-Wallis
Laundry adalah pada dosis 200 terdapat perbedaan penurunan
mg/l. kandungan (COD) pada limbah
cair laundry antara sebelum dan
KESIMPULAN sesudah perlakuan dengan p-
1. Kandungan COD pada limbah value = 0,000 (<0,005).
cair laundry sebelum perlakuan 7. Hasil statistic uji Kruskal-Wallis
koagulasi-flokulasi menggunakan terdapat perbedaan penurunan
koagulan kitosan adalah 755,97 tingkat kekeruhan pada limbah
mg/l. cair laundry antara sebelum dan
2. Tingkat kekeruhan pada limbah sesudah perlakuan dengan p-
cair laundry sebelum perlakuan value = 0,000 (<0,005).
koagulasi-flokulasi menggunakan DAFTAR PUSTAKA
koagulan kitosan adalah 516,20 1. Ahmad, Jamil dan Hassan EL-
NTU. Dessouky. Design of a Modified
Low Cost Treatment System for
3. Kandungan COD rata-rata the Recycling and Reuse of
sesudah perlakuan koagulasi- Laundry Waste Water,
Resources, Conservation and
flokulasi menggunakan koagulan Recycling, (Online), Vol. 52, Hal.
kitosan dengan variasi dosis 100 973-978; 2008.
(www.sciencedirect.com/science/
mg/l, 150 mg/l, 200 mg/l, dan 250 article/pii/S0921344908000359,
mg/l masing-masing sebesar diakses 1 April 2015).
2. Kementrian Lingkungan Hidup.
411,06 mg/l, 301,68 mg/l, 206,62 Limbah Deterjen Pencemar
mg/l dan 461,50 mg/l. Kualitas Air Tanah. (Online);
2010.
4. Tingkat kekeruhan rata-rata (http://www.menlh.go.id/limbah-
sesudah perlakuan koagulasi- deterjen-pencemar-kualitas-air-
tanah/, diakses pada 24 April
flokulasi menggunakan koagulan 2015).
kitosan dengan variasi dosis 100 3. Sasongko, Lutfi Aris.
Pencemaran Air Sungai Tuk
mg/l, 150 mg/l, 200 mg/l, dan 250 Akibat Air Limbah Domestim
mg/l masing-masing sebesar (Studi Kasus Kelurahan Bendan
Ngisor dan Kelurahan
24,36 NTU, 18,30 NTU, 6,11 NTU Sampangan Kecamatan Gajah
dan 54,19 NTU. Mungkur Kota Semarang.
(Online), Jurnal Momentum, Vol.
4 No. 1, Hal. 48-55; April 2008,
721
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Nugroho, Satyanur Yudhiatama. Hal. 182-188. ISSN 1907-9850;


Penurunan Kadar COD dan TSS 2011
Pada Limbah Industri Pencucian 11. Izaki, Ayu Fitri. Pemanfaatan
Pakaian (Laundry) dengan Kitosan Sebagai Bahan
Teknologi Biofilm Menggunakan Adsorben pada Limbah Cair
Media Filter Serat Plastik dan Batik. Agustus 2014, Jurnal Ilmu
Tembikar Dengan Susunan Berbagi - Seri Ilmu Kesehatan
Random. Teknik Lingkungan, dan Lingkungan, Vol. 2014, No.
Universitas Diponegoro; 2014. 2, Hal. 1-10; 2014.
4. Nugroho, Satyanur Yudhiatama. 12. Harahap, Sampe. Penggunaan
Penurunan Kadar COD dan TSS Kitosan dari Kulit Udang dalam
Pada Limbah Industri Pencucian Menurunkan Kadar Total
Pakaian (Laundry) dengan Suspended Solid (TSS) pada
Teknologi Biofilm Menggunakan Limbah Cair Industri Plywood.
Media Filter Serat Plastik dan Panam, Riau : s.n., Jurnal
Tembikar Dengan Susunan Akuatika, Vol. II, No. 2, Hal. 116-
Random. Teknik Lingkungan, 125. ISSN 0853-2523.
Universitas Diponegoro; 2014. September; 2011.
5. Peraturan Daerah Jawa Tengah 13. Darnianti. Penurunan Kadar
Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Warna Limbah Cair Industri
Baku Mutu Air Limbah, Pencucian Jeans dengan
Semarang : Pemerintah Daerah Kitosan dan Jamur Lapuk Putih.
Jawa Tengah; 2012 Makalah dipublikasikan dalam
6. Alamsyah, Sujana. Merakit Tesis Sekolah Pacasarjana
Sendiri Alat Penjernih Air untuk Universitas Sumatera Utara;
Rumah Tangga. Jakarta: Kawan 2008
Pustaka 14. Wardhani, Widyastuti Kusuma.
7. Aliya. Mengenal Teknik Khitin Rajungan sebagai
Penjernihan Air. Semarang: Biokoagulan untuk Penyisihan
Aneka Ilmu, ISBN: 978-979-736- turbidity, TSS, BOD dan COD
8180; 2008 pada Pengolahan Air Limbah
8. Risdianto, Dian. Optimalisasi Farmasi PT. Phapros tbk,
Proses Koagulasi Flokulasi Semarang. Tugas Akhir
Untuk Pengolahan Air Limbah dipublikasikan oleh Teknik
Industri Jamu (Studi Kasus PT. Lingkungan Universitas
Sido Muncul). Semarang; 2007. Diponegoro; 2014.
9. Rachmi, Nur Fitriah. Pengolahan 15. Nasution, Poso. Studi
Limbah Cair Model Industri Pulp Penurunan TSS, Turbidity dan
dan Kertas menggunakan COD dengan Menggunakan
Metode Koagulasi-Flokulasi dan Kitosan dari Limbah Cangkang
Irradiasi UV/ H2O2. Skripsi Keong Sawah sebagai
dipulikasikan oleh Fakultas Biokoagulan dalam Pengolahan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Limbah Cair PT. SIDO
Pengetahuan Alam Universitas MUNCUL, TBK SEMARANG;
Pendidikan Indonesia; 2008 2014.
10. Manurung, Manatun. Potensi
Khitin/ Khitosan dari Kulit Udang
sebagai Biokoagulan Penjernih
Air. Jurnal Kimia, Vol. 5 No. 2,

722

You might also like