You are on page 1of 2

Dalam Islam, ada tiga kunci kebahagiaan hidup yakni selalu bersyukur, bersabar dan beristighfar.

Bila setiap
muslim mengamalkan tiga kunci ini, maka Allah Subhanahu wa ta'ala akan memberikan kebahagiaan luar biasa
dalam hidupnya. Dalam bukunya yang sangat masyhur yang berjudul "Qawaidul Arba (4 kaidah penting dalam
memahami kesyirikan)', Imam Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi mengatakan, "Semoga Allah menjadikan
anda termasuk di antara orang yang apabila dia diberi dia bersyukur, apabila diuji, dia bersabar, dan apabila
melakukan dosa, dia beristighfar. Karena tiga hal ini merupakan tanda kebahagiaan.” Baca juga: 6 Golongan
Orang yang Bahagia dalam Pandangan Al-Qur'an Surat Al Mu'minun Imam Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi
kemudian menjelaskan tiga kunci kebahagiaan hidup tersebut sebagai berikut: 1. Bersyukur ketika mendapat
nikmat Dengan sikap ini, orang akan tetap mendapatkan tambahan nikmat dan keberkahannya. Sebagaimana
janji Allah ta’ala, dalam firman-Nya: ‫عَذ ِاب ۡى لَ َشد ِۡي ٌد‬ َ َّ‫" َوا ِۡذ َتا َ َّذنَ رَ ُّب ُكمۡ لَ ِٕٮ ۡن َش َك ۡر ُتمۡ اَل َ ِز ۡي َد َّنـ ُكمۡ‌ َولَ ِٕٮ ۡن َك َف ۡر ُتمۡ اِن‬Jika kalian bersyukur maka
sungguh Aku akan tambahkan untuk kalian, dan jika kalian kufur, sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS.
Ibrahim: 7) Hanya saja perlu kita ingat. Sikap ini tidaklah mudah. Kita baru bisa bersyukur, ketika kita merasa
bahwa apa yang ada pada diri kita adalah pemberian Allah yang sudah sangat banyak. Dengan ini, kita tidak
akan membandingkan kenikmatan yang ada pada diri kita dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang
lebih ‘sukses’ dari pada kita. Inilah kunci yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
Lihatlah kepada orang yang (nikmatnya) lebih bawah dari pada kalian. Jangan melihat kepada orang yang
(nikmatnya) di atas kalian. Dengan ini, akan lebih memungkinkan, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah
pada diri kalian.” (HR. Turmudzi). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakui bahwa manusia memiliki sifat
hasad dan selalu menginginkan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Dengan sebab ini, orang akan
melupakan nikmat yang ada pada dirinya. Karena itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan kepada
manusia agar menutup celah timbulnya perasaan ini, dengan membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan
orang yang lebih rendah kenikmatannya dari pada nikmat yang ada pada dirinya. 2. Bersabar ketika mendapat
ujian Ujian dan cobaan merupakan salah satu bagian dalam kehidupan manusia. Tidak ada kenikmatan mutlak
di alam dunia ini. Sehebat apapun manusia, sekaya apapun dia, kenikmatan yang dia rasakan akan bercampur
dengan ujian dan cobaan. Namun, orang yang beriman bisa mengkondisikan keadaan yang sejatinya pahit ini
sebagai bagian dari kebahagiaan. Itulah sikap sabar dan mengharap pahala dari Allah ta’ala. Karena itu,
semakin besar sikap sabar yang dilakukan, semakin besar pula kebahagiaan yang dia rasakan. Barangkali,
inilah diantara rahasia bahwa semakin sempurna keimanan seseorang maka semakin besar pula ujian yang
Allah berikan kepadanya. Dinyatakan dalam sebuah hadis, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya besarnya pahala sepadan dengan besarnya ujian.
Sesungguhnya Allah, apabila mencintai seseorang maka Allah akan mengujinya. Siapa yang ridha (dengan
takdir Allah) maka dia akan mendapatkan ridha (Allah). Siapa yang marah (dengan takdir Allah) maka dia akan
mendapatkan murka (Allah)” (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan dinilai hasan shahih oleh al-Albani) Di antara
hikmah Allah memberikan ujian kepada kaum mukminin adalah agar mereka tidak merasa bahwa kehidupan
dunia ini sebagai kenikmatan mutlak, sehingga mereka akan senantiasa mengharapkan akhirat. Baca juga: 6
Keutamaan Puasa Arafah, Nomor 1 Menghapuskan Dosa 2 Tahun 3. Memohon ampunan (istighfar) ketika
berdosa Bukanlah sifat orang mukmin yang bertaqwa, sama sekali tidak memiliki dosa. Hamba beriman yang
baik adalah hamba yang ketika melakukan dosa dia segera bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah.
Allah berfirman: َ‫الذ ُن ۡوبَ ِااَّل هّٰللا ُ ۖ َولَمۡ يُصِ رُّ ۡوا عَ ٰلى مَا َف َعلُ ۡوا َوهُمۡ ي َۡعلَم ُۡون‬
ُّ ‫اس َت ۡغ َفر ُۡوا ل ُِذ ُن ۡو ِب ِهۡـم َوم َۡن ي َّۡغفِ ُر‬ ۡ ‫َوالَّذ ِۡينَ ا َِذا َف َعلُ ۡوا َفا ِح َش ًة اَ ۡو َظلَم ُۡۤوا اَ ۡنفُ َسهُمۡ َذ َكرُوا هّٰللا َ َف‬
"(Orang yang bertaqwa) adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka” (QS. Ali Imran: 135) Dan
inilah bagian tabiat manusia yang tidak bisa dihilangkan dari diri mereka. Akan tetapi, yang lebih penting adalah
bagaimana seorang mukmin bisa segera bertaubat ketika melakukan dosa. Disebutkan dalam hadis, dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Demi Dzat Yang jiwaku berada di
tangan-Nya. Andaikan kalian sama sekali tidak melakukan dosa, Allah akan menghilangkan kalian, kemudian
Allah datangkan sekelompok orang yang mereka melakukan perbuatan dosa kemudian bertaubat, lalu Allah
mengampuni mereka.” (HR. Muslim) Hal inilah yang dirasakan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Para manusia mulia ini, khawatir, jangan-jangan termasuk orang munafik, ketika mereka merasa lebih bertaqwa
pada saat di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi ketika berada di rumah, mereka masih melekat
dengan dunia. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, ketika
kami melihat anda, hati kami menjadi lunak, dan kami seolah menjadi penduduk akhirat. Namun ketika kami jauh
dari anda, kami menginginkan dunia dan bercanda dengan para istri dan anak. Kemudian beliau bersabda: Jika
kalian setiap saat dalam keadaan sebagaimana ketika kalian berada di dekatku (seolah menjadi penduduk
akhirat), niscaya para malaikat akan menyalami kalian dengan telapak tangan mereka dan mengunjungi kalian di
rumah kalian. Andai kalian tidak pernah melakukan perbuatan dosa, niscaya Allah akan mendatangkan kaum
yang berdosa (kemudian bertaubat) agar Allah mengampuni mereka” (HR. Ahmad). Baca juga: 4 Sumber
Keburukan yang Menyesatkan Manusia, Nomor Terakhir Picu Malapetaka Wallahu a’lam

Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Senin, 04 Juli 2022 - 18:55 WIB oleh Widaningsih
dengan judul "Inilah 3 Kunci Kebahagiaan Hidup Dalam Islam". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://kalam.sindonews.com/read/817097/72/inilah-3-kunci-kebahagiaan-hidup-dalam-islam-1656932856?
showpage=all
Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download aplikasi SINDOnews.
- Android: https://sin.do/u/android
- iOS: https://sin.do/u/ios

You might also like