You are on page 1of 6

Biospektrum Jurnal Biologi, Volume 1(1), April 2022 (78-83)

Penentuan Saat Panen Jahe Merah dan Tantangan-Tantangan


Utamanya Dalam Budidaya Sistem TOGA di Kabupaten Sleman
1)
P. Wiryono Priyotamtama, SJ, 2)Florentina Budi Ardiani,
2)
Theodora Melisa Anggraeni, dan 2)Debby Elisabeth
1)
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi – FKIP
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
2)
Mahasiswa Asisten Program Studi Pendidikan Biologi – FKIP
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
*Korespondensi pwiryono@jesuits.net

Abstract— There is an uncertainty in the determination of the harvest time faced by the TOGA red ginger
cultivation business actors in Sleman Regency. There is a strong tendency to harvest ginger before it reaches the
age of harvestable crops, ie 7 to 12 months. The problem interesting to be investigated is why such thing happened?
Analytical descriptive study using the approach of observation, interviews, aroma tests, and statistical analysis of
collected data was implemented to respond the above question. It shows that the harvest of ginger before time can
still produce a level of aroma of ginger that is worth enjoying. But the number of crops is still below the optimal
level. TOGA business actors tend to harvest red ginger before reaching harvest time. There are various causes.
However, these two are the main contributing factors: 1) orientation of the ginger cultivation of the TOGA system
that is in order to meet not only the nucleus family’s needs but also the extended family’s needs and 2) drastically
depleted water availability due to the arrival of the dry season which is too fast. The first contributing factor can be
related to the Javanese wisdom applied in the family based farming system.

Kata kunci —: TOGA, red ginger, Sleman regency

ini perlu diorientasikan tidak hanya untuk


I. PENDAHULUAN mencukupi kebutuhan obat keluarga tetapi juga
TOGA adalah singkatan dari tanaman obat untuk penyediaan bahan obat bagi usaha kecil
keluarga. Istilah ini diperkenalkan secara luas serta usaha menengah bidang obat-obatan herbal.
sudah sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Usaha budidaya ini diharapkan dikembangkan
Kesehatan Republik Indonesia No berdasarkan prinsip kemandirian (Tukiman, 2004).
99a/Menkes/SK/III/1982 tanggal 2 Maret 1982 Lewat TOGA diperkenalkan adanya
Tentang Sistem Kesehatan Nasional. Istilah ini berbagai jenis tanaman obat tradisional yang
mulai banyak diperdengarkan lagi seiring dengan mudah ditanam di lahan pekarangan rumah tangga.
keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia No. Jenis-jenis tanaman obat tradisional sangat banyak.
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Dalam Pasal Alwib (2018) menyebut adanya sebanyak 100
48 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan jenis tanaman obat keluarga yang bisa
tradisional merupakan salah satu kegiatan dibudidayakan. Dari jenis-jenis ini yang paling
pelayanan kesehatan yang dipercayakan kepada banyak dikenal oleh masyarakat adalah tanaman
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat jahe. Mengapa paling banyak dikenal? Pertama
melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, karena kemanfaataannya sangat luas. Selain untuk
dan rehabilitatif. Usaha budidaya tanaman obat bahan obat-obatan, bisa dimanfaatan sebagai
keluarga merupakan usaha budidaya rumahan minuman penghangat tubuh, sebagai bumbu
dengan memanfaatkan tanah sekitar rumah masak, bahan pengawet, dan campuran berbagai
berapapun luasnya. Selain dekat rumah, budidaya produk industri pangan. Kedua, jahe mudah

P. Wiryono Priyotamtama, SJ, Florentina Budi Ardiani, Theodora Melisa Anggraeni, dan Debby Elisabeth 78
Biospektrum Jurnal Biologi, Volume 1(1), April 2022 (78-83)
dibudidayakan. Di manapun bisa ditanam. Tidak optimal. Kapan saat panen paling tepat merupakan
hanya di daerah tropis, tetapi juga di daerah sub- masalah yang memerlukan penelitian untuk bisa
tropis. Ketiga, jahe sangat mudah diolah untuk menjawabnya.
bisa dikonsumsi langsung oleh keluarga. Tujuan penulisan artikel ilmiah ini adalah
Dalam perspektif kajian tanaman jahe memberikan jawaban atas tiga pertanyaan tentang
(Zingiber officinale R.) penelitian ini dirancang penentuan saat panen: 1) pada usia berapa
dengan mengambil fokus utamanya penetapan saat tanaman jahe merah bisa dinyatakan layak panen?,
panen dalam budidayanya. Mengapa dipilih fokus 2) bagaimana penetuan saat panen jahe merah de
saat panen? Pertama, karena tanaman ini sangat fakto dilakukan oleh para pelaku budidaya sistem
mudah dibudidayakan oleh masyarakat dan bisa TOGA di Kabupaten Sleman?, dan 3) faktor-
dipanen hasilnya setiap saat. Akibatnya faktor tantangan macam apa dijadikan dasar
masyarakat cenderung tidak merasa perlu pertimbangan melakukan panen?
menetapkan saat panen yang paling tepat. Kalau
ada kebutuhan, baiklah dipanen saja walau
sebenarnya belum saatnya dipanen. Kedua, II. TINJAUAN PUSTAKA
tanaman ini memiliki nilai ekonomi tinggi Ada sejumlah khasiat yang telah berhasil
khususnya ketika masyarakat bisa menjadikannya diteliti oleh kalangan ahli meliputi khasiat
sebagai komoditas ekspor. Namun untuk bisa immune-modulatory, anti-tumorigenic, anti-
memenuhi kualitas ekspor perlu dilakukan inflamatory, anti-apoptotic, anti-hyperglycemic,
panenan pada saat rimpang jahe mencapai tingkat anti-lipidemic, dan anti-oxydant (Badreldin, et al.,
kematangan paling optimal. Ketiga, selain 2007). Tingkat kandungan senyawa-senyawa ini
rimpang sebenarnya daun jahe juga bisa sangat dipengaruhi oleh keberlangsungan proses
dimanfaatkan sebagai bahan obat. Peluang ini metabolik sekunder tanaman. Pada tanaman jahe
membuka kemungkinan untuk pelaku usaha kandungan senyawa-senyawa ini paling tinggi
budidaya memanen daun di saat tanaman masih ditemukan pada rimpangnya. Tahap
muda dan membiarkan rimpang bisa tumbuh serta pertumbuhan rimpang menentukan tingkat
berkembang sampai ke tingkat paling optimal kandungan senyawa-senyawa tersebut. Pada saat
(Hill, A. F., 1952; Ali Ghasemzadeh, et al., 2010). pertumbuhan rimpang berhenti pada usia 160 hari
Nilai kemanfaatan jahe terutama terletak atau 5,5 bulan, pada saat itulah kandungan
pada tingkat kandungan senyawa-senyawa hasil senyawa-senyawa hasil metabolik sekunder
proses metabolik sekunder tanaman tersebut. mencapai kelengkapan. Pada saat itulah proses
Senyawa hasil proses metabolik sekunder inilah pemanenan untuk mendapatkan senyawa-senyawa
yang memiliki khasiat obat. Ada sejumlah khasiat hasil metabolisme sekunder sudah bisa dilakukan
yang telah berhasil diteliti oleh kalangan ahli walau diduga belum bisa dikatakan layak panen.
meliputi khasiat immune-modulatory, anti- Penelitian penulis terkait penetuan saat panen
tumorigenic, anti-inflamatory, anti-apoptotic, yang mendahului penyusunan artikel ilmiah ini
anti-hyperglycemic, anti-lipidemic, dan anti- menyimpulkan bahwa periode layak panen untuk
oxydant (Badreldin et al., 2007). Tingkat jahe merah sistem TOGA adalah 7 s/d 12 bulan.
kandungan senyawa-senyawa ini sangat Namun de fakto ketentuan ini tidak diikuti oleh
dipengaruhi oleh keberlangsungan proses para pelaku usaha di lapangan karena
metabolik sekunder tanaman. Pada tanaman jahe pertimbangan-petimbangan tertentu.
kandungan senyawa-senyawa ini paling tinggi Jahe merupakan jenis tanaman rempah-
ditemukan pada rimpangnya. Tahap pertumbuhan rempah dan obat-obatan yang paling penting dari
rimpang menentukan tingkat kandungan senyawa- kelompok tanaman rimpang. Kelompok tanaman
senyawa tersebut. Pada saat pertumbuhan rimpang rimpang didominasi oleh famili Zingiberaceae.
berhenti pada usia 160 hari, pada saat itulah Mengapa disebut kelompok tanaman rimpang?
kandungan senyawa-senyawa hasil metabolik Karena kelompok tanaman ini memiliki rimpang
sekunder mencapai kelengkapan. Pada saat itulah yakni bagian akar yang membentuk rimpang mirip
proses pemanenan untuk mendapatkan senyawa- tanduk. Rimpang ini merupakan bagian terpenting
senyawa hasil metabolism sekunder sudah bisa dari jahe karena mengandung bahan-bahan yang
dilakukan walau diduga belum mencapai tingkat berkhasiat baik sebagai rempah-rempah maupun

P. Wiryono Priyotamtama, SJ, Florentina Budi Ardiani, Theodora Melisa Anggraeni, dan Debby Elisabeth 79
Biospektrum Jurnal Biologi, Volume 1(1), April 2022 (78-83)
sebagai obat-obatan. Daerah asal tanaman jahe obatan juga sebagai bahan pembuatan kue,
oleh A.F. Hill (1952) disebut Asia Tenggara. minuman, permen, dan kosmetik (Hill, A.F., 1952;
Namun karena penggunaan jahe sebagai bahan Setyaningrum dan Saparinto, 2015; Tim
obat yang sudah lama di India dan Cina TRUBUS, 2018).
masyarakat beranggapan bahwa jahe berasal dari Pertumbuhan tanaman jahe sangat
India dan Cina (Setyaningrum, dan Saparinto, dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang
2015). bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor
Setyaningrum dan Saparinto (2015) internal meliputi varietas tanaman, kualitas bibit,
mengatakan bahwa di Indonesia ada tiga jenis dan kondisi fisiologis serta morphologis tanaman
tanaman jahe yang paling banyak dibudidayakan. sepanjang masa pertumbuhan. Faktor-faktor
Ketiga jenis tersebut adalah jahe putih besar atau eksternal meliputi : kondisi media tanam,
jahe gajah, jahe putih kecil atau jahe emprit, dan intensitas sinar matahari, ketersediaan nutrisi serta
jahe merah. Masing-masing memiliki nama air untuk tanaman, pemupukan, serangan hama
Latinnya sendiri-sendiri. Jahe putih kecil memiliki penyakit, dan perawatan tanaman (Dake, G.N.,
nama Latin : Zingiber officinale var. Amarum. 1995; Simarmata dan Hamdani, 2003; Stirling,
Jahe merah diberi nama Latin : Zingiber officinale A.M., 2004; Lesmana, 2008; Suparjono, 2016).
var. Rubrum atau Roxb. Ukuran rimpang, warna Kualitas pertumbuhan tanaman jahe sangat
rimpang, panjang rimpang, rasa atau aromanyam menentukan kualitas produk dilihat dari tingkat
dan tingkat produksi menentukan penjenisan jahe. produksi, penampilan luar, dan aromanya.
Jahe putih besar atau jahe gajah menampilkan Tingkat produksi jahe merah selain
ukuran rimpang yang besar, berwarna putih ditentukan oleh faktor genetik dari varietas terkait
kekuningan, dengan ukuran panjang: 15,83 – juga ditentukan oleh faktor-faktor produksi lain
32,75 cm, dan beraroma kurang tajam. seperti: perubahan sistem penanaman, pengelolaan
Kemampuan produksinya paling tinggi yakni 10 – media tanam, penggunaan jenis pupuk, frekwensi
25 ton per hektar. Jahe putih kecil atau jahe emprit pemupukan, pengolahan tanah, dan perlakukan-
berukuran rimpang kecil, warna rimpang putih, perlakuan khusus lain yang diterapkan oleh pelaku
panjang rimpang : 6,13 – 31,7 cm, beraroma usaha budidaya. Secara genetik bisa dikatakan
tajam, dan mampu berproduksi sampai 10 – 20 ton bahwa jahe merah memiliki potensi produksi
per hektar. Jahe emprit memiliki ukuran rimpang terbatas yakni antara 8 ton dan 15 ton per hektar
yang kecil dan berwarna merah. Panjang rimpang (Setyaningrum dan Saparinto, 2015). Dalam
mencapai : 12,33 – 12,6 cm. Aromanya sangat batasan potensi produksi ini bisa dijumpai variasi
tajam. Kemampuan produksinya bisa mencapai 8 tingkat produksi di lapangan yang sangat lebar
– 15 ton per hektar. akibat pemilihan saat panen berbeda. Hal terakhir
Aroma tajam dari jahe berasal dari minyak terjadi karena pemenuhan kebutuhan atau
asiri jahe. Minyak atsiri ini diberi nama oleoresin pemanfaatan jahe yang bervariasi.
atau gingerin. Oleoresin merupakan campuran Secara teoritis pertumbuhan jahe bisa
resin dan minyak asiri yang berasal dari pelarut diindentifikasi dalam tahapan-tahapan atau fase-
organik pada tanaman jahe. Dari tiga jenis fase sebagai berikut: (1) fase pertunasan, (2) fase
tanaman jahe seperti diperkenalkan di atas, bibit, (3) fase pertumbuhan dan perkembangan,
oleoresin merupakan minyak yang paling banyak dan (4) fase rimpang tidur (Lijiu et al., 2010).
dijumpai pada jenis jahe merah. Minyak atsiri jahe Terkait dengan permasalahan pemilihan saat
memiliki berbagai macam khasiat bagi manusia. panen, ada dua fase atau tahapan paling krusial
Khasiat-khasiat yang banyak disebut adalah yakni fase pertumbuhan dan perkembangan dan
:membuka pembuluh darah kulit sehingga fase rimpang tidur. Fase pertumbuhan dan
menyebabkan rasa hangat di badan, merangsang perkembangan berhenti pada umur tanaman 160
pengeluaran keringat, menurunkan suhu badan, hari. Sesudah itu dilanjutkan dengan fase rimpang
menjaga imunitas serta vitalitas tubuh, tidur. Namun dalam penelitian yang dilakukan di
merangsang ereksi, anti pembengkakan, dan Kebon Percobaan Program Studi Pendidikan
menyembuhkan berbagai macam penyakit antara Biologi USD tahun 2017 ditemukan bahwa
lain masuk angin serta sakit perut. Manfaat jahe dengan memberi perlakuan khusus misalnya
selain sebagai bahan rempah-rempah serta obat- tambahan pupuk, fase perkembangan berupa

P. Wiryono Priyotamtama, SJ, Florentina Budi Ardiani, Theodora Melisa Anggraeni, dan Debby Elisabeth 80
Biospektrum Jurnal Biologi, Volume 1(1), April 2022 (78-83)
penambahan jumlah anakan serta peningkatan layak bagi tanaman jahe merah sistem TOGA di
berat rimpang masih dimungkinkan setelah usia wilayah Kabupaten Sleman yakni usia antara 7 s/d
160 hari. Pada saat dipanen pada usia sekitar 8 12 bulan dan ketersediaan air sebagai tantangan
bulan, masih ditemukan anakan baru (Wiryono, P., utama dalam usaha mencapai usia layak panen
2017). tersebut.
Program TOGA banyak diterapkan sebagai
usaha budidaya tanaman jahe skala rumah tangga. IV. HASIL PENELITIAN DAN
Usaha budidaya tanaman jahe skala rumah tangga PEMBAHASAN
terkait erat dengan kebutuhan-kebutuhan rumah a. Tingkat Produksi Berdasarkan Jumlah
tangga. Dalam skala rumah tangga jahe ditanam Anakan dan Berat Rimpang
lebih untuk memenuhi kepentingan penyediaan Observasi di bulan Mei dan Juni 2018
bahan bumbu masak dari pada untuk penyediaan menemukan tanaman jahe yang ditanam di lahan
bahan jamu, obat-obatan, kosmetik, atau industri pelaku usaha budidaya jahe sistem TOGA masih
pangan. Jahe untuk penyedap masakan bisa berusia muda. Paling muda berusia 1 dan paling
mengambil dari tanaman jahe yang masih berumur tua berusia 7 bulan. Jumlah anakan minimum
empat bulan (Setyaningrum dan Saparinto, 2015). adalah 0 batang dan maksimum adalah 6 batang.
Pada umur tersebut seperti disebutkan Angka 0 menunjukkan bahwa tanaman berusia 1
sebelumnya, tanaman jahe masih berada pada fase bulan belum menunjukkan munculnya anakan.
pertumbuhan dan perkemangan. Secara teoritis Jumlah anakan paling banyak yakni 6 anakan
belum saatnya dipanen karena jumlah anakan ditemukan bukan pada tanaman berusia paling tua
masih bisa bertambah. Demikian juga rimpang yakni 7 bulan melainkan pada tanaman jahe
masih bisa berkembang lebih besar dan lebih merah lebih muda yang berusia 6 bulan. Jumlah
berat. Namun itulah yang banyak terjadi pada anakan berkorelasi tidak hanya dengan tingkat
budidaya jahe berskala rumah tangga. usia tanaman melainkan juga dengan kondisi bibit,
kondisi media tanam, akses terhadap sinar
matahari, ketersediaan air, serangan hama serta
III. METODE PENELITIAN
penyakit, dan sistem budidaya (Wiryono, P., 2017;
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Setyaningrum dan Saparinto, 2015; Soeparjono.
metode deskriptif analitis yang menggunakan 2016; Simarmata dan Hamdani. 2003; Lesmana.
tanaman jahe merah dari lahan budidaya sistem 2008; Dake, G.N., 1995).
TOGA milik 10 pelaku usaha TOGA di wilayah Dalam kondisi optimal terkait dengan bibit,
Kabupaten Sleman sebagai bahan kajiannya. media tanam, akses terhadap sinar matahari,
Kajian deskriptif analitis dipilih karena bisa ketersediaan air, dan sistem budidaya TOGA yang
memberikan gambaran tentang bahan kajian mengandalkan penggunaan polibag ukuran 40 cm
secara spesifik. Digunakan pula analisa kritis x 40 cm, budidaya tanaman jahe merah berpotensi
dengan harapan kesimpulan-kesimpulan yang menghasilkan jumlah anakan sebanyak 20 batang
ditarik bisa dilengkapi dengan catatan-cacatan dengan berat rimpang rata-rata 1 kg. Mengapa
kritis (Soegiyono 2016; J.W. Creswell, 2014; potensi ini dalam budidaya tahun terakhir tak
Sugiyono, 2016). tercapai? Jawaban yang bisa diberikan lewat
Sampel ditetapkan dengan mengikuti penelitian adalah adanya pertimbangan-
stratifikasi geografis yakni 4 orang mewakili pertimbangan khusus di luar pertimbangan teknis
wilayah geografis berjarak dekat dari kota budidaya sangat mempengaruhi penentuan saat
Yogyakarta (<9 km), 4 orang mewakili wilayah panen yang berakibat pada tingkat capaian
berjarak sedang dari kota (9 km s/d 18 km), dan 2 produksi optimal tanaman jahe merah di wilayah
orang mewakili wilayah berjarah jauh dari kota penelitian.
(>18 km). Dari sampel ini diperoleh data spesifik
hasil observasi dan wawancara terkait umur b. Kualitas Aroma dan Kepedasan
tanaman, jumlah anakan, berat rimpang, dan Berdasarkan Umur
aroma. Dengan penerapan analisa kritis dan Wawancara yang dilakukan bersamaan
dilengkapi dengan analisa statistik ANOVA dengan observasi menghasilkan temuan menarik
diperoleh gambaran tentang saat panen yang yakni bahwa capaian kualitas aroma dan

P. Wiryono Priyotamtama, SJ, Florentina Budi Ardiani, Theodora Melisa Anggraeni, dan Debby Elisabeth 81
Biospektrum Jurnal Biologi, Volume 1(1), April 2022 (78-83)
kepedasan yang memenuhi harapan konsumen dinikmati selain oleh keluarga juga oleh tetangga
bisa dicapai tanpa harus menunggu saat layak atau anggota masyarakat sekitar kebun TOGA.
panen yakni usia 7 s/d 12 bulan tiba. Dalam uji Setiap kali datang tetangga atau anggota
organolpetik dengan menggunakan skala skor 1 masyarakat untuk meminta bantuan obat
s/d 7 untuk tingkat aroma dan kepedasan, tanaman tradisional jahe merah, maka para pelaku usaha
jahe merah usia 4 s/d 6 bulan telah mendapatkan akan sulit menolak. Tanaman jahe merah bisa
skor cukup tinggi. Tingkat aroma dari tanaman dipanen setiap saat ketika datang permintaan dari
jahe dari usia di bawah 7 bulan tersebut telah tetangga atau masyarakat sekitar.
mencapai skor 3,4 s/d 4,9 dan tingkat Demikian dapat digambarkan bahwa
kepedasannya mencapai skor 4,8 s/d 4,9. tantangan utama budidaya jahe merah tidak hanya
Bagaimana hal tersebut bisa dijelaskan? perubahan cuaca atau iklim dan ketersediaan air.
Pencapaian tingkat aroma dan kepedasaan ini Pemenuhan kebutuhan obat tradisional atau obat
terkait erat dengan kematangan proses fisiologis alami masyarakat yang harus dipenuhi setiap saat
pada rimpang yang menghasilkan kandungan merupakan tantangan utama yang tidak bisa
senyawa lengkap. Pertumbuhan rimpang berhenti dianggap sederhana. Usaha budidaya jahe merah
pada usia 160 hari atau 5,5 bulan. Pada saat itu dengan menggunakana sistem TOGA harus
kandungan senyawa-senyawa hasil metabolik dijauhkan dari motivasi ekonomi. Jahe merah
sekunder mencapai kelengkapan (Setyaningrum dalam budidaya sistem ini sepenuhnya bersifat
dan Saparinto, 2015; Ghasemzadeh, Hawa Z. E. sosial. Tantangan terakhir ini melekat pada
Jaafar, and Rahmat, 2010). ketetapan undang-undang terkait yakni ketentuan
pasal 48 UURI No. 36 Tahun 2009 tentang
c. Kebutuhan Obat, Perubahan Musim Serta kesehatan. Dengan demikian tantangan ini
Cuaca dan Surutnya Ketersediaan Air bersifat mengikat atau tak terhindarkan.
Sebagai Tantangan Utama
Tanaman jahe merah memerlukan kondisi
cuaca dan pengairan yang tepat, tidak boleh V. KESIMPULAN DAN SARAN
terlalu kering ataupun terlalu lembab. Jika a. Kesimpulan
tanaman jahe merah terpapar sinar matahari yang 1. Berdasarkan pengalaman para pelaku usaha
terlalu panas akan menyebabkan tanaman tersebut bisa ditetapkan bahwa usia layak panen bagi
akan mudah mati. Sementara kalau terlalu tanaman jahe merah dengan sistim TOGA
lembab akan mendatangkan penyakit jamur yang adalah 7 s/d 12 bulan. Pada periode usia
menyerang terutama wilayah akar. Ketika musim inilah tanaman jahe merah secara kuantitatif
kemarau tiba, tanaman jahe merah membutuhkan dan kualitatif mencapai tingkat kematangan.
perawatan ekstra, terutama pemenuhan 2. De fakto panen jahe merah telah dilakukan
kebutuhan air yang harus mencukupi. Jika tidak oleh para pelaku usaha sebelum mencapai usia
terpenuhi maka tanaman akan mengalami layu dan layak panen. Hal ini dilakukan karena
mati. pertimbangan-pertimbangan terkait rasa
Kententuan-ketentuan teknis budidaya persaudaraan yang perlu dipupuk terus dalam
jahe merah di atas harus berhadapan dengan sistem kekerabatan masyarakat desa. Tak
tuntutan kebutuhan keluarga dan masyarakat layak menolak ketika tetangga atau anggota
setempat berupa kebutuhan obat alami khususnya kerabat membutuhkan jahe yang ada di lahan
jahe merah yang dikembangkan dalam kerangka pelaku usaha.
sistem TOGA (Tukiman, 2004; Alwib, 2018). 3. Faktor-faktor tantangan yang dijadikan dasar
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 pertimbangan para pelaku usaha dalam
Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 48 memanen jahe merah sebelum usia layak
menyebutkan bahwa sistem TOGA dibangun panen adalah : kebutuhan obat tradisional atau
semata-mata demi pelayanan kesehatan tradisional obat alami untuk memenuhi tuntutan kesehatan
masyarakat. Intensi atau motivasi pelayanan keluarga, datangnya permintaan dari tetangga
kesehatan tradisional ini sepenuhnya bersifat sebelah atau orang lain yang sulit ditolak,
sosial. Sama sekali tidak ada intensi atau motivasi perubahan musim serta cuaca, dan
ekonomi. Pelayanan sosial ini diharapkan bisa

P. Wiryono Priyotamtama, SJ, Florentina Budi Ardiani, Theodora Melisa Anggraeni, dan Debby Elisabeth 82
Biospektrum Jurnal Biologi, Volume 1(1), April 2022 (78-83)
menyusutnya ketersediaan air akibat Dake, G. N. (1995). Diseases of Ginger (Zingiber
datangnya musim kemarau. officinale Rosc.) and Their Management.
Journal of Spices and Aromatic Crops.
b. Saran 4(1): 40-48.
1. Budidaya jahe merah sistem TOGA Ghasemzadeh, A., H. Z. E. Jaafar and A. Rahmat.
merupakan bentuk pelayanan kesehatan (2010). Antioxidant Activities, Total
tradisional masyarakat yang memiliki nilai Phenolics and Flavonoids Content
strategi tinggi. Nilai strateginya terletak in Two Varieties of Malaysia Young
terutama pada terciptanya sistem kesehatan Ginger (Zingiber officinale
masyarakat yang bersifat integral. Integral Roscoe). Journal Molecules. 15, 4324-
dimaknai di satu pihak menyatukan usaha 4333.
preventif, kuratif, dan rehabilitative, dan di Li. L., F. Chen., D. Yao., J. Wang., N. Ding and X.
lain pihak menyatu dengan potensi alam Liu. (2010). Balanced Fertilization for
setempat dan ikatan sosial serta budaya Ginger Production
setempat. Karena nilai strategi tinggi ini, maka – Why Potassium Is Important. Journal
sangat layaklah untuk dikembangkan terus Better Crops. 94(1): 25-27.
secara bersama-sama oleh segenap komponen Setyaningrum, H. D dan C. Saparinto. (2015).
masyarakat. Jahe. Penerbit: Penebar Swadaya.
2. Tantangan budidaya jahe merah sistem TOGA Soeparjono, S. (2016). The Effect of Media
khususnya yang terkait dengan orientasi usaha Composition and Organic Fertilizer
demi pemenuhan kebutuhan keluarga tidak Concentration on The Growth and Yield of
bisa dihndari tetapi hanya bisa diperingan Red Ginger Rhizome (Zingiber officinale
dengan usaha memperbanyak unit budidaya Rosc.). Agriculture and Agricultural
sistem TOGA di kawasan terkait. Science Procedia. 9: 450-455.
3. Tantangan budidaya jahe merah sistem TOGA Stirling, A. M. (2004). The causes of poor
khususnya yang terkait dengan kepentingan establishment of ginger (Zingiber
penyediaan air di musim kemarau bisa officinale) in Queensland, Australia.
dipecahkan dengan penempatan penanaman di Journal Australasian Plant Pathology. 33:
dekat sumur, tempat cuci-mencuci, atau kamar 203-210.
mandi. Limbah air dari kegiatan cuci mencuci Sugiyono. (2016). Statistik Untuk Penelitian.
atau mandi bisa dimanfaatkan untuk Penerbit Alfabeta Bandung.
pengairan. Tim TRUBUS. (2018). Herbal Indonesia
Berkhasiat: Bukti Ilmiah & Cara Racik.
www.trubus-online.co.ic. Diakses 19 April
DAFTAR PUSTAKA 2018.
Albert. F. (1952). Economic Botany. New York:
McGraw-Hill Book Company, Inc.
Alwib. (2018). 100 Jenis Tanaman Obat Keluarga
Yang Bermanfaat Untuk Kesehatan.
https://alwib.net/tanaman-obat-
keluarga/tanggal. Diakses 18 April 2018.
Creswell, J. W. (2014). Research Design. USA:
Sage.
Cotton, C.M., (1996). Ethnobotany: Principles
and Application. New York: John Wiley &
Sons.

P. Wiryono Priyotamtama, SJ, Florentina Budi Ardiani, Theodora Melisa Anggraeni, dan Debby Elisabeth 83

You might also like