You are on page 1of 84

 

l
tm
r.h
ke
ote
-ap
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

esi
NOMOR HK.01.07/MENKES/13/2023

rof
 TENTANG

r-p
STANDAR PROFESI APOTEKER

da
tan
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
g-s
tan
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
en
k-t

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 ayat (2)


/km

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
/03

tentang Standar Profesi Apoteker;


23
/20

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


om

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
a.c
an

Indonesia Nomor 5063);


2. Undan
Undang-
g-Un
Undan
dang
g Nomo
Nomorr 12
12 Tahu
Tahun
n 201
2012
2 tent
tentang
ang
uly

Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia


am

 Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5336);
n
.ai

3. Undan
Undang-
g-Un
Undan
dang
g Nomo
Nomorr 36
36 Tahu
Tahun
n 2014
2014 tent
tentang
ang Tenag
Tenaga
a
ww

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
//w

Indonesia Nomor 5607);


ps:

4. Pera
Peratu
tura
ran
n Peme
Pemeri
rint
ntah
ah Nom
Nomor
or 72 tahun
tahun 1998
1998 tent
tentang
ang
htt

Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998

dih.kemkes.go.id 
 

-2-

Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

l
Indonesia Nomor 3781);

tm
5. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang

r.h
Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik

ke
Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran

ote
Negara Republik Indonesia Nomor 5044);

-ap
6. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara

esi
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 173, Tambahan

rof
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6391);

r-p
7. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun
Tahun 2012 tentang

da
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran

tan
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 24);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/Menkes/Per/V/2011
g-s tentang Registrasi, Izin
tan
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Berita
en

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 322)


k-t

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri


/km

Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 tentang Perubahan


Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
/03

889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin


23

Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Berita


/20

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1137);


9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Nomor 5 Tahun 2022
2022
om

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian


a.c

Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022


an

Nomor 156);
uly

MEMUTUSKAN:
am

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR


n

PROFESI APOTEKER.
.ai
ww

KESATU : Standar profesi Apoteker terdiri atas:


//w

a. standar kompetensi; dan


b. kode etik profesi.
ps:

KEDUA : Mengesahkan standar kompetensi sebagaimana dimaksud


htt

dalam Diktum KESATU huruf a sebagaimana tercantum

dih.kemkes.go.id 
 

-3-

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan

l
dari Keputusan Menteri ini.

tm
KETIGA : Kode etik profesi sebagaimana dimaksud dalam Diktum

r.h
KESATU huruf b ditetapkan oleh organisasi profesi.

ke
KEEMPAT : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

ote
-ap
Ditetapkan di Jakarta

esi
pada tanggal 6 Januari 2023

rof
r-p
MENTERI KESEHATAN

da
REPUBLIK INDONESIA,

tan
ttd.
g-s
tan
BUDI G. SADIKIN
en
k-t
/km
/03
23
/20
om
a.c
an
uly
amn
.ai
ww
//w
ps:
htt

dih.kemkes.go.id 
 

-4-

LAMPIRAN

l
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN

tm
REPUBLIK INDONESIA

r.h
NOMOR HK.01.07/MENKES/13/2023

ke
 TENTANG

ote
STANDAR PROFESI APOTEKER

-ap
esi
STANDAR PROFESI APOTEKER

rof
r-p
BAB I

da
PENDAHULUAN

tan
A.  Latar Belakang
g-s
Salah satu tantangan pembangunan kesehatan dalam mewujudkan
tan

derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan,


en

sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


k-t

adalah berbagai masalah kesehatan yang belum sepenuhnya dapat


/km

diatasi. Saat ini kita masih menghadapi beberapa isu serius diantaranya
penyakit infeksi yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan sehingga
/03

prevalensinya masih tinggi diantaranya sekitar 2,6 juta (1,68%) ibu hamil
23

positif Hepatitis B, Tuberkulosis 351.936 kasus, Demam Berdarah Dengue


/20

(DBD) 108.303 kasus. Beberapa penyakit infeksi masih menunjukkan


om

peningkatan diantaranya kasus suspek Pneumonia pada balita meningkat


2020. 
dari 10% di tahun 2010 menjadi 34,8% di tahun 2020. 
a.c
an

Di sisi lain penyakit tidak menular (degeneratif) semakin meningkat


dan kompleks. Data tahun 2020 menunjukkan prevalensi pengidap
uly

Diabetes Mellitus (DM) meningkat 6,2% (lebih dari 10,8 juta penduduk
am

mengidap DM) dan sekitar 35,23% penduduk diperkirakan menderita


n

Hipertensi. Masalah lain adalah potensi kembalinya penyakit yang


.ai

sebelumnya telah terkendali (infeksi re-emerging) terlihat dari Kejadian


ww

Luar Biasa (KLB) Hepatistis A yang masih terjadi setiap tahun dan adanya
//w

Diare endemis masih berpotensi KLB. Adanya Coronavirus Disease   2019


(COVID-19) yang sampai saat ini masih berstatus pandemik.
ps:

Penatalaksanaan berbagai penyakit tersebut membutuhkan sediaan


htt

farmasi dan alat kesehatan dalam jumlah dan jenis yang cukup, baik
untuk diagnostik, mengatasi penyebab penyakit, upaya pencegahan,

dih.kemkes.go.id 
 

-5-

maupun untuk mengendalikan faktor risiko agar tidak meningkat ke

l
komplikasi. Data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun

tm
2021 menunjukkan peningkatan ketersediaan obat-obatan dan alat

r.h
kesehatan. Selama tahun 2016-2021 sebanyak 21.577 produk obat,

ke
15.005 produk obat tradisional, dan 219.077 produk kosmetik

ote
memperoleh izin edar. Dalam 3 bulan terakhir tahun 2021 ada 961

-ap
produk obat, 1.065 produk obat tradisional, dan 23.537 produk kosmetik,
dan 6.638 alat kesehatan yang memperoleh izin edar.

esi
rof
Peningkatan jumlah dan jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan
tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah dan jenis fasilitas

r-p
kefarmasian, baik fasilitas produksi, distribusi, dan pelayanan

da
kefarmasian. Jumlah rumah sakit di Indonesia dari tahun 2016-2020

tan
meningkat sebesar 12,86%. Pada tahun 2020 terdapat 2985 rumah sakit,
g-s
10.203 puskesmas, 4.095 sarana produksi, dan 45.775 sarana distribusi
tan
kefarmasian, termasuk 30.199 apotek.
en

Peningkatan kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta


perkembangan fasilitas pelayanan kefarmasian meningkatkan kebutuhan
k-t

tenaga kesehatan, khususnya Apoteker yang memiliki kewenangan


kewenangan untuk
/km

melakukan praktik kefarmasian yaitu pembuatan, termasuk pengendalian


/03

mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan


pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
23

informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
/20

Di sisi lain pesatnya perkembangan teknologi informasi


om

meningkatkan kemampuan penerima pelayanan kefarmasian untuk


a.c

memperoleh berbagai informasi yang mendorong perubahan gaya hidup


an

dan persepsi penerima pelayanan kefarmasian tentang obat-obatan dan


uly

sediaan farmasi lainnya. Perkembangan ini mendorong penerima


pelayanan kefarmasian untuk melakukan pengobatan mandiri
am

(swamedikasi). Peningkatan ketersediaan media komunikasi informasi ini


n

memberikan keleluasaan akses informasi tanpa batas para penerima


.ai

pelayanan kefarmasian, termasuk keleluasaan untuk mendapatkan obat.


ww

Namun informasi maupun produk yang diterima oleh penerima pelayanan


//w

kefarmasian tidak selalu akurat dan berkualitas sehingga pengobatan


 yang dilakukan kurang tepat. Agar tepat guna serta terjaga keamanannya,
ps:

upaya pengobatan mandiri yang dilakukan oleh penerima pelayanan


htt

kefarmasian perlu pendampingan dari Apoteker.

dih.kemkes.go.id 
 

-6-

Ketersediaan Apoteker saat ini dapat dilihat dalam data Komite

l
Farmasi Nasional. Pada tahun 2021 terdapat 7.360 Apoteker baru yang

tm
lulus dari pendidikan, total Apoteker yang memiliki Surat Tanda Registrasi

r.h
Apoteker (STRA) sebanyak 95.384 tersebar di berbagai bidang praktik

ke
kefarmasian. Data sebaran Apoteker di tahun 2020 menunjukkan 13.221

ote
Apoteker berada di rumah sakit (memenuhi 96,65% dari kebutuhan

-ap
minimal untuk rawat inap), Apoteker di puskesmas baru sekitar 58,12%

esi
dari kebutuhan minimal, dan baru 30% puskesmas yang telah memiliki
Apoteker. Saat ini rasio Apoteker terhadap penduduk di Indonesia baru

rof
mencapai 0,68 per 2.000 penduduk, masih di bawah standar World Health

r-p
Organization  (WHO)
 (WHO) (1: 2.000).

da
Kebutuhan Apoteker ini seharusnya bisa dipenuhi oleh pendidikan

tan
farmasi di Indonesia. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
g-s
farmasi di Indonesia adalah sampai akhir tahun 2021 baru 52 dari 213
tan
institusi yang memiliki prodi S1 Farmasi terakreditasi Lembaga Akreditasi
Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) yang mampu
en

menyelenggarakan pendidikan profesi Apoteker. Kondisi ini menyebabkan


k-t

variasi mutu pada penerimaan calon mahasiswa pendidikan profesi


/km

Apoteker yang berdampak pada variasi mutu lulusan.


/03

Meningkatnya kebutuhan pelayanan kefarmasian, luasnya lingkup


praktik profesi Apoteker, variasi mutu lulusan pendidikan profesi
23

Apoteker, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang


/20

kefarmasian menegaskan perlunya standar kompetensi yang memuat


om

batasan minimal pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang


a.c

harus dikuasai oleh seorang Apoteker. Penetapan standar kompetensi ini


an

diharapkan menjadi pendorong bagi perguruan tinggi untuk


meningkatkan mutu pendidikan agar lulusan yang dihasilkan mampu
uly

memenuhi kebutuhan masyarakat.


am

B.  Maksud dan Tujuan


n
.ai

1.  Maksud:
ww

a.  Sebagai pedoman bagi Apoteker dalam melaksanakan praktik


kefarmasian yang terukur, terstandar dan berkualitas di
//w

fasilitas produksi, distribusi, dan pelayanan kefarmasian


ps:

b.   Tersusunnya Standar Kompetensi Apoteker sebagai bagian dari


htt

Standar Profesi Apoteker.

dih.kemkes.go.id 
 

-7-

2.   Tujuan:

l
a.  Sebagai referensi dalam penyusunan kewenangan Apoteker

tm
untuk menjalankan praktik di fasilitas produksi, distribusi,

r.h
dan pelayanan kefarmasian

ke
b.  Sebagai referensi dalam penyusunan kurikulum pendidikan

ote
profesi Apoteker.

-ap
c.  Sebagai referensi dalam penyelenggaraan program

esi
pengembangan keprofesian berkelanjutan Apoteker.

rof
C.  Manfaat

r-p
1.  Bagi Apoteker

da
Sebagai pedoman bagi Apoteker dalam melaksanakan praktik

tan
kefarmasian, alat untuk mengukur kemampuan diri, serta pendorong

g-s
untuk terus melakukan upaya peningkatan diri (life-long
(life-long learner ))..
2.  Bagi Institusi Pendidikan
tan

Sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum dan pengembangan


en

pengajaran, mendorong konsistensi dalam menyelenggarakan


k-t

pendidikan, serta penetapan kriteria pengujian dan instrumen/alat


/km

ukur pengujian.
3.  Bagi Pemerintah/Pengguna
/03

Sebagai acuan dalam perencanaan pegawai, rekrutmen dan seleksi


23

pegawai, pengangkatan/penempatan dalam jabatan, penilaian


/20

kinerja, remunerasi/insentif dan disinsentif, serta kebutuhan


pendidikan dan pelatihan dalam memenuhi
om

peningkatan/pengembangan kompetensi Apoteker.


a.c

4.  Bagi Organisasi Profesi


an

Sebagai acuan dalam pengaturan keanggotaan, tata kelola organisasi,


uly

pelaksanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan,


serta penilaian kompetensi Apoteker lulusan luar negeri.
am

5.  Bagi Masyarakat


n
.ai

 Tersedianya acuan untuk mendapatkan karakteristik profesi


ww

Apoteker yang dapat memenuhi kebutuhan praktik kefarmasian.


//w

D.  Daftar Istilah


ps:

1.  Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
htt

dih.kemkes.go.id 
 

-8-

2.  Praktik Kefarmasian adalah pembuatan dan pengendalian mutu

l
tm
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian sediaan famasi dan alat kesehatan, pelayanan

r.h
farmasi klinis, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,

ke
bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik.

ote
3.  Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

-ap
bertanggung jawab kepada penerima pelayanan kefarmasian yang

esi
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil
 yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan penerima

rof
pelayanan kefarmasian.

r-p
4.  Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional,

da
kosmetika, suplemen kesehatan dan obat kuasi.

tan
5.  Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan

g-s
 yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
tan

orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau


en

membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.


k-t

6.  Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan
/km

untuk penggunaan sekali pakai (single


(single use ) yang daftar produknya
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
/03

7.  Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat


23

 yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan


/20

kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif


 yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
om

masyarakat.
a.c

8.  Fasilitas Kefarmasian adalah sarana dan/atau tempat melaksanakan


an

praktik kefarmasian yang terdiri atas fasilitas produksi, fasilitas


uly

distribusi atau penyaluran, dan fasilitas pelayanan kefarmasian.


9.  Fasilitas Produksi adalah sarana dan/atau tempat melaksanakan
am

praktik kefarmasian dalam bidang pembuatan dan/atau produksi


n
.ai

termasuk pengembangan obat, obat tradisional, kosmetik, dan bahan


ww

baku.
10.  Fasilitas Distribusi atau Penyaluran adalah sarana dan/atau tempat
//w

melaksanakan praktik kefarmasian dalam bidang distribusi atau


ps:

penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan.


htt

dih.kemkes.go.id 
 

-9-

11.  Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana dan/atau tempat

l
tm
melaksanakan praktik kefarmasian di apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau sejenisnya.

r.h
12.  Penerima Pelayanan Kefarmasian adalah setiap orang yang

ke
melakukan konsultasi tentang kefarmasian untuk memperoleh

ote
pelayanan kefarmasian yang diperlukan, baik secara langsung

-ap
maupun tidak langsung kepada Apoteker.
13.  Organisasi Profesi Apoteker yang selanjutnya disebut Organisasi

esi
Profesi adalah wadah untuk berhimpun para Apoteker.

rof
14.  Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

r-p
pemerintahan di bidang kesehatan.

da
tan
g-s
tan
en
k-t
/km
/03
23
/20
om
a.c
an
uly
am
n
.ai
ww
//w
ps:
htt

dih.kemkes.go.id 
 

- 10 -

BAB II

l
tm
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI APOTEKER

r.h
ke
Standar Kompetensi Apoteker terdiri atas 6 (enam) area kompetensi yang

ote
disusun berdasarkan peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam

-ap
Praktik Kefarmasian. Masing-masing area kompetensi dilengkapi dengan

esi
beberapa komponen kompetensi. Selanjutnya setiap area kompetensi
ditetapkan batasannya dalam pernyataan kompetensi inti dan dijabarkan lebih

rof
lanjut dalam pernyataan kemampuan yang diharapkan pada akhir pendidikan.

r-p
da
Skema Standar Kompetensi Apoteker Indonesia digambarkan sebagai berikut.

tan
g-s
tan
Area Kompetensi
en
k-t

Komponen Kompetensi
/km

Kompetensi Inti:
/03

Deskripsi kompetensi masing-masing area


23

Penjabaran Kompetensi:
/20

Kemampuan yang diharapkan pada akhir


pembelajaran
om
a.c
an

1.  Daftar Masalah


2.  Daftar Pokok Bahasan Untuk pencapaian
uly

kompetensi
3.  Daftar Keterampilan
am
n
.ai
ww

Gambar 2.1
Skema Standar Kompetensi Apoteker
//w
ps:

Standar Kompetensi Apoteker dilengkapi dengan Daftar Pokok Bahasan,


htt

Daftar Masalah, dan Daftar Keterampilan yang dibutuhkan untuk pencapaian


kompetensi. Ketiga daftar ini menjadi acuan bagi institusi pendidikan tinggi

dih.kemkes.go.id 
 

- 11 -

farmasi dalam mengembangkan kurikulum pendidikan profesi Apoteker di

l
tm
institusi masing-masing.
Daftar Pokok Bahasan memuat berbagai pokok bahasan yang menjadi

r.h
bahan kajian dalam proses pembelajaran untuk mencapai 6 (enam) area

ke
kompetensi Apoteker. Materi tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sesuai

ote
bidang ilmu yang yang berkaitan dengan dan dipetakan sesuai struktur

-ap
kurikulum masing-masing institusi.

esi
Daftar Masalah memuat berbagai masalah yang dihadapi oleh Apoteker
dalam melaksanakan praktik profesi baik masalah-masalah yang berkaitan

rof
dengan Sediaan Farmasi   yang dihadapi oleh individu, komunitas dan
Farmasi

r-p
masyarakat    yang membuat mereka membutuhkan kemampuan Apoteker
masyarakat

da
maupun masalah-masalah yang berasal dari pribadi Apoteker. Mahasiswa

tan
pendidikan profesi Apoteker perlu diperkenalkan pada berbagai masalah

g-s
tersebut dan difasilitasi untuk belajar menanganinya.
Daftar Keterampilan memuat berbagai keterampilan yang harus dikuasai
tan

oleh Apoteker untuk melaksanakan Praktik Kefarmasian beserta tingkat


en

kemampuan yang diharapkan. Daftar ini berfungsi sebagai acuan bagi institusi
k-t

pendidikan profesi Apoteker untuk menentukan materi pembelajaran beserta


/km

sarana dan prasarana pendukungnya.


/03
23
/20
om
a.c
an
uly
am
n
.ai
ww
//w
ps:
htt

dih.kemkes.go.id 
 

- 12 -

BAB III

l
tm
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER

r.h
ke
A.  Area Kompetensi

ote
Standar Kompetensi Apoteker terdiri atas 6 (enam) area kompetensi

-ap
 yang disusun berdasarkan peran, tugas dan tanggung jawab Apoteker,

esi
mengacu pada empat domain   kompetensi dalam A Global Competency

rof
Framework . Area kompetensi Apoteker tersebut meliputi:
1. 

r-p
Profesionalisme.
2.  Mawas diri dan pengembangan diri.

da
3.  Komunikasi efektif.

tan
4.  Landasan ilmiah ilmu farmasi, ilmu biomedik, ilmu humaniora, dan
ilmu kesehatan masyarakat. g-s
tan
5.  Keterampilan Apoteker.
6.  Pengelolaan Praktik Kefarmasian.
en
k-t

Area kompetensi Apoteker dikelompokkan dalam 3 aspek yaitu:


1. 
/km

Aspek kemampuan personal dan profesional:


a.  Profesionalisme,
/03

b.  Mawas diri dan pengembangan diri, dan


c. 
23

Komunikasi efektif.
2.  Aspek intelektualitas, kemampuan berfikir analitis-kritis, adaptif, dan
/20

kreatif, yaitu: Landasan ilmiah ilmu farmasi, ilmu biomedik, ilmu


om

humaniora, dan ilmu kesehatan masyarakat.


a.c

3.  Aspek kemampuan klinis:


an

a.  Keterampilan Apoteker, dan


b. 
uly

Pengelolaan Praktik Kefarmasian.

Ketiga kelompok aspek ini merupakan suatu kesatuan kemampuan


am

Apoteker yang harus diterapkan secara kontekstual pada pengelolaan


n
.ai

Praktik Kefarmasian secara holistik dan komprehensif dalam tatanan


ww

pelayanan kesehatan.

Kelompok kemampuan personal dan profesional yang mencakup 3


//w

(tiga) area kompetensi yaitu profesionalisme, mawas diri dan


ps:

pengembangan diri, serta komunikasi efektif menjadi landasan dalam


htt

melakukan Praktik Kefarmasian. Kelompok intelektualitas, kemampuan


berfikir analitis-kritis, adaptif, dan kreatif akan memberikan landasan

dih.kemkes.go.id 
 

- 13 -

ilmiah yang mendukung kemampuan teknis yang dimiliki oleh Apoteker.

l
tm
Sedangkan kelompok kemampuan klinis memungkinkan Apoteker mampu

r.h
mengelola berbagai masalah obat dan Sediaan Farmasi lainnya. Secara
keseluruhan keenam area kompetensi dan penjabarannya harus

ke
digunakan secara komprehensif oleh Apoteker dalam menyelesaikan

ote
masalah yang berkaitan dengan obat yang dihadapi Penerima Pelayanan

-ap
Kefarmasian dan masyarakat. 

esi
Kompetensi Apoteker dibangun dengan fondasi profesionalisme,

rof
mawas diri dan pengembangan diri, komunikasi efektif, ditunjang oleh

r-p
pilar landasan ilmiah ilmu farmasi, ilmu biomedik, ilmu humaniora, dan
ilmu kesehatan masyarakat, serta keterampilan Apoteker dan kemampuan

da
untuk mengelola Praktik Kefarmasian secara optimal. Susunan area

tan
kompetensi digambarkan dalam gambar 3.1 berikut.
g-s
tan
en
k-t
/km
/03
23
/20
om
a.c
an
uly

Gambar 3.1
Gambaran Area Kompetensi Apoteker
am
n
.ai

Masing-masing area kompetensi dilengkapi dengan komponen


ww

kompetensi, selanjutnya tiap area kompetensi dilengkapi dengan deskripsi


kompetensi inti beserta penjabaran kompetensi dari masing-masing area
//w

kompetensi. Untuk memberikan konteks yang tepat dalam penerapannya,


ps:

dilengkapi dengan daftar pokok bahasan, daftar masalah, daftar


htt

keterampilan, dan daftar praktik kefarmasian yang dimuat dalam Bab IV.

dih.kemkes.go.id 
 

- 14 -

B.  Komponen Kompetensi

l
tm
1.  Area Profesionalisme

r.h
a.  Berketuhanan Yang Maha Esa.

ke
b.  Berperilaku profesional.

ote
c.  Bermoral, beretika, dan berdisiplin. 
berdisiplin. 
d.  Berperilaku sadar dan taat hukum.

-ap
e.  Berperilaku sesuai etik profesi.

esi
f.  Berwawasan sosial budaya.

rof
g.  Pengembangan jiwa kepemimpinan.

r-p
2.  Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

da
a.  Penerapan internalisasi diri.

tan
b.  Aktualisasi belajar sepanjang hayat.
c.  Peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
d. 
g-s
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
tan
e.  Pengembangan jiwa kewirausahaan.
en

3.  Area Komunikasi Efektif


k-t

a.  Berkomunikasi dengan Penerima Pelayanan Kefarmasian dan


/km

keluarga.
b.  Berkomunikasi dengan masyarakat.
/03

c.  Berkomunikasi dengan mitra kerja (teman sejawat dan profesi


23

lain).
/20

4.  Area Landasan Ilmiah Ilmu Farmasi, Ilmu Biomedik, Ilmu


om

Humaniora, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat


a.  Ilmu Farmasi: kimia medisinal, farmakognosi, kimia farmasi,
a.c

farmasetika, teknologi farmasi, biofarmasetika, farmakokinetik,


an

farmakoterapi,  pharmaceutical care , responding to symptoms ,


uly

pengobatan berbasis bukti (evidence-based


(evidence-based medicines ),
), informasi
am

obat, keamanan pengobatan (medication


(medication safety )),,
farmakovigilans, dan responding to symptoms .
n
.ai

b.  Ilmu Biomedik: biologi, anatomi, fisiologi, patologi, mikrobiologi,


ww

imunologi, biokimia, bioteknologi, dan farmakologi.


c.  Ilmu Humaniora: sosiologi, ilmu budaya, ilmu perilaku, hukum
//w

kesehatan, dan manajemen farmasi.


ps:

d.  Ilmu Kesehatan Masyarakat: epidemiologi, ekonomi kesehatan,


htt

promosi kesehatan, kebijakan kesehatan, kesehatan lingkungan,


serta kesehatan dan keselamatan kerja.

dih.kemkes.go.id 
 

- 15 -

5.  Area Keterampilan Apoteker

l
tm
a.  Produksi/pembuatan Sediaan Farmasi.
b. 

r.h
Pengujian mutu dan pemastian mutu Sediaan Farmasi.
c.  Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.

ke
d.  Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.

ote
e.  Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.

-ap
f.  Pengelolaan narkotika, psikotropika, prekursor farmasi.

esi
g.  Pengelolaan Sediaan Farmasi critical , High Alert Medication

rof
(HAM), sitostatika, radiofarmaka, kelompok bahan berbahaya
dan beracun (B3).

r-p
h.  Penelitian dan pengembangan Sediaan Farmasi.

da
i.  Compounding  Sediaan
 Sediaan Farmasi extemporaneous.

tan
 j.  Penyiapan dan penyaluran bahan, alat, peralatan, dan
perlengkapan steril siap pakai. g-s
k. 
tan
Farmakovigilans.
l.  Pelayanan informasi Sediaan Farmasi.
en

m.  Pelayanan Kefarmasian untuk individu.


k-t

n.  Pelayanan Kefarmasian untuk masyarakat.


/km

6.  Area Pengelolaan Praktik Kefarmasian


/03

a.  Optimalisasi Praktik Kefarmasian di Fasilitas Produksi,


distribusi, dan Pelayanan Kefarmasian.
23

b.  Pengelolaan sumber daya dan organisasi di Fasilitas Produksi,


/20

distribusi, dan Pelayanan Kefarmasian.


om

C. 
a.c

Penjabaran Kompetensi
an

1.  Profesionalisme
uly

a.  Kompetensi Inti


am

Mampu melaksanakan Praktik Kefarmasian secara profesional


sesuai dengan nilai dan prinsip Berketuhanan Yang Maha Esa,
n
.ai

hukum, etik, disiplin, sosial budaya dalam konteks lokal,


ww

nasional, maupun global dalam mengelola masalah produksi,


distribusi dan Pelayanan Kefarmasian.
//w

b.  Lulusan Apoteker mampu:


ps:

1)  Menerapkan agama sebagai nilai moral dari sikap dan


htt

perilaku sebagai individu dalam menjalankan Praktik


Kefarmasian.

dih.kemkes.go.id 
 

- 16 -

2)  Memahami dan mematuhi ketentuan peraturan perundang-

l
tm
undangan yang berlaku dalam Praktik Kefarmasian.
3) 

r.h
Menjunjung tinggi sikap profesional dan kode etik profesi
dalam melaksanakan Praktik Kefarmasian.

ke
4)  Memiliki dan menerapkan sikap peduli, peka, empati, dan

ote
menghargai setiap pihak yang terlibat dalam Praktik

-ap
Kefarmasian.

esi
5)  Menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap

rof
keputusan dan tindakan yang dilakukan yang berkaitan
dengan pelaksanaan Praktik Kefarmasian.

r-p
6)  Menghargai dan melindungi privasi setiap pemangku

da
kepentingan dalam Praktik Kefarmasian.

tan
7)  Memahami batas kemampuan dan kewenangan dalam
menjalankan Praktik Kefarmasian. g-s
8) 
tan
Mengupayakan kinerja terbaik dalam melaksanakan Praktik
Kefarmasian.
en

9)  Menggunakan pendekatan sosial dan budaya sebagai salah


k-t

satu perangkat untuk mendapatkan hasil terbaik dalam


/km

Praktik Kefarmasian.
10)  Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan tim dan antar
/03

tim yang terlibat dalam Praktik Kefarmasian.


23

2.  Mawas Diri dan Pengembangan Diri


/20

a.  Kompetensi Inti


om

Mampu melakukan refleksi diri, menyadari keterbatasan diri,


a.c

mengatasi masalah personal, dan belajar sepanjang hayat untuk


an

meningkatkan pengetahuan dan kompetensi profesi secara


uly

berkesinambungan, serta bekerjasama untuk menghasilkan


pemikiran kreatif dalam melaksanakan Praktik Kefarmasian.
am

b.  Lulusan Apoteker mampu:


n

1) 
.ai

Melakukan evaluasi diri untuk mengidentifikasi


ww

keterbatasan diri dan meningkatkan kemampuan untuk


menjalankan Praktik Kefarmasian.
//w

2)   Terbuka untuk bekerjasama dengan berbagai pihak yang


ps:

saling melengkapi dalam Praktik Kefarmasian.


3)  Mempertahankan ilmu pengetahuan dan keterampilan
htt

dalam bidang farmasi melalui pendidikan berkelanjutan


sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dih.kemkes.go.id 
 

- 17 -

kefarmasian dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

l
tm
komunikasi.

r.h
4)   Terbuka menerima masukan dari berbagai pihak dan
berkomitmen menindaklanjuti untuk perbaikan diri demi

ke
peningkatan kualitas Praktik Kefarmasian.

ote
5)  Mengidentifikasi dan mengembangkan potensi

-ap
kewirausahaan secara mandiri maupun berkolaborasi

esi
untuk meningkatkan kemanfaatan hasil Praktik

rof
Kefarmasian.

r-p
3.  Komunikasi Efektif

da
a.  Kompetensi Inti

tan
Mampu menggunakan prinsip-prinsip komunikasi secara verbal
dan nonverbal dalam melakukan pengumpulkan data,
g-s
penggalian informasi, penyampaian ide dan atau pertukaran
tan
informasi, dengan menunjukkan empati dan pertimbangan
en

keragaman sosial budaya, memanfaatkan berbagai media


k-t

komunikasi untuk mengembangkan jejaring kerja dalam upaya


/km

meningkatkan efektivitas dan manfaat Praktik Kefarmasian.

b.  Lulusan Apoteker mampu:


/03

1)  Memahami dan menggunakan berbagai teknik komunikasi


23

verbal dan nonverbal untuk melakukan pengumpulan data,


/20

penelusuran informasi, penyampaian ide, dan pertukaran


informasi.
om

2)  Memilih dan memanfaatkan jenis media yang sesuai dengan


a.c

sasaran dan tujuan komunikasi.


an

3)  Menggunakan keragaman sosial budaya sebagai salah satu


uly

perangkat dalam membangun komunikasi efektif dengan


seluruh pemangku kepentingan dalam Praktik Kefarmasian.
am

4)  Menggunakan empati dalam berkomunikasi dengan seluruh


n
.ai

pemangku kepentingan dalam Praktik Kefarmasian.


5) 
ww

Mengidentifikasi kebutuhan informasi dan merumuskan


bentuk komunikasi yang sesuai dengan sasaran dan tujuan
//w

komunikasi.
ps:

4.  Landasan Ilmiah Ilmu Farmasi, Ilmu Biomedik, Ilmu Humaniora, dan
htt

Ilmu Kesehatan Masyarakat


a.  Kompetensi Inti

dih.kemkes.go.id 
 

- 18 -

Mampu memanfaatkan ilmu dan teknologi farmasi, ilmu

l
tm
biomedik dasar, ilmu humaniora, dan ilmu kesehatan

r.h
masyarakat untuk mengelola masalah obat dan kesehatan

ke
secara komprehensif di tingkat individu dan masyarakat.

ote
b.  Lulusan Apoteker mampu:
1) 

-ap
Menerapkan teori, prinsip, metode, prosedur, serta aplikasi
dari ilmu farmasi dan teknologi bidang farmasi yang

esi
mencakup:

rof
a)  Menerapkan teori fisika, kimia dasar, kimia organik

r-p
untuk memahami struktur, karakteristik fisika kimia,
dan mekanisme reaksi sintesa suatu senyawa.

da
b)  Menerapkan teori matematika, statistika, biostatistika,

tan
metodologi penelitian untuk memahami manajemen
data dan berbagai
g-s
uji statistik dalam Praktik
tan
Kefarmasian.
c) 
en

Menerapkan teori farmasi fisika, formulasi, teknologi


k-t

farmasi, farmakologi, kimia medisinal, farmakognosi,


kimia farmasi, biofarmasi, farmakokinetika,
/km

farmakogenetik, farmakogenomik, farmakoterapi, kimia


/03

klinik, informasi obat untuk memahami prinsip dan


prosedur farmasetik dalam Praktik Kefarmasian.
23

d)  Menerapkan prinsip dan prosedur farmasetik,


/20

perhitungan kefarmasian, pembuatan/produksi,


om

compounding , pengawasan mutu, pemastian mutu


a.c

Sediaan Farmasi untuk mengidentifikasi dan


an

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan


Sediaan Farmasi dalam pengembangan, produksi dan
uly

distribusi Sediaan Farmasi untuk memenuhi


am

kebutuhan individu dan masyarakat.


n

e)  Menerapkan prinsip dan prosedur farmasetik,


.ai

perhitungan kefarmasian, perhitungan dosis,


ww

terapeutik klinik, asuhan kefarmasian berpusat


//w

kepada individu  (patient


 patient centered care )),,
farmakoekonomi, pengobatan berbasis bukti (evidence- 
( evidence- 
ps:

based medicine ),
), farmakovigilans, keamanan
htt

pengobatan (medication
(medication safety )),, responding to
pelayanan
symptoms/pelayanan
symptoms/ swamedikasi, evaluasi

dih.kemkes.go.id 
 

- 19 -

literatur/referensi, desain penelitian dan statistik

l
tm
dalam upaya menemukan dan menyelesaikan masalah

r.h
 yang berkaitan dengan penggunaan Sediaan Farmasi

ke
secara holistik di tingkat perorangan maupun

ote
masyarakat.
2)  Menerapkan teori, prinsip, metode, prosedur, serta aplikasi

-ap
dari ilmu biomedik yang mencakup:

esi
a)  Menerapkan teori biologi molekular, anatomi, fisiologi,

rof
patologi, patofisiologi, patologi klinik, mikrobiologi,
parasitologi, imunologi, biokimia, farmakologi,

r-p
toksikologi untuk memahami fungsi tubuh.

da
b)  Menerapkan teori biomakromolekul dan mekanisme

tan
kerjanya, sistem dan respon imun tubuh, mekanisme
g-s
kerja obat dan senyawa kimia lainnya dalam tubuh
tan
serta aplikasinya dalam penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan sediaaan farmasi.
en

3)  Menerapkan teori, prinsip, metode, prosedur, serta aplikasi


k-t

dari ilmu humaniora yang mencakup:


/km

a)  Menerapkan teori dan prinsip sosio farmasi,


farmakovigilans, manajemen sumber daya, manajemen
/03

organisasi, akuntansi, administrasi farmasi, teknologi


23

informasi dan komunikasi, teknik komunikasi dalam


/20

mengelola Praktik Kefarmasian.


om

b)  Menerapkan ketentuan perundang-undangan dan


regulasi bidang farmasi, serta etik dan disiplin profesi
a.c

dalam menjalankan Praktik Kefarmasian.


an

4)  Menerapkan teori, prinsip, metode, prosedur, serta aplikasi


uly

dari ilmu kesehatan masyarakat yang mencakup:


am

a)  Menerapkan teori, prinsip dan prosedur


farmakoepidemiologi, komunikasi profesional, ekonomi
n
.ai

kesehatan, kebijakan kesehatan untuk mengelola


ww

kebutuhan Sediaan Farmasi dalam Pelayanan


Kefarmasian.
//w

b)  Menerapkan prinsip dan prosedur promosi kesehatan,


ps:

kesehatan lingkungan, kesehatan dan keselamatan


htt

kerja untuk mengelola masalah yang berkaitan dengan

dih.kemkes.go.id 
 

- 20 -

Sediaan Farmasi dalam Pelayanan Kefarmasian

l
tm
berbasis komunitas ( pharmaceutical
 pharmaceutical public health ))..

r.h
5.  Keterampilan Apoteker

ke
a.  Kompetensi Inti:

ote
Mampu melakukan prosedur farmasetik/klinis dengan

-ap
menerapkan prinsip-prinsip dalam pedoman
pembuatan/produksi, pengadaan, penyimpanan, pengelolaan,

esi
pendistribusian/penyaluran, penelitian dan pengembangan, dan

rof
Pelayanan Kefarmasian untuk menjamin mutu, khasiat,

r-p
keamanan, akses, ketersediaan, serta kecukupan pada tingkat

da
perorangan maupun masyarakat.

tan
b.  Lulusan Apoteker mampu:
1)  Melaksanakan g-s
pembuatan/produksi Sediaan Farmasi
dalam bentuk sediaan padat, setengah padat, cair.
tan

a)  Menetapkan formula dan rencana


en

pembuatan/produksi sediaan obat, bahan obat, obat


k-t

tradisional, kosmetik.
/km

b)  Memeriksa dan memastikan ketepatan perhitungan


kebutuhan bahan sesuai formula yang ditetapkan.
/03

c)  Mengawasi penyiapan bahan, memastikan


23

penimbangan dan pengukuran dilakukan dengan


/20

benar, dan memastikan tindakan pencegahan


pencemaran silang diterapkan.
om

d)  Mengawasi dan memastikan penyiapan alat, peralatan,


a.c

dan ruangan sesuai untuk pembuatan/produksi:


an

(1)  Sediaan obat steril dan non steril.


uly

(2)  Sediaan obat tradisional, suplemen kesehatan,


am

kosmetik, dan obat kuasi.


(3)  Sediaan obat kelompok beta laktam.
n
.ai

e)  Menetapkan prosedur, melakukan pengawasaan dan


ww

memastikan pembuatan/produksi sediaan obat, bahan


obat, obat tradisional, kosmetik dilaksanakan sesuai
//w

prosedur yang ditetapkan.


ps:

f)  Menetapkan rancangan kemasan, brosur, leaflet dan


htt

memastikan rancangan memenuhi ketentuan untuk


hasil produksi:
(1)  Sediaan obat.

dih.kemkes.go.id 
 

- 21 -

(2)  Sediaan obat tradisional.

l
tm
(3)  Sediaan kosmetik.

r.h
g)  Menetapkan prosedur, memastikan pengemasan hasil

ke
produksi dilaksanakan dengan benar, serta

ote
memastikan informasi dalam kemasan, brosur dan
leaflet lengkap sesuai rancangan.

-ap
h)  Mengawasi, memeriksa, dan memastikan pengisian

esi
data dan lembar kerja serta dokumentasi

rof
pembuatan/produksi Sediaan Farmasi dilakukan

r-p
secara lengkap sesuai ketentuan.
2)  Melaksanakan pengujian mutu (quality
(quality control/QC ) dan

da
pemastian mutu (quality
(quality assurance/QA ) Sediaan Farmasi.

tan
a)  Melakukan pengujian mutu bahan baku dan pengujian
mutu produk/sediaan. g-s
tan
(1)  Menetapkan rencana, melakukan pengawasaan,
memastikan pengambilan sampel untuk pengujian
en

mutu bahan baku (pra produksi), selama proses


k-t

produksi (in
(in process control ),
), produk antara, dan
/km

produk akhir dilaksanakan dengan benar.


(2)  Memeriksa perhitungan kebutuhan bahan serta
/03

memastikan pembuatan larutan sampel, baku


23

pembanding, larutan dapar, pereaksi, pelarut,


/20

pembawa, fase gerak, media pertumbuhan


om

mikroba, pewarna dilakukan dengan benar sesuai


kebutuhan.
a.c

(3)  Menetapkan parameter mutu, merancang


an

prosedur pengujian mutu bahan baku dan


uly

pengujian mutu sediaan/produk sesuai spesifikasi


am

 yang ditetapkan.
(4)  Mengawasi
n

dan memastikan pengukuran


.ai

parameter mutu dilaksanakan dengan benar


ww

sesuai prosedur yang ditetapkan.


(5)  Melakukan identifikasi senyawa, penetapan kadar,
//w

pengujian mutu bahan baku dan pengujian mutu


ps:

sediaan/produk sesuai spesifikasi yang


htt

ditetapkan.

dih.kemkes.go.id 
 

- 22 -

(6)  Melakukan pengujian cemaran mikroba, cemaran

l
tm
logam berat, dan pengujian mutu bahan

r.h
alam/simplisia dan ekstrak bahan alam sesuai

ke
spesifikasi yang ditetapkan.

ote
(7)  Melakukan pengujian mutu bahan baku dan
sediaan/produk kosmetik sesuai spesifikasi yang

-ap
ditetapkan.

esi
(8)  Melakukan analisis, perhitungan, serta

rof
interpretasi data hasil identifikasi senyawa,

r-p
penetapan kadar, dan pengujian mutu.
(9)  Melakukan analisis kesesuaian hasil pengujian

da
terhadap spesifikasi mutu untuk menetapkan

tan
kelayakan:
g-s
(a)  Bahan baku untuk digunakan pada proses
tan
produksi.
(b)  Produk antara untuk keberlanjutan proses
en

produksi.
k-t

(c)  Produk/Sediaan Farmasi untuk dipasarkan.


/km

(10)  Memutuskan untuk meluluskan atau menolak


/03

bahan baku, produk antara, dan produk jadi


berdasarkan hasil analisis pengujian mutu.
23

b)  Melaksanakan sistem mutu pada pembuatan/produksi


/20

Sediaan Farmasi.
om

(1)  Merancang prosedur, melaksanakan dan


mengevaluasi serta memastikan sistem mutu
a.c

diterapkan.
an

(2)  Melakukan validasi proses pengolahan:


uly

(a)  Validasi prospektif pada produk baru


am

sebelum diedarkan.
(b)  Validasi konkuren pada kegiatan produksi
n
.ai

rutin.
ww

(3)  Melakukan validasi/verifikasi metode pengujian


mutu.
//w

(4)  Menetapkan adanya ketidaksesuaian hasil


ps:

pengujian mutu, mengidentifikasi penyebab mutu,


htt

menetapkan dan mengawasi tindakan solusi.

dih.kemkes.go.id 
 

- 23 -

(5)  Mengidentifikasi adanya kejadian yang tidak

l
tm
dikehendaki, menetapkan dan mengawasi

r.h
tindakan solusi, dan memastikan prosedur

ke
pencegahan dilakukan.

ote
c)  Mengawasi, memeriksa, dan memastikan pengisian
data dan lembar kerja serta dokumentasi pengujian

-ap
mutu dan penerapan sistem mutu pada

esi
pembuatan/produksi Sediaan Farmasi dilakukan

rof
secara lengkap sesuai ketentuan.
d) 

r-p
Mengidentifikasi kemungkinan adanya limbah padat,
limbah cair, limbah beta lactam, limbah bahan

da
beracun dan berbahaya (B3), menyusun prosedur

tan
pengolahan limbah.
3)  Melaksanakan pengadaan g-s
Sediaan Farmasi dan Alat
tan
Kesehatan.
a)  Membuat analisis masalah kesehatan, menetapkan
en

kriteria dan melakukan seleksi, menetapkan


k-t

kebutuhan pengadaan:
/km

(1)  Sediaan Farmasi: sediaan obat, bahan obat, obat


/03

tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan.


(2)  Alat Kesehatan, termasuk bahan medis habis
23

pakai.
/20

(3)  Bahan, alat, peralatan, dan perlengkapan steril


om

siap pakai.
b)  Melakukan seleksi pemasok, memilih metode dan
a.c

sistem rantai pasok untuk pengadaan Sediaan Farmasi


an

dan Alat Kesehatan.


uly

c)  Menyusun rencana pengadaan Sediaan Farmasi dan


am

Alat Kesehatan untuk memenuhi kebutuhan:


(1)  Fasilitas Pelayanan Kefarmasian.
n
.ai

(2)  Obat program pemerintah.


ww

(3)  Penanggulangan bencana: wabah, bencana alam.


d) 
//w

Memilah Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan yang


akan dipesan, melakukan pengisian surat pesanan,
ps:

memastikan kesesuaian surat pesanan dengan


htt

rencana pengadaan.

dih.kemkes.go.id 
 

- 24 -

e)  Merancang prosedur penerimaan produk Sediaan

l
tm
Farmasi dan Alat Kesehatan, termasuk penerimaan

r.h
produk kembalian/retur.

ke
f)  Mengawasi penerimaan produk, memeriksa kesesuaian

ote
antara produk yang diterima dengan yang dipesan,
menetapkan produk yang tidak sesuai, memastikan

-ap
ketepatan pengisian berita acara pengembalian produk

esi
 yang tidak sesuai.

rof
g)  Mengevaluasi prosedur penerimaan produk Sediaan

r-p
Farmasi dan Alat Kesehatan.
4)  Melaksanakan penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat

da
Kesehatan.

tan
a)  Memilah produk berdasarkan aspek keamanan dan
g-s
kemanfaatan, serta menetapkan kondisi penyimpanan
tan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan  
Kesehatan sesuai
karakteristik produk.
en

b)  Menetapkan penataan produk berdasarkan


k-t

pertimbangan aspek stabilitas, alfabetik nama produk,


/km

farmakoterapi, bentuk sediaan dan rute pemberian


/03

obat, dengan menerapkan prinsip First in First out  


(FIFO) dan First Expire First Out  (FEFO).
 (FEFO).
23

c)  Merancang prosedur, melaksanakan dan mengevaluasi


/20

prosedur penyimpanan Sediaan Farmasi (terutama cold


om

chain product (CCP)) dan Alat Kesehatan.


d) 
a.c

Memeriksa kesesuaian penataan produk Sediaan


Farmasi dan Alat Kesehatan di Fasilitas Produksi, di
an

fasilitas pelayanan, di gudang/fasilitas penyimpanan.


uly

e)  Melakukan pemantauan parameter suhu, kelembaban,


am

dan mutu produk yang ada dalam penyimpanan,


n

mengidentifikasi adanya sediaan yang rusak atau


.ai

kedaluwarsa, menetapkan tindak lanjut penanganan


ww

sediaan yang rusak atau kadaluwarsa.


f) 
//w

Mengidentifikasi adanya tumpahan bahan di lokasi


penyimpanan, mengawasi penanganan tumpahan
ps:

bahan, dan memastikan prosedur pencegahan


htt

dilakukan.

dih.kemkes.go.id 
 

- 25 -

5)  Melaksanakan distribusi/penyaluran Sediaan Farmasi dan

l
tm
Alat Kesehatan.

r.h
a)  Mengevaluasi dan menetapkan kualifikasi pelanggan.

ke
b)  Merancang prosedur pelayanan permintaan pengadaan

ote
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, memeriksa
keabsahan permintaan, mengevaluasi permintaan

-ap
berdasarkan analisis resiko serta kewajaran jumlah

esi
 yang diminta dan frekuensi permintaan, memutuskan

rof
kelayakan permintaan.

r-p
c)  Memilih metode transportasi, merancang prosedur,
memastikan faktor yang berpengaruh terhadap mutu,

da
khasiat dan keamanan Sediaan Farmasi dan Alat

tan
Kesehatan yang akan didistribusikan dapat
dikendalikan. g-s
tan
d)  Mengawasi distribusi/penyaluran:
(1)  Sediaan
en

Farmasi (obat, bahan obat, obat


k-t

tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan, obat


kuasi);
/km

(2)  Sediaan Farmasi kelompok CCP; dan


/03

(3)  Alat kesehatan, termasuk BMHP.


e)  Merancang prosedur, mengawasi serta memastikan
23

pengemasan ulang dan pelabelan kembali bahan obat


/20

pada tingkat distributor dilaksanakan sesuai


om

ketentuan.
f) 
a.c

Merancang prosedur pengelolaan stok dan sistem


rotasi berbasis sistem informasi, mengawasi dan
an

memastikan pengelolaan stok dilakukan sesuai


uly

prosedur dan stok produk terkendali.


am

g)  Menetapkan parameter, mengawasi dan memastikan


n

mutu stok Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


.ai

terjaga.
ww

h)  Menentukan kriteria, mengidentifikasi dan


//w

memisahkan produk yang mengalami penyimpangan


mutu.
ps:

i)  Menentukan kriteria, merancang prosedur penarikan


htt

produk yang harus dimusnahkan sesuai tata laksana,

dih.kemkes.go.id 
 

- 26 -

mengawasi dan memastikan proses penarikan produk

l
tm
 yang harus dimusnahkan dilakukan sesuai ketentuan.

r.h
 j)  Merancang prosedur pemusnahan Sediaan Farmasi

ke
dan Alat Kesehatan sesuai sifat bahan, keamanan, dan

ote
dampaknya pada lingkungan, mengawasi dan
memastikan proses pemusnahan produk dilakukan

-ap
sesuai ketentuan, dan pengisian berita acara

esi
pemusnahan dilakukan dengan benar.

rof
k)  Merancang prosedur penanganan keluhan dan

r-p
pengembalian produk, mengawasi dan memastikan
keluhan dan pengembalian produk dikelola sesuai

da
prosedur dan didokumentasikan secara lengkap.

tan
6)  Melaksanakan pengelolaan narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi.
g-s
tan
a)  Menetapkan kondisi penyimpanan narkotika,
en

psikotropika, dan prekursor farmasi sesuai ketentuan


k-t

regulasi, melakukan penyimpanan, mengawasi sediaan


 yang ada dalam penyimpanan.
/km

b)  Memastikan keabsahan dan menetapkan kelayakan


/03

permintaan narkotika, psikotropika, prekursor farmasi.


c)  Memastikan keabsahan dan menetapkan kelayakan
23

penerima sediaan narkotika, psikotropika, prekursor


/20

farmasi.
om

d)  Menyusun prosedur, melakukan tindakan pencegahan


a.c

dan upaya penanganan penyalahgunaan narkotika,


psikotropika, prekursor farmasi.
an

7)  Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi critical , HAM,


HAM, 
uly

sitostatika, radiofarmaka, kelompok bahan berbahaya dan


am

beracun (B3).
n

a)  Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan yang baik dan


.ai

benar pada penyiapan, penanganan, penyimpanan,


ww

serta penandaan:
(1)  Sediaan Farmasi kategori critical ;
//w

(2)  Sediaan Farmasi kategori HAM;


ps:

(3)  Sediaan sitostatika;


htt

(4)  Sediaan radiofarmaka; dan


(5)  Sediaan Farmasi kelompok B3.

dih.kemkes.go.id 
 

- 27 -

b)  Mengidentifikasi kejadian tumpahan sediaan dan

l
tm
insiden lainnya yang terjadi di luar ataupun di dalam

r.h
ruang steril, mengawasi penanganan kejadian, dan

ke
memastikan prosedur pencegahan diterapkan.

ote
c)  Menerapkan prinsip perlindungan terhadap radiasi
nuklir pada pengelolaan sediaan radiofarmaka.

-ap
8)  Melaksanakan penelitian dan pengembangan Sediaan

esi
Farmasi.

rof
a)  Melakukan penelusuran data, informasi, dan

r-p
ketentuan regulasi yang berkaitan dengan bahan aktif,
bahan penolong/eksipien, bahan pengemas, serta

da
Sediaan Farmasi yang dirancang.

tan
b)  Memilih bahan aktif, menetapkan formula,
g-s
menetapkan bahan kemasan dan rancangan informasi
tan
dalam kemasan.
c) 
en

Merancang, menetapkan prosedur


k-t

pembuatan/produksi Sediaan Farmasi sesuai


ketentuan regulasi (CPOB, CPOTB, CPKB).
/km

d)  Menetapkan spesifikasi mutu bahan aktif terapeutik,


/03

bahan penolong/eksipien, bahan kemasan, dan


Sediaan Farmasi.
23

e)  Melakukan verifikasi dan menetapkan metode


/20

pengujian mutu.
om

f)  Melakukan studi praformulasi, olah data, analisis,


a.c

interpretasi, dan penetapan kesimpulan hasil studi


praformulasi.
an

g)  Menetapkan parameter, merancang, melakukan studi


uly

stabilitas fisika, kimia, mikrobiologi, terapi, toksikologi,


am

melakukan olah data, analisis parameter hasil studi,


n

dan menetapkan kesimpulan hasil studi stabilitas.


.ai

h)  Menetapkan parameter, membuat rancangan dan


ww

protokol uji, melaksanakan uji bioekivalensi in vitro  


//w

dan in vivo , melakukan olah data, analisis parameter


uji, dan menetapkan kesimpulan hasil uji
ps:

bioekivalensi.
htt

i)  Menetapkan keputusan/tindak lanjut hasil studi


praformulasi, studi stabilitas, dan studi bioekivalensi:

dih.kemkes.go.id 
 

- 28 -

(1)  Menetapkan formula dan spesifikasi produk;

l
tm
(2)  Menetapkan prosedur pembuatan/produksi

r.h
Sediaan Farmasi (padat, cair, setengah padat) dari

ke
kelompok sediaan steril, non steril, produk beta

ote
lactam;
(3)  Menetapkan kondisi

-ap
penyimpanan, melakukan

perhitungan dan menetapkan batas kedaluwarsa

esi
(ED);

rof
(4)  Menetapkan bahan pengemas, desain wadah,

r-p
brosur/leaflet 
brosur/leaflet   dan informasi yang dimuat sesuai
ketentuan regulasi;

da
(5)  Menetapkan parameter dan prosedur pengujian

tan
mutu;
g-s
(6)  Menetapkan sistem pemastian mutu pelaksanaan
tan
pembuatan/produksi Sediaan Farmasi, termasuk
en

penanganan masalah dan/atau kejadian yang


k-t

tidak dikehendaki;
(7)  Mengidentifikasi temuan masalah pada studi
/km

praformulasi, melakukan analisis dan


/03

menetapkan solusinya; dan


(8)  Melakuan pendaftaran Sediaan Farmasi untuk
23

memperoleh penilaian terhadap mutu, khasiat,


/20

keamanan, serta izin edar.


om

9)  Melaksanakan compounding   Sediaan Farmasi


a.c

extemporaneous .
a)  Memeriksa kesesuaian perhitungan kebutuhan
an

Sediaan Farmasi dengan permintaan dalam resep dan


uly

ketersediaan produk.
am

b)  Mengidentifikasi jenis produk extemporaneous   yang


n

harus dibuat beserta kondisi spesifik yang dibutuhkan


.ai

untuk meminimalkan risiko proses compounding .


ww

c)  Mengawasi dan memastikan penyiapan bahan,


//w

peralatan, dan ruang dilakukan dengan benar sesuai


kebutuhan.
ps:

d)  Menerapkan prinsip, teknik dan prosedur compounding  


htt

 yang tepat dalam melakukan:

dih.kemkes.go.id 
 

- 29 -

(1)  Rekonstitusi sirup kering, compounding 


compounding   sediaan

l
tm
non steril;

r.h
(2)  Rekonstitusi sediaan injeksi, pencampuran

ke
sediaan injeksi (i.v. admixture ),
), penyiapan nutrisi

ote
parenteral;
(3)  Preparasi sediaan sitostatika; dan

-ap
(4)  Preparasi sediaan radiofarmaka.

esi
e)  Memastikan pengisian wadah, pengemasan produk,

rof
pelabelan, serta penetapan cara penyimpanan dan

r-p
batas penggunaan (BUD) hasil compounding dilakukan

da
dengan benar.
f) 

tan
Memastikan pengemasan ulang dan pelabelan bahan
baku dan Sediaan Farmasi dilakukan sesuai prinsip
farmasetik.
g-s
tan
g)  Mengawasi, memeriksa, dan memastikan pengisian
en

data dan lembar kerja serta dokumentasi compounding


k-t

Sediaan Farmasi dilakukan secara lengkap sesuai


ketentuan.
/km

h)  Mengidentifikasi dan melakukan prosedur penanganan


/03

limbah yang tepat pada proses compounding .


10)  Melaksanakan penyiapan dan penyaluran bahan, alat,
23

peralatan, dan perlengkapan steril siap pakai.


/20

a)  Merancang kebutuhan bahan, alat, peralatan dan


om

perlengkapan steril siap pakai.


a.c

b)  Menetapkan metode dan merancang prosedur


sterilisasi sesuai karakteristik bahan, alat, peralatan,
an

dan perlengkapan yang akan disterilkan.


uly

c)  Menghitung kebutuhan bahan dan alat, memastikan


am

penyiapan bahan, sarana dan prasarana dilakukan


n

sesuai kebutuhan.
.ai

d)  Melaksanakan sterilisasi, mengawasi dan memastikan


ww

prosedur sterilisasi diterapkan dengan benar.


//w

e)  Menetapkan parameter dan prosedur pengujian


sterilitas sesuai karakteristik produk, mengawasi dan
ps:

memastikan uji sterilitas dilaksanakan dengan benar.


htt

dih.kemkes.go.id 
 

- 30 -

f)  Merancang prosedur, mengawasi dan memastikan

l
tm
penyaluran bahan, alat, peralatan, perlengkapan steril

r.h
siap pakai dilakukan dengan benar.

ke
g)  Mengawasi, memeriksa, dan memastikan pengisian

ote
data dan lembar kerja serta dokumentasi penyiapan

-ap
dan penyaluran bahan, alat, peralatan, perlengkapan

steril siap pakai dilakukan secara lengkap sesuai

esi
ketentuan.

rof
11)  Melaksanakan farmakovigilans.

r-p
a)  Mendeteksi adanya kejadian efek samping atau

da
masalah lain yang berkaitan dengan penggunaan

tan
Sediaan Farmasi.
b)  Melakukan penilaian terhadap kejadian efek samping
g-s
atau masalah lain yang berkaitan dengan penggunaan
tan
Sediaan Farmasi.
en

c)  Melakukan tindakan solusi atau merujuk Penerima


k-t

Pelayanan Kefarmasian ke dokter/fasilitas pelayanan


kesehatan.
/km

d)  Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang efek


/03

samping atau masalah lain yang berkaitan dengan


penggunaan Sediaan Farmasi.
23

e)  Melakukan tindakan pencegahan terhadap potensi


/20

berulangnya kejadian efek samping atau masalah lain


om

 yang berkaitan
berkaitan dengan
dengan penggu
penggunaan
naan Sedia
Sediaan
an Farma
Farmasi.
si.
a.c

f)  Mendokumentasikan setiap temuan, tindakan koreksi,


dan upaya pencegahan yang dilakukan.
an

g)  Memastikan laporan kejadian efek samping penggunaan


uly

Sediaan Farmasi untuk institusi dan untuk regulator


am

di
dilak
lakuka
ukan
n sesuai
sesu ai ketentu
k etentuan.
an.
n

12)  Melaksanakan pelayanan informasi Sediaan Farmasi.


.ai

a)  Menetapkan metode penggalian data untuk


ww

mengidentifikasi kebutuhan informasi yang berkaitan


//w

dengan Sediaan Farmasi.


b)  Menerima permintaan informasi yang berkaitan
ps:

dengan Sediaan Farmasi.


htt

c)  Menetapkan sumber data dan teknik penelusuran


informasi untuk memperoleh informasi yang sahih.

dih.kemkes.go.id 
 

- 31 -

d)  Melakukan penelusuran informasi, menganalisis

l
tm
secara kritis, dan mengorganisasikan informasi.

r.h
e)  Menetapkan media penyampaian informasi,

ke
mengkomunikasikan dan mendiseminasikan informasi

ote
tentang Sediaan Farmasi kepada individu dan

-ap
masyarakat.

13)  Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian untuk individu.

esi
a)  Melakukan pelayanan yang berpusat kepada individu

rof
( person centered care ))::
 person

r-p
(1)  Melakukan wawancara untuk menggali

da
data/informasi dari Penerima Pelayanan

tan
Kefarmasian atau keluarganya dengan
memperhatikan aspek budaya, bahasa, demografi,
g-s
dan kondisi fisik pihak yang diwawancara;
tan
(2)  Menerapkan teknik komunikasi efektif dan sikap
en

profesional dalam melakukan komunikasi dengan


k-t

Penerima Pelayanan Kefarmasian atau


/km

keluarganya, dengan menunjukkan sikap peduli,


empati, dan penghargaan pada pendapat lawan
/03

bicara;
(3)  Mengidentifikasi kebutuhan, serta kemampuan
23

menerima dan memahami informasi dari Penerima


/20

Pelayanan Kefarmasian atau keluarganya pada


om

penggalian informasi, permintaan persetujuan,


a.c

pemberian informasi, konsultasi, konseling, dan


an

edukasi;
(4)  Memilih teknik komunikasi dan prosedur yang
uly

tepat dalam penelusuran data dan informasi


am

status kesehatan dan riwayat pengobatan dari


n

berbagai sumber data (penerima peayanan


.ai

kefarmasian, keluarganya, dokter, perawat, dan


ww

sumber data lainnya);


//w

(5)  Melakukan analisis riwayat obat yang digunakan


penerima Pelayanan Kefarmasian,
ps:

mengidentifikasi adanya diskrepansi (dosis,


htt

interaksi, ESO), dan melakukan rekonsiliasi obat


pada berbagai kategori Penerima Pelayanan

dih.kemkes.go.id 
 

- 32 -

Kefarmasian (dewasa, anak, lansia, wanita hamil

l
tm
dan menyusui, gangguan fungsi renal dan/atau

r.h
hepar, berkebutuhan khusus);

ke
(6)  Mengidentifikasi masalah potensial dan aktual

ote
 yang berkaitan dengan obat menggunakan

-ap
pendekatan berbasis bukti;
(7)  Mengidentifikasi prioritas, merancang, melakuan

esi
intervensi untuk menyelesaikan masalah obat;

rof
dan

r-p
(8)  Menerapkan prosedur klinis dan teknis farmasetik

da
 yang tepat pada penyiapan serta pemberian

tan
Sediaan Farmasi kepada Penerima Pelayanan
Kefarmasian berkolaborasi dengan dokter dan
perawat.
g-s
tan
b)  Melakukan telaah permintaan obat dengan resep
en

dokter untuk memastikan legalitas, kesesuaian


k-t

farmasetik (bentuk sediaan, kestabilan, kompatibilitas,


/km

kebutuhan penggantian produk), serta pengelolaan


masalah klinis potensial maupun aktual (duplikasi
/03

terapeutik, kesesuaian dosis, potensi interaksi obat


23

dengan obat lain, herbal, makanan, efek samping yang


tidak dikehendaki).
/20

c)  Melakukan analisis permintaan obat non resep pada


om

pelayanan swamedikasi, mengevaluasi kewajaran jenis


a.c

dan jumlah obat yang diminta, mengidentifikasi dan


an

menetapkan kebutuhan obat (Responding To


uly

Symptoms), membuat keputusan tindaklanjut yaitu


memberikan obat bila termasuk gangguan ringan atau
am

merujuk ke dokter bila ada alarm sign/warning


n

symptoms.
.ai

d)  Memastikan penyiapan Sediaan Farmasi dilakukan


ww

dengan benar, menetapkan kebutuhan compounding


//w

extemporaneous dan/atau kebutuhan penggantian


produk dengan persetujuan dokter dan/atau penerima
ps:

Pelayanan Kefarmasian.
htt

dih.kemkes.go.id 
 

- 33 -

e) 

l
Memastikan penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat

tm
Kesehatan dilakukan dengan benar, disertai dengan

r.h
pemberian informasi, edukasi, dan konseling tentang:

ke
(1)   Tujuan penggunaan, aturan pemakaian dan lama

ote
pemakaian;

-ap
(2)  Cara penggunaan, khususnya obat dengan device  
spesifik: tablet sublingual, tablet hisap, produk

esi
effervescent , produk pelepasan

rof
terkendali/controlled
terkendali/controlled release , inhaler , nebulizer ,

r-p
pen insulin, suppositoria , ovula , obat tetes (mata,

da
hidung, telinga), salep mata;

tan
(3)  Kemungkinan terjadinya efek samping;
(4)  Kondisi dan lama penyimpanan; dan
g-s
(5)  Cara membuang yang benar.
tan
f)  Melakukan telaah status kesehatan dan penggunaan
en

Sediaan Farmasi penerima Pelayanan Kefarmasian.


k-t

(1)  Menetapkan parameter dan melakukan


/km

pemantauan untuk:
(a)  Mengevaluasi pencapaian target terapi;
/03

(b)  Mengidentifikasi kemungkinan adanya


23

interaksi obat-obat, obat-herbal, obat-


makanan, obat-lingkungan; dan
/20

(c)  Mengidentifikasi adanya ketidakpatuhan


om

pengobatan.
a.c

(2)  Menginformasikan temuan masalah yang


an

berkaitan dengan pencapaian target terapi,


uly

adanya interaksi obat, dan ketidakpatuhan


pengobatan kepada dokter dan anggota tim
am

lainnya.
n

(3)  Menyampaikan usulan solusi masalah yang


.ai

berkaitan dengan pencapaian target terapi,


ww

interaksi obat, dan ketidakpatuhan pengobatan,


//w

melaksanakan tindakan intervensi berkolaborasi


dengan dokter dan anggota tim lainnya.
ps:

(4)  Melakukan monitoring dan evaluasi efektivitas


htt

pelayanan obat program pemerintah.


14)  Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian untuk masyarakat.

dih.kemkes.go.id 
 

- 34 -

a) 

l
Memilih metode, merancang prosedur, melaksanakan

tm
kegiatan penggalian data dan informasi dari kelompok

r.h
masyarakat untuk mengidentifikasi kebutuhan:

ke
(1)  Informasi yang berkaitan dengan perolehan dan

ote
penggunaan Sediaan Farmasi; dan

-ap
(2)  Promosi kesehatan, pencegahan dan pengendalian
penyakit, gaya hidup sehat.

esi
b)  Melibatkan kelompok masyarakat dalam identifikasi

rof
masalah yang berkaitan dengan penggunaan Sediaan

r-p
Farmasi, menetapkan prioritas dan alternatif

da
solusinya.

tan
c)  Melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan penggunaan Sediaan Farmasi di
masyarakat.
g-s
tan
d)  Melaksanakan diseminasi informasi dan edukasi bagi
en

kelompok masyarakat tentang:


k-t

(1)  Cara yang tepat untuk memperoleh Sediaan


/km

Farmasi, indikasi, kontra indikasi, tujuan


penggunaan, cara pemakaian, potensi efek
/03

samping, cara penyimpanan, cara pengembalian


23

sediaan yang tidak terpakai, rusak, atau


/20

kedaluwarsa agar dapat dimusnahkan secara


aman;
om

(2)  Promosi penggunaan obat secara rasional; dan


a.c

(3)  Pemantauan kepatuhan penggunaan Sediaan


an

Farmasi.
e) 
uly

Melaksanakan edukasi untuk meningkatkan


kesadaran terhadap kualitas hidup, upaya pencegahan
am

penyakit, upaya pengendalian penyakit, obat program


n

pemerintah, serta gaya hidup sehat pada berbagai


.ai

kelompok masyarakat, etnis, agama, budaya, dan


ww

umur.
//w

f)  Melakukan pengelolaan obat emergensi:


(1)  Menyusun kebijakan dan prosedur pelaksanaan
ps:

pengelolaan obat emergensi;


htt

dih.kemkes.go.id 
 

- 35 -

(2)  Menentukan jumlah dan jenis obat emergensi

l
tm
sesuai standar atau daftar obat emergensi yang

r.h
telah ditetapkan;

ke
(3)  Menentukan tempat penyimpanan pada lokasi

ote
 yang mudah diakses, dilengkapi dengan kunci,

-ap
terpisah dari persediaan obat untuk kebutuhan
lain;

esi
(4)  Melakukan pemantauan penggunaan obat

rof
emergensi; dan

r-p
(5)  Memastikan persediaan obat emergensi selalu

da
terjaga.

tan
g)  Melakukan pengelolaan obat mitigasi bencana:
(1)  Membentuk tim penanggulangan bencana dan
melakukan
g-s
penyamaan pemahaman tentang
tan
“rapid health assessment ”;
”;
en

(2)  Menetapkan kebutuhan dan melakukan


k-t

pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


/km

esensial sesuai jenis bencana;


(3)  Menetapkan lokasi penyimpanan yang memenuhi
/03

syarat dan melakukan pengelolaan Sediaan


23

Farmasi dan Alat Kesehatan; dan


(4)  Melakukan
/20

promosi tentang upaya untuk


mengurangi risiko adanya bencana dan
om

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk


a.c

menghadapi bencana.
an

6.  Pengelolaan Praktik Kefarmasian


uly

a.  Kompetensi Inti:


am

Mampu mengelola pelaksanaan Praktik Kefarmasian yang


n

bertanggung jawab pada lingkup produksi, distribusi dan


.ai

Pelayanan Kefarmasian sesuai ketentuan melalui upaya


ww

penjaminan mutu, khasiat, keamanan, akses, ketersediaan,


//w

serta kecukupan Sediaan Farmasi dalam upaya meningkatkan


kualitas hidup Penerima Pelayanan Kefarmasian dan
ps:

masyarakat.
htt

dih.kemkes.go.id 
 

- 36 -

b. 

l
Lulusan Apoteker mampu:

tm
1)  Mengoptimalkan pelaksanaan Praktik Kefarmasian di

r.h
Fasilitas Produksi, distribusi, dan Pelayanan Kefarmasian.

ke
2)  Memastikan prinsip dan prosedur keamanan, efektivitas

ote
dan efisiensi kegiatan di tempat praktik diterapkan secara

-ap
optimal.
3)  Memastikan prinsip dan prosedur pemastian mutu

esi
diterapkan secara optimal:

rof
a)  Memastikan penerapan prinsip manajemen mutu (QA

r-p
dan QC) dan penerapan manajemen risiko mutu

da
(QRM);

tan
b)  Merancang, mengelola, dan mengawasi penerapan
regulasi internal organisasi;
c)  Mengelola pengawasan
g-s mutu dan memastikan
tan
monitoring mutu diterapkan sesuai kebutuhan; dan
en

d)  Mengelola penerapan prinsip penjaminan mutu pada


k-t

proses inspeksi diri, audit, pembuatan Corrective Action  


/km

& Preventive Action  (CAPA).


 (CAPA).
4)  Memastikan pelaksanaan Praktik Kefarmasian yang
/03

terstandar:
23

a)  Memastikan prosedur standar dilaksanakan secara


/20

optimal;
b)  Melakukan monitoring, menginterpretasi data dan
om

informasi dari berbagai sumber informasi yang sahih;


a.c

c)  Menganalisis, mengevaluasi, serta menetapkan


an

tindakan dan/atau perbaikan masalah yang terjadi di


uly

tempat praktik.
5)  Mendemonstrasikan kemampuan untuk mengelola waktu
am

dan sumber daya secara efektif dan efisien dalam


n

menetapkan prioritas, mengorganisasikan, dan mengelola


.ai

pelaksanaan Praktik Kefarmasian.


ww

6)  Memastikan penugasan personel pendukung sesuai dengan


//w

fungsi yang ditetapkan untuk memenuhi standar.


7) 
ps:

Memastikan pengelolaan kerjasama tim optimal.


8)  Menilai pengaruh otomatisasi dan teknologi lain di tempat
htt

praktik terhadap keamanan, efikasi dan efisiensi Praktik


Kefarmasian.

dih.kemkes.go.id 
 

- 37 -

l
9)  Memastikan pencatatan dan dokumentasi dilaksanakan

tm
sesuai prosedur yang ditetapkan:

r.h
a)  Mengawasi kegiatan pencatatan dan dokumentasi

ke
untuk memastikan kelengkapan dan kesesuaian

ote
dengan regulasi;

-ap
b)  Mengatasi hambatan yang timbul dari teknologi
informasi atau metode lain yang digunakan dalam

esi
mengorganisasikan, memelihara, dan melakukan

rof
penelusuran catatan/dokumen di tempat praktik; dan

r-p
c)  Merancang prosedur, memilih dan menetapkan

da
teknologi yang digunakan pada

tan
pencatatan/dokumentasi untuk memelihara integritas,
praktik.  
keamanan dan ketetapan catatan di tempat praktik.
g-s
10)  Melaksanakan pengelolaan sumber daya dan organisasi di
tan
Fasilitas Produksi, distribusi, dan Pelayanan Kefarmasian:
en

a)  Mengawasi pengelolaan waktu, sumber daya dan


k-t

organisasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian


/km

dilaksanakan secara optimal.


b)  Mengawasi inventaris dan pengelolaan Sediaan
/03

Farmasi dan Alat Kesehatan untuk menjamin


23

efektivitas dan efisiensi:


(1)  Memastikan proses seleksi, penetapan kebutuhan
/20

pengadaan, serta pengendalian stok Sediaan


om

Farmasi dan Alat Kesehatan dilakukan sesuai


a.c

prosedur;
an

(2)  Menilai pengaruh dari sistem dan strategi


uly

pengelolaan, prosedur inventarisasi, dan


penggunaan teknologi terhadap keamanan,
am

efikasi, dan efisiensi Praktik Kefarmasian;


n

(3)  Memastikan keabsahan pemasok dalam


.ai

perlengkapan;  
pengadaan stok persediaan dan perlengkapan;
ww

(4)  Mengatasi masalah yang berkaitan dengan


//w

penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat


ps:

Kesehatan;
(5)  Memastikan pelaksanaan monitoring kondisi
htt

penyimpanan dan mutu sediaan, serta mengatasi


masalah yang berkaitan dengan perubahan mutu
dih.kemkes.go.id 

- 38 -

l
pada penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat

tm
Kesehatan;

r.h
(6)  Mengatasi masalah yang berkaitan dengan rantai

ke
pasokan obat, termasuk kekurangan obat, dan

ote
obat yang ditarik dari peredaran;

-ap
(7)  Mengembangkan prosedur untuk memastikan
pengembalian atau pemusnahan produk yang

esi
ditarik, kedaluwarsa dan tidak terpakai; dan

rof
(8)  Mengawasi pengendalian persediaan di tempat

r-p
praktik dengan memastikan pelaksanaan audit,

da
penyelesaian dan pelaporan bila ada perbedaan.

tan
c)  Mengawasi kebutuhan dan pengelolaan kegiatan
peningkatan kemampuan staf secara berkelanjutan.
d)  Mengawasi anggaran
g-s secara efektif untuk
tan
mengendalikan konsistensi stok Sediaan Farmasi dan
en

Alat Kesehatan.
k-t

e)  Mengawasi pemeliharaan sarana dan prasarana di


/km

fasilitas kefarmasian.
/03
23
/20
om
a.c
an
uly
amn
.ai
ww
//w
ps:
htt
dih.kemkes.go.id 

- 39 -

l
BAB IV

tm
DAFTAR POKOK BAHASAN, MASALAH, DAN KETERAMPILAN

r.h
ke
ote
A.  Daftar Pokok Bahasan

-ap
Daftar Pokok Bahasan memuat berbagai pokok bahasan yang digunakan

esi
sebagai bahan kajian dalam proses pembelajaran. Materi ini merupakan

rof
penerjemahan standar kompetensi ke bentuk bahan atau tema
pendidikan dan pengajaran. Setiap area kompetensi diterjemahkan dalam

r-p
bentuk bahan ajar, pokok-pokok bahasan pada setiap area kompetensi

da
diuraikan lebih lanjut sesuai bidang ilmu yang yang berkaitan.

tan
Daftar Pokok Bahasan ini ditujukan untuk membantu institusi
pendidikan farmasi   dalam
farmasi penyusunan
g-s
kurikulum sesuai struktur
tan
kurikulum masing-masing institusi, tanpa membatasi bahan atau tema
en

pembelajaran. 
pembelajaran. 
k-t

1.  Area Kompetensi Profesionalisme


a.  Kaidah dasar agama, moral, dan etika dalam Praktik
/km

Kefarmasian.
/03

b.  Landasan kewarganegaraan dalam membangun sikap dan


tanggung jawab profesi.
23

c.  Etik dan disiplin Apoteker.


/20

d.  Kajian hukum kesehatan dan regulasi yang berkaitan dengan


om

Praktik Kefarmasian.
e. 
a.c

Pharmaceutical care , tanggung jawab dan komitmen Apoteker


untuk memberikan pelayanan menyeluruh untuk mencapai
an

kesejahteraan penerima Pelayanan Kefarmasian.


uly

f.  Kajian masalah manusia dan budaya dalam Praktik


am

Kefarmasian.
n

g.   Tata kelola sistem kesehatan, masalah kesehatan masyarakat,


.ai

serta faktor sosial yang mempengaruhi perilaku sehat dan sakit.


ww

h.  Kolaborasi antarprofesi sesuai dengan latar belakang profesi


//w

untuk mencapai tujuan meningkatkan kualitas hidup


masyarakat.
ps:

2.  Area Kompetensi Mawas Diri dan Pengembangan Diri


htt

a.  Dasar-dasar keterampilan belajar.


dih.kemkes.go.id 

- 40 -

l
b.  Pembelajaran reflektif, belajar dengan mengutamakan proses

tm
berfikir atas dasar refleksi diri, pengalaman masa lalu, serta

r.h
harapan masa depan.

ke
c.  Berfikir kritis, analitis, adaptif, dan kreatif.

ote
d.  Manajemen diri.

-ap
e.  Keterampilan memecahkan masalah ( problem-based
 problem-based learning ))..

esi
f.  Peningkatan profesional berkelanjutan.
g.  Kajian potensi pengembangan Praktik Kefarmasian dan

rof
wirausaha..
wirausaha

r-p
h.  Pemanfaatan teknologi dalam penyediaan data digital dan

da
objektif yang dapat di akses oleh tenaga kesehatan dan Penerima

tan
Pelayanan Kefarmasian menuju hubungan yang setara dalam
pengambilan keputusan.
g-s
3.  Area Kompetensi Komunikasi Efektif
tan
a.  Keterampilan komunikasi: kemampuan berbicara,
en

mendengarkan secara aktif, mengatasi hambatan komunikasi


k-t

verbal, memahami komunikasi nonverbal dari komunikan,


/km

memecahkan konflik secara konstruktif.


b.  Kajian masalah sosial dan budaya dalam berkomunikasi dengan
/03

penerima Pelayanan Kefarmasian.


23

c.  Kolaborasi antarprofesi sesuai dengan latar belakang profesi


/20

untuk mencapai tujuan meningkatkan kualitas hidup penerima


Pelayanan Kefarmasian.
om

d.  Literasi teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan


a.c

penelusuran, menemukan, menilai, mengevaluasi,


an

menggunakan, menyusun, merancang, serta menyampaikan


uly

informasi.
e.  Person centered care , memberikan pelayanan dengan
am

menghargai pendapat dan memastikan respon yang diberikan


n
.ai

sesuai kebutuhan penerima Pelayanan Kefarmasian.


f. 
ww

Health literacy : memperoleh, memproses dan memahami


kebutuhan informasi kesehatan untuk memberikan keputusan
//w

 yang tepat. 
tepat. 
ps:

g.  Kaidah penulisan dan pembuatan laporan ilmiah.


4.  Area Kompetensi Landasan Ilmiah Ilmu Farmasi, Ilmu Biomedik, Ilmu
htt

Humaniora, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.


a.  Ilmu farmasi:
dih.kemkes.go.id 

- 41 -

l
1)  Matematika, statistika, biostatistika, metodologi penelitian.

tm
2)  Fisika, kimia dasar, kimia organik, farmasi fisika,

r.h
farmasetika, kimia medisinal, kimia farmasi, farmakognosi,

ke
farmakologi, biofarmasi, farmakokinetika, farmakogenomik,

ote
farmakogenetik, farmakoterapi, kimia klinik, informasi obat,

-ap
formulasi dan teknologi farmasi, perhitungan kefarmasian,

esi
asuhan kefarmasian ( pharmaceutical
 pharmaceutical care ),
), pelayanan resep,
pelayanan swamedikasi (responding
(responding to symptoms )),,

rof
compounding & dispensing , pengobatan berbasis bukti, dan

r-p
keamanan pengobatan.

da
b.  Ilmu biomedik: biologi molekular, anatomi, fisiologi, patologi,

tan
patofisiologi, mikrobiologi, parasitologi, imunologi, biokimia,

g-s
sistem dan respon imun tubuh, mekanisme kerja obat dan
senyawa kimia lainnya dalam tubuh.
tan

c.  Ilmu humaniora:


en

1)  Sosio farmasi, farmakovigilans, manajemen sumber daya,


k-t

manajemen organisasi, akuntansi, administrasi farmasi,


/km

teknologi informasi dan komunikasi, dan teknik


komunikasi.
/03

2)  Hukum kesehatan dan regulasi yang berkaitan dengan


23

Praktik Kefarmasian, etik dan disiplin profesi.


/20

3)  Literasi humaniora.


d.  Ilmu kesehatan masyarakat:
om

1)  Farmakoepidemiologi, ekonomi kesehatan, kebijakan


a.c

kesehatan, komunikasi profesional.


an

2)  Promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan dan


uly

keselamatan kerja (K3).


5.  Area Kompetensi Keterampilan Apoteker
am

a.  Prinsip, prosedur, keterampilan pembuatan/produksi sediaan


n
.ai

obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetik: keterampilan dasar


ww

pembuatan Sediaan Farmasi, pengelolaan bahan baku,


pengelolaan proses pembuatan/produksi, pengelolaan produk
//w

akhir.
ps:

b.  Prinsip, prosedur, keterampilan pengujian mutu dan pemastian


mutu sediaan obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetik:
htt

pengujian mutu bahan baku, produk antara dan produk akhir,


pemastian mutu.
dih.kemkes.go.id 

- 42 -

l
c.  Prinsip, prosedur, keterampilan pengadaan Sediaan Farmasi

tm
(obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen

r.h
kesehatan, obat kuasi, dan Alat Kesehatan: seleksi, pengadaan,

ke
dan penerimaan.

ote
d.  Prinsip, prosedur, keterampilan penyimpanan Sediaan Farmasi

-ap
(obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen

esi
kesehatan, obat kuasi, dan Alat Kesehatan: penataan,
penyimpanan, pemantauan.

rof
e.  Prinsip, prosedur, keterampilan distribusi Sediaan Farmasi

r-p
(obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen

da
kesehatan, obat kuasi, dan Alat Kesehatan:

tan
distribusi/penyaluran, pengelolaan stok/ persediaan,
pengawasan mutu, penarikan, pemusnahan. g-s
f.  Prinsip, prosedur, keterampilan pengelolaan sediaan narkotika,
tan

psikotropika, dan prekursor farmasi: penyimpanan, pelayanan,


en

pencegahan dan penanganan penyalahgunaan.


k-t

g.  Prinsip, prosedur, keterampilan pengelolaan Sediaan Farmasi


/km

critical , HAM, sitostatika, radiofarmaka, dan kelompok B3:


pengelolaan, penanganan kejadian tumpahan dan tindakan
/03

pencegahan.
23

h.  Prinsip, prosedur, keterampilan penelitian dan pengembangan


/20

Sediaan Farmasi: perancangan formula, penetapan spesifikasi,


studi praformulasi, uji pre-klinik dan uji klinik, pengujian mutu,
om

sistem pemastian mutu, registrasi Sediaan Farmasi dan


a.c

notifikasi kosmetik (termasuk Dokumen Informasi Produk).


an

i.  Prinsip, prosedur, keterampilan pencampuran/compounding  


pencampuran/compounding 
uly

Sediaan Farmasi extemporaneous : kalkulasi farmasetik,


rekonstitusi sirup kering, compounding sediaan non-steril,
am

rekonstitusi sediaan injeksi, pencampuran sediaan injeksi,


n
.ai

penyiapan nutrisi parenteral, preparasi sediaan sitostatika,


ww

preparasi sediaan radiofarmaka, pengemasan dan pelabelan.


 j.  Prinsip, prosedur, keterampilan penyiapan dan pendistribusian
//w

bahan, alat, peralatan, perlengkapan steril siap pakai (Central


( Central
ps:

Sterile Supply Department  (CSSD)).


 (CSSD)).
k.  Prinsip, prosedur, keterampilan farmakovigilans: deteksi
htt

kejadian, penilaian, penetapan tindakan solusi, pencegahan,


pencatatan, dan pelaporan MESO/MESOT/MESKOS.
dih.kemkes.go.id 

- 43 -

l
l. 

tm
Prinsip, prosedur, keterampilan Pelayanan Kefarmasian untuk
individu:  person centered care , pelayanan resep dokter,

r.h
pelayanan swamedikasi/pelayanan obat non-resep (responding
(responding

ke
to symptoms ),
), penyerahan (dispensing) Sediaan Farmasi dan

ote
pemberian konseling, informasi dan edukasi, pemantauan terapi

-ap
obat.

esi
m.  Prinsip, prosedur, keterampilan Pelayanan Kefarmasian untuk
masyarakat: identifikasi kebutuhan masysrakat melalui FGD

rof
dan metode lainnya, pelayanan informasi obat, pemberian

r-p
edukasi yang berkaitan dengan obat dan penggunaan obat,

da
promosi kesehatan, obat program pemerintah, penanggulangan

tan
wabah dan bencana.
6.  g-s
Area Kompetensi Pengelolaan Praktik Kefarmasian
a.  Peningkatan kepuasan pelayanan di berbagai Praktik
tan

Kefarmasian.
en

b.  Pengelolaan tempat Praktik Kefarmasian ( workplace


(workplace
k-t

management ))..
/km

c.  Total Quality Management . 


d.  Manajemen konflik.
/03

e.  Pengelolaan waktu dan sumber daya di Fasilitas Produksi,


23

distribusi, dan Pelayanan Kefarmasian.


/20

f.  Kerjasama tim (teamwork 


(teamwork ))..
g.  Pengembangan dan penerapan standar prosedur operasional
om

dalam Praktik Kefarmasian di Fasilitas Produksi, distribusi, dan


a.c

Pelayanan Kefarmasian.
an

h.  Pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan Praktik Kefarmasian.


uly

i.  Prinsip penjaminan mutu, inspeksi diri, audit internal, CAPA.


 j.  Pengelolaan anggaran.
am

k.  Pemeliharaan sarana dan prasarana.


n
.ai

l.  Dokumentasi dan pengarsipan.


ww

m.  Keselamatan Penerima Pelayanan Kefarmasian (Patient


(Patient Safety )). 

n.  Penerapan prinsip K3 di fasilitas kefarmasian.
//w
ps:

B.  Daftar Masalah


htt

Daftar Masalah memuat berbagai masalah yang dihadapi oleh Apoteker


dalam melaksanakan praktik profesi, baik masalah yang dihadapi
individu, komunitas, atau masyarakat luas 
luas  maupun masalah yang berasal
dih.kemkes.go.id 

- 44 -

l
tm
dari diri pribadi/individu Apoteker. Mahasiswa pendidikan profesi
Apoteker perlu diperkenalkan pada berbagai masalah tersebut dan

r.h
difasilitasi untuk belajar menangani masalah-masalah tersebut yang

ke
dapat terjadi atau mereka hadapi pada saat praktik.

ote
Bagian pertama dari daftar sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.1

-ap
memuat berbagai masalah Penerima Pelayanan Kefarmasian yang

esi
berkaitan dengan penggunaan obat/sediaan farmasi. Dalam mengelola

rof
berbagai masalah ini, pelayanan Apoteker diberikan berdasarkan
permintaan obat/Sediaan Farmasi dalam resep, data-data subjektif

r-p
maupun objektif, atau keluhan yang disampaikan oleh penerima

da
Pelayanan Kefarmasian.

tan
Bagian kedua berisi daftar sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.2
g-s
memuat berbagai masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Praktik
tan
Kefarmasian, baik yang berasal dari diri pribadi/individu Apoteker,
en

pemahaman tentang regulasi dan pedoman praktik dalam bidang


k-t

pekerjaannya, situasi tempat kerja atau tempat praktik, hubungan


dengan profesi kesehatan lainnya, maupun hubungan dengan pihak-
/km

kefarmasian.  
pihak lain yang berkaitan dengan parktik kefarmasian.
/03

 Tabel 4.1
23

Daftar Masalah Pada Penerima Pelayanan Kefarmasian


/20

No Masalah Pada Penerima Pelayanan Kefarmasian


om

A Masalah Perolehan Obat Pada Penerima Pelayanan Kefarmasian


a.c

1.  Meminta antibiotik atau obat keras lainnya tanpa indikasi yang jelas
an

berdasarkan:
uly

a.  Resep yang sudah dilayankan;


b.  Anjuran, saran, pengalaman teman atau keluarga; dan/atau
c.  Merasa cocok dengan obat yang pernah dipakai.
am

2.  Meminta obat non resep (swamedikasi) berdasarkan keluhan tanpa


n

pemastian indikasi dan ada tidaknya alarm sign/warning syndrome  


.ai

3.  Meminta psikotropika tanpa resep dokter


ww

4.  Memperoleh obat yang berkualitas rendah, tidak terjamin mutunya,


rusak karena kesalahan teknik pada pengiriman atau penyimpanan
//w

5.  Memperoleh obat palsu dari jalur ilegal


ps:

6.  Mengalami kekurangan obat karena masalah biaya, kesulitan akses,


atau ada kekosongan obat
htt

B Masalah Penggunaan Obat Pada Penerima Pelayanan Kefarmasian


dih.kemkes.go.id 

- 45 -

l
tm
No Masalah Pada Penerima Pelayanan Kefarmasian
1.  Menggunakan obat secara tidak tepat karena:

r.h
a.  Pilihan zat aktif obat tidak sesuai indikasi;

ke
b.  Obat diberikan tanpa indikasi yang benar;

ote
c.  Penggantian obat tidak sesuai zat aktif yang diminta tanpa
memastikan kesesuaian indikasi;

-ap
d.  Dosis yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan, diberikan

esi
tanpa penyesuaian dosis; dan/atau
e.  Bentuk sediaan dan rute pemberian obat tidak sesuai dengan

rof
tujuan terapi sehingga tidak efektif.
2.  Mengalami masalah akibat pemberian obat:

r-p
a.  Mengabaikan kontra indikasi; dan/atau

da
b.  Mengabaikan potensi efek samping yang tidak dikehendaki dan
atau masalah terkait obat lainnya.

tan
3.  Memperoleh obat non resep tanpa pemastian ada atau tidaknya
alarm sign /warning symptoms   g-s
4.  Mengalami potensi interaksi akibat penggunaan kombinasi obat
tan

5.  Mengalami gangguan absorpsi obat karena adanya interaksi dengan


en

makanan
k-t

6.  Melakukan kesalahan teknis pada penggunaan pada inhaler, insulin


pen, tablet sublingual, supositoria, salep mata, patch
/km

7.  Memperoleh dosis berlebih karena sistem pelepasan terkendali


rusak saat obat diracik atau digerus
/03

8.  Mengalami under dose narkotika pada pengobatan paliatif


23

9.  Melakukan ketidakpatuhan karena jarak waktu pemberian obat


terlalu pendek, waktu pemberian obat bervariasi, atau pengobatan
/20

terlalu panjang
om

10.  Menghentikan pengobatan karena:


a.  Merasa sudah sembuh;
a.c

b.  Mengalami efek samping atau masalah lain yang berkaitan


dengan penggunaan obat;
an
uly

c.  Bentuk sediaan yang diberikan sulit digunakan atau terasa tidak
nyaman; dan/atau
d.  Takut mengalami efek samping.
am

11.  Menolak injeksi karena takut jarum


n

12.  Meminta injeksi karena percaya injeksi lebih manjur


.ai

13.  Mengalami perburukan penyakit kronis karena ketidakpatuhan


ww

pengobatan
14.  Membutuhkan perawatan lanjutan karena salah minum obat atau
//w

berhenti minum obat


ps:

15.  Mengalami kejadian efek samping serius karena ketidakpatuhan


pengobatan
htt

16.  Melakukan ketidakpatuhan pengobatan dan/atau kejadian efek


samping berulang karena tidak paham dan tidak memperoleh
penjelasan
dih.kemkes.go.id 

- 46 -

l
tm
No Masalah Pada Penerima Pelayanan Kefarmasian
17.  Obat

r.h
kedaluwarsa/rusak/berubah warna masih digunakan
sehingga efek terapi tidak tercapai

ke
18.  Menggunakan obat sisa tanpa memahami kedaluwarsa dan/atau

ote
adanya kerusakan obat
19.  Melakukan penggunaan obat yang tidak tepat (misused 
(misused )

-ap
20.  Melakukan penyalahgunaan narkotika/psikotropika (abused 
(abused )

esi
rof
C Masalah Penyimpanan Obat Pada Penerima Pelayanan Kefarmasian
1.  Mengalami masalah obat memisah atau memadat sehingga larutan/

r-p
suspensi/emulsi/krim sulit dihomogenkan kembali

da
2.  Menyimpan obat tidak mengikuti rekomendasi suhu penyimpanan

tan
pada informasi di kemasan obat atau yang disarankan Apoteker
3.  Menyimpan obat di tempat yang lembab atau terkena sinar
matahari langsung g-s
tan
4.  Obat rusak atau berubah warna dalam penyimpanan tidak
terpantau
en

5.  Menyimpan obat melampaui batas waktu, obat sisa, atau obat yang
k-t

kemasannya sudah dibuka


/km

D Masalah Pembuangan Obat Pada Penerima Pelayanan Kefarmasian


/03

1.  Membuang obat ke tempat pembuangan sampah


2.  Membuang sisa obat masih dalam kemasan utuh
23

3.  Membuang sisa obat sirup atau cair ke saluran air yang tidak
/20

mengalir
om
a.c

 Tabel 4.2
an

Daftar Masalah Apoteker


uly

No Masalah Pada Apoteker


am

A Masalah Individu Apoteker


1.  Melakukan praktik tanpa landasan legal (tidak punya STRA, SIP
n

dan/atau STRA habis masa berlakunya)


.ai

2.  Melakukan praktik tidak sesuai prosedur


ww

3.  Melakukan praktik di luar kewenangan dan atau di luar


kompetensinya
//w

4.   Tidak hadir di tempat praktik sehingga Pelayanan Kefarmasian


ps:

berlangsung tanpa kehadirannya


5.  Kurang memiliki integritas :
htt

a.  Tidak jujur
b.  Menyalahgunakan wewenang
c.   Tidak mencegah munculnya konflik kepentingan
dih.kemkes.go.id 

- 47 -

l
tm
No Masalah Pada Apoteker
d.  Tidak memegang komitmen

r.h
e.   Tidak bertanggung jawab

ke
6.  Mendelegasikan kewenangan kepada personil yang tidak memiliki

ote
kompetensi atau kewenangan
7.  Kurang memiliki pengetahuan tentang ketentuan perundang-

-ap
undangan dan permasalahan hukum yang berkaitan dengan Praktik

esi
Kefarmasian
8.  Kurang memiliki pengetahuan tentang etik dan disiplin profesi

rof
9.  Kurang memiliki kemampuan mengenali sumber informasi yang

r-p
sahih dan melakukan penelusuran informasi
10.  Kurang memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi informasi

da
dan komunikasi dalam melakukan Praktik Kefarmasian maupun

tan
dalam mengelola Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
11.  Kurang memiliki kebanggaan atas profesinya
g-s
12.   Tidak melakukan upaya pengembangan diri:
tan
a.  Tidak melakukan evaluasi atau introspeksi diri
en

b.  Tidak mau menerima saran atau kritik dari mitra kerja atau
pihak lain
k-t

c.   Tidak melakukan upaya peningkatan pengetahuan,


/km

keterampilan, dan atau penguasaan teknologi


d.  Tidak mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan
/03

B Masalah Profesionalitas Apoteker Di Tempat Kerja


23

1.  Mengalami masalah persediaan :


/20

a.  Terjadi kekosongan karena kekurangan anggaran, salah


perencanaan, sistem informasi tidak akurat
om

b.  Persediaan berlebih karena salah perencanaan atau pengelolaan


a.c

c.  Data yang tersedia tidak valid karena pendataan stok hanya
dilakukan setahun sekali
an

 
uly

2. Memilih
integritaspemasok tanpa memperhatikan aspek legalitas dan telaah
3.  Melakukan pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan tidak sesuai SPO
am

4.  Melakukan pengiriman Sediaan Farmasi tidak sesuai prosedur dan


n

kurang memperhatikan stabilitas


.ai

5.  Melakukan kesalahan teknik pengiriman sehingga obat rusak saat


ww

transportasi
6.  Melakukan penerimaan obat dari distributor tidak sesuai prosedur
//w

dan kriteria standar


ps:

7.  Melakukan penataan dan penyimpanan Sediaan Farmasi tidak


sesuai standar sehingga tidak terjaga mutunya
htt

8.  Melakukan penataan Sediaan Farmasi tanpa penandaan obat-obat


kategori critical , high allert , sitostatika, radiofarmaka
9.  Melakukan penyimpanan sediaan narkotika tidak sesuai standar
dih.kemkes.go.id 

- 48 -

l
tm
No Masalah Pada Apoteker

r.h
10.  Menyediakan sarana penyimpanan obat, penanganan sediaan steril,
alat pelindung diri tidak sesuai standar atau tidak tersedia karena

ke
pertimbangan ekonomis

ote
11.  Melakukan pemusnahan obat tidak sesuai standar, pencatatan dan
pelaporan proses dan hasil pemusnahan obat tidak sesuai pedoman

-ap
12.  Melakukan pelayanan resep dengan telaah terbatas tanpa

esi
melibatkan penerima Pelayanan Kefarmasian
13.   Tidak menyampaikan informasi penting yang berkaitan dengan

rof
penggunaan obat (tujuan, cara penggunaan, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan, batas kedaluwarsa) kepada Penerima

r-p
Pelayanan Kefarmasian secara lengkap dan jelas

da
14.  Menyerahkan obat dengan teknik/device 
teknik/device  khusus,
 khusus, a.l. inhaler, pen
insulin, tablet sublingual, salep mata, supositoria) tanpa disertai

tan
penjelasan tentang cara penggunaannya yang tepat
g-s
15.  Menyerahkan obat tanpa kelengkapan label petunjuk penggunaan,
cara penyimpanan, tanggal kedaluwarsa
tan
16.  Memberikan pelayanan secara tidak profesional:
en

a.  Tidak menggunakan standar praktik


 
k-t

b.  Tidak melakukan telaah riwayat pengobatan


c.   Tidak melakukan dokumentasi Praktik Kefarmasian
/km

17.  Melakukan pengambilan keputusan profesional dengan:


a.  Mengabaikan kepentingan Penerima Pelayanan Kefarmasian
/03

b.  Dipengaruhi oleh kepentingan pribadi dan atau pertimbangan


komersial
23

18.   Tidak membuat, melengkapi, mengevaluasi, atau memperbaharui


/20

Standar Prosedur Operasional (SPO) sebagai pedoman di tempat


kerja
om

19.  Menyusun SPO tanpa memperhatikan referensi yang ditetapkan


a.c

20.   Tidak melakukan kalibrasi peralatan pengukuran sehingga


mempengaruhi validitas hasil
an
uly

21.  Menyusun dokumentasi pelaksanaan CPOB, CPOTB, CPKB atau


CDOB tanpa memperhatikan ketentuan
22.   Tidak melakukan supervisi dan atau melatih staf
amn
.ai

C Masalah Hubungan Dengan Mitra Kerja dan Pihak Lain


1.   Tidak menghargai kultur, nilai, dan kepercayaan orang lain
ww

2.  Kurang mampu menyampaikan pendapat dengan jelas dan atau


//w

kurang mampu mempertahankan pendapat


3.  Kurang menunjukkan empati dan penghargaan terhadap pendapat
ps:

orang lain
htt

4.   Tidak meminta persetujuan mitra kerja dan Penerima Pelayanan


Kefarmasian atas keputusan profesional yang diambil
5.   Tidak menjaga rahasia penerima Pelayanan Kefarmasian,
menyerahkan data Penerima Pelayanan Kefarmasian ke pihak ketiga
dih.kemkes.go.id 

- 49 -

l
tm
No Masalah Pada Apoteker

r.h
6.  Berbeda pendapat, bertengkar, bersikap merendahkan sejawat
dan/atau mitra kerja lainnya

ke
7.   Tidak mampu menyelesaikan konflik

ote
8.  Melanggar batas kewenangan

-ap
9.   Tidak melakukan komunikasi efektif dengan tenaga kesehatan lain,
penerima atau keluarga Penerima Pelayanan Kefarmasian

esi
10.  Kurang mampu membangun lingkungan kerja yang kondusif

rof
r-p
C.  Daftar Keterampilan

da
Dalam melaksanakan Praktik Kefarmasian, lulusan pendidikan profesi

tan
Apoteker harus menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan
g-s
perilaku profesional Apoteker. Keterampilan Apoteker perlu dilatihkan
tan
sejak awal sampai akhir pendidikan secara berkesinambungan.
en

Masing-masing keterampilan dilengkapi dengan tingkat kemampuan yang


k-t

harus dicapai pada akhir pendidikan profesi Apoteker mengacu pada


piramida Miller (knows 
(knows , knows how , shows how , does ))..
/km
/03
23
/20
om
a.c
an
uly
am

Gambar 4.1
n

Konsep Piramida Miller’s untuk menilai kompetensi


.ai
ww

 Tingkat Kemampuan 1 (Knows ):


) : Mengetahui dan mengidentifikasi.
//w

Lulusan Apoteker mengetahui pengetahuan teoritis termasuk aspek


ps:

farmasetis, klinis, sosial, administratif keterampilan Apoteker sehingga


dapat menjelaskan prinsip, prosedur, tujuan yang ingin dicapai, serta
htt

masalah yang mungkin terjadi yang berkaitan dengan penggunaan


Sediaan Farmasi. Penilaian dapat dilakukan menggunakan ujian tulis
atau ujian lisan.
dih.kemkes.go.id 

- 50 -

l
tm
 Tingkat Kemampuan 2 (Knows How ):
): Pernah melihat atau

r.h
didemonstrasikan..
Lulusan Apoteker menguasai pengetahuan teoritis yang mendasari

ke
keterampilan Apoteker dan menggunakannya dalam melakukan analisis,

ote
interpretasi data, identifikasi dan penetapan penyelesaian masalah, serta

-ap
berkesempatan untuk mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk

esi
demonstrasi atau pelaksanaan langsung dalam Praktik Kefarmasian.

rof
Penilaian dapat dilakukan dengan ujian dalam bentuk pilihan berganda,
penyelesaian kasus secara tertulis atau lisan.

r-p
da
 Tingkat Kemampuan 3 (Shows How ):
): Terampil melakukan atau terampil

tan
menerapkan di bawah supervisi.
g-s
Lulusan Apoteker mampu mendemonstrasikan integrasi pengetahuan,
tan
sikap dan keterampilan Apoteker dalam pelaksanaan praktik di bawah
en

supervisi atau dalam simulasi Praktik Kefarmasian menggunakan alat


k-t

peraga atau pemeran terstandar dengan menunjukkan penguasaan teori,


prinsip, prosedur, tujuan, dan kemungkinan adanya penyimpangan serta
/km

pengendaliannya. Penilaian kemampuan dapat dilakukan menggunakan


/03

studi kasus atau OSCE (Objective


(Objective Structured Clinical Examination ))..
23
/20

 Tingkat Kemampuan
Kemamp uan 4 (Does ):
) : Terampil melakukan secara mandiri.
Lulusan Apoteker mampu melakukan keterampilan Apoteker secara
om

mandiri dengan menunjukkan penguasaan teori, prinsip, prosedur,


a.c

tujuan, dan kemungkinan adanya penyimpangan serta pengendaliannya.


an

Penilaian kemampuan berdasarkan pengalaman di dalam logbook  


uly

atau portofolio.
am

Dengan demikian tingkat keterampilan tertinggi yang dicapai pada


saat lulus pendidikan profesi Apoteker adalah tingkat 4 yaitu mampu
n
.ai

melakukan secara mandiri dalam melaksanakan Praktik Kefarmasian.


ww

 Tabel 4.3
//w

Matriks Tingkat Keterampilan, Metode Pembelajaran, dan Metode Penilaian


ps:

Untuk Setiap Tingkat Keterampilan


htt

Kriteria Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4

Pengelolaan Mampu
praktek melakukan
secara
dih.kemkes.go.id 

- 51 -

l
tm
kefarmasian mandiri

r.h
Mampu melakukan di bawah
supervise

ke
Memahami pharmaceutical reasoning  dan
Memahami pharmaceutical  dan

ote
 problem solving  
Mengetahui teori dan keterampilan

-ap
Metode Menerapkan

esi
pembelajaran pada atau
kepentingan

rof
penerima
Pelayanan

r-p
Kefarmasian

da
Simulasi dengan alat peraga
atau pemeran terstandar

tan
Observasi dan demonstrasi
g-s
Kuliah, diskusi, penugasan, belajar mandiri
tan
Metode Ujian tulis Penyelesaian OSCE Logbook  dan
 dan
penilaian kasus secara (Objective portofolio
en

tertulis atau Structured


lisan Clinical
k-t

Examination ))..
/km

Beberapa keterampilan yang ada dalam standar kompetensi ini ditetapkan


/03

pada tingkat kemampuan kurang dari 4. Dalam melakukan keterampilan


23

tersebut Apoteker yang baru lulus harus meminta petunjuk kepada


/20

Apoteker yang lebih senior, magister farmasi klinik, Apoteker spesialis,


om

atau merujuk ke tenaga kesehatan lain yang terkait.


a.c

Pada perkembangannya keterampilan yang telah mencapai tingkat 4 juga


perlu ditingkatkan untuk mencapai tingkat mahir melalui pendidikan
an
uly

lanjut (spesialis, magister) atau pelatihan berkelanjutan (Continuing


(Continuing
Professional Development (CPD)) yang diselenggarakan oleh organisasi
am

profesi atau lembaga lain sesuai peraturan perundang-undangan. Melalui


n

pendidikan atau pelatihan berkelanjutan kompetensi Apoteker dapat terus


.ai

ditingkatkan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


ww
//w

 Tabel 4.4
Daftar Keterampilan Apoteker
ps:
htt

 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan
A Pembuatan atau Produksi Sediaan Farmasi
dih.kemkes.go.id 

- 52 -

l
tm
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker

r.h
Kemampuan

ke
1) Kemampuan Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

ote
1.  Penentuan prosedur penimbangan bahan sesuai
4
 jenis dan bobot bahan yang dibutuhkan

-ap
2.  Penentuan prosedur pengukuran volume bahan
4

esi
sesuai jenis dan volume bahan yang dibutuhkan
3.  Verifikasi timbangan harian, pengawasan proses, 4

rof
dan verifikasi hasil penimbangan atau
pengukuran volume bahan

r-p
4.  Pengecilan atau reduksi ukuran partikel bahan 4

da
padat

tan
5.  Pemisahan partikel padat untuk memperoleh 4
derajat halus tertentu
6.  Pengeringan bahan cair atau g-s
bahan padat 4
lembap
tan

7.  Pencampuran bahan padat – padat 4


en

8.  Pencampuran bahan padat – cair 4


k-t

9.  Pencampuran bahan padat – setengah padat 4


/km

10.  Pencampuran bahan cair - cair 4


11.  Pencampuran bahan cair – setengah padat 4
/03

12.  Pengenceran bahan padat, bahan cair, bahan 4


23

setengah padat
13.  Pelelehan lemak atau bahan setengah padat 4
/20

14.  Pelarutan bahan padat ke dalam cairan 4


om

15.  Penyaringan larutan atau cairan untuk 4


memperoleh filtrat atau untuk memisahkan
a.c

kristal dari cairan


an

16.  Penambahan (adding 


(adding ) untuk mencapai volume 4
uly

akhir sediaan cair


17.  Perhitungan penyesuaian kebutuhan komponen 4
am

formulasi terhadap formula standar


18.  Perhitungan kebutuhan pelarut campuran 4
n
.ai

19.  Perhitungan kebutuhan komponen dapar 4


ww

20.  Perhitungan isotonisitas dengan kesetaraan NaCl 4


dan penurunan titik beku
//w

21.  Perhitungan kebutuhan emulgator berdasarkan 4


nilai Hydrophilic Lipophilic Balance  (HLB)
 (HLB)
ps:

22.  Perhitungan penyesuaian bobot basis supositoria 4


htt

berdasarkan displacement value


2) Pembuatan atau Produksi Sediaan Farmasi

23.  Penetapan formula sediaan yang akan dibuat 4


dih.kemkes.go.id 

- 53 -

l
tm
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker

r.h
Kemampuan

24. 

ke
Verifikasi perhitungan dan penyiapan kebutuhan 4
bahan baku dan bahan penolong atau eksipien

ote
25.  Verifikasi penyiapan alat, peralatan, dan ruangan 4

-ap
untuk pembuatan atau produksi sediaan non
steril

esi
26.  Verifikasi penyiapan alat, peralatan, dan ruangan 4
untuk pembuatan atau produksi sediaan steril

rof
27.  Verifikasi penyiapan alat, peralatan, dan ruangan 4

r-p
untuk pembuatan atau produksi sediaan beta
lactam

da
28.  Verifikasi penimbangan dan pengukuran bahan 4

tan
baku pada pembuatan atau produksi Sediaan
Farmasi
29.  Penghalusan dan pencampuran bahan
g-s 4
tan
30.  Pelarutan dan pencampuran bahan 4
en

31.  Penyaringan larutan bahan, sediaan akhir 4


k-t

32.  Penyiapan bahan pensuspensi, pengemulsi 4


33. 
/km

Pelelehan dan pencampuran basis 4


34.  Pembuatan dan pengeringan granul 4
/03

35.  Pengisian sediaan ke dalam cangkang kapsul 4


36.  Pengempaan tablet 4
23

37.  Pembuatan sediaan larutan obat minum 4


/20

38.  Pembuatan sediaan suspensi 4


om

39.  Pembuatan sediaan emulsi 4


40. 
a.c

Pembuatan sediaan salep, pasta, dan krim 4


41.  Pembuatan sediaan obat tetes: mata, hidung, 4
an

telinga
uly

42.  Pencetakan supositoria 4


am

43.  Pembuatan sediaan kosmetik 4


44.  Penyalutan tablet dengan penyalut gula 3
n
.ai

45.  Penyalutan tablet dengan penyalut film 3


ww

46.  Sterilisasi bahan atau sediaan akhir dengan 4


teknik panas kering
//w

47.  Sterilisasi bahan atau sediaan akhir dengan 4


teknik panas basah
ps:

48.  Sterilisasi bahan atau sediaan akhir dengan 4


htt

teknik filtrasi
49.  Pencampuran bahan atau sediaan akhir dengan 4
teknik aseptik
50.  Pengisian produk Sediaan Farmasi ke dalam 4
dih.kemkes.go.id 

- 54 -

l
tm
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker

r.h
Kemampuan

ke
wadah atau kemasan primer
51.  Penyimpanan produk jadi sesuai hasil uji 4

ote
stabilitas produk

-ap
52.  Verifikasi pengemasan hasil pembuatan atau 4
produksi Sediaan Farmasi

esi
53.  Verifikasi kesesuaian informasi pada kemasan, 4

rof
brosur dan leaflet   terhadap ketentuan atau
rancangan

r-p
54.  Verifikasi kelengkapan pengisian lembar kerja 4
dan dokumentasi pembuatan atau produksi

da
Sediaan Farmasi

tan
B g-s
Pengujian Mutu (QC) dan Pemastian Mutu (QA) Sediaan Farmasi
1) Pengukuran Parameter Mutu Sediaan Farmasi
tan

1.  Penetapan parameter mutu dan prosedur 4


en

pengujian mutu
k-t

2.  Verifikasi perhitungan dan penyiapan bahan: 4


pembuatan larutan sampel, baku pembanding,
/km

larutan dapar, pereaksi, pelarut, media disolusi,


pembawa, fase gerak, media pertumbuhan
/03

mikroba, pewarna
3.  Verifikasi pH meter harian dan pengukuran pH 4
23

sediaan atau larutan dengan pH meter


/20

4.  Pengukuran kekentalan dan tipe aliran bahan 4


atau sediaan cair menggunakan alat yang sesuai
om

5.  Pengukuran laju sedimentasi dan derajat 4


flokulasi
a.c

6.  Pengukuran ukuran partikel dan distribusi 4


an

ukuran partikel menggunakan susunan serial


uly

ayakan (sieve 
(sieve  analysis )
7.  Pengukuran bobot jenis cairan dengan 4
am

piknometer
n

8.  Pengukuran bobot jenis serbuk 4


.ai

9.  Pengukuran indeks bias 4


ww

10.  Pengukuran jarak lebur atau suhu lebur 4


11. 
//w

Pengukuran susut pengeringan 4


12.  Pengukuran rotasi optic 4
ps:

13.  Pengukuran kadar air 4


htt

14.  Pengukuran dimensi tablet 4

15.  Pengukuran kerapatan serbuk ruahan atau 4


serbuk mampat
16.  Pengukuran volume terpindahkan 4
dih.kemkes.go.id 

- 55 -

l
tm
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker

r.h
Kemampuan

ke
17.  Pengukuran isi minimum 4

ote
18.  Penentuan daya hambat mikroba 4
2) Pengujian Mutu Sediaan Farmasi (QC)

-ap
19.  Identifikasi bahan baku dengan metode 4

esi
spektrofotometri UV-Vis
20.  Identifikasi bahan baku dengan metode 4

rof
spektrofotometri infra merah

r-p
21.  Identifikasi bahan baku dengan reaksi kimia 4
22. 

da
Identifikasi bahan baku dengan metode 4
kromatografi lapis tipis

tan
23.  Identifikasi bahan baku dengan metode 4
kromatografi cair
g-s
24.  Identifikasi bahan baku dengan metode 4
tan
kromatografi gas
25. 
en

Penetapan kadar atau kemurnian bahan baku 4


dengan metode titrasi
k-t

26.  Penetapan kadar atau kemurnian bahan baku 4


/km

dengan metode spetrofotometri UV Vis


27.  Penetapan kadar atau kemurnian bahan baku 4
/03

dengan metode kromatografi lapis tipis


28.  Penetapan kadar atau kemurnian bahan baku 4
23

dengan metode kromatografi cair


/20

29.  Penetapan kadar atau kemurnian bahan baku 4


dengan metode kromatografi gas
om

30.  Pengujian laju alir granul/serbuk ( flowability


 flowability 4
testing )
a.c

31.  Pengujian kerapuhan tablet ( friability


 friability testing ) 4
an

32.  Pengujian kekerasan tablet (hardness


(hardness testing ) 4
uly

33.  Pengujian waktu hancur tablet (disintegration


(disintegration 4
testing )
am

34.  Penentuan kadar air (Loss


(Loss on Drying (LOD)) 4
n

35. 
.ai

Penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan 4


padat, semi padat, dan cair
ww

36.  Pengujian keragaman bobot 4


//w

37.  Pengujian keseragaman kandungan 4


38.  Pengujian disolusi Sediaan Farmasi 4
ps:

39.  Pengujian disolusi terbanding 4


htt

40.  Pengujian bioavailabilitas Sediaan Farmasi 3

41.  Pengujian bioekivalensi Sediaan Farmasi 4


42.  Pengujian stabilitas bahan dan Sediaan Farmasi 4
dih.kemkes.go.id 

- 56 -

l
tm
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker

r.h
Kemampuan

ke
43.  Pengujian batas mikroba dengan uji enumerasi 4

ote
44.  Pengujian batas mikroba dengan uji mikroba 4
spesifik

-ap
45.  Pengujian potensi antibiotik atau antimikroba 4

esi
46.  Pengujian efektivitas pengawet 4
47.  Pengujian sterilitas Sediaan Farmasi 4

rof
48.  Pengujian pirogen dengan tes Limulus Amebocyte 4

r-p
Lysate  (LAL)
 (LAL)
49. 

da
Pengujian kebocoran kemasan produk akhir 4
50. 

tan
Pengukuran jumlah partikel di ruangan produksi 4
51.  Penentuan pertukaran udara pada ruangan 3
produksi g-s
52. 
tan
Penentuan kecepatan aliran udara di bawah 3
Laminar Air Flow (LAF)/
(LAF)/Undirectional
Undirectional Air Flow  
en

(UDAF)
53. 
k-t

Pengujian cemaran mikroba pada bahan baku 4


simplisia atau ekstrak bahan alam
/km

54.  Pengujian cemaran logam berat pada bahan baku 4


simplisia atau ekstrak bahan alam
/03

55.  Pengujian cemaran kimia pada bahan baku 4


simplisia atau ekstrak bahan alam
23

56.  Pengujian mutu simplisia atau ekstrak bahan 4


/20

alam
57. 
om

Pengujian mutu sediaan kosmetik 4


58.  Analisis dan interpretasi hasil pengujian mutu 4
a.c

terhadap spesifikasi yang direncanakan


59. 
an

Penetapan kelayakan mutu dan penetapan 4


meluluskan atau menolak hasil produksi Sediaan
uly

Farmasi
60. 
am

Evaluasi change control   3


61.  Penentuan kualifikasi desain 3
n
.ai

62.  Penentuan kualifikasi instalasi 3


63. 
ww

Penentuan kualifikasi operasional 3


64.  Penentuan kualifikasi kinerja 3
//w

65.  Penentuan jumlah partikel di ruangan produksi 4


66. 
ps:

Validasi proses pengolahan validasi prospektif 3


pada produk baru, validasi konkuren pada
htt

produksi rutin
67.  Validasi metode analisis 4
68.  Validasi pembersihan (cleaning
(cleaning validation ) 3
dih.kemkes.go.id 

- 57 -

l
tm
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker

r.h
Kemampuan

ke
69.  Pengambilan sampel bahan awal 4

ote
70.  Pengambilan sampel bahan pengemas 4
71.  Penanganan hasil produk Out of Specification   3

-ap
(OOS)

esi
72.  Verifikasi pengisian lembar kerja (work
(work sheet 4
 form ) dan dokumentasi pengujian mutu Sediaan

rof
Farmasi
73. 

r-p
Pembuatan purified
Pembuatan  purified water  untuk produksi 4
74.  Pembuatan Water for Injection  (WFI) 4

da
75.  Pengawasan proses pengolahan limbah padat 4

tan
76.  Pengawasan proses pengolahan limbah cair 4
77.  Pengawasan proses pengolahan g-s
limbah beta 4
lactam
tan

78.  Pengawasan penanganan limbah B3 4


en

79.  Analisis uji Chemical Oxygen Demand  (COD)


  (COD) dari 4
k-t

air limbah
80.  Analisis uji Biological Oxygen Demand  (BOD)
  (BOD) dari 4
/km

air limbah
81.  Analisis uji Total Organic Carbon   (TOC) dari air 4
/03

limbah
23

3) Pemastian Mutu Sediaan Farmasi


82. 
/20

Penyusunan prosedur validasi atau kalibrasi 3


alat/peralatan
om

83.  Penyusunan prosedur validasi ruang 3


84.  Penyusunan prosedur validasi proses 3
a.c

pengolahan: validasi prospektif dan validasi


an

konkuren
uly

85.  Penentuan uji selektivitas dan spesifisitas pada 4


validasi metode analisis
am

86.  Penyusunan dan pemastian penerapan prosedur 4


validasi metode pengujian mutu
n
.ai

87.  Identifikasi penyebab ketidaksesuaian parameter 3


mutu terhadap spesifikasi yang direncanakan
ww

88.  Penyusunan dan penerapan prosedur 3


penanganan masalah atau kejadian yang tidak
//w

diinginkan
ps:

89.  Penyusunan dan penerapan sistem tata udara/ 3


Heating Ventilation and Air Conditioning  (HVAC)
 (HVAC)
htt

90.  Pengkajian dan penetapan masalah adanya 3

produk kembalian atau keluhan pelanggan


91.  Penyusunan rencana dan pelaksanaan 3
tindaklanjut adanya produk kembalian atau
dih.kemkes.go.id 

- 58 -

l
tm
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker

r.h
Kemampuan

ke
keluhan pelanggan
92. 

ote
Pengkajian adanya penarikan Sediaan Farmasi 3
oleh lembaga yang berwenang

-ap
93.  Penyusunan rencana dan pelaksanaan 3
tindaklanjut adanya penarikan Sediaan Farmasi

esi
94.  Identifikasi kemungkinan adanya limbah padat, 4

rof
limbah cair, limbah beta lactam, limbah B3
95.  Penyusunan prosedur pengolahan limbah 3

r-p
produksi dan pengujian mutu Sediaan Farmasi

da
tan
C Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
1) Perencanaan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
1.  Pengumpulan data pendukung perencanaan
g-s 4
tan
pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
2. 
en

Penetapan metode perhitungan kebutuhan 4


3.  Evaluasi kebutuhan berdasarkan metode Always 4
k-t

Better Control   (ABC), Vital, Essential &


/km

NonEssential   (VEN), atau  forecasting


menggunakan data science
4. 
/03

Perhitungan kebutuhan berdasarkan metode 4


epidemiologi, konsumsi, atau metode lain
23

5.  Pertimbangan kebutuhan menggunakan metode 4


/20

Evidence Base Medicine  (EBM)


 (EBM)
6.  Perhitungan persediaan (stok opname) 4
om

7.  Pertimbangan pengadaan obat Look Alike Sound 4


Alike  (LASA)
 (LASA) dengan merek yang ada dalam stok
a.c

8.  Analisis faktor terjadinya kekosongan 4


an

9.  Pengendalian persediaan dengan metode Min- 4


uly

Max dan Inventory Turn Over Ratio  (ITOR)


 (ITOR)
10.  Penyusunan rencana pengadaan Sediaan 4
am

Farmasi dan Alat Kesehatan


n

11.  Penyusunan anggaran pengadaan Sediaan 4


.ai

Farmasi dan Alat Kesehatan


ww

12.  Analisis rencana usulan pengadaan Sediaan 4


Farmasi dan Alat Kesehatan
//w

2) Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


ps:

13.  Kualifikasi pemasok meliputi verifikasi 4


kelengkapan dokumen administrasi pemasok:
htt

izin pemasok, Apoteker penanggungjawab,


sertifikat CDOB
14.  Verifikasi kelengkapan jaminan mutu produk dan 4
bahan baku obat: nomor izin edar, CPOB,
dih.kemkes.go.id 

- 59 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
sertifikat analisis (CoA), Material Safety Data
Sheet (MSDS)

ote
15.  Verifikasi kelengkapan jaminan mutu produk: 4

-ap
Bioavailabilitas (BA) atau Bioekivalensi (BE) dan
bukti uji klinis

esi
16.  Penetapan metode dan prosedur pengadaan 4
Sediaan Farmasi: sediaan obat, obat tradisional,

rof
kosmetik, suplemen kesehatan, obat kuasi, dan

r-p
bahan baku
17.  Penetapan pemasok Sediaan Farmasi dan Alat 4

da
Kesehatan

tan
18.  Penetapan metode dan prosedur pengadaan 4
sediaan obat live saving , obat emergensi, anti
dotum, obat program pemerintah g-s
19. 
tan
Penetapan metode dan prosedur pengadaan 4
sediaan narkotika, psikotropika
en

20.  Penetapan metode dan prosedur pengadaan obat 3


k-t

untuk penanggulangan bencana


21.  Penetapan sistem rantai pasok 4
/km

22.  Penyusunan dan verifikasi surat pesanan untuk 4


pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
/03

23.  Verifikasi dokumentasi pengadaan Sediaan 4


23

Farmasi dan Alat Kesehatan


/20

3) Penerimaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


24.  Verifikasi kesesuaian penerimaan Sediaan 4
om

Farmasi dan Alat Kesehatan menggunakan daftar


periksa
a.c

25.  Verifikasi urutan penerimaan sesuai dengan SPO 4


an

26.  Verifikasi penerimaan Cold Chain Product   (CCP) 4


uly

sesuai ketentuan
27.  Verifikasi berita acara dan lampiran penerimaan 4
am

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


28. 
n

Penetapan penolakan Sediaan Farmasi dan Alat 4


.ai

Kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan


ww

29.  Verifikasi dokumentasi penolakan Sediaan 4


Farmasi dan Alat Kesehatan
//w

30.  Verifikasi berita acara pengembalian produk 4


31.  Evaluasi prosedur pengadaan dan penerimaan 4
ps:

Sediaan Farmasi
htt

D Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


1.  Analisis resiko penyimpanan terhadap mutu, 4
khasiat, dan keamanan Sediaan Farmasi dan
dih.kemkes.go.id 

- 60 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
Alat Kesehatan

ote
2.  Penetapan tempat, metode, sarana dan prasarana 4
penyimpanan berdasarkan pertimbangan bentuk

-ap
sediaan
3.  Penetapan cara penyimpanan Sediaan Farmasi 4

esi
berdasarkan data stabilitas

rof
4.  Penetapan tempat dan metode penyimpanan 4
berdasarkan pertimbangan alfabetik nama

r-p
produk
5. 

da
Penetapan tempat dan metode penyimpanan 4
berdasarkan pertimbangan farmakoterapi

tan
6.  Penetapan tempat dan metode penyimpanan 4
g-s
berdasarkan pertimbangan bentuk sediaan dan
rute pemberian obat
tan
7.  Penerapan prinsip First in First out   (FIFO) dan 4
First Expire First Out   (FEFO).
(FEFO).
en

8.  Penyimpanan sediaan narkotika, psikotropika, 4


k-t

dan prekursor farmasi


/km

9.  Mapping  suhu ruang penyimpanan 4


10.  Perencanaan dan pelaksanaan monitoring suhu 4
/03

dan kelembaban penyimpanan


11.  Pengendalian kondisi ruang penyimpanan 4
23

meliputi suhu, kelembaban, dan cahaya


/20

12.  Penetapan penyimpanan troli obat emergensi 4


dan/atau alternatif penyimpanan lain
om

13.  Perancangan dan penetapan sistem informasi 3


a.c

persediaan
14.  Verifikasi dokumentasi penyimpanan Sediaan 4
an

Farmasi dan Alat Kesehatan


uly

15.  Identifikasi adanya kejadian tumpahan bahan di 4


lokasi penyimpanan
am

16.  Pengawasan penanganan tumpahan bahan di 4


n

lokasi penyimpanan, dan memastikan prosedur


.ai

pencegahan dilakukan
ww

E Distribusi/Penyaluran Sediaan Farmasi dan Alat kesehatan


//w

1) Pendistribusian/Penyaluran Sediaan Farmasi dan Alat kesehatan


ps:

1.  Evaluasi dan penetapan kualifikasi pelanggan 4


2.  Penyusunan prosedur distribusi Sediaan Farmasi 4
htt

dan Alat Kesehatan sesuai ketentuan CDOB

3.  Pemastian penerapan prosedur distribusi 4


Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan sesuai
ketentuan CDOB
dih.kemkes.go.id 

- 61 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
4.  Validasi surat pesanan Sediaan Farmasi dan Alat 4

ote
Kesehatan
5.  Pemeriksaan ulang Sediaan Farmasi dan Alat 4

-ap
Kesehatan yang akan didistribusikan/disalurkan
 

esi
6. Pengemasan dan pelabelan ulang bahan baku 4
7.  Penyiapan ruang pengemasan dan pelabelan 4

rof
ulang bahan baku

r-p
8.  Penetapan hasil identifikasi alat atau cara 4
transportasi untuk pendistribusian Sediaan

da
Farmasi dan Alat Kesehatan

tan
9.  Perencanaan delivery time  dan
 dan delivery route   4
10.  Perencanaan moda transportasi 4
11.  Pendistribusian Sediaan Farmasi
g-s
secara Unit 4
tan
Dose Dispensing  (UDD)
 (UDD)
12.  Pendistribusian Sediaan Farmasi secara One 4
en

Daily Dose (ODD)


k-t

13.  Pendistribusian floor stock  


Pendistribusian floor 4
/km

14.  Pendistribusian Sediaan Farmasi berdasarkan 4


resep
/03

15.  Pendistribusian Sediaan Farmasi kelompok CCP 3


16.  Pendistribusian Alat Kesehatan 4
23

17.  Verifikasi pencatatan stok 4


/20

18.  Pengawasan mutu produk dalam proses 4


om

pendistribusian
19.  Pengendalian mutu kondisi sarana transportasi 4
a.c

20.  Kalibrasi peralatan distribusi/penyaluran 4


an

21.  Verifikasi dokumentasi pendistribusian Sediaan 4


uly

Farmasi dan Alat Kesehatan


2) Penanganan Keluhan dan Produk Kembalian
am

22.  Analisis keluhan produk 4


n

23.  Identifikasi sumber masalah 4


.ai

24.  Penyelesaian keluhan produk 4


ww

25.  Dokumentasi penanganan keluhan produk 4


//w

3) Penarikan Sediaan Farmasi


26.  Identifikasi kebutuhan penarikan Sediaan 4
ps:

Farmasi
htt

27.  Penetapan sistem penarikan Sediaan Farmasi 4


28.  Pengambilan data distribusi Sediaan Farmasi 4
(historical sales )
29.  Perancangan prosedur penarikan Sediaan 4
dih.kemkes.go.id 

- 62 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
Farmasi

ote
30.  Pengelolaan risiko terhadap penarikan Sediaan 3
Farmasi

-ap
31.  Penyampaian informasi risiko penarikan Sediaan 4
Farmasi kepada pihak-pihak yang terkait

esi
32.  Pelaksanaan penarikan Sediaan Farmasi 4

rof
33.  Penanganan produk dari penarikan Sediaan 4

r-p
Farmasi
34.  Verifikasi dokumentasi penarikan Sediaan 4

da
Farmasi

tan
4) Pemusnahan Sediaan Farmasi
35.  g-s
Penetapan kriteria Sediaan Farmasi rusak dan 4
atau kedaluwarsa yang akan dimusnahkan
tan
36.  Identifikasi Sediaan Farmasi yang akan 4
dimusnahkan
en

37.  Penyimpanan Sediaan Farmasi yang akan 4


k-t

dimusnahkan
/km

38.  Pemilihan metode pemusnahan Sediaan Farmasi 4


39.  Pengelolaan proses pemusnahan Sediaan 4
/03

Farmasi
40.  Verifikasi pembuatan laporan dan berita acara 4
23

pemusnahan Sediaan Farmasi


/20

41.  Verifikasi pembuatan laporan dan berita acara 4


pemusnahan sediaan narkotika, psikotropika,
om

dan prekursor farmasi


a.c

F Pengelolaan Sediaan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor


an

Farmasi
uly

1.  Verifikasi pengelolaan tempat penyimpanan 4


narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi
am

2.  Verifikasi keabsahan permintaan narkotika, 4


n

psikotropika, dan prekursor farmasi


.ai

3.  Verifikasi keabsahan penerima narkotika, 4


ww

psikotropika, dan prekursor farmasi


4.  Penanganan indikasi dan adanya kejadian 3
//w

penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan


prekursor farmasi
ps:
htt

G Pengelolaan Sediaan Farmasi Critical , HAM, Sitostatika,

Radiofarmaka, Kelompok B3
1.  Penanganan Sediaan Farmasi critical   4
dih.kemkes.go.id 

- 63 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
2.  Penanganan Sediaan Farmasi kategori HAM 4

ote
3.  Penanganan sediaan sitostatika 3
4. 

-ap
Penanganan sediaan radiofarmaka dan 2
penerapan perlindungan terhadap radiasi nuklir

esi
5.  Penanganan Sediaan Farmasi kelompok B3 4

rof
6.  Penanganan kejadian tumpahan dan insiden 4
lainnya di dalam ruang steril atau khusus

r-p
7.  Pencegahan kejadian tumpahan dan insiden 4

da
lainnya di dalam ruang steril atau khusus

tan
8.  Penanganan kejadian tumpahan dan insiden 4
lainnya di luar ruang steril atau khusus
9.  Pencegahan kejadian tumpahan dan
g-s insiden 4
tan
lainnya di luar ruang steril atau khusus
10.  Penanganan dan penyaluran CCP 4
en

11.  Penempatan dan penandaan Sediaan Farmasi 4


k-t

critical  
/km

12.  Penempatan dan penandaan sediaan HAM 4


13.  Penempatan dan penandaan sediaan LASA 4
/03

14.  Penempatan dan penandaan sediaan sitostatika 4


23

15.  Penempatan dan penandaan sediaan 4


radiofarmaka
/20

16.  Penempatan dan penandaan Sediaan Farmasi 4


om

kelompok B3
a.c

H Penelitian dan Pengembangan Sediaan Farmasi


an
uly

1.  Pengumpulan data karakteristik dan standar 4


mutu bahan aktif terapeutik, bahan penolong
am

(eksipien), dan bahan pengemas dari


kompendium dan sumber informasi terpercaya
n

lainnya
.ai

2.  Penelaahan dan interpretasi karakteristik fisika 4


ww

kimia dan biologi, serta standar mutu bahan aktif


terapeutik, bahan penolong (eksipien) dan bahan
pengemas
//w

3.  Pengumpulan informasi tentang persyaratan, 4


ps:

standar mutu, ketentuan tentang


produk/Sediaan Farmasi dari kompendium dan
htt

sumber informasi terpercaya lainnya


4.  Penelaahan dan interpretasi persyaratan, standar 4
mutu dan ketentuan lain yang berkaitan dengan
produk/Sediaan Farmasi
dih.kemkes.go.id 

- 64 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
5.  Penelaahan dan interpretasi pedoman 4

ote
penggunaan alat/peralatan, pengukuran, atau
pengujian untuk merencanakan prosedur kerja

-ap
6.  Pengukuran dan interpretasi hasil pengukuran 4
parameter fisika, kimia, mikrobiologi dalam studi

esi
praformulasi

rof
7.  Penentuan dan interpretasi hasil penentuan uji 4
disolusi dan uji BA/BE sebagai parameter studi

r-p
praformulasi
8. 

da
Penentuan dan interpretasi hasil penentuan 4
kemurnian bahan aktif sebagai parameter studi

tan
praformulasi
9. 
kadar sediaan sebagai parameter
g-s
Penentuan dan interpretasi hasil penetapan
studi
4
tan
praformulasi
10.  Penentuan dan interpretasi hasil uji stabilitas 4
en

fisika, kimia, mikrobiologi, terapi, toksikologi


k-t

sebagai parameter studi praformulasi


11.  Verifikasi hasil pengisian formulir pencatatan 4
/km

data hasil pencarian informasi dan data hasil


studi praformulasi
/03

12.  Penetapan bentuk sediaan dan rute pemberian 4


berdasarkan karakteristik bahan aktif dan tujuan
23

pengobatan
/20

13.  Penetapan komponen formulasi Sediaan Farmasi 4


berdasarkan data dan ketentuan regulasi
om

14.  Penetapan kondisi penyimpanan Sediaan 4


a.c

Farmasi berdasarkan data hasil studi stabilitas


15.  Perhitungan waktu paruh dan penetapan batas 4
an

kedaluwarsa (Expiration
(Expiration Date/ED)
Date/ED) Sediaan
uly

Farmasi dari hasil studi stabilitas


16.  Perancangan kemasan, label, brosur/leaflet 4
am

Sediaan Farmasi berdasarkan data dan


ketentuan regulasi
n
.ai

17.  Penyusunan prosedur pembuatan sediaan padat 4


berdasarkan pedoman sesuai dengan CPOB,
ww

CPOTB, dan CPKB


18.  Penyusunan prosedur pembuatan sediaan cair 4
//w

berdasarkan pedoman sesuai dengan CPOB,


CPOTB, CPKB
ps:

19.  Penyusunan prosedur pembuatan sediaan semi 4


htt

padat berdasarkan pedoman sesuai dengan


CPOB, CPOTB, CPKB
20.  Penyusunan prosedur pembuatan sediaan steril 4
berdasarkan pedoman sesuai dengan CPOB
dih.kemkes.go.id 

- 65 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
21.  Penyusunan prosedur pembuatan sediaan beta 4

ote
laktam berdasarkan pedoman sesuai dengan
CPOB

-ap
22.  Penyusunan prosedur pembuatan (compounding 
(compounding ) 4
sediaan extemporaneous  

esi
23.  Penetapan lama penyimpanan (Beyond
(Beyond Used 4

rof
Date /BUD)
/BUD) sediaan extemporaneous  
24.  Penetapan spesifikasi bahan baku berdasarkan 4

r-p
data, standar mutu dan ketentuan regulasi

da
25.  Penetapan spesifikasi produk antara, produk 4

tan
ruahan, produk jadi berdasarkan data, standar
mutu dan ketentuan regulasi
26.  Penetapan spesifikasi bahan g-s
pengemas 4
berdasarkan data, standar mutu dan ketentuan
tan
regulasi
27. 
en

Penyusunan prosedur evaluasi bahan baku 4


berdasarkan data dan ketentuan regulasi
k-t

28.  Penyusunan prosedur evaluasi produk 4


/km

berdasarkan data dan ketentuan regulasi


29.  Penyusunan prosedur evaluasi bahan pengemas 3
/03

berdasarkan data dan ketentuan regulasi


30.  Penyusunan prosedur uji stabilitas sediaan 4
23

sesuai karakteristik bahan dan ketentuan


/20

regulasi
31.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 3
om

kualifikasi ruangan produksi dan gudang


penyimpanan
a.c

32.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 3


an

kualifikasi peralatan dan mesin produksi


uly

33.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 3


kualifikasi pemasok 
pemasok bahan baku
am

34.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 3


validasi proses pengolahan
n
.ai

35.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 3


validasi proses pengemasan
ww

36.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 3


validasi proses pembersihan
//w

37.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 4


ps:

validasi metode analisis


38.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 4
htt

kalibrasi

39.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk In 4


Process Control  (IPC)
 (IPC) dan produk ruahan
40.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 4
dih.kemkes.go.id 

- 66 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
pengawasan mutu (QC)

ote
41.  Penyusunan sistem pemastian mutu penanganan 3
masalah/kejadian yang tidak diinginkan serta

-ap
penetapan akar masalah (root cause) dan CAPA
42.  Penentuan parameter mutu pada pengujian mutu 4

esi
bahan baku, selama proses produksi (IPC),

rof
produk antara, dan produk jadi
43.  Penyusunan sistem pemastian mutu untuk 3

r-p
peningkatan skala produksi (scale
(scale up )

da
44.  Penyiapan dokumen registrasi sediaan obat, obat 3
tradisional, suplemen kesehatan, obat kuasi, dan

tan
notifikasi kosmetik (termasuk Dokumen
Informasi Produk)
45.  Penerapan kajian risiko mutu (quality
g-s
(quality risk 3
tan
assessment ) pada pengembangan formulasi obat
46.  Penerapan konsep Quality by Design (QBD): 3
en

Quality Target Product Profile (QTTP), Certified


k-t

Management Accountant (CMA), Critical Process


Parameters (CPP), dan Critical Quality Attribute
/km

(CQA) pada pengembangan formulasi obat


/03

I Compounding  Sediaan
 Sediaan Farmasi Extemporaneous
23

1.  Verifikasi perhitungan kebutuhan bahan 4


berdasarkan ketersediaan produk yang diminta
/20

2.  Identifikasi jenis dan karakteristik spesifik 4


om

produk extemporaneous  yang
 yang akan disiapkan
3.  Verifikasi kebutuhan dan penyiapan peralatan 4
a.c

berdasarkan jenis produk extemporaneous  yang


an

disiapkan
 
uly

4. Pemilihan dan
timbang dan alatvalidasi
ukur teknik penggunaan alat 4
am

5.  Validasi presisi pengukuran bobot dan volume 4


bahan yang ditimbang dan diukur
n

6. 
.ai

Validasi teknik peracikan, homogenitas, dan 4


keseragaman pembagian sediaan pulveres
ww

7.  Validasi teknik peracikan salep/krim 4


//w

8.  Validasi teknik peracikan sediaan cair 4


9.  Validasi teknik rekonstitusi sediaan sirup kering 4
ps:

10.  Verifikasi pelaksanaan teknik aseptik pada 3


htt

pencampuran Sediaan Farmasi


11.  Verifikasi pelaksanaan teknik aseptik tekanan 2
negatif pada pencampuran Sediaan Farmasi
12.  Verifikasi pelaksanaan teknik iv-admixture  
iv-admixture  2
dih.kemkes.go.id 

- 67 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
sediaan obat, nutrisi parenteral

ote
13.  Verifikasi pelaksanaan teknik rekonstitusi/ 3
pencampuran sediaan injeksi dengan pelarutnya

-ap
14.  Verifikasi pelaksanaan teknik pencampuran obat 2

esi
injeksi risiko tinggi
15.  Preparasi sediaan sitostatika 2

rof
16.  Preparasi sediaan radiofarmaka 2

r-p
17.  Verifikasi hasil compounding   obat non parenteral 4
non hazard  

da
18.  Verifikasi hasil compounding   obat parenteral, 3

tan
hazard  
19. 
Flow  (LAF)/Biological
g-s
Verifikasi dan teknik penggunaan Laminar Air
 (LAF)/Biological Safety Cabinet  (BSC)
 (BSC)
2
tan
20.  Verifikasi penetapan BUD dan kelengkapan 4
informasi pada kemasan hasil compounding
en

21.  Pemilihan dan penggunaan Alat Pelindung Diri 3


k-t

(APD) pada compounding  obat


 obat non injeksi, injeksi,
/km

dan risiko tinggi/hazard 


tinggi/hazard  
22.  Verifikasi pengemasan ulang, penandaan serta 4
/03

pelabelan bahan baku, Sediaan Farmasi


23.  Verifikasi penanganan limbah proses 4
23

compounding
/20

24.  Verifikasi dokumentasi proses compounding   4


om

 J Penyiapan dan Pendistribusian Bahan, Alat, Peralatan, dan


a.c

Perlengkapan Steril Siap Pakai


25.  Identifikasi dan penetapan kebutuhan bahan, 4
an

alat, peralatan, perlengkapan steril siap pakai


uly

26.  Penetapan metode dan penyusunan prosedur 4


sterilisasi bahan, alat, peralatan, dan atau
am

perlengkapan steril siap pakai


n

27.  Verifikasi kebutuhan perhitungan kebutuhan 4


.ai

bahan dan peralatan


ww

28.  Verifikasi penyiapan sarana dan prasarana 4


29.  Verifikasi pelaksanaan sterilisasi 4
//w

30.  Penetapan parameter dan penyusunan prosedur 4


ps:

pengujian sterilitas
31.  Verifikasi pelaksanaan dan hasil pengujian 4
htt

sterilitas
32.  Verifikasi penyaluran bahan, alat, peralatan, dan 4
perlengkapan steril siap pakai
33.  Verifikasi dokumentasi penyiapan dan 4
dih.kemkes.go.id 

- 68 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
penyaluran bahan, alat, peralatan, dan

ote
perlengkapan steril siap pakai

-ap
K Farmakovigilans

esi
1.  Deteksi adanya kejadian efek samping atau 4
masalah lain yang berkaitan dengan Sediaan

rof
Farmasi

r-p
2.  Penilaian kejadian efek samping atau masalah 4
lain yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi

da
3.  Identifikasi kasualitas kejadian efek samping 3

tan
atau kejadian yang tidak diharapkan
4.  Identifikasi solusi kejadian efek samping atau 3
g-s
masalah lain yang berkaitan dengan Sediaan
tan
Farmasi
5.  Pelaksanaan tindakan (termasuk merujuk) untuk 3
en

mengatasi kejadian efek samping atau masalah


k-t

lain yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi


6.  Pemberian edukasi kepada masyarakat tentang 4
/km

efek samping atau masalah lain yang berkaitan


dengan penggunaan Sediaan Farmasi
/03

7.  Pencegahan terhadap potensi berulangnya 4


kejadian efek samping atau masalah lain yang
23

berkaitan dengan penggunaan Sediaan Farmasi


/20

8.  Dokumentasi temuan kejadian, tindakan koreksi, 4


dan upaya pencegahan yang dilakukan
om

9.  Pengisian formulir pelaporan MESO, MESOT, 4


MESKOS
a.c

10.  Pelaporan kejadian efek samping atau masalah 4


an

lain yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi,


uly

internal maupun ke regulator


am

K Pelayanan Informasi Obat


n

1.  Analisis kebutuhan informasi, pasif maupun aktif 4


.ai

2.  Penggunaan teknik drill down, Focus Group 3


ww

Discussion   (FGD) atau metode lain dalam


penelusuran permintaan informasi
//w

3.  Pemilihan dan penggunaan search engine   4


elektronik
ps:

4.  Penetapan pilihan referensi primer/sekunder/ 4


htt

tersier yang relevan dan tepat


5.  Pemilihan dan penggunaan tools  critical
 c ritical appraisal   4
berdasarkan level evidence  
6.  Kompilasi, penataan, analisis data, dan informasi 4
dih.kemkes.go.id 

- 69 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
berdasarkan referensi

ote
7.  Penetapan tingkat informasi yang akan 4
dilayankan berdasarkan kompetensi Apoteker

-ap
(retrieval /analisis
/analisis /rekomendasi)
8. 

esi
Formulasi atau pengorganisasian informasi 4
berdasarkan tingkat kedalaman kebutuhan

rof
informasi dan kecukupan referensi
9.  Penggunaan aplikasi teknologi informasi pada 4

r-p
pembuatan media komunikasi

da
10.  Pemilihan teknik presentasi berdasarkan 4

tan
kemampuan penerima
11.  Penerapan prinsip atau teknik komunikasi efektif 4
pada penyampaian informasi g-s
12.   Tindaklanjut terhadap kepuasan penerimaan
tan
4
informasi sesuai dengan yang diharapkan
en
k-t

L Pelayanan Kefarmasian Untuk Individu


/km

1) Rekonsiliasi Obat
1.  Penelusuran informasi riwayat pengobatan dari 4
/03

Penerima Pelayanan Kefarmasian dan/atau


keluarganya
23

2.  Penelusuran data riwayat penggunaan obat dari 4


/20

rekam medis, manual maupun elektronik


3.  Penelusuran riwayat penggunaan obat dari 4
om

fasilitas pelayanan kesehatan


a.c

4.  Kompilasi kronologi obat yang digunakan 4


Penerima Pelayanan Kefarmasian sebelum,
an

selama perawatan, dan setelah keluar dari


uly

fasilitas pelayanan Kesehatan


5.  Perbandingan obat yang digunakan saat pindah 4
am

proses pengobatan
6.  Analisis diskrepansi obat saat pindah pelayanan 4
n
.ai

7.  Rekonsiliasi diskrepansi obat saat pindah 3


ww

pelayanan
2) Kemampuan Dasar Kalkulasi Farmasi
//w

8.  Kalkulasi dosis zat aktif obat dari kesetaraan 4


bentuk garam yang berbeda
ps:

9.  Kalkulasi kesetaraan dosis obat dari bentuk 3


htt

sediaan slow release  ke


 ke regular dan sebaliknya
10.  Kalkulasi kesetaraan dosis narkotika 2
11.  Kalkulasi konsentrasi obat bentuk sediaan sirup, 4
larutan, dan salep
dih.kemkes.go.id 

- 70 -

l
tm
 Tingkat

r.h
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
12.  Kalkulasi konsentrasi obat bentuk sediaan 3

ote
injeksi dan infus
13.  Kalkulasi volume untuk rekonstitusi obat 4

-ap
14.  Kalkulasi volume untuk dilusi obat dan obat rute 3

esi
nebulizer
15. 

rof
Kalkulasi laju pemberian (route
(route of administration ) 4
obat injeksi

r-p
16.  Kalkulasi laju pemberian obat infus 4

da
17.  Kalkulasi Beyond Used Date  (BUD)
 (BUD) sediaan sirup, 4
larutan, pulvis, pulveres

tan
18.  Kalkulasi BUD sediaan jadi infus dan injeksi 4
19.  g-s
Kalkulasi Ideal Body Weight   (IBW), Body Mass 4
Index   (BMI), Body Surface Area   (BSA), Creatinine
tan
Clearance (CrCl), dan Area under the Curve  (AUC)
 (AUC)
en

20.  Kalkulasi dosis berdasar Berat Badan (BB), usia, 4


dan BSA
k-t

21.  Kalkulasi dosis dewasa dan dosis anak 4


/km

22.  Kalkulasi dosis pada obesitas 4


23.  Kalkulasi dosis berdasar CrCl dan AUC 4
/03

24.  Kalkulasi dosis titrasi 3


23

25.  Kalkulasi dosis muatan (loading


(loading dose ) dan dosis 4
/20

rumatan (maintenance
(maintenance dose )
26.  Kalkulasi dosis obat terdialisis 2
om

27.  Kalkulasi penyesuaian dosis obat pada gangguan 3


a.c

fungsi organ
28.  Kalkulasi dosis antidotum berdasar tingkat 2
an

toksisitas
uly

3) Pelayanan Obat Berdasarkan Resep/Permintaan Obat


am

a) Asesmen Administratif
29.  Interpretasi kejelasan dan kelengkapan resep 4
n
.ai

30.  Analisis kewenangan penulis resep atas 4


permintaan obat
ww

31.  Analisis keabsahan resep narkotika dan 4


psikotropika
//w

32.  Verifikasi adanya ketidaklengkapan administratif 4


ps:

33.  Analisis keabsahan resep manual dan elektronik 4


htt

34.  Analisis keabsahan salinan resep manual/ 4


elektronik

b) Asesmen Farmasetis
35.  Analisis kesesuaian bentuk sediaan obat 3
terhadap kondisi umum dan aksesibilitas obat
dih.kemkes.go.id 

- 71 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
dalam tubuh penerima Pelayanan Kefarmasian

ote
36.  Analisis kesesuaian bentuk sediaan obat 4
terhadap kenyamanan Penerima Pelayanan

-ap
Kefarmasian dalam menggunakan obat
37. 

esi
Analisis kesetaraan zat aktif obat dari berbagai 4
bentuk garamnya

rof
38.  Identifikasi zat aktif obat dari berbagai bentuk 4

r-p
kombinasi sediaan obat
39.  Analisis kelayakan penghalusan obat dalam 4

da
bentuk sediaan padat

tan
40.  Penetapan inkompatibilitas obat dengan obat, 3
pelarut, bahan penolong, kemasan, dan Alat
Kesehatan g-s
41. 
tan
Penetapan inkompatibilitas komponen nutrisi 3
parenteral
en

42.   Telaah stabilitas Sediaan Farmasi dengan 4


k-t

mempertimbangkan suhu, kelembaban, dan


cahaya
/km

43.   Telaah kualitas obat dengan pertimbangan 4


kondisi fisik obat, sifat organoleptis, dan tanggal
/03

ED/BUD
44.   Telaah stabilitas obat terhadap proses 4
23

transportasi
/20

c) Asesmen Farmasi Klinik: Indikasi


45. 
om

Penetapan resep urgent  dan/atau resep cito 4


46.  Penelusuran riwayat risiko tinggi alergi dan efek 3
a.c

samping serius
47. 
an

Identifikasi kelompok Penerima Pelayanan 4


Kefarmasian berisiko terhadap pengobatan
uly

48.  Identifikasi Penerima Pelayanan Kefarmasian 3


am

 yang memerlukan monitoring dan evaluasi obat


berkala di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
n

maupun di rumah
.ai

49.  Interpretasi resep/permintaan obat dan protokol 2


ww

rejimen obat kategori risiko tinggi/kemoterapi


50.  Interpretasi indikasi obat 3
//w

51.  Analisis duplikasi zat aktif dan/atau indikasi 4


obat
ps:

52.  Ketepatan pilihan obat terhadap kondisi 3


htt

kehamilan
53.  Ketepatan pilihan obat terhadap ibu menyusui 4
54.  Ketepatan pilihan obat untuk bayi dan anak 3
55.  Ketepatan pilihan obat untuk lansia/geriatrik 3
dih.kemkes.go.id 

- 72 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
56.  Ketepatan pilihan obat berdasarkan hasil kultur 3

ote
kuman
57. 

-ap
Ketepatan pilihan obat berdasarkan hasil 3
pemeriksaan laboratorium

esi
 
58. Interpretasi skala nyeri
Penerima Pelayanan anak, dewasa,
Kefarmasian dan
tidak sadar 3

rof
terkait pilihan obat

r-p
59.  Ketepatan pilihan obat berdasarkan riwayat Efek 3
Samping Obat (ESO)

da
60.  Analisis polifarmasi penggunaan obat 4

tan
61.  Identifikasi obat off label  dalam penggunaan 3
62.  Analisis pilihan obat paling efektif g-s 3
d) Asesmen Farmasi Klinik: Efikasi Obat
tan

63.  Analisis ketepatan dosis obat dewasa 4


en

64.  Analisis ketepatan dosis anak 4


k-t

65.  Analisis ketepatan dosis geriatri 3


/km

66.  Analisis ketepatan dosis obat terdialisis 2

67.  Analisis ketepatan dosis obat dengan titrasi 3


/03

68.  Analisis komposisi kebutuhan energi terhadap 2


23

sediaan dalam penyiapan nutrisi parenteral


/20

69.  Interpretasi dosis obat terhadap hasil 3


pemeriksaan pendukung diagnostik
om

70.  Analisis perubahan parameter famakokinetik 3


karena kondisi klinis
a.c

71.  Analisis rejimentasi obat terhadap derajad 3


an

kondisi klinis yang ditetapkan


uly

72.  Analisis rejimentasi obat terhadap gangguan 2


fungsi organ penting yang mempengaruhi
am

parameter farmakokinetik
73.  Analisis dosis efektif obat 3
n
.ai

74.  Analisis bentuk sediaan obat terhadap kecepatan 4


ww

pencapaian onset
75.  Analisis rute pemberian obat terhadap gangguan 4
//w

absorbsi
76.  Analisis ketepatan dosis obat pada gangguan 4
ps:

fungsi ginjal
htt

77.  Analisis ketepatan dosis obat pada gangguan 4


fungsi liver

78.  Analisis ketepatan dosis obat pada perubahan 3


indikator farmakokinetik
79.  Analisis obat dengan potensi kesulitan efektifitas 3
dih.kemkes.go.id 

- 73 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
sistem penghantaran obat 
obat (drug delivery system )

ote
80.  Interpretasi hasil pengukuran tanda-tanda vital 3
penggunaan obat

-ap
e) Asesmen Farmasi Klinis: Keamanan Obat

esi
81.  Analisis interaksi obat terhadap kondisi klinis 2

rof
82.  Analisis interaksi obat dengan obat, obat dengan 4
makanan, dan pengaruh gaya hidup

r-p
83.  Analisis risiko overdosis/dosis toksik pada 3

da
penggunaan obat dengan jendela terapi sempit

tan
84.  Identifikasi overdosis obat 4
85.  Analisis overdosis obat dengan titrasi 3
86.  Analisis risiko overdosis/dosis
g-s toksik 3
tan
penggunaan obat dengan hipoalbumin
87.  Analisis dan pencegaham risiko resistensi, 3
en

takifilaksis, dan withdrawl  obat


 obat
k-t

 
88. Analisis riwayat alergi obat
obat/efek samping serius 4
/km

karena obat/toksisitas
89.  Analisis overdosis obat pada gangguan fungsi 4
/03

ginjal
90.  Analisis overdosis obat pada gangguan fungsi 4
23

liver
/20

91.  Analisis overdosis obat pada perubahan indikator 3


farmakokinetik
om

92.  Analisis overdosis sitostatika dengan batasan 2


akumulasi dosis
a.c

93.  Identifikasi kontra indikasi obat 4


an

94.  Identifikasi dan menetapkan efek samping obat 4


uly

95.  Analisis interaksi potensial obat dengan Alat 3


Kesehatan
am

96.  Analisis interaksi obat dengan obat dalam Alat 2


n

Kesehatan Y-site
.ai

97.  Identifikasi obat berisiko tinggi (HAM) 


(HAM)   4
ww

98.  Identifikasi obat berisiko nefrotoksik 4


99. 
//w

Identifikasi obat berisiko sitotoksik 4


100.  Identifikasi obat berisiko hepatotoksik 4
ps:

101.  Identifikasi obat berisiko gangguan hematologi 4


htt

102.  Identifikasi obat berisiko konstipasi 4


103.  Identifikasi obata berisiko mual/muntah 4
104.  Identifikasi obat berisiko gangguan jantung 3
105.  Identifikasi obat berisiko demam 4
dih.kemkes.go.id 

- 74 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
106.  Identifikasi obat berisiko gangguan 3

ote
keseimbangan
107.  Penatalaksanaan efek samping obat

-ap
3
108.  Identifikasi risiko obat vesikan 3

esi
109.  Penetapan interaksi aktual obat 3

rof
110.  Identifikasi risiko obat dengan efek hazard   4

r-p
111.  Identifikasi risiko obat dengan teknik 3
penggunaan khusus/teknik rekonstitusi khusus

da
112.  Analisis interaksi potensial obat dengan obat dan 4

tan
obat dengan makanan
113.  Analisis interaksi potensial obat dengan penyakit 3
g-s
114.  Analisis interaksi potensial obat dengan Alat 3
tan
Kesehatan
en

115.  Analisis interaksi obat dengan obat dalam Alat 2


Kesehatan Y-site
k-t

f) Asesmen Farmasi Klinis: Kepatuhan Penggunaan Obat


/km

116.  Pemilihan metode untuk telaah kepatuhan 3


penggunaan obat
/03

117.  Penerapan strategi dan metode asesmen 3


kepatuhan pengobatan sesuai rejimentasi
23

118.  Penerapan metode telaah kepatuhan penggunaan 4


/20

obat
om

119.  Penelusuran riwayat putus penggunaan obat 4


120.   Telaah ketidakpatuhan Penerima Pelayanan 4
a.c

Kefarmasian karena faktor ekonomi, akses ke


fasilitas kesehatan, kelengkapan informasi
an

121.   Telaah ketidakpatuhan Penerima Pelayanan 4


uly

Kefarmasian karena faktor ketersediaan dan


kenyamanan bentuk sediaan
am

122.   Telaah ketidakpatuhan Penerima Pelayanan 3


n

Kefarmasian karena hambatan keyakinan dan


.ai

obat alternatif
ww

123.   Telaah ketidakpatuhan Penerima Pelayanan 3


Kefarmasian karena kondisi klinis, disabilitas,
//w

riwayat efek samping


124.   Telaah kepatuhan terhadap rejimen obat 3
ps:

kompleks
125.   Telaah kepatuhan terhadap rejimen obat lebih
htt

4
dari 6 bulan
 
126.  Telaah
hidup kepatuhan terhadap rejimen obat seumur 3

127.   Telaah kepatuhan terhadap rejimen obat dengan 4


dih.kemkes.go.id 

- 75 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
kesulitan teknik penggunaan

ote
128.   Telaah kepatuhan terhadap rejimen obat dengan 3
riwayat efek samping serius

-ap
129.   Telaah kepatuhan terhadap rejimen obat terkait 3

esi
kemandirian penerima Pelayanan Kefarmasian
130.   Telaah kepatuhan terhadap rejimen obat yang

rof
3
terstigma dimasyarakat

r-p
131.   Telaah kepatuhan terhadap rejimen obat dengan 3
tingkat keinginan sembuh rendah

da
g) Penatalaksanaan Masalah Obat

tan
132.  Komunikasi dengan penulis resep tentang 4
kelengkapan dan/atau kejelasan resep g-s
133.  Penetapan kualitas obat dengan pertimbangan
tan
4
kondisi fisik obat, sifat organoleptis, dan tanggal
en

ED/BUD
134.  Pemilihan bentuk sediaan obat yang tepat sesuai
k-t

4
kondisi umum dan kenyamanan pengunaan obat
/km

135.  Penetapan obat yang tidak dapat dihaluskan 4


dengan sediaan obat yang dapat dihaluskan
/03

136.  Penetapan kelayakan perubahan bentuk sediaan 3


terhadap stabilitas obat
23

137.  Penetapan tindakan untuk menyelesaikan 3


/20

masalah inkompatibilitas
138.  Penggantian wadah atau kelengkapan Alat
om

3
Kesehatan untuk mengatasi inkompatibilitas
a.c

pemberian obat
139.  Penyelesaian masalah ketidaktepatan indikasi 3
an

obat dengan penghentian atau penambahan obat


uly

140.  Penyelesaian masalah ketidaktepatan pilihan 3


obat dengan penggantian obat
am

141.  Penyelesaian masalah ketidaktepatan dosis 3


n

dengan menaikan atau menurunkan dosis


.ai

dan/atau frekuensi pemberian, atau merubah


bentuk sediaan
ww

142.  Penyelesaian masalah perubahan farmakokinetik 2


dengan ekstrapolasi dosis pada perubahan
//w

variabel farmakokinetik (absorbsi, Vd, t1/2, dan


CL)
ps:

143.  Penetapan perubahan bentuk sediaan karena 4


htt

kesulitan menelan obat


144.  Penetapan perubahan bentuk sediaan obat padat 4
ke bentuk serbuk karena akses melalui
Nasogastric Tube  (NGT)
 (NGT)
145.  Penetapan perubahan bentuk sediaan obat oral 2
dih.kemkes.go.id 

- 76 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
ke parenteral paska operasi saluran pencernaan

ote
146.  Penetapan perubahan bentuk sediaan obat oral 3
ke parenteral karena kondisi klinis menurunkan

-ap
efektifitas absorbsi obat

esi
147.  Penetapan perubahan bentuk sediaan obat 3
karena dibutuhkan onset cepat

rof
148.  Pembuatan jadwal penggunaan obat rejimen 3

r-p
komplek
149.  Pembuatan jadwal penggunaan obat anak dengan 2

da
kemoterapi

tan
150.  Pembuatan jadwal penggunaan obat dengan 3
 jumlah lebih dari 6 macam
g-s
151.  Penyelesaian masalah interaksi obat dengan 3
tan
menghentikan obat, mengganti obat, merubah
 jadwal penggunaan, atau mengganti Alat
en

Kesehatan
k-t

152.  Penyelesaian masalah alergi atau efek samping 3


obat dengan penggantian atau penambahan obat
/km

153.  Penatalaksanaan interaksi obat dengan obat/ 3


penyakit/makanan/Alat Kesehatan
/03

154.  Pengendalian obat dengan risiko hazard   2


23

155.  Penatalaksanaan obat vesikan 2


/20

156.  Identifikasi kebutuhan penghentian obat karena 4


efek samping
om

157.  Identifikasi kebutuhan penghentian obat karena 4


interaksi serius
a.c

158.  Pemilihan rejimen antidotum 2


an

159.  Penetapan perubahan bentuk sediaan obat oral 2


uly

ke parenteral karena interaksi obat dengan NGT


160.  Pembuatan jadwal penggunaan obat karena 4
am

interaksi obat dengan obat, obat dengan


makanan
n
.ai

161.  Pembuatan jadwal penggunaan obat untuk 4


mencegah terjadinya efek samping
ww

162.  Pemilihan bahan infus set yang tidak berinteraksi 3


//w

dengan obat
163.  Penyelesaian masalah ketidakpatuhan 4
ps:

penggunaan obat dengan pemberian


informasi/edukasi/ konseling dan pembuatan
htt

 jadwal penggunaan obat


h) Penyiapan Obat
164.  Validasi pengambilan Sediaan Farmasi terhadap 4
resep atau permintaan obat
dih.kemkes.go.id 

- 77 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
165.  Validasi salinan resep (apograph 
(apograph ) 4

ote
166.  Perancangan label obat per oral 4

-ap
167.  Perancangan label obat injeksi 3
168.  Perancangan label obat untuk pemakaian luar

esi
4
169.  Perancangan label obat untuk gangguan fungsi 4

rof
penglihatan

r-p
170.  Perancangan label obat dengan risiko efek 3
samping khusus

da
171.  Perancangan label obat narkotika dan 4

tan
psikotropika
172.  Perancangan label
penggunaan khusus
obat dengan
g-sinstruksi 3
tan
173.  Perancangan label obat dengan risiko hazard   3
174.  Perancangan
en

label obat dengan instruksi 4


penyimpanan khusus
k-t

 
175. Perancangan label nutrisi parenteral 3
/km

176.  Pembuatan label obat per oral 4


177.  Pembuatan label obat injeksi 4
/03

178.  Pembuatan label obat untuk pemakaian luar 4


23

179.  Pembuatan label obat untuk gangguan fungsi 4


penglihatan
/20

180.  Pembuatan label obat dengan risiko efek samping 4


om

khusus
181.  Pembuatan label obat narkotika dan psikotropika 4
a.c

182.  Pembuatan label obat dengan instruksi 4


an

penggunaan khusus
uly

 
183. Pembuatan label obat dengan risiko hazard   3
184.  Pembuatan label obat dengan instruksi 4
am

penyimpanan khusus
n

185.  Pembuatan label nutrisi parenteral 3


.ai

186.  Pemilihan kemasan obat terlindung cahaya 4


ww

187.  Pemilihan kemasan obat terlindung suhu tinggi 4


188.  Pemilihan
//w

kemasan obat menghindari 4


kelembaban
ps:

189.  Pilihan kemasan obat untuk Penerima Pelayanan 3


Kefarmasian dengan disabilitas fisik
htt

190.  Pemilihan kemasan obat untuk keamanan obat 3

i) Kontrol Kualitas
191.  Verifikasi obat golongan controlled drug   4
(narkotika, psikotropika, precursor farmasi, obat-
dih.kemkes.go.id 

- 78 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
obat tertentu)

ote
192.  Verifikasi obat risiko tinggi, HAM dengan dobel 4

-ap
cek
193.  Verifikasi obat life saving :  kemudahan akses, 3

esi
kecepatan, ketepatan jumlah, kelengkapan 
kelengkapan 
(medication devices)  

rof
194.  Verifikasi akhir kesesuaian obat, 4

r-p
resep/apograph, kondisi penerima Pelayanan
Kefarmasian, aturan pakai, kemasan obat,

da
informasi penyimpanan dan informasi lain

tan
4) Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

a) g-s
Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat kesehatan
195.  Verifikasi kesesuaian penerima obat terhadap 4
tan
nama dalam resep
196.  Penjelasan obat risiko tinggi
en

4
197.  Penjelasan
k-t

aturan obat dengan penggunaan 4


kompleks
/km

198.  Pemberian informasi fungsi obat secara umum 4


199.  Pemberian informasi efek samping obat secara 4
/03

umum
23

200.  Pemberian informasi cara simpan obat 4


201.  Pemberian informasi cara mendapatkan obat
/20

4
b) Pemberian Konseling dan Edukasi
om

202.  Pembuatan dan validasi prosedur konseling 4


secara umum
a.c

203.  Pembuatan prosedur konseling untuk kondisi 3


an

khusus: pengobatan kronik, obat resiko tinggi


uly

 
204. Implementasi prosedur
pemahaman penerima konseling
Pelayanan obat sesuai
Kefarmasian 4
am

205.  Konseling pengobatan kronik 4


n

206.  Konseling penggunaan alat bantu pengaturan 4


.ai

 jadwal penggunaan obat


ww

207.  Konseling baru pertama mendapatkan obat 4


kronis
//w

208.  Konseling putus obat kronis 3


209.  Konseling kepatuhan pengobatan
ps:

4
210.  Konseling karena mengalami cedera efek samping 3
htt

211.  Konseling awal kemoterapi, injeksi maupun oral 3


 
212. Edukasi persiapan obat rute NGT 3
213.  Konseling obat dengan rute inhaler dan nebulizer 4
214.  Konseling penggunaan obat bentuk sediaan 3
dih.kemkes.go.id 

- 79 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
patch

ote
215.  Konseling obat risiko resisten 4

-ap
216.  Konseling obat rejimen kompleks 3
217.  Konseling obat dengan interaksi tinggi

esi
3
218.  Konseling risiko obat dengan indeks terapi sempit 4

rof
(narrow therapeutic index )

r-p
219.  Pemberian edukasi fungsi dan risiko obat off label   3
220.  Pemberian edukasi waktu minum obat sesuai 4

da
risiko obat dan kenyamanan penerima Pelayanan

tan
Kefarmasian
221.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara 4
simpan obat g-s
tan
222.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara 4
penggunaan obat B3
en

223.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara 4


k-t

penggunaan obat narkotika dan psikotropika


/km

224.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara 4


penggunaan obat dengan alat khusus
225.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara
/03

4
penggunaan obat tetes mata, salep mata
23

226.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, serta 4


cara penggunaan tetes telinga, tetes hidung, dan
/20

irigasi hidung
om

227.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara 4


penggunaan obat suppositoria, ovula, enema
a.c

228.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara 4


penggunaan obat nebulizer, Metered Dose Inhaler  
an

(MDI), turbohaler
uly

229.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara 4


penggunaan obat inhaler dewasa
am

230.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara 3


n

penggunaan obat inhaler anak


.ai

231.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara 3


ww

penggunaan obat inhaler lansia/geriatrik


232.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara 3
//w

penggunaan obat bentuk sediaan patch 


sediaan  patch  
233.  Pemberian edukasi pengetahuan, risiko, dan cara
ps:

4
penggunaan flexpen 
penggunaan  flexpen  
htt

234.  Pemberian edukasi efek samping obat risiko 4


tinggi

235.  Pemberian edukasi risiko dan teknik koreksi jika 4


terlambat minum obat
5) Pelayanan Obat Non Resep (Swamedikasi, Responding to Symptoms )
dih.kemkes.go.id 

- 80 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
236.  Penelusuran data penerima Pelayanan 4

ote
Kefarmasian

-ap
237.  Penelusuran keluhan atau permintaan obat dari 4
penerima Pelayanan Kefarmasian

esi
238.  Penelusuran riwayat penyakit penerima 4

rof
Pelayanan Kefarmasian
239.  Penelusuran riwayat pengobatan penerima 4

r-p
Pelayanan Kefarmasian

da
240.  Penelusuran kebiasaan atau gaya hidup 4
241.  Penggunaan

tan
termometer pengukur suhu, 4
tensimeter, oksimeter
g-s
242.  Penetapan adanya minor sympthom dan alarm 4
sign /warning sympthom  
tan

243.  Penetapan tindaklanjut: 4


en

a.  Pemberian obat non resep pada minor


sympthom ,
k-t

b.  Dirujuk ke dokter bila ada alarm sign /warning


/km

sympthom  
244.  Penetapan durasi pemberian obat (treatment
(treatment time 4
scale )
/03

6) Pemantauan Terapi Obat


23

a) Pemantauan Efektivitas Penggunaan Obat


/20

245.  Identifikasi tanda dan gejala subyektif maupun 4


obyektif efek obat
om

246.  Pemantauan waktu evaluasi efektifitas obat 3


a.c

secara umum
247.  Pemantauan perbaikan kondisi umum setelah 4
an

pemberian obat
uly

248.  Pemantauan efek kenaikan dosis titrasi 3


249.  Pemantauan saat dilakukan kenaikan
am

dosis 3
titrasi
n

250.   Tindak lanjut penggunaan obat rute topikal 4


.ai

paska konseling
ww

251.   Tindak lanjut penggunaan tetes mata dan salep 4


mata paska konseling
//w

252.   Tindak lanjut penggunaan tetes telinga, tetes 4


hidung, dan irigasi hidung paska konseling
ps:

253.   Tindak lanjut penggunaan inhaler/handy 4


htt

haler/turbohaler paska konseling


254.   Tindak lanjut penggunaan injeksi insulin paska 4
konseling
255.   Tindak lanjut penggunaan bentuk sediaan obat 4
 patch  paska
 paska konseling
dih.kemkes.go.id 

- 81 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
256.  Pemantauan perbaikan klinis dan hasil 4

ote
laboratorium setelah pemberian obat

-ap
257.  Pemantauan efektifitas obat terhadap perubahan 4
kondisi klinis baru

esi
258.  Pemantauan efektifitas obat karena adanya 4

rof
tambahan obat baru
b) Pemantauan Efek Yang Tidak Diinginkan

r-p
259.  Identifikasi data subyektif maupun obyektif efek 3

da
samping obat

tan
260.  Pemantauan efek samping obat karena 4
pemakaian dosis maksimal
261.  Pemantauan efek samping g-s
pada awal 3
penggunaan obat jangka panjang
tan

262.  Pemantauan efek samping serius obat terhadap 3


en

kardiovaskuler dan neurologi


k-t

263.  Pemantauan efek samping serius obat terhadap 3


/km

kulit
264.  Pemantauan efek samping karena interaksi 3
potensiasi obat
/03

265.  Pemantauan efek withdrawal syndrome akibat 3


penghentian tiba-tiba obat dengan penggunaan
23

 jangka Panjang
/20

266.  Pemantauan efek drug induced hepatotoxic   3


om

267.  Pemantauan efek drug induced nephrotoxic   3


268.  Pemantauan efek drug   induced hematologic 3
a.c

disorder  
an

269.  Pemantauan efek drug induced constipation   3


uly

270.  Pemantauan efek drug induced nausea and 3


vomiting  
am

271.  Pemantauan efek intoksikasi/overdosis obat 3


272.  Pemantauan efek samping obat dengan indeks
n

3
.ai

terapi sempit (narrow


(narrow therapeutic index )
ww

273.  Pemantauan perubahan fisika obat sensitif 4


cahaya, suhu, dan kelembaban
//w

274.  Pemantauan manifestasi obat dengan potensial 3


interaksi mayor
ps:

275.  Pemantauan penggunaan obat dengan 3


htt

hemodialisis terjadwal
276.  Pemantauan prespitasi obat dalam infus dengan 3
rute pemberian infus kontinyus
277.  Pemantauan prespitasi obat dalam infus dengan 3
rute pemberian infus lebih dari 1 terhubung ke
dih.kemkes.go.id 

- 82 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
konektor/Alat Kesehatan Y-site

ote
278.  Pemantauan tempat injeksi karena pemberian 3

-ap
obat potensial merusak jaringan

esi
M Pelayanan Kefarmasian Untuk Masyarakat

rof
1) Promosi dan Edukasi

r-p
1.  Identfikasi karakteristik kelompok masyarakat 4
sasaran: faktor sosial, budaya, dan ekonomi

da
2.  Identifikasi masalah obat masyarakat dengan 4

tan
melibatkan kelompok/komunitas sasaran
3. 
masyarakat sasaran
g-s
Penyusunan solusi masalah obat pada kelompok 4
tan
4.  Penyiapan informasi yang berkaitan dengan obat 4
sesuai kebutuhan kelompok masyarakat sasaran
en

5.  Promosi dan edukasi kepada masyarakat 4


k-t

tentang:
/km

  Cara yang tepat untuk memperoleh obat


o

o  Penggunaan obat bijak


o  Cara yang tepat dalam menyimpan obat
/03

o  Cara yang tepat untuk membuang obat

6.  Promosi tentang risiko yang dapat terjadi akibat 4


23

penyalahgunaan obat (drug


(drug abuse ) dan atau
/20

penggunaan obat yang tidak tepat (drug


(drug misuse )
7.  Promosi kesehatan untuk membangun kesadaran 4
om

akan kesehatan, pencegahan dan pengendalian


penyakit, dan gaya hidup sehat untuk
a.c

mendukung keberhasilan penggunaan obat


8. 
an

Promosi bebas rokok dan konseling henti rokok 4


secara kolaboratif
uly

2) Pengelolaan Obat Emergensi


am

9.  Penyusunan prosedur pengelolaan obat 3


emergensi
n
.ai

10.  Penentuan jenis dan jumlah obat emergensi 3


11. 
ww

Penentuan tempat penyimpanan obat emergensi: 3


mudah diakses, dikunci, dan terpisah dari obat
lain
//w

12.  Pemantauan penggunaan dan pemastian 3


ps:

ketersediaan obat emergensi


13.  Pemberian basic life support   dalam kondisi 3
htt

darurat
3) Pengelolaan Obat Mitigasi Bencana
14.  Penyamaan pemahaman tentang rapid health 3
assessment  
dih.kemkes.go.id 

- 83 -

l
tm
r.h
 Tingkat
No Keterampilan Apoteker
Kemampuan

ke
15.  Penetapan kebutuhan pengadaan Sediaan 3

ote
Farmasi dan Alat Kesehatan esensial sesuai jenis

-ap
bencana
16.  Penentuan lokasi penyimpanan dan pengelolaan 3

esi
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

rof
r-p
da
tan
g-s
tan
en
k-t
/km
/03
23
/20
om
a.c
an
uly
amn
.ai
ww
//w
ps:
htt
dih.kemkes.go.id 

- 84 -

l
tm
r.h
BAB V

ke
PENUTUP

ote
-ap
Standar Kompetensi Apoteker ini diharapkan dapat menjadi acuan dan

esi
landasan bagi Apoteker dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

rof
dalam memberikan Pelayanan Kefarmasian yang terstandar di semua fasilitas

r-p
kefarmasian. Selain hal tersebut di atas, standar ini dapat digunakan sebagai

da
acuan dalam merancang dan melaksanakan program pendidikan profesi

tan
Apoteker di Indonesia. Agar penyelenggaraan pelayanan dan pendidikan profesi
Apoteker di Indonesia dapat berjalan sesuai standar, maka diperlukan adanya
g-s
persamaaan persepsi dan pemahaman terhadap standar kompetensi ini.
tan

Agar pemanfaatan Standar Kompetensi Apoteker ini dapat terlaksana


en

dengan baik diperlukan dukungan kebijakan dari berbagai pihak, baik dalam
k-t

sosialisasi, implementasi, monitoring dan evaluasi di setiap Fasilitas


/km

Kefarmasian serta institusi penyelenggara pendidikan profesi Apoteker.


/03
23
/20

MENTERI KESEHATAN
om

REPUBLIK INDONESIA,
a.c

ttd.
an
uly

BUDI G. SADIKIN
n am
.ai
ww
//w
ps:
htt

You might also like