You are on page 1of 8

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT

PADA TANAMAN SINGKONG (MANIHOT ESCULENTA)


DENGAN METODE SINGLE BUD

Suhardjito1)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Soerjo Ngawi

Abstract
The purpose of this study is as follows: (1) To know the method of single bud breeding; (2)
To know the influence of Rootone-F growth regulator on growth of single bud cassava
seeds; And (3) to know the effective concentration of growth regulating substances in the
cultivation of single bud cassava. The study was conducted for 15 days at the Laboratory of
the Faculty of Agriculture of SOERJO Ngawi University. Materials used in this study include
Cassava, Rootone-F, Aquades and Planting Media (Sand, Compost, Soil). While the tools
used in this study include saws / cutting knives, glass mineral water, pipettes, measuring
cups, beaker glass, spatula and handsprayer (spray tool). Research findings: (1) Single
bud system is a plant hatching system using 1 bud eye. Cassava stalks that are more than
6 months old in pieces and then taken the eyes of his buds that are in each segment of
cassava stems; (2) Plant growth regulators in plants are non-nutrient organic compounds,
which in small amounts may support, inhibit and alter the physiological processes of
plants; (3) The plant growth regulator in the plant consists of five groups namely Auxin,
Giberelin, Cytokinin, Ethylene and Inhibitor with distinctive features and different effects
on physiological processes; (4) The use of rootone-f on a single bud breeding system is
used to help accelerate the growth of the root system. The growth regulator substances
contained by rootone-f ie IAA, IBA, and NAA work on root meristem tissue to form a new
root system; (5) Single bud breeding system in this cassava includes a new technology and
innovation in agricultural world in Indonesia.

keywords:
growth regulators, cassava plants (manihot esculenta), single bud method

PENDAHULUAN suatu teknologi inovasi produksi untuk


Petani Indonesia pada umumnya mengatasi masalah tersebut.
melakukan cara tradisional dalam budidaya Manihot esculenta merupakan salah satu
singkong, dimana bahan tanam berupa tanaman yang dapat tumbuh dengan mudah
batang dipotong dan ditancapkan begitu di berbagai tempat di Indonesia. Tentunya
saja tanpa perlakuan khusus. Hal inilah yang tanaman singkong ini sudah tidak asing lagi
menyebabkan prouduksi singkong terus bagi masyarakat Indonesia. Singkong atau
mengalami penurunan. Sehingga diperlukan yang biasa dikenal dengan ubi kayu merupakan
sumber makanan kedua yang paling banyak

AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi


Volume 18 Nomor 1 Maret 2017; ISSN : 1411-5336
Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan memperbaiki mutu buah, dan meningkatkan


karbohidrat. Singkong juga merupakan bahan hasil buah (Setiadi, 2006).
bakuindustri yang paling dicari dan diminati. Pembungaan dan pembuahan jeruk
Selain karena cara menanam singkong sangat nipis yang dirangsang dengan pemberian
mudah, juga karena bisa tumbuh dimana saja. Zat pengatur tumbuh, misalnya giberelin,
Single bud merupakan cara budidaya pada saat 10% – 50% bunga sudah mekar.
tanaman dengan menggunakan satu Pemberian ZPT dapat mengurangi kerontokan
mata tunas. Metode tersebut di adopsi dari bunga dan buah muda. ZPT disemprotkan dua
Columbia. Pada umumnya metode single kali sehari setiap tiga hari untuk merangsang
bud digu­nakan dalam pembibitan tanaman pertumbuhan dan kualitas buah, giberelin
tebu. Metode tersebut sampai saat ini masih tetap disemprotkan, walaupun buah tumbuh
belum diterapkan pada pembibitan singkong. cukup  kuat. Dosis  ZPT disesuaikan dengan
Sehingga dalam upaya inovasi produksi anjuran yang sesuai (Rukmana, 2005).
pertanian, maka metode single bud dapat Zat Pengatur Tumbuh (Regulator) adalah
digunakan sebagai salah satu alternatif zat pengatur yang mempengaruhi proses
metode pembibitan untuk menyiapkan fisioligi tanaman, baik senyawa asli maupun
bahan tanam guna meningkatkan produksi senyawa kimia buatan (Winten, K.T.I, 2009).
singkong. Secara sederhana ZPT dapat diartikan se­
Dalam teknik kultur jaringan digunakan bagai senyawa yang mempengaruhi proses
berbagai kombinasi Zat Pengatur Tumbuh fisiologi tanaman, pengaruhnya dapat
(ZPT) dalam media untuk mendapatkan hasil mendorong dan menghambat proses fisiologi
tanaman yang maksimal. Tiap jenis tanaman tanaman (Nuryanah, 2004). Zat pengatur
memiliki respons yang berbeda terhadap zat tumbuh berperan aktif untuk mengubah alur
pengatur tumbuh yang diberikan (Tukawa pertumbuhan pada sel tanaman dengan cara
dkk, 2013). menghambat pada waktu fase pertumbuhan
Dalam dunia pertanian, penggunaan vegetative agar dapat merubah secepatnya
hormon tumbuhan atau dikenal juga dengan muncul fase generative (cepat berbunga dan
istilah ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), merupakan berbuah) (Nurasari dan Djumali, 2012).
faktor pendukung yang dapat memberikan Zat pengatur tumbuh pada tanaman
kontribusi besar dalam keberhasilan usaha adalah senyawa organic bukan hara, yang
budidaya.Namun, penggunaan hormon dalam jumlah sedikit dapat mendukung,
tumbuhan (ZPT) ini harus dilakukan dengat menghambat dan merubah proses fisiologi
tepat. Pemahaman mengenai fungsi dan tumbuhan. Zat pengatur tumbuh dalam
peran hormon terhadap laju pertumbuhan tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu
maupun perkembangan tananan sangat Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen dan
penting. Inhibitor dengan cirri khas serta pengaruh
Zat pengatur tumbuh digunakan untuk yang berlainan terhadap proses fisiologis. Zat
memacu pertumbuhan  tanaman. Namun, peng­­atur tumbuh sangat diperlukan sebagai
di samping dapat memacu, zat ini pun kom­ponen medium bagi pertumbuhan dan
dapat menghambat pertumbuhan tanaman diferensiasi. Tanpa penambahan zat pengatur
yang tidak dikehendaki. Penggunaan zat tumbuh dalam medium, pertumbuhan sangat
pengatur tumbuh dimaksudkan untuk terhambat bahkan tidak mungkin tidak
mencegah terjadinya gugur bunga dan buah, tumbuh sama sekali. Pembentukan kalus dan

Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, AGRI-TEK 47


Suhardjito

organ-organ ditentukan oleh penggunaan (Tetramithiuram disulfat) 4,00 %. NAD, NAA


yang tepat dari zat pengatur tumbuh tersebut dan IBA.
(Hendaryono dan Wijayani, 1994). IBA merupakan senyawa organik yang
Zat pengatur tumbuh memegang pe­ dapat mempercepat dan memperbanyak
ranan penting dalam pertumbuhan dan perakaran. Thyram merupakan senyawa
perkembangan kultur. Faktor yang perlu organik yang berfungsi sebagai fungisida.
mendapat perhatian dalam penggunaan zat Hormon yang terkandung di dalam Rootone-F
pengatur tumbuh antara lain jenis yang akan ini juga ditemukan secara alami di dalam urin
digunakan, konsentrasi, urutan penggunaan sapi. Dengan demikian, pada konsentrasi yang
dan periode masa induksi kultur (Gunawan tepat, urin sapi juga bermanfaat sebagaimana
1995). Menurut George dan Sherrington zat pengatur tumbuh. Keuntungan dari
(1984), bahwa untuk induksi kalus tanaman pemakaian urin sapi adalah mudah didapat
dikotil diperlukan auksin dengan konsentrasi dengan harga murah, serta tidak menimbulkan
tinggi dan sitokinin pada konsentrasi rendah pencemaran lingkungan.
sedangkan pada tanaman monokotil pem­
bentukan kalus hanya membutuhkan auksin Tujuan Penelitian
yang tinggi tanpa sitokinin. Tujuan penelitian ini adalah sebagai
Hormon tumbuhan dalam kadar berikut :
sangat kecil mampu menimbulk an 1. Untuk mengetahui metode pembibitan
suatu reaksi atau tanggapan baik secara single bud.
biokimia, fisiologis maupun morfologis, 2. Untuk mengetahui pengaruh zat peng­
yang ber­fungsi untuk mempengaruhi per­ atur tumbuh Rootone-F terhadap
tumbuhan, perkembangan, maupun per­ pertumbuhan bibit singkong single bud.
gerakan taksis tanaman atau tumbuhan baik 3. Untuk mengetahui konsentrasi zat
dengan mendorong, menghambat, atau peng­atur tumbuh yang efektif dalam
mengubahnya. “Kadar kecil” yang dimaksud pembibitan single bud singkong.
berada pada kisaran satu milimol per liter
sampai satu mikromol per liter.  Hormon METODE PENELITIAN
tumbuhan (ZPT) berbeda dengan unsur hara
Waktu dan Tempat
atau nutrien tanaman, baik dari segi fungsi,
Penelitian dilaksanakan selama 15 hari
bentuk, maupun senyawa penyusunnya.
yaitu pada tanggal 6 sampai 21 Oktober 2016
Salah satu zat pengatur tumbuh yang
di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas
sering digunakan dalam pembibitan adalah
SOERJO Ngawi.
Rootone-F. Zat pengatur tumbuh Rootone-F
adalah formulasi dari beberapa zat seperti: Bahan dan Alat
Napthalene Acetic Acid (NAA), Indole Acetic Bahan yang digunakan dalam penelitian
Acid (IAA), dan IBA yang berbentuk tepung ini meliputi Batang Singkong, Rootone-F,
berwarna putih kotor dan sukar larut dalam Aquades dan Media Tanam (Pasir, Kompos,
air. Komposisi bahan aktif Rootone-F adalah Tanah). Sedangkan alat yang digunakan
Napthalene Acetamida (NAA) 0,067 %; dalam penelitian ini meliputi Gergaji/ pisau
2-metil-1-Napthalene Acetatamida (MNAD) pemotong, Gelas air mineral, Pipet, Gelas ukur,
0,013 %; 2-metil-1-naftalenasetat 0.33%; Beaker glass, Spatula dan Handsprayer (alat
3-Indol butyric Acid (IBA) 0,057 % dan Thyram semprot)

48 AGRI-TEK, Volume 18 Nomor 1 Maret 2017


Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit

Cara Kerja hingga tminggu ke 18 tidak mengalami


Cara kerja dalam penelitian ini secara rinci pertumbuhan sehingga tidak terdapat tinggi
dijarbarkan sebagai berikut: tanaman.
1. Menyiapkan alat dan bahan. Dengan demikian dapat ditarik ke­
2. Memilih batang tanam (batang singkong) simpulan bahwa perlakuan terbaik terdapat
yang memiliki kualitas tinggi. pada perlakuan 100 ppm yaitu yang setiap
minggu selalu mengalami peningkatan
3. Memotong batang singkong (dengan
secara berkala dan juga hasilnya juga paling
panjang masing-masing 1 cm diantara
baik di antara perlakuan lainnya. Sedangkan
mata tunas.
perlakuan terburuknya pada perlakuan 200
4. Mencelupk an/merendam batang ppm yang tidak mengalami pertumbuhan
singkong yang telah dipotong ke dalam sama sekali.
larutan Rootone-F (konsentrasi 100 ppm, peningkatan secara berkala dan juga Jumlah Daun
hasilnya
Jumlah juga Daun
paling baik di antara Hasil pengamatan jumlah daun
200 ppm dan 300 ppm) masing-masing
perlakuan lainnya. Sedangkan tanaman singkong dapat dilihat pada
buat 5 kali ulangan. Sebagai pembanding perlakuanHasil pengamatan
terburuknya jumlah
pada perlakuan daun tanaman
grafik 2 berikut ini.
buat control (tanpa perlakuan Rootone-F). 200singkong
ppm yangdapat tidak dilihat
mengalamipada grafik 2 berikut
pertumbuhan
ini. sama sekali.
5. Menancapkan stek pada media tanam
(campuran pasir, tanah, kompos
4. Mencelupkan/merendam batang 16
Bahan
perbandingan
Bahan dan Alat
yang digunakan dalam
1 : 1 : 1) yang telah
singkong yang telah dipotong
kedalam larutan Rootone-F 14
penelitian disediakan
ini meliputi selama
Batang 4-5 minggu,
(konsentrasi kemudian
100 ppm, 200 ppm dan 12
Singkong, Rootone-F, Aquades dan 300 ppm) masing-masing buat 5 300ppm
Media Tanamsiram
(Pasir,air secukupnya.
Kompos, Tanah). kali ulangan. Sebagai pembanding 10
Sedangkan alat yang digunakan dalam buat control (tanpa perlakuan 8
penelitian ini meliputi Gergaji/ pisau
Rootone-F).
200ppm
6. Memelihara tanaman dengan stek
pemotong, Gelas air mineral, Pipet,
5. Menancapkan melakukan
pada media 6
Gelas ukur, Beaker glass, Spatula dan
tanam (campuran pasir, tanah,
100ppm
penyiraman setiapkompos
hariperbandingan
selama 4
Handsprayer (alat semprot) 1 : 1 2-4
: 1)
yang telah disediakan selama 4-5 2 kontrol
minggu.
Cara Kerja minggu, kemudian siram air 0
Cara kerja dalam penelitian ini secara secukupnya.
rinci dijarbarkan sebagai berikut:
6. Memelihara tanaman dengan H0 H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16 H18
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Menyiapkanalat dan bahan.
melakukan penyiraman setiap hari
2. Memilih batang tanam (batang selama 2-4 minggu.
singkong) yang memiliki kualitas
Tinggi Tanaman
tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada grafik di atas, menunjukkan bahwa
3. Memotong batang singkong Tinggi Tanaman Pada grafik di atas, menunjukkan perlakuan ini memang tidak terjadi
Hasil pengamatan tinggi tanaman
(dengan panjang masing-masing 1 Hasil pengamatan tinggi tanaman pada
bahwa padaperlakuan kontrol
perlakuan kontrol rata-rata
rata-rata jumlah
pertumbuhan dauntidak ada daun
sehingga
cm diantara mata tunas. singkong dapat dilihat pada grafik 1
singkong dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini
berikut ini. pada minggu pertama, ketiga,
jumlah daun pada minggu pertama, yang tumbuh. dan keenam
ketiga,
tidakdan keenam daun,
tumbuh tidak tumbuh
pada minggu Pada ke
perlakuan 300 ppm daun pada
sembilan
80
daun,
tumbuh daun sebanyak 4, kemudian pada ketiga dan
pada minggu ke sembilan minggu pertama, minggu
70
tumbuh daun sebanyak 4, kemudian minggu keenam tidak tumbuh daun,
60 minggu
pada minggu ke-8ke-8dandan ke-10ke-10
daun daun
sedangkanberkurang 
pada minggu ke-6 tumbuh
50
300ppm berkurang menjadi 2 kemudian pada daunminggu
menjadi 2 kemudian pada sebanyak 2 ke-12
kemudian mengalami
40 200ppm
minggu
daun ke-12bertambahdaun bertambah
menjadi 3peningkatan
dan mengalamisampai minggu ke-10
30 100ppm
kontrol
menjadi 3 dan mengalami
peningkatan peningkatan
pada minggu sebanyak
ke-14 4 daun pada minggu ke-18
sampai
20
pada minggu ke-14 sampai minggu ke- daun bertambah menjadi 5.
10
18.minggu ke-18. Jadi dari rata-rata jumlah daun
0
Pada perlakuan 100 ppm, daun pada
Pada perlakuan 100 ppm,perlakuandaunyang pada
paling baik adalah
H0 H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16 H18
minggu pertama dan minggu ke-2
minggu pertama dan minggu ke-2 tidak pada perlakuan 300 ppm, karena
Pada grafik di ataspertama
menunjukkan bahwa tidak tumbuh. Pada minggu ke-6 daun jumlah daun tidak berkurang dan
Pada grafik di atas menunjukkan
bahwa perlakuan kontrol rata-rata
hingga tminggu ke
mengalami pertumbuhan sehingga
18 tidak tumbuh.
tumbuh jumlahnya Pada
5, padaminggu
minggu ke- ke-6 daun
semakin tumbuh
bertambah setiap minggunya.
perlakuan kontrol rata-rata
tinggi tanaman setiap minggu tinggi
tidak terdapat tanaman
tinggi tanaman. jumlahnya 5, pada minggu ke-6
6 daun berkurang menjadi 3 dan pada Perlakuan terburuk daunterjadi pada
mengalami peningkatan. begitu juga
Dengandemikiandapat ditarik
setiap minggu mengalami
pada perlakuan 100 ppm dan 300 ppm, peningkatan.
kesimpulan bahwa perlakuan terbaik minggu ke-8 daun
berkurang bertambah3 dan
menjadi lagi pada
perlakuan
minggu200 ppmke-8
karena tidak ada
tetapi tidak dengan perlakuan 200
terdapat pada perlakuan 100 ppm yaitu
begitu juga pada perlakuan 100
ppm. Pada perlakuan ini mulai minggu
yang setiap ppm
minggu dan
selalu 300
mengalami menjadi
daun bertambah lagi menjadi 4 sampai padasekali.
4 sampai pada minggu ke-14. daun yang tumbuh sama
ppm, tetapi tidak dengan perlakuan 200 ppm. Pada minggu ke-16 dan 18 daun
4 bertambah menjadi 5. Lebar Daun
Pada perlakuan ini mulai minggu pertama Pada perlakuan 200 ppm mulai dari Hasil pengamatan lebar daun tanaman
minggu awal sampai minggu ke 12 singkong dapat dilihat pada grafik 3
tidak terdapat daun karena pada berikut ini.
Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, AGRI-TEK 49
Suhardjito

minggu ke-14. Pada minggu ke-16 dan 18 minggu


16 ke-12 dan mengalami peningkatan
daun bertambah menjadi 5. lagi
14 sampai minggu ke-18.
12
Pada perlakuan 200 ppm mulai dari Pada perlakuan 100 ppm, lebar daun
10 300ppm
minggu awal sampai minggu ke 12 tidak pada
8
minggu pertama sampai minggu ke-12
200ppm
terdapat daun karena pada perlakuan ini mengalami
6 peningkatan mencapai 11100ppm cm.
memang tidak terjadi pertumbuhan sehingga Pada
4 perlakuan 200 ppm tidak terdapatkontrol lebar
tidak ada daun yang tumbuh. daun
2 karena tanaman tidak tumbuh sehingga
Pada perlakuan 300 ppm daun pada daunnya
0 tidak ada, lebar daunnya pun juga
H0 H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16 H18
minggu pertama, minggu ketiga dan minggu tidak ada. Pada perlakuan 300 ppm, dari
keenam tidak tumbuh daun, sedangkan minggu pertama sampai minggu ke-18 juga
Pada grafik di atas, menunjukkan tanaman tidak tumbuh sehingga
pada minggu ke-6 tumbuh daun sebanyak 2 mengalami
bahwa peningkatan
pada rata-rata lebar daun tetapi lebarnya
daunnya lebih
tidak ada, lebar daunnya pun
dengan perlakuan kontrol pada minggu juga tidak ada.Pada perlakuan 300
kemudian mengalami peningkatan sampai bagus pada perlakuan 100 ppm.
pertama, ke-2, ke-4 tidak terdapat ppm, dari minggu pertama sampai
minggu ke-10 sebanyak 4 daun pada minggu lebar Jadi
daunnya karena memang
kesimpulan bahwaminggu
untuk ke-18
 lebar juga
daunmengalami
daunnya tidak tumbuh. Pada minggu peningkatan tetapi lebarnya lebih
ke-18 daun bertambah menjadi 5. yang
ke-6 paling
sampai minggubagus adalah
ke-10 lebar daun pada
bagus  perlakuan 100
pada perlakuan 100 ppm.
Jadi dari rata-rata jumlah daun perlakuan ppm
nya danlebar
semakin paling terburuk
kemudian rata- perlakuan 200 bahwa
Jadi kesimpulan ppm.untuk lebar
ratanya berkurang pada minggu ke-12 daun yang paling bagus adalah
yang paling baik adalah pada perlakuan 300 dan mengalami peningkatan lagi pada perlakuan 100 ppm dan paling
Panjang Daun
ppm, karena jumlah daun tidak berkurang sampai minggu ke-18. terburuk perlakuan 200 ppm.
Pada Hasil
perlakuan 100 ppm, lebar
pengamatan panjang daun tanaman
dan semakin bertambah setiap minggunya. daun pada minggu pertama sampai Panjang Daun
singkong
minggu dapat peningkatan
ke-12 mengalami dilihat pada Hasilgrafik 4 berikut
pengamatan panjang daun
Perlakuan terburuk terjadi pada perlakuan
ini. 11 cm.Pada perlakuan 200 tanaman singkong dapat dilihat pada
mencapai
200 ppm karena tidak ada daun yang tumbuh ppm tidak terdapat lebar daun karena grafik 4 berikut ini.
sama sekali. 16
14
Lebar Daun 12
10 300ppm
Hasil pengamatan lebar daun tanaman
8 200ppm
singkong dapat dilihat pada grafik 3 berikut
6 100ppm
ini. 4 kontrol
16
2
14
0
12
H0 H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16 H18
10 300ppm
8 200ppm Padadatagrafik
Pada grafik golongan data
dari hasilgolongan darike-4
pertama, ke-2, hasil
karena tidak
6 100ppm pengamatan di atas, menunjukkan
pengamatan di atas, menunjukkan bahwa terdapat daun maka tidak terdapat pula
4 kontrol bahwa pada rata-rata panjang daun panjang daun. Pada minggu ke-6
pada
dengan rata-rata
perlakuan kontrol padapanjang
minggu sampai daun dengan
minggu ke-18 panjang
2
0
perlakuan kontrol pada minggu pertama, ke-
H0 H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16 H18 2, ke-4 karena tidak terdapat
6 daun maka tidak
terdapat pula panjang daun. Pada minggu
Pada grafik di atas, menunjukkan tanaman tidak tumbuh sehingga
bahwa Pada
ke-6 sampai minggu ke-18 panjang daunnya
grafik lebar
pada rata-rata di atas,
daun menunjukkan
daunnya tidak ada, bahwa
lebar daunnya pun
dengan perlakuan kontrol pada minggu juga tidak ada.Pada perlakuan 300semakin meningkat hingga mencapai 7,2.
pada ke-2,
pertama, rata-rata lebar
ke-4 tidak daun ppm,
terdapat dengan perlakuan
dari minggu pertama sampai
kontrol pada minggu pertama, ke-2,jugake-4
lebar daunnya karena memang minggu ke-18 mengalami Pada perlakuan 100 ppm, panjang
daunnya tidak tumbuh. Pada minggu peningkatan tetapi lebarnya lebihdaun pada minggu pertama, ke-2, ke-4
tidak
ke-6 terdapat
sampai lebar
minggu ke-10 lebardaunnya
daun baguskarena memang
pada perlakuan 100 ppm.
daunnya
nya tidak
semakin lebar tumbuh.
kemudian rata- Pada minggubahwa
Jadi kesimpulan ke-6untuk lebartidak terdapat panjang daun, pada minggu
ratanya berkurang pada minggu ke-12 daun yang paling bagus adalahke-6 sampai minggu ke-12 mengalami
sampai
dan minggu
mengalami ke-10lagi
peningkatan lebarpada
daun nya semakin
perlakuan 100 ppm dan paling
sampai
lebar kemudian rata-ratanya berkurang200pada
minggu ke-18. terburuk perlakuan ppm. peningkatan rata ratanya mencapai 7,8 cm.
Pada perlakuan 100 ppm, lebar Pada perlakuan 200 ppm tidak terdapat
daun pada minggu pertama sampai Panjang Daun
minggu ke-12 mengalami peningkatan Hasil pengamatan panjang daun
mencapai 11 cm.Pada perlakuan 200 tanaman singkong dapat dilihat pada
ppm tidak terdapat lebar daun karena grafik 4 berikut ini.
5016 AGRI-TEK, Volume 18 Nomor 1 Maret 2017
14
12
10 300ppm
Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit

panjang daun karena tidak tumbuh daun dari 40

minggu pertama sampai minggu ke 12. Pada 30


perlakuan 300 ppm, dari minggu pertama, kontrol
20
ke-2, ke-4 tidak terdapat daun sehingga tidak 100ppm

terdapat panjang daun juga. Pada minggu 10 200ppm


300ppm
ke 9 sampai minggu ke 12 juga mengalami 0

peningkatan yaitu hingga mencapai rata-rata 1


2
3
daunnya semakin meningkat hingga sehingga tidak terdapat panjang daun 4
6,8 cm.
mencapai 7,2. Perlakuan yang juga.paling baikkeadalah
Pada minggu 9 sampai
5

Pada perlakuan 100 ppm, panjang minggu ke 12 juga mengalami


perlakuan 100 ppm
daun pada minggu pertama, ke-2, ke-4
dan perlakuan paling
peningkatan yaitu hingga mencapai Pada histogram di atas, dilihat bahwa
Pada histogram di atas, dilihat Beberapa keunggulan yang dimiliki
buruk
tidak adalah
terdapat panjang perlakuan
daun, pada 200 6,8
rata-rata ppm.
cm.Perlakuan yang paling
pada
bahwa pada perlakuan
perlakuan kontrolkontrol
paling olehpaling bagussingle
sistem pembibitan adalah
bud ini
minggu ke-6 sampai minggu ke-12 baik adalah perlakuan 100 ppm dan bagus adalah jumlah akar pada adalah:
Panjang
mengalami Akarrata ratanya perlakuan paling buruk adalah
peningkatan
mencapai 7,8 cm.Pada perlakuan 200 perlakuan 200 ppm.
jumlah
tanaman akar
1 dengan pada
jumlah tanaman
akar sekitar 1 dengan
1. Mempunyai daya tumbuhjumlah
seragam.
23 sedangkan paling sedikit pada 2. Jumlah anakan yang dihasilkan
ppm tidak terdapat panjang daun akar sekitar 23
tanaman 2.Pada perlakuan 100 ppm,
sedangkan paling sedikit
lebih banyak dibanding sistem
Hasil
karena tidak pengamatan
tumbuh daun dari minggu panjang
Panjang Akarakar tanaman
pada
jumlah akartanaman
yang paling baik 2. pada
Pada perlakuan 100 ppm,
pembibitan konvensional.
pertama sampai minggu ke 12.Pada Hasil pengamatan panjang akar
singkong
perlakuan dapat
300 ppm, dari dilihat
minggu pada
tanamanhistogram
singkong dapat berikut
dilihat pada tanaman 1 dan yang paling sedikit 3. Biaya pembibitan yang diperlukan
jumlah
pertama, ke-2, ke-4 tidak terdapat daun histogram berikut ini. pada tanaman akar yang paling
5.Pada perlakaun 300 baik
lebih pada tanaman
murah.
ini. ppm, jumlah akar yang paling baik 4. Menghemat tempat dalam proses
1 dan yang paling sedikit pada tanaman 5.
adalah pada tanaman 2 dan paling pembibitan.
25 Pada
pendek padaperlakaun 300 ppm, jumlah akar yang
tanaman 1.Dari rata-rata
semua perlakuan yang paling terbaik Selain keunggulan sistem single bud
20 paling
adalah jumlah baik adalah
akar pada perlakuan pada tanaman
100 plant 2 dan paling
ini juga mempunya beberapa
ppm yaitu 26 dan yang terburuk kelemahan, antara lain :
15
kontrol
pendek pada tanaman 1. Dari rata-rata semua
adalah perlakaun 200 ppm tidak 1. Biaya investasi cukup tinggi
10 100ppm perlakuan
terdapat yang paling terbaik
akar sama sekali. adalah
terutama untuk pembelianjumlah
alat-alat.
2. Jumlah anakan kurang optimal jika
5
200ppm akarPembibitan
Teknik pada Singleperlakuan
Bud 100ditanam
ppm  yaitu
di curah hujan26 
yang dan
cukup
300ppm Sistem single bud adalah sistem tinggi dan intens.
0 yang terburuk
pembenihan tanaman
adalah perlakaun 200 ppm
sengan 3. Harus ada inovasi peralatan
1
2
3 tidak terdapat akar samaPerlu
menggunakan 1 mata tunas. Batang 4. sekali.
kebijakan untuk mendapat
4
5 singkong yang berumur lebih dari 6 modal sebahai bagian dari
bulan di potong dan kemudian di penghematan ait dan peningktan
Teknik
ambil Pembibitan
mata tunasnya yang berada diSingle Bud
produksi.
Pada histogram di atas, dilihat pendek pada tanaman 5. Dari rata-rata tiap ruas batang singkong. Tujuan
bahwa pada perlakuan kontrol paling semua perlakuan yang paling terbaik dari sistemSistem single
single bud plant budPengaruh
ini adalah adalah ZPT sistem
Rootone-F pem­
Padapanjang
bagus adalah histogram
akar pada diadalah
atas, dilihat
panjang bahwa
akar pada perlakuan untuk menghemat kebun pembibitan, Zat pengatur tumbuh pada tanaman
benihan tanaman sengan menggunakan 1
pada
tanaman perlakuan
4 dengan kontrol
panjang sekitar 23 paling
kontrol bagus
yaitu 15 adalah
cm dan yang terburuk dan agar bibit yang ditanam adalah senyawa organic bukan hara,
cm sedangkan paling pendek pada adalah perlakuan 200 ppm karena mata tunas. Batang
mempunyai keseragamansingkong
yang dalam yang jumlah berumur
sedikit dapat
panjang
tanaman 1.Pada akar pada
perlakuan tanaman
100 ppm, 4 dengan
tidak terdapat akar samapanjang
sekali. pertumbuhan serta bibit yang mendukung, menghambat dan
panjang akar yang paling baik pada lebih dari 6 bulan
perkecambahannya di potong
seragam merubah dan proses kemudian
fisiologi tumbuhan. di
sekitar
tanaman 5 dan 23yang cm
paling sedangkan
pendek Jumlah Akarpaling pendek mempunyai awal pertumbuhan yang Zat pengatur tumbuh dalam tanaman
pada tanaman 4.Pada perlakaun 300 Hasil pengamatan jumlah akar ambil mata tunasnya yang berada di tiap ruas
pada
ppm, tanaman
panjang 1. Pada
akar yang paling baik perlakuan
tanaman 100dilihat
singkong dapat ppm, pada
sehat dan seragam. terdiri dari lima kelompok yaitu
adalah pada tanaman 3 dan paling histogram berikut ini. batang singkong. Tujuan dari  sistem single
panjang akar yang paling baik pada tanaman
bud plant ini adalah untuk
8 menghemat kebun
5 dan yang paling pendek pada tanaman 4.
pembibitan, dan agar bibit yang ditanam
Pada perlakaun 300 ppm, panjang akar yang
mempunyai keseragaman pertumbuhan
paling baik adalah pada tanaman 3 dan paling
serta bibit yang perkecambahannya seragam
pendek pada tanaman 5. Dari rata-rata semua
mempunyai awal pertumbuhan yang sehat
perlakuan yang paling terbaik adalah panjang
7 dan seragam.
akar pada perlakuan kontrol yaitu 15 cm dan
yang terburuk adalah perlakuan 200 ppm Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh
karena tidak terdapat akar sama sekali. sistem pembibitan single bud  ini adalah:
1. Mempunyai daya tumbuh seragam.
Jumlah Akar
2. Jumlah anakan yang dihasilkan lebih
Hasil pengamatan jumlah akar tanaman banyak dibanding sistem pembibitan
singkong dapat dilihat pada histogram konvensional.
berikut ini.
3. Biaya pembibitan yang diperlukan lebih
murah.

Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, AGRI-TEK 51


Suhardjito

4. Menghemat tempat dalam proses pem­ mempunyai peran sangat penting dalam
bibitan. pembentukan akar lanjutan dari akar-akar
Selain keunggulan sistem single bud plant lateral yaitu pada pembentukan rambut-
ini juga mempunya beberapa kelemahan, rambut akar.
antara lain : Penggunaan rootone-f pada sistem
1. Biaya investasi cukup tinggi terutama pembibitan single bud digunakan untuk
untuk pembelian alat-alat. membantu mempercepat pertumbuhan
2. Jumlah anakan kurang optimal jika sistem perakaran. Zat pengatur tumbuh yang
ditanam di curah hujan yang cukup tinggi dikandung oleh rootone-f yaitu IAA, IBA , dan
dan intens. NAA bekerja pada jaringan meristem akar
sehingga membentuk sistem perakaran baru.
3. Harus ada inovasi peralatan
4. Perlu kebijakan untuk mendapat modal Hubungan Teknik Single Bud dengan
sebahai bagian dari penghematan ait dan TIPP
peningktan produksi. Sistem pembibitan single bud pada
singkong ini termasuk suatu teknologi dan
Pengaruh ZPT Rootone-F
inovasi yang baru pada dunia pertanian
Zat pengatur tumbuh pada tanaman di Indonesia . Teknologi ini berasaal dari
adalah senyawa organic bukan hara, yang Brazil dan Columbia. Suatu teknologi dapat
dalam jumlah sedikit dapat mendukung, dikatakan sebagai teknologi inovasi baru
menghambat dan merubah proses fisiologi yaitu karena teknologi itu dilakukannya bukan
tumbuhan. Zat pengatur tumbuh dalam merupakan kebiasaan atau warisan dari nenek
tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu moyang, jadi system pembibitan ini dikatakan
Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen dan Inhibitor teknologi inovasi baru karena teknologi baru
dengan cirri khas serta pengaruh yang diciptakan, dan khususnya di Indonesia
berlainan terhadap proses fisiologis. Tanpa system seperti ini baru saja diaplikasikan pada
penambahan zat pengatur tumbuh dalam pertanian di Indonesia.
medium, pertumbuhan sangat terhambat
bahkan tidak mungkin tidak tumbuh sama  KESIMPULAN
sekali. Pembentukan kalus dan organ-organ 1. Sistem single bud adalah sistem pem­
ditentukan oleh penggunaan yang tepat dari benihan tanaman sengan meng­gunakan
zat pengatur tumbuh tersebut (Hendaryono 1 mata tunas. Batang singkong yang
dan Wijayani, 1994). berumur lebih dari 6 bulan di potong dan
Pada umumnya campuran dari beberapa kemudian di ambil mata tunasnya yang
zat pengatur tumbuh lebih efektif daripada berada di tiap ruas batang singkong. 
zat pengatur tumbuh tunggal, seperti pada 2. Zat pengatur tumbuh pada tanaman
zat pengatur tumbuh rootone-f adalah adalah senyawa organic bukan hara, yang
formulasi dari beberapa zat :  Napthalene dalam jumlah sedikit dapat mendukung,
Acetic Acid (NAA) , Indole Acetic Acid (IAA) dan menghambat dan merubah proses
IBA yang berbentuk tepung berwarna putih. fisiologi tumbuhan.
Pada zat pengatur tumbuh tumbuh rootone-f
3. Zat pengatur tumbuh dalam tanaman
IAA berperan di dalam mempercepat
terdiri dari lima kelompok yaitu Auksin,
pemanjangan sel-sel pada jaringan meristem
Giberelin, Sitokinin, Etilen dan Inhibitor
akar tanaman. IBA dan NAA pada rootone-f
dengan cirri khas serta pengaruh yang

52 AGRI-TEK, Volume 18 Nomor 1 Maret 2017


Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit

berlainan terhadap proses fisiologis. Modeste , K. K. , K. K. Edmond, K. N, Gilles, G.


4. Penggunaan rootone-f pada sistem Michel , K. Mongomake dan K. T. Hilaire.
pembibitan single bud digunakan untuk 2013. Influnce of Plant Growth Regulators
membantu mempercepat pertumbuhan on Somatic Embryogenesis Induction
sistem perakaran. Zat pengatur tumbuh from Inner Teguments of rubber
yang dikandung oleh rootone-f yaitu (Hevea brasiliensis) seeds.  Academic
IAA, IBA , dan NAA bekerja pada jaringan Journals 12(16):1972-1977.
meristem akar sehingga membentuk Nurasari, Elda dan  Djumali.2012. Respon
sistem perakaran baru. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
5. Sistem pembibitan single bud pada Terhadap Lima Dosis Zat Pengatur
singkong ini termasuk suatu teknologi dan Tumbuh (ZPT) Asam Naftalen Asetat
inovasi yang baru pada dunia pertanian (NAA).Agrovigor 5 (1) : 26-33.
di Indonesia .Sistem pembibitan ini  Setiadi. 2006. Bertanam Cabai. Bogor : Penebar
dikatakan teknologi inovasi baru karena Swadaya.
teknologi baru diciptakan, dan khususnya  Rukmana, Rahmat. 2005. Jeruk Nipis “Prospek
di Indonesia system seperti ini baru saja Agribisnis, Budidaya, dan Pascapanen”.
diaplikasikan pada pertanian di Indonesia Yogyakarta :Kanisius.
DAFTAR PUSTAKA   Tukawa, N. D. , E. Ratnasari , R. Wahyono.
2013. Efektivitas 6-Furfuryl Amino Purine
Hendaryono, D.P.S dan Wijayani  Ari. 1995.
(Kinetin) Dan 6-Benzylamino Purine (BAP)
Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta:
Pada Media MS Terhadap Pertumbuhan
Kanisius.
Eksplan Pucuk Mahoni (Swietenia
Kaewjampa , Naremol, K. Shimasaki dan N. S. Mahagoni) Secara In Vitro. LenteraBio 2
Jabun. 2013. Hyaluronic Acid Can be an (1) : 63 – 67.
Alternative Plant Growth Regulator for
Hybrid Cymbidium  micropropagation.
Academic Journals 8(28) : 3731-3734.
Lizawati, Neliyati, dan R. Desfira. 2012.
Induksi Kalus Eksplan Daun Durian (Durio
Zibethinus  Murr. Cv. Selat Jambi) Pada
Beberapa Kombinasi 2,4-D Dan BAP. Vol 1
No.1 : 23- 29.

Volume 18 Nomor 1 Maret 2017, AGRI-TEK 53

You might also like