You are on page 1of 27

TEKNOLOGI TERAPAN DAN TEKNOLOGI TEPAT

GUNA DALAM PELAYANAN KESEHATAN


REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA

DISUSUN OLEH :

Nama : Desi Ratna Sari

NIM : 2215201046

Dosen Pengampu : Nurul Amalina,S.ST,M.Keb

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. Yang telah menciptakan kami dengan akal dan

budi, kehidupan yang patut kami syukuri, keluarga yang mencintai kami, dan

teman – teman yang menginspirasi. Karena berkat rahmat – Nya lah kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul Teknologi Kebidanan Tepat Guna.

Shalawat beriring salam kami sampaikan juga kepada Nabi Besar Muhammad

saw.

Makalah ini dibuat adalah untuk membantu mempermudah pemahaman

dalam mendalami mata kuliah Inovai dalam Pelayanan Kebidanan Penulis

menyadari segala keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu penulis memohon

saran dan kritik kepada semua pihak agarmakalah ini menjadi sempurna. Atas

saran dan kritiknya penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga makalah

ini dapat bermanfaat, memberikan kelancaran, dan barokah. Aamiin.

Bukit Tinggi, 19 Mei 2023

Desi Ratna Sari


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik,mental dan


sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan dalam
segala hal yang berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi –fungsi
serta proses-prosesnya. Ruang lingkup kesehatan reproduksi secara nasional,
antara lain: kesehatan ibu dan bayi baru lahir (BBL), keluarga berencana (KB),
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular seksual termasuk PMS dan
HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan
aborsi, kesehatan reproduksi remaja
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan
hanya individu yang bersangkutan karena dampaknya luas menyangkut
berbagai aspek kehidupan dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat
erat hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak
(AKA).
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontrasepsi. Keluarga Berencana yaitu membatasi jumlah anak dimana dalam
satu keluarga hanya diperbolehkan memiliki dua atau tiga anak saja. Keluarga
berencana yang diperbolehkan adalah suatu usaha pengaturan atau
penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas
kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
keluarga, masyarakat, maupun negara.
Program KB sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan reproduksi
seseorang,baik itu untuk kesehatan reproduksi wanita maupun kesehatan
reproduksi pria,peran KB bagi kesehatan reproduksi wanita diantaranya adalah
menghindari dari bahaya infeksi ,abortus,emboli obstetric,komplikasi masa
puerpurium (Nifas),serta terjadinya perdarahan yang disebabkan karena
seringnya melakukan proses persalinan (Depkes,2007).Selain itu program KB
juga bertujuan untuk mengatur umur ibu yang tepat untuk melakukan proses
persalinan, sebab jika umur ibu terlalu tua atau terlalu muda ketika melakukan
persalinan hal ini akan sangat beresiko terjadinya perdarahan pasca salin yang

1
serius sehingga dapat mengakibatkan kematian bagi ibu maupun bayinya.
Dengan demikian KB disini mempunyai arti yang sama dengan pengaturan
keturunan.
Kesehatan reproduksi dan KB adalah dua hal yang saling terkait. KB
atau keluarga berencana adalah program yang bertujuan untuk membantu
pasangan suami istri dalam merencanakan kehamilan dan jarak antar
kehamilan. Program ini juga membantu dalam mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan dan memperbaiki kesehatan reproduksi wanita

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perumusan


masalah pada makalah ini adalah “Apa saja teknologi terapan dalam pelayanan
kesehatan reproduksi dan KB?

C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk Mengetahui teknolgi apa saja yang digunakan dalam pelayanan
kesehatan reproduksi dan KB
b) Tujuan Khusus
Mengetahui apa saja tekhnologi yang dapat diterapkan pada pelayanan
kebidanan melalui Sistem Metode One Way Text Massaging Program (SMS),
Mobile Obstetri Monitoring (MOM), Antenatal Class, dan senam Ibu Hamil
dengan menguraikan definisi, manfaat atau kegunaan, alur sistem, dan
kemungkinan pengembangan tekhnologi.

D. Manfaat

Sebagai bahan masukan mahasiswa terutama dalam menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenau materi yang di bahas dalam makalah ini yaitu “ teknologi
terapan dan tepat guna dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan keluaraga berencana.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknologi Tepat Guna

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang

yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan

dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna

atau yang disingkat dengan TTG adalah teknologi yang digunakan dengan

sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai

teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses

pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata

pencaharian pokok masyarakat tertentu.

Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan

teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga

merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari

tujuan yang di kehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode

yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis

dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi

banyak limbah dan mencemari lingkungan.

Dengan demikian teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat

dikatan sebagai TTG, yaitu:

3
1. Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber

yang tersedia banyak di suatu tempat.

2. Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial

masyarakat setempat.

3. Apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/ masalah yang

sebenarnya dalam masyarakat, bukan teknologi yang hanya bersemayam

dikepala perencananya.

4. Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan

boleh jadi memerlukan pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologi-

teknologi tersebut tidak perlu dipindahkan ke negara-negara atau kedaerah

lain dengan masalah serupa. Apa yang sesuai disuatu tempat mungkin saja

tidak cocok di lain tempat. Maka dari itu tujuan TTG adalah melihat

pemecahan-pemecahan terhadap masalah-masalah tertentu dan

menganjurkan mengapa hal itu sesuai.

B. Jenis Teknologi Kebidanan Tepat Guna

a. Pelatiham BCLS (BCLS:Basic Cardiac Life Support for Paramedic).

Pelatihan BCLS ini dapat memberikan pengetahuan dasar dan

keterampilan peserta untuk dapat memberikan bantuan sesuai dengan

standar dasar keterampilan hidup. Pelatihan ini bisa diikuti oleh pekerja

perawatan kesehatan khususnya perawat dan bidan yang bekerja di rumah

sakit dan perusahaan kesehatan dan mahasiswa yang tidak bekerja untuk

dapat mengobati kasus-kasus darurat penyakit kardiovaskuler seperti

4
serangan jantung (Acute Miocard infark) dan aritmia lethal. Dalam

pelatihan ini akan diajarkan penggunaan defibrillator eksternal otomatis,

yang merupakan alat dasar dari standar internasional IAS. Pendidikan

sangat di tujukan pada mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

untuk lebih matang dalam memasuki dunia kerja dan mampu bersaing di

pasar kerja.

b. Training Manajement K3 Laboraturium

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk

kemajuan teknologi laboratorium, Nah..disini kinta melihat bahwasanya

resiko terhadap pekerja laboratorium semakin meningkat dan lebih

kompleks. Pekerja atau petugas Laboratorium adalah pekerja yang sangat

identik dengan terpaparmnya zat berbahaya dan bahan kimia yang beracun,

korosif, mudah meledak, mudah terbakar dan terkena berbagai bahaya.

c. Cara Penerapan dan Pendekatan Ergonomis

Ergonomi dapat dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia

dan produksi yang kompleks. Hal ini berlaku baiik dalam industry maupun

sektor informal. Dengan mengetahui prinsip ergonomi tersebut dapat di

tentukan pekerjaan apa yang sesuai bagi tenaga kerja tau konstruksi alat

seperti apa yang layak di gunakan agar mengurangi kemungkinan keluhan

dan menunjang produktifitas.

Penerapan ergonomi dapat di lakukan melalui dua pendekatan yaitu:

1. Pendekatan kuratif

Pendekatan ini di lakukan pada suatu proses yang sudah atau yang

5
sedang berlangsung. Kegiatan berupa interfensi, modifikasi atau

perbaikan dari proses yang telah berjalan. sasaran dari kegiatan ini

adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaanya terkait

dengan tenaga kerja dan proses kerja yang sedang berlagsung.

2. Pendekatan konseptual

Pendekatan ini di kenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat

efektif dan efisien jika di alakukan pada saat perencanaan. Jika terkait

dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-

prinsip ergonomi telah di tetapkan penerapanya bersama-sama dengan

kejian lain, misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial budaya dan

lingkungan. Pendekatan holistik ini kenal dengan pendekatan Teknologi

Tepat Guna.

d. ISO baru / IEC standar pada penilaian resiko melengkapi peralatan

manajement resik.

Baru-baru ini diterbitkan standar ISO pada manajemen risiko baru

saja bergabung dengan ketiga teknik penilaian risiko. Bersama-sama,

mereka menyediakan organisasi dari semua jenis dengan peralatan yang

lengkap untuk mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi pencapaian

tujuan mereka. ISO / IEC 31010:2009

6
e. Kinerja OHSAS 18001.

Standar OHSAS 18001 adalah alat untuk mengelola tantangan

yang dihadapi bisnis dari semua ukuran dan sektor: tingginya tingkat

kecelakaan dan penyakit kerja, kehilangan hari kerja, absensi, denda, biaya

perawatan medis dan kompensasi pekerja. Implementasinya sehingga

memiliki efek meningkatkan lingkungan kerja, mengurangi absensi dan

peningkatan produktivitas kerja.

C. Ciri-ciri Teknologi Tepat Guna

Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria dan syarat dan

kesesuaian TTG, dapat dikemukakan ciri-ciri yang cukup menggambarkan

TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

1. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung

pertanian, industri, pengubah energi, transportasi, kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat di suatu tempat.

2. Biaya investasi cukup rendah/ relatif murah.

3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh

keterampilan setempat.

4. Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.

5. Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam,

energi, bahan secara lebih baik dan optimal.

6. Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak

luar (self-realiance motivated).

7
D. Manfaat Teknologi Tepat Guna

Sebelum berbicara mengenai manfaat dari TTG, maka ada sebuah proses

yang harus diketahui sebelum memperoleh manfaat dari TTG tersebut, yaitu

penerapan teknologi tepat guna tersebut. Penerapan TTG adalah sebuah usaha

pembaharuan. Meskipun pembaharuan itu tidak mencolok dan masih dalam

jangkauan masyarakat, tetapi harus diserasikan dengan keadaan sosial,

ekonomi dan budaya masyarakat setempat serta alam. Kalau tidak, maka

usaha pembaharuan itu akan mendapat hambatan yang dapat menggagalkan

usaha pembaharuan tersebut.

Usaha pembaharuan itu dirancang sedemikan rupa sehingga seluruh

masyarakat merasa bahwa pembaharuan adalah prakarsa mereka sendiri.

Berarti di dalam pembaharuan teknologi itu, terdapat minat dan semangat

dalam masyarakat tersebut.

Banyak orang keliru dalam berpendapat kalau orang membawa pompa

bambu, biogas, pengering dengan energi radiasi matahari sederhana kedesa,

maka orang itu telah menerapkan teknologi tepat guna. Membawa paket-

paket teknologi sederhana tersebut ke sebuah desa belum dapat dikatakan

sebagai penerapan teknologi tepat guna, bahkan dapat menjerumuskan,

apabila tidak disertai pendidikan kepada masyarakat desa tersebut, bagaimana

cara membuat dan memperbaiki alat tersebut. Paling ideal penerapan

teknologi tepat guna adalah teknologi yang telah ada pada suatu masyarakat

dan perbaikan itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang

semakin meningkat.

8
Penerapan TTG juga harus mempertimbangkan keadaan alam sekitar.

Dapat diartikan bahwa dampak lingkungan yang disebabkan penerapan Teknologi

Tepat Guna (TTG) harus lebih kecil dibandingkan pemakaian teknologi

tradisional maupun teknologi maju. Dengan demikian manfaat dari teknologi

tepat guna itu dapat dirasakan oleh masyarakat tersebut.

Sebagai mana manfaat dari teknologi tepat guna adalah:

1. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin hari makin meningkat,

tentu hal itu di barengi dengan kemampuan masyarakatnya yang mampu

mengoperasionalkan dan memanfaatkan TTG tersebut.

2. Teknologi tepat guna mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat

melalui pemenuhan kebutuhannya, pemecahan masalahnya dan

penambahan hasil produksi yang makin meningkat dari biasanya.

Teknologi tersebut relatif mudah dipahami mekanismenya, mudah

dipelihara dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Masuknya

teknologi baru tidak akan membebani masyarakat baik mental

(ketidakmampuan skill) maupun materiil (dapat menimbulkan beban biaya

yang tidak mampu dipenuhi masyarakat).

3. Teknologi tepat guna dapat mempermudah dan mempersingkat waktu

pekerjaan tenaga kesehatan dan klien.

4. Masyarakat mampu mempelajari, menerapkan, memelihara teknologi tepat

guna tersebut.

5. Masyarakat / klien bisa lebih cepat ditangani oleh tenaga kesehatan.

6. Hasil diagnosa akan lebih akurat, cepat, dan tepat

9
E. Fungsi Teknologi Tepat Guna

Sebagai mana fungsi dari teknologi tepat guna adalah:

1. Alat kesehatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat setempat.

2. Biaya yang digunakan cukup rendah dan relatif murah.

3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara.

4. Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosis suatu penyakit.

F. Dampak Teknologi Tepat Guna Dalam Kebidanan

a) Dampak positif sebagai berikut:

1. Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka

masyarakat akan mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan

yang lebih efisien dan efektif.

2. Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam

kebidanan akan lebih sederhana dan mudah

b) Dampak negatif sebagai berikut :


Jika penggunaannya teknologi tepat guna tidak sesuai dengan lingkup
yang memerlukan maka itu akan sia-sia.
1. Dengan ketidaktepatan penggunaan alat tersebut maka akan

berdampak buruk terhadap pasien.

2. Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman dengan tenaga yang

tidak ahli akan menimbulkan resiko terhadap pasien.

10
G. Macam – Macam Teknologi terapan dalam pelayanan kesehatan reproduksi

dan keluarga berencana

1) Obat dan vaksin

a. Vaksin HPV (Human Pappiloma Virus)

Merupakan upaya pencegahan primer yang diharapkan akan

menurunkan terjadinya infeksi HPV resiko tinggi ,menurunkan kejadian

karsinogenesis kanker serviks dan pada akhirnya menurunkan kejadian

kanker serviks uterus.Pemberian vaksin dilaporkanmember proteksi sebesar

89%,karena vaksin tersebut dilaporkan mempunyai cross protection dengan

tipe lain.Vaksin yang mengandung HPV 16 dan 18 disebut sebagai vaksin

bivalent, sedangkan vaksin HPV tipe 16,18,6 dan 11 disebut sebagai vaksin

quadrivalent.HPV tipe 6 dan 11 (HPV risiko rendah) bukan karsinogen

sehingga bukan penyebab kanker serviks uterus.Vaksin HPV risiko tinggi

tipe lainnya belum dikembangkan.Vaksin yang saat ini akan diaplikasikan

adalah vaksin profilaksis bukan vaksin terapeutik,vaksinasi pada perempuan

yang telah terinfeksi HPV tipe 16 dan 18 kurang dan bahkan tidak

memberikan proteksi,tetapi pemberiannya dilaporkan tidak menimbulkan

efek yang merugikan

b. Efektifitas Vaksin HPV.

Vaksinasi HPV 16-18 bertujuan mencegah infeksi HPV 16-


11
18.Penelitian efektifitas vaksin HPV (penelitian fase 3/FUTURE) dilakukan

pada 2261 sampel yang diberikan vaksin HPV dan sejumlah 2279 diberi

placebo.Pada kelompok yang diberikan vaksin tidak dijumpai sampel yang

menderita infeksi HPV sebanyak 40 dari 2279 sampel penelitian.pada

penelitian didapatkan bahwa vaksin bivalen HVP 16/18 VLP sangat efektif

menurunkan angka kejadian infeksi HPV dan infeksi menetap HPV 16 /18

pada individu yang sudah mendapat vaksinasi lengkap HPV ada wanita

muda.Emenetap HPV 16 dan 18,abnormalitas dari pemeriksaan sel serviks

yang dihubungkan dengan infeksi HPV 16 dan 18 ,dan angka kejadian CIN

yang dihubungkan dengan infeksi HPV 16 dan 18.

c. Lama masa perlindungan vaksin HPV.

Data tentang percobaan HPV vaksin ditunjukkan bahwa kadar antibodi

menurun setelah mencapai puncaknya setelah imunisasi dan kemudian

menetap (plateau),tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan respon

kekebalan tubuh yang timbul pada infeksi alami dari virus HPV dan kadar

tersebut menetap pada 48 bulan setelah vaksinasi.Infeksi HVP bisa terjadi

berulang setelah beberapa tahun dan resiko mendapatkan infeksi baru sangat

bergantung pada perilaku seksual dari individu tersebut.Oleh karena

itu ,natural booster pada individu yang telah mendapat vaksin dan kemudian

mendapat paparan terhadap infeksi virus HPV setelah masa perlindungan

vaksin belum bisa dibuktikan.

d. Dosis dan cara pemberian vaksin HPV

Vaksin diberikan intramuskuler 0,5 cc diulang 3 kali,produk Cervarix

diberikan bulan ke 1 dan 6 sedangkan Gardasil bulan ke 2 dan 6 (dianjurkan

pemberian tidak melebihi waktu 1 tahun).Pemberian booster (vaksin

ulangan),respon antibodi pada pemberian vaksin sampai 42 bulan ,untuk


12
menilai efektifitas vaksin diperlukan deteki respon antibody.Bila respon

antibody rendah dan tidak mempunyai efek penangkalan maka diperlukan

pemberian boosterfektifitas vaksin juga sangat tinggi pada wanita yang tidak

mendapatkan protocol vaksin secara lengkap.Efektifitas vaksin dihubungkan

dengan infeksi

2) Alat Teknologi terapan dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan

keluarga Berencana.

a. Mammografi

Mamografi (mammography) adalah prosedur pemeriksaan dengan

menggunakan sinar-X atau rontgen dosis rendah untuk mengambil

gambar jaringan payudara. Tes pemeriksaan ini dilakukan untuk

mendeteksi adanya pertumbuhan atau perubahan abnormal pada

jaringan payudara, termasuk untuk mengetahui keberadaan kanker.

13
Mamografi merupakan prosedur yang sangat bermanfaat bagi wanita,

terutama yang memiliki faktor risiko kanker payudara. Meski

demikian, prosedur pemeriksaan ini tidak dapat mencegah kanker

payudara. Sebagai salah satu tes kesehatan bagi wanita,

mammography bertujuan untuk mendeteksi kanker payudara sedini

mungkin. Semakin cepat dideteksi, kanker akan lebih mudah diobati

dan bahkan disembuhkan.

Secara umum, American Cancer Society merekomendasikan

pemeriksaan perlu dimulai pada wanita usia 40 hingga 44 tahun. Pada

usia inilah mamografi dapat mendeteksi kelainan pada payudara.

Memasuki usia 45 hingga 54 tahun, wanita perlu menjalani tes ini

setiap tahun. Barulah pada usia 55 tahun ke atas, pemeriksaan

mamografi boleh dilakukan setiap dua tahun sekali. Penting untuk

dipahami, risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya

usia. Itulah mengapa semua wanita usia menopause harus melakukan

mamografi secara teratur.

b. PAP SMEAR

14
Pap smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim

(serviks) pada wanita. Pap smear juga dapat menemukan sel-sel

abnormal (sel prakanker) di leher rahim yang dapat berkembang

menjadi kanker. Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di

serviks. Setelah itu, sampel sel tadi akan diteliti di laboratorium agar

diketahui apakah di dalam sampel tersebut terdapat sel prakanker atau

sel kanker. Pap smear juga bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi

atau peradangan pada serviks.

Tujuan dan Indikasi Pap Smear

Pap smear bertujuan untuk mendeteksi kanker leher rahim

(kanker serviks) sejak dini. Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan

setiap 3 tahun sekali pada wanita usia 21 tahun ke atas. Bagi wanita

usia 30ꟷ 65 tahun, pap smear bisa dilakukan tiap 5 tahun sekali, tetapi

perlu dikombinasikan dengan pemeriksaan HPV.Pap smear juga

dianjurkan bagi wanita yang berisiko tinggi terserang kanker leher

rahim tanpa memandang usia. Wanita dengan risiko tinggi tersebut

adalah mereka yang memiliki faktor berikut:

a) Memiliki riwayat keluarga dengan kanker serviks

b) Mendapatkan hasil abnormal (lesi prakanker) pada pap smear

sebelumnya

c) Menderita HIV

d) Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya akibat menjalani

transplantasi organ, kemoterapi, atau menggunakan kortikosteroid

dalam jangka panjang

15
e) Menderita penyakit menular seksual, seperti herpes genital atau

chlamydia

f) Memiliki lebih dari satu pasangan seksual

g) Memiliki kebiasaan merokok

h) Terpapar atau menggunakan obat dietilstilbestrol (DES)

Pemeriksaan pap smear secara berkala dapat dihentikan pada

wanita yang telah menjalani operasi pengangkatan seluruh rahim dan

serviks (histerektomi total), tetapi dengan catatan bahwa prosedur

tersebut tidak dilakukan karena adanya kanker atau lesi prakanker.

Jika histerektomi total dilakukan karena kanker atau prakanker, pap

smear harus tetap dijalani secara rutin. Pap smear rutin juga dapat

dihentikan pada wanita usia 65 tahun ke atas yang 3 kali hasil pap

smear sebelumnya normal dalam rentang waktu 10 tahun.

c. Tes IVA

Tes IVA adalah kepanjangan dari inspeksi visual dengan asam

asetat. Tes IVA ini bertujuan untuk mendeteksi dini kanker serviks.

Sesuai namanya, IVA test adalah pemeriksaan visual yang dapat

dilakukan dengan mata telanjang dengan memanfaatkan asam asetat

16
dalam prosesnya. Pemeriksaan IVA setidaknya perlu dilakukan satu

kali ketika seorang wanita memasuki usia 35-40 tahun. Setelahnya, tes

ini bisa diulang setiap satu atau lima tahun sekali pada rentang usia 35-

55 tahun. Di samping itu, IVA test perlu dilakukan oleh wanita

berisiko kena kanker leher rahim

3) Metode alat kontrasepsi sederhana dengan alat

a) Kondom
Merupakan selubung /sarung karet yang dapat terbuat dari

berbagai bahan diantaranya latex (karet),plastic(vinil),atau bahan

alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan

sex. Cara kerja kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma

dan sel telur dengan caramengemas sperma diujung selubung karet

yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah

kedalam saluran reproduksi perempuan.

b) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,terbuat dari


latex (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks. Cara kerja menahan sperma agar tidak
mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus
dan tuba fallopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
c) Spermisida

17
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)

digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma yang

dikemas dalam bentuk aerosol (busa),tablet vaginal,suppositoria dan

krim.

d) Kontrasepsi kombinasi

1) Pil kombinasi
2) Suntikan kombinasi
e) Kontrasepsi progestin

1) Kontrasepsi suntikan progestin

2) Kontrasepsi pil progestin (mini pil)

3) Kontasepsi implant (alat kontrasepsi bawah kulit)

f) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR adalah alat kontrasepsi dalam rahim atau spiral adalah alat

kontrasepsi (kontrol kelahiran) yang dimasukkan ke dalam rahim oleh

dokter kandungan dan terbuat dari plastik dan logam (biasanya

tembaga). Fungsinya mencegah telur wanita yang dibuahi agar tidak

menetap di dinding rahim. Jenis AKDR yang paling umum adalah

Copper T dan Loop Lippes. Jika dimasukkan tidak benar, AKDR

dapat menyebabkan jaringan parut dan perdarahan rahim. Istilah

dalam bahasa Inggris adalah IUD (Intra Uterine Device).

g) Kontrasepsi mantap

1) Tubektomi

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan

fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen.

2) Vasektomi

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas

18
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia

sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi

(penyatuan dengan ovum) tidak terjadi

4) Prosedur teknologi terapan dalam pelayanan kesehatan reproduki dan

keluarga berencana.

a. Skreening keganasan

a) Pap smear

Cara melakukan tes pap smear secara tehnis yaitu pengambilan

sapuan lender dengan menggunakan spatula atau sejenisnya

sikat halus.lendir leher rahim diambiloleh dokter atau bidan

untuk dioleskan dan difiksasi (dilekatkan) pada kaca benda

kemudian dengan menggunakan mikroskop seorang ahli

sitologi (sel) akan menguji sel rahim tetsebut. Alasan harus

dilakukan pap smear

1) Menikah pada usia muda

2) Melakukan senggama sebelum usia 20 tahun

3) Melahirkan lebih dari 3 kali

4) Pemakaian alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun terutama

IUD dan hormonal

5) Perdarahan setiap hubungan seksual

6) Mengalami keputihan atau gatal –gatal pada vagina.

7) Sudah menopause dan mengeluarkan darah pervaginam

8) Berganti-ganti pasangan dalam senggama

b) Persiapan sebelum pap smear

1) Tidak melakukan hubungan suami-istri 48

19
2) jam sebelum pengambilan lender mulut rahim

3) Waktu yang baik dalam pengambilan adalah

4) 2 minggu setelah haid.

5) Jangan menggunakan pembasuh antiseptic

6) atau sabun antiseptic disekitar vagina selam

7) 72 jam

8) Sudah menopause pap smear dapat

9) dilakukan kapan saja.

10) Tidak sedang dalam keadaan haid.

b. Kondom

Cara kerjanya yaitu


1) Pegang bungkus kondom dengan kedua tangan,lalu dorong

kondom dengan jari ke posisi bawah.

2) Dorong kondom dari bawah agar keluar dari bungkusannya

kemudian pegang kondom dan perhatikan bagian yang

menggulung harus berada disebelah luar

3) Pada saat kondom dipasang ,penis harus dalam keadaan tegang

(ereksi)

4) Setelah ejakulasi ,cabut penis dari vagina ketika masih ereksi

dan tahan kondom dipangkal penis dengan jari agar kondom

tidak lepas dan tidak meninggalkan air mani di vagina

5) Setelah digunakan ,ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar

dan langsng dibuang ketempat yang seharusnya agar orang lain

utamnya anak-anak tidak terkontaminasi

20
5) Sistem penerapan teknologi dalam pelayanan kesehatan reproduksi

dan Keluarga Berencana.

Dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan Keluarga berencana

diperlukan suatu system yang sistematis sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan. Biasanya dituangkan dalam bentuk SOP (standar operasional

prosedur) yang menjadi acuan langkah-langkah dalam proses pelayanan ke

pasien dan tetap berpedoman pada aturan –aturan yang berlaku dari

pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknologi Terapan dan Tepat Guna merupakan teknologi yang telah

dikembangkan secara tradisional dan proses pengenalannya banyak ditentukan

oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat setempat.

Sebelum menggunakan TTG, terlebih dahulu kita lakukan penerapan

dari TTG tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya penerapan ini di

harapkan masyarakatnya berubah dan mengerti tentang manfaat TTG dan

mampu menggunakan TTG tersebut dengan sebaik mungki. Sehingga

penggunaa dari TTG tersebut bermanfaat bagi masyarakat, yaitu dapat

memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat karena kebutuhan

masyarakat semakin hari semakin meningkat.

Penerapan teknologi dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan

keluarga berencana merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas

pelayanan dari segi prosesnya,keefektifannya,kecepatan dan efesien dalam

proses pelayanannya sehingga memudahkan masyarakat dalam memperoleh

pelayanan dari tenaga kesehatan dokter atau bidan difasilitas kesehatan.

B. Saran

Penerapan tekhnologi tepat guna dalam pelayanan masih harus tetap


dikembangkan lagi guna untuk membenahi pelayanan maupun fasilitas yang
sudah ada saat ini
Diharapakan pelayanan kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana
akan terus dikembangkan seiring dengan perkembangan teknologi yang

22
semakin pesat sehingga dapat semakin memudahkan masyarakat dalam
menerima pelayanan sehingga tercipta pelayanan yang berkualitas dan
professional dibidangnya khususnya bidan dalam penerapannya ke masyarakat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Setiawati (2014) .Human Pappiloma Virus Dan Kanker Serviks.Jurnal


Kesehatan Masyarakat.6(2):450-457

Kusmiran. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Kementerian Kesehatan RI.( 2020). Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan


KIA dan KB. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Mam Santoso,dkk.(2008) Identifikasi Keberadaan Tumor Pada Citra Mammografi


Menggunakan Metode Run Length.Jurnal Teknik Elektro.10(1):43

Wiknjosastro H,dkk.(2010) Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo FK UI

Mizna Sabilla,Iram Barida Maisya,(2016),Gambaran Perilaku Wanita Dalam


Penggunaan Kontrasepsi Sterilisasi Wanita Dipamulang,Kota Tangerang
selatan,Jurnal Kesehatan Reproduksi

Saifuddin, AB, dkk (2005). Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi,Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Rokayah, Y, dkk (2021) Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana,
Pekalongan : PT NEM

24

You might also like