Professional Documents
Culture Documents
Tugas Keperawatan Bencana
Tugas Keperawatan Bencana
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga tugas makalah “KEPERAWATAN
BENCANA” bisa selesai pada waktunya. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Istilah Surveillance sudah dikenal oleh banyak orang, namun dalam aplikasinya
banyak orang menganggap bahwa surveilans identik dengan pengumpulan data dan
penyelidikan KLB, hal inilah yang menyebabkan aplikasi system surveilans di Indonesia
belum berjalan optimal, padahal system ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah
kesehatan. Istilah Surveillance sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti
mengamati tentang sesuatu, Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang
penyelidikan/intelligent untuk mematamatai orang yang dicurugai, yang dapat
membahayakan. Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. KLB
inimempunyai makna sosial dan politik tersendiri oleh karena peristiwa yang demikian
mendadak, melibatkan banyak orang dan dapat menimbulkan banyak kematian. Batasan
KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan meliputi semua kejadian penyakit,
dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun penyakit non infeksi. Penyakit menular
pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadisetiap saat, terutama di
negara berkembang khususnya Indonesia.
Penyakit menular seperti demam berdarah dengue sudah merebak hampir di setiap
daerah. Penyakit poliomielitis dan flu burung yang ditularkan melalui unggas dan
dinyatakan sebagaikejadian luar biasa juga sempat merenggut jiwa. Tidak ada batasan
mengenai penentuan jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain
karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga
karenakeadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan)
danwaktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan
penyakittersebut sebelumnya dan tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah
yangdapat dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan,
kabupatenatau meluas satu propinsi dan Negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari
cara penularan penyakit tersebut. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga
bervariasi. KLB dapat terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau
beberapa bulan maupun tahun.
2. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Surveilans ?
b. Apa Pengertian Kejadian Luar Biasa (KLB)dan Surveilans Bencana ?
c. Apa pengertian Bencana ?
d. Bagaimana Surveilans Bencana dan Surveilans Kejadian Luar Biasa (KLB)?
3. Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini yaitu :
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Surveilans
b. Untuk mengetahui pengertian kejadian Luar biasa dans Surveilans Bencana
c. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Bencana
d. Untuk memahami Bagaimana Surveilans bencana dan Surveilans Kejadian luar
biasa (KLB)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Surveilans
Surveilans adalah proses pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap
semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu
masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan.
Definisi lain secara lengkap menjelaskan bahwa Surveilans adalah suatu
rangkaian proses yang sistematis dan berkesinambungan dalam pengumpulan, analisa dan
interpretasi data kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan memantau suatu
peristiwa kesehatan.
Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,
mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahanperubahan biologis pada agen,
vektor, dan reservoir.Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada
pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
penyakit (Last, 2001).Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans
kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab
menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan
masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti
kesehatan masyarakat (core science of public health).
Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan
mengelola dengan efektif.Surveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi
kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.Surveilans kesehatan masyarakat
merupakan instrumen penting untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan
respons segera ketika penyakit mulai menyebar.Informasi dari surveilans juga penting
bagi kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh
mana populasi telah terlayani dengan baik.
Dikenal ada beberapa jenis surveilans: (1) Surveilans individu; (2) Surveilans penyakit;
(3) Surveilans sindromik; (4) Surveilans Berbasis Laboratorium; (5) Surveilans terpadu;
(6) Surveilans kesehatan masyarakat global.
1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-
individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,
tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis.Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan.Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi
institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang
sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode
menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa
inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).Isolasi institusional pernah
digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis
karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi
kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa
inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina
parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan
tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.Contoh, anak sekolah
diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa
diperkenankan terus bekerja.Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu
dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.Dewasa ini karantina diterapkan
secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan
filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah
pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat.
2. Suveilans penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terusmenerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,
serta data relevan lainnya.Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah
penyakit, bukan individu.Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit
biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah).Contoh, program
surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem
surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak
terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan
biaya.Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel
antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang
masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan
memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans penyakit
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-
masing penyakit.Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator
kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi
diagnosis.Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit,
seperti pola perilaku, gejalagejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat
ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang
suatu penyakit.Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal,
regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional
terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan
laporan berkala praktik dokter di AS.
Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining
pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit
tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah
kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus
yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang
menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk
memonitor krisis yang tengah berlangsung.Suatu sistem yang mengandalkan
laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau
anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan
sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk
memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
4. Surveilans Berbasis
Laboratorium Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi.Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui
makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk
mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit
dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan
sindroma dari klinik-klinik
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)
sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan
struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Pendekatan
surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus
penyakitpenyakit tertentu. Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1)
Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services); (2)
Menggunakan pendekatan solusi majemuk; (3) Menggunakan pendekatan
fungsional, bukan struktural; (4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans
(yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung
surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi,
manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan
pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans
terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans
yang berbeda
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan
binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara.Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara
berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut.Timbulnya
epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang
terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti,
pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.Ancaman aneka penyakit
menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (reemerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul
(newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS.Agenda
surveilans global yang komprehensif melibatkan actor-aktor baru, termasuk
pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi.
Dari beberapa pengertian dari KLB, Outbreak, dan Epidemi (wabah) dapat
disimpulkan bahwa KLB (outbreal/wabah) adalah terjadinya peningkatan jumlah kasus
penyakit yang menimpa pada kelompok masyarakat tertentu, di daerah tertentu, dan
selama periode waktu tertentu.
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian
dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Penanggulangan KLB yaitu menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah
timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
6. Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka segera dilakukan
tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu: (1) Pengobatan segera pada penderita yang sakit,
(2) Melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, (3) Melakukan penyuluhan mengenai
penyakit kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau
menghindari penyakit tersebut, (4) Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk
memutuskan rantai penularan
7. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd
Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki
oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan
tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena
penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang
kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi
semakin sulit.
8. Kemampuan mengadakan penanggulangan atau tingginya herd immunity untuk
menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:
1. Proporsi penduduk yang kebal,
2. Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan
3. Kebiasaan hidup penduduk.
Pengetahuan tentang penanggulangan KLB herd immunity
bermanfaat untuk mengetahui bahwa menghindarkan terjadniya epidemi
tidak perlu semua penduduk yang rentan tidak dapat dipastikan, tetapi
tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan 90%-95%
penduduk kebal.
Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah
hingga herd immunity meningkat hingga penyebaran penyakit berhenti.
Setelah beberapa waktu jumlah penduduk yang kebal menurun demikian
pula dengan herd immunity-nya dan wabah penyakit tersebut datang
kembali, demikianlah seterusnya
C. Pengertian Bencana
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror. Sedangkan, Kejadian Bencana adalah peristiwa
bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana,
korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda
lebih dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.
Jadi Surveilans bencana sangat penting karena secara garis besar dapat
disimpulkan manfaatnya adala
1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi, kepadatan, kualitas
tempat penampungan.
2. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga dapat diupayakan
pencegahan.
3. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, wanita hamil,
sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.
4. Pendataan pengungsi diwilayah, jumlah, kepadatan, golongan, umur, menurut jenis
kelamin.
5. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi
6. survei Epidemiologi
E. Surveilans Kejadian Luar Biasa (KLB)
Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, dilakukan kajian secara terus menerus
dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi KLB. Berdasarkan kajian
epidemiologi dirumuskan suatu peringatan kewaspadaan dini KLB pada daerah dan
periode waktu tertentu.
1. Bahan kajian
Data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB.
Kerentananan masyarakat, al : status gizi dan imunisasi.
Kerentanan lingkungan.
Kerentanan pelayanan kesehatan.
Ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau
negara lain.
Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidmeiologi
2. Sumber data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB :
• Sumber utama.
• Sumber data lain.
Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap
timbulnya kerentanan masyarakat, kerentanan lingkungan-perilaku, dan
kerentanan pelayanan kesehatan terhadap KLB dengan menerapkan cara-cara
surveilans epidemiologi atau Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)-kondisi
rentan KLB.
a. Identifikasi
timbulnya kondisi rentan KLB dapat mendorong upayaupaya pencegahan
terjadinya KLB dan meningkatkan kewaspadaan berbagai pihak terhadap
KLB.Kegiatannya meliputi :
b. PWS kondisi rentan KLB Setiap sarana pelayanan kesehatan merekam
data perubahan kondisi rentan KLB menurut desa/kelurahan atau lokasi
tertentu, menyusun tabel dan grafik PWS kondisi rentan KLB.
c. Penyelidikan dugaan kondisi rentan KLB Tahapan kegiatan :
• Sarana Yankes secara aktif mengumpulkan informasi kondisi
rentan KLB dari berbagai sumber termasuk laporan perubahan
kondisi rentan, oleh perorangan, kelompok, maupun masyarakat,
• Di sarana Yankes, petugas kesehatan meneliti serta mengkaji
kondisi rentan KLB.
• Petugas kesehatan mewawancarai pihak-pihak terkait yang patut
diduga mengetahui adanya perubahan kondisi rentan KLB
• Mengunjungi daerah yang dicu.rigai terhadap perubahan kondisi
rentan KLB
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Surveilans adalah proses pengamatan secara teratur dan terus menerusterhadap semua
aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu
untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan.
2. KLB adalah meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna sec
epidemiologis pada suatu waktu pada kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang
menjurus pada terjadinya wabah.
3. Definisi Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
4. Surveilans bencana ialah kegiatan surveilans atau pengumpulan data yang terkait dengan
kejadian bencana. Sedangkan Surveilans KLB yaitu identifikasi, investigasi, serta
penanggulangan KLB atau wabah sekaligus mencegah terulang lagi
B. SARAN
Adapun saran dari kami yaitu, Surveilans bencana seharusnya dilakukan secara
berkesinambungan mulai dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Jadi perlu
koordinasi dan kerjasama yang baik antara pihak-pihak terkait agar persiapan
mengahadapi bencana dan intervensi setelah bencana dapat terlaksana dengan baik.
Sedangkan KLB dilakukan untuk menurunkan kejadian kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, agar
penyebarannya tidak meluas.
DAFTAR PUSTAKA