You are on page 1of 2

NENGAH NYAPPUR, NILAI SOSIAL ORANG LAMPUNG DALAM BERGAUL

Oleh : Zainudin Hasan,S.H.,M.H.

Orang lampung sejak zaman tumbai mempunyai ajaran-ajaran berupa piranti adat,
filsafat, dan nilai sosial yang dapat berfungsi untuk mengontrol sistem tingkah laku manusia
melalui sistem sosial dan sistem kepribadian, dimana sistem tingkah laku tersebut nilai-
nilainya kemudian menjadi budaya yang mengakar dan mendarah daging. Budaya lokal
tersebut saat ini atau oleh bahasa anak milenial disebut sebagai zaman now sepatutnya
tetap dijaga dan dilestarikan karena memiliki potensi positif untuk menunjang
pembangunan Sumber Daya Manusia yang berwawasan budaya.
Sifat-sifat yang terdapat dalam nilai sosial orang lampung dapat dilihat dari
ungkapan pantun Lampung (Adi adi) yang berbunyi : Tanda ni hulun lampung, wat piil
pusanggiri (tandanya orang lampung, memiliki kehormatan), Mulia hina sehitung, wat malu
rega diri (mulia atau hina diperhitungkan, ada rasa malu dan harga diri), Juluk Adok ram
pegung, nemui nyimah muwari (gelar adat dipegang teguh, ramah tamah dan bersaudara),
Nengah nyampur mak ngungkung, sakai sabaian gawi (bergaul tidak terbatas, saling
membantu dan gotong royong).
Terdapat lima nilai sosial orang lampung yang ada dalam pantun (Adi adi) di atas,
salah satu diantaranya adalah Nengah Nyappur. Dari segi bahasa Nengah berasal dari kata
benda kemudian berubah menjadi kata kerja yang berarti berada ditengah. Sedangkan
Nyappur berasal dari kata benda Cappur/Campor dan menjadi kata kerja Nyappur/Nyampor
yang berarti membaur. Sehingga secara harfiah Nengah Nyappur dapat diartikan sebagai
sikap suka bergaul, bersahabat dengan siapa saja, aktif dalam pergaulan bermasyarakat,
tidak individualistis dan mempunyai sikap toleransi antara sesama. Nengah nyappur
menerangkan bahwa orang lampung itu semestinya mengutamakan nilai kekeluargaan yang
didukung dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan siapa saja, tidak membedakan
suku, agama, tingkatan, asal usul dan golongan dimana sikap suka bergaul tersebut
menumbuhkan semangat bekerjasama dan tenggang rasa yang tinggi antara sesama.
Nilai sosial Nengah Nyappur dalam Adat istiadat orang lampung tersebut memiliki
corak keagamaan yang sangat kental. Adat Lampung yang hubungannya sangat erat dengan
hukum agama dalam hal ini agama Islam dapat dilihat dari dasar filisofi Nengah Nyappur
yakni terdapat dalam Kitab Suci Alquran surat Al Hujarat ayat 13 yang berbunyi
“Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan kami
menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa supaya kamu saling mengenal...”. Corak
keagamaan tersebut kemudian tercermin dalam bentuk ukhuwah, baik ukhuwah islamiyah
yaitu hubungan persaudaraan yang sangat erat antara sesama penganut agama islam,
ukhuwah Insaniyah yaitu persaudaraan yang berlaku pada semua manusia tanpa
memandang ras, agama, suku dan golongan maupun ukhuwah wathoniyah yaitu
persaudaraan kebangsaan tanpa memandang segala perbedaan yang ada. Nilai-nilai Nengah
Nyappur yang memiliki corak kebersamaan (komunal) yang mengutamakan kepentingan
bersama yang didasarkan pada rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong, dan
gotong royong.
Nengah nyappur juga merupakan pencerminan dari asas musyawarah untuk mufakat
sebagai modal untuk bermusyawarah tentunya seseorang harus mempunyai pengetahuan
dan wawasan yang luas, pengetahuan karena pergaulan dan jaringan yang luas tentu dapat
menghasilkan yang terbaik dalam setiap pengambilan sebuah keputusan. Nengah Nyappur
juga menjadi landasan pergaulan orang lampung yang selayaknya berwawasan dan
berpikiran terbuka karena bergaul dan berinteraksi dengan berbagai macam latar belakang.
Berdasarkan hal-hal positif dalam konsep Nengah Nyappur tersebut potensi adat
budaya lampung ini perlu tetap dilestarikan sebagai kerangka dasar pola pembangunan baik
dalam rangka pelestarian hukum adat dan budaya maupun sebagai sumber motivasi dalam
kegiatan pembangunan sosial ekonomi masyarakat yang berwawasan budaya. Dengan
demikian diharapkan sumber daya masyarakat adat dapat dimanfaatkan secara optimal
sebagai sumber motivasi dalam upaya menggali potensi sosial daerah.
Dengan pendekatan budaya dan pelestarian kearifan lokal yang ada serta ekspresi
kultural lainnya merupakan modal sosial dalam membangun keberdayaan masyarakat lokal.
Dalam upaya pemeliharaan nilai-nilai budaya dan hukum adat secara internal senantiasa
mempertahankan dan mengutamakan kepentingan masyarakat adat dengan prinsip
kemandirian, terutama dalam penggalian potensi kekayaan daerah.
Masyarakat adat yang saat ini masih ada dan tetap hidup dengan hukum adatnya
baik berdasarkan ikatan teritorial maupun geneologis patut dirangkul dan diberdayakan,
karena dalam kelompok masyarakat adatlah mereka yang memiliki tradisi yang terus
menerapkannya sehingga lebih dekat dengan nilai-nilai adat tersebut. Contoh Nilai-nilai
kearifan lokal seperti ini tentu perlu terus digali, ditemukenali dan dipertahankan agar
generasi muda dapat memahami serta memiliki kebanggaan terhadap adat budayanya
sendiri sebagai bagian kepentingan untuk mencapai keselarasan hidup sehingga revitalisasi
melalui penggalian dan pemberdayaan nilai-nilai budaya daerah dapat menjadi solusi
strategis dalam mendukung pembangunan daerah yang berwawasan budaya.

BIODATA SINGKAT PENULIS:


Zainudin Hasan,S.H.,M.H
Akademisi Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung
Tinggal di Jl. Untung Suropati, Gang Raja Ratu No.82, Labuhan Ratu, Bandar Lampung
HP/WA/LINE : 081317331084
Email: zainudinhasan@ubl.ac.id
Blog: http://www.zainudinhasan.blogspot.com

You might also like