You are on page 1of 12

1.

Pemberontakan DI/TII
Negara Islam Indonesia juga dikenal dengan[1] nama Darul Islam atau DI yang artinya adalah
"Rumah Islam” adalah kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan untuk pembentukan negara
Islam di Indonesia. Ini dimulai pada 7 Agustus 1949 oleh sekelompok milisi Muslim,
dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa
Cisampang, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Kelompok
ini mengakui syariat islam sebagai sumber hukum yang valid. Gerakan ini telah menghasilkan
pecahan maupun cabang yang terbentang dari Jemaah Islamiyah ke kelompok agama non-
kekerasan.

Dalam proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah
Hukum Syariat Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa "Negara
berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Al Hadist". Proklamasi
Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk membuat undang-
undang yang berlandaskan syariat Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain Al
Quran dan Al Hadits, yang mereka sebut dengan "hukum kafir".

Tokoh2 nya adalah : soekarmadji maridjan kartosoerwirjo, daud beureueh, ibnu hajar, amir fatah,
dan kahar muzakkar

Gerakan DI/TII Daud Beureueh


Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bahwa Aceh
merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo pada
tanggal 20 September 1953.
Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh"
sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai Gubernur Militer
ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik
sipil maupun militer. Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas Gubernur Militer, Daud Beureuh
bisa memperoleh pengikut. Daud Beureuh juga berhasil mempengaruhi pejabat-pejabat
Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Untuk beberapa waktu lamanya Daud Beureuh dan
anak-buahnya dapat mengusai sebagian daerah Aceh.
Sesudah bantuan datang dari Sumatra Utara dan Sumatra Tengah, operasi pemulihan keamanan
ABRI (TNI-POLRI) segera dimulai. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud Beureuh
meneruskan pemberontakannya di hutan-hutan. Penyelesaian terakhir Pemberontakan Daud
Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan
Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong.

Gerakan DI/TII Ibnu Hadjar


Pada bulan Oktober 1950 DI/ TII juga tercatat melakukan pemberontakan di Kalimantan
Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Para pemberontak melakukan pengacauan dengan
menyerang pos-pos kesatuan ABRI (TNI-POLRI). Dalam menghadapi gerombolan DI/TII
tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan damai kepada Ibnu Hadjar dengan
diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar
sempat berpura-pura menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan
melakukan pemberontakan lagi sehingga pemerintah akhirnya terpaksa menugaskan pasukan
ABRI (TNI-POLRI) untuk menangkap Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta
seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan dihukum mati
Gerakan DI/TII Amir Fatah
Amir Fatah merupakan tokoh yang membidani lahirnya DI/TII Jawa Tengah. Semula ia bersikap
setia pada RI, namun kemudian sikapnya berubah dengan mendukung Gerakan DI/TII. Perubahan
sikap tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, terdapat persamaan ideologi antara
Amir Fatah dengan S.M. Kartosuwirjo, yaitu keduanya menjadi pendukung setia ideologi Islam.
Kedua, Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap bahwa aparatur Pemerintah RI dan TNI
yang bertugas di daerah Tegal-Brebes telah terpengaruh oleh "orang-orang Kiri", dan
mengganggu perjuangan umat Islam. Ketiga, adanya pengaruh "orang-orang Kiri" tersebut,
Pemerintah RI dan TNI dianggap tidak menghargai perjuangan Amir Fatah dan para
pendukungnya selama itu di daerah Tegal-Brebes. Bahkan kekuasaan yang telah dibinanya
sebelum Agresi Militer II, harus diserahkan kepda TNI di bawah Wongsoatmojo. Keempat,
adanya perintah penangkapan dirinya oleh Mayor Wongsoatmojo.

Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar


Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya
disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakkar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi
Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan dalam satu brigade yang disebut Brigade
Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak di antara mereka yang
tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan
bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat
Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar beserta para pengikutnya melarikan
diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar
Muzakkar mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai
bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar
Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI (TNI-POLRI) dalam sebuah baku tembak

2. Republic Maluku Selatan


Latar Belakang
Latar belakang munculnya pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) adalah Adanya
anggapan dari Manusama bahwa bergabungnya Maluku ke dalam NKRI akan memicu masalah.
Manusama pun mengadakan rapat bersama para penguasa desa di Pulau Ambon.  Dalam rapat
tersebut, Manusama mengobarkan semangat antipemerintah RIS dan ia mengatakan bahwa orang
Maluku tidak mau dijajah orang Jawa.  Pemerintah Maluku kemudian mengikrarkan proklamasi
RMS sehingga secara resmi republik ini telah terlepas dari NIT dan RIS. Pulau-pulau besar yang
ada di RMS adalah Ambon, Seram, dan Buru. 

Tujuan dari pemberontakan ini untuk memisahkan wilayah Maluku dari NIT serta RIS dan
menggantikannya dengan mendirikan negara mandiri yang bernama Republik Maluku Selatan.

Tokoh yang menggagas terbentuknya RMS


adalah Johannes Alvarez Manusaman. Selain penggagas, ada juga tokoh yang memproklamasikan
terbentuknya RMS. Tokoh proklamator RMS adalah Johannes Hermanus Manuhutu.
Tokoh utama atau pemimpin pemberontakan RMS adalah Dr. Christiaan Robbert Steven
Soumokil. Sedangkan, panglima militer RMS adalah Dantje Jacob Samson.

Susunan pemerintahan RMS meliputi J.H. Manuhutu selaku Presiden, Albert Wairisal sebagai
Perdana Menteri, dan menteri-menteri (Soumokil, D.J. Gasperz, J. Toule, S.J.H. Norimarna, J.B.
Pattiradjawane, P.W. Lokollo, H.F. Pieter, A. Nanlohy, Manusama, dan Z. Pesuwarissa). Posisi
Wakil Presiden RMS yang masih kosong kemudian diisi oleh J.P. Nikijuluw. Lalu, pada 3 Mei
1950, ternyata Soumokil yang diangkat menjadi Presiden RMS, menggantikan Manuhutu.

Johanis Hermanus Manuhutu 


Merupakan presiden RMS yang berhasil ditangkap, dan dihukum selama 4 tahun.
Albert Wairisal
Seseorang yang menjabat sebagai Perdana Menteri Dalam Negeri yang berhasil di tangkap dan
dijatuhi hukuman selama 5 tahun .
Daniel Johannes Gaspers
Seseorang yang menjabat sebagai Menteri Keuangan ditangkap dan dijatuhi hukuman selama 4
1/2 tahun.
George Coalife Henry Apituley
Menjabat sebagai Menteri Keuangan yang ditangkap dan dijatuhi hukuman selama 5 1/2 tahun
Thomas Nussy
Menjabat sebagai Kepala Staf Tentara RMS yang ditangkap dan dijatuhi hukuman selama 7 tahun
Dantje Jacob Samson
Menjabat sebagai Panglima Tertinggi Tentara RMS yang ditangkap dan dijatuhi hukuman selama
10 tahun
Ibrahim Ohorella
Seorang yang menjabat sebagai Menteri Pangan yang ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara
selama 4 1/2 tahun .
Jacob Stefanus Hendrik Normarna
Menjabat sebagai Menteri Kemakmuran , yang ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara selama 5
1/2 tahun.
Domingus Zakaria Pesuwarissa
Seseorang yang menjabat sebagai Menteri Penerangan , yang ditangkap dan dijatuhi hukuman
selama 5 1/2 tahun .
Thomas Arend Hendrik Pattiradjawane
Seorang yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan , yang juga ditangkap dan dijatuhi hukuman
penjara selama 3 tahun .
Frederick Hendrik Pieter
Menjabat sebagai Menteri Perhubungan yang ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara selama 4
tahun.

Susunan pemerintahan RMS meliputi J.H. Manuhutu selaku Presiden, Albert Wairisal sebagai
Perdana Menteri, dan menteri-menteri (Soumokil, D.J. Gasperz, J. Toule, S.J.H. Norimarna, J.B.
Pattiradjawane, P.W. Lokollo, H.F. Pieter, A. Nanlohy, Manusama, dan Z. Pesuwarissa). Posisi
Wakil Presiden RMS yang masih kosong kemudian diisi oleh J.P. Nikijuluw. Lalu, pada 3 Mei
1950, ternyata Soumokil yang diangkat menjadi Presiden RMS, menggantikan Manuhutu.
Factor Terjadinya pemberontakan RMS
1. Pemberontakan RMS didalangi oleh mantan jaksa agung NIT, Christiaan Robbert Steven
Soumokil
2. Sebelum RMS diproklamasikan, gubernur Sembilan serangkai melakukan propaganda
terhadap NKRI untuk memisahkan wilayah Maluku
3. Menjelang prokamasi RMS soumokil berhasil mengumpulkan kekuatan dari masyarakat
Maluku Tengah
4. Pada 25 april 1950, para anggota RMS memproklamasikan berdirinya Republik Maluku
Selatan
5. Pada 3 Mei 1950, Soumokil menggantikan munuhutu sebagai presiden RMS
6. Pada 9 mei 1950, dibentuk sebuah Angkatan Perang RMS (APRMS)
7. Pemerntah mengutus Dr.J. Leimena untk menyampaikan berdamai kepada RMS
8. Penolakan ini membuat pemerintah Indonesia memutuskan untuk melaksanakan ekspedisi
militer
9. Kol. A. E. Kawilarang dipilih sebagai pemimpin dalam melaksanakan ekspedisi militer tsb
10. Akhirnya kota ambon dapat dikuasai pada awal November 1950
11. Namum perjuangan gerilya kecil kecilan masih berlangsung di pulau Seram sampai 1962
12. Pada tanggal 12 desember 1963, Soumokil akhirnya ditangkap dan dihadapkan pada
Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta
13. Soumukil di hokum mati dan dieksekusi di pulau obi, 12 april 1966

Peristiwa RMS akan diselesaikan dengan beberapa cara.


Pertama pemerintah Indonesia menyelesaikan dengan cara damai, yaitu mengirim delegasi ke
Maluku Selatan untuk melakukan perundingan.
Langkah kedua memblokade daerah Maluku Selatan
Ketiga melakukan operasi militer ke daerah Maluku Selatan.

Dampak
Positif
- Membuat masyarakat Maluku kembali sadar akan pentingnya kesatuan bangsa.
- Pengembalian pedoman atau orientasi adat istiadat serta budaya Maluku pada masyarakat
setempat.
Negatif
- Jatuhnya korban jiwa dan kerusakan materiil
- Hubungan antar kelompok di Maluku terganggu
- Mengancam stabilitas NKRI
- Migrasi besar-besaran ke Belanda
- Hubungan Indonesia dan Belanda terganggu
- Terjadinya aksi terorisme di Belanda
Lambang Negara
Lambang RMS menampilkan burung merpati putih Maluku bernama 'Pombo'. Merpati putih
dianggap sebagai simbol positif dan harapan baik. 'Pombo' ditunjukkan bersiap-siap terbang,
sayapnya setengah terbuka dan di paruhnya terdapat cabang pohon damai. Dadanya bertuliskan
'parang', 'salawaku', dan bentuk tombak.
Bagian blazon dari lambang RMS bertuliskan 'Mena - Moeria'. Slogan ini berasal dari bahasa
Maluku Melanesia asli. Sejak dulu, kata-kata ini diteriakkan oleh nakhoda dan pendayung perahu
tradisional Maluku, Kora Kora, untuk menyeragamkan gerakan mereka saat ekspedisi lepas
pantai. Slogan ini berarti 'Depan - Belakang', tetapi bisa juga diterjemahkan menjadi 'Saya pergi-
Kita mengikuti' atau 'Satu untuk semua- Semua untuk satu'.

Bendera Negara
Bendera RMS terdiri dari warna biru, putih, hijau, dan merah (1:1:1:6) dan memiliki proporsi 2:3.
Bendera ini pertama kali dikibarkan tanggal 2 Mei 1950 pukul 10.00. Dua hari kemudian,
pemerintah merilis penjelasan tentang arti bendera. Warna biru melambangkan laut dan kesetiaan,
putih kesucian, perdamaian, dan pantai putih, hijau tumbuh-tumbuhan, dan merah nenek moyang
dan darah rakyat.

3. PKI MADIUN
Latar Belakang
1. Kejatuhan cabinet amir syarifuddin dan pembentukan front demokrasi rakyat
Setelah ditandatanganinya perjanjian renville, kejatuhan amir syarifuddin pun tidak terelakkan.
Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia menjadi lebih sempit dan juga pengosongan
terhadap kantong gerilya yang melemahkan semangat perjuangan. Karena hal ini, maka amir pun
dicopot jabatannya sebagai perdana menteri.
Setelah dicopot, amir syarifuddin pun menjadi pihak oposisi pemerintah dan membuat Front
Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 juni 1948. FDR berhaluan sosialis, oleh karena itu dia
un mendapat dukungan dari partai komunis seperti partai sosialis, pemuda sosialis Indonesia,
PKI, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Tujuan FDR adalah menuntut
pembubaran cabinet hatta & melakukan tindakan pemogokan umum.
2. Kritik terhadap kebijakan cabinet Hatta
Penyebab kritik adalah
a) Tidak ada perwakilan dari golongan komunis dalam cabinet hatta
b) Pelaksanaan program reorganisasi dan rasionalisasi angkatan perang
c) Pelaksanaan persetujuan renville
Kritik tersebut tidak membuat cabinet hatta lemah karena didukung oleh organisasi besar seperti
PNI, Masyumi, dan organisasi pemuda pimpinan latuharhary
3. Kedatangan musso dari uni soviet
Musso adalah tokoh komunis Indonesia yang terlibat dalam pemberontakan PKI tahun 1926, dan
pada tahun 11 Agustus 1948 dia kembali ke Indonesia dari Uni Soviet.
Kedatangan Musso membawa pemikiran yang disebut “jalan baru”. Musso menginginkan agar
dibentuknya kerjasama yang dipimpin kaum sosialis dan komunis untuk menentang politik
penjajahan. Oleh sebab itu, organisasi sosialis dan komunis melebur dalam PKI termasuk FDR

Tujuan :
- Mengganti ideology Pancasila menjadi ideology komunis
- Meruntuhkan cabinet Hatta ( rekonstruksi dan rasionalisasi (ReRa) )
- Menjadikan Musso dan Amir Syarifuddin sebagai Presiden dan Perdana Menteri

Aksi–aksi :
- Melancarkan propaganda anti pemerintah di beberapa daerah, seperti Solo, Yogyakarta, Sragen,
dan Madiun.
- Mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi buruh di perusahaan
- Melakukan pembunuhan-pembunuhan. Salah satu korban nya adalah dr. Muwardi dan Gubernur
Jawa Timur Suryo

Strategi PKI dan FDR :


- Akan menarik pasukan komunis yang tergabung dalam TNI garis depan dengan tujuan
melemahkan TNI
- Memindahan pasukan-pasukan komunis ke daerah-daerah yang strategis
- Membentuk tentara rakyat

Aksi pemberontakan PKI Madiun


Diawali dengan menciptakan Surakarta sebagai wild west atau “daerah liar” supaya pemerintah
focus ke Surakarta. Dengan teralihkannya focus pemerintah, maka PKI pun mulai menguasai kota
Madiun dan berhasil menguasai Radio Gelora Pemuda.
Lalu pada tanggal 18 September 1948 di Madiun Musso mengumumkan berdirinya “Republik
Soviet Indonesia”. Karena sudah banyak korban yang berjatuhan, maka Pemerintah Republik
Indonesia pun memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memilih kepala pimpinan Negara,
rakyat ingin dipimpin Musso atau dipimpin oleh Soekarno dan Hatta. Akhirnya rakyat pun
memilih Soekarno Hatta, dengan dipilihnya Soekarno, maka Soekarno pun mengambil sikap
melalui pemerintahan Indonesia untuk memberantas PKI dan antek-anteknya

Akhir pemberontakan PKI 1948


- Kolonel Gatot Subroto berhasil mengamankan Surakarta dan sekitarnya
- Penyerangan Madiun yang dipimpin oleh Kolonel Sadikin dan Kolonel Sungkono. Selain unsur
TNI, POLRI pun ikut serta dalam operasi ini
- Tanggal 30 September 1948 Madiun berhasil direbut kembali oleh TNI. Dalam pelariannya,
Musso tewas tertembak di Ponorogo dan Amir Syarifuddin tertangkap di Purwodadi.

4. Latar belakangnya munculnya disintegrasi bangsa


Pengertian disintegrasi bangsa
Menurut Soerjono Soekanto dalam Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial (1983), disintegrasi
disebut juga disorganisasi adalah suatu proses pudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam
masyarakat yang disebabkan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Tergesernya norma dan nilai ini membawa subjektivitas kelompok—yang
dilandasi atas perasaan senasib dan perjuangan yang sama—untuk menetapkan kelompok lain
sebagai musuhnya.
Menurut KBBI Disintegrasi adalah suatu perpecahan akibat dari keutuhan dan persatuan yang
sudah hilang.

latar Belakang
- Banyak penyebaran paham ideologis baru yang bertentangan dengan Pancasila
- Ketimpangan demografi
- Iklim politik yang tidak sehat
- Menurunnya tingkat toleransi
- Kesenjangan ekonomi
Faktor Penyebab Disintegrasi
a. Konflik: Terjadinya konflik sosial sangat mempengaruhi terjadinya disintegrasi. Baca
juga contoh konflik sosial di indonesia.
b. Kesenjangan Sosial: Kesenjanga sosial ini muncul karena ada sikaya dan simiskin. entu hal ini
menjadi sumber perpecahan di masyarakat.
Baca juga contoh kesenjangan sosial di sekitar kita.
c. Peperangan: Akibat dari peperangan akan merugikan semua pihak yang terlibat dan berdampak
pada meterial atau imateril.

Andi Aziz
1. Siapa Andi Aziz:
Andi Azis, pemimpin pemberontakan, adalah mantan perwira KNIL (Koninklijke
Nederlands(ch)-Indische Leger) dengan pangkat kapten. Andi Azis dan pasukannya menuntut
pemerintah Indonesia untuk menjadikan mereka sebagai satu-satunya pasukan keamanan untuk
mengamankan situasi di Makassar.
2. Latar belakang dan Kronologi:
- Andi Aziz berusaha untuk mempertahankan bentuk negara Federal (NIT) karena enggan
bergabung dengan NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia. (kepentingan Pribadi
karena ingin mendapatkan jabatan)
- Pada bulan April 1950 muncul kekacauan di sulawesi selatan antara kelompok anti
Federal dan pro Federal.
- Pemerintah mengirimkan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) / TNI
dari pulau jawa untuk mengamankan daerah.
- Andi Aziz tidak suka dengan kedatangan TNI, ia dan pasukannya melakukan
penyerangan pada markas TNI dan pemberontakan di Ujungpandang, Makasar 5 April
1950.
- Masyarakat yang pro Federal bergabung dengan Andi Aziz dan membentuk “Pasukan
Bebas”
- # Gerakan separatis tidak disetujui perdana menteri NIT Diapari, lalu mengundurkan diri.
# diganti oleh Putuhena (tokoh pro republik)
- 8 April 1950 Ultimatum
dalam waktu 2x24 jam Andi Azis harus ke Jakarta
- 13 April 1950 Andi Azis berjanji ke jakarta, dan akhirnya diadili pada tanggal 15 April
1950-11 Januari 1984 Andi Azis meninggal
- penumpasan sisa pasukan Andi Azis
21 April 1950 pasukan TNI menguasai Makasar
26 April 1950 Pemerintah mengirimkan pasukan ekspedisi dan terjadi pertempuran di
bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang
8 Agustus 1950 terjadi kesepakatan antara KNIL dan TNI
3. Tujuan:
- mempertahankan NIT. Dalam aksinya,
Andi Azis tidak bergerak sendiri, tetapi dibantu juga oleh Sultan Hamid II (dalang
pemberontakan APRA) dan Belanda.
- Andi Aziz ingin mendapatkan posisi dan kekuasaan dalam negara Federasi bersama
Soumokil dan Sukowati sebagai Presiden.
G30SPKI
Terjadi pada tanggal 30 september 1965 dan menyebabkan kematian 6 jendral dan 1 perwira
Nama ketujuh korban :
⮚ jendral (anumerta) ahmad yani
⮚ letjen (anumerta) r. soeprapto
⮚ letjen (anumerta) m.t. haryono
⮚ letjen (anumerta) s. parman
⮚ mayjend (anumerta) d.i panjaitan
⮚ mayjend (anumerta) sutoyo siswomiharjo
⮚ kapten (anumerta) pierre tendean
Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTOK (Gerakan Satu Oktober), sementara
Presiden Soeharto menyebutnya dengan istilah GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh), dan pada Orde
Baru, Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S/PKI (Gerakan 30 September PKI).

LATAR BELAKANG
Secara umum, G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme
(NASAKOM) yang berlangsung sejak era Demokrasi Terpimpin diterapkan, yakni tahun 1959-1965 di
bawah kekuasaan Presiden Soekarno.

Beberapa hal lain yang menyebabkan mencuatkan gerakan yang menewaskan para Jenderal ini adalah
ketidakharmonisan hubungan anggota TNI dan juga PKI. Pertentangan pun muncul di antara keduanya.
Selain itu, desas desus kesehatan Presiden Soekarno juga turut melatarbelakangi pemberontakan G30S
PKI.

TUJUAN
Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikannya sebagai negara
komunis.
Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan pemerintahan.
Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam membentuk sistem pemerintahan
yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan komunisme
internasional.

Kronologi G30S PKI


Tindakan dan penyebarluasan ideologi komunis yang dilakukan oleh PKI menimbulkan kecurigaan dari
kelompok anti-komunis. Tindakan tersebut juga mempertinggi persaingan antara elit politik nasional.

Kecurigaan semakin mencuat dan memunculkan desas-desus di masyarakat, terlebih menyangkut


kesehatan Presiden Soekarno dan Dewan Jenderal Angkatan Darat.
Di tengah kecurigaan tersebut, Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Kawal Resimen
Cakrabirawa, yakni pasukan khusus pengawal Presiden, memimpin sekelompok pasukan dalam
melakukan aksi bersenjata di Jakarta.

Pasukan tersebut bergerak meninggalkan daerah Lubang Buaya. Peristiwa ini terjadi pada tengah malam,
pergantian hari Kamis, 30 September 1956 menuju hari Jumat, 1 Oktober 1965.

Kudeta yang sebelumnya dinamakan Operasi Takari diubah menjadi gerakan 30 September. Mereka
menculik dan membunuh para perwira tinggi Angkatan Darat. Aksi tentara tersebut pada tanggal 30
September berhasil menculik enam orang perwira tinggi Angkatan Darat.

Enam Jenderal yang gugur dalam peristiwa G30S PKI antara lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad
Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal
Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.

Di samping itu, gugur pula ajudan Menhankam/Kasab Jenderal Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas
Tendean dan pengawal Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena, Brigadir Polisi Satsuit Tubun.

Salah satu Jenderal yang berhasil selamat dari serangan PKI adalah AH Nasution. Namun, putrinya yang
bernama Ade Irma Suryani Nasution tidak bisa diselamatkan. Sementara itu, G30S PKI di Yogyakarta
yang dipimpin oleh Mayor Mulyono menyebabkan gugurnya TNI Angkatan Darat, Kolonel Katamso dan
Letnan Kolonel Sugiyono.

Kolonel Katamso merupakan Komandan Korem 072/Yogyakarta. Sedangkan Letnan Kolonel Sugiyono
merupakan Kepala Staf Korem. Keduanya diculik dan gugur di Desa Kentungan, sebelah utara
Yogyakarta.

Pembentukan Negara Soviet


Republik Soviet Indonesia dideklarasikan oleh Musso dari PKI dan Amir Syarifuddin dari FDR pada 18
September 1948 berakhir tanggal 30-31 Oktober 1948. Musso diangkat sebagai presiden dan Amir
Syarifuddin sebagai perdana menteri.
Pasukan yang dimpin Sumarsono, Dahlan dan Djokosujono bergerak menguasai seluruh kota Madiun.
Kelompok pemberontak kemudian mengibarkan bendera merah di depan Balai Kota dan menjadikan
Madiun sebagai titik untuk menguasai Indonesia. Mereka memproklamirkan berdirinya negara Republik
Soviet Indonesia.
Presiden Soekarno menerapkan GOM I (Gerakan Operasi Militer) dimana Panglima Soedirman memberi
perintah pada Kolonel Gatot Subroto (Panglima Divisi II Jateng bagian timur), Kolonel Sungkono
(Panglima Divisi I Jatim) agar mengerahkan kekuatan TNI serta polisi dalam menumpas PKI Madiun.

Tujuan dari pembentukan Republik Soviet Indonesia ini adalah mengganti ideologi Indonesia yang
semula Pancasila menjadi ideologi komunisme.
APRA (Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil)
1. Latar Belakang:
- Hasil KMB: Kerajaan Belanda menarik KL dari Indonesia, pasukan KNIL menyatu
dengan TNI
- Westerling dengan misi menyatukan anggota tentara belanda(KNIL) terutama yang tidak
setuju dengan adanya pembentukan APRIS
- Kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap ramalan Jaya Baya (Kapten Raymond
Westerling) dan muncul gerakan APRA
- Belanda melalui Westerling berupaya mempertahankan negara pasundan dan
menginginkan negara Indonesia tetap berbentuk negara Federasi sebab dianggap
mengancam
- Belanda ingin melindungi aset-asetnya yang ada di negeri Pasundan. Sebab
penggabungan RIS akan berakibat kehilangan aset
2. Kronologi:
- Belanda menginginkan tetap berdirinya Negara Pasundan dan menuntut APRA dijadikan
tentara dari Negara Pasundan. Sebagian besar anggota APRA adalah anggota KNIL dan
KL
- Pada tanggal 5 Januari Westerling mengirimkan surat ultimatum kepada RIS yang berisi
tuntutan agar RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Pasundan. Bahkan
pemerintah RIS juga diminta untuk mengakui APRA sebagai tentara Pasundan.
Surat ultimatum ini tidak hanya meresahkan RIS saja, tetapi juga beberapa pihak
Belanda. Guna mencegah tindakan Westerling, Moh. Hatta mengeluarkan perintah untuk
melakukan penangkapan terhadap Westerling. Jenderal Vreeden pun bersama Menteri
Pertahanan Belanda yang merasa resah dengan ultimatum ini kemudian menyusun
rencana untuk mengevakuasi pasukan RST tersebut.
- Wsterling sudah mendengar kabar lebih dulu dan pada tanggal 23 Januari 1950 APRA
dan RST (pasukan khusus KNIL) dipimpin Westerling melakukan gerakan dengan
menyerbu Bandung dan membuat kekacauan (menguasai markas Divisi Siliwangi, di
jakarta dibantu oleh sultan hamid II bertujuan merebut gedung pemerintahan, membunuh
menteri kabinet)
Karena pasukan KNIL dan DI/TII tidak muncul dan membantu serangan dijakarta gagal.
dan kudeta gagal
3. Penumpasan
- Upaya pertama dilakukan melalui perundingan antara Perdana menteri RIS dan
Komisyaris tinggi belanda. Dari pihak belanda mendesak APRA untuk menghentikan
gerakan itu, namun APRA sendiri tidak mau dan menyebarluaskan serangan ke Jakarta
- Dilakukan Oprasi Militer oleh APRIS dan dapat mengusir APRA dari bandung.
Dilakukan oprasi militer di jakarta dan Sultan Hamid II di tangkap pada tanggal 4 April
1950, namun Westerling berhasil melarikan diri dengan pesawat Catalina
- APRA tidak aktif Februari 1950

You might also like