You are on page 1of 26

LAPORAN KASUS BY NY O DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

NEONATAL RESIKO TINGGI

DISUSUN OLEH
MUTIA PRIMA DEVI
NIM: G3A022180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2023
KONSEP DASAR
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin di dalam
darah yang berlebihan, ditandai dengan adanya jaundice atau ikterus,
perubahan warna kekuningan pada kulit, sklera dan kuku.
2. Etiologi
Etiologi pada bayi dengan hiperbilirubinemia diantaranya:
a. Produksi bilirubin berlebihan, yang dapat terjadi karena; polycethemia,
issoimun, hemolytic disease, kelainan struktur dan enzim sel darah
merah, keracunan obat (hemolisis kimia: salisilat, kortikosteroid,
klorampenikol), hemolisis ekstravaskuler, cephalhematoma,
ecchymosis.
b. Gangguan fungsi hati; obstruksi empedu/atresia biliari, infeksi, masalah
metabolik; hypothyroidisme, jaundice ASI.
c. Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam hepatosit.
d. Gagalnya proses konjugasi dalam mikrosom hepar.
e. Gangguan dalam ekskresi.
f. Peningkatan reabsorpsi pada saluran cerna (siklus enterohepatik).
3. Klasifikasi/ macam/ jenis
Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:
a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sebagai berikut:
1) Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
2) Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-
kadang Bakteri)
3) Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD
b. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.
1) Biasanya Ikterus fisiologis, timbul pada hari ke 2 atau ke 3, tampak
jelas pada hari ke 5-6 dan menghilang pada hari ke 10.
2) Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa
3) Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12
mg %, pada BBLR 10 mg %, dan akan hilang pada hari ke 14.
4) Penyebab ikterus fisiologis diantaranya karena kekurangan protein
Y dan Z, enzim Glukoronyl transferase yang belum cukup
jumlahnya.
5) Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau
golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat
misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
6) Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih
mungkin.
7) Polisetimia.
8) Hemolisis perdarahan tertutup (pendarahan subaponeurosis,
pendarahan Hepar, sub kapsula dll).
c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu
pertama
1) Sepsis.
2) Dehidrasi dan Asidosis.
3) Defisiensi Enzim G6PD.
4) Pengaruh obat-obat.
5) Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.
d. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:
1) Karena ikterus obstruktif
2) Hipotiroidisme
3) Breast milk Jaundice
4) Infeksi
5) Hepatitis Neonatal
6) Galaktosemia.
4. Patofisiologi
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain
yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20
mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan
mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan
Lahir Rendah, Hipoksia, dan Hipoglikemia.
5. Pathways

6. Komplikasi
a. Ikterik ASI.
b. Kernik ikterus (bilirubin ensefalitis).
Menghilangkan bilirubin yang terkontaminasi, menggantikan faktor
koagulasi pada kernik ikterus, menghilangkan antibodi (Rh, ABO), dan
hemolisis yang menghasilkan sel darah merah, serta tersensititasi dari
sel darah merah dilakukan dengan cara berikut ini.
a. Menghilangkan bahan yang kurang dalam proses metabolisme
bilirubin (misalnya menambahkan glukosa pada keadaan
hipoglikemia) atau menambahkan bahan untuk memperbaiki
transportasi bilirubin (misalnya albumin). Penambahan albumin
dilakukan walaupun tidak terdapat hipoalbuminemia, tetapi perlu
diingat adanya zat-zat yang merupakan kompetitor albumin yang
juga dapat mengikat bilirubin (misalnya sulfonamid atau obat-
obatan lainnya).
Penambahan albumin juga dapat mempermudah proses ekstrasi
bilirubin jaringan ke dalam plasma. Hal ini mengakibatkan kadar
bilirubin plasma meningkat, ini tidak berbahaya karena bilirubin
tersebut berada dalam ikatan dengan albumin. Albumin diberikan
dalam dosis yang tidak melebihi 1 gram/kgBB sebelum maupun
sesudah tindakan transfusi untuk mengganti darah.
b. Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan
oral dini.
c. Fototerapi
Ikterus klinis dan hiperbilirubinemia indirek berkurang pada
perpanjangan cahaya yang berintensitas tinggi pada spektrum yang
dapat dilihat. Bilirubin menyerap cahaya secara maksimal pada
kisaran biru (dari 420-470 mm). Cahaya putih yang berspektrum
luasan berwarna biru (super). Spektrum sempit khusus dan hijau
efektif menurunkan kadar bilirubin dapat memengaruhi foto reaksi
bilirubin yang terikat oleh albumin. Bilirubin dalam kulit menyerap
energi cahaya yang dengan foto isomerisasi mengubah bilirubin (-42
sampai dengan -15) tak terkonjugasi alamiah yang bersifat toksik
menjadi isometer konfigurasi terkonjugasi, yaitu bilirubin (-42
sampai -15e). Foto terapi mengubah bilirubin alamiah melalui suatu
reaksi yang menetap pada ismer bilirubin struktural yang diekskresi
oleh ginjal pada keadaan yang tidak terkonjugasi.
Indikasi tranfusi untuk mengganti darah bayi dapat dilakukan pada
keadaan berikut ini :
1) Hidrops.
2) Adanya riwayat penyakit berat.
3) Adanya riwayat sensitisasi.
Tujuan dilakukannya transfusi adalah sebagai berikut :
1) Mengoreksi anemia.
2) Menghentikan hemolisis.
3) Mencegah peningkatan bilirubin.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Coomb pada tali pusat bayi baru lahir. Hasil positif tes Coomb
indirek menandakan adanya antibodi Rh-positif, anti-A, atau anti-B
dalam darah ibu. Hasil positif dari tes Coomb direk menandakan adanya
sentisasi (Rh-positif, anti-A, anti-B) sel darah merah dari neonatus.
b. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-
1,5 mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek
(tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24
jam, atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15
mg/dl pada bayi praterm (tergantung pada berat badan).
d. Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunan
kapasitas ikatan, terutama pada bayi praterm.
e. Hitung darah lengkap: Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari
14 g/dl) karena hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih
besar dari 65 %) pada polisitemia, penurunan (kurang dari 45 %)
dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
f. Glukosa : kadar Dextrostix mungkin kurang dari 45 % glukosa darah
lengkap kurang dari 30 mg/dl, atau tes glukosa serum kurang dari 40
mg/dl bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan
simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
g. Daya ikat karbon dioksida. Penurunan kadar menunjukkan hemolisis.
h. Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi bayi yang memerlukan
penentuan bilirubin seru.
i. Jumlah retikulosit : peningkatan retikulosit menandakan peningkatan
produksi SDM dalam respons terhadap hemolisis yang berkenaan
dengan penyakit Rh.
j. Smear darah perifer : dapat menunjukkan SDM abnormal atau imatur,
eritroblastosis pada penyakit Rh, atau sferositis pada inkompabilitas ABO.
k. Tes Betke-Kleihauer: evaluasi smear darah maternal terhadap eritrosit
janin.
8. Penatalaksanaan
a. Mempercepat proses konjugasi, misalnya dengan pemberian fenobarbital.
Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektif dan membutuhkan waktu
48 jam baru terjadi penurunan bilirubin yangberarti. Mungkin lebih
bermanfaat bila diberikan pada ibu kira-kira 2 hari sebelum melahirkan.
b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi.
Contohnya : pemberian albumin untuk mengikat bilirubin yang bebas.
Albumin dapat diganti dengan plasma dosis 15 – 20 ml/kgbb. Pemebrian
glukosa perlu untuk kojugasi hepar sebagai sumber energi.
c. Melakukan dekompensasi bilirubin dengan fototerapi
Terapi sinar diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10 mg
%. Terapisinar menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa
tetrapirol yang sulitlarut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah
larut dalam air dan dikeluarkan melalui urin, tinja, sehingga kadr bilirubin
menurun. Selain itu pada terapi sinar ditemukan pula peninggian
konsentrasi bilirubin indirek dalam cairan empedu duodenum dan
menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu kedalam usus
sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan keluar bersama
feses.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN NEONATUS
Tanggal pengkajian : 05/06/2023
A. BIODATA
Identitas bayi
Nama : By Ny O
Tanggal lahir/usia : 03/06/2023
Jenis kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 03/06/2023
No. Register : 127770508
Diagnosa medis : Neunatal Jaundice Eurus Protein
Penanggung jawab
Nama : Ny. O
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama:
Kesadaran composmentis, bayi lahir usia kehamilan 36 minggu, pasien
nampak lemah, kurang aktif dan dyspnea, nafas spontan, terpasang O2
nasal kanul 0.8 lpm, pernafasan cuping hidung, retaksi dada minimal, perut
bayi teraba kembung, terpasang OGT no 8, terpasang infus umbilikal
D10% jalan 5m/jam, HR: 148 x/m RR: 38 x/m, Suhu: 36.8 0C, SpO2: 95%,
BB:1335 gram.
2. Riwayat penyakit sekarang:
a. Riwayat kehamilan ibu
G1P0A0
b. Riwayat post natal
Ketuban pecah sebelum persalinan, jumlah cukup warna keruh, bau
khas, bayi lahir secara sc, di fekal distress, bayi lahir tidak langsung
menangis, plasenta lahir secara spontan, ketiledon lengkap, KU:
kemerahan, HR: 144 x/m, RR: 45x/m, Suhu: 36.90C, SpO2: 95%.
3. Riwayat kesehatan keluarga:
Keluarga mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular
C. PENGKAJIAN FOKUS NEONATUS
Appearance : BBLR
Berat lahir : 1460 gram
Berat saat ini : 1335 gram
Panjang badan : 41 cm
Lingkar kepala : 27 cm
Lingkar dada : 28 cm
Lingkar lengan : 6 cm

INTEGUMEN
Warna kulit : sawo mateng Vernix : tidak ada
Tekstur kulit : lembut Rash : tidak ada
Hidrasi : tidak Tanda lahir : tidak ada
Lanugo : ada Mottling : tidak ada
Deskuamasi : ada Mongolian : tidak ada
spot

KEPALA DAN LEHER


Molding : tidak (oprasi caesar)
Caput succedaneum : tidak ada
Cephalhematoma : tidak ada
Hematoma : tidak ada
Fontanel : ada (normal)
Sutura : ada (normal)
Rambut (jumlah & tekstur) : lebut dan halus (warna hitam)
Temuan lain : tidak ada
MATA
Kesimetrisan : simetris
Pergerakan bola mata : normal
Discharge : tidak ada
Kelopak mata : normal
Warna iris : coklat gelap
Pupil : an anemis
Sklera : an iterik
Temuan lain : tidak ada

TELINGA
Posisi : simertis
Bentuk : normal
Pendengaran : baik
Temuan lain : tidak ada

HIDUNG
Kesimetrisan : simetris
Kepatenan : baik
Nafas cuping hidung : ada
Temuan lain : tidak ada

MULUT
Letak : normal
Refleks menghisap : ada
Lidah : normal
Palatum : normal
Temuan lain : tidak ada
LEHER
Mobilitas : normal
Kesimetrisan : simetris
Pembesaran vena : tidak ada
Temuan lain : tidak ada

DADA
Kesimetrisan : simetris kanan kiri
Klavikula – tulang iga : normal
Puting susu : normal
Pergerakan dinding dada : ada
Retraksi dada : ada (minimal)
Heart rate : 148 x/m
Irama jantung : reguler
Murmur : tidak ada
Bunyi nafas : normal (vesikuler)
Ronchi – Rales : tidak ada
Temuan lain : tidak ada

ABDOMEN
Kesimetrisan : simetris
Hernia : tidak ada
Tali pusat : ada (normal)
Temuan lain : tidak ada

GENETALIA
Penampilan umum : normal
Wanita – labia : normal
Clitoris : normal
Urethral opening : normal
Eliminasi urine : normal
Eliminasi BAB : normal
Kepatenan anus : normal
Temuan lain : tidak ada
EKSTREMITAS (KAKI)
Kesimetrisan : simetris
Pergerakan tumit ke telinga : normal
Tonus otot : normal
Panjang kaki : 15 cm
Lipatan gluteal : normal
Abduksi pinggul/pangkal : normal
Paha
Plantar refleks : ada (normal)
Stapping refleks : ada (normal)
Temuan lain : tidak ada
EKSTREMITAS (LENGAN/TANGAN)
Kesimetrisan : simetris
Tonus otot : normal
Panjang lengan : 15 cm
Palmar refleks : ada (normal)
Temuan lain : tidak ada
FUNGSI NEUROLOGIS
Rooting dan sucking : ada (normal)
Palmar graps : ada (normal)
Plantar graps : ada (normal)
Tonic neck reflex : ada (normal)
Moro reflex : ada (normal)
Stepping reflex : ada (normal)
Babinski reflex : ada (normal)
Temuan lain : tidak ada

NEONATAL INFANT PAIN SCALE (NIPS)


NO. KATEGORI SKOR
1 Ekspresi wajah
. - Otot wajah rileks, ekspresi netral 0
- Otot wajah tegang, alis berkerut, rahang dan dagu 1
mengunci
2 Tangisan
- Tenang, tidak menangis 0
- Mengerang, sebentar sebentar menangis 1
- Terus-menerus menangis, menangis kencang, 2
melengking Note : menangis dalam dapat dimasukkan
dalam skor ini, jika bayi
terintubasi dengan dasar penilaian pergerakan mulut dan
wajah
3 Pola nafas
- Rileks, nafas regular 0
- Pola nafas berubah : tidak teratur, lebih cepat dari 1
biasanya, tersedak, menahan nafas
4 Tangan
- Rileks, otot tangan tidak kaku 0
- Fleksi/kaku 1
5 Kaki
- Rileks, otot tangan tidak kaku 0
- Fleksi/kaku 1
6 Kesadaran
- Tidur pulas, tenang 0
- Rewel, gelisah, tidak nyaman/tidak tenang 1
Total Skor 0
Interpretasi : skor >3 mengindikasikan bahwa bayi mengalami nyeri
E. DATA PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan penunjang
Hasil laboratorium
03/06/2023 06/06/2023

Hemoglobin : 13.6 Golongan Darah: O+


Hematokrit : 44.5 Bilirubin: 8.1
Eritrosit : 3.41
Leukosit : 9.4
Trombosit: 141
Calsium : 2.67

2. Perhitungan kebutuhan nutrisi dan cairan


Tanggal 05/06/2023
Intake : 116.7
Output : 141.4
Tanggal 06/06/2023
Intake : 209.4
Output : 204

Tanggal 07/06/2023
Intake : 257.4
Output : 306.9
3. Diit yang diperoleh
Tanggal 05/06/2023
Susu: 6 ml/ 9 jam
Tanggal 06/06/2023
Susu: 18 ml/ 9 jam
Tanggal 07/06/2023
Susu: 35 ml/ 9 jam
4. Therapy
- Cefotaxime 75 mg/12 jam
- D10/Na10 K5 Ca3 + Glicopos 2 ml /jam
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF(S) & MASALAH (P) ETIOLOGI (E)
OBYEKTIF (O)
DS : Ikterik neonatus Kesulitan transisi ke
- Belum bisa dikaji kehidupan ekstra uterin
DO :
- Pasien tampak ikterik
- Hasil jaundice meter 12,2
DS : Pola nafas tidak efektif Imaturitas neurologis
- Belum bisa dikaji
DO:
- Pasien nampak lemah dan
kurang aktif
- Dyspnea
- Retaksi dada minimal
- Pernafasan cuping hidung
- Terpasang O2 nasal kanul
0.8 lpm
DS: Resiko defisit nutrisi Ketidakmampuan
- Belum bisa dikaji mencerna makanan
DO
- Bayi lahir usia 36 minggu
- Pasien nampak lemah dan
kurang aktif
- Terpasang OGT no 8
- Terpasang infus umbilikal
D10% jalan 5m/jam
- Perut bayi teraba kembung
- BB : 1335 gram

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ikterik neonatus bd kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin
2. Pola nafas tidak efektif bd imaturitas neurologis
3. Resiko defisit nutrisi bd ketidakmampuan mencerna makanan
PERENCANAAN
NO. TUJUAN & TANDA
RENCANA INTERVENSI
Dx KRITERIA HASIL TANGAN
1. Setelah dilakukan Tindakan
asuhan keperawatan - Fototerapi selama 12 jam
selama 12 jam Observasi
diharapkan ikterik - Monitor ikterik pada
membaik dengan sklera dan kulit bayi
kreteria hasil: - Monitor efek samping
1. Elastisitas kulit fototerapi (mis. hipertermi,
meningkat diare, rush pada kulit,
2. Hidrasi meningkat penurunan berat badan lebih
3. Perfiusi jaringan dari 8-10%)
meningkat
4. Kerusakan
jaringan menurun
5. Kerusakan
lapisan kulit
menurun

2. Setelah dilakukan Tindakan


asuhan keperawatan Observasi
3x24 jam diharapkan - Monitor frekuensi
pola nafas membaik - Monitor pola nafas (bradikardi,
dengan kreteria hasil: takipenea, hiperventilasi)
- Penggunaan otot - Monitor adanya produksi
bantu nafas sputum
menurun - Palpasi kesemetrisan ekspansi
- Dyspnea menurun paru
- Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Monitor saturasi oksigen
3. Setelah dilakukan Tindakan
asuhan keperawatan Observasi
3x24 jam diharapkan - Identifikasi kebutuhan kalori
status nutrisi membaik - Identifikasi perlunya
dengan kreteria hasil: penggunaan selang nasogastrik
- Berat badan - Monitor berat badan
membaik
CATATAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)

NO. WAKTU TINDAKAN TANDA


RESPON PASIEN
DX (HARI/TGL) KEPERAWATAN TANGAN
1. Senin - Fototerapi S:-
05/05/2023 O : Tidak ada
Jam 12.00 respon negative
selama fototerapi
- Monitor frekuensi S:-
nafas O : RR: 40 x/m
- Monitor pola S:-
nafas (bradikardi, O : normal
takipenea,
hiperventilasi)
- Monitor adanya S:-
produksi sputum O : tidak ada
sputum
- Palpasi S:-
kesemetrisan O :ekspansi paru
ekspansi paru simetris
- Monitor adanya S:-
sumbatan jalan O : tidak ada
nafas sumbatan jalan
nafas
- Identifikasi S: -
kebutuhan kalori O: 18 ml/ 9 jam
- Identifikasi S: -
perlunya O: tampak
penggunaan terpasang OGT
selang nasogastrik ukuran 5 ml
- Monitor berat S: -
badan O: BB: 1335 gram
2. Selasa - Monitor frekuensi S:-
06/06/2023 nafas O : RR: 40 x/m
Jam 12.00 - Monitor pola S:-
nafas (bradikardi, O : normal
takipenea,
hiperventilasi)
- Monitor adanya S:-
produksi sputum O : tidak ada
sputum
- Palpasi S:-
kesemetrisan O :ekspansi paru
ekspansi paru simetris
- Monitor adanya S:-
sumbatan jalan O : tidak ada
nafas sumbatan jalan
nafas
- Monitor saturasi S:-
oksigen O : SpO2 : 99%
- Identifikasi S: -
kebutuhan kalori O: 18 ml/ 9 jam
- Identifikasi S: -
perlunya O: tampak
penggunaan terpasang OGT
selang nasogastrik ukuran 5 ml
- Monitor berat S: -
badan O: BB: 1410 gram
3Rabu - Monitor frekuensi S:-
307/06/2023 nafas O : 44 x/m
Jam 18.00 - Monitor pola S:-
nafas (bradikardi, O : normal
takipenea,
hiperventilasi)
- Monitor adanya S:-
produksi sputum O : tidak ada
sputum
- Monitor adanya S:-
sumbatan jalan O : tidak ada
nafas sumbatan jalan
nafas
- Monitor saturasi S:-
oksigen O : SpO2 : 98%
- Identifikasi S: -
kebutuhan kalori O: 35 ml/ 9 jam
- Monitor berat S: -
badan O: BB: 1465 gram

CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)

NO.D WAKTU TANDA


RESPON PERKEMBANGAN (SOAP)
X (TGL/JAM) TANGAN
1. Senin, S: belum bisa dikaji
05/06/2023 O: pasien tampak ikterik, hasil jaundice meter
Jam 12.00 12,2
A: ikterik neonatus
P: intervensi dilanjutkan
2. Senin, S: belum bisa dikaji
05/06/2023 O: RR 42 x/m, tidak ada sputum, tidak ada
Jam 12.00 sumbatan jalan nafas, ekspansi paru
simetris, SpO2: 98%
A: pola nafas tidak efektif
P: intervensi dilanjutkan
3. Senin, S: belum bisa dikaji
05/06/2023 O: kebutuhan nutrisi 18 ml/9 jam, terpasang
Jam 12.00 OGT nomor 5, BB 1335 gram
A: resiko devisit nutrisi
P: intervensi dilanjutkan
4. Selasa S: belum bisa dikaji
06/06/2023 O: hasil lab bilirubin total 81 mg/dL, bilirubin
Jam 12.00 direk 0,9 mg/dL, bilirubin indirek 7,20 mg/dL
A: ikterik neonatus
P: intervensi di
5. Selasa S: belum bisa dikaji
06/06/2023 O: RR 44 x/m, tidak ada sputum, tidak ada
Jam 12.00 sumbatan jalan nafas, ekspansi paru
simetris, SpO2: 99%
A: pola nafas tidak efektif
P: intervensi dilanjutkan
6. Selasa S: belum bisa dikaji
06/06/2023 O: kebutuhan nutrisi 18 ml/9 jam, terpasang
Jam 12.00 OGT nomor 5, BB 1410 gram
A: resiko devisit nutrisi
P: intervensi dilanjutkan
3. Rabu S: belum bisa dikaji
07/06/2023 O: RR 40 x/m, tidak ada sputum, tidak ada
Jam 18.00 sumbatan jalan nafas, SpO2: 98%
A: pola nafas tidak efektif
P: intervensi dilanjutkan
2. Rabu S: belum bisa dikaji
07/06/2023 O: kebutuhan nutrisi 35 ml/9 jam, BB 1465
Jam 18.00 gram
A: resiko devisit nutrisi
P: intervensi dilanjutkan

You might also like