Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
BAYU FITRIA MAHARANI
NIM. P07224422249
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan; Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Pada Ibu Dengan Abortus Inkomplit
Asuhan Kebidanan ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan
dari berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori 4
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan 23
BAB III TINJAUAN KASUS
Data Subyektif 29
Data Obyektif 32
Analisa Data 34
Penatalaksanaan 34
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Data Dasar 36
B. Interpetasi Data Dasar 37
C. Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah 38
D. Menerapkan Tindakan Kebutuhan Segera 38
E. Menyusun Rencana Asuhan 38
F. Pelaksaan Langsung Asuhan 38
G. Evaluasi 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 40
B. Saran 40
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO tahun 2019, Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator keberhasilan dalam kesehatan ibu serta mampu menilai derajat
kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara ASEAN seperti
di Thailand pada tahun 2017 adalah 44/100.000 kelahiran hidup, di Malaysia
39/ 100.000 kelahiran hidup dan Singapura 6/100.000 kelahiran hidup. Di
Indonesia, dalam tujuan pembangunan SDGs (Sustainable Development
Goals), target Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 70 per 100.000 kelahiran
hidup hingga tahun 2030. Pada tahun 2019 kematian ibu di Indonesia
sebanyak 4221 orang dari 4.778.621 kelahiran hidup atau angka kematian ibu
88,33 per 100.000 kelahiran hidup (Alam,dkk 2019).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa angka
kematian ibu yang disebabkan oleh abortus sekitar 15-50%, di Asia
Tenggara setiap tahun sebesar 4,2 juta ibu hamil mengalami Abortus
termasuk Indonesia mengalaminya dimana angka kejadian tersebut
mencapai 750.000 sampai 1,5 juta pertahun (Wulan Citra Sari, 2020). Adapun
penyebab lainnya kematian ibu di Indonesia adalah disebabkan karena
perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium
(8%), persalinan macet (5%), abortus (5%), trauma obstetri (3%) emboli (3%)
dan penyebab lain (11%) (Utami & Putri, 2020).
Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah
pengakhiran kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus inkomplit merupakan salah
satu jenis abortus spontan dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal
didalam uterus (Apriyanti, 2019). Kejadian abortus inkomplit secara umum
pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Abortus inkomplit
menduduki peringkat kedua kejadian terbanyak setelah abortus imminens dan
1
lebih dari 80% abortus inkomplit terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan
(Hartika, 2018).
Penyebab aborsi biasanya tidak diketahui tetapi paling sering dikaitkan
dengan kelainan kromosom janin dan faktor resiko ibu seperti usia, penyakit
penyerta ibu dan infeksi (Redinger & Nguyen, 2022). Komplikasi abortus
yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain karena perdarahan dan
infeksi. Perdarahan yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan anemia,
sehingga dapat memberikan resiko kematian. Infeksi juga dapat terjadi pada
pasien yang mengalami abortus dan dapat menyebabkan sepsis, sehingga
dapat berakibat kematian pada ibu (Utami et al., 2021).
Wanita hamil yang mengalami abortus inkomplit, apabila dilakukan
penanganan yang cepat dan tepat maka komplikasi yang timbul dapat
diminimalkan. Namun apabila abortus tidak ditangani dengan baik maka dapat
menimbulkan kematian ibu. Oleh karena itu, perlunya penanganan yang baik
dan tepat terhadap kejadian abortus dengan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas. Atas dasar inilah penulis tertarik melakukan
asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dengan abortus inkomplit di
RSUD Panglima Sebaya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
dengan Abortus Inkomplit menggunakan pola pikir ilmiah melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut varney dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori abortus pada kehamilan
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan kegawat daruratan
pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit.
2
c. Melaksanakan asuhan kebidanan kegawat daruratan pada ibu hamil
dengan Abortus Inkomplit melalui pendekatan varney yang terdiri
dari :
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif
2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
3) Mengidentifikasi masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana asuhan/intervensi
6) Implementasi
7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.
e. Membahas adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Jenis-jenis Abortus
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah terjadinya perdarahan bercak
yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan
perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup (karena
pada saat pemeriksaan dalam belum ada pembukaan), uterus
4
sesuai usia gestasi, kram perut bawah, nyeri memilin karena
kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, tidak ditemukan
kelainan pada serviks (Rangkuti et al., 2019).
b. Abortus Insipiens
Abortus jenis ini merupakan proses abortus yang sedang
berlangsung. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah
terjadi kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak
dapat dipertahankan lagi (Mochtar, 2013).
c. Abortus Inkomplit (Abortus Bersisa)
Abortus tidak lengkap (abortus inkompletes) ditandai
dengan dikeluarkannya sebagaian hasil konsepsi dari uterus,
sehingga sisanya memberikan gejala klinis. Menurut Mochtar
(2013) hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan,
yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.Sebagian jaringan
hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi dengan
jumlah yang banyak maupun sedikit bergantung pada jaringan
yang tersisa, yang menyebabkan sebagian tempat pelekatan
plasenta masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus
(Riningsih, 2020).
d. Abortus Komplit (Abortus Lengkap)
Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi
sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan
sedikit, ostium uteri sebagian besar telah menutup, dan uterus
sudah banyak mengecil. Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan
pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks menutup, dan
tidak ada sisa konsepsi dalam uterus (R. D. P. Sari & Prabowo,
2018).
5
e. Missed Abortion
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim
selama ≥8 minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang
menetap bahkan mengecil, biasanya tidak diikuti tanda–tanda
abortus seperti perdarahan, pembukaan serviks, dan kontraksi
(R. D. P. Sari & Prabowo, 2018). Penderita missed abortion
biasanya tidak merasakan keluhan kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan
(Mochtar, 2013).
f. Abortus Septik
Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran
infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikimia
atau peritonitis). Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi
tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila
dilakukan kurang memperhatikan tingkat kesterilan (Mochtar,
2013).
g. Abortus Habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih
secara berturut-turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk
menjadi hamil, tetapi kehamilan berakhir sebelum mencapai
usia 28 minggu (R. D. P. Sari & Prabowo, 2018).
h. Abortus Provokatus (induced abortion)
Abortus Provokatus adalah abortus yang disengaja, baik
dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini
terbagi lagi menjadi dua (R. D. P. Sari & Prabowo, 2018) :
a. Abortus medisinalis (abortus therapeutic) adalah abortus
yang terjadi karena tindakan, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis).
6
b. Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.
b. Abortus Inkomplit
1. Definisi
Abortus inkomplit adalah dimana sebagaian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal didalam uterus dimana pada pemeriksaan
vagina,kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam
kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum,perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak
atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa yang
menyebabkan sebagian piacental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus (Lepith et al., 2022)
Abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan pervaginam
yang diikuti keluarnya janin tanpa plasenta. Biasanya ditandai oleh
gejala amenore, kontraksi yang menyebabkan perut sakit, dan
banyak perdarahan yang dikeluarkan. Ketika dilakukan
pemeriksaaan kesehatan, ostium ditemukan terbuka dan teraba oleh
jaringan dan ovarium berukuran kecil dibandingkan ukuran normal
sesuai kehamilan (R. D. P. Sari & Prabowo, 2018).
2. Etiologi
Abortus inkomplit disebabkan oleh sejumlah masalah
berupa (Lepith et al., 2022):
1) Faktor tumbuhnya hasil dari konsepsi yang berdampak pada
janin yang mengalami cacat atau sampai kematian yang
memaksa pengeluaran hasil konsepsi. Sebab dari terganggunya
pertumbuhan hasil konsepsi ialah:
a. Faktor kromosom berupa gangguan yang muncul semenjak
awal bertemunya kromosom (juga seks), muncul lewat
7
gagalnya proses memisahkan kromosom di proses anaphase
dengan miosis atau mitosis.
b. Faktor dari lingkungan endometriumnya, dimana tidak
memiliki kesiapan untuk mendapatkan implan dari hasil
konsepsi.
c. Kurangnya gizi dari ibu akibat gangguan anemia dengan
indikasi adanya nilai ≤11 gr% kadar HB pada bagian sel
darah merah. Anemia berat memicu rusaknya otak sampai
berpotensi terjadi keguguran.
d. Implikasi faktor luar yakni adanya obat maupun radiasi yang
berpengaruh di terganggunya proses tumbuhkembang
konsepsi.
e. Infeksi yang diketahui melalui adanya demam tinggi lewat
penyakit tifoid, pneumonia, rubeola, pielitis, atau demam 19
malta yang dipicu oleh endotoksin serta metabolit toksik oleh
ibu maupun serangan kuman dan virus di bagian vetus.
2) Kelainan Pada Plasenta
a) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
plasenta berfungsi.
b) Gangguan pembuluh darah plasenta, peredaran pada DM
c) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah ke
plasenta sehingga terjadi abortus.
3) Penyakit ibu Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta.
a) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,
malaria, sifilis.
b) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2
menuju sirkulasi uterus plasenta.
c) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, penyakit diabetes militus.
8
4) Kelainan yang terdapat dalam Rahim. Rahim merupakan tempat
tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma bekas operasi pada serviks.
9
dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya
sudah lemah (Fitriyanti, 2021a).
3. Riwayat Abortus
Riwayat abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
usia kehamilan <20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram yang pernah dialami seseorang sebelumnya. Setelah satu
kali abortus spontan memiliki 15% untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali resikonya
meningkat 25%.7 Beberapa studi meramalkan bahwa resiko
abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30-45%.
Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan
berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun
pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat
abortus mempunyai resiko lebih tinggi untuk persalinan
prematur, abortus berulang dan bayi dengan berat badan lahir
rendah (Fitriyanti, 2021a).
4. Penyakit penyerta
Penyakit yang diidap oleh ibu bisa langsung berdampak
terhadap tumbuh kembang dari janin di kandungan lewat
sarana plasenta yang masuk ke janin, yang bisa memicu
kematian dari janin. Sampai bisa terjadi penyakit abortus.
Penyakit dari ibu yang langsung bisa berpengaruh terhadap
janin misalnya (Fitriyanti, 2021a):
a. Anemia
Anemia diartikan sebagai kondisi dimana ibu memiliki
kadar HB darah yang kurang dari 12gr%. Kebutuhan zat
yang menjadi pembentuk darah khususnya besi di trimester
2 akan meningkat pesat sampai menyentuh angka 2 kali
lipat jika dikomparasikan waktu tidak hamil. Kondisi yang
dimaksud dipicu oleh adanya volume darah pada ibu yang
10
meningkat akibat kebutuhan janin pada oksigen dan zat gizi
yang berada dibawah oleh sel darah merah.
Kebutuhan bagi janin untuk proses pertumbuhan serta
perkembangan intrauterine didapat tiap janin dari nutrisi
terkandung dalam tubuh ibu. Kebutuhan janin dikirim lewat
adanya plasenta. Kebutuhan dari janin yang tidak tercukupi
bisa memberikan gangguan pada asupan nutrisi serta
peredaran oksigen ke sistem sirkulasi retroplasenter yang
juga memicu terhambatnya pertumbuhan dan tumbuh
kembang dari janin yang bisa menjadi penyebab mudahnya
hasil konsepsi terlepas dari uterus sehingga bisa kejadian
abortus.
b. Hipertensi
Penyakit tahunan sebagaimana misalnya hipertensi
bisa memperlebar resiko abortus. Hipertensi dalam
kehamilan sebagai dampak dari hipertensi tahunan, misal
hipertensi kronik. Hipertensi kronik di waktu kehamilan
adalah tekanan darah ≥140/90 mmHg yang didapatkan
sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi tidak
hilang sehabis waktu 12 minggu setelah persalinan.
Waktu kejadian hipertensi di kehamilan tidak terjadi
invasi selsel trofoblas menuju lapisan otot arteri spiralis
serta jaringan matriks sekelilingnya. Lapisan otot arteri
spiralis tidak berpotensi mengalami distensi dan
vasodilatasi. Sebagai akibat dari arteri spiralis relative
terkena vasokontriksi dan terjadi kegagalan “remodeling
arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
c. Diabetes mellitus
Bagi orang yang menderita gangguan diabetes, adanya
kehamilan bisa memberatkan kondisi dari diabetes wanita
11
tersebut. Hal ini diakibatkan oleh adanya kondisi hamil,
kadar gula darah akan mengalami peningkatan.
Hiperglikemia ini muncul semenjak konsepsi serta berjalan
sampai waktu kehamilan maupun setelahnya. Kendali
glukosa yang buruk selama 7 minggu pertama
pembentukan janin berakibat meningkatkan resiko
terjadinya keguguran berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol glikemik selama fase embrionik
(usia kehamilan 7 minggu pertama) diindikasikan dengan
peningkatan HbA1c.
Wanita hamil yang diabetes dengan kontrol yang buruk
mempunyai resiko terjadinya abortus spontan 30% sampai
60%. Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa
abortus spontan disebabkan oleh kontrol glikemik yang
buruk selama trimester pertama.
d. Kelainan yang terdapat dalam Rahim
Rahim dikenal sebagai lokasi tumbuh berkembangnya
janin yang ditemui dalam keadaan abnormal berbentuk
mioma uteri, uterus septus, uterus arkuatus, retrofleksi
uteri, bekas operasi pada serviks, serviks inkompetens,
robekan serviks postpartum (Utari, 2018).
5. Pekerjaan
Pada masa kehamilan pekerjaan yang berat serta bisa
menguras tenaga fisik berpotensi mendatangkan bahaya juga
berpengaruh terhadap datangnya gangguan di kehamilan. Apa
lagi bila tidak dibarengi proses istirahat cukup serta melakukan
konsumsi beberapa makanan bergizi, karenanya pekerjaan yang
cukup berat perlu dikurangi atau bahkan dihindari dengan
maksud memperoleh keselamatan bagi ibu dan juga janin
(Utari, 2018).
12
6. Pendidikan
Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk
pengembangan diri dan meningkatkan kematangan intelektual
seseorang. Kematangan intelektual akan berpengaruh pada
wawasan dan cara berfikir baik dalam tindakan dan
pengambilan keputusan maupun dalam membuat kebijaksanaan
dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang
rendah membuat seseorang acuh tak acuh terhadap program
kesehatan sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang
mungkin terjadi. Meskipun sarana kesehatan telah tersedia
namun belum tentu mereka mau menggunakannya (Artanti,
2017).
5. Patofisiologi
Umumnya adanya abortus spontan diawali adanya pendarahan
pada disedua basalis selanjutnya dibarengi mekanisme nekrosis
yang menjangkiti sekitar jaringan yang menderita perdarahan.
13
Patofisiologi munculnya keguguran diawali oleh pelepasan
jaringan dari plasenta baik keseluruhan atau sebagian yang
berdampak pada pasien menderita pendarahan juga membuat O2
dan nutrisi janin berkurang (Manuaba, 2013).
Untuk proses keguguran yang dialami dibawah 8 minggu
umur kehamilan maka proses terlepasnya bisa terlaksana dengan
penuh yang membuat adanya abortus kompletus dengan alasan villi
korlialis tidak berkembang secara dalam di bagian lapisan desidua.
Untuk proses keguguran dengan usia cukup tua di kehamilan,
proses terlepasnya tidak akan bisa sempurna akibat sudah
tumbuhnya villi korialis sampai bisa menembus basalis di lapisan
desidua. Akibat tebalnya bagian yang menjadi sisa di dinding
uterus serta melekat disana maka bisa terjadi fenomena abortus
inkompletus. Abortus yang tersisa dan tinggal pada uterus bisa
menghambat kontraksi pada uterus yang memicu keluarnya darah
secara berlebih. Terlepasnya konseptus adalah bentuk barang asing
di bagian dalam uterus serta mampu memberi rangsangan dari
uterus agar bisa berkontraksi. Karenanya, gejala paling umum dari
keguguran ialah sakit di bagian perut akibat rahim yang
berkontraksi, munculnya darah dengan penyerta berupa keluarnya
hasil dari konsepsi baik keseluruhan atau hanya sebagian (Rosita,
2018).
6. Komplikasi
1) Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan
uterus dari sisasisa hasil konsepsi jika perlu pemberian
transfusi darah kematian karena pendarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama
pada posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada Rahim,
misalnya, abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya
14
dugaan atau kepastian perforasi laparotami harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus
dan apakah ada oerlukan alat-alat lain.
3) Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok
hemoragik) dan Karena infeksi berat.
4) Infeksi Pada genitalia ekstema dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal, khususnya pada genitalia
eksterna yaitu staphylococci, streptococci, gram negatif enteric
bacilli, mycoplasma, treponema (selain T. padilium),
leptospira, jamur, trichomonas vaginalis, sedangkan pada
vagina ada lactobacilli, streptococci, staphylococci, gram
negatif enteric bacilli, clostridium sp., bacteroides sp, listeria
jamur (Fitriyanti, 2021a).
15
Penatalaksaan pada kasus abortus inkomplit (Lepith et al.,
2022):
a) Memperbaiki keadaan umum, termasuk tanda vital (nadi,
tekanan darah,pernapasan, suhu) bila perdarahan banyak,
berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
b) Awasi perdarahan, jika perdarahan tidak seberapa banyak dan
kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan
secara digital ataudengan cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks
c) Periksa tanda-tanda syok, segera mulai penanganan syok. Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi
karena kondisi juga dapat memburuk dengan cepat.
d) Pemberian antibiotika yang cukup tepat
e) 24-48 jam setelah dilindungi dengan anitbiotika atau lebih cepat
bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan
kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi
f) Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan
dan kemajuan penderita
Penatalaksaan pada kasus abortus inkomplit (R. D. P. Sari &
Prabowo, 2018):
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi
darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk
mempertahankan kontraksi otot uterus.
Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.
16
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
dengan Abortus Imminens
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama :
Umur : < 20 tahun dan > 35 tahun.
Kurang dari 20 tahun rentan mengalami abortus
karena alat-alat reproduksi untuk hamil belum
matang sehingga dapat merugikan kesehatan ibu
maupun pertumbuhan dan perkembangan janin.
Sedangkan abortus pada umur lebih dari 35 tahun
terkait dengan penurunan daya tahan tubuh
serta berbagai penyakit yang sering menimpa
di usia ini (Ruqaiyah, 2018).
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan : Pendidikan merupakan jenis pendidikan formal
yang bisa merubah seseorang dan membentuknya
secara lebih baik. Tingkatan dari pendidikan
berdampak pada berubahnya sikap maupun
perilaku menjadi lebih sehat. Tingkatan pendidikan
yang tinggi bisa mempermudah penyerapan dari
informasi serta menerapkannya di kondisi harian,
khususnya dari sisi kesehatan (Fitriyanti, 2021).
Pekerjaan : Pekerjaan merupakan aspek mendasar kehidupan
yang dijalankan agar memperoleh pendapatan.
Akan tetapi di waktu mengalami kehamilan
beberapa pekerjaan berat misalnya menguras
tenaga fisik berpotensi mendatangkan bahaya serta
berpengaruh terhadap datangnya gangguan di
17
kehamilan apa lagi bila tidak dibarengi oleh proses
istirahat cukup serta melakukan konsumsi beberapa
makanan bergizi, karenanya pekerjaan yang cukup
berat perlu dikurangi atau bahkan dihindari dengan
maksud memperoleh keselamatan bagi ibu atau
janin (Fitriyanti, 2021).
Alamat :
2. Keluhan Utama
Terdapat perdarahan, disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
dan saat periksa dalam terdapat pembukaan (R. D. P. Sari & Prabowo,
2018).
18
Kebutuhan dari janin yang tidak tercukupi bisa
memberikan gangguan pada asupan nutrisi serta
peredaran oksigen ke sistem sirkulasi
retroplasenter yang juga memicu terhambatnya
pertumbuhan dan tumbuh kembang dari janin
yang bisa menjadi penyebab mudahnya hasil
konsepsi terlepas dari uterus sehingga bisa
kejadian abortus.
19
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit tertentu dapat terjadi secara genetik atau berkaitan dengan
keluarga atau etnisitas, dan beberapa di antaranya berkaitan dengan
lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut tinggal (M. H.
Sari et al., 2020).
6. Riwayat Menstruasi
Riwayat siklus, lama dan jumlah menstruasi klien.
- Siklus: Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi
berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari
- Lama: 3-8 hari
- HPHT: Merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan
perkiraan taksiran partus (Mochtar, 2013).
Terlambat haid atau ammenorhe kurang dari 20 minggu (R. D. P.
Sari & Prabowo, 2018).
7. Riwayat Obstetri
Sua Ank U Pny Jns Pnlg Tmp Peny J BB/PB H M Abnr Lakt Peny
mi K t K mlts asi
20
gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan Rahim biasanya sudah lemah (Fitriyanti, 2021).
8. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan (M. H. Sari et al., 2020).
Pola Keterangan
21
(frekuensi, jumlah, konsistensi,bau) dan kebiasaan BAK
(warna,frekuensi,jumlah dan terakhir kali ibu BAB atau
BAK), jika ibu mengalami konstipasi maka kemungkinan
ibu sering mengejan sehingga uterus berkontraksi
(Fitriyanti, 2021).
22
- Perlu dikaji status pernikahan, berapa kali menikah, dan
berapa lama pernikahan, karena ada kemungkinan perlu
perhatian ekstra jika ibu hamil sesudah lama menikah dan
harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan
- Bagaimana respon klien dan keluarga terhadap kehamilan.
Kehamilan direncanakan atau tidak, diterima atau tidak.
- bahwa kehamilan yang tidak diinginkan bisa berdampak
pada kesehatan mental baik ibu maupun janinnya (R. D.
P. Sari & Prabowo, 2018).
- Bagaimana psikis ibu menghadapi kehamilannya.
- Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar.
Apakah ibu percaya terhadap mitos atau tidak.
- Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan
masyarakat yang dapat merugikan atau memberikan
pengaruh negatif pada kehamilan ibu.
B. Data Obyektif
1. PemeriksaanUmum
Keadaan Umum
Kesadaran :Composmentis/Apatis/Delirium/Sopor/Koma.
Kesadaran menurun atau tidak sadar merupakan
gejala dari syok. Banyak nya darah yang
hilangakan mempengaruhi keadaan umum
pasien. Pasien bisa masih dalam keadaan sadar,
sedikit anemis atau sampai syok berat
hipovolemik (Mochtar, 2013).
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80 mmHg, <140/90
mmHg atau tekanan sistolik <90 mmHg.
23
Wanita normotensif mungkin mengalami
hipertensi sebagai respons terhadap
perdarahan Tekanan darah rendah merupakan
gejala syok (R. D. P. Sari & Prabowo, 2018).
Nadi : 60 - 100 x/menit.
Nadi cepat, lemah merupakan gejala syok
(R. D. P. Sari & Prabowo, 2018).
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C
suhu yang tinggi perlu diwaspadai
kemungkinan terjadinya infeksi dan perlu
penanganan lebih lanjut (R. D. P. Sari &
Prabowo, 2018).
Pernapasan : 16 - 20 x/menit
nafas cepat merupakan gejala syok (R. D. P.
Sari & Prabowo, 2018).
Antropometri :
Berat badan sebelum hamil :
Berat Badan Saat ini :
Tinggi Badan : >145 cm
LILA : > 23,5 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada lesi, konstruksi mbut lebat, distribusi
rambut merata, tekstur rambut halus, rambut bersih
24
ada pengeluaran secret
25
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan kontraksi uterus :
Pemeriksaan dalam : Pada pemeriksaan dalam, didapatkan
Ostium uteri terbuka dan terkadang terlihat
hasil konsepsi (Redinger & Nguyen,
2022).
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Urine : Pemeriksaan plano test dapat masih positif
atau sudah negatif. Tingkat hCG akan
rendah, dan tidak akan ada detak jantung
janin (Redinger & Nguyen, 2022).
Pemeriksaan USG : Pemeriksaan USG untuk mengetahui
adanya sisa hasil konsepsi yang tertinggal
didalam rahim (Redinger & Nguyen, 2022).
Pemeriksaan Laboratorium: Dari darah perlu ditentukan Hb, sekali
dalam kasus abortus, yang tanda gejalanya
disertai adanya pengeluaran perdarahan
pervaginam, perlu untuk dilakukan
pemeriksaan Hb, untuk menentukan anemia
atau tidaknya ibu.
26
janin tunggal/ganda, hidup/mati,
intrauterin/ekstrauterin.
G : Gravida
P : Para -> a : aterm
p : premature
a : abortus
h : hidup (Varney, 2007)
- Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang berupa
USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini kehamilan
merupakan kehamilan intrauterin.
Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai diagnosis.
Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah.
27
V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang tekah
diidentifikasi.
1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada
ibu.
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya.
2. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien, identifikasi
apakah ada tanda-tanda syok dan infeksi
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian intervensi
dan terapi.
Rasional : Penatalaksanaan dan penegakkan diagnosa lanjutan
kehamilan dengan abortus imminens membutuhkan
tindakan kolaborasi bersama dr Sp.OG (penanganan aktif
atau penanganan pasif)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
S.
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. ES Nama Suami : Tn. D
Umur : 41 tahun Umur : 43 th
Suku : Bugis Suku : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan keluar flek-flek darah sejak tanggal 11 Agustus
2023 jam 16.00. disertai mulas, dan pusing.
29
5. Riwayat Menstruasi
HPHT : 12 Mei 2023 Lama : 3-4 hari
TP : 19 Maret 2023 Siklus : teratur
Menarche : 12 tahun Ganti Pembalut : 1-2x/hari
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Abn
No U Pen Pen J BB/ Lak Pe
Suami Ank Jns Pnlg Tmpt H M orma
K y y K PB tsi ny
l
ate 2900/ 16 -
1. Tn. D 2007 - Spt Bdn PMB - L - 2 th -
rm 50 th
ate 3000/ 12 -
2. Tn. D 2011 - Spt Bdn PMB - P - 2 th -
rm 50 th
ab
3. Tn. D 2014 ort
us
ate 3200/ -
4. Tn. D 2016 - Spt Bdn PMB - L 7 th - 2 th -
rm 50
5. Hamil ini
30
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, asma, ginjal, TB paru,
hipertensi dan DM.
8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan dan 1 bulan.
9. Riwayat Ginekologi
Ibu tidak pernah mempunyai/mengalami penyakit, endometritis,
mioma, kista, tumor, PID, dan lain-lain.
Aktivitas dan Ibu melakukan pekerjaan rumah dan beristirahat tidur siang 1 jam/hari serta
Istirahat tidur malam 5-6 jam/hari
Personal Ibu mandi 2x/hari, ganti pakaian 2x/hari, ganti celana dalam 2x/hari, gosok
Hygiene gigi 2x/hari, ganti pembalut jika haid 2-3x/hari.
Kebiasaan Ibu tidak memiliki kebiasaan seperti merokok, minum alkohol dan yang dapat
memengaruhi kesehatan ibu.
Suami ibu perokok aktif
Seksualitas Ibu tidak melakukan hubungan seksual.
31
O
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/70 mmHg RR : 20x/menit
Nadi : 97 x/menit T : 36,8 0C
Antropometri
BB Sebelum hamil : 60 kg TB : 157 cm
BB Saat ini : 63 kg LILA : 24,5 cm
2. Pemeriksaan Umum
Kepala : Bersih, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak ada odem
dan nyeri tekan
Wajah : Simetris, tidak pucat, tidak ada cloasmagravidarum, tidak
odem
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih pengelihatan
baik
Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip
dan secret
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran cairan
Mulut : Simetris, tidak pucat, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis
dan caries dentis, tidak ada pembengkakan ovula dan tonsil
lidah bersih tremor
Leher : Bersih, tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada massa,
tidak ada suara nafas tambahan,BJ I dan II terdengar normal
32
Payudara : Simetris, terdapat hiperpigmentasi pada areola, putting susu
menonjol, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : Simetris, terdapat linea nigra, tidak ada streae, tidak ada luka,
terdapat nyeri tekan, tidak ada bekas operasi, tidak ada massa.
TFU : - DJJ : -
Leopold I : Tidak dilakukan
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah segar ±50 cc
Anus : Tidak ada hemorid
Ektermitas
Atas : Simetris, tidak ada odem, CRT <2dtk
Bawah : Simetris, terdapat odem, tidak ada varices,CRT<2dtk
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan dalam tanggal 11/08/23 pukul 16.55 WITA Inspekulo :
pembukaan 1 jari longgar, tampak jaringan, PPV merembes, perdarahan
±50cc, dan stolsel.
VT : didapatkan hasil pembukaan seujung jari, terdapat pengeluaran darah
pervaginam.
A.
Diagnosa : GVP3012 dengan Abortus Inkomplit
Masalah : Pengeluaran darah dari vagina
Diagnosa Potensial : Syok Hipovolemik, Anemia sedang/berat, Infeksi
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Kolaborasi dengan dokter Sp.OG
33
P.
34
19.50 Lakukan observasi pasien
TD: 112/ 74 mmHg, N : 88 x/mnt, R: 24 x/mnt, T: 36 0C
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kasus Ny.ES usia 41 tahun dengan Abortus Inkomplit telah dilakukan
asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah Varney, mulai dari pengumpulan data
sampai evaluasi dan dalam catatan perkembangan selanjutnya menggunakan
SOAP. Adapun pembahasan antara teori dan kenyataan yang penulis temukan
selama melaksanakan studi kasus meliputi:
36
trimester kedua atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester
pertama disebut keguguran atau abortus (Riningsih, 2020).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagaian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal didalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina,kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum,perdarahannya masih terjadi dan
jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa
yang menyebabkan sebagian piacental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus (Lepith et al., 2022)
Pertumbuhan dan perkembangan janin merupakan peristiwa yang
berlangsung secara berkesinambungan dan terus menerus. Setiap waktu
pertumbuhan janin dapat mengalami permasalah baik dari faktor maternal,
faktor neonatal serta faktor eksternal lainnya. Faktor maternal yang
mempengaruhi abortus antara lain usia ibu hamil, jumlah paritas, serta
riwayat keguguran sebelumnya, infeksi alat genital, penyakit kronis, kelainan
bentuk uterus, Penyakit dalam uterus misalnya mioma, gaya hidup yang tidak
sehat, serta stress yang dialami ibu hamil. Faktor neonatal terutama kelainan
kromosom. Faktor eksternal yang ada disekitar ibu hamil yang menimbulkan
trauma fisik, serta lingkungan tinggal di daerah rawan terhadap radiasi,
polusi, pestisida, dan berada dalam medan magnet di atas batas normal
(Anggi et al., 2022).
Pada riwayat kehamilan ibu ini merupakan kehamilan kelima ibu, klien
mengatakan ada keluar flek-flek darah sejak kemarin, lalu klien dan suami
melakukan pemeriksaan ke dokter Sp.OG didapatkan usia kehamilan 13
minggu. Klien datang ke PONEK Pukul 16.35 Wita.
Trimester I adalah masa dimana 3 bulan pertama kehamilan yakni 0
sampai 12 minggu awal kehamilan. Pada masa ini tubuh ibu akan banyak
mengalami perubahan seiring berkembangnya janin. Pada ibu-ibu hamil pada
fase trimester I terkadang ditemukan beberapa gangguan kehamilan yaitu,
Abortus, Anemia Kehamilan, Hiperemesis Gravidarum tingkat I, Hiperemesis
37
Gravidarum tingkat II, Kehamilan Ektopik, dan Mola hidatidosa (Anggi et al.,
2022).
Berdasarkan hasil penelitian (Kustiyani, 2017). Dalam penelitian
didapatkan bahwa jumlah kehamilan terbanyak yang mengalami abortus
adalah multigravida, proses persalinan yang mengalami abortus terbanyak
adalah yang belum pernah mengalami persalinan, dan status gizi yang
mengalami abortus terbanyak adalah yang memiliki status gizi buruk. status
gizi rendah lebih beresiko terjadi abortus (Kustiyani at al., 2017).
Menurut (Anggi et al., 2022) bahwa ibu dengan status gizi baik tidak
akan mengalami kejadian abortus dikarenakan gizi yang diperoleh janin
melalui ibu telah menunjang untuk kesejahteraan janin dan status gizi hal
yang penting diperhatikan pada masa kehamilan karena berpengaruh terhadap
status kesehatan ibu selama hamil serta pertumbuhan dan perkembangan
janin.
Pada pola fungsional Ibu mengurus anak dan melakukan pekerjaan
rumah tangga dan suami ibu perokok akif.
Faktor yang banyak mempengaruhi abortus inkomplit adalah jarak
kehamilan, umur ibu saat hamil, riwayat kejadian abortus sebelumnya,
adanya riwayat paparan asap rokok serta pengaruh dari usia saat menikah.
(Purwaningrum et al., 2017).
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya abortus
yaitu seperti tingginya umur ibu, rendahnya tingkat pendidikan, kurang
berat badan dan obesitas, banyaknya paritas dan graviditas, jauhnya jarak
kehamilan, adanya riwayat abortus, usia menarcheyang terlalu dini
berdapak pada resiko terjadinya kehamilan pada usia yang muda,
kehamilan pada remaja mempunyai resiko medis yang terlalu tinggi,
karena pada masa remaja ini alat reproduksi belum cukup matang
untuk melakukan fungsinya sehingga menyebabkan kehamikan tidak
stabil mudah terjadi pendarahan, abortus bahkan sampai mengakibatkan
kematian ibu dan janin. Buruknya pola konsumsi, pekerjaan ibu, tidak
38
dilakukannya pemeriksaan kehamilan, stress dan paparan asap rokok (N. S.
Utami et al., 2021).
Pada pola fungsional bagian aktivitas, pada masa kehamilan pekerjaan
yang berat serta bisa menguras tenaga fisik berpotensi mendatangkan bahaya
juga berpengaruh terhadap datangnya gangguan di kehamilan. Apa lagi bila
tidak dibarengi proses istirahat cukup serta melakukan konsumsi beberapa
makanan bergizi, karenanya pekerjaan yang cukup berat perlu dikurangi atau
bahkan dihindari dengan maksud memperoleh keselamatan bagi ibu dan juga
janin (Utari, 2018).
Salah satu penyebab perdarahan pada trimester pertama dan kedua
kehamilan ialah abortus, yang dapat menyebabkan komplikasi perdarahan
hebat sehingga pasien jatuh dalam keadaan syok, perforasi, infeksi, serta
kegagalan faal ginjal dan kematian ibu hamil. Komplikasi abortus yang dapat
menyebabkan kematian ibu antara lain karena perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan anemia, sehingga dapat
memberikan resiko kematian. Infeksi juga dapat terjadi pada pasien yang
mengalami abortus dan dapat menyebabkan sepsis, sehingga dapat berakibat
kematian pada ibu (N. S. Utami et al., 2021).
Penatalaksaan yang dilakukan pada Ny. ES yaitu dilakukan kuretase
karena masih terdapat sisa jaringan dan plasenta.
Penatalaksanaan pada abortus inkompletus dapat dilakukan dengan
tehnik medis maupun bedah. Tehnik bedah dilatasi serviks diikuti oleh
evakuasi uterus dapat berupa kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan evakuasi (
D&E), dilatasi dan ekstrasi (D&X). Tehnik kuretase dapat dengan
menggunakan kuret tajam maupun vakum. Untuk mengurangi komplikasi
kuretase seperti perforasi usus, laserasi serviks, perdarahan, pengeluaran janin
dan plasenta yang tidak lengkap dan infeksi, maka kuretase dianjurkan pada
kehamilan dibawah 14 minggu. Untuk usia gestasi diatas 16 minggu,
dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa dilatasi serviks
lebar diikuti oleh distruksi dan evakuasi mekanis bagian-bagian janin. Setelah
janin seluruhnya dikeluarkan, dengan menggunakan kuret vacum berlubang
39
besar untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan
ekstrasi (D&X) serupa dengan (D& E), kecual pada (D& X) bagian janin
pertama kali diektrasi melalui serviks yang telah membuka untuk
mempermudah tindakan. Pemasangan laminaria dapat dilakukan untuk
pembukaan serviks (Rahayu, 2018).
40
D. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Pada kasus yang ditemukan dilahan praktik pasa Ny. ES usia 41 tahun
kebutuhan segera melakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn.
Penatalaksanaan pada abortus inkomplit dapat dilakukan dengan
tehnik medis maupun bedah. Tehnik bedah dilatasi serviks diikuti oleh
evakuasi uterus dapat berupa kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan evakuasi (
D&E), dilatasi dan ekstrasi (D&X). Tehnik kuretase dapat dengan
menggunakan kuret tajam maupun vakum. Untuk mengurangi komplikasi
kuretase seperti perforasi usus, laserasi serviks, perdarahan, pengeluaran janin
dan plasenta yang tidak lengkap dan infeksi, maka kuretase dianjurkan pada
kehamilan dibawah 14 minggu. Untuk usia gestasi diatas 16 minggu,
dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa dilatasi serviks
lebar diikuti oleh distruksi dan evakuasi mekanis bagian-bagian janin. Setelah
janin seluruhnya dikeluarkan, dengan menggunakan kuret vacum berlubang
besar untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan
ekstrasi (D&X) serupa dengan (D& E), kecual pada (D& X) bagian janin
pertama kali diektrasi melalui serviks yang telah membuka untuk
mempermudah tindakan. Pemasangan laminaria dapat dilakukan untuk
pembukaan serviks (Rahayu, 2018).
F. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. ES usia 41 tahun dari
seluruh asuhan yang diberikan meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan
tanda-tanda vital, dan Kuretase terlaksana dengan baik.
41
G. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis
dan masalah.
Secara keseluruhan dari langkah pengumpulan data sampai evaluasi
asuhan berjalan cukup baik.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian Pada kasus Ny. ES umur 41 tahun, dengan data subyektif
yaitu Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, Tanda Vital dalam
batas normal, terdapat pengeluran darah segar dan bergumpal dari vagina
2. Pada keluhan ibu mengeluh pusing dan mules pada perut
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pasien
Diharapkan mampu mendeteksi dini tanda-tanda bahaya pada
kehamilan.
2. Bagi bidan/dokter
Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif dalam kasus
tanda bahaya pada kehamilan.
3. Bagi institusi
a. Pendidikan
Referensi bacaan tentang kasus abortus inkomplit, diharapkan
laporan ini bisa menjadi referensi yang baik untuk bahan bacaan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S., Aeni, S., & Noviani, N. A. (2019). Faktor Risiko Kejadian Anemia
Pada Sudiang Raya Kota Makassar. 11, 143–155.
Anggi, A. S., Hasbia, H., & Afrika, E. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Abortus Di Wilayah Kerja Pkm Burnai Mulya.
PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 674–680.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v6i1.3119
Deng, T., Liao, X., & Zhu, S. (2022). Recent Advances in Treatment of Recurrent
Spontaneous Abortion. Obstetrical and Gynecological Survey, 77(6).
https://doi.org/10.1097/OGX.0000000000001033
Hartika, P. L. (2018). Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu Hamil dengan
Kejadian Abortus Inkomplit di Ruang VK RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin (Vol. 23, Issue 4). Akademi Kebidanan Sari Mulia
Banjarmasin.
44
Rahayu, T. (2018). Model Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abortus
Inkomplet Menggunakan Pendekatan Need for Help Wiedenbach dan Self
Care Orem. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, 1(2), 31.
https://doi.org/10.32584/jikm.v1i2.146
Rangkuti, L. F., Sanusi, S. R., & Lutan, D. (2019). Penyakit Ibu Terhadap
Kejadian Abortus Imminens Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan, 3(1), 29. https://doi.org/10.24912/jmstkik.v3i1.1793
Sari, M. H., Apriyanti, F., & dan Azzahri Isnaeni, L. M. (2020). Hubungan Usia
dan Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di RSUD Siak. Jurnal
Doppler, 4(2), 61–70.
Sari, R. D. P., & Prabowo, A. Y. (2018). Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan
Trimester 1.
Utami, N. S., Nadapdap, T. P., & Fitria, A. (2021). Faktor Yang Memengaruhi
Kejadian Abortus Di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan
Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Almuslim, 7(1), 1–7.
https://doi.org/10.51179/jka.v7i1.426
Wulan Citra Sari. (2020). 1035325 Hubungan antara Umur dan Paritas dengan
Kejadian Abortus Imminens di RS.AR Bunda Kota Prabumulih Tahun 2019.
Jurnal Kebidanan : Jurnal Medical Science Ilmu Kesehatan Akademi
Kebidanan Budi Mulia Palembang, 10(1), 60–65.
https://doi.org/10.35325/kebidanan.v10i1.225
45
46