You are on page 1of 8

TOXOCARA CATI CAUSED ENTERITIS IN FEMALE DOMESTIC CAT

(Toxocara cati menyebabkan enteritis pada kucing lokal betina)

Made Bayu Putra1,2*, Putu Ayu Sisyawati Putriningsih3, I Gusti Made Krisna Erawan3
1
Praktisi Dokter Hewan, di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia, 80652;
2
Praktisi Dokter Hewan, Jl. Kembang Kencana Residence, Kesiman, Denpasar, Bali,
Indonesia, 80237;
3
Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Udayana, Jl. Raya Sesetan Gg. Markisa No. 6, Denpasar, Bali, Indonesia, 80235.
*Email: bayuuputra98@gmail.com

Abstract
Toxocara cati is an endoparasite that generally attacks cats and is zoonotic so that it is categorized
as an important parasite. This case report aims to determine enteritis due to the endoparasite Toxocara
cati in female domestic cats with the degree of infection. The case animal was a one and a half month
old female domestic cat with a body weight of 0.35 kg. Animals were examined at the Veterinary
Internal Medicine Laboratory, Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University with complaints of
cats having diarrhoea for seven days. Physical examination showed that the abdomen was enlarged and
the hair looked dull, the right and left eyes were covered with membranes and the conjunctiva was
inflamed. In the stool examination using the native method, T. cati worm eggs were found, and with the
McMaster method, 24,200 eggs were found per gram of faeces. Based on anamnesis, clinical
examination, and faecal examination, the case cat was diagnosed with toxocariosis. Treatment of
toxocariosis is carried out by administering pyrantel pamoate with a repetition of the following three
weeks. Cats are also given eye drops containing chloramphenicol and dexamethasone. Supportive
treatment by giving B-complex and giving nutriplus gel after the first administration of therapy, the cat
excreted worms from the anus, showing good progress clinically. Clinically the abdomen looks back to
normal, the cat does not experience diarrhoea and weight gain occurs. The conclusion of this case report
is that the results of the treatment give good results, it is recommended to give deworming drugs
regularly every three months to six months.
Keywords: Domestic cats; severe infection; Toxocara cati

Abstrak
Toxocara cati merupakan endoparasit yang umumnya menyerang kucing dan bersifat zoonosis
sehingga dikategorikan sebagai parasit yang penting. Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui
enteritis akibat endoparasit Toxocara cati pada kucing domestik betina dengan derajat infeksinya.
Hewan kasus adalah kucing domestik betina berumur satu setengah bulan dengan bobot badan 0,35 kg.
Hewan diperiksa di Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana dengan keluhan kucing mengalami diare selama tujuh hari. Pemeriksaan fisik
menunjukkan pada bagian abdomen mengalami pembesaran serta rambut terlihat kusam, mata kanan
dan kiri tertutup oleh selaput dan konjungtiva meradang. Pada pemeriksaan feses dengan metode natif
ditemukan adanya telur cacing T. cati, dan dengan metode McMaster ditemukan 24.200 telur per gram
feses. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan feses, kucing kasus didiagnosis
menderita toksokariosis. Pengobatan toksokariosis dilakukan dengan pemberian pyrantel pamoate
dengan pengulangan tiga minggu berikutnya. Kucing juga diberikan obat tetes mata yang mengandung
chloramphenicol dan dexamethason. Pengobatan suportif dengan memberikan B-komplex serta
pemberian nutri plus gel. Pasca pemberian terapi pertama, kucing mengeluarkan cacing dari anus,
menunjukkan perkembangan yang baik secara klinis. Secara klinis abdomen terlihat kembali normal,
kucing tidak mengalami diare dan terjadi pertambahan bobot badan. Kesimpulan dari laporan kasus ini
hasil pengobatan memberikan hasil yang baik, disarankan untuk memberikan obat cacing secara rutin
tiga bulan sampai enam bulan sekali.
Kata kunci: infeksi berat; kucing domestik; Toxocara cati

PENDAHULUAN menyebabkan kekurusan dengan perut


membesar (pot belly), dan pada beberapa
Kucing merupakan salah satu hewan
kasus dapat terjadi kematian (Overgaauw,
kesayangan yang perlu mendapat perhatian
2013).
untuk dipelihara dan dikembangbiakkan
Anak kucing dapat terinfeksi melalui
dengan berbagai tujuan dan dapat
latrogenic transmission dan akan
memberikan kebahagiaan tersendiri bagi
mengeluarkan telur melalui feses pada
manusia (Mariandayani, 2012). Salah satu
umur 47 hari. Kucing dengan umur kurang
manfaat memelihara kucing adalah
dari enam bulan dapat terinfeksi melalui
mengurangi gejala penyakit autisme jika
transplacenta infection atau transmammary
penderita autisme sering berinteraksi
infection. Kejadian ini dapat terjadi bila
dengan kucing (Mase et al., 2018). Kucing
induk kucing terinfeksi larva T. cati pada
yang dipelihara tidak terlepas dari penyakit
saat bunting. Larva stadium ketiga (L3)
infeksius, salah satunya adalah infeksi
akan berkembang pada saat induk bunting
cacing Toxocara cati (T. cati) yang
dan pada masa menjelang kelahiran akan
menyerang anak kucing dan kucing dewasa
terjadi transplacental infection. Larva T.
(Estuningsih, 2005). Infeksi T. cati juga
cati yang ditularkan melalui kolostrum
dapat menimbulkan masalah bagi
pada anak kucing merupakan jalur
kesehatan manusia karena T. cati bersifat
penularan yang utama (Estuningsih, 2005;
zoonosis. Kejadian toxocariasis sering
Kusnoto, 2005; Overgaauw dan Knapen,
menyerang anak-anak karena bermain di
2013), sehingga sangat memungkinkan
pasir atau tanah yang terkontaminasi telur
bagi induk yang menderita toksokariosis
infektif dari T. cati (Magnaval et al., 2001).
menularkan pada anaknya. Hasil penelitian
Toksokariosis adalah penyakit yang
menunjukkan bahwa kucing betina yang
disebabkan oleh cacing nematoda dari
terinfeksi toksokariosis maka anaknya juga
genus Toxocara. Spesies T. cati dapat
akan terinfeksi. Pada kucing yang berumur
menyerang kucing. Kelembaban yang
lebih dari satu tahun kemungkinan dapat
cukup tinggi merupakan kondisi optimum
terinfeksi karena terjadi kontak antara
dalam perkembangan dan penyebaran
kucing yang telah terkontaminasi (Nealma
berbagai jenis penyakit cacing (Nealma et
et al., 2013).
al., 2013). Kondisi ini dapat menjadi faktor
Laporan kasus ini mendeskripsikan
penyebab terjadinya infeksi T. cati.
tentang seekor kucing domestik berumur
Prevalensi toksokariosis pada kucing di
satu setengah bulan yang mengalami
kota Denpasar Bali dilaporkan sebesar
toksokariosis. Adapun tujuan dan manfaat
57,8% (Nealma et al., 2013). Kucing dapat
penulisan laporan ini adalah untuk
terinfeksi melalui tertelannya telur infektif
memberikan informsi penyakit
bersama makanan dan air minum. Kucing
toksokariosis pada kucing, yang meliputi
yang terinfeksi T. cati menunjukkan gejala
diagnosis serta pengobatannya.
gangguan pertumbuhan, rambut kusam,
pembesaran perut, muntah, dan diare. MATERI DAN METODE
Gejala batuk dapat terjadi akibat migrasi
larva stadium dua (L2) melalui sistem Rekam Medik
respirasi. Migrasi larva pada kucing muda Sinyalemen
dapat berakibat pneumonia. Cacing dalam Kucing kasus merupakan seekor kucing
jumlah yang banyak dapat menyebabkan domestik yang bernama Gugu berjenis
penurunan penyerapan bahan makanan, kelamin betina berumur satu bulan setengah
hingga terjadi hipoalbuminemia yang dapat memiliki berat badan 0,35 kg dengan ciri-
ciri rambut berwarna hitam oranye dan menderita toksokariosis dengan prognosis
putih. fausta.
Anamnesis Terapi
Induk kucing kasus diadopsi oleh Kucing kasus diberikan pengobatan
pemilik sebelum kucing kasus lahir. Pada kausatif dengan menggunakan pyrantel
saat umur satu setengah bulan, kucing kasus pamoate (Combantrin®, PT. Pfizer
diperiksa di Laboratorium Ilmu Penyakit Indonesia, Jakarta, Indonesia) dengan dosis
Dalam Veteriner, Fakultas Kedokteran 25 mg/kg per oral. Pada mata diberikan
Hewan, Universitas Udayana dengan obat tetes mata yang mengandung
keluhan diare sejak tujuh hari sebelumnya. chloramphenicol dan dexamethason
Pada bagian mata terdapat selaput yang (Erlamycetin Plus, PT Erela Semarang,
menutupi sebagian mata yang membuat Indonesia) diberikan satu tetes dua kali
kucing kasus sulit untuk melihat. kucing sehari pada bagian mata kanan dan kiri.
kasus dipelihara dengan cara dilepaskan Pengobatan supportif menggunakan B-
pada area rumah pemilik, dipelihara kompleks (Neutropik®, PT. Global Multi
bersama dua satu kucing lainnya dengan Pharmalab) 1 mL secara intramuskular,
kondisi sama mengalami diare. Nafsu serta multivitamin dan mineral (Nutri Plus
makan dan minumnya masih normal Gel, PT Kalbe Farma Tbk, Indonesia)
dengan pemberian pakan komersial basah. diberikan setengah sendok teh per oral dua
Vaksinasi serta pemberian obat cacing kali sehari.
belum dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk Hasil
membantu meneguhkan diagnosis. Hasil pemeriksaan status preasens
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan disajikan pada Tabel 1.
dalam kasus ini adalah pemeriksaan feses Turgor kulit kucing kasus menurun.
dengan metode natif dan metode Pada sistem pencernaan Inspeksi: tampak
McMaster. abdomen membesar dan bagian anus sedikit
Pemeriksaan feses dengan metode natif kotor, Palpasi: saat diraba daerah abdomen
dilakukan untuk mengidentifikasi telur pada organ intestinal terasa padat dan
cacing. Sampel diletakkan di atas gelas kucing sedikit mengalami kesakitan.
obyek kemudian diberikan aquades. Hasil pemeriksaan klinis menunjukan
Pemeriksaan ini dilakukan di Laboratorium sistem muskuloskeletal, saraf, sirkulasi,
Ilmu Penyakit Dalam Veteriner, Fakultas respirasi, urogenital, dan limfonodus dalam
Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. keadaan normal. Secara general tidak
Sampel feses selanjutnya diperiksa di normal terlihat lemas, kurus, dehidrasi.
bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Rambut kotor, kusam, dan berdiri, dari
Pada pemeriksaan feses ditemukan telur T. mata kanan dan kiri tertutup oleh selaput
cati dengan ciri-ciri memiliki bentuk oval dan konjungtiva meradang, kucing kasus
dan berdinding tebal. Untuk menentukan mengalami diare, fesenya berbau busuk,
tingkat keparahan infeksi dilakukan dan terjadi pembesaran pada abdomen (pot
pemeriksaan dengan metode McMaster. belly).
Pemeriksaan dengan metode McMaster Pembahasan
dilakukan di Balai Besar Veteriner Toksokariosis adalah penyakit yang
Denpasar. disebabkan oleh cacing nematoda dari
Diagnosis dan Prognosis genus Toxocara. Spesies T. cati dapat
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan menyerang kucing. Kelembaban yang
fisik, serta diteguhkan dengan pemeriksaan cukup tinggi merupakan kondisi optimum
penunjang maka kucing kasus didiagnosis dalam perkembangan dan penyebaran
berbagai jenis penyakit cacing (Nealma et gangguan transpor terhadap air dan
al., 2013). Kucing dapat terinfeksi karena elektrolit pada saluran cerna. Diare
telur T. cati yang tertelan dan melalui jalur merupakan gejala klinis umum yang dapat
latrogenic dari larva stadium dua yang terjadi pada beberapa penyakit. Menurut
ditularkan dari induk kepada anak kucing Rahmadani (2015) selain infeksi parasit
(Ursache et al., 2021). Toxocara. cati juga saluran cerna diare dapat disebabkan oleh
dapat ditularkan melalui jalur gangguan penyerapan makanan di usus,
transplacental infection pada saat induk gangguan metabolik, dan infeksi virus,
bunting (Okada et al., 2021). Faktor lain sedangkan bau tidak sedap pada feses
yang dapat mempengaruhi tingkat infeksi terjadi akibat protein yang tidak dicerna dan
T. cati pada kucing adalah manajemen dirombak akibat adanya infestasi cacing
pemeliharaan kucing. Pemeliharaan kucing (Wennogle et al., 2015). Diare dapat
yang baik akan berpengaruh pada kesehatan menyebabkan tubuh kehilangan banyak
kucing (Nealma et al., 2013). Kucing yang cairan sehingga menyebabkan dehidrasi.
tidak disediakan pasir memiliki risiko Dehidrasi dapat dilihat melalui
terinfeksi T. cati sebesar 1,5 kali lebih besar pemeriksaan pada turgor kulit, nilai CRT,
dibandingkan kucing yang disediakan pasir. membran mukosa, serta melalui
Hal ini diduga kucing yang tidak disediakan pemeriksaan laboratorium. Hasil
pasir akan melakukan defekasi di pemeriksaan kucing kasus menunjukkan
sembarang tempat, akibatnya kontrol turgor kulit menurun dan nilai CRT lebih
terhadap kontaminasi dari feses kucing dari dua detik. Hewan yang mengalami
yang terinfeksi T. cati sulit dilakukan. Feses peningkatan nilai CRT yang
kucing menjadi sebagai sumber penularan berkepanjangan mencerminkan prefusi
toksokariosis pada kucing maupun manusia yang buruk atau vasokonstriksi yang
khususnya pemilik kucing, sehingga pasir disebabkan oleh suhu lingkungan yang
tempat defekasi harus dijaga kebersihannya dingin, dehidrasi, penyakit kardiovaskular,
(Manurung dan Lambok, 2012). anemia, nyeri, heat stroke, dan syok
Kucing kasus mengalami diare, terlihat (Cugmas et al., 2019). Menurut Suartha
lemas, kurus, serta dehidrasi, rambut kotor, (2010), tubuh akan menampakkan tanda
kusam dan berdiri, fesenya berbau busuk, klinis apabila terjadi kehilangan cairan
terjadi pembesaran pada abdomen (pot mencapai 5% dari total berat badan.
belly), dan CRT lebih dari 2 detik. Tanda Kehilangan cairan tubuh yang melebihi 7%
klinis tersebut mengindikasikan kucing akan menyebabkan mata cekung dan
kasus terinfeksi endoparasit. Hal tersebut elastisitas kulit menurun.
sesuai dengan pendapat Subroto (2006) Kucing kasus matanya berair, mata
bahwa kucing yang mengalami kanan dan kiri tertutup oleh selaput, dan
toksokariosis menunjukkan tanda klinis konjungtivanya meradang. Peradangan
batuk, pilek, anoreksia, diare, dan abdomen konjungtiva umumnya disebabkan oleh
membesar (pot belly).Agna (2009) juga reaksi alergi, trauma, infeksi virus, bakteri,
menyatakan bahwa kucing muda yang dan parasit (Khumar et al., 2016).
terinfeksi T. cati abdomennya membesar Konjungtivitis akibat reaksi alergi adalah
dan tampak menggantung (potbelly) karena bentuk alergi pada mata yang paling sering
banyaknya jumlah cacing yang berada dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada
dalam usus. konjungtiva yang diperantarai oleh sistem
Diare pada kucing kasus terjadi karena imun (Cuvillo et al., 2009). Reaksi
adanya gangguan penyerapan pada saluran hipersensitivitas yang paling sering terlibat
pencernaan karena infeksi parasit T. cati. pada alergi konjungtiva adalah reaksi
Diare merupakan peningkatan frekuensi hipersensitivitas tipe 1. Adapun gejala yang
pengeluaran feses yang mengandung air umum terjadi yaitu hiperemis, mata berair
melebihi normal. Diare terjadi bila terdapat dan eksudasi (Majmudar, 2010).
Konjungtivitis karena trauma disebabkan feses. Chloramphenicol adalah antibiotika
oleh benda tumpul atau benda asing yang spektrum luas, mekanisme kerja
mengenai mata, biasanya hewan mengais chloramphenicol adalah menghambat
bagian mata dengan kukunya yang sintesis protein bakteri dengan cara
menyebabkan mata terinfeksi (JAR, 2011). mengganggu transfer asam amino.
Konjungtivitis akibat virus dapat diamati Dexamethason merupakan obat
pada konjungtiva kucing yang terinfeksi kortikosteroid yang digunakan sebagai
feline immunodeficiency dengan tipe antiperadangan. Dexamethasone sodium
konjungtivitis ringan. Konjungtivitis akibat phospate menghambat fosfolipase A, yang
bakteri merupakan penyakit umum pada merupakan jalur pertama pada sintesis
berbagai hewan. Walaupun berbagai jenis prostaglandin, selain itu juga menghambat
bakteri telah terisolasi dari konjungtiva infiltrasi kemotaktik dari neutrofil dalam
hewan, sebagian besar merupakan bakteri proses inflamasi. Terapi supportif yang
yang tidak patogen atau termasuk bakteri diberikan adalah B-kompleks
®
yang dapat menyebabkan radang ringan, (Neurotropic ) dengan kandungan vitamin
seperti pada kucing yang disebabkan oleh B1, B6, dan B12 yang berfungsi untuk
bakteri chalamydia menyebabkan infeksi memperbaiki kondisi dan metabolisme
akut yang dicirikan dengan kongesti tubuh, serta berfungsi sebagai
konjungtiva, kemosis, eksudat serous, dan neurotransmitter yakni sebagai pengirim
infiltrasi dari konjungtiva dengan netrofil sinyal rangsangan dari saraf ke otot
(Barnett, 2006). (Hasyim, 2010). Pemberian multivitamin
Taylor et al. (2016) mengungkapkan dan mineral (Nutri Plus Gel®) digunakan
bahwa hasil pemeriksaan penunjang berupa sebagai suplemen makanan, memelihara
pemeriksaan feses dapat menjadi salah satu kesehatan kulit dan rambut dan untuk
dasar peneguhan diagnosis. Hasil membantu pembentukan hemoglobin
pemeriksaan feses kucing ksus dengan karena terdapat kandungan zat besi di
metode natif menunjukkan kucing kasus dalamnya.
terinfeksi T. cati. Dengan metode Penanganan kasus ini menunjukan hasil
McMaster ditemukan 24.200 telur per gram yang baik. Sehari pascaterapi kucing kasus
feses. Menurut Bowman et al., (2002), mengeluarkan cacing bersama dengan
jumlah tersebut tergolong dalam infeksi feses. Tiga hari pascaterapi, suhu tubuh
berat. kucing kasus meningkat menjadi normal
Derajat infeksi disajikan pada Tabel 2 dan sudah tidak mengalami diare. Setelah
Dengan metode McMaster ditemukan dua minggu penanganan terjadi
24.200 telur per gram feses. Menurut penambahan bobot badan kucing kasus dan
Bowman et al., (2002), jumlah tersebut secara klinis abdomen terlihat normal. Pada
tergolong dalam infeksi berat. pemeriksaan feses tidak ditemukan telur T.
Obat yang diberikan untuk kucing kasus cati.
adalah pyrantel pamoate (Combantrin®),
dan obat tetes mata yang mengandung SIMPULAN DAN SARAN
chloramphenicol dan dexamethason. Simpulan
Pyrantel pamoate (Combantrin®) Berdasarkan anamnesis, gejala klinis,
merupakan turunan tetrahydropyrimidine dan hasil pemeriksaan penunjang kucing
yang berkhasiat sebagai antelmintik dan kasus didiagnosis menderita toksokariosis.
sangat efektif untuk pengobatan infeksi Pengobatan dengan pyrantel pamoate
yang disebabkan oleh satu jenis cacing atau (Combantrin®), B-kompleks (Neutropik®),
lebih di usus. Obat ini bekerja sebagai agen serta multivitamin dan mineral (Nutri Plus
depolarizing memblokir neuromuskuler, Gel) memberikan hasil yang baik.
yang menyebabkan parasit lumpuh
sehingga dikeluarkan bersama dengan
Saran Penelitian, Aplikasi Teori, Analisa, dan
Untuk menuntaskan infeksi T. cati Pembahasan Kepustakaan Tentang
disarankan untuk memberikan obat Keolahragaan. 1(2): 17-26.
pyrantel pamoate sebulan berikutnya Jaiya Animal Rescue (JAR). 2011. Eye
pascapemberian pertama. Tindakan yang infections in dog. Jargroup Doodlekit
perlu menjadi perhatian bagi pemilik untuk Shanghai. 1: 1-29.
mencegah kembali terjadinya infeksi Khumar K, Khumari K, Praveen PK,
toksocariosis pada hewan peliharaannya Ganguly S. 2016. Clinical management
khususnya kucing adalah dengan of conjunctivitis in dog: a case study.
pemberian obat cacing secara rutin tiga Indian J. Anim. Hlth 55(2): 167-168.
bulan sampai enam bulan sekali. Kucing Khurana AK. 2007. Comprehensive
kasus disarankan dikandangkan untuk ophthalmology. Edisi ke-4. New Delhi:
sementara dan lingkungan didesinfeksi agar New Age International. Hlm. 54-71
terhindar dari penyebaran T. cati agar Kusnoto. 2005. Prevalensi toxocariasis
infeksi telur T. cati tidak kembali terjadi. pada kucing liar di Surabaya melalui
bedah saluran pencernaan. Media
UCAPAN TERIMAKASIH Kedokteran Hewan. 21(1): 7-11.
Penulis mengucapkan banyak Magnaval JF, Dorchies LTGP, Morrasin B.
terimakasih kepada seluruh staf 2001. Highlight of human toxicariassis.
Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Korean J. Parasitol. 39(1): 1-11.
Veteriner, Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Majmudar PA. 2010. Allergic
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas conjunctivitis. Rush-Presbyterian-St
Udayana, dan Balai Besar Veteriner Luke’s Medical Center. Hlm.1-6.
Denpasar yang telah memberikan tempat Manurung RS, Lambok S. 2012. Infeksi
dan fasilitas dalam melakukan pemeriksaan Toxocara sp. pada hewan peliharaan di
studi kasus ini Kelurahan Padang Bulan tahun 2012.
EJournal FK USU. 1(1):1-3.
DAFTAR PUSTAKA Mariandayani HN. 2012. Keragaman
kucing dopmestic (Felis domesticus)
Barnett K. 2006. Diagnostic atlas of berdasarkan morfogenetik. J.
veterinary ophthalmology. 2ndEd. Peternakan Sriwijaya. 1(1): 10-19.
Elsevier’s Health Sciences. USA. Mase J, Furqon MT, Rahayudi B. 2018.
Bowman DD, Hendrix CM, Lindsay DS, Penerapan algoritme Support Vector
Barr S. 2002. Feline clinical Machine (SVM) pada pengklasifikasian
parasitology. 1st Edition. Iowa: Iowa penyakit kucing. J. Pengembangan
State University Press. Hlm. 14-25. Teknologi Informasi dan Ilm. Komputer.
Cugmas B, Struc E, Spigulis J. 2019. 2(10): 3648-3654.
Clinical evaluation of automated Nealma S, Dwinata IM, Oka IBM. 2013.
capillary refill time estimation in dogs Prevalensi infeksi cacing Toxocara cati
and cats. BiOS. 10(8): 68. pada kucing lokal di wilayah Denpasar.
Cuvillo DA, Sastre J, Montoro J, Jáuregui Indon. Med. Vet. 2(4): 432 – 434.
I, Dávila I, Ferrer M, Valero A. 2009. Okada N, Ooi HK, Taira K. 2021. Detection
Allergic conjunctivitis and H. J. of larvae of Toxocara cati and T. tanuki
Investig. Allergol. Clin. Immunol. 19(1): from the muscles of free-ranging layer
11-18. farm chickens. Parasitol. Res. 120(5):
Estuningsih SE. 2005. Toxocariasis pada 1737-1741.
hewan dan bahayanya pada Overgaauw PAM, Knapen FV. 2013.
manusia. Wartazoa. 15(3): 136-142. Veterinary and public health aspects of
Hasyim. 2010. Proses pembentukan ATP Toxocara spp. J. Vet. Parasitol. 6642: 1-
melalui proses aerobik. J. Hasil 6.
Rahmadani S. 2015. Evaluasi helmintiasis Taylor MA, Coop RL, Wall RL. 2016.
pada anjing penderita diare di klinik Veterinery parasitology. 4th. Ed. Wiley
hewan Makassar. [SKRIPSI]. Makassar Blackwell. West Sussex.
(ID): Universitas Hasanudin Makassar. Ursache A, Gyorke A, Mircean V,
Sianturi CL, Priyanto D, Astuti NT. 2016. Dumitrache M, Codea A, Cozma V.
Identifikasi telur toxocara cati dari feses 2021. Toxocara cati and other parasitic
kucing di Kecamatan Banjarnegara, enteropathogerns: more commonly
Bawang dan Purwareja Klampok found in owned cat with gastrointestinal
Kabupaten Banjarnegara. J. Ilmiah signs in Clinically Healthy Ones.
Medsains. 2(1): 23-30. Pathogens. 10: 198.
Suartha IN. 2010. Terapi cairan pada anjing Wennogle SA, Martin LER, Popelka FJO,
dan kucing. Bul. Vet. Udayana. 2(2): 69- Xu H, Philipe CJ, Lappin MR. 2015.
83. Randomized trial to evaluate two dry
Subroto. 2006. Penyakit infeksi dan therapeutic diets for shelter dogs with
mikroba pada anjing dan kucing. acute diarrhea. Int. J. Appl. Res. Vet.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Med. 13(3): 199-206.
University Pr.

A B
Gambar 1. Pemeriksaan klinis hewan kasus (a) abdomen mengalami distensi (pot belly)
(lingkaran merah), rambut kusam (panah kuning), dan rambut berdiri (panah hitam). (b) mata
kanan dan kiri tertutup oleh selaput dan konjungtiva meradang.

Gambar 2. Telur T. cati pada pemeriksaan dengan metode natif (tanda panah) (Perbesaran
100x)
A B
Gambar 3. (A) tiga hari pasca terapi abdomen terlihat normal, rambut mulai tidak terlihat
kusam. (B). Cacing T.cati yang keluar bersama feses

Tabel 1. Hasil pemeriksaan status preasens kucing kasus


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal* Keterangan
1. Frekuensi denyut nadi (pulsus) (kali/menit) 120 110-130 Normal
2. Frekuensi degup jantung (kali/menit) 120 110-130 Normal
3. Capillary refill time/CRT (detik) >2 <2 Tidak Normal
4. Frekuensi respirasi (kali/menit) 24 20-30 Normal
5. Suhu (°C) 34,9 37,8-39,2 Rendah
*Sumber: Widodo et al. (2017)

Tabel 2. Derajat infeksi berdasarkan standar total EPG


No Total EPG Feses Derajat Infeksi
1. 1 – 199 Ringan (Low)
2. 200 – 999 Sedang (Intermediate)
3. > 1000 Berat (Heavy)
*Sumber (Bowman et al., 2002)

You might also like