Professional Documents
Culture Documents
Bawang Dayak
Bawang Dayak
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjaun Bawang Dayak
2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Kerajaan : Plantae
Subkerajaan : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subkelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Familia : Iridaceae
Genus : Eleutherine
Species : Eleutherine pallmifolia L. (Indrawati, 2013)
2.1.2 Sinonim
Tanaman bawang dayak secra turun temurun sudah dimanfaatkam oleh
penduduk Dayak sebagai tumbuhan obat. Bawang dayak mempunyai beberapa
nama lain. Bawang dayak sering juga disebut bawang sabrang, bawang mekah,
bawaang hutan, bawang kambe dan bawang berlian (Indrawati, 2013).
8
9
2003 dalam buku Indrawati (2013) bahwa bawang dayak memiliki kandungan
senyawa kimia yang memiliki khasiat sebagai antikanker. Zat aktif dalam umbi
bawang dayak yaitu Eleuterin mampu menghambat kerja dari suati enzim yaitu
enzim topoisomerase II yang berperan dalam fase replikasi dan poliferasi dari sel
kanker.
2.1.7 Kandungan Senyawa Kimia
Di dalam bawang dayak (Eleutherine palmifolia L.) terdapat suatu senyawa
yaitu, alkaloida, flavonoid, glikosida, steroid, fenol, dan tannin yang memiliki
potensi untuk dikembangkan untuk dijadikan tanaman obat (Galingging, 2009).
Selain itu, bawnag dayak juga terdapat kandungan golongan naftokuinon serta
turunanya (elenacine, eleutherine, eleutherol, eleutherenon) yang dapat digunakan
untuk anti kanker.
Senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida dan saponin yang terdapat dalam
bawang dayak mempunyai aktivitas hipoglikemik (menurunkan kadar gula dalam
darah), sehingga memiliki manfaat untuk mengobati diabetes mellitus. Alkaloid
juga memiliki fungsi sebagai anti mikroba dan tannin memiliki fungsi untuk
mengobati sakit perut (Galingging, 2009).
Tabel II.1. Golongan Senyawa (Indrawati, 2013)
konsentrasi dari senyawa yang ada didalam pelarut dengan konsentrasi yang ada di
dalam sel dari suatu tanaman sudah seimbang (Mukhriani, 2014). Pengembangan
terhadap obat tradisional dilakukan mulai dari penelitian ilmiah hingga diproduksi
secara modern supaya dapat digunakan untuk obat yang berfungsi sebagai
kesehatan serta kesejahteraan masyarakat. Metode yang digunakan untuk
menemukan obat tradisional ialah metode ekstraksi. Terdapat beberapa sasaran
dilakukanya ekstraksi (Sarker, 2006):
1. Suatu senyawa bioaktif yang belum diketahui sebelumnya
2. Suatu senyawa yang sudah pasti terdapat dalam suatu organisme
3. Beberapa gabungan senyawa yang memiliki hubungan structural dalam suatu
organisme.
Ekstraksi dilakukan terutama untuk bahan dari tumbuhan adalah sebagai berikut:
1. Untuk membedakan bagian tumbuhan ( bunga, daun, dll )
2. Pemilihan suatu pelarut
3. Pelarut yang polar : etanol, air, methanol, dsb
Pelarut yang semipolar : diklorometana, etil asetat, dsb
Pelarut yang non-polar : kloroforom, n-heksan, kloroform, dsb.
Berikut merupakan metode ekstraksi yang biasanya digunakan :
2.2.1 Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi berfungsi untuk menarik zat yang berfungsi dan tahan pemanasan
atau tidak tahan pemanasan (Depkes, 2000). Maserasi adalah salah caru cara
ekstraksi yang sederhana. Dilakukan dengan merendamkan sampel di suhu kamar
menggunakan pelarut yang tepat dan mampu melarutkan analit yang terdapat pada
sampel. Supaya analit dapat terekstraksi secara sempurna maka ekstraksi dilakukan
secara berulang kali. Keuntungan dari maserasi adalah mampu digunakan untuk
analit yang tahan dengan panas atau tidak tahanpanas. Sedangkan kerugiannya
menggunakan pelarut yang banyak (Leba, 2017).
b. Perkolasi
Perkolasi dilaksanakan dengan cara memberi aliran pelarut perlahan yang
terdapat dalam sampel di percolator. Pada perkolasi digunakan pelarut yang baru
sehingga pelarut ditambahkan secara terus menerus (penmbahan dilakukan dengan
15
Pada kondisi normal, sel kanker umunya terletak di fase Go (Zero Growth atau
yang disebut tidak adanya pertumbuhan). Pada fase G0 melalui empat tahap :
18
melakukan poliferasi secara normal sehingga sel tersebut akan berpoliferasi terus
menerus sampai muncul jaringan abnormal (CCRC, 2014).
Kanker terjadi diawali dari sel-sel epitel. Kanker sering disebut juga dengan
karsinoma yang sering muncul atau berasal dari jaringan otot, jaringan lain yang
lunak dan tulang. Dikarenakan jaringan tersebut tidak mempunyai system limfe
seperti organ sel pada epitel, sarcoma tidak menjadi penyebab menyebarnya ke
kelenjar limfe (Jong, 2004). Sel kanker tumbuh dengan cepat sehingga
menyebabkan sel kanker menjadi cepat besar. Kanker tumbuh menyusup didalam
jaringan normal di sekelilingnya. Sel kanker juga membuat metastasis (menyebar)
ke bagian jaringan lain sehingga akan tumbuh sel kanker baru sehingga fungsi organ
menjadi terganggu. Kanker biasanya diakibatkan oleh tidak seimbangan hormon
dan proses penuaan dari bertumbuhnya sel itu sendiri (Setiati, 2009).
2.7.2 Sifat dan Karakteristik Sel Kanker
Sifat sel kanker secara umum :
1. Perkembangan yang berlebih yang biasanya berbentuk tumor
2. Gangguan diferensiansi yang terjadi dari sel serta jaringan
3. Memiliki sifat invasive dapat tumbuh di sekitar jaringan
4. Bersifat metastasis dapat menyebar ke jaringan lain
5. Turunan sel kanker dapat menyebabkan kanker.
Sel kanker memiliki pertumbuhan yang mikroevolusioner yang terjadi
selama beberapa bulan atau beberapa tahun, sehingga sel kanker memiliki banyak
karakteristik. Menurut Hanahan dan Weinberg (2000) sel kanker mempunyai
karakteristik yaitu :
1. Sel kanker dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan diri sendiri.
Pertumbuhan ini berupa sinyal yang berfungsi agar sel bisa terus membelah.
Sedangkan sel normal tidak membelah berbeda dengan sel kanker yang
terus membelah.
2. Sel kanker tidak sensistif atau tidak peka dengan sinyal anti pertumbuhan.
Artinya sel kanker tidak dapat merespon munculnya sinyal yang dapat
menghambat serta menghentikan proses terjadinya pembelahan,
pertumbuhan sel. Sehingga sel kanker akan terus mengalami pembelahan.
20
3. Progresi
Pada tahap progresi sel mengalami perubahan genetic dan epigenetic
dikarenakan aktivasi proto-onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor.
2.7.4 Perbedaan Sel kanker dengan sel normal
Pada sel yang normal, sel akan memperbanyak diri dengan melakukan
pertumbuhan eksternal sedangkan pada sel kanker tidak melakukan pertumbuhan
eksternal tetapi tetap memperbanyak diri. Umur dan kematian pada sel normal lebih
pendek karena sebelum sel normal mati, sel normal hanya akan membelah sebanyak
50 kali. Sedangkan pada sel kanker jumlah pembelahan sel nya lebih banyak. Pada
sel normal pembelahan berhenti apabila terjadi kerusakan DNA dan pada sel kanker
akan terus membalah walaupun DNA telah rusak (Cell Biology and Cancer, 2015).
2.8. Tinjauan Tentang Kanker Payudara
2.8.1. Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang terjadi
pada wanita Indonesia. Kanker payudara terjadi karena keganasan pada jaringan
payudara dari epitel duktus atau lobulusnya (Kemenkes RI, 2015). Pada umunya
kanker payudara berawal dari sel epithelial, jadi kanker payudara termasuk
karsinoma. Kanker payudara dikelompokan menjadi in situ karsinoma dan invasive
karsinoma. In situ karsinoma disebabkan oleh sel tumor di daerah duktus ataupun
di lobular tanpa adanya invasi melewati membrane basal menuju stroma di
sekitarnya. Invase karsinoma yang terjadi di bagian membrane basal akan rusak
sebagaian atau bahkan semua bagian sehingga sel kanker dapat menginvasi
jaringan di sekelilingnya membentuk sel metastatic (Hondermarck, 2003).
2.8.2. Etiologi
Pada awal mulanya sel kanker berawal dari tumor yang berukuran 1 cm
yang terus berkembang sehingga menjadi sel kanker. Sel kanker tersebut berada di
kelenjar payudara, sel-sel kanker yang berada di kelenjar payudara mampu
menyebar ke semua bagian tubuh melewati aliran darah. Kanker payudara bisa
terjadi karena kelainan hormonal, infeksi, kelainan bawaan, tumor, kelainan lain.
Selain itu kanker payudara juga dapat terjadi bila wanita memiliki saudara yang
pernah mengalami atau terkena kanker payudara (Diananda, 2009).
22
1. Kelainan Hormonal
Kelainan hormonal bisa menyebabkan nyeri dan sakit pada payudara,
biasanya disertai dengan adanya benjolan dan keluarnya cairan dari kedua
puting susu Biasanya gejala ini atau benjolan muncul saat terjadi
menstruasi. Saat menstruasi payudara dipengharuhi oleh hormone sehingga
lebih terasa padat dan kencang. Pada kondisi seperti ini biasanya benjolan
akan terasa.
2. Infeksi
Infeksi yang muncul ada dua jenis, yaitu infeksi yang muncul karena pada
saat menyusui dan infeksi biasanya umum terjadi dikarenakan bakteri yang
masuk dalam kelenjar payudara
3. Kelainan bawaan
Terjadi akibat terdapat gumpalan kelenjar payudara pada salah satu ketiak.
Perlu diwaspadai dari munculnya kelenjar payudara di ketiak ini
kemungkinan besr akan menyebabkan menjadi tumor karena kelenjar
payudara ini terus berkembang.
4. Tumor
Tumor dibagi menjadi dua yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas
inilah yang disebut juga dengan kanker. Gejala yang muncul berupa
benjolan berbentuk nodul, sakit pada payudara, munculnya cairan yang
tidak normal pada putting payudara.
5. Kelainan lain
Terjadinya benturan pada payudara atau disebut dengan trauma payudara.
2.8.3. Faktor Risiko
Banyaknya kasus kematian yang disebabkan oleh kanker payudara
berkaitan dengan factor risiko kanker yang bisa ditanggulangi. Faktor risiko yang
termasuk factor dari risiko perilaku dan juga pola makan antara lain:
1. Berat badan yang berlebih
2. Kurangnnya untuk mengkonsumsi buah buahan serta sayuran
3. Kurangnya aktifitas tubuh, seperti olahraga
4. Perokok
5. Mengkonsumsi alcohol yang berlebihan
23
Selain factor risiko perilaku dan pola makan ada juga factor risiko akibat paparan,
diantaranya:
a. Karsinogen fisik, berupa UV (ultraviolet) dan radiasi ion
b. Karsinogen kimia, berupa benzo(a)pyrene, formalin dan aflaktosin
(kontamina makanan), dan juga serat contohnya asbes
c. Karsinogen biologis, berupa infeksi yang versal dari virus, bakteri, dan
parasit
Untuk menurunkan kasus kanker perlu adanya kepedulian terhdapa factor
risiko. Diantara factor risiko dari kanker yang dapat dimodifikasi (Kemenkes RI,
2005) yaitu :
1. Mengkonsumsi rokok, penyebab kematian 1,5 juta yang disebabkan kanker
per tahunya
2. Obesitas dan kurangnya aktivits gerak fisik yang menjadi penyebab
kematian 274.000 akibat kanker pada tiap tahun
3. Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan menjadi penyebab kematian
berkisar antara 351.000 akibat kanker pada tiap tahunya
4. Menularnya human papilloma virus (HPV) dengan hubungan seksual
menjadi penyebab kematian berkisar antara 235.000 akibat kanker per
tahunnya
5. Polusi udara di dalam ataupun di luar ruangan menjadi penyebab kematian
berkisar antara 71.000 akibat sel kanker pada tiap tahunya
6. Karsinogen di lingkungan kerja menjadi penyebab kematian berkisar antara
152.000 akibat sel kanker pada tiap tahunnya.
2.8.4. Tanda dan Gejala
Beberapa gejala kanker payudara yang perlu diwaspadai (Subagja, 2014) :
1. Terdapat benjolan di payudara yang terasa saat disentuh
Pada mulanya tidak terasa nyeri akan tetapi lama kelamaan benjolan akan
membesar dan menempel di kulit diikuti dengan rasa nyeri serta terjadinya
perubahan pada warna kulit dan juga payudara
2. Peradangan puting susu
Puting susu akan masuk ke dalam dan menjadi oedem serta timbulnya
borok. Eskema pada puting susu ditandai dengan
24
b. Masektomi
Pengangkatan seluruh bagian payudara yang terdapat sel kanker
payudara serta otot dinding pada dada yang juga ditumbuhi sel kanker.
2. Operasi pengangkatan kelenjar getah bening
Dilakukan apabila kanker sudah menyebar dari payudara hingga
sampai ke kelenjar getah bening di ketiak.
3. Radioterapi
Tujuan dari radioterapi ini adalah untuk merusak sel-sel kanker yang
dilakukan dengan penyinaran ke bagian payudara yang terdapat sel-sel
kanker. Radioterapi dapat dilakukan setelah atau sebelum operasi.
4. Kemoterapi
Tujuan dari kemoterapi ini adalah untuk membunuh sel kanker pada
payudara dan seluruh tubuh dengan pemberian obat anti kanker.
Kemoterapi memiliki efek biasanya mual, muntah, dan rambut juga
akan rontok, namun efek samping dapat diatasi dengan pemberian obat.
5. Terapi Hormonal
Terapi hormonal dilakukan pada pasien kanker payudara stadium IV.
2.9.2. Obat Antikanker dari Produk Alam
Obat antikanker adalah suatu senyawa kemoterapeti digunakan mengobati
suatu kanker yang akan membahayakan kehidupan. Banyak obat kanker yang
memiliki mekanisme kerja dengan mempengaruhi atau bekerja pada metabolism
asam nukleat yaitu DNA atau pada biosintesis protein. Obat antikanker disebut juga
sebagai obat sitotoksik, sitotastik atau antineoplasm (Siswandono, & Soekardjo,
2016).
Antikanker yang berasal dari alam adalah suatu senyawa yang didapatkan
dari olahan alam dan berfungsi sebagai antikanker. Anti kanker produk dari alam
terbagi dalam tiga macam yaitu antibiotika antikanker, antikanker produk tanaman
dan antikanker produk rekayasa genetika (Siswandono & Soekardjo, 2016).
a. Antibiotika anti kanker
Antibiotik yang dikembangkan menjadi sebagai antikanker ini berawal dari
senyawa antibakteri yang ternyata mempunyai efek toksisitas yang tinggi.
Selanjutrnya antibakteri ini dievaluasi dan dikembangkan menjadi antikanker.
27
5. Nimotuzumab (Theracim)
Untuk mengobati glioma yang biasanya terjadi pada usia dini dan juga
remaja yang telah gagal dengan terapi yang lain.
6. Trastuzumab (Herceptin)
Untuk mengobati kanker payudara pilihan pertama yang telah mengalami
metastasis dan telah over ekspresi HER2.
2.9.3. Tinjauan Doxorubicin
Sel kanker payudara MCF-7 diperoleh dari sel kanker payudara bagian
preural effusion breast adenocarcinoma pada pasien penderita kanker payudara
seorang wanita Kaukasian berusia 69 tahun, memiliki golongan darah O dan Rh
positif. Sel MCF 7 menunjukan atau membuktikan adanya deferensiasi
(pembentukan sel lebih khusus dari sel kanker payudara) yang teletak pada bagian
jaringan epitel mammae dan juga pada sintesis estradiol (CCRC,
2014).Pertumbuhan sel MCF 7 dapat diatasi atau dihambat pleh suatu tumor. Tumor
ini dinamakan necrosis factor alpha (TNF alpha (ATCC, 2019).
31
Selain pada karakteristik sel MCF-7 dan sel T47D memiliki perbedaan pada
media kultur. Pada sel T47D media kultur yang digunakan adalah DMEM + 10%
FBS + 2mM L-Glutamin, diinkubasi dalam CO2 5% dengan temperature 37°C
(Abcam, 2007). Sedangkan pada MCF-7 media kultur yang digunakan adlah
DMEM atau RPMI yang mengandung foetal bovine serum (FBS) 10% dan
antibiotic Penicilin-Streptomycin 1% (ATCC, 2008).
asam amino, garam, glukosa, dan vitamin. BME (Basal Medium Eagle) digunakan
untul kultur sel Hela. RPMI (Roswell Park Memorial Institute) suatu medium yang
mengandung fosfat dalam total yang besar digunakan dalam bentuk yang tebebas
dari serum digunakan untuk pertumbuhan sel limfoid. Dalam menunjang
partumbuhan sel serum juga memiliki peranan penting yang digunakan media untuk
memperoleh hasil yang optimal. Serum yang sering digunakan adalah serum dari
anak sapi, serum fetus sapi, dan serum yang berasal dari manusia. Yang biasanya
digunakan adalah foetal bovine serum (FBS) (Ma’at, 2011).
2.14. Tinjauan Metode Uji Sitotoksisitas
2.14.1 Tinjauan MTT Assay
MTT merupakan suatu uji pewarnaan yang dilakukan untuk mengetahui
aktivitas dari metabolesme suatu sel. Enzim oksidoreduktase seluler dapat
mengubah dan mereduksi zat warna yang terdapat pada tetrazolium MTT3-(4,5-di
metil tiazol-2-yl)-2,5-di-fenil tetrazolium bromide menjadi formazan yang tidak
larut berwarna ungu (Berridge & Tan., 1993). Pada uji sitototoksik ini untuk
mengamati sel yang masih hidup menggunakan metode MTT Assay (3 – (4–5 –
dimetiltiazol-2-yl) – 2,5 – difenil tetrazolium bromid). MTT adalah suatu garam
tetrazolium dimana sel yang masih hidup akan mereduksi sehingga menghasilkan
Kristal formazan yang memiliki warna ungu. Sel kanker yang masih hidup akan
berkorelasi dengan Kristal fromazan sehingga menghasilkan warna ungu,
sedangkan pada sel yang mati tidak akan direduksi. Prinsip kerja dari MTT Assay
adalah garam tetrazolium ini di metabolism oleh suatu enzim yang bernama enzim
dehydrogenase mitokondria. Hasilnya adalah cincin tetrazolium putus sehingga
menjadinkristal formazam berwarna ungu. Hasil dari MTT Assay ini adalah
berubahnya warna ungu dari sel yang masih hidup (Mosmann, 1983). Warna ungu
dan absorbansi diukur dengan menggunakan ELISA reader. Panajng gelombang
yang digunakan adalah 550nm (Burgess, 1995). Nilai absorbansi yang dihasilkan
dapat digunakan untuk menghitung persentase sel yang masih hidup. Apabila
dihasilkan warna ungu yang semakin banyak maka nilai absorbansi yang dihasilkan
semakin besar dan sel yang masih hidup semakin banyak. Hal ini disebabkan karena
Internsitas warna ungu berbanding lurus dengan total sel yang masih hidup.
33