You are on page 1of 9

OPTIMIZATION OF THE GROWTH MEDIA OF Bacillus cereus

BACTERIA WITH THE ADDITION OF SKIM MILK AND DIFFERENT


CARBON SOURCES
Muhammad Taufan1, Feliatra2, Irwan Effendi2
1
Student of The Faculty of Fisheries and Marine Universitas of Riau, Pekanbaru
2
Lecturer at the Faculty of Fisheries and Marine Universitas of Riau, Pekanbaru
Corresponding Autor: mtaufanhyqal@gmail.com

ABSTRACT

The goal of this research was to find the optimal media for growing B. cereus bacteria with
various carbon sources. This study used an experimental method with two Bacillus cereus
bacterium isolates, namely B. cereus strain SN7 (isolate N) and a consortium of bacteria isolates
(a combination of several B. cereus isolates with different strains). The two isolates were grown
in sago liquid waste media, tofu liquid waste media, and molasses liquid waste media
supplemented with a protein source, skim milk, with three replications in each treatment.
Bacterial culture growth was measured every 6 hours for 24 hours using two methods: the TPC
method and bacterial cell biomass measurement. According to the results of this study's
measurements, molasses waste media was the best modified medium for B. cereus growth. The
difference in growth between the B. cereus strain SN7 bacterial isolates and the consortium
cultured on molasses media was not significant. The isolates with the largest number of cell
growth were B. cereus consortium isolates, with 2,023 x108 CFU/ml in the TPC method and
1,011 g/ml in the biomass measurement method at 24 hours.
Keywords: Bacillus cereus, carbon, molasses, optimal growth, skim milk

1. PENDAHULUAN hal ini terbukti dari beberapa penelitian


Susu adalah salah satu hasil ternak yang sebelumnya yang menyatakan B. cereus
dikenal sebagai bahan makanan bernilai gizi menjadi probiotik yang dapat menghambat
tinggi. Kandungan gizi yang terkandung di beberapa bakteri patogen dan juga merupakan
dalam susu diantaranya protein (3,5%), lemak bakteri heterotrofik yang dapat mendegradasi
(3,9%), laktosa (4,9%), mineral, dan vitamin bahan organik yang bersifat toksik di
(0,7%) (Putri, 2016). Protein merupakan zat lingkungan terutama perairan (Nainggolan,
gizi yang sangat penting, karena berfungsi 2019).
untuk membentuk jaringan baru dalam masa Salah satu nutrisi yang menjadi
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, komponen utama dan dapat dimanfaatkan oleh
memelihara, memperbaiki, mengganti jaringan bakteri probiotik penghasil protein sel tunggal
yang rusak, dan sebagai cadangan energi bila seperti B. cereus yaitu protein. Protein
tubuh kekurangan lemak dan karbohidrat berfungsi sebagai sumber nutrisi yang
(Fridawanti, 2016). dibutuhkan oleh sel sebagai penyusun
Umumnya bakteri yang dapat struktural sel itu sendiri (Azhar, 2016).
memproduksi protein adalah Bacillus sp. Salah satu media yang dapat diasumsikan
(Inuhan et al. 2016). Salah satu bakteri dengan cocok untuk pertumbuhan bakteri B.cereus
genus Bacillus yang berpotensi sebagai yaitu limbah sagu. Pernyataan ini didasari oleh
sumber produksi protein yaitu Bacillus cereus, pendapat dari Ahmad et al. (2019) yang
menyatakan bahwa, limbah cair sagu yang melakukan penelitian yang berjudul “Optimasi
mengandung karbohidrat cukup tinggi dan Media Pertumbuhan Bakteri Bacilus cereus
bersifat asam mempunyai prospek untuk Dengan Penambahan Sumber Karbon
dimanfaatkan sebagai media fermentasi Berbeda”.
bakteri.
Limbah cair sagu berasal dari proses 2. METODE PENELITIAN
penyaringan bubur empulur sagu (ekstraksi) Waktu dan Tempat
dan pengendapan pati. Industri pengolahan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
sagu, baik tradisional maupun modern yang Juni-Juli 2021 di Laboratorium Mikrobiologi
berkapasitas besar akan menghasilkan limbah Laut Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas
cair sagu dan dibuang begitu saja di Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
lingkungan, baik di darat maupun di sungai
(Ahmad et al., 2019; Irnawati et al., 2018). Metode Penelitian
Limbah cair sagu masih mengandung nutrien- Penelitian ini menggunakan metode
nutrien, seperti karbohidrat, protein, dan eksperimen yang menggunakan isolat bakteri
bahanbahan lainnya yang jika dibiarkan atau B. cereus strain N dan konsorsium yang terdiri
dibuang begitu saja ke sungai justru dapat dari B. cereus strain SP4 (isolat C), B. cereus
mencemari air sehingga menurunkan kualitas strain S5 (isolat D), B. cereus strain Xmb051
air dan menimbulkan bau yang tidak sedap di (isolat H), B. cereus strain BF2 (Isolat B), dan
sekitar tempat pengolahan sagu tersebut B. cereus stran SN7 (isolat N) yang ada di
(Apriyanto et al., 2021). Laboratorium Mikrobiologi Laut.
Limbah molase merupakan hasil Rancangan percobaan yang digunakan
samping dari industri pengolahan gula yang pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
memiliki kandungan gula cukup tinggi Lengkap Faktorial yang memiliki dua faktor
sebanyak 48%-55% (Tyas, 2017). Limbah yaitu media dan isolat. Untuk media memiliki
cair tahu mengandung senyawa organik lima taraf yang terdiri dari media limbah tahu,
yang berupa protein, karbohidrat, lemak limbah sagu, limbah molase, kontrol positif
dan minyak. Selain itu, limbah cair tahu (media NB), dan kontrol negatif (aquades).
juga mengandung gas oksigen (O 2), Sedangkan isolat memiliki dua taraf yaitu B.
hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), cereus SN7 dan konsorsium yang diulang
karbondioksida (CO2) dan metana (CH4) masing-masing sebanyak tiga kali.
(Sally et al., 2019). Oleh karena itu, dilihat
dari kandungan karbohidrat yang terdapat pada Prosedur Penelitian
limbah molase dan limbah tahu yang cukup 1. Penyediaan Sampel Isolat Bakteri
Persiapan isolat bakteri Bacillus cereus
tinggi, maka limbah tersebut dapat
dilakukan dengan cara menginokulasibiakan
dimanfaatkan secara optimal bagi
murni bakteri B. cereus dari koleksi bakteri
pertumbuhan B. cereus. Terdapat sumber
Laboratorium Mikrobiologi Laut Jurusan Ilmu
karbohidrat yang diasumsikan berpotensi
Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan
dalam mengoptimalkan pertumbuhan bakteri
Universitas Riau ke media miring NA secara
B. cereus, yaitu limbah molase dan limbah
aseptis dan diinkubasi selama 24 jam pada
tahu.
suhu 36oC. Terdapat 2 isolat bakteri B. cereus
Pada beberapa industri tahu, tidak
yang diinokulasi dan dikultur pada media
seluruhnya limbah cair dibuang, namun
limbah modifikasi, yaitu isolat bakteri B.
sebagian kecil limbah cair tersebut masih
cereus strain SN7 dan isolat bakteri B. cereus
digunakan kembali sebagai bahan penggumpal
konsorsium, dimana bakteri bakteri ini
sari pati kedelai, yang mana nantinya akan
diharapkan dapat tumbuh dengan baik dalam
dicetak menjadi produk tahu. Berdasarkan
satu media yang sama.
penjelasan tersebut maka penulis tertarik untuk
2. Pembuatan Media Pertumbuhan fisiologis NaCl 0,9% yang akan dikultur pada
Limbah cair tahu, limbah cair sagu, dan media pertumbuhan dengan cara
molase dicampurkan dengan mikronutrien lain menyetarakan tingkat kekeruhan suspensi
seperti Vitamin B12, K2HPO4, dan KH2PO4 bakteri dan larutan standard McFarland secara
sebagai larutan penyangga, dan juga NaCl visual. Prosedur pembuatan larutan
sebagai garam mineral yang kemudian McFarland dalam penelitian ini yaitu dengan
dilarutkan dalam aquades lalu media limbah memasukkan BaCl2 terlebih dahulu lalu
cair modifikasi disterilisasi menggunakan ditambahkan H2SO4 sesuai komposisi dari
autoclave pada suhu 121°C, tekanan 2 atm. skala McFarland, kemudian larutan divortex
Agar mendapat formulasi campuran dan ditutup dengan aluminium foil lalu
bahan dengan komposisi terbaik pembuatan disimpan pada suhu ruang. Skala standard
media limbah cair dengan sumber karbon McFarland yang digunakan dalam penelitian
berbeda yang ditambahkan susu skim ini adalah 0,5 dengan komposisi 0,05 ml BaCl
dilakukan dengan menentukan nilai C/N 20:1. 1% + 9,95 ml H2SO4 1% dengan perikiraan
Dengan formulasi pembuatan media dapat jumlah bakteri pada suspensi 1,5×108/ml dan
dilihat sebagai berikut: nilai absorbansi (Optical Density) 0,8 sampai 1
LCT = 5,75 ml limbah cair tahu + 15,8 gram (DALYNN Biological, 2014).
K2HPO4 + 12,8 gram KH2PO4 + 5 mg
Vitamin B12 + 31,7 ml susu skim + 4. Kuktur Bakteri pada Media Pertumbuhan
aquades Kultur dilakukan dengan cara
LCS = 6,5 ml limbah sagu + 15,8 g K2HPO4 + mensuspensikan isolat bakteri terlebih dahulu.
12,8 g KH2PO4 + 5 mg Vitamin B12 + Isolat bakteri B.cereus strain N dan bakteri
31,7 ml susu skim dilarutkan dalam konsorsium diambil dari media NA
akuades. sebelumnya menggunakan jarum ose,
LCM = 42,8 ml molase + 15,8 gram K2HPO4 disuspensikan kedalam 20 ml larutan fisiologis
+ 12,8 gram KH2PO4 + 5 mg Vitamin 0,9% NaCl secara aseptis dan dihomogenkan
B12 + 31,7 ml susu skim + aquades; menggunakan vortex sampai kekeruhan
Semua perlakuan tersebut dibandingkan suspensi bakteri setarakan dengan larutan
dengan kontrol positif yaitu Nutrient Broth standar 0,5 McFarland. Pada bakteri
(NB) sebagai media pertumbuhan bakteri dan konsorsium, setiap 5 isolat bakteri B. cereus
kontrol negatif yaitu akuades sebagai media disuspensikan kedalam 4 ml larutan fisiologis
pertumbuhan. 0,9% NaCl kemudian dicampurkan menjadi
Pembuatan media pertumbuhan satu sehingga volumenya menjadi 20 ml.
dilakukan dalam wadah botol kaca bening Kedua suspensi bakteri B. cereus 20 ml
dengan volume 120 ml yang telah disterilisasi kemudian dimasukkan kedalam media
terlebih dahulu menggunakan alkohol. Setelah pertumbuhan. Media kultur yang telah berisi
dicampurkan dengan tambahan susu skim, bakteri diletakkan diatas Watter Bath Shaker
media modifikasi limbah cair tahu, limbah cair yang diatur dalam suhu 37 °C dengan
sagu, dan limbah molase disterilisasi kecepatan 90 rpm selama 24 jam.
menggunakan autoclave yang dipanaskan
dengan suhu 121o C dan tekanan 2 atm. Pengukuran Pertumbuhan Bakteri
Kemudian media didinginkan di tempat yang Pengukuran pertumbuhan bakteri ini
steril sebelum kultur dilakukan. ditentukan berdasarkan pernyataan dari
Feliatra et al. (2012), yaitu Bakteri B. cereus
3. Pembuatan Larutan Standard McFarland memiliki nilai waktu generasi 18 menit dan
Larutan standard McFarland dalam konstanta laju pertumbuhan mencapai 2,27
penelitian ini dimaksudkan untuk perjam, sehingga pengukuran parameter
memperkirakan kepadatan sel dalam suspensi pertumbuhan B. cereus dilakukan dengan
rentang waktu yang singkat dan diharapkan keringnya. Berat kering yang telah didapatkan
dapat memperoleh kurva pertumbuhan bakteri dikurang dengan berat microtube sebelumnya
yang mencakup semua fase. sehingga didapatkan berat kering yang
1. Metode TPC (Total Plate Count) sebenarnya dari bakteri.
Teknik yang digunakan pada metode
TPC dalam penelitian ini yaitu teknik cawan Analisis Data
sebar (spread plate). Langkah pertama dalam Data hasil pengukuran pertumbuhan
metode ini yaitu menyiapkan media PCA sel bakteri dapat disajikan dalam bentuk tabel
(Plate Count Agar) yang telah dibuat, dan grafik serta dibahas secara deskriptif.
disterilkan dan ditempatkan pada cawan petri Untuk uji statistik terhadap semua perlakuan
secara aseptis. Sampel bakteri pada media yang diberi dilakukan dengan uji ANOVA,
pertumbuhan diencerkan terlebih dahulu jika pada hasil pada uji ANOVA berbeda
sampai pengenceran 10-5, kemudian 0,1 ml nyata pada tingkat kepercayaan 95%, maka
diambil menggunakan mikropipet dan akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji
dimasukkan kedalam cawan petri yang berisi beda nyata (Student Newman Keuls).
media PCA. Sampel bakteri pada media Kemudian data pertumbuhan bakteri B. cereus
kemudian disebar dan diratakan menggunakan pada media berbeda yang telah didapat
batang drigalski secara aseptis didekat bunsen, dibandingkan berdasarkan literatur yang
setelah itu sampel bakteri diinkubasi selama berkaitan dengan pertumbuhan bakteri B.
24 jam dalam inkubator kemudian koloni cereus.
bakteri yang tumbuh pada media PCA
dihitung menggunakan colony counter. Hasil 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah koloni yang didapat kemudian Hasil
dimasukkan kedalam rumus perhitungan Pertumbuhan Bakteri B.cereus
bakteri berdasarkan penelitian yang telah Hasil pengkuran pertumbuhan bakteri
dilakukan oleh Tyas et al. (2018), yaitu : B.cereus SN7 dan konsorsium dengan metode

TPC dirata-ratakan berdasarkan 3 ulangan

pada setiap perlakuan, yang kemudian
disajikan dalam bentuk Tabel 1 dan Tabel 2.
2. Pengukuran Biomassa
Pengukuran biomassa bakteri
Tabel 1. Hasil Pengukuran TPC bakteri
dilakukan dengan cara menetukan berat kering
Bacillus cereus SN7
pada sel bakteri. Microtube yang menjadi
Jumlah Sel Bakteri (x108 CFU s/ml) pada Waktu
wadah sel bakteri ditimbang terlebih dahulu Inkubasi (Jam ke-)
Media
dengan timbangan analitik, dicatat, dan Limbah 0 6 12 18 24
dimasukkan 1 ml bakteri yang diambil pada R ± SD R ± SD R ± SD R ± SD R ± SD
media kultur. Microtube yang berisi isolat 2,063 ± 2,640 ± 2,410 ± 2,160 ± 1,800 ±
T
bakteri disentrifugasi dengan kecepatan 3000 1,13 1,25 1,25 1,07 0,88
rpm selama 10 menit (Setyati, 2015). Isolat 1,770 ± 2,550 ± 2,060 ± 1,523 ± 1,163 ±
S
0,61 0,73 0,36 0,23 0,18
yang telah disentrifugasi akan menghasilkan 1,570 ± 2,006 ± 2,650 ± 1,840 ± 1,540 ±
supernatan dan endapan sel bakteri M
0,31 0,39 0,24 0,41 0,51
dibawahnya. Supernatan yang telah terbentuk 1,283 ± 1,816 ± 2,513 ± 3,126 ± 2,460 ±
K (+)
dibuang menggunakan pipet tetes yang sudah 0,13 0,13 0,22 0,12 0,19
1,703 ± 1,373 ± 1,873 ± 1,803 ± 1,753 ±
disterilkan dengan alkohol sampai hanya K (-)
0,24 0,16 0,23 0,25 0,25
endapan sel bakteri yang tersisa. Microtube
yang berisi sel bakteri kemudian di oven
dengan suhu 100 °C selama 15 menit. Setelah
di oven, mikrotube didinginkan dalam
desikator kemudian ditimbang berat
Tabel 2. Hasil Pengukuran TPC bakteri Berdasarkan Gambar 1 dan 2,
Bacillus cereus Konsorsium pertumbuhan optimal isolat B. cereus SN7
Jumlah Sel Bakteri (x108 CFU s/ml) pada Waktu pada media limbah cair molase ditambah susu
Inkubasi (Jam ke-) skim lebih tinggi dibandingkan dengan B.
Media
Limbah 0 6 12 18 24 cereus konsorsium pada media limbah cair
R ± SD R ± SD R ± SD R ± SD R ± SD molase ditambah susu skim. Pertumbuhan
1,400 ± 2,116 ± 1,766 ± 1,486 ± 1,456 ± tertinggi dari isolat konsorsium terdapat pada
T
0,12 0,54 0,33 0,53 0,65 jam ke 24 dengan nilai 2,02 x 108 CFU/m,
1,373 ± 1,766 ± 1,713 ± 1,390 ± 1,233 ±
S sedangkan pada isolat B. cereus SN terdapat
0,26 0,05 0,15 0,13 0,05
1,276 ± 1,536 ± 1,793 ± 2,013 ± 2,023 ± pada jam ke 12 dengan nilai 2,65 x 108
M CFU/m.
0,14 0,49 0,14 0,34 0,67
1,730 ± 1,896 ± 2,100 ± 2,156 ± 1,770 ±
K (+)
0,17 0,16 0,13 0,14 0,16 Pertumbuhan Biomassa Sel Bakteri B.
1,766 ± 1,500 ± 1,903 ± 1,913 ± 1,833 ±
K (-)
0,03 0,09 0,08 0,11 0,10
cereus
Keterangan: T : Media Limbah Cair Tahu, S : Hasil pengkuran biomassa bakteri
Media Limbah Cair Sagu, M : Bacillus cereus SN dan Konsorsium yang
Media Limbah Molases, K (+) : telah didapat kemudian dirata-ratakan dan
Kontrol Positif, K(-) : Kontrol ditentukan standar deviasinya berdasarkan 3
Negatif, R : Rata-rata, dan SD : ulangan pada setiap perlakuan. Data hasil
Standar Deviasi. pengukuran disajikan dalam bentuk tabel
dengan satuan (gram/ml) sebagai berikut.
Jumlah koloni pada penelitian ini
menghasilkan satu pertumbuhan yang optimal Tabel 3. Hasil Pengukuran Biomassa Bakteri
pada masing-masing isolat. Pertumbuhan Bacillus cereus SN7
Waktu Inkubasi (Jam ke-) (gr/ml)
optimal tersebut dibandingkan dengan kontrol
positifnya dan disajikan dalam bentuk grafik Media 0 6 12 18 24
Limbah R± R±
(Gambar 1 dan 2). R ± SD R ± SD R ± SD
SD SD
0,972 ± 0,990 ± 0,981 0,977 ± 0,974
T
0,06 0,05 ± 0,06 0,07 ± 0,07
0,985 ± 1,023 ± 1,006 1,000 ± 0,998
S
0,05 0,05 ± 0,07 0,06 ± 0,06
1,008 ± 1,013 ± 1,014 1,013 ± 1,009
M
0,04 0,05 ± 0,04 0,03 ± 0,04
1,002 ± 1,010 ± 1,022 1,035 ± 1,016
K (+)
0,03 0,03 ± 0,03 0,03 ± 0,03
0,980 ± 0,966 ± 0,992 0,985 ± 0,972
K (-)
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Sel Bakteri 0,03 0,03 ± 0,03 0,03 ± 0,04
Bacillus cereus Pada Media Molase SN7

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Sel Bakteri


Bacillus cereus Pada Media Molase
Konsorsium
Tabel 4. Hasil Pengukuran Biomassa Bakteri Pembahasan
Bacillus cereus Konsorsium Pertumbuhan Bakteri B. cereus
Waktu Inkubasi (Jam ke-) (gr/ml) Hasil pengukukuran jumlah koloni
Media 0 6 12 18 24 bakteri dengan isolat B. cereus strain SN7 dan
Limbah R± R± R±
R ± SD R ± SD konsorsium menggunakan metode TPC
SD SD SD
dengan media modifikasi yang digunakan
0,975 0,999 0,986 0,979 ± 0,973
T adalah limbah tahu, limbah sagu, dan limbah
± 0,04 ± 0,01 ± 0,02 0,01 ± 0,03
0,995 1,037 1,024 1,007 ± 1,001 molase dibagi menjadi dua berdasarkan isolat
S
± 0,07 ± 0,04 ± 0,02 0,06 ± 0,05 bakterinya. Berdasarkan hasil yang telah
1,007 1,020 1,009 1,011 ± 1,011 didapatkan dalam pengukuran ini (Tabel 1), B.
M
± 0,04 ± 0,02 ± 0,02 0,02 ± 0,02
1,009 1,018 1,024 1,025 ± 1,012
cereus SN7 yang memiliki pertumbuhan yang
K (+) paling optimal yaitu pada media molase yang
± 0,03 ± 0,06 ± 0,05 0,04 ± 0,04
K (-)
1,005 0,999 1,010 1,010 ± 1,000 ditambahkan susu skim sebagai sumber
± 0,07 ± 0,07 ± 0,06 0,07 ± 0,07 proteinnya dimana pertumbuhan pada media
Keterangan: T : Media Limbah Cair Tahu, S : ini hampir sama dengan pertumbuhan pada
Media Limbah Cair Sagu, M : media NB yaitu kontrol positifnya. Hal ini
Media Limbah Molases, K (+) : sesuai dengan pernyataan Helferich dan
Kontrol Positif, K(-) : Kontrol Westhoff. (1980), yang mengatakan bahwa
Negatif, R : Rata-rata, dan SD : semakin tinggi penambahan susu skim
Standar Deviasi. kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan bakteri
juga semakin terpenuhi, sehingga bakteri yang
Berdasarkan hasil yang telah
tumbuh lebih banyak. Hasil ini menunjukkan
didapatkan dalam pengukuran ini (Tabel 3 dan
bahwa molase memiliki nutrisi terutama
4), B. cereus SN7 dengan biomassa yang
karbon yang baik sehingga dapat memberi
paling banyak yaitu pada media susu ditambah
pertumbuhan yang optimal pada bakteri. Hal
limbah cair sagu. B. cereus SN7 pada media
ini sesuai dari pernyataan Nengsih et al.
tersebut menghasilkan biomassa yang paling
(2020), “bahwa molase memiliki kandungan
besar yaitu sebesar 1,023 gr/ml pada inkubasi
karbohidrat berupa gula yang dapat dijadikan
jam ke-6 dan isolat B. cereus konsorsium yang
sumber energi serta gula-gula yang terkandung
menghasilkan biomassa tertinggi pada media
dalam molase mudah dicerna dan diserap oleh
limbah cair sagu ditambah susu dengan nilai
sel bakteri” yang artinya molase memiliki
1,037 gr/ml, pada inkubasi jam ke-6.
kandungan karbon atau karbohidrat berupa
Pada pengukuran ini, isolat yang
gula yang tepat bagi percernaan dan
memiliki lebih banyak fase pertumbuhan
pertumbuhan sel bakteri.
terdapat pada isolat B. cereus konsorsium di
Hasil pertumbuhan yang didapat pada
media modifikasi limbah molase.
isolat B. cereus konsorsium menunjukkan
Pertumbuhan dengan fase eksponensial ini
pertumbuhan yang bagus, yaitu melebihi dari
terjadi dari jam ke-0 sampai dengan jam ke-
dengan pertumbuhan kontrol positifnya
18. Sedangkan pada jam ke-18 sampai dengan
sendiri. Pertumbuhan dari isolat konsorsium
1jam ke-24 bakteri sudah mengalami fase
tidak jauh berbeda dengan yaitu pada media
stasioner. Pada isolat B. cereus strain SN7
molase yang ditambahkan susu skim.
hanya mengalami fase eksponensial mulai dari
Pertumbuhan isolat bakteri B. cereus
jam ke-0 s/d jam ke-24.
konsorsium pada setiap media mengalami fase
yang sama setiap waktu inkubasinya dengan B.
cereus SN7 (Gambar 1 dan 2), hanya saja pada
isolat konsorsium ini jumlah koloni diawal
pengukuran sedikit lebih banyak. Selain itu,
pertumbuhan pada fase eksponensial isolat
bakteri ini juga tidak terlalu signifikan jika seperti isolat B. cereus SN7. Berdasarkan hasil
dibandingkan dengan B. cereus SN7, terutama uji ANOVA yang telah dilakukan, maka dapat
pada media molase yang ditambahkan susu dikatakan bahwa pemberian konsentrasi
skim. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari protein dan media yang berbeda tidak terlalu
Asri et al., (2016) bahwa hubungan antar berpengaruh terhadap pertumbuhan dari
bakteri konsorsium dalam keadaan media bakteri isolat B. cereus SN7 dan konsorisum.
dengan nutrient yang mencukupi tidak akan
saling mengganggu, tetapi saling bersinergi Pertumbuhan Biomassa Sel Bakteri B.
sehingga menghasilkan efisiensi perombakan cereus
yang lebih tinggi selama proses pengolahan, Hasil pengukuran biomassa dibagi
oleh karena itu pada penelitian ini isolat menjadi dua berdasarkan isolat bakterinya.
bakteri konsrosium memiliki jumlah bakteri Nilai biomassa tertinggi dari isolat B. cereus
yang lebih banyak karna mampu bersinergi SN7 dan konsorsium terdapat pada media dan
dengan baik satu sama lain sehingga dapat waktu yang sama, yaitu pada media limbah
melakukan proses metabolisme secara efisien cair molase ditambahkan dengan susu skim.
dan optimal. Hal ini menunjukkan bahwa kedua isolat
Perbandingan pertumbuhan antara bakteri tumbuh optimal pada media yang tepat
isolat bakteri B. cereus SN7 dan konsorsium dengan pertumbuhan yang cepat dengan
memiliki perbedaan yang tidak terlalu jumlah yang lebih banyak dari kontrol
signifikan. Jumlah koloni yang paling banyak positifnya. Berdasarkan penelitan yang telah
yaitu pada isolat konsorsium. Hal ini diperkuat dilakukan oleh Septiani et al. (2014), media
oleh pernyataan dari Asri dan Enny (2016), limbah cair dengan nutrien yang cukup dalam
yang mengatakan penggunaan konsorsium kadar tertentu dapat menghasilkan kultur
mikroba cenderung memberikan hasil yang mikroalga dan bakteri heterotrofik yang
lebih baik dibandingkan penggunaan isolat mampu mengkonversi bahan organik menjadi
tunggal, karena diharapkan kerja enzim dari sel-sel baru dari limbah itu sendiri sehingga
tiap jenis mikroba dapat saling melengkapi meningkatkan pertumbuhan biomassa dari
untuk dapat bertahan hidup menggunakan kultur mikroba, hal ini menujukkan bahwa
sumber nutrien yang tersedia dalam media limbah cair molase dapat menjadi sumber
pembawa tersebut. Namun berdasarkan pada bahan organik sebagai nutrien bagi isolat
hasil pengukuran tersebut, pertumbuhan isolat bakteri B. cereus yang dibuktikan dari
konsorsium pada fase eksponensial tidak pertambahan biomassa isolat B. cereus SN7
terlalu signifikan dibandingkan dengan B. dan konsorsium yang diikubasi selama 24 jam.
cereus SN7 karena isolat konsorsium yang Media dengan nilai biomassa tertinggi
sudah memiliki jumlah koloni yang cukup pada kedua isolat ini memiliki fase adaptasi
tinggi pada awal inkubasi. (lag phase) yang lebih singkat dari pada
Hasil uji statistik pada pengukuran ini masing-masing kontrol positifnya. Hal ini
juga dibagi menjadi dua, yaitu pada isolat B. sesuai dengan pernyataan dari Yeni dan
cereus SN7 dan konsorsium menggunakan uji Sunarti (2016), yang menyatakan bahwa
ANOVA dengan metode Rancangan Acak media pertumbuhan bakteri harus mengandung
Lengkap Faktorial. Hasil uji homogenitas pada nutrisi yang sesuai kebutuhan bakteri dan
isolat B. cereus SN7 menunjukkan bahwa data harus memiliki kesamaan dengan media
pertumbuhan bakteri pada semua media dan produksi sehingga dapat meminimalkan waktu
setiap konsentrasi homogen, dimana semua adaptasi dari kultur starter, mengurangi fase
nilai signifikansinya menunjukkan nilai yang lag dan mengoptimalkan waktu dari fase
lebih dari 0,05, begitu juga dengan isolat stasioner. Berdasarkan pernyataan tersebut,
konsorsium yang juga memiliki data yang maka dapat dikatakan bahwa media molase
homogen pada setiap waktu inkubasinya sama ditambah susu skim menjadi media yang
optimal diantara media perlakuan lainnya. 4. KESIMPULAN DAN SARAN
Sama halnya dalam pengukuran TPC, Kesimpulan
pertumbuhan pada pengukuran ini kurang Media pertumbuhan optimal untuk
lebih menunjukkan hasil dengan pola bakteri B. cereus strain SN7 dan konsorsium
pertumbuhan yang serupa. adalah media modifikasi limbah molase yang
Pertumbuhan bakteri pada media diinkubasi selama 24 jam, dibandingkan
molase dan susu skim, mengalami fase-fase dengan media modifikasi limbah sagu dan
yang hampir sama yaitu pada jam ke 0, 6 dan limbah tahu. Untuk perbandingan isolat B.
12 merupakan fase eksponensial sehingga cereus strain SN7 masih memiliki potensi
dapat dikatakan fase adaptasinya cenderung pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan
singkat, dan dengan fase stasioner yang cukup dengan isolat B. cereus konsorsium yang telah
lama yaitu pada jam ke 18 sampai 24. diinkubasi selama 24 jam.
Sedangkan pada media lainnya, rata-rata
pertumbuhannya tidak terlalu bagus karena Saran
fase eksponensial dan stasionernya yang lebih Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
singkat, dimana pada waktu inkubasi jam ke untuk melihat pengaruh faktor pertumbuhan
12 sampai 24 sebagian besar isolatnya sudah lainnya (pH, salinitas, dan komposisi media
mengalami fase kematian. lainnya) bagi pertumbuhan bakteri B. cereus.
Hasil uji statistik pada pengukuran ini
juga dibagi menjadi dua, yaitu pada isolat B. DAFTAR PUSTAKA
cereus SN dan konsorsium menggunakan uji
Ahmad, S. W., N. A. Yanti dan N. H.
ANOVA dengan metode Rancangan Acak
Muhiddin. 2019. Pemanfaatan
Lengkap Faktorial. Hasil uji homogenitas pada Limbah Cair Sagu untuk
isolat B. cereus SN7 dan Konsorsium Memproduksi Selulosa Bakteri.
menunjukkan bahwa data pertumbuhan bakteri Jurnal Biologi Indonesia. 15 (1) :
pada semua media dan setiap konsentrasi 33-39.
homogen dimana semua nilai signifikansinya Asri, Anindya Citra dan Enny Zulaika. 2016.
menunjukkan nilai yang kurang dari 0,05. Sinergisme Antar Isolat Azotobacter
yang Di konsorsiumkan. Jurnal Sains
Hasil uji ANOVA pada isolat SN7
dan Seni ITS. Vol.5, No.2, (2016)
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan 2337-3520 (2301- 928X Print).
pertumbuhan bakteri antar perlakuan hampir DALYNN, Biological. 2014. McFarland
pada setiap waktu inkubasi. Hal ini dibuktikan Standard. Canada: DALYNN
dari semua nilai signifikansinya yang kurang Biological.
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada Feliatra., Y. Fitria dan Nursyirwani. 2012.
Antagonis Bakteri Probiotik yang
isolat B. cereus SN7 sumber protein dan
Diisolasi dari Usus dan Lambung Ikan
konsentrasi yang berbeda berpengaruh Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)
terhadap pertambahan biomassa. terhadap Bakteri Patogen. Jurnal
Pertumbuhan bakteri isolat Perikanan dan Kelautan. 17 (1) : 16-
menunjukkan hasil dengan nilai signifikansi 25.
kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Fridawanti, Angela
media dan konsentrasi sumber protein dapat Priskalina (2016) Hubungan antara
asupan energi, karbohidrat, protein,
mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada
dan lemak terhadap obesitas sentral
hampir setiap waktu inkubasinya. pada orang dewasa di Desa
Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan,
Yogyakarta. Skripsi thesis, Sanata
Dharma University.
Inuhan, B., S. Arreneuz dan M. A. Wibowo.
2016. Optimasi Produksi Protein Sel
Tunggal (PST) dari Bakteri yang
Terdapat pada Gastrointestinal (GI)
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan
Ikan Kembung (Scomber canagorta).
Jurnal Kajian Komunikasi. 5(1) : 24 –
28.
Septiani, W.D., A. Slamet & J. Hermana.
(2014). Pengaruh Konsentrasi Substrat
terhadap Laju Pertumbuhan Alga dan
Bakteri Heterotropik. Jurnal Teknik
POMITS. 3(2): 98 – 103.
Yeni., A. Meryandini dan T. C. Sunarti. 2016.
Penggunaan Substrat Whey Tahu
untuk Produksi Biomassa oleh
Pediococcus Pentosaceus E.1222.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian.
26 (3) : 284-293. ISSN 0216-3160.

You might also like