You are on page 1of 24

Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No.

2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

TEKANAN INSTITUSIONAL DALAM PRAKTIK TATAKELOLA BADAN USAHA


MILIK DESA (BUMDES)

Hafiez Sofyani1, Hanif Fahrur Rozi2, Firda Ayu Amalia3


1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
hafiez.sofyani@umy.ac.id

Abstract
Many cases of corruption in the Village Owned Enterprises (BUMDes) require good governance
implementation to mitigate the potential for corruption or other forms of fraud within the BUMDes
entity. While research related to good governance in BUM-Des, there is still minimal access to the
day. This study aims to explore the extent to which the practices of good governance principles
include: accountability, transparency, responsiveness and community participation have been
institutionalized in the management of BUMDes. The research location was conducted in the scope of
the Special Region of Yogyakarta involving four BUMDeses. This study uses a descriptive qualitative
approach with the method of data collection in the form of interviews with Directors and Staff of
BUMDes, village heads, and the community. The results of this study indicate that the implementation
of accountability, transparency, responsiveness and community participation in the management of
BUMDes in Yogyakarta is more due to normative pressure than coercive or mimetic. Therefore, the
implementation of good governance has run quite well even though several indicators of four good
governance principles have not yet been fulfilled by some BUMDeses.
Keywords: Village-Owned Enterprise (BUMDes); Accountability; Participation; Responsiveness;
Governance; Transparency

Abstrak
Banyaknya kasus korupsi di entitas Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menuntut adanya
implementasi tata kelola yang baik guna memitigasi potensi korupsi atau bentuk kecurangan lainnya
di dalam entitas BUMDes. Sementara penelitian terkait tata kelola yang baik di BUMDes, masih
minim mendapatkan perhaTian. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sejauh mana praktik
prinsip-prInsip tata kelola yang baik meliputi: akuntabilitas, transparansi, responsivitas serta
partisipasi masyarakat telah diinstitusionalisasikan dalam pengelolaan BUMDes. Lokasi penelitian
dilakukan di lingkup Daerah Istimewa Yogyakarta dengan melibatkan empat BUMDes. Penelitian ini
mengunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode koleksi data berupa wawancara kepada
Direktur dan Staff BUMDes, kepala Desa, dan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukan Bahwa
institutionalisasi akuntabilitas, transparansi, responsivitas dan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan BUMDes yang ada di Yogyakrta lebih dikarenakan tekanan normative ketimbang koersif
atau mimetik. Karenanya, implementasi tata kelola yang baik talah berjalan cukup baik meskipun
beberapa indikator empat prinsip tata kelola yang baik masih belum dipenuhi oleh beberapa
BUMDes.
Katakunci: Badan Usaha Milik Desa (BUMDes); Akuntabilitas; Partisipasi; Responsivitas;
Tata kelola; Transparansi

Cronicle of Article: Received (September 2020); Revised (November 2020); and Published (December 2020).
©2020 Jurnal Kajian Akuntansi Lembaga Penelitian Universitas Swadaya Gunung Jati.

Profile and corresponding author: Hafiez Sofyani and Hanif Fahrur Rozi are from Department of Accounting,
Faculty of Economics and Business, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Firda Ayu Amalia is from
Department of Accounting, Faculty of Economics and Business, Universitas Muhammadiyah Malang.
Corresponding Author: hafiez.sofyani@umy.ac.id
How to cite this article: Sofyani, H., Rozi, H. F., & Amalia, F. A. (2020). Tekanan Institusional dalam
Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Jurnal Kajian Akuntansi. 4 (2), 111-134.

Page 111
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

PENDAHULUAN Kalimantan Timur dengan kerugian


Insentif merupakan salah satu alternatif diperkirakan mencapai Rp 900 juta. Kasus
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) serupa terjadi di Banyumas Raya, kasus
merupakan salah satu unit bisnis yang yang cukup mencuat di akhir 2018 dimana
dibentuk oleh pemerintah desa (pemdes) dilaporkan kasus penyimpangan keuangan
dalam rangka menyejahterakan masyarakat yang merugikan keuangan negara Rp 1,9
desa. Pendirian BUMDes didasarkan atas miliar sehingga ditahannya eks Direktur
hak otonomi desa untuk mengoptimalkan BUMDes Kecamatan Karangjambu,
potensi yang dimiliki de-sa guna Kabupaten Purbalingga, yakni M Kahfi
memberdayakan masyarakat desa sebagai tersangkanya (Satelitpos.com,
(Agunggunanto, Arianti, Kushartono, & 2019). Penyelewengan pendapatan
Darwanto, 2016). Karakteristik BUMDes BUMDes juga terjadi di kecamatan
yang berdiri di lingkungan masyarakat Karanganyar dimana kerugian yang
pedesaan memiliki dua sisi tujuan, yakni ditimbulkan selama satu tahun anggaran
sebagai institusi ekonomi dan institusi mencapai 90 juta rupiah (Wawasan.co,
sosial. BUMDes sebagai institutsi 2019).
ekonomi maksudnya bahwa didirikaannya Untuk mewujudkan cita-cita BUMDes
BUMDes bertujuan untuk meningkatkan sebagai agen perubahan di desa dan juga
perekonomian masyarakat sehingga memitigasi kecurangan pengelolaan
BUMDes bersifat profit oriented. Sebagai BUMDes, aspek tata kelola yang baik san-
institusi sosial, BUMDes menjadi lembaga gat penting untuk diterapkan. Hal ini men-
atau wadah yang bergerak dengam jadi alasan kenapa tata kelola pemerintah
melibatkan partisipasi masyarakat (Y. W. yang baik (good goverment governance)
SARI, 2017). Keberadaan BUMDes menjadi isu aktual dalam pengelolaan
diharapkan dapat mendukung munculnya administrasi publik. Pengelolaan
kembali demokrasi sosial di desa melalui pemerintaha desa, termasuk BUMDes se-
peningkatan kapasitas dan partisipasi bagai bagian di dalamnya, dapat dikatakan
masyarakat melalui keterlibatan dalam baik ketika dapat memunculkan iklim
pengelolaan BUMDes secara akuntabilitas, keterbukaan atau
berkelanjutan (Ramadana, 2013). Di sisi transparansi serta partisipasi yang sesuai
lain, “BUMDes diharapkan dapat berperan dengan prinsip dasar tata kelola yang baik
sebagai agen pembangunan daerah dan dalam sektor publik (Nainggolan, 2016).
menjadi pendorong terciptanya sektor Afiah and Rahmatika (2014) menyatakan
korporasi di pedesaan dengan biaya bahwa aspek utama dari tata kelola
produksi dan pengelolaan tidak terlalu pemerintahan yang baik meliputi akunta-
tinggi (Irawati & Martanti, 2018). bilitas, transparansi, dan partisipasi
Namun demikian, saat ini telah banyak masyarakat. Sementara Pratama and
terjadi kasus manipulasi dan kecurangan Pambudi (2017) menambahkan pula pent-
dalam pengelolaan keuangan BUMDes. ingnya responsivitas sebagai bagian dari
Dilaporkan bahwa Sekertaris desa, tata kelola yang baik. Akan tetapi,
bendahara dan ketua salah satu BUMDes berbagai kasus yang disorot di atas
di kabupaten Batanghari provinsi Jambi mengindikasikan bahwa praktik
menjadi tersangka karena melakukan akuntabilitas dan transparansi di BUMDes
penyelewengan dana pembangunan unit masih lemah, sehingga praktik kecurangan
usaha BUMDes yang mengakibatkan berupa korupsi masih marak terjadi. Hal
kerugian Rp. 92 juta rupiah ini menandakan bahwa akuntabilitas,
(Aksipost.com, 2019). Sementara itu transparansi dan partisipasi masyarakat
kasus dugaan korupsi BUMDes telah terhadap pengelolaan BUMDes menjadi
terjadi di Penajam Paser Utara, aspek yang sangat ur-gent pelaksanaannya.

Page 112
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

Hal ini dikuatkan oleh Khairudin and banyakan tema dari penelitian BUMDes,
Erlanda (2016) yang menyatakan bahwa sebagaimana disorot diatas, berfokus pada
dalam mewujudkan penyelenggaran tata kinerja BUMDes, manfaat keberadaan
kelola yang baik se-hingga mampu BUMDes dan strategi bisnis BUMDes.
memitigasi praktik korupsi, kolusi, dan Sementara penelitian terkait tata kelola
nepotisme, asas keterbukaan dimana yang baik penting diakukan untuk
akuntabilitas, transparansi dan partisipasi mengkaji sejauh mana isu ini telah dijal-
masyarakat harus dijalankan secara ideal. ankan BUMDes karena terkait dengan isu
Hingga hari ini, penelitian tentang korupsi yang telah disorot di atas.
BUMDes sebenarnya telah beberapa kali Secara teoritis, isu institusionalisasi suatu
dilakukan khususnya pasca ratifikasi UU kebijakan di organisasi, dalam kasus ini
Desa yang baru. Diantaranya adalah imlementasi tata keola yang baik di
penelitian tatakelola BUMDes yang BUMDes, dapat dilihat dari tiga asepk jika
dilakukan Ramadana (2013) yang meneliti merujuk pada konsep isomorfisme insti-
tentang keberadaan BUMDes sebagai tusional model DiMaggio dan Powell
penguatan ekonomi desa, Mahmudah (1983). Hawley (dikutip dari DiMaggio
(2019) yang meneliti akuntabilitas laporan dan Powell, 1983) menjelaskan iso-
keuangan BUMDes, Feriady (2019) morfisme adalah proses munculnya
meneliti business strategic analysis tekanan terhadap satu unit dalam populasi
lembaga keuangan mikro berbasis untuk menyerupai unit lain dalam
BUMDes dalam rangka penguatan menghadapi pengaturan yang sama dari
ekonomi desa, Irawati and Martanti (2018) suatu kondisi lingkungan tertentu.
meneliti Transparansi Pengelolaan Berangkat dari argument ini, penerapan
Laporan Keuangan BUMDes terhadap tata kelola yang baik di BUMDes, bisa jadi
Pelaporan Aset Desa, dan Kasila and merupakan isomorfisme mimetik (imitasi)
Kolopaking (2018) yang meneliti atau upaya meniru lembaga lain yang
partisipasi pemuda desa dalam dinilai baik pelaksanaan atau mekanisme
perkembangan usaha BUMDes. kerjanya. Selain mimetik, penerapan tata
Selanjutnya, penelitian tentang BUMDes kelola yang baik juga dapat terjadi karena
juga dilakukan oleh Anggraeni (2017) adanya tekanan dari ekster-nal, seperti
tentang peran kinerja BUMDes terhadap regulasi, lembaga lain yang lebih tinggi,
kesejahteraan masyarakat pedesaan di atau masyarakat sebagai pemangku
Gunung Kidul, Hayyuna (2014) mengkaji kepentingan. Isomorfisme yang sifatnya
strategi manajemen aset BUMDes dalam mimetik dan koersif dapat berdampak
rangka meningkatkan pendapatan desa, kurang baik yakni kecender-ungan untuk
Samadi, Rahman, and Afrizal (2015) terjebak pada pelaksanaan suatu
meneliti peranan BUMDes dalam mekanisme kerja yang sifatnya se-batas
Peningkatan Ekonomi Masyarakat sesa, R. seremonial formil, bukan berorien-tasi
P. Sari, Rosnita, and Rifai (2014) meneliti pada substansi (Tolbert & Zucker, 1983).
analisis kinerja sosial dan kinerja Selian dua jenis isomorfisem di atas,
keuangan lembaga keuangan mikro ber- isomorfisme normatif menjadi jenis
basis BUMDes, dan terakhir Sofyani, terakhir dimana adopsi kebijakan di or-
Atmaja, and Rezki (2019) tentang faktor- ganisasi secara institusional dilatarbe-
faktor yang mendorong tercapainya kinerja lakangi oleh tekanan dari hadirnya orang-
BUMDes. orang profesional dan komepten.
Dari berbagai riset terdahulu yang di- Adalah fakta di lapangan bahwa pasca
paparkan di atas disimpulkan bahwa riset banyaknya kasus korupsi di BUMDes,
BUMDes yang fokus menggali aspek tata banyak tekanan yang muncul kepada
kelola yang baik masih minim. Ke- BUMDes untuk menerapkan praktik tata

Page 113
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

kelola yang baik. Hasil observasi awal organisasi merespon tekanan dari
kami di lapangan menemukan bahwa se- lingkungan institusional yang
bagian besar BUMDes telah melakukan menyebabkan terjadinya institusionalisasi.
pelaporan keuangan dan kinerja unutk Respon tersebut berupa adopsi praktek-
tujuan akuntabilitas, menyelenggarakan prekatek serta struktur yang dapat diterima
musyawarah (partsipasi), serta menyusun secara sosial sebagai pilihanan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah organisasional yang tepat dalam rangka
Tangga (AD/ART) sebagai bentuk su- memperoleh legitimasi dari konteks
premasi hukum. Namun hingga hari ini, institusional mereka.
riset yang menggali pelaksanaan prinsip- Teori institusional aliran DiMaggio dan
prinsip tata kelola tersebut dari sudut pan- Powell (1983) masuk dalam kategori
dang teori institusional khususnya iso- institusional sosiologis (Thoenig, 2012)
morfisme institusional masih sulit yang mempelajari proses difusi yang
ditemukan. Riset semacam ini penting dil- dicirikan oleh perubahan isomorfik
akukan untuk mengkonfirmasi motif kelembagaan (DiMaggio & Powell, 1983).
tekanan yang mendasari pelaksanaan tata Mereka menjabarkan bahwa sebuah
kelola yang baik di BUMDes dan selan- inovasi mungkin diadopsi bukan karena
jutnya menggali dampak yang ditim- hal itu memberikan efisiensi tambahan,
bulkan Oleh karena itu, secara eksplisit melainkan karena adanya mekanisme lain
penelitian ini ditujukan untuk menginves- yang sedang bekerja. Lebih jauh,
tigasi praktik tata kelola yang baik di DiMaggio and Powell (1983) menjelaskan
BUMDes secara lebih mendalam dengan bahwa institusionalis dapat terbentuk dari
pendekatan kualitatif dari sudut pandang respon organisasi terhadap tekanan dari
teori isomorfisme institutisional merujuk lingkungan institusional dimana
pada DiMaggio dan Powwel (1983). mekanisme pembentukannya dapat karena
Secara spesifik studi ini mengeksplorasi isomorfisme koersif - hasil perubahan dari
sejauh mana dan bagaimana implementasi tekanan yang diberikan oleh pengaruh
akuntabilitas, transparansi, responsivitas politik dan oleh organisasi lain yang
serta partisipasi masyarakat dalam dianggap sah, isomorfisme mimetik -
pengelolan BUMDes telah berjalan. ketidakpastian dan ambiguitas tentang
Secara teoritis penelitian ini memberikan tujuan atau teknologi meningkatkan adopsi
insight terdahap teori insti-tusional “baru” perilaku peniruan – dan isomorfisme
khususnya terkait iso iso-morpisme normatif - keberadaan para anggota
penerapan tata kelola yang baik di organisasi yang memiliki profesi atau latar
BUMDes dimana literatur yang mem- belakang yang sama (DiMaggio & Powell,
bahas topik ini masih sangat minim, khu- 1991).
susnya yang bersumber dari hasil Dibanyak riset akuntansi dan keor-
penelitian empiris. Secara praktis, ganisasian, teori institusional digunakan
penelitian ini dapat menjadi rujukan sebagai penjelasan suatu fenomena dalam
perbaikan kualitas pratik tata kelola yang lingkungan organisasi sektor publik serta
baik bagi BUMDes lain di Indonesia. memberikan pandangan yang kompleks.
Teori ini menjelaskan tentang tindakan
KAJIAN PUSTAKA individu dan organisasi dimana
Landasan Teoritis keberadaan organisasi dipengaruhi tekanan
Pada penelitian ini implementasi tata normatif yang terkadang ditimbulkan dari
kelola yang baik dikupas dari sudut pan- eksternal seperti lingkungan, namun bisa
dang teori institusional. Menurut juga timbul dari dalam organisasi itu
DiMaggio and Powell (2000) gagasan sendiri (Meyer & Rowan, 1977). Dalam
utama teori institusional adalah bagaimana konteks institutionalisasi, organisasi

Page 114
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

merespon tekanan dalam bentuk adopsi akan berkontribusi pada masyarakat


praktek-praktek serta struktur yang dapat melalui mengatasi tantangan sosial dan
diterima secara sosial sebagai bentuk lingkungan, dengan menyeimbangkan
pilihan organisasional yang tepat (Dwi, tanggung jawab keuangan, dampak sosial,
2013). Menurut teori institusional suatu dan harus berkoordinasi antara beberapa
adopsi praktek-praktek yang dapat kelompok pemangku kepentingan
diterima secara sosial bertujuan agar termasuk investor (Thompson, 2008).
organisasi memperoleh legitimasi dari Menurut Ridley‐Duff and Southcombe
konteks institusional mereka (Ahyaruddin (2012) karakteristik SEO setidaknya
& Akbar, 2018). meliputi: 1) Memiliki misi sosial dan/atau
Dari gagasan teori institusional di atas, lingkungan dalam dokumen hukumnya. 2)
dapat disimpulkan bahwa organisasi Mayoritas pendapatannya didapat dari
terbentuk akibat dipengaruhi oleh jual-beli (komersil). 3) Kekuatan
lingkungan institusional baik dari internal pengambilan keputusan tidak didasarkan
maupun eksternal di sekitar mereka. pada kepemilikan modal. 4) Sifat
BUMDes yang berdiri dalam lingkungan partisipatif, yang melibatkan orang-orang
masyarakat pedesaan menjadikan institusi yang terkena dampak kegiatan. 5)
ini memiliki dua sisi sebagai institusi Menginvestasikan ulang mayoritas
ekonomi dan institusi sosial (Sari, 2017). keuntungannya. 6) Otonom dan
Sementara praktik tata kelola yang berlaku independen. 7) Mayoritas dikendalikan
di BUMDes, akan syarat dengan nilai-nilai oleh kepentingan misi sosial. 8)
masyarakat desa yang cender-ung Bertanggungjawab dan transparan.
komunal, gotong-royong, dan mem-iliki Tinjauan Studi Terdahulu
tingkat penenerimaan atas aspirasi yang Ramadana (2013) pada penelitiannya
relatif tinggi (Sofyani, Suryanto, Wibowo, tentang keberadaan BUMDes sebagai pen-
& Widiastuti, 2018). guat ekonomi desa menunjukan hasil
Social enterprice dan BUMDes faktor permodalan mejadi hal yang paling
Secara konsep, BUMDes merupakan berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu
bentuk nyata dari gaagsan Social BUMDes di Kabupaten Malang. Rib-
enterprice atau Perusahaan sosial. awanto (2018) menemukan BUMDes
Berbeda dari sektor swasta, social menghadapi tantangan dalam modal usaha
enterprice lebih berfokus pada pemberian mandiri yang menyebakan BUMDes
manfaat sosial daripada manfaat finansial. masih sangat tergantung dari modal
aKarenanya, bagi pemegang saham perus- pemerintah. Disisi lain rendahnya
ahaan social, fous untuk memfasilitasi produktivitas BUMDes dikarenakan
kebutuhan masyarakat sosial lebih utama lemahnya sumberdaya manusia di bidang
ketimbang orientasi profit (Gibbon & manajemen juga turut menjadi faktor yang
Affleck, 2008). Namun demikian, SEO mempengaruhi pertumbuhan BUMDes.
(social enterprice organization) juga terli- Samadi et al. (2015) menunjukan
bat dalam bisnis di masyarakat seperti kontroling dan pembinaan terhadap
perdagangan, mengambil risiko dan penggunaan dana BUMDes dalam
bersaing di pasar dengan organisasi orientasi pengembangan Bisnis
nirlaba. Sementara dari segi pendanaan, meningkatkan peran BUMDes dalam
tidak seperti bisni swasta, beberapa SEO peningkatan kemakmuran masyarakat.
juga menarik dukungan filantropi dari Dalam penelitian Irawati and Martanti
organisasi dan individu lain khususnya (2018) tentang Transparansi Pengelolaan
masyarakat desa itu sendiri (Connolly & Laporan Keuangan BUMDes terhadap
Kelly, 2011). Perusahaan sosial dipandang Pelaporan Aset Desa, ditemukan pelaporan
sebagai kekuatan untuk perubahan yang aset tanah telah menggunakan buku

Page 115
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

“Panduan Data Tanah Desa atau keuangan dikategorikan berjalan dengan


Kelurahan Aset Kabupaten” yang baik ditunjukan dari indikator PEARLS
dilaporkan secara tahunan. Namun, yaitu protection, effective finacial
laporan akuntabilitas asset tersebut masih structure, asset quality, rate of return and
kurang sempurna khususnya terkait cost, liquidity dan sign of growth yang
pelaporan jumlah aset yang dimiliki kantor baik.
atau aparatur desa. Sedangkan dalam Selanjutnya, Feriady (2019) menemukan
penelitian Hayyuna (2014) menemukan bahwa strategi bisnis yang menjadi
bahwa manajemen aset desa melalui keunggulan BUMDes adalah memiliki
pengamatan lingkungan, penyusunan budaya organisasi yang bersifat
strategi, pelaksanaan strategi, evaluasi kekeluargaan. Sofyani et al. (2019)
serta kontrol dapat meningkatkan kinerja menemukan faktor-faktor yang mendorong
sehingga meningkatkan pendapatan Desa. kinerja BUMDes adalah patriotisme dan
Sementara Kasila and Kolopaking (2018) semangat, keterampilan, pelatihan, tingkat
menemukan bahwa partisipasi terbesar pendidikan, pengalaman, kejujuran
masyarakat dalam pengelolaan BUMDes (perilaku etis) karyawan BUMDes,
adalah pada tahap pelaksanaan. Mereka tanggung jawab, ketulusan, keseriusan,
juga menemukan bahwa intensitas kepedulian terhadap lingkungan dan
komunikasi pengelola BUMDes dan masyarakat yang ulet, kekompakan kerja
masyarakat menjadi faktor penentu tingkat tim, komunikasi yang transparan antara
partisipasi masyarakat. Terakhir, mereka manajer BUMDes, sikap pantang
menemukan bahwa tingkat partisipasi menyerah dalam upaya mencapai target
masyarakat yang tinggi berkontribusi kinerja, religiusitas, kepuasan kerja, gaya
terhadap perkembangan BUMDes dari kepemimpinan visioner (transformasional),
segi kelembagaan, kemampuan anggota dan kehadiran mekanisme insentif.
dan pemasaran produk. Dari banyak penelitian terdahulu yang
Anggraeni (2017) menemukan bahwa telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
komunikasi dan sosialisasi yang kurang penelitian BUMDes dari aspek good
baik oleh pengelola BUMDes menyebakan governance masih relatif minim. Kare-
kurang tersosialiasinya kegiatan dan nanya, untuk menutupi celah tersebut
pelaporan kinerja yang dilakukan penelitian ini bertujuan untuk menggali
BUMDes. Hal tersebut berdampak pa- secara mendalam praktik tata kelola yang
datimbulnya rasa kurang percaya dari baik di BUMDes, yang secara spesifik
masyarakat dan menuntut transparansi dan mengeksplorasi bagaimana implementasi
akuntabilitas pengelolaan BUMDes. akuntabilitas, transparansi, responsivitas
Dalam penelitian Mahmudah (2019) serta partisipasi masyarakat.
ditemukan bahwa BUMDes memiliki
laporan keuangan yang masih sederhana METODE PENELITIAN
berupa catatan pengeluaran dan Subjek penelitian ini adalah BUMDes
pemasukan, dan tidak ada laporan yang berada di Daerah Istimewa
keuangan konsolidasi yang sesuai dengan Yogyakarta. Pemilihan subjek penelitian
standar pelaporan keuangan berterima dilakukan dengan Teknik cluster sam-
umum (PABU). Sedangkan dalam pling. Oleh karena itu sampel BUMDes
penelitian Sari et al. (2014) ditemukan dipilih berdasarkan grade BUMDes yang
bahwa BUMDes telah mencapai kinerja diambil dari data yang dikeluarkan oleh
sosial yang baik dimana misi dan tujuan Biro Bina Pemberdayaan Masyarakat
sosial mengalami peningkatan serta PEMDA DIY 2019. Ada empat badan
aktivitas dan sistem internal berkembang usaha milik desa yang dipilih sebagai
dengan baik. Sedangkan dalam kinerja objek penelitian yaitu BUMDes A sebagai

Page 116
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

kategori A (maju), BUMDes B sebagai kata tertulis atau lisan dari individu dan
kategori B (berkembang), BUMDes C perilaku yang diamati (Zikmund, Babin,
sebagai kategori B (berkembang) dan Carr, & Griffin, 2013). Sehubung dengan
BUMDes D sebagai kategori C (tumbuh). hal ini maka penelitian kualitiatif dianggap
Cluster sampling ditujukan agar dapat tepat digunakan untuk menggambarkan
ditemukan variasi temuan dari BUMDes suatu keadaan atau fenomena secara jelas
dengan grade yang berbeda. mengenai bagaimana penerapan dan
Penelitian ini dilakukan menggunakan implementasi akuntanbilitas keuangan,
metode kualitatif dengan penelitian transparansi, responsivitas dan partisipasi
bersifat deskriptif eksploratif yaitu metode masyarakat dalam pengelolaan BUMDes
penelitian yang digunakan untuk meneliti (Sekaran & Bougie, 2016; Smith, 2019).
dalam kondisi alamiah subjek yang Gambar 1 menyajikan kerangka pemikiran
menghasilkan data deskriptif berupa kata- penelitian ini.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah studi dipilih benar-benar memiliki infor-masi


multi-kasus. Merujuk Baxter and Jack yang meyakinkan, relevan dan diper-lukan
(2008), dengan menggunakan penelitian dalam rangka menjawab pertanyaan
multi-kasus dimungkinkan ditemukannya masalah penelitian ini. Informan yang
persamaan atau perbedaan implementasi dilibatkan juga memiliki peran yang ber-
akuntabilitas, transparansi, responsivitas beda di BUMDes. Dengan demikian maka
dan partisipasi masyarakat dalam tingkat dapat dilakukan crosschecking atas
pengelolaan BUMDes dengan kategori data yang diperoleh dari satu informan
klasifikasi BUMDes A (maju), B dengan informan lain. Informan yang
(berkembang) dan C (tumbuh). dipilih. Dengan demikian, total informan
Jenis dan sumber data adalah 12. Menurut Francis et al. (2010),
Jenis data dalam penelitian ini adalah data ukuran sampel dalam penyelidikan
primer dimana data diperoleh langsung kualitatif harus ditentukan oleh saturasi
dan diolah sendiri oleh peneliti langsung data, yang umumnya dicapai setelah
dari subjek penelitian Suyitno (2018). sepuluh wawancara.
Data primer diperoleh dari wawancara Teknik pengumpulan dan analisis data
mendalam tatap muka yang dilakukan Teknik pengumpulan data yang digunakan
langsung kepada pihak yang menjadi adalah dengan metode wawancara semi
informan kunci, yakni terlibat dalam terstruktur, dimana peneliti telah
pengelolaan Badan usaha milik desa. menyiapkan daftar pertanyaan yang akan
Informan penelitian ini terdiri dari Kepala diajukan kepada infroman. Wawancara
desa, manajer, dan staff BUMDes yang adalah Suatu kegiatan dilakukan untuk
diteliti. Dengan demikian, informan yang mendapatkan informasi secara langsung

Page 117
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

dengan mengungkapkan pertanyaan- implmentasi tata kelola dengan kategori :


pertanyaan pada para responden. Baik, cukup baik, kurang baik didasarkan
wawancara bermakna berhadapan pada tingkat impelementasi indikator tata
langsung antara interview dengan kelola.
responden, dan kegiatannya dilakukan Selanjutnya, dengan melakukan analisis
secara lisan (Sekaran & Bougie, 2013). yang lebih mendalam melalui proses
Semua informan yang diwawancarai diberi penkodean, hasil wawancara dikaitkan
pengarahan tentang anonimitas yang dengan tema atau masalah penelitian yang
dijamin. Ini bertujuan untuk membuat sedang dibahas. Interpretasi data dilakukan
informan merasa bebas dalam melalui deskripsi hasil. Untuk memastikan
mengungkapkan semua informasi yang reliabilitas dan validitas data yang
akan ditanyakan (Zikmund et al., 2013). dikumpulkan, peneliti melakukan beberapa
Penulis akan mencatat beberapa informasi prosedur seperti pengecekan ulang hasil
penting untuk mendukung proses analisis. transkripsi dengan tujuan untuk
Wawancara dilakukan dengan pertanyaan memastikan tidak ada kesalahan yang
terbuka dan juga menggunakan alat dilakukan selama proses transkripsi dan
perekam untuk semakin memudahkan pembekalan dengan sesama peneliti (peer
penulis dalam penulisan hasil wawancara de-briefing) hingga meningkatkan akurasi
karena akan diperoleh data yang lebih hasil penelitian (Creswell, 2012).
akurat dan dapat lebih mudah dalam Definisi dan Indikator Variabel
memasukkannya ke laporan hasil Definisi dan Indikator Variabel penelitian
penelitian. Transkripsi dilakukan segera yang menjadi rujukan peneliti dalam
setelah interview dilakukan untuk mengkaji prinsip tata kelola yang baik di
memastikan semua konteks dan pembic- BUMDes serta pertanyaan wa-wancara
araan dalam wawancara masih diingat oleh disajikan pada Tabel 1. Merujuk Cooper
peneliti (Sofyani, Akbar, & Ferrer, 2018). and Schindler (2014), untuk mendapatkan
Data penelitian dianalisis menggunakan wawasan yang mendalam dan terperinci,
pendekatan interpretatif secara naratif. penulis memecahkan empat variabel yang
Following Miles and Huberman (1992), dianalisis menjadi 24 pertanyaan (Tabel
three main activities were conducted in 1). Sebelum melakukan wawancara
analyzing the transcribed data from the lapangan penulis melakukan pilot study
qualitative interviews: data reduction, data untuk menguji bahwa semua pertanyaan
display, and conclusion drawing/ mudah dimengerti dan dapat menangkap
verification. peneliti menilai bagaimana semua data informasi yang diperlukan
implementasi prinsip-prinsip tata kelola untuk menjawab semua pertanyaan
yang baik di BUMDes telah dijalankan. penelitian, sehingga dapat mencapai tujuan
Penarikan kesimpulan berupa klasifikasi penelitian yang ditetapkan

Tabel 1. Definisi dan Indikator Variabel, Pertanyaan Wawancara, dan Target Informan
No Variabel Indikator Pertanyaan Informan
1 Akuntabilitas 1. Ada laporan 1. Bagaimana mekanisme Kades,
(Ridlwan, 2014) pertanggungjawaban yang laporan pertanggungjawaban manajer/staff
disampaikan kepada BUMDes dilakukan?.
masyarakat 2. Apakah ada standar pelaporan
2. Laporan pertanggungjawaban
pertanggungjawaban penggunaan keuangan dan
memuat : kinerja?
a. Laporan Kinerja 3. Bagaimana proses
Pengelola selama satu pengambilan keputusan
periode/tahun. dilakukan?Apakah merujuk
b. Kinerja yang kepada laporan tahun lalu?

Page 118
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

No Variabel Indikator Pertanyaan Informan


menyangkut kegiatan 4. Apakah ada laporan kinerja
usaha, pengembangan, berkala Yang dilakukan
indikator keberhasilan. 5. Apakah ada laporan rencana
c. Laporan keuangan usaha yang belum terealisasi
termasuk Rencana 6. Apakah ada laporan keuangan
Pembagian Laba Usaha. rencana pembagian laba usaha
Rencana – rencana 7. Apakah telah menyertakan
pengembangan usaha informasi masalalu dalam
yang belum terealisasi. penyajian anggaran
d. Proses
pertanggungjawaban
dilakukan untuk evaluasi
tahunan dan
pengembangan kedepan.
e. Mekanisme dan Tata
Tertib
Pertanggungjawaban
disesuaikan dengan AD-
ART.
2 Transparansi 1. Ketersediaan payung hukum 1. Bagaimana mekanisme Kades,
(Sari & bagi akses informasi publik. publikasi kebijakan dilakukan pengelola
Kismartini, 2. Ketersediaan mekanisme ? BUMDes
bagi publik untuk mengakses 2. Informasi apa saja yang
2016)
informasi publik. dipublikasikan kepada
3. Ketersediaan sarana dan masyarakat ?
prasarana untuk mengakses 3. Bagaimana bentuk publikasi
informasi publik. dilakukan ?
4. Ketersediaan informasi 4. Media informasi apa yang
untuk dipublikasikan kepada digunakan ?
publik. 5. Bagaimana akses publik
5. Kecepatan dan kemudahan terhadap informasi pengelolaan
mendapatkan informasi ?
publik. 6. Apakah laporan
pertanggungjawaban
keuangan dan kinerja
disampaikan di forum
masyarakat ?
7. Seberapa cepat laporan
pertanggungjawaban
keuangan dan kinerja
disampaikan ke publik?
3 Responsivitas 1. Jenis BUMDes 1. Jenis badan usaha yang Kades,
(Pratama & 2. Respon Pengelola dijalankan ? pengelola
Pambudi, 2017) 2. Bagaimana respon pengelola BUMDes,
dalam pelayanan kepada
masyarakyat
masyarakat?
3. Apakah program-program
pelayanan telah sesuai
dengan kebutuhan
masyarakat ?
4. Seberapa cepat BUMDes
merespon aspirasi
masyarakat?
5. Bagaimana BUMDes
merespon aspirasi yang
masuk?
4 Partisipasi 1. partisipasi masyarakat 1. Apakah masyarakat ikut andil Kades,
(Mustanir, dalam proses penentuan dalam pengambilan keputusan pengelola

Page 119
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

No Variabel Indikator Pertanyaan Informan


2017) arah dan strategi dan dan ? BUMDes,
kebijakan dalam 2. Apakah masyarakat dilibatkan masyarakyat
pengelolaan dalang pengelolaan ?
2. partisipasi masyarakat 3. Bagaimana bentuk
dalam memikul beban dan keterlibatan masyarakat dalam
tanggungjawab dalam pengelolaan ?
kegiatan. 4. Apakah seluruh staff yang
3. partisipasi masyarakat bekerja disini didominasi oleh
dalam penentuan arah masyarakat setempat ?
strategis dan kebijakan. 5. Apakah masyarakat
4. partisipasi dan keterlibatan merasakan manfaat
masyarakat dalam menerima keberadaan BUMDes ?
manfaat.

HASIL PENELITIAN evaluasi. Hasil identifikasi indikator-


Tabel 2 menyajikan kode kutipan indikator implementasi BUMDes disajikan
percakapan informan dalam transkrip pada Tabel 3. Dapat dilihat secara umum
wawancara yang betujuan agar implementasi akuntabilitas pada empat
memudahkan pembaca untuk BUMDes yang diteliti sudah berjalan
mengidentifikasi dari mana sumber cukup baik. Indikator akuntabilitas berupa
kutipan wawancara berasal. laporan keuangan dan laporan rencana
Implementasi Akuntabilitas BUMDes pembagian laba telah dijalankan diseluruh
Dalam mengukur Akuntabilitas BUMDes, BUMDes. Disamping itu laporan kinerja
indikator yang digunakan merujuk pada berkala, laporan kinerja usaha, serta
penelitian Ridlwan (2014) yang meliputi standar laporan pertanggungjawaban telah
ketersediaan laporan keuangan, laporan dijalankan oleh hampir semua BUMDes.
kinerja pengelolaan berkala, laporan Walau demikian ada BUMDes yang belum
kinerja usaha, laporan pembagian laba, menjalakan Prinsip akuntabilitas dengan
standar laporan pertanggungjawaban, serta baik.

Tabel 2. Format Coding Transkrip Wawancara


Variabel (AK,TP,RV, PR) Desa Informan
(a,b,c,d) (1,2,3)
Akuntabilitas : (AK) A : (a) Kades : (1)
Transparansi : (TP) B : (b) Direktur/Staff : (2)
Responsivitas : (RV) C: (c) Masyarakat : (3)
Partisipasi : (PR) D : (d)
Faktor pendukung dan penghambat (FT)
Contoh :
*transkrip akuntabilitas desa D oleh kelapa desa = (AKd1)
*transkrip Responsivitas desa B oleh masyarakat = (RVb3)

Tabel 3. Praktik Akuntabilitas BUMDes


BUMDes
Variabel Akuntabilitas
A (a) B (b) C (c) D (d)
Laporan keuangan Ada Ada Ada (online) Ada
Laporan kinerja pengelola berkala Tidak ada Ada Ada Ada
Laporan kinerja usaha Tidak ada Ada Ada Ada
Laporan pembagian laba Ada Ada Ada Ada
Standar pelaporan pertanggungjawaban Ada (sederhana) Tidak ada Ada Ada
Agenda rapat evaluasi Tidak ada Ada Ada Ada

Page 120
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

Dalam implementasi akuntabilitas yang penyelewengan dana dan sedang diproses


dijalankan sebagai bentuk oleh pihak kepolisian. Salah satu celah dan
pertanggungjawaban pengelola BUMDes penyebab terjadinya praktik kecurangan
A kepada stakeholder dan masyarakat, dan penyelewengan dalam pengelolan
pengelola telah membuat laporan BUMDes A ini adalah adanya tindakan
keuangan, laporan rencana pembagian ketidakpatuhan terhadap aturan yang telah
laba, serta laporan rencana usaha. ditetepakan. Hal tersebut ditunjukan dari
dana modal usaha BUMDes yang turut
“Ada pelaporan hasil usaha yang dipegang oleh pendamping BUMDes yang
dibuat, dan itu setiap tahun. Pada tahun seharusnya tidak diperbolehkan. Hal
2018 kemarin keuntungan yang tersebut se-bagaimana pernyataan kepala
diperoleh sekitar Rp. 25.000.000…” desa :
(AKa2)
“Saat ini dana modal BUMDes dibawa
“sebenarnya untuk laporan targetnya itu sama mereka (pendamping BUMDes),
sudah ada, tapi belum jalan, desa mart malah tidak jelas. Sebenarnya
mati (tidak berjalan), jadi ya itu, yang pendamping itu tidak boleh pegang
berjalan hanya yang foto copy dan (uang) BUMDes, tapi karna pengelola
warung internet (warnet)” (AKa2) sudah saling percaya ya kita sudah
percaya saja.” (AKa1)
Selanjutnya, laporan keuangan BUM-Des
A telah dibuat dalam periode tahunan dan Dari data yang diperoleh di pemerintah
memiliki standar pelaporan per- provinsi DI. Yogyakarta, BUMDes A
tanggungjawaban yang tertuang dalam masuk dalam grade A, artinya memiliki
AD/ART BUMDes. Artinya standar ini kinerja yang baik. Hal ini juga
dibuat sendiri oleh pihak-pihak yang terli- terkonfirmasi di lapangan yang ditunjuk-
bat dalam pengurusan BUMDes. Hal ini kan oleh kinerja BUMDes yang cukup
sebagaimana informasi yang diperoleh dari progresif dimana unit-unit usahanya telah
Direktur BUMDes tersebut. memperoleh keuntungan. Namun
demikian, dari sisi tata kelola khususnya
“sudah (standar laporan keuangan) ada, prinsip akuntabilitas, ternyata masih dinilai
semacam AD/ART. Itu sudah dibuat buruk. Temuan ini mengatkan ar-gumen
karna (BUMDes) sudah berbadan bahwa praktik akuntabilitas me-mang
hukum”. (AKa1) berkaitan dengan adanya potensi tindakan
kecurangan. Hal ini ditemukan pada
Walau demikian, laporan keuangan yang BUMDes A dimana terdapat indi-kator
disajikan masih sederhana dan kurang akuntabilitas yang tidak dipenuhi, yakni
lengkap karena hanya menyajikan laporan agenda rapat evaluasi berkala antara
laba rugi serta laporan pembagian laba. pengelola BUMDes dan semua pemangku
Menurut hasil wawancara, pada BUM-Des kepentingan. Ketika ini tidak dijalankan
A ditemukan adanya pelaporan berkala ternyata ditemukan adanya kasus
terkait keuangan maupun kinerja yang kecurangan.
tidak dilakukan, serta ditemukan pu-la Di BUMDes B ditemukan bahwa laporan
tidak dilaksanakannya rapat evaluasi. Dari pertanggungjawaban pengelolaan
investigasi yang dilakukan peneliti BUMDes ini juga cukup baik dimana telah
ditemukan penyebab mengapa laporan tersedia laporan keuangan, laporan kinerja
berkala serta rapat evaluasi tidak dilakukan berkala, laporan kinerja unit usaha, laporan
adalah karena dalam pengelolaan pembagian laba, serta rapat evaluasi
BUMDes telah terjadi dugaan kinerja pengelolaan. BUMDes ini hampir

Page 121
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

memenuhi seluruh indikator akuntabilitas. pembagian laba dan penyertaan modal di-
Walau demikian, baik pengelola maupun asesuai dengan peraturan AD/ART BUM-
pemerintah desa belum memiliki standar Des yang ditetapkan berdasarkan
atau pun format baku dalam bentuk musyawarah komisaris dan pengelola
laporan pertanggug jawaban khususnya BUMDes.
dalam laporan keuangan. Hal tersebut Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh
sebagaimana diungkapkan oleh bapak TA bapak S :
selaku kepala desa:
“Iya kita sampaikan (laporan
“belum ada (standar laporan), jadi kita pembagian laba), sesuai dengan
hanya melihat hasil akhir. Jadi ada sisa peraturan AD/ART untuk pembagian
cash berapa, asset nya apa, kemudian laba dan gaji. Jadi un-tuk penanaman
bentuk kegiatannya apa saja yang modal usaha itu aada 25%, keuntungan
dilakukan bulan per bulannya. Jadi masuk ke Pendapatan Asli Desa (PAD)
belum ada di AD/ART.” (AKb1) itu 25%, keuntungan untuk penanam
modal itu 40%, dan ban-tuan social atau
Belum adanya standar laporan CSR it 5%, bonus dengan pengurus
pertanggungjawaban BUMDes dikare- BUMDes itu 5%.” (AKc2)
nakan BUMDes baru berjalan tiga bulan.
Disamping itu, memang belum ada Selanjutnya, di BUMDes D, selain adanya
regulasi yang mengatur tantang laporan laporan keuanga, juga ditemukan
pertanggungjawaban BUMDes yang pelaporan kinerja BUMDes yang memuat
mewajibkan BUMDes menyajikan laporan laporan perkembangan usaha, aktifitas
tertentu berdasarkan suatu standar. usaha, kendala usaha, dan stretegi binis
Sedangkan di BUMDes C laporan yang dijalankan. Hal tersebut sebagaimana
keuangan yang dibuat telah disajikan yang diungkapkan oleh bapak K selaku
dalam dua bentuk yaitu laporan keuangan KADES dan penasehat BUMDes D:
tahunan dan laporan keuangan berbasis
online. Laporan keuangan tahunan yang “laporan kinerja juga ada di laporkan
disajikan terdiri dari laporan arus kas, dalam setiap laporan, mencakup
laporan modal, laporan kas harian, neraca perkembanganganya bagaimana,
hingga laporan aset dan inventarisasi. kerjanya bagaimana, kesulitanya
Dalam membuat laporan keuangan yang bagaimana, penyelesaiannya
disajikan secara online, pemerintah Desa C bagaimana. Termasuk juga laporan
khususnya BUMDes bekerjasama dengan perencanaan kerja.” (AKd1)
konsultan keuangan. Hal ini sebagimana
yang disampaikan bendahara BUMDes: Walaupun laporan kinerja telah dibuat
namun laporan tersebut hanya dilakukan
“yah untuk mekanisme pertanggung dalam satu tahun sekali yaitu saat rapat
jawabannya ya, kita kebetulan sudah tahunan, seingga belum dilaksanakan
pa-kai pelaporan secara online. Jadi kita secara berkala. Sedangkan rapat kerja
bisa dipantau setiap hari baik itu tahunan membahas rencana program serta
pemasukan atau pengeluarannya. teknis pelaksanaannya, rencana modal
Kebetulan BUMDes kita bekerjasama usaha, serta rapat evaluasi kinerja
dengan konsultan.” (AKc2) pengelola. Dalam rapat tahunan tersebut
juga diseratakan laporan keuangan tahun
Dalam laporan pertanggungjawan sebelumnya untuk dijadikan bahan
BUMDes, juga disertakan laporan pemba- pertimbangan dalam pengambilan
gian laba. Proporsi serta persentase kebijakan.

Page 122
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

Implementasi Transparansi BUMDes


“Laporan keuangan tahun sebelumnya Dalam mengukur Transparansi BUMDes
kita gunakan sebagai bahan indikator yang digunakan merujuk pada
pertimbangan pengambilan keputuasan. penelitian Y. P. Sari and Kismartini (2016)
Setiap awal tahun begini kita adakan yang meliputi ketersediaan payung hukum
rapat kerja dan nanti di raker ini kita akses publik, mekanisme informasi
tentukan tahun ini kita mau buat publikasi, ketersediaan sarana dan
program apa sih, selanjutnya seperti apa prasarana informasi publikasi serta
mekanismenya, dan dari mana ketersediaan informasi untuk publikasi.
modalnya, dan juga membicarakan Hasil identifikasi indikator-indikator
evaluasi juga. Masalah keuanganpun implementasi BUMDes disajikan pada
juga dibicarakan, Tabel 4.

Tabel 4. Praktik Transparansi BUMDes

Variabel Transparansi BUMDes


(TP) A B C D
(a) (b) (c) (d)
Ketersedian payung Tidak ada Ada Ada Ada
hukum akses publik
Mekanisme informasi Ada Ada Ada Ada
publikasi (launcing (sosmed dan (laporan (social media )
BUMDes dan sosialisasi) keuangan
rapat) berbasis
online)
Ketersediaan sarana Tidak ada Ada Ada Ada
prasarana informasi
publikasi
Ketersediaan informasi Ada Ada Ada Ada
untuk publikasi (Program dan (Program dan (Laporan (Program dan
kebijakan kebijakan keuangan, kebijakan
BUMDes) BUMDes) Program dan BUMDes)
kebijakan
BUMDes)
Kecepatan dan Tidak ada Mudah diakses Mudah diakses Mudah diakses
kemudahan akses
informasi

Merujuk pada Tabel 4 secara umum dengan mengadakan musyawarah bersama


transparansi yang dilakukan empat dengan seluruh elemen masyarakat
BUMDes yang diteliti cukup beragam, sebagimana penyatan Bapak G selaku
mulai dari bentuk pelayanan hingga media pengelola BUMDes A :
publikasi. Hal tersebut dikarenakan
publikasi yang dilakukan BUMDes “Oh iya. Kita ada sosialisasi tentang
didasarkan inisiatif pengelola BUMDes kebijakan-kebijakan dan rencana kita.
mengingat tidak adanya regulasi yang Kita undang semua perwakilan RT, dan
mengatur secara khusus tentang kita sosialisasikan. Kita beritahukan
transparansi yang harus dilakukan dalam kalau kita ada unit usaha foto copy,
tata kelola BUMDes. juga ada warnet.” (TPa2)
Keterbukan infromasi serta penentuan
kebijakan pengelolan BUMDes dilakukan

Page 123
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

Berkaitan dengan bentuk publikasi hanya Sedangkan keterbukaan informasi


dilakukan dengan melakukan sosialisasi pengelolaan BUMDes C diwujudkan
sederhana ke masyarakat, belum ada dalam bentuk laporan keuangan yang
mekanisme khusus untuk publikasi baik berbasis online, sehingga seluruh kegiatan
itu kebijakan maupun laporan keuangan pengelola seperti anggaran dapat dilihat
dalam bentuk media cetak, poster dan lain dan diakses masyarakat dengan mudah dan
sebagainya. memperoleh laporan yang aktual.
Hal serupa juga dilakukan oleh
pengelolaan BUMDes B dimana publikasi “yah untuk mekanisme pertanggung ja-
BUMDes dilakukan melalui sosialiasi wabannya ya, kita kebetulan sudah
kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan pakai pelaporan secara online. Jadi kita
sebagai upaya pengenalan BUMDes bisa dipantau setiap hari baik itu
kepada masyarakat, pemerintah pemasukan atau pengeluarannya.
menjelaskan peran dan manfaaat BUMDes Kebetulan BUMDes kita bekerjasama
bagi masyarakat. Pemerintah dengan salah satu konsultan akuntansi.”
mengharapkan dengan meningkatnya (TPc2)
pemahaman masyarakat terhadap peran
BUMDes sehingga membangun rasa Selanjutnya, di BUMDes desa C,
kepemilikan dan kepentingan bersama transparansi tekait kebijakan pengelolaan
membangun BUMDes. Hal tersebut juga diwujudkan dalam agenda rapat
sebagaiamana diungkapkan sekertaris bulanan bersama dengan pemerintah desa
BUMDes B : dan perwakilan masyarakat yang
membahan evaluasi kinerja dan
“Kita juga berusaha sosialisasi kepada pengelolaan BUMDes. Hal tersebut
masyarakat mengenai peran BUMDes sebagaimana diungkapkan seketaris oleh
itu sendiri, soalnya banyak masyarakat staff BUMDes C :
yang belum tahu, Ngapain Bumdes-
bumdesan, kita berusaha menjelaskan “Untuk kinerja kita itu selalu ada
kepada masyarakat bah-wa Bumdes ini evaluasi setiap bulannya. Jadi kita itu
merupakan usahanya desa, bisa ada rapat rutin dengan pemerintah desa
dikatakan ini perusahaanya milik desa, dan perwakilan masyarakat. Nanti pada
sehingga semua manfaat akan kembali pertemuan ini kita bahas bagaimana
ke desa itu juga, jadi masyarakat sadar kinerja dari BUMDes, pengelolanya,
dan merasa memiliki kepentingan yg dan lain-lainnya.” (TPc2)
sama dengam bumdes, sehingga
masyarakat juga mendukung unit usaha Sementara di BUMDes D, upaya publikasi
bumdes dan berjalan bersama-sama” terkait kebijakan pengelola dilakukan
(TPb2) melalui musyawarah kerja rutin yang
terdiri dari pengelola internal BUMDes,
Sosialiasi BUMDes begitu penting Pengawan BUMDes yang berasal dari
dilakukan oleh pengelola mengingat BPD (badan permusyawaratan desa) serta
BUMDes A dan B merupakan BUMDes Karang Taruna. Sedangkan publikasi
yang masih baru resmi berdiri. Pengelola melalui surat kabar, media elektronik dan
juga melakukan publikasi kebijakan sosial media seperti Instagram dan
BUMDes melalui media sosial seperti Facebook lebih kepada strategi pemasaran
instagram. Media sosial digunakan sebagai untuk pengembangan unit usaha. Hal
sarana promosi marketing serta publikasi tersebut sebagaimana diungkapkan oleh
program dan kebijakan BUMDes. seketaris BUMDes :

Page 124
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

“… Informasi (terkait BUMDes) untuk Dalam pengelolaan BUMDes B, pengelola


masyarakat ini kita sebarkan melalui membuat mekanisme penerimaan aspirasi,
media sosial kita seperti insatgram, saran dan masukan dari masyarakat
facebook, dan website. Kita juga bikin melalui rapat ruting yang dilakukan
baliho dan banner banner yang ditempel bersama dengan pemerintah desa.
di pinggir-pinggir jalan sama yang Pengelola BUMDes juga memberikan
paling sering di buat ya ini pamflet ini.” respon atas saran, masukan serta keluhan
(TPd2) yang disampaikan dalam salah satu unit
usaha BUMDes tersebut. Dimana para
Implementasi Responsivitas BUMDes pedagang mengelukan sepinya pasar
Dalam mengukur Responsivitas kemudian pengelola dengan tanggap
Transparansi BUMDes indikator yang memberikan respon dengan merancang
digunakan merujuk pada penelitian program yang lebih tepat sasaran untuk
Pratama and Pambudi (2017) yang upaya meramaikan pasar, hal tersebut
meliputi Jenis usaha BUMDes dan Respon sebagaimana diungkapkan oleh bapak L
pengelola. Hasil identifikasi indikator- selaku pengelola BUMDes :
indikator implementasi BUMDes disajikan
pada Tabel 5. “untuk sejauh ini aspirasi kita respon
Berdasarkan Tabel 5 secara umum empat dengan segera, beberapa keluhan dari
BUMDes yang diteliti telah menjalankan masyarakat khususnya para penjual di
unit usahanya dengan menyesuaikan apa pasar yang mengelukan sepinya pasar
yang menjadi kebutuhan masyarakat serta (sa-lah satu unit usaha BUMDes B).
memanfaatkan potensi daerahnya dengan Nah dari pengelola memberika respon
baik. Selain itu respon pengelola sebagai dengan merencanakan program yg lebih
bentuk pelayanan kepada masyarakat juga menyasar ke anggota masyarakat.
telah dijalankan dengan baik. Untutk terkait pengadaan barang
BUMDes A pada awalnya berdiri dengan bangunan juga ketika ada saran dan
empat unit usaha, unit usaha fotocopy, unit masukan dari masyarakat maka kita
usaha warung internet atau warnet, unit respon dengan baik...” (RVb2)
usaha toko sembako Desamart, dan unit
usaha pengelolaan sampah. Unit-unit Sedangkan BUMDes C memiliki berbagai
usaha BUMDes terse-but berdiri sebagai unit usaha meliputi Pengelolaan pasar
upaya untuk memanfaatkan peluang bisnis desa, Pengelolaan sampah terpadu 3R,
dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Laborat tani modern hortikultura,
Usul dan saran serta masukan yang Pengelolaan air bersih (PAMSIMAS), dan
disampaikan oleh masyarakat diterima Etalase hasil produksi UKM. Pendirian
melalui rapat bersama pengelola BUMDes unit usaha didasarkan pada kebutuhan
dengan seluruh elemen masyarakat desa, warga masyarakat sekitar, hal tersebut
hal tersebut sebagaimana diungkapakan dapat dilihat dari unit usaha air bersih
oleh bapak G selaku pengelola BUMDes : (PAMSIMAS) sebagai bentuk pemenuhan
kebutuhan warga desa C yang secara
“Oh iya ada banyak (pembentukan unit geografis sulit mendapatakan lain.
usaha BUMDes hasil dari Pemerintah juga memperhatikan
usulan/aspirasi masyarkaat). Banyak kebutuhan masyarakat dari segi ekonomi
aspirasi masyarakat yang kemudian kita sehingga mendirikan unit usaha etalase
tindaklanjuti sebagai unit usaha produk UKM dan pasar desa. Hal tersebut
BUMDes jika memungkinkan.“ (Rva2) sebagaimana yang diungkapkan pengelola
BUMDes :

Page 125
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

“saat ini kita ada unit usaha BUMDes perikanan, agrobisnis, dan multikultura,
pengolahan TPST3R, lalu pengolahan lalu ada juga usaha mikro kecil menen-
sumber daya alam, pengelolaan air, gah, kegiatan ekonomi yang dibutuhkan
perdagangan, sarana dan hasil pertanian oleh warga, lalu UMKM. Lebih ke
yang meliputi perkebunan, peternakan, pem-binaan ke UMKM.” (RVc2)

Tabel 5. Praktik Responsivitas BUMDes


Variabel BUMDes
Responsivitas A B C D
(RV) (a) (b) (c) (d)
Jenis usaha BUMDes  Foto copy  Pasar  Pengelolaan pasar  Wisata puri
 Warnet unggas desa mataram
 Toko  Toko  Pengelolaan sampah  Budidaya
sembako material terpadu 3R, hortikultural
 Pengelolaan  Laborat tani modern
sampah hortikultura,
 Pengelolaan air
bersih.
 Etalase hasil
produksi UKM
Respon Pengelola Segala bentuk Segala bentuk Segala bentuk saran Segala bentuk saran
dalam pelayanan saran dan saran dan dan masukan dari dan masukan dari
masukan dari masukan dari masyarakat direspon masyarakat
masyarakat masyarakat dengan baik oleh direspon dengan
direpon dengan direspon pengelola baik oleh pengelola
baik oleh dengan baik
pengelola oleh pengelola
Kecepatan respon Saran dan Saran dan Saran dan masukan Saran dan masukan
pengelolaan masukan masukan direspon dengan ditanggapi atau
direspon hanya direspon langsung dalam direspon langsung
dalam rapat dengan mekanisme MUSDES melalui media
tahunan. langsung dan sosialisasi mitra sosial BUMDes
dalam UMKM
mekanisme
rapat rutin
Program pelayanan Sesuai Sesuai Program pelayanan Program pelayanan
telah sesuai kebutuhan kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat masyarakat masyarakat potensi desa

Implementasi Partisipasi Masyarakat Masyarakat dilibatkan dalam hal


Dalam mengukur partisipasi masyarakat pengelolaan dimana direkrut sebagai
dalam pengelolaan BUMDes indikator pengelola unit-unit usaha BUMDes hingga
yang digunakan merujuk pada penelitian penerima manfaat baik secara langsung
Mustanir (2017) yang meliputi bentuk maupun tidak langsung dari unit usaha
keterlibatan masyarakat, masyarakat ukut yang dijalankan.
andil dalam pengambilan keputusan, dan Di BUMDes A, dalam praktik partisipasi,
Penerimaan manfaat keberadaan mekanisme pengambilan keputusan
BUMDes. Hasil identifikasi indikator- dilakukan secara terbuka kepada
indikator implementasi BUMDes disajikan masyarakat dimana dalam penentuan
pada Tabel 6. kebijakan dilakukan bersama dengan
Secara umum empat BUMDes yang diteliti badan permusyawarat desa serta
telah banyak melibatkan masyarakat baik perwakilan masyarakat. Sebagaimana
dalam pengelolan maupun pengambilan dinyatakan oleh bapak S selaku kepala
keputusan dan kebijakan BUMDes. desa:

Page 126
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

ya di rapat-rapat kita undang


“Dalam pengambilan keputusan dan perwakilan masyarata di BPD dalam
kebijakan dari awal pendirian BUMDes perancanaaan waktu itu.” (PRa1)

Tabel 6. Praktik Partisipasi Masyarakat terkait BUMDes


Variabel BUMDes
Partisipasi A B C D
(PR) (a) (b) (c) (d)
Bentuk  Staff  Staff pengelola  Staff pengelola  Staff pengelola
keterlibatan pengelola BUMDes BUMDes BUMDes
masyarakat BUMDes  Karyawan unit  Karyawan unit  Karyawan unit usah
 Karyawan usah usah  Pedagang pasar
unit usah  Pedagang pasar  Pedagang pasar
unggas
Masyarakat ikut Dalam Dalam agenda Dalam musyawarah Dalam musyawaran
andil dalam musyawaran annual meeting desa yang diwakili pendirian BUMDes
pengambilan pendirian tahunan BPD dan
keputusan BUMDes karangtaruna
Penerimaan Penyedia jasa Manfaat secara Unit usaha BUMDes Masyarakat
manfaat kebutuhan langsung dan tidak memberikan manfaat mendapatan manfaat
keberadaan masyarakat langsung baik secara ekonomi secara ekonomi
BUMDes melalui unit maupun kebutuhan dengan adanya tempat
usaha fotocopy dasar seperti air wisata, pasar, dan
bersih dan pengelolaan lahan
pengelolaan sampah parkir oleh karang
taruna

Dalam pengambilan keputusan dan diwujudkan dengan turut terlibatnya warga


kebijakan pengelola BUMDes B diadakan masyarakat desa dalam proses penentuan
rapat umum tahunan atau disebut annual arah dan strategi serta kebijakan dalam
meeting. Rapat tersebut membahas pengelolaam melalui musywarah. Dalam
rencana program kerja satu tahun kedepan menjalankan unit usaha BUMDes D
serta teknis pelaksanaan kegiatan. Rapat sebagian besar karyawan berasal dari
tahunan turut serta melibatkan seluruh masyarkat desa sekitar, dengan persentase
masyarakat mulai dari masyarakat desa, 80% warga sekitar dan 20% diambil dari
rekan desa, Lembaga Kemasayarakatan luar karena membutuhkan pegawai
Desa (LKD), Lembaga Pemberdayaan ma- profesional yang memiliki keahlian
sayarkaat Desa (LPMD), komunitas, dibidang tertentu hal itu ditentukan
karangtaruna hingga tokoh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kesepakatan
berpastisipasi dalam pengambilan bersama warga desa. Sebagaimana
keputusan, sebagaimana diungkapkan diungkapkan oleh Sekertaris BUMDes D:
pengelola BUMDes B yaitu bapak L :
“… di BUMDes ini punya karyawan,
“Untuk annual meeting kita lakukan 80% warga sekitar dan 20% kita ambil
satu tahun sekali. Di situ BUMDes dari luar atau bisa dibilang pegawai
melibatkan semua elemen yang ada di professional yang punya kemampuan
desa, mulai dari masyarakt desa, rekan dalam bidang tertentu…” (PRd2)
desa, LKD, LPMD, komunitas dan juga
para tokoh masyarakat.” (PRb2) Masyarakat di desa D dilibatkan hampir
dalam semua aspek, mulai dari Staff
Kemudian bentuk partisipasi masyarakat BUMDes, karyawan di unit-unit usaha
dalam pengelolaan BUMDes D BUMDes, Tukang Bangunan, hingga

Page 127
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

penggeolaan parkir yang Pengelolaannya pembagian laba, serta adanya standar


diserahkan sepenuhnya kepada pelaporan pertanggungjawaban. Walau
Karangtaruna. Hal tersebut diungkapkan demikian, standar laporan keuangan belum
oleh pengelola BUMDes D yaitu Bapak J : mengacu pada suatu standar tertentu
seperti Pernyataan Standar Akuntansi
“Semuanya masyarkat. Makanya kan Keuangan (PSAK). Hal tersebut
dari pengelola yang ada di puri dikarenakan belum adanya regulasi yang
mataram ini ada kita ngkat dari karang mengatur tentang mekanisme laporan
taruna dan ibu pkk nya, itu yang pertanggungjawaban maupun standar
parkiran saja kita kasih hak penuh pelaporan. Karenanya, penting bagi
untuk masyarakat mengelola dengan regulator untuk menin-daklanjuti temuan
catatan harus tetap melapor biar kita ini, agar praktik pengelolaan dan
juga kan tau dan tambahan mas, tiap pelaporan keuangan BUMDes menjadi
hari Minggu itu kita ada pasar, terstandar dan seragam.
namanya Pasar Ndelik nanti itu Meskipun menghadapi ketiadaan standar,
pesertanya warga dari desa ini dengan empat BUMDes yang diteliti te-lah
menjual makanan khas, jajanan pasar mampu menyusun laporan keuangan
gitu lah mas kayak putu, nagasari meskipun dalam bentuk yang relatif se-
gitu.ini dikelola sama anak-anak karang derhana. Kurangnya kompetensi sumber
taruna, paling yang jualan hanya daya manusia (SDM) dalam pengelolaan
dikenakan uang kebersihan Rp.5000. BUMDes menyebabkan laporan yang
begitu (PRd2) disajikan berbentuk sederhana tersebut.
Temuan ini serupa dengan penelitian yang
Keterlibatan masyarakat juga di-wujudkan dilakukan Dalam penelitian Mahmudah
dalam bentuk kebebasan ber-partisipasi (2019) bahwa akuntabilitas laporan
sebagai pedagang di salah unit usaha keuangan BUMDes masih sederhana yak-
BUMDes D, yakni lahan parkir, tempat ni berupa catatan pengeluaran dan
wisata, dan pasar. Hal tersebut pemasukan, dan tidak ada laporan
sebagaimana diungkapkan oleh Ibu L keuangan yang lengkap seperti neraca, pe-
selaku warga masyarakat. rubahan ekuitas, dan catatan atas laporan
keuangan. Hal ini tidak lepas dari keti-
“… kami masyarakat tiap hari minggu adaan standar dan kurangnya kompetensi
ada kesempatan jualan di Pasar Ndelik SDM.
(salah satu unit usaha BUMDes D). Semetara itu jika melihat esensi dan tujuan
Dis-itu masyarakat bebas mau jualan dari pelaporan, orientasi akuntabil-itas
apa sa-ja. Yang penting jaga kebersihan adalah untuk pengambilan keputusan yang
aja sih mas” (PRd3) tepat. Ketika laporan yang disajikan terlalu
sederhana maka dikhwatirkan tidak akan
menggambarkan kondisis bisnis BUMDes
PEMBAHASAN secara utuh sehingga informasi yang
Dari penelitian yang dilakukan terhadap disajikan tidak cukup untuk mengabil
empat BUMDes yang berada di DIY dapat keputusan secara tepat dan strategis. Putra
disimpulkan bahwa implementasi and Mulyani (2019) menemukan bahwa
akuntabilitas dilihat dari beebrapa informasi laporan keuangan akan
indikator yang ditentukan telah dijalankan berpengaruh terhadap kualitas
dengan baik oleh BUMDes se-bagian pengambilan keputusan pemerintah. Hal
besarnya. Hal tersebut ditunjukan dari tersebut mengindikasikan bahwa kualitas
telah adanya laporan keuangan, laporan laporan keuangan mem-iliki peran penting
kinerja pengelolaan, laporan rencana bagi suatu entitas un-tuk dapat

Page 128
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

memberikan gambaran mengenai kondisi Dari sisi responsivitas, BUMDes perlu


keuangan entitas secara utuh, termasuk mempertimbangkan kebutuhan, as-pirasi,
BUMDes, sehingga mana-jemen dapat dan kebermanfaatan produk jualan
menentukan kebijakan ke de-pan secara terhadap masyarakat dengan melihat
tepat, khususnya terkait pengembangan potensi-potensi daerah yang ada. Dalam
BUMDes. Oleh karenanya, agar BUMDes hal ini hanya BUMDes C yang memiliki
memenuhi aspek akuntabil-itas ini maka unit usaha yang betul-betul sesuai dengan
perlu adanya standar pelaporan, SDM kebutuhan masyarakat. Hal itu ditunjukan
yang kompeten, dit-ambah dengan dari unit usaha pengelolaan air bersih yang
dukungan teknologi yang memadai. Selain sangat dibutuhkan oleh masyarkatnya. Ide
itu, juga diperlukan pendampingan untuk dari produk jualan ini tidak lepas dari
menyesuaikan laporan keuangan yang responsivitas yang baik dari BUMDes.
berterima umum, serta perlunya pelatihan Oleh karen misi BUMDes tidak hanya
untuk para staff BUMDes tentang aspek ekonomi tetapi juga so-cial, maka
pengolaan BUMDes secara profesional. selain focus kepada pening-katan ekonomi
Dari salah satu BUMDes yang diteli-ti, dan pendapatan desa serta masyarakat
juga ditemukan penyebab indikator- desa, penting bagi BUMDes untuk juga
indikator akuntabilitas tidak berjalan berfokus kepada pengentasan masalah
secara optimal dimana pengelola tidak lingkungan sosial seperti air kon-sumsi,
melakukan laporan berkala terkait sampah, saluran air, biogas, dan lain
keuangan maupun laporan kinerja sebagainya (Gibbon & Affleck, 2008).
pengelolaan serta tidak dilaksanakannya Selanjutnya, implementasi prinsip
rapat evaluasi. Dari investigasi yang partisipasi di BUMDes telah berjalan baik
dilakukan, ditemukan penyebab mengapa dimana porsi terbesar masyarakat dalam
pelaporan berkala serta rapat evaluasi tidak pengelolaan dan pelaksanan BUMDes be-
dilakukan adalah karena dalam rasal dari Karang Taruna. Partisipasi ini
pengelolaan BUMDes telah terjadi dugaan berkontibusi terhadap perkembangan
penyelewengan dana modal dan sedang BUMDes khususnya dari segi
dalam proses penyelidikan pihak yang kelembagaan, pengelolaan dan pemasaran
berwajib. Salah satu celah dan penyebab produk. Hasil ini sejalan dengan
terjadinya praktik kecurangan dan penelitian Kasila and Kolopaking (2018)
penyelewengan dalam pengelolan tentang partisipasi pemuda desa dalam
BUMDes ini diduga karena adanya perkembangan usaha BUMDes. Mereka
tindakan ketidakpatuhan terhadap aturan menemukan bahwa tingkat partisipasi
yang telah ditetepakan, yakni AD/ART. masyarakat yang tinggi berasal dari
Hal tersebut ditunjukan dari dana modal pemuda desa yang telah mampu
usaha BUMDes yang turut dipegang oleh memberikan kemajuan terhadap
pendamping BUMDes yang seharusnya perkembangan BUMDes.
tidak diperbolehkan. Temuan ini Selain itu, mengacu pada konsep social
mengindikasikan bahwa prinsip tata kel- enterprice, BUMDes berdiri sebagai
ola yang baik lainnya yang harus dijalan- bentuk perusahaan sosial dimana lebih
kan BUMDes untuk memitigasi berfokus untuk memberikan manfaat sosial
kecurangan adalah supremasi hukum. Ka- kepada masyarakat (Gibbon & Affleck,
renanya, perlu adanya dewan atau unit 2008). Badan usaha berdiri tidak hanya
yang mengawasi pelaksanaan aturan di berorientasi pada finasial perusahaan
BUMDes yang sifatnya mungkin mirip secara khusus, melainkan untuk
dengan auditor internal (Nguyen & Van membangun kemandirian desa dan
Dijk, 2012; Pillay, 2004). membangun perekonomian masyarakat
dengan memanfaatkan potensi daerah

Page 129
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

secara maksimal. Sebagimana BUMDes C ta kelola tersebut, pihak BUMDes


dalam unit usaha Etalase UMKM yang merekrut orang dari luar desa yang mem-
didirikan sebagai fungsi sosial, unit usaha iliki kompetensi bisnis dan melibatkan
dagang ini didirikan tidak untuk bersaing konsultan akuntansi. Pratik-praktik yang
dengan warung atau toko milik warga dijalankan tersebut juga dilakukan bukan
melainkan menghimpun produk-produk berdasar upaya eniru lembaga BUMDes
masyarakat sekitar yang kemudian lain yang dianggap lebih maju, karena
dipasarkan secara lebih luas secara faktanya dalam implementasi praktik
terkonsep. Temuan ini juga bagian dari dilakukan secara berbeda-beda dari setiap
bentuk responsivitas BUMDes yang setiap BUMDesnya. Oleh karenanya, terlepas
kegiatan yang dilaksanakan harus sejalan dari masih belum optimalnya implemen-
dengan kebutuhan masyarakat. tasi prinsip-prinsip tata kelola yang baik
Disisi lain, ada temuan menarik bahwa oleh empat BUMDes ini, apa yang mereka
adanya data cluster atau Grade BUMDes lakukan telah menunjukkan adanya
milik pemrpov DIY ternyata kontradiktif komitmen yang kuat dari para pengelola
dengan temuan di lapangan dimana untuk mengelola BUMDes secara baik.
BUMDes dengan grade Tinggi (A) justru
memiliki tata kelola yang relatif kurang KESIMPULAN DAN SARAN
memuaskan diukur dengan indikator- Kesimpulan
indikator yang digunakan pada studi ini. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan empat BUMDes di Yogyakarta yang
mengenai indikator apa yang digunakan diteliti dengan teknik wawancara kepada
oleh Pemprov DIY dalam menilai beberapa Kepala desa, Direktur BUMDes,
BUMDes. Isu ini dapat menjadi peluang Staf BUMDes, dan masyarakat, dapat
untuk dilakukannya penelitian mengenai diambil kesimpulan bahwa tata kelola
konstruksi indikator progres BUMDes ditinjau dari prinsip
perkembangan BUMDes yang lebih ro- akuntabilitas, transparansi, responsivitas,
bust. dan partisipasi masyarakat sudah berjalan
Dari sudut pandang teoritis, hasil-hasil cukup baik. Hal ini ditunjukkan ter-
penelitian ini secara eksplisit kami kupas penuhinya secara mayoritas indikator-
menggunakan teori institusional, indikator prinsip tata kelola yang baik.
khususnya mekanisme isomorphism Dari aspek akuntabilitas dan transparansi
(DiMaggio & Powell, 1983). Pada kasus BUMDes, telah dilakukan dengan baik
empat BUMDes di DIY yang menjadi dengan membuat laporan keuangan
subyek penelitian ini, implementasi praktik tahunan yang dipublikasi, laporkan kinerja
akuntabilitas, transparansi, responsivitas pengelola berkala, dan recana usaha serta
serta partisipasi masyarakat dalam adanya mekanisme publikasi yang telah
pengelolaan BUMDes lebih di-dorong mengunakan media sosial sehingga
oleh kesadaran para pengelola BUMDes. meningkatkan aksesibilitas publik. Dari
Tidak adanya tekanan regulasi seperti sisi responsivitas, BUMDes telah
aturan-aturan yang mengatur secara mempertimbangkan kebutuhan dan
eksplisit tentang pengelolaan BUMDes kebermanfaatan terhadap masyarakat serta
memicu untuk melakukan pengelolan dan melihat potensi-potensi daerah yang ada.
praktik tata kelola BUMDes secara serta BUMDes telah memberika pelayanan
mandiri berdasarkan kesadaran dan yang baik terhadap masyarakat melalui
inisiatif. mekanisme penerimaan aspirasi
Secara teknis pelembagaan tata kelola masyarakat. Dari segi partisipasi
yang baik lebih dikarenakan tekanan nor- masyarakat, BUMdes telah melibatkan
mative dimana untuk memenuhi aspek ta- masyarakat untuk secara aktif mengelola

Page 130
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

BUMDes sebagai staf pengelola maupun yang terjadi di BUMDes C. Selain itu,
mitra usaha BUMDes sehingga responsivitas dan partisipasi masyarakat
masyarakat juga menerima manfaat dari penting dilaksanakan agar BUMDes
keberadaan BUMDes itu sendiri. berjalan sesuai dengan filosofi tujuannya,
Disamping itu sumber daya manusia dan yakni menjadi lembaga bisnis yang
modal menjadi faktor pendukung Tata berkontribusi secara ekonomi dan juga
kelola BUMDes. sosial sehingga mampu memajukan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kemakmuran masyarakat di desa.
subjek penelitian yang sangat terbatas,
yakni hanya melibatkan empat BUMDes REFERENSI
dari dua Kabupaten di DIY, sehingga hasil Afiah, N. N., & Rahmatika, D. N. (2014).
penelitian belum dapat menggambarkan Factors influencing the quality of
keadaan BUMDes secara luas di seluruh financial reporting and its
indonesia. Karenanya, penelitian implications on good government
berikutnya disarankan untuk mengunakan governance. International Journal
cakupan yang lebih luas ten-tunya dengan of Business, Economics and Law,
pendekatan lain, seperti sur-vey, agar hasil 5(1), 111-121.
penelitian dapat mengeneralisir dalam Agunggunanto, E. Y., Arianti, F.,
suatu kawasan tertentu. Disamping itu, Kushartono, E. W., & Darwanto,
variabel penelitian yang digunakan hanya D. (2016). Pengembangan Desa
memberikan wawasan terkait implemen- Mandiri Melalui Pengelolaan
tasi empat prinsip tata kelola yang baik di Badan Usaha Milik Desa
BUMDes, dan juga penelitian ini tidak (BUMDes). Jurnal Dinamika
mengaitkan empat prinsip tersebut dengan Ekonomi & Bisnis, 13(1).
kontribusi tertentu, misalnya kinerja Ahyaruddin, M., & Akbar, R. (2018).
BUMDes. Oleh karenanya, penelitian Indonesian Local Government’s
selanjutnya disarankan menggali prinsip- Accountability and Performance:
prinsip lain dari tata kelola yang baik The Isomorphism Institutional
misalnya supremasi hukum, keadilan, dan Perspective. Journal of Accounting
orientasi kepada visi dan misi. Juga dis- and Investment, 19(1), 1-11.
arankan menguji prinsip-prinsip tata kel- Anggraeni, M. R. R. S. (2017). Peranan
ola yang baik di BUMDes secara empiris Badan Usaha Milik Desa
terhadap kinerja atau peran BUMDes ter- (BUMDes) Pada Kesejahteraan
hadap kesejahteraan masyarakat di desa. Masyarakat Pedesaan Studi Pada
Hal ini akan memberikan tambahan wa- Bumdes Di Gunung Kidul,
wasan dalam isu perkembangan BUMDes Yogyakarta.
di Indonesia. Baxter, P., & Jack, S. (2008). Qualitative
case study methodology: Study
Saran design and implementation for
Dari hasil penelitian ini, implikasi penting novice researchers. The qualitative
yang perlu diperhatikan adalah agar report, 13(4), 544-559.
BUMDes dapat meningkatkan prak-tik tata Connolly, C., & Kelly, M. (2011).
kelola yang baik karena masih te-radpat Understanding accountability in
beberapa BUMDes yang belum social enterprise organisations: a
menjalankan beberapa indikator tata kel- framework. Social enterprise
ola yang baik tersebut. Hal ini penting agar journal.
BUMDes dapat dijalankan secara baik, Cooper, D., & Schindler, P. (2014).
khususnya akuntabel dan transparan guna Business Research Methods.© The
memtigasi risiko korupsi se-bagaimana McGraw− Hill Companies.

Page 131
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

Creswell, J. W. (2012). Research Design: experiences. Social enterprise


Qualitative, Quantitative and journal.
Mixed Methods Approaches. Hayyuna, R. (2014). Strategi Manajemen
California: Sage Publication. Aset BUMDES Dalam Rangka
DiMaggio, P. J., & Powell, W. W. (1983). Meningkatkan Pendapatan Desa
The iron cage revisited: (Studi pada BUMDES di Desa
Institutional isomorphism and Sekapuk Kecamatan
collective rationality in Ujungpangkah Kabupaten Gresik).
organizational fields. American Jurnal Administrasi Publik, 2(1),
sociological review, 147-160. 1-5.
DiMaggio, P. J., & Powell, W. W. (1991). Irawati, D., & Martanti, D. E. (2018).
The new institutionalism in TRANSPARANSI
organizational analysis (Vol. 17): PENGELOLAAN LAPORAN
University of Chicago Press KEUANGAN BUMDes
Chicago, IL. TERHADAP PELAPORAN ASET
DiMaggio, P. J., & Powell, W. W. (2000). DESA (Studi Fenomenologi Pada
The iron cage revisited institutional BUMDes Desa Karangbendo Kec
isomorphism and collective Ponggok Kab Blitar). UNEJ e-
rationality in organizational fields Proceeding, 41-51.
Economics meets sociology in Kasila, M., & Kolopaking, L. M. (2018).
strategic management (pp. 143- Partisipasi Pemuda Desa dalam
166): Emerald Group Publishing Perkembangan Usaha BUMDES
Limited. “TIRTA MANDIRI”. Jurnal Sains
DWI, R. (2013). Pelaporan keuangan Komunikasi dan Pengembangan
Pemerintah Daerah di internet: Masyarakat [JSKPM], 2(1), 43-58.
Pengujian teori institusional dan Khairudin, & Erlanda, R. (2016). Pengaruh
keagenan. Media Ilmiah Akuntansi, Transparansi Dan Akuntabilitas
1(2), 28-48. Laporan Keuangan Pemerintah
Feriady, M. (2019). BUSINESS Daerah (LKPD) Terhadap Tingkat
STRATEGIC ANALYSIS Korupsi Pemerintah Daerah (Studi
LEMBAGA KEUANGAN Pada Pemerintah Kota Se-
MIKRO BERBASIS BUMDES Sumatera). Jurnal Akuntansi &
(LKM-BUMDES) DALAM Keuangan, 7(1), 134-157.
PENGUATAN EKONOMI DESA. Mahmudah, S. (2019).
EQUILIBRIA PENDIDIKAN: AKUNTABILITAS LAPORAN
Jurnal Ilmiah Pendidikan KEUANGAN BADAN USAHA
Ekonomi, 3(2), 71-81. MILIK DESA (STUDI KASUS:
Francis, J. J., Johnston, M., Robertson, C., BUMDES DESA SUNGON
Glidewell, L., Entwistle, V., LEGOWO BUNGAH GRESIK).
Eccles, M. P., & Grimshaw, J. M. Ecopreneur. 12, 1(2), 32-36.
(2010). What is an adequate Meyer, J. W., & Rowan, B. (1977).
sample size? Operationalising data Institutionalized organizations:
saturation for theory-based Formal structure as myth and
interview studies. Psychology and ceremony. American journal of
Health, 25(10), 1229-1245. sociology, 83(2), 340-363.
Gibbon, J., & Affleck, A. (2008). Social Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992).
enterprise resisting social Qualitative data analysis. USA:
accounting: reflecting on lived sage.

Page 132
Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 4 No. 2 2020, 111-134
e2579-9991, p2579-9975
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka

Mustanir, A. (2017). Partisipasi dimensions. Social enterprise


Masyarakat Dalam Musyawarah journal.
Rencana Pembangunan Di Ridlwan, Z. (2014). Urgensi Badan Usaha
Kelurahan Kanyuara Kecamatan Milik Desa (BUMDes) dalam
Watang Sidenreng Kabupaten Pembangun Perekonomian Desa.
Sidenreng Rappang. JPP (Jurnal Jurnal Ilmu Hukum, 8(3), 424-440.
Politik Profetik), 5(2), 247-261. Samadi, S., Rahman, A., & Afrizal, A.
Nainggolan, A. (2016). Penganggaran (2015). Peranan Badan USAha
Berbasis Kinerja dan Upaya Milik Desa (Bumdes) dalam
Mewujudkan Good Government Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Governance. Jurnal Ilmiah (Studi pada Bumdes Desa Pekan
METHONOMI, 2(1), 197033. Tebih Kecamatan Kepenuhan Hulu
Nguyen, T. T., & Van Dijk, M. A. (2012). Kabupaten Rokan Hulu).
Corruption, growth, and Universitas Pasir Pengaraian.
governance: Private vs. state- Sari, R. P., Rosnita, & Rifai, A. (2014).
owned firms in Vietnam. Journal Analisis Kinerja Sosial dan Kinerja
of Banking & Finance, 36(11), Keuangan Lembaga Keuangan
2935-2948. Mikro (LKM) Usaha Ekonomi
Pillay, S. (2004). Corruption–the challenge Desa-Simpan Pinjam (UED-SP)
to good governance: a South Badan Usaha Milik Desa
African perspective. International (BUMDes) Mekar Jaya Desa Bukit
Journal of Public Sector Sembilan Kecamatan Bangkinang
Management, 17(7), 586-605. Kabupaten Kampar. Jom Faperta,
Pratama, R. N., & Pambudi, A. (2017). 1(2), 1-13.
Kinerja Badan Usaha Milik Desa Sari, Y. P., & Kismartini, K. (2016).
Panggung Lestari dalam Analisis Aktor Pembentukan
Meningkatkan Pendapatan Asli Bumdes Pagedangan Cahaya
Desa di Desa Panggungharjo Madani Dalam Perspektif
Kecamatan Sewon Kabupaten Governance. Journal of Public
Bantul. Jurnal mahasiswa Policy and Management Review,
Universitas Negeri Yogyakarta, 1(1), 11-25.
6(2), 105-116. SARI, Y. W. (2017). PRAKTIK SOSIAL
Putra, D. S. S., & Mulyani, S. (2019). KELEMBAGAAN Badan Usaha
Manfaat Informasi Laporan Milik Desa (BUMDes) Artha Guna
Keuangan Berbasis Akrual dalam di Desa Kedensari Kec.
Pengambilan Keputusan. Jurnal Tanggulangin Kab. Sidoarjo.
SIKAP (Sistem Informasi, Universitas Airlangga.
Keuangan, Auditing Dan Sekaran, U., & Bougie, R. (2013). Edisi 6.
Perpajakan), 4(1), 66-80. Research Methods for Business.
Ramadana, C. B. (2013). Keberadaan Sekaran, U., & Bougie, R. (2016).
Badan Usaha Milik Desa Research methods for business: A
(BUMDES) sebagai Penguatan skill building approach. New
Ekonomi Desa. Jurnal Jersey: John Wiley & Sons.
Administrasi Publik, 1(6), 1068- Smith, M. (2019). Research methods in
1076. accounting: SAGE Publications
Ridley‐Duff, R., & Southcombe, C. Limited.
(2012). The social enterprise mark: Sofyani, H., Akbar, R., & Ferrer, R. C.
A critical review of its conceptual (2018). 20 Years of Performance
Measurement System (PMS)

Page 133
Hafiez Sofyani, Hanif Fahrur Rozi, Firda Ayu Amalia
Tekanan Institutional dalam Praktik Tatakelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)

Implementation in Indonesian operasionalnya. Tulungagung:


Local Governments: Why is Their Akademia pustaka.
Performance Still Poor?. Asian Thoenig, J.-C. (2012). Institutional
Journal of Business and Theories and Public Institutions:
Accounting, 11(1), 151-227. New Agendas and. The SAGE
Sofyani, H., Atmaja, R., & Rezki, S. B. handbook of public administration,
(2019). Success Factors of Village- 169.
Owned Enterprises (BUMDes) Thompson, J. L. (2008). Social enterprise
Performance in Indonesia: An and social entrepreneurship: where
Exploratory Study. Journal of have we reached? Social enterprise
Accounting and Investment, 20(2), journal.
44-58. Tolbert, P. S., & Zucker, L. G. (1983).
Sofyani, H., Suryanto, R., Wibowo, S. A., Institutional sources of change in
& Widiastuti, H. (2018). the formal structure of
Management and Governance organizations: The diffusion of
Practices in Dlingo Village in civil service reform, 1880-1935.
Bantul Regency: Learning from the Administrative science quarterly,
Pilot Village. Jati: Jurnal 22-39.
Akuntansi Terapan Indonesia, 1(1), Zikmund, W. G., Babin, B. J., Carr, J. C.,
1-16. & Griffin, M. (2013). Business
Suyitno. (2018). Metode penelitian research methods. Boston:
kualitatif konsep, prinsip dan Cengage Learning.

Page 134

You might also like