You are on page 1of 8

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH HUTAN MANGROVE TERHADAP EKOSISTEM


WILAYAH SETEMPAT DI DESA TONGKE-TONGKE, KECAMATAN SINJAI
TIMUR KABUPATEN SINJAI

SURIA NINGSIH
STK220020

ILMU KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS MARITIM
BALIK DIWA
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia yaitu salah satu Negara yang merupakan dalam


bentuk Negara kepulauan. Selain itu, Indoensia juga memiliki
sumberdaya laud an pesisir yang melimpah di seluruh wilayah
sekitaran garis panati Indonesia, baik itu hayati maupun yang non
hayati. Salah satu sumberdaya laut dan peisisir yang terdapat di
Indonesia yang hamper di setiap wilayah pesisir dan garis pantai
Indonesia adalah ekosistem hutan mangrove. Mangrove merupakan
formasi-formasi tumbuhan pantai yang sangat khas di sepanjang
pantai tropis dan sub tropis. Hutan mangrove juga merupakan salah
satu khas ekosistem yang unik dan merupakan sumberdaya alami
potensial, karena memiliki tiga fungsi pokok, yaitu ekologis; sebagai
daerah asuhan (nursery ground), pemijahan (spawning ground), dan
mencari makan (feeding ground) beberapa organisme (Daharu, 2001;
Budi et al, 2018; Budi et al. 2016).

Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem


darat dan laut. Pesisir adalah wilayah yang kaya akan potensi alam
yang sejak lama sudah dimanfaatkan oleh manusia. Wilayah pesisir
Indonesia itu sendiri memiliki sumber daya alam yang sangat kaya dan
juga beragam. Kawasan pesisir ini dimanfaatkan untuk pemukima,
transportasi, industry, pembangunan agribisnis, rekreasi dan juga
pariwisata. Pemanfaatan sumberdaya pesisir ini tentunya akan
berpengaruh terhadap keadaan ekosistem pesisir, salah satunya yaitu
ekosistem yang berada di bagian pesisir adalah ekosistem mangrove.
Hutan mangrove adalah sumberdaya alam daerah tropis yang
mempunyai manfaat sangat besar baik secara ekologi maupun
ekonomi. Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki
hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove di dunia mencapai
luas sekitar ± 16.530.000 hektar, yang tersebar di Asia 7.441.000
hektar, Afrika 3.258.000 hektar dan Amerika 5.831.000 hektar (FAO,
1994), sedangkan di Indonesia dilaporkan seluas 3.735.250 hektar
(Ditjen INTAG, 1993). Demikian, luas hutan mangrove Indonesia
hampir 50% dari luas mangrove Asia dan hampir 25% dari luas hutan
mangrove dunia (Onrizal, 2010).

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang terdiri dari


komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh berbagai jenis
pohon mangrove yang bisa tumbuh dan juga berkembang pada
kisaran surut pantai berlumpur (Bengen 2000). Ekosistem mangrove
juga merupakan transformasi fisik dari berbagai makhluk hidup dan
non-hayati.

Hutan mangrove sangat menentukan dan dapat menunjang


tingkat perkembangan sosial dan perekonomian bagi masyarakat
sekitar. Dari segi ekonomis hutan mangrove ini merupakan sumber
penghasilan produk hasil hutan yang memiliki nilai ekonomis tingi,
seperti sumber pangan, sebagai bahan pewarna dan penyamak kulit,
sebagai bahan kosmetik, kayu, dan sumber pakan ternak dan lebah.
Selain itu, hutan mangrove juga dapat dijadikan tempat tinggal
berbagai jenis ikan dan udang serta hewan-hewan lainnya. Sehingga
hal itu diharapkan dapat mendukung peningkatan perekonomian
masyarakat yang berada di aera sekitar mangrove. Pada beberapa
tipe ekologi wilayah pantai, hutan mangrove ini sangat berperan untuk
dijadikan perlindungan wilayah dari abrasi pantai, pencegah intrusi air
laut, serta sebagai penyangga terhadap sedimentasi dari daratan ke
lautan.

Hutan mangrove dapat berkembang dan dapat bertahan dalam


2 kondisi yang berbeda yaitu saat kondisi pasang dengan jumlah air
laut yang meningkat dan kondisi surut deng kondisi air lautyang
menurun. Tumbuhan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks
terdiri dari flora dan fauna di daerah pantai, dan juga dapat hidup
sekaligus di habitat daratan maupun air antara batas air pasang dan
surut. Ekosistem mangrove selain berperan dalam melindungi garis
pantai dan erosi, juga dapat berperan sebagai buffer (perisai alam)
dan menstabilkan tanah dengan cara memeragkap dan juga
menangkap endapan material dari darat yang terbawa air sungai dan
yang kemudian terbawa ke tengah laut oleh arus.

Ekosistem mangrove ini juga memberikan berbagai manfaat


bagi masyarakat setempat, seperti bahan bangunan dan juga hasil
tangkapan ikan yang menjadikan sebagai sumber penghasilan.
Namun, pengelolaan ekosistem mangrove yang tidak berkelnajutan
dapat juga berdampak negative bagi lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat setempat. Ada beberapa kegiatan yang bisa saja
menyebabkan pengelolaan ekosistem mangrove tidak berkelanjutan
diantaranya yaitu seperti pengambilan kayu mangrove secara
berlebihan, penambangan pasir di sekitar mangrove, dan yang
merusak lingkungan juga bisa diakibatkan dari penggunaan bahan
kimia yang berlebihan. Kegiatan illegal seperti penangkapan ikan yang
tidak sesuai dengan aturan yang berlaku juga dapat mengcancam
keberlangsungan sumberdaya ikan yang berada di wilayah tersebut.
Adanya dilakukan pengelolaan ekosistem mangrove yang
berkelanjutan agar dapat menjaga kebelanjutan, agar dapat menjaga
keberlanjutan ekosisten mangrove dan kesejahteraan masyarakat
setempat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini antara lain;

1. Bagaimana kehidupan ekosistem sebelum adanya hutan mangrove


di Desa Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten
Sinjai?
2. Bagaimana perkembangan ekosistem dari awal mula adanya hutan
mangrove hingga saat ini di Desa Tongke-Tongke Kecamatan
Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian dilakukan yaitu;

1. Mengetahui kehidupan ekosistem di desa tongke2 kabupaten sinjai


sebelum adanya hutan mangrove!
2. Mengetahui perkembangan ekosistem di desa tongke2 dari awal
adanya hutan mangrove hingga saat ini!

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan pengembangan
wilayah wilayah pesisir.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penduduk yang
berdomisili di Desa Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur
Kabupaten Sinjai.
3. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam menuliskan metode
penelitian.
4. Sebagai bahan perbandingan bagi penulis lain untuk meneliti
masalah yang sama waktu dan daerah yang berbeda.
BAB III

METODE PENELITAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dengan


menggunakan cara melalui metode quisionering atau wawancara,
pengamatan dan observasi pada masyarakat pesisir di Desa Tongke-Tongke,
Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten SInjai.
DAFTAR PUSTAKA

Ghizella O. Ramena, Cynthia E. V. Wuisang, & Frits O. P. Siregar. (2020).


Pengaruh Aktivitas Masyarakat Terhadap Ekosistem Mangrove Di
Kecamatan Mananggu. (Jurnal Spasial Vol 7. No. 3).

Ikbal, Andi Gustiron Tantu, Suryawati Salam. (2019). “Analisis Kerusakan


Ekosistem Mangrove Terhadap Pendapatan Masyarakat Pesisir di
Desa Tongke-Tongke Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai”
(J.of Aquac. Environment Vol 1 (2) 5-62, Juni 2019).

Obet S.Karubaba, Natalius W.Kandipi, Engel D. Kaui Roy Marthen Rahanra.


(2021). Dampak Pengelolaan Ekosistem Mangrove Terhadap
Persepsi Masyarakat Lokal di Kampung Kainui. (UNES Journal of
Scientech Research Volume 6, Issue.

Safurida, Puti Andiny (Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis. “Dampak


Pengembangan Ekowisata Hutan Magrove terhadap Sosial dan
Ekonomi Masyarakat di Desa Kuala Langsa, Aceh”. Volume 11,
Nomor 1, Januari 2020)

Yesi Anggriani Lonia Berek,Yahyah, Kiik G. Sine. “Pengaruh Aktifitas


Ekonomi Penduduk Terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan
Mangrove Di Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima,
Kota Kupang” (Jurnal Bahari Papadak, Edisi April 2022, Vollume 3
Nomor 1).

You might also like