You are on page 1of 92

Bule n Narasimha No.

09/ IX/ 2016

1
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

2
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Pengantar Redaksi

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat
dan karuniaNya, Bule n Narasimha bisa terbit kembali sesuai dengan rencana. Penerbitan Bule n Narasimha
merupakan salah satu upaya Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Is mewa Yogyakarta dalam menyebarluaskan
informasi cagar budaya beserta kegiatan pelestariannya kepada publik.

Bule n Narasimha edisi IX tahun 2016 ini antara lain menyajikan tulisan tentang pemugaran bangunan
A Situs Palgading, pembersihan atap Candi Sari, Dalem Pujokusuman, Citra indis di tengah-tengah Sewugalur,
ba k dan jumputan hasil karya masyarakat sekitar Prambanan. Selain itu dalam bule n ini juga memuat berita
kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan cagar budaya, penghargaan pelestari cagar budaya,
workshop cagar budaya, kemah budaya, jelajah budaya, dan melukis bersama sang maestro.

Semoga dengan terbitnya bule n ini dapat menambah wawasan kita semua tentang cagar budaya.
Diharapkan setelah mendapatkan pengetahuan tentang cagar budaya, kita semua dapat memahami nilai-nilai
pen ng yang terkandung di dalamnya dan menyadari ar pen ng pelestariannya. Dengan demikian kita semua
bisa berinisia f ikut serta berpar sipasi dalam melestarikan cagar budaya seper yang diamanatkan dalam
Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Redaksi menghaturkan terima kasih kepada para penulis yang telah bersedia menyumbangkan
gagasannya dalam bule n ini, semoga dapat semakin menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan
terutama dalam kajian pelestarian cagar budaya. Terima kasih pula kami ucapkan kepada m redaksi yang telah
turut serta berkontribusi dalam penerbitan Bule n Narasimha. Redaksi menyadari bahwa bule n ini masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu kami menerima masukan dari pembaca untuk memberikan sumbang kri k dan
sarannya untuk melakukan evaluasi, agar Bule n Narasimha bisa terbit kembali dengan wujud yang lebih baik
lagi. Demikian atas perha annya, terima kasih dan selamat membaca.

Redaksi

1
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Catatan Redaksi :

Melestarikan Warisan Umat Manusia

Banyak jalan, cara, dan metode dalam melestarikan warisan umat manusia. Cagar budaya sebagai warisan
umat manusia sebagaimana peraturan perundangan yang berlaku harus dilestarikan. Upaya pelindungan
dilakukan, baik dengan pemugaran, pemeliharaan, pemanfaatan, pendokumentasian, dan publikasi. Candi-candi
yang saat ini eksis megah pada saat diketemukan dahulu berupa reruntuhan dalam semak belukar dan bahkan
ada yang ter mbun dalam tanah. Contoh konkret adalah Candi Palgading yang dahulu ter mbun tanah, kemudian
diketemukan, dilakukan ekskavasi, studi kelayakan, studi teknis, dan dipugar kembali. Itu semua rangkaian proses
bagaimana melakukan rekonstruksi struktur cagar budaya dengan berbagai prinsip auten sitasnya.

Cagar budaya yang sudah eksis pun dak lepas dari upaya pemeliharaan, pendokumentasian, publikasi,
internalisasi, dan pemanfaatan. Candi Sari, Dalem Pujokusuman, dan rumah-rumah indis ex-Pabrik Gula
Sewugalur sebagai bagian warisan budaya manusia mendapatkan perha an intensif. Tentu dak hanya berhen
kepada perha an di bidang fisik saja tetapi juga bagaimana membuat berbagai ak vitas yang terkait dengan
warisan budaya manusia itu. Masyarakat luas dan bahkan pelajar harus menjadi mitra utama membangun
pemahaman atau internalisasi cagar budaya. Oleh karena itu, upaya dinamis tentu harus terus dikedepankan
manakala pelestarian menjadi pilihan logis bagi upaya mempertahankan eksistensi cagar budaya sebagai warisan
umat manusia.

Redaksi

2
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Pemugaran Bangunan A
Situs Palgading
Oleh:
Indung Panca Putra*

I. Pendahuluan tangan varamudra, foto temuan kepala arca dan


Situs Palgading merupakan salah satu lokasi beberapa foto fragmen batu berelief. Berdasarkan
yang mengandung cagar budaya. Situs ini terletak data dari OV tersebut, BPCB DIY sudah berusaha
di Dusun Palgading, Desa Sinduharjo, Kecamatan mencari lokasi keberadaan bangunan, namun
Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Is mewa sayangnya susunan percobaan tersebut dak dapat
Yogyakarta. Astronomis situs ini terletak di area 49 diketemukan lagi.
M dengan X 435029 dan Y 9145941. Data dari Buku Hasil Pengumpulan Data
Sebenarnya, keberadaan Situs Palgading Kepurbakalaan Kecamatan Ngaglik Tahun 1980
sudah dikenal sejak masa pemerintahan Belanda (SPSP DIY) dan Laporan Herinventarisasi Kecamatan
di Indonesia. Ngaglik Tahun 1998 (SPSP DIY), menunjukkan adanya
temuan BCB lepas di Dusun Palgading. Temuan-
temuan lepas antara lain: fragmen batu berelief,
antefix, fragmen batu candi bertakik, batu-batu
candi bertakik dan berelief yang berserakan, serta
situs yang diduga sebagai asal batu-batu tersebut
(Laporan Herinventarisasi Kec. Ngaglik Tahun
1998, foto no. 92508 – 92514). Situs Palgading juga
disebut dalam disertasi Mundardjito yang berjudul
Peta lokasi Situs Palgading “Per mbangan Ekologis Penempatan Situs Masa
(Sumber : Google Earth)
Hindu-Budha di Daerah Yogyakarta (Tahun 2002)”.
Dalam buku Oudheidkundig Verslag 1912 Dalam buku ini disebutkan adanya Situs Candi
- 1949 termuat beberapa foto dan gambar Ngaglik di Dusun Palgading dengan ke nggian 126
susunan percobaan bangunan stupa, misalnya: m dpl (Mundardjito, hlm 57, 137 dan 155).
foto dan gambar hasil susunan percobaan, foto
relief, foto temuan arca wanita dengan sikap

3
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

jenis bangunan yang berbentuk seper bangunan


stupa sebagai pelengkap kelompok percandian
(Hasil ekskavasi kotak T7, T8, S7, S8, dan S9) serta
bangunan candi yang terdiri atas kaki, tubuh dan
atap candi (temuan struktur bangunan dari kotak
L2, L3, L4, K7, dan K8 ).
Peneli an selanjutnya baru dapat dilakukan
pada tahun 2011, karena pada tahun 2009-2010
sedang ada proses pembebasan tanah Situs
Palgading. Pada tahun 2011, peneli an yang
dilakukan berupa Studi Kelayakan. Salah satu
Foto Arca Avalokitesvara, Foto Arca Akshobya,
temuan tahun 2006 temuan tahun 2007 pekerjaan dalam kegiatan studi kelayakan ini
adalah ekskavasi. Ekskavasi ini perlu dilakukan,
Situs Palgading terungkap kembali setelah karena pada saat ekskavasi 2008 belum dapat
ada temuan Arca Avalokitesvara dan beberapa mengungkap keseluruhan potensi situs (yang masih
batu komponen bangunan. Arca ini ditemukan terpendam tanah). Hasil ekskavasi dalam studi
pada tanggal 21 Mei 2006 oleh Slamet Sugiarto. kelayakan ini menunjukkan bahwa Situs Palgading
Ukuran arca adalah nggi: 98 cm, lebar: 53 cm dan memiliki empat bangunan yang berbeda-beda
tebal: 56 cm. Selain itu juga ada temuan berupa bentuknya. Untuk mempermudah iden fikasi,
Arca Akshobya (berukuran nggi: 82 cm, tebal: 32 maka keempat bangunan dinamakan bangunan
cm, dan lebar: 52 cm), arca singa, arca kera serta A, B, C dan D. Penamaan didasarkan atas urutan
pinakel-pinakel kecil di pekarangan milik Dakim waktu penemuan. Bangunan A berbentuk seper
Dawami Oyakahono, yang terletak ± 100 m di sisi bangunan stupa, bangunan B berbentuk seper
barat lahan situs. Sekarang, temuan-temuan ini bangunan candi tanpa penampil, bangunan C
dirawat dan disimpan di Kantor BPCB DIY (Bogem, berbentuk seper paseban dan bangunan D
Kalasan, Sleman). Meskipun menurut konteksnya berbentuk seper candi dengan penampil.
beberapa temuan tersebut bukan merupakan
temuan insitu, tetapi menunjukkan kekuatan
potensi arkeologis di Dusun Palgading.
II.Riwayat PeneliƟan Situs Palgading
Terkait dengan adanya temuan Arca
Avalokitesvara dan beberapa temuan lainnya,
maka dilakukan ekskavasi penyelamatan. Ekskavasi
ini dimaksudkan untuk menampakungkapkan
kemungkinan adanya temuan yang masih terpendam
tanah. Ekskavasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
Ekskavasi pada saat pelaksanaan kegiatan
tahap I tanggal 20 – 30 Nopember 2006 dan tahap Studi Kelayakan 2011
II tanggal 21 – 28 Juli 2008. Berdasarkan hasil yang
diperoleh selama ekskavasi, Tim menyimpulkan Meskipun dalam studi ini ada pekerjaan
bahwa Situs Palgading merupakan: suatu situs ekskavasi (yang berusaha menampakungkapkan
dengan latar belakang Agama Budha (khususnya temuan di dalam tanah), namun belum semua data
Budha Mahayana); dan minimal terdiri dari dua bangunan dapat terekspose secara total (masih

4
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

ada beberapa struktur yang masih terpendam dan masuk di sisi barat dengan lebar (luar 1,68 m dan
belum diekskavasi). Hal ini karena keterbatasan dalam 1,14 m), serta menjorok ke luar ± 48 cm
lahan, sehingga masih perlu dilakukan ekskavasi dengan nggi 73 cm (sejajar nggi batur/kaki I).
pada kegiatan lanjutan. Pintu masuk ini berupa 3 buah trap/undak yang
Secara umum, hasil studi kelayakan tahun secara struktural merupakan bagian dari batur
2011 menyebut bahwa Bangunan A dinyatakan bangunan (kaki I). De l profil Bangunan A Situs
layak untuk dipugar, karena lebih dari 80,26% Palgading terdiri atas:
komponen asli berhasil ditemukan. Prosentase ini • batur (kaki I) yang tersusun dari 4-5 lapis blok
didasarkan pada iden fikasi arkeologis temuan- batu andesit polos. Batur berukuran panjang
temuan yang diperoleh dan gambar rekonstruksi (U-S) ±8,35 m; lebar (B-T) ±8,61 m dan nggi
di atas kertas (gambar 2D). Iden fikasi arkeologis ±73 cm;
memperoleh data keterwakilan komponen • kaki II yang tersusun dari 1 lapis batu padma,
bangunan, baik horisontal maupun ver kal, 1 lapis batu bertakik ganda (sebagai pelipit
sehingga diketahui dimensi bangunan (panjang, bawah) 1 lapis batu yang bagian atasnya
lebar dan ngginya). Studi kelayakan tahun 2011 bertakik (sebagai pelipit mistar) dan 1 lapis
juga merekomendasikan perlunya kegiatan lanjutan batu yang bagian bawahnya bertakik (sebagai
berupa studi teknis, untuk menyusun penghitungan pelipit atas). Posisi dinding kaki II menjorok
dan tata cara pemugarannya. ke dalam dengan selisih antara 2,21 – 2,35
m dari dinding batur. Ukuran kaki II adalah
panjang (U-S) ± 3,85 m; lebar (B-T) ± 3,82 m
dan nggi ± 66,5 cm;
• tubuh yang tersusun dari 4 buah batu
persegi (masing-masing berukuran 90 x 90
x 59) cm sebagai dudukan “andha”. Bagian
bawah batu ini terdapat “ornamen tempel”
berupa batu persegi polos dengan tebal 20
cm sebagai list/pelipit bawah;
• kemuncak yang tersusun dari sebuah batu
Anastylosis saat pelaksanaan kegiatan monolith berbentuk silinder dengan Ø bawah
Studi Kelayakan 2011
101 cm dan Ø atas 79 cm dengan nggi 113
cm. Batu monolith ini membentuk semacam
Pada tahun 2012 dilakukan kegiatan lanjutan “andha” pada bangunan stupa. Bagian bawah
berupa Studi Teknis. Kegiatan ini menghasilkan batu ini terdapat ornamen tempel berupa
rencana kegiatan pemugaran Bangunan A dan batu melengkung bertakik 4 buah dan tebal
penghitungan RAB-nya (DED). Selain itu juga batu 15,5 cm sebagai “harmika/harmya”.
dapat diiden fikasi de l profil Bangunan A beserta Apabila tersusun keseluruhannya, ornamen
ukurannya. Bangunan A yang ditemukan di Situs tempel ini membentuk semacam cincin di
Palgading ditemukan dalam kondisi rela f utuh, bagian bawah batu monolith. Sayangnya,
dalam ar komponen bangunan yang ditemukan batu yang paling atas sebagai puncaknya
dapat mewakili bagian-bagian bangunan, baik dak ditemukan lagi. Pada bangunan stupa,
batur/kaki I, kaki II, tubuh dan kemuncak. Bangunan komponen di atas “andha” disebut “yas ”.
A menghadap ke barat, sebab ditemukan pintu Rekonstruksi di atas kertas, batu “yas ”

5
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

berbentuk silinder dengan perkiraan teknis Selanjutnya pada tahun 2013-2014


berukuran Ø ±79 cm, Ø ±57 cm dan nggi dilakukan pembebasan tanah di sebelah mur
1,14 m. situs. Pembebasan tanah ini diperlukan, karena
sebagian struktur bangunan A masih terpendam
di sisi mur situs (yang status kepemilikan
tanahnya masih milik penduduk). Setelah proses
pembebasan tanah selesai dilakukan, maka pada
tahun 2015 dilakukan diskusi internal yang antara
lain membahas rencana pemugaran bangunan
A situs Palgading. Pemugarannya sendiri akan
dilaksanakan pada tahun 2016.
III. Pemugaran Bangunan A Situs Palgading
Setelah melakukan berbagai peneli an,
Foto hasil anastylosis kaki III Bangunan A
kajian dan penghitungan teknis lainnya, maka
bangunan A Situs Palgading dapat dieksekusi
pemugarannya pada tahun 2016 ini. Pemugaran
bangunan A dilaksanakan selama 125 hari,
yaitu dari tanggal 9 Mei sampai dengan 10
Oktober 2016. Penger an pemugaran dalam UU
Cagar Budaya No 11 Tahun 2010 adalah upaya
pengembalian kondisi fisik benda cagar budaya,
bangunan cagar budaya, dan struktur cagar
budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan,
bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan
untuk memperpanjang usianya.

Foto pekerjaan penggambaran


dalam Studi Teknis Arkeologis 2012

Kondisi Bangunan A sebelum dipugar


dilihat dari utara
Berdasarkan penger an dalam UUCB
dan kondisi Bangunan A Situs Palgading, maka
jenis pemugarannya berupa pemugaran total.
Pemilihan jenis pemugarannya didasarkan pada
kondisi eksis ng bangunan, di mana nggal
Gambar rekonstruksi Bangunan A tampak barat bagian batur (kaki 1) yang masih rela f terstruktur,
(atas) dan tampak utara (bawah
sedangkan bagian di atasnya sudah roboh dan

6
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

berserakan. Pelaksanaan pemugaran Bangunan arsitektural, pemulihan fisik maupun penataan


A ini melibatkan Tim BPCB DIY (10 orang) dan lingkungannya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut di
masyarakat sejumlah 36 orang (7 orang pekerja atas didukung dengan pekerjaan pengawasan
dan 29 orang pembantu pekerja). arkeologis dan teknis, serta pendokumentasian
Pelaksanaan pemugaran total menuntut (pemotretan, pengukuran dan penggambaran).
adanya sasaran pekerjaan yang menyeluruh, Rincian pekerjaan pemugaran Bangunan A Situs
baik berupa perkuatan struktur, pembersihan Palgading Tahun 2016 disampaikan dalam tabel
mekanis, penyusunan percobaan, perbaikan berikut ini:

NO JENIS PEKERJAAN VOLUME SATUAN

A PERSIAPAN
1 Administratif
a Penelusuran daftar pustaka:
Cetak Gambar 10,00 Lembar
b Sewa bangunan 1,00 LS
2 Teknis
a Penyiapan lahan 1,00 LS
b Pembuatan bengkel kerja 1,00 LS
c Pengadaan air 100.000,00 Liter
B PELAKSANAAN
1 Pembongkaran
a Pembuatan bowplank 36,00 M’
b Pemasangan perancah 75,00 M2
c Ekskavasi 600,00 M3
d Pembuangan tanah hasil ekskavasi 600,00 M3
e Registrasi batu insitu 589,00 Blok
f Pembongkaran batu insitu 16,80 M3
g Pengelompokan & klasifikasi batu insitu hasil pembongkaran 592,00 Blok
h Pembongkaran pagar BRC 39,00 M’
i Pembongkaran pondasi pagar BRC 15,60 M3
2 Bengkel kerja
a Pembersihan mekanis 450,00 M2
b Pembuatan angkur dan atau hak 300,00 Buah
c Pengolesan bahan anti karat 5,00 M2
d Penyambungan batu 30,00 Dm3
e Pembuatan outer stone pengganti 8,49 M3
3 Anastylosis
a Pembuatan landasan/lantai kerja 60,00 M2
b Susunan percobaan 19,80 M3
c Pembuatan batu pengganti sementara 4,40 M3
d Pembongkaran susunan percobaan 20,45 M3
4 Perkuatan Struktur
a Galian tanah pondasi 60,00 M3
b Urugan pasir 4,24 M3
c Pemasangan batu tuff blok pondasi 25,42 M3
d Urugan pasir dan batu 8,60 M3
e Urugan tanah kembali 14,00 M3
f Pengolesan bahan kedap air 81,00 M2
5 Penyusunan Kembali
a Penyusunan kembali batu kulit (outer stone) 28,94 M3
b Penyusunan batu isian (inner stone) 73,60 M3
c Pengolesan bahan penolak air 136,00 M2

7
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

6 Pembuatan Drainase dan Penataan Halaman Candi

a Galian tanah 50,54 M3


b Pemasangan pipa PVC 45,00 M’
c Pembuatan resapan air:
Pemasangan buis beton 9,00 M’
Pemasangan tutup buis beton 6,00 Buah
d Pembuatan bak kontrol:
Pasangan batu bata 12,51 M3
Pemasangan tutup bak konrol 1,00 M3
e Pembuatan trap tangga 3,00 M3
f Pembuatan dinding penahan tanah 16,50 M2
g Pembersihan area kerja 1,00 LS
C PENYELESAIAN
a Penyelarasan batu baru 114,00 M2
b Pembersihan mekanis seluruh bangunan hasil pemugaran 285,00 M2
c Pemberian tanda komponen batu baru 306,00 Blok
d Pembongkaran perancah 75,00 M2
D PENGAWASAN
a Arkeologis (Tim BPCB DIY dan Staff Ahli) 1,00 LS
b
Teknis (Tim BPCB DIY dan Staff Ahli) 1,00 LS
E PENDOKUMENTASIAN
a Pemotretan 1,00 LS
b Pengukuran dan Penggambaran 1,00 LS
F EVALUASI DAN PELAPORAN
a Rapat evaluasi 1,00 LS
b Pelaporan (Penggandaan dan penjilidan) 1,00 LS

Pelaksanaan pemugaran Bangunan A diawali diketahui nama Bodhisatwanya). Temuan lain


dengan pekerjaan ekskavasi. Ekskavasi diperlukan berupa: 2 buah batu andesit persegi, 1 buah batu
untuk mencari dan menampakungkapkan bagian- andesit berornamen bentuk antefik dan pecahan
bagian bangunan yang masih terpendam. Hasil kaca.
ekskavasi ini antara lain memperoleh temuan
lepas berupa kepala arca di kotak O.4 spit (7).
Kepala arca ini ditemukan pada saat menggali
tanah untuk kegiatan landscaping. Posisi temuan
dalam keadaan miring menghadap selatan (telinga
kanan di bawah). Kondisi kepala terpenggal
sampai dengan pangkal dagu (leher atas) dan
bagian hidung “geripis”. Atribut kepala arca yaitu
rambut bergelung jatamakutha, telinga memakai
sumping, ikat kepala berupa untaian mu ara
berornamen roset yang melingkar di atas dahi
sampai atas telinga. Kepala arca ini berbahan batu
andesit, sedangkan ukurannya adalah: nggi : 35,5
cm, lebar : 17 cm dan tebal : 24 cm. Iden fikasi
Atas : Posisi temuan di kotak O.4
terhadap temuan ini, kemungkinan merupakan Kiri bawah : De l kepala arca setelah
kepala arca Bodhisatwa (namun belum dapat diamankan Kanan bawah :
Posisi temuan kepala arca

8
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Selain temuan kepala arca, pada saat Setelah kedudukan dan ke nggian maaiveld
ekskavasi diperoleh data pen ng berupa data ini “aman”, maka dilakukan pembongkaran
ke nggian maaiveld bangunan, yang berada bagian-bagian yang masih insitu. Pembongkaran
di 206,761 m dpl. Penentuan ke nggian ini ini diperlukan untuk kelengkapan data anastylosis.
didasarkan atas kondisi konstruksi “sepatu” Namun sebelum dibongkar, se ap batu komponen
batur dinding barat sisi utara tangga yang masih yang masih insitu diregistrasi dengan cara memberi
sangat intaks, serta kondisi dan jenis tanah (tanah kode dan tanda hubung antar batu. Selain itu
liat padat), yang merata waterpass di sekitar dilakukan juga pendokumentasian dalam bentuk
bangunan. Kedudukan maaiveld ini sangat pen ng, foto dan gambar eksis ng.
karena menjadi pedoman ke nggian pekerjaan
lainnya, misalnya: ke nggian perkuatan struktur,
penyusunan komponen lapis pertama bangunan
dan sebagainya. Untuk mempertahankan k
ke nggian ini, sebelum membuat galian pondasi
untuk perkuatan struktur dan penyusunan kembali,
maka dibuat k poligon dan pembowplankan di
sekitar bangunan.

Pemberian kode registrasi


pada dinding batur selatan

Pengukuran ke nggian “sepatu”


batur sebagai maaiveld

Pembongkaran batu komponen batur

Pengukuran ke nggian tanah sebagai maaiveld

Penyusunan percobaan trap tangga

9
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Komponen yang dibongkar, diletakkan pada • ukuran ketebalan batu komponen batur di
lokasi situs, sesuai kelompok dan klasifikasinya. masing-masing lapis berbeda.
Pengelompokan dan klasifikasi ini dimaksudkan Setelah pekerjaan penyusunan percobaan
untuk mempermudah pelaksanaan susunan selesai dilakukan, maka pekerjaan berikutnya
percobaan secara anastylosis. Sedangkan susunan adalah pembuatan pondasi sebagai perkuatan
percobaan secara anastylosis adalah pekerjaan struktur. Pekerjaan ini secara berurutan dimulai
penyusunan batu komponen Bangunan A di luar dengan galian tanah, urugan pasir setebal ± 10 cm
posisi sebenarnya, sesuai kondisi batu apa adanya. dan pemasangan batu tuff blok berukuran 40 cm
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengetahui x 50 cm x 60 cm. Pemasangan batu tuff sebanyak
kondisi riil bangunan, baik ver kal maupun 3 lapis dan diupayakan serapat mungkin sesuai
horisontal. Dengan demikian, dapat diketahui luas galian pondasi, namun bila masih ada sedikit
kekurangan batu komponen bangunan (bentuk, renggangan pada nat, maka akan diberi isian
ukuran, profil dan jumlahnya), agar dapat segera pasir halus. Pemasangan batu tuff pondasi dibuat
dibuat batu penggan nya. bertakik ( dak bareh), dengan maksud agar ada
ikatan yang masif, baik secara horisontal maupun
ver kal. Perlu disampaikan bahwa pembuatan
pondasi dak menggunakan bahan anorganik
(misalnya: spesi dari campuran semen PC dan
pasir).

Proses pembuatan pondasi sebagai


perkuatan struktur

Kondisi bagian dalam bangunan


setelah pembongkaran

Ada hal yang menarik, saat pembongkaran


maupun penyusunan percobaan komponen batur
(kaki 1), yaitu: jumlah dinding barat adalah 4
lapis, sedangkan dinding mur 5 lapis. Selain itu
dari hasil pengukuran, diketahui bahwa bentuk
batur dak berdenah bujur sangkar, tetapi seper
1. Hasil galian untuk pondasi
jajaran genjang. Pernyataan ini didasarkan atas
perbedaan panjang masing-masing dinding.
Panjang dinding utara adalah: 8,529 m; panjang
dinding mur adalah : 8,387 m, panjang dinding
selatan adalah: 8,538 m dan panjang dinding barat
adalah: 8,207 m. Ke nggian rata-rata dinding
batur adalah: 62,5 cm. Hal ini berar dinding
batur utara dan selatan:
• ada yang berjumlah 4 lapis dan 5 lapis;
• batu komponen batur dak presisi empat
persegi panjang, tetapi berbentuk trapesium; 2. Hasil urugan pasir
untuk pondasi
dan

10
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

struktur batur menuju ke bak kontrol dan berakhir


di sumur resapan sebagai outletnya. Ada 4 buah
k bak kontrol dan sumur resapan. Sebuah
k bak kontrol ada di barat daya Bangunan A,
sedangkan 3 buah k bak kontrol dan 4 buah k
sumur resapan ada di mur Bangunan A. Sistem
drainase ini perlu dibuat, karena kedudukan
Bangunan A berada di bawah permukaan tanah
sekitarnya.
3. Perkuatan struktur pondasi dengan batu tuff

4. Hasil pemasangan batu tuff Ti k- k letak bak kontrol (panah merah)


untuk perkuatan struktur pondasi dan sumur resapan (panah hitam)

Pemasangan pondasi dengan batu tuff Apabila pekerjaan perkuatan struktur


dak dilakukan seluas batur, tetapi hanya disusun sudah selesai, maka dilakukan penyusunan kembali
dua seri sesuai panjang dan lebar batur Bangunan batu-batu komponen Bangunan A dari hasil susun
A saja, sebab batur bagian dalam (sesuai data coba. Namun sebelum disusun kembali, susunan
arkeologis) tersusun dari batu-batu gundul dan percobaan dibongkar kemudian se ap blok
tanah. Untuk itu bagian dalam akan dibuat sesuai batu mengalami pembersihan mekanis basah.
dengan data oten knya, yaitu batu-batu andesit Pembersihan mekanis basah dilakukan dengan
gundul dengan spesi tanah. Selanjutnya struktur cara menyikat batu sambil disiram air hingga
ini disiram air hingga jenuh dengan maksud kotoran benar-benar bersih. Sasaran pembersihan
agar diperoleh kepadatan dan kestabilan yang mekanis adalah kotoran dari debu dan tanah.
maksimal. Bagian atas ± 20 cm diberi lapisan Selanjutnya, batu-batu yang telah mengalami
lempung dan dipadatkan dengan alat stamper. perlakuan pembersihan mekanis akan dikeringkan
Akhir dari rangkaian pembuatan pondasi adalah di bawah sinar matahari. Dalam pengeringan ini
pemberian lapisan lempung di bagian atas batu-batunya dikelompokkan sesuai lapis dan
pondasi dan pengolesan lapisan kedap air untuk bidangnya. Perlakuan pembersihan mekanis ini
mengurangi kapilerisasi dan resapan air hujan. dimulai dari lapis terbawah (batu batur/kaki I lapis
Permukaan pondasi dibuat agak miring 1) sampai dengan lapis teratas. Se ap kelompok
menuju ke dua buah k inlet saluran drainase. batu yang sudah benar-benar kering akan disusun
Ti k inlet saluran ini berada di bawah lantai batur, kembali sesuai kode registrasi, gambar eksis ng
kemudian melalui pipa PVC Ø 4 inch di bawah dan data arkeologis yang ada.

11
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

benar, maka batu lapis atas dibongkar dan batu


lapis bawah dibuat ma , demikian seterusnya
hingga seluruh batu komplit terpasang.

Pekerjaan pembersihan mekanis outerstone

Pada saat penyusunan batu lapis 1 (batu


batur/kaki I) dan seterusnya, bagian belakang/
dalam di se ap batu diberi susunan batu tuff
sebagai penjepitnya. Batu tuff di bagian dalam
ini disusun sesuai penghitungan teknis bahwa
mampu menahan beban komponen di atasnya. Penyusunan kembali
batu lapis 1
Permukaan teratas batu tuff berada di bawah
permukaan batur dengan selisih antara 17-20 cm.
Selisih ini difungsikan untuk menyusun kembali
batu lantai batur. Untuk memperkuat konstruksi,
maka hubungan antar batu diperkuat dengan
pemasangan hak dan angkur, baik outerstone
dengan outerstone maupun outerstone dengan
innerstone. Pemasangan hak dan angkur
dilakukan dengan cara mengebor k satu dengan
k lainnya sesuai panjang hak atau angkur.
Pemasangan hak dan angkur menggunakan lem
batu yang dicampur pasir. Sebelum dipasang, hak
dan angkur diolesi bahan an karat. Pemasangan
De l pemasangan angkur
hak dan angkur ini perlu kecermatan dan keha - di sudut batur
ha an, sehingga hubungan antar batu yang dak
presisi dapat dihindari.
Perlu disampaikan bahwa sebelum
susunan outerstone dibuat “ma ”, diperlukan
“susunan percobaan siap” di lokasi aslinya.
Susunan percobaan siap ini dimaksudkan untuk
mengeliminir keletakan outerstone yang salah
posisi. Dengan kata lain outerstone yang dibuat
ma adalah outerstone yang diyakini benar
kedudukannya. Tata cara pelaksanaan susunan
Hasil penyusunan kembali bagian batur/kaki I dan
percobaan siap adalah dengan menyusun coba perkuatan struktur (pemasangan batu tuff)
di dalamnya
dua lapis batu di lokasi aslinya, setelah diyakini

12
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Setelah seluruh batu dinding batur/kaki I


tersusun kembali, dilakukan pemasangan batu
tuff di bagian dalam sebagai perkuatan struktur.
Batu tuff ini berfungsi untuk menahan beban
dari struktur batu di atasnya, sekaligus menahan
gaya desak dari luar. Pemasangan batu tuff dak
menggunakan spesi semen, tetapi nat antar batu
diisi dengan tanah liat halus yang dicampur air
(membentuk semacam bubur encer). Untuk Hasil pengolesan lapisan kedap air

mengan sipasi adanya rongga pada nat, maka Setelah dinding batu batur/kaki I dan
batu tuff yang sudah terpasang diberi filler tanah batu tuff sebagai penguat struktur bagian
dalam selesai 100% tersusun kembali, maka
liat sambil disiram air hingga jenuh. Apabila
sasaran penyusunan berikutnya adalah struktur
masih ada rongga, akan diisi lagi dengan bubur
yang di tengah (bagian kaki II), bukan batu
tanah liat hingga diyakini dak ada rongga lagi. komponen lantai batur. Mengapa? Karena
Setelah kering benar, permukaan batu tuff diolesi untuk mengan sipasi kemungkinan batu
dengan bahan kedap air. lantai akan rusak dan atau dak stabil, akibat
adanya ak vitas penyusunan kembali lapisan di
atasnya. Seper diketahui komponen batu yang
membentuk semacam “andha” terbuat dari batu
andesit yang cukup besar (ukuran rata-rata per
blok 95 x 73 x 66 cm), sehingga bebannya sangat
berat. Dengan demikian setelah batu batur/kaki
I selesai terpasang secara permanen, secara
berurutan sasaran berikutnya adalah lapisan batu
yang berprofil padma, batu bertakik ganda dan
dua lapis batu pelipit atas. Tata cara penyusunan
kembali batu komponen kaki II ini sama dengan
yang dilakukan pada batu batur/kaki I. Struktur
Pengisian nat batu tuff di bawah batu-batu pembentuk kaki II rata-rata berjarak
lantai batur dengan filler tanah liat
2,294 cm dari dinding batur/kaki I. Perkuatan
struktur dengan hak dan angkur juga dilakukan
pada bagian ini, termasuk juga pemasangan batu
tuff di belakangnya. Selanjutnya dipasang lantai
struktur kaki II, hingga selesai 100%.

Pengolesan lapisan kedap air

Penyusunan kembali batu komponen kaki II

13
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Sasaran penyusunan kembali berikutnya


adalah 4 buah batu persegi yang berfungsi
sebagai duduk “andha”. Saat penyusunan
kembali komponen ini, diperlukan keha -
ha an, karena beban materialnya yang
sangat berat, sehingga diperlukan alat batu
berupa box dan katrol. Pada bagian bawah
komponen ini terdapat “ornamen” batu list
3
dengan ukuran lebar 15 cm, nggi 10 cm dan
panjang keseluruhan 183 cm. Komponen batu
list ini terpisah/ dak menyatu dengan batu Di atas struktur ini terdapat sebuah
duduk“andha”. Jadi hanya semacam ornamen batu monolith berdenah lingkaran dengan
Ø bawah: 97 cm dan Ø atas: 80 cm dengan
tempel saja. Untuk memperkuat ornamen ini
nggi: 97 cm. Pada bangunan stupa, struktur
digunakan lem batu dan hak besi. Kedudukan
batu semacam ini disebut “andha”. Bagian
struktur ini berjarak antara 75 – 81 cm dengan bawah/dasar batu ini rata, tetapi permukaan
tepi batu teratas pada struktur kaki II (lapis di atas melengkung. Bagian atas batu monolith (di
bawahnya). tengah permukaan yang melengkung) terdapat
cekungan berbentuk bujur sangkar dengan
Proses pemindahan komponen batu duduk kedalaman 6 cm, panjang dan lebar 30 cm.
“andha” dan hasilnya : Cekungan ini kemungkinan untuk menempatkan
batu di atasnya (yang diduga batu semacam
“yas ”). Namun hingga selesainya pelaksanaan
pemugaran, batu yang diduga komponen
“yas ”/kemuncak dak ditemukan lagi. Untuk
itu, dalam rangka pengan sipasian kemungkinan
adanya genangan air, maka cekungan ini
ditutup dengan batu tuff. Bagian bawah batu
monolith ini terdapat ornamen tempel bertakik
4 buah, dimana takikan terbawah berornamen
kelopak padma. Pada bangunan stupa ornamen
semacam ini disebut dengan harmya/harmika.
1 Ketebalan batu ini 16 cm dengan lebar 18 cm
dan bentuknya melengkung, sehingga saat
terpasang keseluruhan akan membentuk
semacam cincin bagi batu monolith.
Setelah batu bagian puncak terpasang
permanen, maka sasaran penyusunan kembali
terfokus pada batu lantai batur/kaki I. Batu
lantai rata-rata berdenah empat persegi panjang
dengan ketebalan antara 17-20 cm, sedangkan
panjang atau lebarnya antara 20-40 cm.
2 Penyusunan komponen batu lantai didominasi
oleh batu penggan , yang mencapai ± 63,8%,
sebab dari hasil klasifikasi batu, prosentase batu

14
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

asli lantai hanya ± 36,2%. Konsentrasi batu lantai di semua komponen penggan dan pengolesan
asli berada di sisi selatan. Seper lazimnya batu bahan an air. Proses pemasangan tanda batu
lantai, konstruksi antar batunya saling mengait. dilakukan dengan cara pengeboran batu baru.
Caranya adalah salah satu sisi batu yang dibuat Ukuran lubang hasil pengeboran adalah Ø 0,6
menonjol akan masuk ke batu yang berlekuk, cm dan kedalaman ± 2 cm, sedangkan bahan
sehingga susunannya dak sebaris (Jw: bareh). yang digunakan sebagai tanda batu adalah
yukalac dan resin. Bahan ini dicampur dan
Batu-batu penggan juga disusun sesuai dengan
dicetak dalam bentuk silinder. Selanjutnya
kondisi aslinya, baik ukuran, bentuk maupun
tanda batu dimasukkan ke lubang dengan
teksturnya. Pembentukan tekstur sesuai batu
alat bantu pukul besi, hingga permukaannya
asli dilakukan dengan cara pahat halus secara
rata dengan permukaan batu baru. Setelah
manual.
selesai pemasangan tanda batu baru, sasaran
pekerjaan berikutnya adalah pengolesan bahan
an air ke seluruh permukaan bangunan.
Bahan ini diperlukan untuk mengan sipasi
rembesan air dari luar, misalnya air hujan, yang
dapat menyebabkan peningkatan kelembaban
di dalam bangunan dan mengakibatkan
percepatan pertumbuhan mikroorganisme dan
kerusakan fisik (ada penggaraman).

Penyusunan kembali batu asli komponen lantai

Pembersihan mekanis pasca penyusunan kembali

Pekerjaan pahat halus batu


penggan komponen lantai

Sebagai akhir dari rangkaian pemugaran


Bangunan A Situs Palgading, dilakukan
pembersihan mekanis kering dan basah
keseluruhan Bangunan A pasca penyusunan
kembali, pembersihan area halaman Bangunan
A dan sekitarnya. Sasaran pembersihan
adalah segala kotoran yang menempel dan
atau berada di sekitar Bangunan A. Setelah . Pengolesan bahan an air di permukaan
batu pasca penyusunan kembali
bangunan kondisinya kering, sasaran pekerjaan
berikutnya adalah pemasangan tanda batu baru

15
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

sehingga secara fungsi prak s dan este ka dapat


membuat pengunjung lebih nyaman. Beberapa
pekerjaan yang dilakukan antara lain:
• pembuatan tangga turun dari permukaan
tanah sekarang menuju ke Bangunan A. Tangga
ini terdiri dari 5 buah trap dengan bahan batu
tuff. Posisi tangga ini berada di barat Bangunan
C atau barat daya Bangunan B.
• pembuatan talud miring ± 60º di barat
Bangunan A dan B. Pembuatan talud ini
berfungsi untuk menahan beban tanah agar
dak longsor.
• pembuatan teras iring di mur Bangunan A.
Pengeboran batu penggan • pemasangan batu tuff di bawah pagar BRC
untuk lokasi tanda batu baru
utara Bangunan A, yang berfungsi sebagai
penahan tanah agar dak longsor.
• pemasangan pagar BRC, pagar kawat duri
dan pengecatannya di lokasi tanah yang
dibebaskan tahun 2014 (sisi mur situs).
• pembuatan jalur sirkulasi pengunjung di
dalam situs, dengan cara pengurugan tanah
dan pasir yang dipadatkan dengan alat
stamper. Di tepi jalur ini dipasang batu bata
dan ditanami tanaman penghias.
Pemasangan tanda batu baru
• pembuatan selfie point di mur Bangunan
C atau tenggara Bangunan A. Selfie point
ini dibuat dengan cara pengurugan tanah,
kemudian dipadatkan, di atasnya disusun 3
buah buis beton Ø 90 cm. Buis beton ini diisi
dengan tanah dan koral, kemudian diplester.
Di sekitar selfie point ini ditata, sehingga
membentuk semacam taman.

Hasil pemasangan tanda batu baru


(tanda panah merah)

Bagian pekerjaan paling akhir adalah


pembongkaran perancah dan pembersihan area
kerja. pemugaran Bangunan A, pada saat yang
bersamaan juga dilakukan penataan lingkungan
(landscapping) meskipun sederhana. Pekerjaan
ini dilakukan agar situs tertata lebih rapi, Pembuatan tangga turun dan talud

16
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Pemadatan jalur sirkulasi di dalam situs

Pembukaan selubung oleh Kasubbag TU dan Kasi


sebagai penanda akhir pelaksanaan pemugaran
Bangunan A Situs Palgading

Pembuatan selfie point di tenggara Bangunan A

IV. Penutup
Tim Pemugaran Bangunan A Situs Palgading
Pada tanggal 10 Oktober 2016, pelaksanaan
pemugaran Bangunan A Situs Palgading secara
resmi dinyatakan selesai. Pernyataan selesai DaŌar Pustaka
ini ditandai dengan pembukaan selubung
kain oleh Kasub Bag TU dan Kasi Pelindungan,
Pengembangan dan Pemanfaatan. Selama BP3 Yogyakarta. 2006. Laporan Ekskavasi Situs
Palgading Tahap I. Yogyakarta: BP3
pelaksanaan pemugaran, Tim dan seluruh Yogyakarta.
stake holder sangat bersyukur, karena dak
mengalami kendala atau hambatan. Selanjutnya --------------. 2008. Laporan Ekskavasi Situs Palgading
Tahap II. Yogyakarta: BP3 Yogyakarta.
diucapkan terima kasih kepada semua pihak,
khususnya masyarakat Dusun Palgading, yang --------------. 2011. Laporan Studi Kelayakan Situs
telah mendukung dan memberikan apresiasi Palgading”. Yogyakarta: BPCB Yogyakarta.
terhadap pemugaran Bangunan A. Harapan ke
--------------. 2012. Laporan Studi Teknis Arkeologis
depan, semoga pemugaran dapat dilanjutkan Bangunan A Situs Palgading”. Yogyakarta:
di bangunan lainnya dan penataan lingkungan BPCB Yogyakarta.
dapat lebih representa f. Dengan demikian
BPCB DIY. 2016. Laporan Pemugaran Bangunan A
pelestarian yang dilakukan dapat dikembangkan Situs Palgading Bulan Mei, Juni, Juli, Agustus,
dan dimanfaatkan dalam mendukung desa wisata September dan Oktober 2016. Yogyakarta:
yang ada di Palgading. BPCB DIY.

17
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Mundarjito.2002. Per mbangan Ekologis SPSP Yogyakarta. 1980. Buku Hasil Pengumpulan
Penempatan Situs Masa Hindu Budha di Daerah Data Kepurbakalaan Kecamatan Ngaglik.
Yogyakarta. Jakarta: Wedatama Widyasatra. Yogyakarta: SPSP Yogyakarta.

Oudheidkundige Dienst In Nederlandsch-Indie. -------------.1998. Laporan Herinventarisasi Kecamatan


Ngaglik. Yogyakarta: SPSP DIY.
Oudheidkundig Verslag 1912-1949. .....: Koninklijk
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en www.google earth.com
Wetenschappen.

*) Penulis adalah Ketua Tim Pemugaran Bangunan A


Situs Palgading

Kondisi Bangunan A Situs Palgading pasca pemugaran

18
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Perbaikan Atap
Candi Sari
Oleh:
R. Wikanto Hari Mur *

I. Pendahuluan maka kegiatan konservasi–pemeliharaan ini dak


Cagar budaya merupakan kekayaan bangsa lepas dari prinsip-prinsip arkeologis dan dalam
yang sangat pen ng bagi ilmu pengetahuan dan pengawasan seorang arkeolog.
dapat diwariskan pada generasi yang akan datang. Seper telah dijelaskan oleh R. Soekmono,
Bukan hanya fisik bangunannya atau bendanya saja, perin s arkeologi Indonesia dan seorang arkeolog
tapi juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. senior, tentang pelestarian benda cagar budaya
Kebanggaan akan peninggalan nenek moyang adalah:
ini, akan membangkitkan rasa nasionalisme, rasa 1. Mencegah secara fisis tentang kerusakan
memiliki, dan akan menguatkan kepribadian bangsa atau pemusnahan benda cagar budaya serta
di tengah-tengah era globalisasi yang menafikkan mengupayakan agar benda cagar budaya tetap
batas-batas kewilayahan. Agar bangunan candi eksis dari bahaya kepunahan, dan
dan bangunan cagar budaya lainnya, dapat 2. Mempertahankan serta mengupayakan agar
dipertahankan bentuk dan kelestariannya, nilai-nilai budaya posi f yang terkandung
diperlukan usaha/kegiatan pemeliharaan secara didalamnya dapat berkembang bahkan
kon nue. Usaha pemeliharaan ini dimaksudkan diwariskan secara terus menerus dalam rangka
agar bangunan candi atau bangunan cagar budaya memperkuat ja diri bangsa.
lainnya terhindar dari kerusakan-kerusakan yang Upaya perawatan memiliki tahapan sehingga
disebabkan oleh alam dan manusia. dapat proses perawatan tepat sasaran, efek f dan
Kegiatan pemeliharaan dilakukan oleh efisien. Tahapan tersebut adalah adanya kegiatan
Balai Pelestarian Cagar Budaya secara berkala observasi, kegiatan studi konservasi yang kemudian
se ap tahunnya, dengan sasaran yang bergan - di ndaklanju dengan kegiatan konservasi sesuai
gan sesuai dengan kebutuhan dan ngkat rekomendasi rencana penanganan dari hasil studi
kerusakan masing-masing. Ada ga tahap dalam konservasi.
kegiatan konservasi ini (is lah konservasi, secara Pada kegiatan ini merupakan tahap studi
khusus digunakan untuk menunjukkan proses konservasi yang merupakan ndak lanjut dari
pemeliharaan/perawatan yang lebih de l), yaitu kegiatan observasi sebelumnya terhadap atap Candi
observasi kerusakan dan keterawatan bangunan, Sari setelah di observasi pada tahun 2013. Studi
studi konservasi bangunan, dan konservasi. Tahap ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi real
observasi kerusakan dan keterawatan adalah kerusakan dan keterawatan beserta volumenya,
kegiatan peneli an/pengecekan terhadap jenis- penentuan metode penanganan sebagai upaya
jenis kerusakan yang ada pada bangunan cagar perawatannya serta rencana anggaran biaya
budaya. Tahap berikutnya adalah tahap studi untuk pelaksanaan penanganannya. Berdasarkan
konservasi. Pada tahap studi konservasi ini, mulai hasil studi konservasi atap Candi Sari, maka dapat
dihitung kuan tas, luasan, dan volume kerusakan diambil kesimpulan untuk melakukan penanganan
yang terjadi. Serta mulai disusun RAB (Rincian yang serius terhadap kerusakan yang terjadi.
Anggaran dan Biaya) untuk perawatannya. Namun Sedangkan maksud dilakukannya kegiatan
karena hal ini terkait benda cagar budaya/purbakala, perbaikan dan pemeliharaan atap Candi Sariini,

19
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

adalah untuk menangani kerusakan pada atap Rakai Panangkaran, bersamaan dengan masa
Candi Sari dengan cara menggan nat batu yang pembangunan Candi Kalasan. Kedua candi tersebut
sudah retak/rusak serta melapisi atap Candi memang memiliki banyak kemiripan, baik dari segi
Sari dengan lapisan kedap air sebagai an sipasi arsitektur maupun reliefnya. Keterkaitan kedua
kebocoran bilik. candi ini diterangkan dalam Prasas Kalasan (700
II. Deskripsi dan Sejarah Candi Sari Saka / 778 M). Dalam Prasas Kalasan diterangkan
Candi Sari ar nya candi yang indah, terletak di bahwa para penasehat keagamaan Wangsa
Desa Bendan, Kelurahan Tirtomartani, Kecamatan Syailendra telah menyarankan agar Maharaja
Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Is mewa Tejapurnama Panangkarana, yang diperkirakan
Yogyakarta. Candi Sari ditemukan dalam keadaan adalah Rakai Panangkaran, mendirikan bangunan
rusak berat, kemudian pada tahun 1929 dipugar suci untuk memuja Dewi Tara dan sebuah biara
oleh Dinas Purbakala, selama setahun.Tahun untuk para pendeta Buddha. Untuk pemujaan
pendirian candi ini belum dapat diketahui dengan Dewi Tara dibangunlah Candi Kalasan, sedangkan
jelas, hanya diperkirakan tahun berdirinya sama untuk asrama pendeta Buddha dibangunlah Candi
dengan pendirian Candi Kalasan, yakni abad VIII M, Sari. Fungsinya sebagai asrama atau tempat nggal
dan candi ini merupakan bangunan Budhais s. terlihat dari bentuk keseluruhan dan bagian-bagian
Menurut perkiraan candi ini dibangun pada bangunan dan dari bagian dalamnya. Bahwa candi
abad ke-8 M, yaitu pada masa pemerintahan ini merupakan bangunan agama Buddha terlihat
dari stupa yang terdapat di puncaknya

Peta Candi Sari

20
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Pada abad ke 19, sekitar 130 m dari Candi Dinding luar tubuh dipenuhi pahatan
Kalasan ditemukan reruntuhan candi, yang arca dan hiasan lain yang sangat indah. Ambang
menurut perkiraan sebagai tempat nggal para pintu dan jendela masing-masing diapit oleh
pendeta. Candi Sari yang sekarang, yang letaknya sepasang arca lelaki dan wanita dalam posisi
dak jauh dari Candi Kalasan, merupakan sebagian berdiri memegang teratai. Jumlah arca secara
saja dari kumpulan candi yang telah hilang. keseluruhan adalah 36 buah, terdiri dari 8 arca
Diperkirakan, dahulu terdapat pagar batu yang di dinding depan ( mur), 8 arca di dinding utara,
mengelilingi candi. Pintu masuk candi dijaga oleh 8 di dinding selatan, dan 12 di dinding barat
sepasang Arca Dwarapala yang memegang gada (belakang). Ukuran arca-arca itu sama dengan
dan ular, seper yang terdapat di depan Wihara ukuran tubuh manusia pada umumnya. Pada
Plaosan. Candi Sari berbentuk persegi panjang, bagian lain dinding dipenuhi dengan pahatan
dengan ukuran 17,30 x 10 m, walaupun konon berbagai bentuk, seper Kinara Kinari (manusia
denah dasar aslinya lebih panjang dan lebih lebar, burung), suluran, dan kumuda (daun dan bunga
karena kaki yang asli menjorok keluar sekitar yang menjulur keluar dari sebuah jambangan
1,60 m. Tinggi keseluruhan candi dari permukaan bulat). Di atas ambang jendela dan relung-relung
tanah sampai puncak stupa adalah 17 - 18 meter. dihiasi dengan Kalamakara tanpa rahang bawah
Gerbang candi, yang lebarnya kira-kira seper ga dalam bentuk yang sangat dekora f dan jauh dari
lebar dinding depan dan ngginya separuh dari kesan seram. Sebagaimana dengan yang terdapat
nggi dinding candi, sudah tak ada lagi. Yang pada dinding Candi Kalasan, dinding Candi Sari
tersisa hanya bekas tempat bertemunya dinding juga dilapisi oleh lapisan Vajralepa, yang berfungsi
pintu gerbang dengan dinding depan. memberikan warna cerah dan mengawetkan batu.
Menurut Kempers, Candi Sari ini aslinya Tangga naik ke permukaan kaki candi telah hancur.
memang merupakan bangunan ber ngkat dua Di sisi tangga terdapat sebuah umpak batu. Tidak
atau bahkan ga. Lantai atas dulunya digunakan jelas apakah umpak batu itu memang berada di
untuk menyimpan barang-barang untuk tempatnya semula, namun tampaknya bagian
kepen ngan keagamaan, sedangkan lantai bawah bawah umpak tadinya terbenam dalam tanah.
dipergunakan untuk kegiatan keagamaan, seper Pintu masuk berada di tengah sisi yang panjang di
belajar-mengajar, berdiskusi, dsb. Tembok candi ini sebelah Timur. Aslinya, ambang pintu di dinding
juga dilapisi dengan vajralepa (brajalepa), lapisan candi tersebut terletak dalam bilik penampil yang
pelindung yang juga didapa di dinding-dinding menjorok keluar. Saat ini bilik penampil tersebut
Candi Kalasan. Dari luar telah terlihat bahwa tubuh sudah dak bersisa, sehingga pintu masuk ke
candi terbagi menjadi dua ngkat, yaitu dengan ruang dalam candi dapat langsung terlihat. Hiasan
adanya dinding yang menonjol melintang seper di bingkai dan Kalamakara di atas ambang pintu
“sabuk” mengelilingi bagian tengah tubuh candi. sangat sederhana, karena hiasan yang indah
Pembagian tersebut diperjelas dengan adanya terletak di dinding luar bilik pintu.
ang- ang rata di sepanjang dinding ngkat Di dalam candi terdapat ga ruangan
bawah dan relung-relung ber ang di sepanjang berjajar yang masing-masing berukuran 3,48 m x
dinding ngkat atas. Relung-relung di sepanjang 5,80 m. Kamar tengah dan kedua kamar lainnya
dinding luar candi, baik di ngkat bawah maupun dihubungkan oleh pintu dan jendela. Bilik-bilik
atas, saat ini dalam keadaan kosong. Diperkirakan, ini aslinya dibangun sebagai bilik ber ngkat.
relung-relung tersebut tadinya dihiasi dengan Tinggi dindingnya dibagi dua dengan lantai kayu
arca-arca Buddha. yang disangga oleh empat belas balok kayu yang

21
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

melintang, sehingga dalam candi ini seluruhnya pengendapan di permukaan batuan oleh air yang
terdapat 6 ruangan. Dinding bagian dalam kamar diperkirakan bersumber dari atap baik melalui
polos tanpa hiasan. Pada dinding belakang masing- batu rapuh ataupun nat yang terbuka.
masing kamar terdapat semacam rak yang letaknya
agak nggi yang dahulu dipergunakan sebagai
tempat upacara agama dan menempatkan arca. Di
lantai bawah terdapat beberapa tatakan arca dan
relung bekas tempat meletakkan arca. Tak satupun
dari arca-arca tersebut yang masih tersisa saat
ini. Pada dinding kamar utara dan kamar selatan
terdapat relung untuk menempatkan penerangan.
Lantai dan bagian bangunan yang terbuat
dari kayu sekarang sudah dak ada, tetapi pada
dinding masih terlihat lubang-lubang bekas
tempat menancapkan balok penyangga. Di dinding Kondisi atap Candi Sari

bilik yang paling selatan didapa batu-batu yang


dipahat menyerong, yang berfungsi sebagai IV. Data Kerusakan dan Pelapukan Candi Sari
penyangga ujung tangga yang terbuat dari kayu. Pada kegiatan peneli an (studi konservasi)
Atap candi berbentuk persegi datar dengan atap candi sari yang lalu, diketahui kerusakan atap
hiasan 3 buah relung di masing-masing sisi. Bingkai Candi Sari disebabkan pada umumnya banyaknya
relung juga dihiasi dengan pahatan sulur-suluran nat batuan yang sudah pecah, rusak, dan beberapa
dan di atas ambang relung juga dihiasi dengan nat belum tertutup, sehingga air hujan diperkirakan
Kalamakara. Puncak candi berupa deretan stupa, dapat masuk dalam celah-celah batuan. Hal ini
yang terdiri atas sebuah stupa di se ap sudut dan diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya
sebuah di pertengahan sisi atap. rembesan air dalam bilik candi. Dengan berdasarkan
III. Kondisi Candi Sari Sekarang kondisi ini maka penanganan yang direncanakan
Kondisi atap Candi Sari memiliki atap yang adalah pembersihan, penutupan nat, pengolesan
datar dengan beberapa stupa, atap bagian tengah bahan penolak air, perbaikan saluran air dan
banyak terdapat cekungan yang menjadi tempat treatment.
tergenangnya air. Selain itu ada beberapa batu Dari hasil studi konservasi didapatkan data
rapuh yang memicu perembesan ke dalam bilik. seper tabel dibawah ini:
Kondisi natsaat ini banyak nat yang sudah pecah
dan beberapa nat belum ditutup. Nat adalah ruas
No Bagian Bangunan Penutupan Nat (m)
atau ruang atau spasi yang ada pada sela-sela batu
1 Atap tampak atas 101.47
candi.
2 Atap sisi mur 657.23
Kondisi atap memberikan pengaruh pada 3 Atap sisi barat 452.76
kondisi ke ga bilik dalam candi. Kerusakan dalam 4 Atap sisi selatan 440.22
bilik mengalami banyak pengelupasan, rembesan 5 Atap sisi utara 274.85
dan bahkan bocor/tetesan. Pada langit-langit bilik Total 1926.53
terlihat banyak penggaraman dan pertumbuhan
mikroorganisme. Penggaraman pada bilik ini
mengindikasikan adanya reaksi pelarutan dan

22
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Berdasarkan hasil studi konservasi pada atap pengadaan bahan-bahan kimia dan jumlah tenaga,
ini,maka nat yang harus ditutup sepanjang1926,53 menggunakan data hasil observasi keterawatan
m. Kondisi diatap Candi Sari terdapat banyak dan studi konservasi atap Candi Sari yang sudah
nat yang pecah dan juga beberapa nat belum dilaksanakan pada tahun lalu.
pernah ditutup serta terdapat beberapa cekungan Berikut ini adalah rincian pekerjaan yang
yang menyebabkan genangan air. Sehingga dilakukan saat kegiatan konservasi atap Candi

pengaplikasian bahan penolak air sangat pen ng Sari:


1. Tahap persiapan, melipu :
dilakukan mengingat adanya cekungan di beberapa
a. Persiapan administrasi dan pengadaan
k yang menyebabkan genangan yang akhirnya
peralatan dan bahan kimia yang akan
akan meresap ke dalam batuan. Bahan penolak air digunakan.
adalah bahan kimia yang digunakan atau dioleskan b. Memilih dan mempersiapkan tenaga
pada permukaan batuan, dengan maksud agar air yang akan bekerja di lapangan.
dak masuk dalam pori-pori batuan. c. Mempersiapkan lokasi/tempat
pelaksanaan kegiatan.
2. Tahap Pelaksanaan, melipu :
a. Pembuatan perancah pada sisi barat
Candi Sari dengan menggunakan bambu.
Perancah (scra folding) adalah alat bantu
untuk memanjat tubuh candi.

Kondisi nat pada stupa yang belum ditutup

Kondisi nat pada atap yang belum ditutup

V. Pelaksanaan Kegiatan Perbaikan Atap Candi Sari


Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan
konservasi yang melipu kegiatan pembersihan Para petugas mendirikan tangga saat membuat
mekanis atap dan penggan an nat atap serta perancah di tubuh Candi Sari sisi Barat

pengolesan bahan kedap air di permukaan


batu atap. Sebagai dasar perhitungan dalam

23
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

e. Pengolesan water repellent / bahan kedap


b. Menyiapkan bahan-bahan untuk pengisian air pada bagian atap.
nat atap.
c. Melakukan pembersihan mekanis atap.

Pembersihan batuan menggunakan angin


bertekanan, sebelum dioles bahan kedap air

Pembersian mekanis dengan mencabu rumput yang


ada di sela-sela batuan atap Candi Sari

d. Mengupas dan menutup kembali nat


batuan atap Candi Sari.

Pengolesan bahan kedap air pada atap

3. Tahap penyelesaian dan pelaporan,


melipu :
a. Melakukan pembongkaran perancah.
Nat-nat batuan yang telah selesai dikupas

Penutupan kembali nat-nat batuan


yang telah selesai dikupas

Pembongkaran perancah

24
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

b. Penataan lingkungan di sekitar Candi Sari. nggi kepada generasi sekarang dan generasi yang
c. Evaluasi dan pelaporan. akan datang. Karena belajar dari sejarah adalah
Kegiatan konservasi yang dilakukan ini belajar tentang kehidupan. Historia Magistra
melipu penanganan kerusakan atap dan sekaligus Vitae.
pembersihan berdasarkan pada data hasil studi
konservasi keterawatan dan kerusakan. Dalam
konservasi ini akan dilakukan tahapan–tahapan
penanganan kerusakan mulai dari pemasangan *) Penulis adalah Staf di Balai Pelestarian Cagar
perancah, pembersihan, pengupasan nat, Budaya DIY
penambalan kembali, dan pada akhirnya proses
finishing dengan pengolesan bahan penolak air.
Berdasarkan data hasil observasi
terdahulu maupun hasil studi konservasi yang
dilakukan terdahulu, maka telah dilakukan upaya
penanganan pencegahan kerusakan lebih lanjut
dalam rangka konservasi atap Candi Sari. Adapun
beberapa upaya itu adalah:

a. Melakukan pembersihan mekanis atapCandi


Sari seluas 489,34 m2.
b. Melakukan penutupan nat pada atap Candi
Sari dengan panjang1926,53 m.
c. Melakukan pengolesan bahan penolak air
pada atap seluas 489,34 m2.
d. Melakukan treatment seluas 489,34 m2.
e. Melakukan pembersihan lingkungan.

VI. Penutup
Demikian proses kegiatan pemeliharaan
atap Candi Sari yang mengalami kebocoran dan
sekaligus merawatnya secara ru n. Kegiatan ini
hanya sebagian dari upaya untuk melestarikan
cagar budaya warisan nenek moyang. Masih
banyak kegiatan lain dalam rangka pelestarian
warisan budaya nenek moyang, antara lain:
melindungi dari kerusakan dan vandalisme,
memelihara kebersihan dan keterawatannya,
dan memanfaatkannya sebagai sumber ilmu
pengetahuan, sumber sejarah, serta buk kearifan
lokal nenek moyang dulu. Semoga dengan merawat
dan melestarikannya, bisa memberikan warisan
nilai-nilai yang luhur, dan cita rasa budaya yang

25
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Dalem Pujokusuman Yogyakarta


Oleh:
Sri Muryan ni R., Ni Luh Nyoman R., dan Himawan Prasetyo*

I. Pengantar II. Latar Belakang Sejarah


Kraton Yogyakarta terletak di pusat kota Perkembangan kota di Jawa, khususnya
dikelilingi oleh bangunan benteng dan wilayah Yogyakarta, selalu menempatkan kraton sebagai
perkampungan yang ada di dalamnya, dikenal in kota yang dilengkapi dengan beberapa elemen
sebagai daerah nJeron Benteng. Daerah tersebut baku seper Pasar Gede, Masjid Agung dan Alun-
melingkupi dari Alun-alun Utara, Kraton sampai alun. Keempat elemen tersebut sering dianggap
Alun-alun Kidul. Dalam kawasan nJeron Benteng sebagai pola kota Jawa yang menempatkan kraton
tersebut nggal Sultan, sebagian bangsawan dan sebagai pusat sekaligus embrio pengembangan
bersama mereka nggal pula abdi dalem yang kota. Dalam perbincangan pola kota Jawa,
menumpang atau magersari. Kampung-kampung dak banyak pembahasan atau kajian yang
tempat nggal bangsawan dan abdi dalemnya mengemukakan dalem-dalem pangeran sebagai
diberi nama sesuai dengan nama bangsawan yang elemen pen ng pembentuk kota. Padahal buk
mendiami, seper Dalem Pakuningratan, Dalem fisik penyebaran dalem-dalem pangeran pada
Mangkubumen, Dalem Probeyo, Dalem Kaneman. kawasan kota lama Yogyakarta menunjukkan
Sebagian rumah Pangeran dan bangsawan juga posisi-posisi strategis elemen-elemen tersebut
ada yang nggal di luar nJeron benteng, seper sebagai pembentuk struktur kota lama. Secara
Dalem Mangkudiningrat, Dalem Suryobrantan, historis, peran dalem-dalem pangeran bisa
Dalem Brontokusuman (Dalem Pugeran), dan dimenger sebagai tempat nggal para priyayi
Dalem Pujokusuman. Kebanyakan bangunan para atau kerabat Sultan yang senan asa berkembang
bangsawan maupun abdi dalem berbentuk rumah dan menjaga kuasa raja sekaligus melestarikan
tradisional Jawa, salah satunya adalah Dalem budaya Jawa. Oleh karenanya pada masa lalu,
Pujokusuman. terbangunnya dalem-dalem pangeran dak pernah
lepas dari wujud pengayoman raja (perlindungan
sekaligus penghargaan) kepada para pangeran
yang se a melalui hak dan kewenangan mereka
untuk “mengelola” tanah Sultan yang rela f cukup
besar.
Dalem Pujokusuman ini dibangun pada
masa Hamengku Buwono II. Pada awalnya
dalem ini ditempa oleh KRT Danudiningrat yang
merupakan menantu Sultan Hamengku Buwana
VII. Pada tahun 1939, Dalem ini diberikan kepada
Dalem Pujokusuman
GBPH Pujokusumo yang merupakan putra Sultan
Hamengku Buwana VIII. GBPH Pujokusumo di
Dalem Pujokusuman terletak di MG I/335, kalangan Kraton dikenal sebagai penari, khususnya
Pujokusuman, Kelurahan Keparakan, Kecamatan penari alusan seper Ongkowijoyo (Abimanyu)
Mergangsan, Kota Yogyakarta. Secara astronomis dan Raden Harjuna (Janaka). Didukung pendidikan
(UTM) terletak di koordinat 49 M, X :0430499 dan dari MULO dan kepandaiannya menari, maka
Y : 0913607. GBPH Pujokusumo diangkat sebagai Pengageng

26
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Kawedanan Ageng Punokawan Kirdamardawa, Pada tanggal 29 Juni 1949, Pasukan Hantu
yaitu memimpin di bidang kesenian termasuk Maut mendapat tugas untuk menjaga keamanan
seni tari di Kraton Yogyakarta. dan keter ban di sebelah utara rel kereta api
Pada masa perang kemerdekaan bangunan ini (Stasiun Tugu) sampai batas kota sebelah utara.
digunakan sebagai markas Pasukan Hantu Maut. Setelah dak digunakan markas pasukan Hantu
Pasukan Hantu Maut ini dibentuk setelah Tentara Maut, Dalem Pujokusuman ini digunakan untuk
Nasional Indonesia (TNI) mengadakan serangan
la han menari. KRT Sasminta Dipura adalah sosok
ke kota Yogyakarta yang kedua pada tanggal 9
pen ng di balik berdirinya YPBSM. Beliau adalah
Januari 1949. Hantu Maut sendiri berar pasukan
seorang ahli dalam bidang seni tari klasik gaya
perlawanan sebagai hantu yang akan memberi
Yogyakarta. Di mana pada mulanya sebagai cikal
dan menyebarkan maut bagi tentara pendudukan
bakal berdirinya YPBSM adalah Mardawa Budaya
Belanda. Pasukan Hantu Maut ini awalnya bernama
pasukan gerilya Samber Gelap dengan modal tujuh yang didirikan pada 14 Juli 1952. Dikarenakan
pucuk senjata yang merupakan hasil rampasan animo masyarakat lebih besar, pada tahun 1976
ke ka rakyat Yogyakarta melucu senjata pasukan ditambah sebuah wadah lagi yang bergerak dalam
Jepang pada tanggal 7 Oktober 1948 di Kotabaru. bidang yang sama dengan diberi nama Pamulang
Sebagian pemuda dari kampung Keparakan Lor Beksa Ngayogyakarta. Tahun 1992, kedua
dan Keparakan Kidul turut bergabung ke dalam digabungkan menjadi satu dengan nama Yayasan
pasukan Samber Gelap. Anggota pasukan Samber Pamulang Beksa Mardawa Budaya. Setelah
Gelap kemudian disebar masuk ke kota untuk dalam perjalanan panjangnya, pada tahun 1998
mengambil dan mencari senjata-senjata yang mengkristal menjadi Yayasan Pamulang Beksa
masih ter nggal di kota dan berhasil mendapatkan Sasminta Mardawa (YPBSM). Sampai sekarang
11 pucuk senjata. bangunan ini digunakan untuk kegiatan la han
Akhirnya pemuda-pemuda dari kampung
tari oleh beberapa sanggar tari di Kota Yogyakarta.
Brontokusuman, Prawirotaman, dan Karang Kajen
Selain sebagai tempat la han dan sekolah tari jawa
mulai menggabungkan diri pada pasukan Samber
klasik Langen Beksa Sasmita Mardawa dan sejak
Gelap. Dengan bergabungnya pemuda-pemuda
26 November 2010 sebagai tempat sekretariat
tersebut, maka dibuatlah kesepakatan untuk
Garda Song Song Boewono, yaitu perkumpulan
menggan nama pasukan yang berseragam kaos
oblong hijau dan celana pu h itu menjadi Pasukan musik keroncong. GBPH Pujokusumo mempunyai
Hantu Maut. dua putra, yaitu KRT Pujodiningrat dan KRT
Ja diningrat, yang menempa Dalem sampai saat
ini. Kedua putra beliau tersebut di atas, mewarisi
dan nggal di Dalem Pujokusuman.
III. Tinjauan Arkeologis

Bangunan Dalem Pujokusuman berorientasi


ke arah selatan, berdiri di atas lahan 11.475 m².
Dalem Pujokusuman saat ini dikelilingi oleh benteng
dengan nggi 2,5 meter dan di dalamnya terdapat
48 KK dengan status ngindung (Magersari).
Beberapa jenis tanaman yang ditanam di halaman
Tetenger yang terdapat di gapura paduraksa depan antara lain mangga, klengkeng, sawo
kecik, dan bambu. Sedangkan halaman belakang

27
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

terdapat tanaman beringin, mangga, pepaya, dan 2. Regol


tanaman hias. Kondisi benteng sisi barat sebagian Bangunan Dalem Pujokusuman
ada di tengah pemukiman. dikelilingi benteng dari pasangan bata
berplester se nggi 2,5 m dengan tebal
A. Arsitektur Dalem Pujokusuman
50 cm yang dilengkapi gerbang atau
Bangunan berdiri di atas lahan 11.475
regol sebagai akses masuk-keluar. Regol
m² dengan struktur tata ruang, yaitu terdiri tersebut menghubungkan antara gladag
dari gledegan, regol, pendhopo, balai rata, (pasar Pujokusuman) dengan halaman
pringgitan, Dalem Ageng Emper, Gadri. kedua (areal pendhapa). Regol ini terbuat
Bangunan tersebut dikelilingi benteng dari dari pasangan bata berplester berbentuk
pasangan bata berplester se nggi 2,5 m paduraksa. Bangunan Cagar Budaya yang
dengan tebal 50 cm. Kondisi pembagian ruang terdapat pada halaman kedua adalah
secara detail sebagai berikut: pendhapa, balai rata, dan pringgitan.
1. Gledegan
Gledegan merupakan halaman
pertama atau terluar dari Dalem
Pujokusuman. Berdasarkan informasi KRT
Pujokusuma, dikatakan Pasar Pujokusuman
awalnya merupakan bagian dari tata ruang
gledegan Dalem Pujokusuman. Hal tersebut
dibuk kan dengan sisa gapura bentar yang
ada di sebelah barat bak penampungan
sampah pasar.
Bentuk regol yang menghubungkan gladag
dengan halaman kedua ( tampak utara)

Pasar Pujokusuman

Bentuk regol yang menghubungkan gladag


dengan halaman kedua ( tampak selatan )

Sedangkan antar halaman kedua


dengan ke ga dibatasi benteng dengan
pintu penghubung berupa pintu butulan/
seketheng. Pada halaman ini terdapat
Dalem Ageng (sentong kiwo, sentong
tengah, dan sentong tengen) dan gadri.
Sisa gapura bentar sisi utara

28
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

3. Pendhapa dari kayu ja yang berdiri di atas umpak


Pendhapa adalah bangunan terbuka, bercat warna hitam. Saka emper dari kayu
yang berfungsi sebagai tempat ruang tamu ja di cat warna kuning kepu han dengan
atau tempat penyelenggaraan upacara perkuatan konsol dari besi tempa dengan
adat, sehingga merupakan ruang publik ornament sulur daun.
yang bersifat profan. Pendhapa berasal dari
kata dasar pa-andhap-an. Andhap berar
rendah dari lantai Dalem Ageng. Bentuk
dan arsitektur mencerminkan status sosial
pemilik rumah. Pendhapa berbentuk joglo
dengan tumpang sari dan disertai ragam
hiasan, maka pemilik rumah merupakan
orang dengan status sosial yang nggi.
Sedangkan, bagi orang kebanyakan bentuk
Bentuk pendhopo (tampak barat daya)
pendhapa biasanya limasan.
Bangunan pendhapa menggunakan
bangunan pe joglo yang dilengkapi
dengan pagar dari besi pada sisi barat dan
sisi mur, sedangkan sisi selatan ditutup
dinding dari papan kayu dengan pintu
berada di dinding sisi selatan, mur dan
barat. Denah bangunan berbentuk persegi,
berukuran 16,46 x 16,46 m. Jerambah,
Perbedaan ke nggian antara lantai
yaitu lantai pandhapa yang paling atas, jerambah dengan lantai emper
lebih nggi 48 cm dari permukaan lantai
Atap pendhapa berbentuk joglo
di bawahnya (lantai emper). Peninggian
dengan konstruksi kayu dengan nama
lantai pada bagian undakan ini juga untuk
tumpangsari yang terdapat di atas
membedakan antara undakan pandhapa
saka guru. Tumpangsari terdiri dari
dengan lantai emper dan lantai balai rata
dua batang kili dan dua batang sunduk,
yang ada di sebelah utara pandhapa.
yang menghubungkan dua saka guru
Lantai pandhapa teratas berupa tegel
menggunakan teknik sambungan purus.
kunci warna abu-abu dengan lis tegel kunci
Kili atau sunduk panyelak adalah balandar
polos warna kuning dan tegel mo f belah
yang ukurannya pendek, berfungsi sebagai
ketupat yang di tengahnya terdapat hiasan
stabilisator konstruksi ruang. Sunduk atau
bunga. Sedangkan lantai emper dengan
sunduk pamanjang adalah balandar yang
balai rata dak ada perbedaan ke nggian
ukurannya panjang, berfungsi sebagai
dan lantainya sama menggunakan tegel
pengaku saka guru agar dapat berdiri tegak.
kunci warna kuning dengan kombinasi tegel
Kili dan sunduk merupakan balandar yang
sama dengan lantai tegel atas pandhapa.
selalu dipasang miring, ar nya lebar kayu
Pada lantai atas terdapat 4 ang saka
pada sisi bawah, untuk memaksimalkan
guru dan 12 saka penanggap dari kayu ja .
kekuatan kayu.
Sedangkan Saka emper berjumlah 20 buah

29
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Di atas kili dan sunduk adalah


balandar pamidhangan terdiri dari dua
batang balandar pamidhangan panyelak
atau balandar pamidhangan yang
ukurannya pendek, dan dua batang balandar
pamidhangan pamanjang atau balandar
pamidhangan yang ukurannya panjang.
Di atas balandar pamidhangan, terdapat
balandar lar-laran di bagian pamanjang Nanasan berada di sudut balandar lar-laran
dan panyelak masing-masing terdiri dari
empat batang bersusun tumpangsari Pengunci nanasan berada di keempat
membentuk piramida terbalik. Balandar sudut balandar lar-laran, digunakan untuk
lar-laran dikunci menggunakan sindik mengunci dua balandar lar-laran paling
atau pengunci gandamaru, yaitu sindik atas dengan dudur brunjung. Nanasan
berbentuk ekor burung yang dipasang sekaligus berfungsi sebagai ornamen pada
bagian tumpangsari.
di atas balandar lar-laran. Pengunci
Di bagian tengah pamidhangan
gandamaru berada di bagian atas balandar
terdapat dhadha peksi yaitu pangeret
lar-laran. Pada balandar lar-laran paling
atau balok melintang pada bagian
atas, sisi luarnya terdapat lubang-lubang
panyelak pamidhangan yang berupa
tempat masuknya ujung usuk pananggap.
kayu berornamen ukiran yang ditengah-
Sambungan antar balandar menggunakan tengahnya terdapat lampu gantung.
teknik cathokan. Pertemuan balandar Dhadha paesi berfungsi teknis memperkuat
antara bagian pamanjang dan panyelak sambungan balandar pamidhangan
di bagian sudut menyisakan bagian di bagian tengah dan sebagai elemen
gimbal. Gimbal ini dak dibuat pada penghias bagian tengah uleng, yaitu rongga
balandar lar-laran paling atas karena yang terbentuk oleh pamidhangan.
bagian sudut pertemuan antara balandar Di tengah uleng terdapat balok
lar-laran panyelak dan balandar lar-laran bersusun piramida yang disebut balandar
pamanjang bersambungan dengan dudur singup. Balandar singup terdiri dari ga
pananggap di keempat sudut. batang kayu balok. Di bagian atas ditutup
dengan plafond pamidhangan dari bahan
papan kayu yang terdapat gambar mahkota
dengan angka tahun 1900.

Ragam hias yang terdapat pada tumpangsari

Detail dhadha peksi, balandar singup,


dan plafond pamidhangan

30
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

juga disebut longkangan, namun dak


berfungsi sebagai tempat pemberhen an
kendaraan.
Balai Rata di Dalem Pujokusuman ini
mempunyai ke nggian lantai yang sama
dan menyambung dengan lantai emper
pendhapa. Penutup atap balai rata berupa
asbes gelombang dengan konstruksi
penahan asbes berupa 6 pasang besi yang
Detail gambar gambar mahkota dengan angka berdiri di atas umpak persegi dengan
tahun 1900 pada plafond pamidhangan
menggunakan perkuatan plat dan baut.
Cukit tri s berukuran lebar 50 cm.
5. Pringgitan
Usuk pada bagian cukit tri s pada bagian
Dalem ageng memiliki teras di bagian
atas masuk ke pada takikan-takikan yang depan, yang biasa disebut Pringgitan.
dibuat pada balandar pani h terluar. Pringgitan ini terdapat di antara Balai
Sehingga perkuatan usuk menempel Rata dan Dalem ageng yang berfungsi
pada balandar terletak pada sistem jepit sebagai tempat pementasan wayang kulit.
di takikan balandar pani h. Pringgitan berasal dari kata ringgit yang
Atap pandhapa ditutup berar wayang. Karena letak pringgitan
menggunakan genteng vlaam. Genteng berada di antara pendhapa yang bersifat
menumpu pada reng di atas usuk. profan dan Dalem ageng yang bersifat
Wuwungan di atas jurai ditutup dengan sakral/privat, maka pringgitan bersifat
wuwung seng dilengkapi dengan hiasan semi publik atau semi privat. Bangunan
atap bentuk badongan serta ilat-ilatan. Pringgitan menggunakan bangunan
Badongan atau badong janaka adalah pe kampung. Lantai berupa tegel kunci
hiasan atap yang berbentuk seper warna kuning polos, serupa dengan tegel
tanduk. Ilat-ilatan adalah lembaran seng pada bagian pandhapa. Lantai Dalem
berbentuk seper lidah yang berada di ageng lebih nggi 50 cm daripada lantai
bawah badong, berfungsi untuk menutup pringgitan.
sambungan antara wuwung dan badong
agar dak bocor jika terjadi hujan. Hiasan
badongan ada di bagian ujung atas molo,
sudut pertemuan antara pangkal dudur
brunjung dan ujung dudur pananggap,
dan pangkal dudur cukit tri s.
4. Balai Rata
Balai Rata atau longkangan adalah
sebuah jalan yang memisahkan antara
pendhapa dan pringgitan. Longkangan
berfungsi sebagai tempat pemberhen an Situasi pringgitan (tampak selatan)

kendaraan bagi pemilik rumah atau


keluarga, yang disebut juga dengan Di sisi barat dan mur emper
paretan (tempat pemberhen an kereta). pringgitan terdapat dua ruangan, yaitu
Dalam perkembangannya halaman terbuka ruangan sisi mur digunakan sebagai ruang
antara gandhok dengan Dalem ageng atau kamar dur, sedangkan ruangan sisi

31
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

barat digunakan ruang dosen sekolah kayu tegak) dengan dudukan gaganja dan
tari Jawa Klasik Langan Beksa Sasmita pengeret melintang untuk menopang molo
Mardawa. Kedua ruangan tersebut pada atap. Plafon atap berupa kayu ekspos. Tutup
prinsipnya mempunyai ukuran dan bentuk keong dari pasangan papan kayu. Pada molo
yang sama, yaitu ruangan dengan satu dipasangi ga buah lampu gantung. Blandar
buah jendela menghadap keluar. Ruangan sisi selatan ditopang oleh saka emper.
pringgitan ini terdapat dua buah pintu Dengan diberi kaca patri sepanjang emper
yang menghubungkan dengan emper pringgitan. Kaca patri berwarna hijau dan
pringgitan dan emper Dalem Ageng. Daun kuning. Sedangkan pada sisi utara ditopang
pintu model kupu tarung dengan bukaan oleh dinding pada bagian pananggap Dalem
ke arah dalam. Daun pintu terbuat dari ageng.
profil kayu ja berwarna kuning dengan Kerangka penyusun atap terbuat
hiasan lis profil berwarna hijau dengan dari kayu ja polos. Molo pada bagian atap
papan kayu. ditopang oleh ander. Ander menumpu
pada balandar pangeret. Tutup keong pada
sisi Barat dan Timur ditutup dengan papan
kayu Usuk penyusun atap kampung dan
usuk tri s dipasang model ri gereh. Ujung
usuk menumpu pada molo, bagian pangkal
usuk menumpu pada balandar. Usuk tri s
berukuran lebar 50 cm.

Ruangan pringgitan sisi barat

Situasi peringgitan dan talang

\
Pintu menuju Dalem ageng

Bangunan ini beratap kampung


dengan genteng vlaam. Atap kampung
ditopang dengan dua buah kuda-kuda
yang terdiri dari struktur ander (balok Kaca patri yang dipasang sepanjang
emper peringgitan

32
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

6. Dalem Ageng ( Sentong Tengen, Sentong


Tengah, Sentong Kiwo )
Dalem ageng merupakan bangunan
pe joglo yang berada di sebelah utara
pringgitan. Denah bangunan berbentuk
persegi panjang. Kondisi saat ini dalam
keadaan rusak, sehingga dak dapat
ditempa dan digunakan sebagai tempat
penyimpanan meja, lemari, mesin jahit, Kondisi Dalem ageng (tampak mur)
dan gamelan. Bagian dalam Dalem
Antara Dalem Ageng dan Pringgitan
Ageng terbagi menjadi ruang tengah,
ini mempunyai ga buah pintu, pintu
senthong, kamar dur. Lantai berupa
utama berada pada bagian tengah. Pintu
tegel semen press kepala basah warna
ini menggunakan pengait klem, daun
abu-abu polos dan kondisinya sudah
pintu model bisa ditarik ke atas dengan
rusak. Seluruh ruangan di Dalem ageng
hiasan profil warna cat hijau, tebeng kayu
memiliki ke nggian lantai yang dak
serta la u kayu di atas tebeng.
sama, ruangan yang dianggap paling
sakral adalah Senthong Tengah seper
umumnya rumah tradisional Jawa. Pada
bagian pananggap dak terdapat ang,
tetapi berupa dinding dari pasangan
bata berplester yang dicat warna pu h,
ornamen profil ada di bagian atas.
Balandar pananggap dipasang di atas
dinding.
Huruf Jawa yang terdapat di atas tebeng sisi
barat dengan bacaan: Tanggal kaping: 21 Mei:
sinengkalan “wiwaha luhur margeng nabi”

Huruf Jawa yang terdapat di atas tebeng sisi


mur dengan bacaan Kaping : 1 : jumadilawal
sinengkalan “trus guna mangesthi harja”

Selain itu di dalam Dalem ageng


Senthong tengah tampak selatan
terdapat kamar/ senthong yang berada
di bawah atap pananggap. Senthong
pada rumah tradisional Jawa biasanya

33
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

terdiri ga kamar, sedangkan Dalem tanpa penutup bagian atasnya. Bagian


Pujokusuman berjumlah dua kamar/ atas atau atap bagian Dalem ageng
senthong tersebut, yaitu senthong kiwa dak berplafon kayu. Bagian atas Dalem
( mur) dan senthong tengen (barat). ageng kemungkinan dahulunya berplafon
a) Senthong Timur kayu, karena emper sebagai bagian dari
Senthong Timur berada satu Dalem ageng memakai plafon kayu.
saka guru sisi belakang Dalem Hal ini juga diperkuat dengan informasi
ageng dan di sebelah kiri senthong pemilik rumah, bahwa dahulunya bagian
barat. Dahulu senthong kiwa ( mur) Dalem ageng berplafon kayu dan karena
digunakan sebagai penyimpanan alat- kondisinya sudah rusak parah, maka
alat pertanian atau juga digunakan plafon dak dipasang lagi.
sebagai tempat menyimpan bahan- Saka guru Dalem ageng terdiri dari
bahan kebutuhan pokok keluarga, empat batang berukuran 19 cm X 19 cm
seper padi, palawija dan sebagainya. x nggi 440 cm. Saka guru menggunakan
Kondisi senthong rusak berat dan kayu ja polos. Saka guru berdiri di atas
kurang terawat. umpak batu andesit berwarna hitam,
b) Senthong Barat ragam hias berupa padma dis lir mo f
Senthong barat berada satu saka ceplok bunga.
guru sisi belakang Dalem ageng dan Dua batang kili dan dua batang
di sebelah kiri senthong barat yang sunduk menghubungkan saka guru
merupakan senthong (kamar) yang menggunakan teknik sambung purus.
berada di sebelah kanan senthong Balandar pamidhangan terdiri atas dua
mur. Senthong barat ini berfungsi batang balandar pamidhangan panyelak
sebagai tempat dur bagi bapak/ ibu dan dua batang balandar pamidhangan
kepala rumah tangga atau pemilik pamanjang. Saka santen berornamen
rumah. profil berada di antara sunduk dan
Antara kedua senthong dibatasi balandar pamidhangan pamanjang,
dengan dinding tembok batu bata serta kili dan balandar pamidhangan
berplester dicat warna pu h. Senthong panyelak, yang berfungsi sebagai penguat
mur dan senthong barat masing-masing sambungan kedua balandar tersebut di
memiliki sebuah pintu di sisi Selatan dan bagian tengah, pengaku pamidhangan,
sebuah jendela di sisi luar. Kedua jendela dan sebagai ornamen.
tersebut menggunakan jendela model Balandar lar-laran di bagian
kupu tarung, berteralis kayu, dan la u di pamanjang dan panyelak masing-
bagian atas. Pintu di sisi selatan masing- masing terdiri dari ga batang bersusun
masing menggunakan model pintu inep tumpangsari membentuk piramida
siji dengan tebeng berornamen. terbalik. Balandar lar-laran dikunci
Dalem Ageng beratap joglo yang menggunakan sindik atau pengunci
ditopang struktur kayu tumpang sari gandamaru di bagian atas balandar.
dan empat saka guru ( ang) dengan Sambungan antar balandar menggunakan
alas berupa umpak batu. Pada struktur teknik cathokan. Pertemuan balandar
tumpang sari dilengkapi dengan brunjung antara bagian pamanjang dan panyelak

34
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

di bagian sudut menyisakan bagian membuka ke sisi dalam. Sebagai akses


gimbal. Gimbal ini dak dibuat pada penghubung antara bagian Dalem ageng
balandar lar-laran paling atas karena dengan gandhok kiwa di terdapat satu
bagian sudut pertemuan antara balandar pintu berukuran 1,32 m x 1,90 m.
lar-laran panyelak dan balandar lar-laran
pamanjang bersambungan dengan dudur
pananggap di keempat sudut. Pengunci
emprit gan l berada di sudut balandar
lar-laran, digunakan untuk mengunci dua
balandar lar-laran paling atas dengan
dudur brunjung sekaligus sebagai ornamen
pada bagian tumpangsari. Emprit gan l
sudut barat daya telang hilang sehingga
terlihat berlubang. Susunan blandar tumpangsari
Kayu penyusun pamidhangan
sebagian besar mengalami kerapuhan.
Hal ini diakibatkan karena secara
umum Dalem ageng mengalami
kerusakan cukup parah akibat gempa
bumi. Perbaikan maupun perawatan
secara menyeluruh belum dilakukan,
yang dikerjakan hanya usaha untuk
memperkuat struktur bangunan secara
darurat agar kerusakan yang lebih parah
Detail pamidhangan,kayu dhadha peksi dengan
dak berlanjut. Namun, karena perbaikan gambar mahkota dan angka tahun 1909
tersebut belum sempurna terutama pada
bagian atap masih mengalami kebocoran 7. Gandhok/Emper
di banyak tempat. Ke ka terjadi hujan, Gandhok/Emper ini berdenah persegi
air hujan dengan leluasa masuk ke dalam panjang terletak di sebelah kanan
komponen-komponen rumah yang secara dan kiri serta belakang Dalem ageng.
perlahan-lahan menyebabkan kerapuhan Bagian depan emper merupakan fasad
atau pengeroposan pada komponen yang bangunan, sedangkan kanan-kiri emper
berbahan kayu. dibatasi oleh tembok bagian dari struktur
Di bagian tengah pamidhangan, tembok Dalem (bangunan utama). Untuk
kayu dhadha peksi keropos dan telah memisahkan dengan bangunan Dalem,
dihuni rayap bagian tengah pamidhangan bagian lantai emper dibuat lebih rendah
ditutup dengan papan kayu dengan tulisan ± 10 cm dari lantai Dalem. Bagian atap
angka tahun 1909 dan gambar mahkota. emper ditutup dengan plafon kayu ja
Dalem ageng dilengkapi dengan yang kondisinya masih bagus (terawat)
satu jendela berteralis kayu di masing- dan asli. Emper ini difungsikan sebagai
masing tembok sisi barat dan mur. ruang keluarga dan ruang tamu.
Jendela tersebut model kupu tarung

35
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Bentuk atap gandhok pada umumnya 9. Pawon


limasan dengan variannya. Fungsi Pawon atau dapur letaknya ada
gandhok kanan sebagai ruang nggal di belakang Dalem ageng berhadapan
keluarga/ kerabat, serta ruang tamu dari dengan gadri yang dipisahkan dengan
keluarga KRT Pujokusuma. Gandhok kiwo halaman terbuka. Pawon berasal dari
berfungsi sebagai tempat nggal adik KRT kata dasar awu (abu), karena zaman
Pujokusuman. dulu memasak menggunakan bahan
bakar kayu. Apabila kayu habis terbakar
menyisakan awu. Kondisi pasca
gempa pawon mengalami kerusakan
berat, sehingga secara struktur sangat
membahayakan dan oleh pemilik pawon
dak digunakan lagi.

IV. Nilai PenƟng


Atap ditutup plafon kayu emper sisi barat Salah satu unsur peninggalan budaya
tangible pada masa Mataram Islam di Kraton
Ngayogyakarto adalah rumah tradisional Dalem
Pujokusuman. Dalem Pujokusuman mempunyai
potensi yang nggi dari beberapa periode atau
masa, khususnya mempunyai potensi nggi
sebagai bangunan bersejarah yang berkaitan
dengan perjuangan bangsa, yaitu bekas markas
pejuang, rute gerilya. Dalem Pujokusuman ini
merupakan rumah tradisional bergaya arsitektur
joglo dengan struktur utama bangunan kayu dan
Situasi dan kondisi ruang emper sisi barat dinding dari pasangan bata berplester bligon.
Berdasarkan tata ruangnya, Dalem Pujokusuman
8. Gadri
merupakan bangunan dengan tata rumah yang
Gadri merupakan ruangan di
mengacu pada bangunan rumah tradisional Jawa.
belakang Dalem ageng menghadap ke
Rumah tradisional tersebut terdiri dari pendhapa;
belakang atau ke arah pawon. Karena atap
Dalem yang terdiri dari emper depan dan Dalem
gadri ini menyatu dengan atap Dalem
ageng, sethong wetan dan sethong kulon, gadri,
ageng dan merupakan susunan atap
pawon (dapur), dan pekiwan (kamar mandi).
ke ga setelah brunjung, dan penanggap
Salah satu tahap yang paling pen ng dalam
yang disebut emper, maka gadri ini juga
kegiatan pelestarian adalah proses penentuan
disebut emper mburi (emper belakang).
atau penetapan suatu benda, bangunan, atau
Sisi depan gadri dak berdinding dan
struktur untuk dapat dimasukan ke dalam kriteria
dak berpintu. Fungsi gadri untuk tempat
cagar budaya, yaitu dengan mengkaji nilai pen ng
bersantai bagi keluarga sekaligus sebagai
(significance). Nilai pen ng yang ada pada suatu
ruang makan letaknya dekat dengan
tempat atau bangunan dapat membantu dalam
pawon (dapur).
pemahaman tentang masa lalu yang nan nya

36
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

juga diharapkan dapat berguna bagi masa depan Nilai pen ng yang terkandung pada Dalem
(learning the past to improve the future). Seper Pujokusuman antara lain:
pendapat McGimsey dan Davis (1977). A. Nilai PenƟng Sejarah
Apabila merujuk pada Undang-Undang (UU) Dalem Pujokusuman merupakan salah
RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, satu dari bangunan bersejarah yang ada
terutama pada Bab III tentang Kriteria Cagar di kota Yogyakarta dan dapat memberikan
Budaya, Bagian Kesatu (Benda, Bangunan, dan informasi mengenai sejarah revolusi fisik
Struktur) pasal 5 menyebutkan bahwa “Benda, kepada generasi sekarang dan yang akan
bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai datang. Pada tanggal 19 Desember 1948
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, angkatan perang Belanda melancarkan
atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi agresi militer ke-2 dan menyerang kota
kriteria : Yogyakarta, atas prakarsa Basuki Widodo
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; dan GBPH Pujokusumo bersama pemuda
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 Pujokusuman membentuk laskar rakyat
(lima puluh) tahun; yang bernama Corp Pelajar ”Samber Gelap”
c. memiliki ar khusus bagi sejarah, ilmu yang bertempat di Dalem Pujokusuman. Dan
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau dengan bergabungnya pemuda-pemuda dari
kebudayaan; dan kampung Gondomanan, Brontokusuman,
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan Kaparakan, Pawirotaman, maka Corp Pelajar
kepribadian bangsa. ”Samber Gelap” dilebur menjadi satu dan
Kriteria-kriteria dari poin a sampai poin d berubah nama Pasukan Hantu Maut.
tersebut bersifat kumula f, sehingga suatu benda, Selain melestarikan bangunan cagar
bangunan, atau struktur dapat dimasukan sebagai budaya Dalem Pujokusuman, sejak tanggal
cagar budaya apabila keempat poin tersebut 14 Juli 1952 turut melestarikan kesenian tari
terpenuhi. Kecuali unsur dalam poin c (ar khusus Jawa yang awalnya didirikan perkumpulan tari
bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, klasik gaya Yogyakarta dengan nama Mardawa
agama, dan/atau kebudayaan) bersifat alterna f, Budoyo oleh Raden Bekel Sasmita Mardawa.
ar nya minimal satu atau dua unsur saja sudah Selanjutnya mendirikan Sekolah Tari Jawa
terpenuhi. Adapun penentuan nilai pen ng dan Klasik Langen Beksa Sasmita Mardawa
usulan penetapan diuraikan sebagai berikut : B. Nilai PenƟng Pendidikan
˗ Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih. Secara umum bangunan rumah tradisional
Berdasarkan informasi dari pemiliknya dan Jawa ini dapat memberikan informasi atau
angka tahun yang ada pada pamidhangan , pengetahuan dan pemahaman tentang
Dalem Pujokusuman dibangun pada tahun aspek-aspek kehidupan masa lalu; memiliki
1909, sehingga bangunan rumah tradisional daya tarik sebagai sumber pembelajaran baik
ini berumur sekitar 2 abad. dalam bidang ilmu arsitektur, sejarah, dan
- Mewakili masa gaya yang khas paling singkat arkeologi. Selain itu, berpotensi sebagai salah
berusia 50 (lima puluh) tahun. satu obyek pariwisata budaya baik bagi rumah
Bangunan Dalem Pujokusuman merupakan tradisional khususnya dan Kawasan Cagar
salah satu bangunan rumah tradisional Jawa yang Budaya Kebudayaan Kraton Yogyakarta.
tumbuh dan berkembang sejak berdirinya kraton Bentuk bangunan Dalem Pujokusuman
Ngayogyakarta, yaitu tahun 1755 M. adalah rumah tradisional Jawa bergaya

37
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

arsitektur joglo dengan struktur utama mengelupas dan mulai memudar.


bangunan kayu dan tembok bata berplester B. Rekomendasi
bligon (campuran semen merah/bata tumbuk, Berdasarkan permasalahan tersebut maka
kapur, pasir, dan air). perlu beberapa rekomendasi, yaitu:
C. Nilai PenƟng Budaya Bagi Penguatan 1. Fasad bangunan lama dan arsitektur
Kepribadian Bangsa bangunan kaitannya dengan komponen-
Dalem Pujokusuman berpotensi sebagai komponen bangunan yang masih asli perlu
sumber penanaman nilai-nilai kebangsaan dipertahankan.
(meningkatkan kesadaran sejarah), sehingga 2. Pemeliharaan bangunan lama harus
menimbulkan pemahaman tentang ja diri dilakukan untuk menghambat proses
suatu daerah dan bangsa Indonesia pada kerusakan.
umumnya, sebagai bentuk bagian dari puncak 3. Mengingat nilai pen ng sejarah dan kondisi
kebudayaan nasional. kerusakan bangunan Dalem Pujokusuman,
maka perlu dilakukan upaya pelestariannya
V. PENUTUP dengan melakukan pemugaran, terutama
A. Kesimpulan pada Dalem ageng yang akibat gempa,
Berdasarkan pendataan dan kajian pemilik dak ada biaya untuk melakukan
terhadap rumah tradisional Jawa Dalem perbaikan/ pemugaran.
Pujokusuman, maka dapat disimpulkan hal- 4. Pemugaran ini dimungkinkan dengan
hal sebagai berikut: tetap mengacu pada prinsip-prinsip
1. Bangunan rumah Dalem Pujokusuman pelestarian, baik menjaga keaslian
ini memiliki nilai pen ng nggi, baik bagi bentuk, material, se ng bangunan, dan
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, keaslian pengerjaan. Perubahan yang ada
kebudayaan. Keberadaan rumah tradisional harus dikendalikan semaksimal mungkin
ini menjadi buk sejarah dan arkeologi dan selalu disesuaikan dengan kondisi
tentang keberadaan dan perkembangan keaslian bangunan lama, sehingga dak
arsitektur rumah tradisional Jawa di mengurangi nilai pen ng yang terdapat di
kawasan kraton Yogyakarta pada abad dalam bangunan tradisional tersebut.
1900-an yang berdasarkan Undang- 5. Bangunan rumah tradisional Dalem
Undang (UU) RI Nomor 11 Tahun 2010 Pujokusuman, memenuhi kriteria Cagar
tentang Cagar Budaya dapat masuk dalam Budaya baik dari aspek arsitektur maupun
kriteria Cagar Budaya. nilai pen ng sejarah, ilmu pengetahuan,
2. Bangunan rumah tradisional Jawa ini pendidikan, dan kebudayaan.
telah mengalami beberapa perubahan
baik fungsi maupun fisik bangunan.
Walaupun demikian, beberapa bagian
masih dipertahankan tata ruang dan
arsitekturnya. Selain itu, dari segi
keterawatan di beberapa bagian komponen
bangunan telah mengalami kerusakan
material, seper lapuk, keropos, patah,
dan kondisi cat di beberapa bagian telah

38
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

DaŌar Pustaka Sumber:

Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun


Ensiklopedi Yogyakarta. 2010. Yogyakarta: Dinas 2010 tentang Cagar Budaya
Kebudayaan Provinsi DIY.
Narasumber : KRT Pujodiningrat
Graff, H.J.1986. Puncak Kekuasaan Mataram: Poli k
dan Ekspansi Sultan Agung. Jakarta : Grafi
Pers.

Jogja Heritage Society. 2007. Pedoman Pelestarian *) Penulis adalah Staf di Balai Pelestarian Cagar
Bagi Pemilik Rumah Kawasan Pusaka Budaya DIY
Kotagede Yogyakarta, Indonesia.

Laporan Kegiatan Inventarisasi Asset Budaya


Kawasan Kraton Yogyakarta, tahun anggaran
1993/1994,Dinas P dan K DIY bekerja sama
dengan SPSP DIY.

McGimsey, C. dan H. Davis. 1977. The Management


of archaeological resource, the Airlie Haouse
Report. Special Publica on of the Society for
American Archaeology.

Pearson dan Sullivan. 1995. Looking a er Heritage


Places. Melbourne: Melbourne University
Press.

Poliman, BA. Sejarah Bangunan Bersejarah di


Kotamadya Yogyakarta, Dalem Pujokusuman
dan nDalem Suryaningprangan, tahun
anggaran 1988/1989 Yogyakarta: Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional di Yogyakarta,
Departemen pendidikan dan kebudayaan
,Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional di
Yogyakarta.

Sugiyarto, Dakung. 1981/1982. Arsitektur Tradisional


Daerah Is mewa Yogyakarta. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah.

39
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

“Citra Indis” di Tengah-tengah


Pedesaan Sewugalur
Oleh:
Th. Sri Suharini dan Ign. Eka Hadiyanta*

I. Pendahuluan awalnya berhasil ekspor gula kira-kira 10 ribu pikul


Di wilayah Nusantara yang kemudian dikenal atau setara 625 ribu kg per tahun. Perdagangan
menjadi Indonesia telah mengenal gula sejak gula itu terus berkembang dan justru kemudian
lama, yakni jauh sebelum VOC (Vereenigde Oost berbanding terbalik dengan kondisi kongsi
Indische Compagnie) datang. Penduduk di Jawa dagangnya (VOC) yang terus mengalami
mengenal gula yang diolah secara tradisional kemerosotan dan bangkrut pada tahun 1799 M.
pada awalnya dari para pelancong Tionghoa. Pada Bangkrutnya kongsi dagang tersebut menjadikan
perkembangannya ak vitas produksi gula secara kendali dagang dan penguasaan wilayah diambil
tradisional oleh penduduk pribumi kemudian alih oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada saat
dijual kepada pendatang Tionghoa di Jawa Jawa digoncang konflik yaitu dengan adanya
(Niel, 2003: 39). Kondisi itu kemudian menarik Perang Dipanegara atau Perang Jawa (1825-1830
perha an kongsi atau kumpeni dagang Belanda M), Hindia Belanda di bawah van der Capellen
(VOC) yang mulai intensif berdagang di Jawa mengalami defisit anggaran yang sangat parah.
pada abad ke-16 (1596 M). Bandar perdagangan Kondisi uang habis karena digunakan untuk
pada awalnya berada di Banten kemudian oleh perang, yaitu mengatasi perlawanan Dipanegara.
Pieter Booth dipindahkan ke Sunda Kelapa atau Kondisi itu akhirnya menjadikan Gubernur Jenderal
Jayakarta. Kongsi dagang VOC mengajukan izin Johanes van den Bosch berusaha mengatasi
kepada Jayawikarta untuk mendirikan sebuah kebangkrutan dengan menjalankan kebijakan
loji dan menggunakan bandar di wilayah itu. Tanam Paksa (cultuurstelsel) pada 1830–1870
Wilayah itu sejak 1527 M merupakan wilayah M (Niel, 2003: 77). Di samping itu, melakukan
Banten yang direbut dari Kerajaan Sunda oleh pengambilalihan tanah di beberapa kabupaten
Fadhilah Khan. Mengingat Bandar pelabuhan di wilayah Kedu, Magelang, dan sebagian Banyumas
Jayakarta dianggap lebih strategis. Setelah melalui dari Kasultanan Yogyakarta.
serangkaian konflik dengan kongsi dagang Inggris
dan penguasa lokal yaitu Pangeran Jayawikarta, II. Era Tanam Paksa - Liberalisasi dan Perkembangan
maka pada akhirnya tahun 1618 M VOC dapat Perkebunan Tebu
berhasil menguasainya secara keseluruhan. Pada Kebijakan Tanam Paksa (1830 M–1870 M)
tahun 1619 M Jan Pieterszoon Coen kemudian memberikan keleluasaan kepada pemerintah
menggan nama wilayah itu dengan nama Batavia Hindia Belanda untuk memberikan tekanan atau
(Leirissa, 2012: 26-27). bahkan memaksa kepada penduduk pribumi
Berkembangnya perdagangan gula di dunia harus menggan tanaman padi dan palawija
menjadikan VOC ikut berdagang yaitu dengan dengan tanaman tebu. Bahkan sebagai gan pajak
melakukan ekspor komodi gula ke Eropa. Pada tanah, para petani pribumi diwajibkan menanam

40
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

seperlima bagian dari tanah yang dimilikinya Hindia Belanda menggan kebijakan Tanam Paksa
dengan tanaman tebu maupun dengan tanaman dengan sistem liberal, yaitu memberikan peluang
yang dapat menghasilkan komodi perdagangan. sebesar-besarnya kepada swasta untuk berperan
Program Tanam Paksa kepada pribumi akhirnya di dalam usaha perkebunan-perkebunan, industri,
ditambah lagi dengan adanya kerja paksa, yaitu dan perdagangan. Pada faktanya peran swasta juga
petani harus bekerja beberapa jam di dalam sudah mulai masuk pada tahun 1859 M. Pada
perkebunan-perkebunan tanpa mendapatkan saat itu perkebunan-perkebunan yang diusahakan
upah untuk se ap pekerjaan yang dilakukannya. dengan kerja wajib dalam sistem Tanam Paksa
Peranan besar dan menentukan oleh pemerintah dengan swasta sudah ada keseimbangan. Hal itu
Hindia Belanda atau cenderung melakukan terjadi akibat kri k yang terus disampaikan kaum
monopoli menjadikan peluang dan peranan swasta liberal di parlemen Belanda, maka sistem Tanam
dak dapat tumbuh atau mendapat kesempatan. Paksa diakhiri dengan dikeluarkannya Undang-
Dampak besar yang dapat dilihat pada era Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun
itu adalah Jawa menjadi penghasil utama pasar 1870 M. Saat itu merupakan momentum untuk
Eropa, serta adanya ekploitasi secara besar tumbuh dan berkembangnya peran swasta Eropa
terhadap kaum pribumi khususnya petani di di koloni Indonesia. Swasta berkesempatan untuk
pedesaan. Pada saat itu sumber daya manusia melakukan penyewaan tanah kepada kaum
dari keluarga petani yang terlibat dak kurang pribumi dan sewa tanah tak terpakai (bero =
dari 65 % sampai dengan 70 % dan dihargai sangat woestegronden) secara turun temurun (erfpacht)
murah. Fenomena ini dak terlepas adanya peran kepada pemerintah Hindia Belanda. Satu dekade
pemimpin ngkat desa (lurah) yang berperan awal diberlakukannya liberalisasi pada tahun
sebagai penghubung dengan para bupa sebagai 1880–an di dunia telah terjadi krisis ekonomi.
kepanjangan tangan pemerintah Kolonial Hindia Hal itu menghantam usaha industri gula di tanah
Belanda (Suyatno, 2003: x-xi). Kondisi ini dapat jajahan. Bahkan pada tahun 1884 M sampai
dikatakan sebagai k tolak memperkuat kembali dengan 1895 M pasar gula mengalami kelesuan
ikatan-ikatan komunal, tradisional, dan feodal dan harga gula berada di bawah biaya produksi.
seper sebelum era 1830-an (Sartono, 1999: 305- Kondisi itu diperparah dengan adanya hama
307). yang menyerang tanaman tebu (hama sereh),
Kondisi itu menjadikan tanah jajahan akibatnya upah pekerja mengalami kemerosotan.
Indonesia sebagai perahan yang memberikan Pasca tahun 1895 M kondisi industri gula
hasil melimpah bagi pemerintah Hindia Belanda, mengalami kebangkitan kembali atau recovery
hasilnya dapat untuk menutup hutang era jauh (Suroyo, 2012: 146- 147).
sebelumnya, kebangkrutan VOC, melunasi defisit Penyewaan tanah pribumi di vorstenlanden
era Capellen. Hasil bersih saat itu antara tahun Yogyakarta dilakukan terutama dari aset-aset
1840 M sampai dengan 1875 M dak kurang tanah lungguh para bangsawan atau bahkan
dari 781 gulden, dan hasil itu sama dengan tanah-tanah milik kasultanan (S.G. = Sultan
seper ga hasil Pemerintah Belanda dalam satu ground) dan pakualaman (P.A.G. = Pakualaman
tahun (Haryono, 2011, 112). Kondisi itu menjadi ground). Hal itu untuk tanaman tebu, fasilitas
bahan kri kan kaum liberal di parlemen Belanda. bendungan atau irigasi, perkebunan indigo,
Oleh karena itu, pada tahun 1870 M Pemerintah pabrik gula, dan fasilitas transportasi kereta

41
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

api. Fasilitas transportasi di pabrik-pabrik gula menjelang diberlakukannya Undang-undang


bertumpu kepada kereta api yang pada saat Agraria. Oleh karena itu, di Yogyakarta sudah
itu mulai dikembangkan. Pada saat itu ada dua mulai berdiri dan berkembang beberapa pabrik
perusahaan kereta api yang beroperasi yaitu SS gula, pemanfaatan lahan untuk menanam
(statspoorweg) perusahaan milik pemerintah tebu, dan sistem irigasi atau pengairan untuk
Hindia Belanda dan NISM (Nederlandsch Indische perkebunan. Oleh karena itu, sampai dengan
tahun 1913 M di pelosok Yogyakarta dak
Spoorweg Maatschappij) milik swasta Belanda.
kurang telah berdiri 17 pabrik gula. Pabrik-
Di daerah Yogyakarta transportasi kereta api
pabrik gula tersebut telah tersebar di wilayah
dikembangkan pada masa akhir pemerintahan
Bantul, Sleman, dan Adikarto (Kulon Progo).
Hamengku Buwana VI, yaitu dengan dibangunnya
Salah satu pabrik gula tersebut yaitu Pabrik
Stasiun Lempuyangan oleh NISM (2 Maret 1872
Gula Sewu Galur yang didirikan di wilayah
M) dan pada awal pemerintahan Hamengku
Adikarto (Kulon Progo). Perusahaan itu
Buwana VII, dengan dibangunnya Stasiun Tugu menyewa tanah (Pakualaman ground) kepada
oleh SS (12 Mei 1887 M) (Anonim, 1956: 23, keluarga bangsawan Pura Pakualaman.
Musadad, 2012). Transportasi kereta api yang Pabrik gula Sewugalur merupakan
dikembangkan yaitu melipu jalur rel kereta peninggalan salah satu perusahaan Belanda,
api, stasiun kereta, dan perumahan pegawai secara administra f saat sekarang terletak
kereta. Hal itu dapat dijumpai di Kota dan ke di Desa Galur, Kecamatan Brosot, Kabupaten
arah bagian selatan dan utara. Ke bagian selatan Kulonprogo, Daerah Is mewa Yogyakarta.
yaitu (Kota – Bantul – Palbapang); bagian barat Pabrik itu didirikan pada tahun 1881 M, yaitu
daya (Palbapang – Srandakan – Sewugalur); satu dekade pasca diberlakukannya kebijakan
bagian tenggara (Kota – Kotagede – Plered). liberalisasi (1870). Pada dasarnya perusahaan
Sedangkan yang ke arah utara dari Kota menuju itu dibangun, waktunya bersamaan menjelang
adanya krisis industri gula di berbagai belahan
ke Beran - Medari – Magelang. Hal itu untuk
dunia (1884 M – 1895 M). Akan tetapi, masa
menghubungkan ke pabrik-pabrik di Padokan,
krisis itu dapat dijalani dengan tetap melakukan
Gondanglipura, Pundong, Barongan, Kedaton
proses pembangunan, produksi awal, dan
Plered, dan Sewugalur (Bantul dan Kulonprogo);
bahkan kemudian dapat recovery. Sebagai
di samping itu ke pabrik gula Beran dan Medari
perseroan terbatas (PT) pabrik itu didirikan
di wilayah Sleman. Tidak mengherankan apabila
oleh beberapa orang Belanda antara lain, E.J.
sampai sekarang di wilayah itu terdapat tapak dan Hoen, O.A.O. van der Berg, dan R.M.E. Raaff.
nggalan fisik yang terkait dengan transportasi Pada awalnya pabrik gula itu dengan modal
kereta api. 750.000 gulden. Beberapa pengusaha itu
menyewa tanah-tanah dari para bangsawan
III. Pabrik Gula Sewugalur
Pakualaman dan menjadi aset utama pabrik
A. Pabrik Masa AkƟf Produksi
gula Sewu Galur. Sewa tanah dengan dilakukan
Tanaman tebu di wilayah Yogyakarta yang
secara jangka panjang. Lahan tanah yang
secara umum telah berkembang pasca sistem
disewa pabrik gula pada tahun 1883 M kira-
liberalisasi 1870 M, pada dasarnya juga telah
kira seluas 5.289 bahu (Margana, Anonim,
dimulai pada 1860-an M. Hal itu bersamaan
2011).
dengan mulai intensifnya peran swasta

42
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

dikatakan bahwa pabrik gula Sewugalur di


Adikarto pada saat itu merupakan pabrik
kelas menengah.
Sebagai pabrik swasta Sewugalur agar
hasilnya dapat lebih baik maka perusahaan
melakukan pengawasan pekerjaan secara ketat.
Oleh karena itu, ada banyak pengawas dan
administrator yang ditempatkan di lingkungan
pabrik untuk menjalankan pekerjaannya.
Kondisi Pabrik Gula Sewugalur pada saat Akibat dari kondisi itu maka banyak fasilitas
masih beroperasi tahun 1917
pabrik yang diadakan untuk kelancaran usaha-
usaha itu, antara lain jalur transportasi kereta
api, irigasi, perumahan, sekolahan, dan sarana
hiburan yaitu societeit vereneging (kamar bola)
(Anonim, 2011). Jalur kereta api di samping
untuk mengangkut komodi dari Sewu Galur
ke gudang pengiriman, juga untuk mengangkut
para pegawai ke pusat kota. Alat transportasi
kereta itu diberlakukan menjadi sarana utama
setelah transportasi tradisional (gerobak) dak
Perumahan administratur pabrik gula dapat menjadi sarana yang mendukung secara
Mr. Engelbert pada tahun 1917 (Foto KITLV)
maksimal.
Wilayah Sewu Galur merupakan dataran Pada paruh pertama abad ke-20 atau
rendah yang memang cocok untuk tanaman pada tahun 1930-an dunia pada umumnya
padi, nilai, dan tebu. Pengairan di wilayah itu dan Hindia Belanda khususnya dilanda krisis
dak menjadi persoalan karena berdekatan ekonomi kembali, hal itu berlangsung sampai
atau sisi sebelah barat Sungai Progo. Perlu pada tahun 1935 M. Kondisi krisis ekonomi
diketahui bahwa Kabupaten Adikarto juga berimbas bagi perusahaan atau industri
Pakualaman mempunyai luas wilayah kira- gula yang ada di Jawa umumnya dan di
kira 4000 cacah (rumah tangga) atau 12.250 wilayah Kasultanan Yogyakarta serta Adikarto
2
Km yang terbagi menjadi 56 desa. Perlu Pakualaman khususnya. Pabrik Gula Sewu Galur
diketahui bahwa perkebunan tebu di Sewu terkena imbas krisis ekonomi itu, sehingga
Galur menghasilkan kira-kira 34 % atau kalau mengakibatkan ke dakstabilan perusahaan.
dikonversikan dalam mata uang Belanda adalah Akhirnya pabrik tersebut dak sanggup lagi
50.400 gulden dari pajak tahunan. Kapasitas menopang jalannya roda perusahaan dan
produksi pabrik pada akhir abad ke-19 sekitar menyerahkan hak konversinya kembali secara
70.000 sampai dengan 80.000 pikul (1 pikul = keseluruhan kepada keluarga Pakualaman.
61,8 Kg). Dengan demikian total hasil produksi Kondisi pabrik pada akhirnya berhen dan
gula pasir di pabrik ini sekitar 4.326.000 Kg tanpa adanya ak vitas produksi. Tentu hal
sampai 4.944.000 Kg. Dengan demikian dapat ini berbeda dengan beberapa pabrik gula di

43
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Yogyakarta lainnya yang beberapa pabrik tetap Berbagai prasarana ataupun fasilitas pabrik
eksis untuk melakukan produksi gula. menjadi salah satu sasaran utama. Langkah
B. Pabrik Setelah Tidak Berfungsi itu dalam rangka menjalankan strategi dan
Pada dua dekade akhir pemerintahan Hindia tak k pertahanan untuk mendukung strategi
Belanda berakhir pabrik gula di Sewugalur perang gerilya di seluruh daerah di Yogyakarta
kemudian dak berfungsi sebagaimana dan sekitarnya. Tak k bumi hangus di satu sisi
peruntukannya. Akhirnya pabrik tersebut membawa dampak posi f bagi kepen ngan
nggal menyisakan berbagai artefak bangunan perjuangan masa perang kemerdekaan, di lain
produksi, fasilitas pendukung, perumahan- sisi berakibat hilangnya sebagian besar buk
perumahan administratur, sarana irigasi, sejarah pabrik. Tak k itu dijalankan dengan
kherkof (makam), dan jalur transportasi kereta menghancurkan beberapa bangunan utama
api yang selama kira-kira ga dekade menjadi dan perumahan atau pendukung agar dak
salah satu sarana transportasi vital. Khusus jalur dialihfungsikan untuk markas pertahanan
rel kereta api pada era tahun 1943 M dibongkar tentara Belanda. Kedua, dampak adanya
oleh tentara pendudukan Jepang. Perlu ke dakterawatan bangunan yang disebabkan
diketahui bahwa tentara pendudukan Jepang dak difungsikannya bangunan. Proses
banyak menggunakan aset industri zaman waktu atau proses usia komponen bangunan
penjajahan Hindia Belanda untuk kepen ngan menjadikan semakin lama soliditas bangunan
pengembangan industri dalam masa perang. menjadi menurun atau bahkan menjadi lapuk
Pada zaman Jepang orang-orang Belanda di dan hancur. Pasca gempa bumi tektonik pada 27
Yogyakarta pada umumnya dan khususnya Mei 2006 bahkan ada beberapa bangunan yang
yang menjadi penghuni di perumahan- mengalami hancur dan rusak berat. Kerusakan
perumahan ex pabrik gula menjadi tawanan berbagai bangunan yang disebabkan berbagai
atau interniran tentara pendudukan Jepang. macam sebab tersebut pada dasarnya dak
Pada era kemerdekaaan eksistensi pabrik menjadikan warisan budaya yang ada musnah
Sewugalur tetap menjadi bagian warisan seluruhnya. Masih ada beberapa bangunan
budaya berwujud atau tangible yang yang masih utuh, sisa-sisa reruntuhan atau
mempunyai nilai pen ng. Eksistensi artefak- puing-puing bangunan, dan sisa-sisa struktur
artefak tersebut dalam kondisi dak digunakan bangunan ataupun fondasi.
sebagaimana fungsinya yaitu proses produksi
gula. Kondisi konkret pabrik gula tersebut IV. Citra Lingkungan ex Pabrik Gula Sewu Galur
mengalami kerusakan dan tersisa beberapa A. Lingkungan dan Corak Bangunan Perumahan
bangunan bekas perumahan dan puing-puing Sewu Galur
bekas pabrik. Ada beberapa penyebab kerusakan Sejak tahun 1930-an Pabrik Gula Sewu
bangunan bekas pabrik gula antara lain: Galur dak beroperasi lagi karena terkena
pertama, dampak adanya tak k bumi hangus dampak krisis moneter saat itu. Rentang waktu
oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hal itu delapan dekade kemudian kondisi bekas pabrik
dilakukan pada saat terjadinya penyerbuan gula itu mengalami kemerosotan, baik karena
Ibu Kota Republik Indonesia Yogyakarta oleh faktor internal dan eksternal. Kondisi saat ini
NICA (Belanda) pada 18 Desember 1949 M. walaupun bekas pabrik gula dak beroperasi

44
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

dan sebagian besar sudah mengalami runtuh, dengan sanitasi saluran air atau parit
tetapi citra lingkungan dan corak atau gaya pembuangan air hujan. 3) Struktur bangunan
bangunannya masih dapat dikenali secara jelas. terdiri dari fondasi bangunan nggi dengan
Tata ruangnya dan bangunan mencitrakan komponen batu kali ekspose; dinding tembok
sebagai nggalan corak indis, baik melipu nggi dan tebal, pilaster atau pilar tebal,
gaya arsitektur, ragam hias, dan fungsi ruang kusen dan daun jendela serta pintu nggi
bangunannya. Pertama, aspek tata ruangnya lebar baik dengan model krepyak maupun
mempunyai citra bercorak Eropa, terutama kaca, lantai tegel atau floor mo f tegel, serta
apabila di njau dari aspek jejalur, simpul mempunyai pencahayaan yang cukup baik. Di
(path), batas (edges), blok kawasan (district), beberapa bangunan juga dilengkapi dengan
dan land mark atau tengeran sebagai penanda ragam hias atau ornamen dekora f maupun
kawasan yang menonjol (Lynch, 1969: 8, 48; yang mempunyai fungsi konstruksi tertentu
Zahn, 1999). antara lain:
Kedua, corak arsitektur kolonial - unduk (acroterion) merupakan kelengkapan
(terutama Belanda) di Indonesia merupakan yang bersifat dekora f, keletakan hiasan
fenomena nggalan budaya berwujud yang tersebut berada di atas atap bagian sudut
unik, karena dak ditemukan di wilayah lain maupun depan.
yang merupakan daerah bekas koloni. Corak - tympanum adalah konstruksi dinding
itu sering disebut bergaya indis, disebut tembok berbentuk segi ga atau setengah
demikian karena terjadi percampuran unsur- lingkaran yang keletakannya di atas pintu
unsur budaya penjajah dengan dengan sebagai hiasan.
budaya lokal (Indonesia) yang beraneka - lucarne yaitu jendela kecil di atas kemiringan
ragam bentuknya. Oleh karena itu, arsitektur atap, selain sebagai hiasan juga untuk
kolonial di berbagai daerah di Indonesia memberikan aliran udara kepada ruang
terdapat perbedaan antara satu daerah atap.
dengan lainnya, yakni masing-masing daerah - voussoir adalah unit batu atau struktur
mempunyai ciri-ciri tersendiri yang menjadi dinding batu bata yang disusun dalam
pembeda (Sumalyo, 1993). Demikian juga bentuk melengkung di atas gerbang pintu
bangunan-bangunan ex pabrik gula terutama ataupun jendela.
perumahan administrator yang ada di Sewu Beberapa corak dalam bangunan indis
Galur, juga merupakan bagian arsitektur indis di Sewu Galur merupakan bagian karakter
yang mempunyai corak khas indis dan antara khas dan bentuk lazim bangunan-bangunan
satu dengan lainnya mempunyai kemiripan peninggalan arsitektur orang-orang Belanda
terutama apabila dilihat dari bentuk wajah khususnya di Yogyakarta. Perumahan pabrik
depan bagian luar bangunan (facade). Unsur- gula Sewu Galur sebagian besar difungsikan
unsur yang menjadi ciri menonjol antara lain: untuk para pembesar maupun administrator
1) Bangunan di bagian depan terdapat ruang dan fasilitas perkumpulan atau societeit.
teras terbuka yang menyatu dengan bangunan Tempat perkumpulan tersebut oleh penduduk
induk dan terdapat paviliun di sampingnya. 2) pribumi disebut dengan nama kamar bola.
Di sekeliling kompleks perumahan dilengkapi Keberadaan bangunan-bangunan tersebut

45
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

dibangun pada akhir abad ke-19 M sampai oleh Bapak Bayu Harjo dan Bapak Sunartejo.
dengan awal abad ke-20 M. Sebagai fasilitas Dua bangunan tersebut dapat mewakili corak
hunian pabrik gula tersebut dilengkapi dengan arsitektur bangunan indis di Sewu Galur yang
fasilitas makam (kherko ) khusus untuk belum mengalami perubahan signifikan.
pegawai-pegawai teras atau pejabat pabrik 1. Rumah Bapak Bayu Harjo
gula. Letak kherko atau makam berada di Secara administra f terletak di RT 55, RW
sudut barat daya parik gula. 27, Dusun Kempleng, Sewugalur, Desa
Ada beberapa orang yang telah Karangsewu, Kecamatan Galur, Kabupaten
dimakamkan di kherko milik pabrik gula. Kulonprogo, Daerah Is mewa Yogyakarta.
Corak makam memiliki kekhasan sebagaimana Keletakan bangunan berada di k koordinat
pemakaman orang-orang Eropa pada ada di zona 49 M, X 0412960, Y. 9121893.
umumnya yaitu adanya satu makam yang - Arah hadap : menghadap ke barat
digunakan untuk memakamkan 3 ( ga) orang - Batas-batas rumah :
dengan waktu dan nama yang berbeda. Contoh Barat : jalan desa
kekhasan antara lain: makam atas nama Ruhe Utara : rumah Ibu. Suryani
SanŌ, Maria Arabelia, dan Junemann dengan Timur : pekarangan penduduk
tanggal dan angka tahun GLR 26 November Selatan : jalan desa
1886 (?) (angka sudah rusak karena batu - Luas pekarangan : 363 m²
marmer pecah) dan OVERL 24 August …. - Pemilik :
(bagian angka tahun sudah hilang). Corak Semula pemilik bangunan ini yaitu
yang lain yaitu nisan yang mirip model pilaster Bp. Cokrodirjo dari hasil pembelian secara
yang dilengkapi dengan prasas nama-nama lelang yang dilakukan pihak kelurahan atau
yang dimakamkan. Makam dengan lahan yang desa. Bangunan pada saat ini ditempa oleh
dak terlalu luas dikelilingi dengan pagar Bp. Bayu Harjo yang merupakan cucu dari Bp.
tembok. Kondisi saaat ini lingkungan makam Cokrodirjo.
dak terawat dan tertutup rumput ilalang.
Status tanah makam merupakan Pakualaman
Ground (PAG), sedangkan tanah perumahan
dan di bekas reruntuhan pabrik sudah menjadi
persil atau tanah hak milik. Letak makam
Belanda berada di antara pinggir pekarangan
penduduk dengan persawahan.
B. Deskripsi Singkat Bangunan
Di bekas pabrik gula Sewugalur masih
ada beberapa yang dapat diiden fikasikan
sebagai bangunan yang mempunyai citra indis Rumah Bp. Bayu Harjo di perumahan ex Pabrik
Gula Sewugalur, Kulonprogo. Di bagian fasad dan
mewakili zamannya. Ada dua rumah yang dinding teras telah mengalami perubahan
dahulu menjadi hunian administratur pabrik,
secara rela f masih terawat dan dapat
menjadi contoh, yaitu pada saat ini ditempa

46
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

- Deskripsi bangunan: Barat : jalan desa


Bangunan perumahan di bekas pabrik Utara : rumah Bp. Karwono
gula Sewu Galur ini terdiri dari 3 ( ga) unit Timur : pekarangan penduduk
yaitu bangunan utama, bangunan pelayanan, Selatan : rumah Ibu Suryani.
dan garasi. - Luas pekarangan: 388 m²
Bangunan utama menggunakan corak atap - Pemilik:
atau model kampung dengan dua nok yang Semula pemilik bangunan ini yaitu Bp.
sejajar dan emper tersambung atau dalam Cokrodirjo dari hasil pembelian secara lelang
arsitektur jawa disebut cere gancet dengan yang dilakukan pihak kelurahan atau desa.
menggunakan atap genteng flam tanah liat. Di Bangunan pada saat ini ditempa oleh Bp.
bagian depan bangunan utama terdapat teras Sunartejo yang juga merupakan cucu dari
atau beranda terbuka tanpa dinding tembok Bp. Cokrodirjo.
yang beratap. Teras rumah terbuka atau - Deskripsi bangunan:
tanpa dinding masif, berfungsi sebagai ruang Bangunan perumahan di bekas pabrik
transisi yang menghubungkan antara halaman gula sewu galur ini terdiri dari 3 ( ga) unit
luar dengan bangunan utama atau induk. yaitu bangunan utama, bangunan pelayanan,
Dinding teras dilengkapi dengan pilaster- dan garasi.
pilaster dan hiasan berbentuk geometris. Bangunan utama menggunakan corak
Sedangkan lantai dengan menggunakan flor atap atau model kampung dengan dua nok
pc polos. Dilihat dari model arsitektur yang sejajar dan emper tersambung atau
bangunan di sekitarnya dinding bagian atas dalam arsitektur jawa disebut cere gancet
teras belum mengalami perubahan. dengan menggunakan atap genteng flam
Ciri-ciri yang menonjol bangunan utama tanah liat. Di bagian depan bangunan utama
adalah ukuran pintu utama nggi yaitu 300 terdapat teras atau beranda terbuka tanpa
cm x 230 cm dan pintu pengapit 300 cm x 120 dinding tembok yang beratap. Teras berfungsi
cm. Model pintu variasi panel kayu-kaca dan sebagai ruang transisi yang menghubungkan
di bagian atas panel kayu-kaca empat persegi halaman luar dengan bangunan utama.
panjang, serta pintu kamar dengan panel kayu Dinding teras dilengkapi dengan pilaster-
mo f krepyak. Di dalam bangunan utama pilaster dan hiasan berbentuk geometris.
dengan pembagian tata ruang yaitu ruang Sedangkan lantai dengan menggunakan flor
keluarga dan kamar dur. pc polos. Teras depan pada saat gempa bumi
2. Rumah Bapak Sunartejo 27 Mei 2006 sebagian rusak berat kemudian
Secara administra f terletak di Dusun, diperbaiki kembali dengan mengacu bentuk
Desa Sewugalur, Kecamatan Galur, Kabupaten semula. Perubahan yang terjadi adalah
Kulon Progo, Daerah Is mewa Yogyakarta. dinding bawah yang semula bermo f
Keletakkan bangunan berada di k koordinat menjadi polos dan dinding teras atas yang
ada di zona 49 M, X 0412969, Y. 9121907. semula model berundak kemudian menjadi
- Arah hadap: menghadap ke barat beratap dengan emper.
- Batas-batas rumah: Ciri-ciri yang menonjol di bangunan utama
adalah ukuran pintu utama nggi yaitu 300

47
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

cm x 230 cm dan pintu pengapit 300 cm x 3. Rumah Bapak Karwono


120 cm. Model pintu variasi panel kayu-kaca Secara administra f terletak di Dusun,
dan di bagian atas panel kayu-kaca setengah Desa Sewugalur, Kecamatan Galur, Kabupaten
lingkaran. Di dalam bangunan utama dengan Kulon Progo, Daerah Is mewa Yogyakarta.
tata ruang yaitu ruang keluarga dan kamar Keletakan bangunan berada di k koordinat
dur. ada di zona 49 M, X 0412978, Y. 9121921.
Di sebelah selatan bangunan utama - Arah hadap: menghadap ke barat
terdapat bangunan paviliun dan bangunan - Batas-batas rumah:
pelayanan. Atap bangunan berbentuk Barat : jalan desa
kampung dengan atap genteng flam tanah Utara : rumah penduduk
liat. Ukuran bangunan paviliun 630 cm x 380 Timur : pekarangan penduduk
cm serta dilengkapi dengan teras terbuka Selatan : rumah Bp. Sunartejo.
tanpa dinding. Teras depan dilengkapi dengan - Luas pekarangan: 388 m²
pilaster-pilaster serta profil lengkung di atas - Pemilik:
ambang pintu (voussoir). Perubahan yang Semula pemilik bangunan ini yaitu
terjadi yaitu adanya penggan an lantai floor Bp. Cokrodirjo dari hasil pembelian secara
dengan keramik berwarna pu h. lelang yang dilakukan pihak kelurahan atau
desa. Bangunan pada saat ini ditempa oleh
Bp. Karwono yang juga merupakan cucu dari
Bp. Cokrodirjo.
- Deskripsi bangunan:
Bangunan perumahan di bekas pabrik
gula sewu galur ini terdiri dari 3 ( ga) unit
yaitu bangunan utama, bangunan belakang,
dan garasi.

Rumah Bp. Sunarteja di perumahan ex Pabrik Bangunan utama menggunakan corak


Gula Sewugalur, Kulon Progo. Fasade dan atap atau model kampung dengan dua nok
jendela dengan panel kayu dinding teras telah
mengalami perubahan yang sejajar dan emper tersambung atau
dalam arsitektur jawa disebut cere gancet
dengan menggunakan atap genteng flam
tanah liat. Di bagian depan bangunan utama
terdapat teras atau beranda terbuka tanpa
dinding tembok yang beratap. Teras berfungsi
sebagai ruang transisi yang menghubungkan
halaman luar dengan bangunan utama.
Dinding teras dilengkapi dengan pilaster-
Kondisi dinding ruang dalam, tampak pintu pilaster dan hiasan berbentuk geometris.
dan kayu – kaca yang masih asli atau belum
mengalami perubahan Sedangkan lantai dengan menggunakan flor
pc polos. Teras depan pada saat gempa bumi
27 Mei 2006 sebagian rusak berat kemudian

48
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

diperbaiki kembali atau rehabilitasi dalam V. Epilog: Ex Pabrik Gula Sewugalur Potensi Cagar
rangka recovery pasca gempa bumi tektonik. Budaya Kulon Progo
Dengan mengacu bentuk semula. Bentuk Seiring berjalannya waktu aset budaya ex
bangunan belum terjadi banyak perubahan, Pabrik Gula di Sewugalur mengalami perubahan,
baik di bangunan induk, garasi dan bangunan baik kondisi bangunan, lingkungan, fungsi,
bagian belakang. dan makna. Mengingat aspek-aspek latar
Ciri-ciri yang menonjol di bangunan belakang, kesejarahan, corak arsitektural, dan
utama adalah ukuran pintu utama nggi tata lingkungannya, maka dapat disimpulkan
yaitu 300 cm x 230 cm dan pintu pengapit bahwa struktur dan gugusan bangunan di ex
300 cm x 120 cm. Model pintu variasi panel Pabrik Gula Sewugalur mempunyai berbagai nilai
kayu-kaca dan di bagian atas panel kayu- pen ng. Nilai pen ng yang menonjol di antaranya
kaca setengah lingkaran. Di dalam bangunan yaitu nilai pen ng sejarah, ilmu pengetahuan,
utama dengan tata ruang yaitu ruang pendidikan, dan kebudayaan. Aspek kesejarahan
keluarga dan kamar dur. menempatkan gugusan bangunan ex Pabrik
Di sebelah utara bangunan utama terdapat Gula sebagai salah satu artefak buk sejarah
bangunan semacam garasi kendaraan. Atap dan menjadi bagian dak terpisahkan dari
bangunan berbentuk kampung dengan atap serangkaian perjalanan sejarah pabrik gula di
genteng flam tanah liat. Yogyakarta. Corak bangunan dan tata ruangnya
menjadi bagian pen ng dari perspek f arsitektur
indis, sehingga dari sisi kebudayaan dapat menjadi
penanda langgam gaya bangunan yang hidup pada
abad ke- 19 – awal abad ke-20. Hal ini tentu dapat
menjadi fokus pembelajaran berbagai disiplin
ilmu pengetahuan, baik sejarah, arkeologi, sosial,
dan arsitektur. Oleh karena itu, di dalam konteks
nilai pen ng pendidikan, transfer pengetahuan
kepada masyarakat pada umumnya dan pelajar
Rumah di ex Pabrik Gula Sewugalur dan kondisi
dinding ruang tengah yang masih tampak khususnya sangat urgen dilakukan.
keasliannya Sebagai aset pen ng maka warisan budaya di
Sewugalur sangat pen ng untuk diaktualisasikan
menjadi sebuah potensi warisan budaya
daerah Kabupaten Kulon Progo. Terkait dengan
membangun potensi maka sangat mendesak
bahwa bangunan cagar budaya dan beberapa
bagian pen ng lingkungan ex Pabrik Gula untuk
ditetapkan sebagai cagar budaya dan bahkan
layak ditetapkan menjadi kawasan cagar budaya
ngkat kabupaten. Akhirnya masuk di dalam
Beberapa bagian bangunan merupakan hasil data register cagar budaya daerah dan register
rehabilitasi pasca gempa Bumi tahun 2006.
nasional. Di samping itu, pihak-pihak terkait

49
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

(Pemerintah, Pemerintah Daerah (DIY - Kabupaten Kehidupan. Yogyakarta: Universitas


Kulon Progo, masyarakat) perlunya secara Sanata Dharma.
konsisten melaksanakan program pemberian
John, Ingleson. 2004. Perkotaan, Masalah Sosial
kompensasi dan insen f dalam melaksanakan dan Perburuhan di Jawa Masa Kolonial.
kegiatan pelestarian cagar budaya. Dengan Jakarta: Komunitas Bambu.
demikian, masyarakat yang telah melaksanakan
Jafar Hafsah, Mohammad. 2002. Bisnis Gula
kewajiban menjalankan upaya perawatan dan Di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
menjaga kelestariannya dapat dipenuhi juga hak- Harapan.
haknya. Keberadaan SKPD Dinas Kebudayaan
Leirissa, R.Z. 2012. “Eropa Menemukan Asia
di Kabupaten Kulon Progo harus menjadikan
Tenggara”. dalam Indonesia dalam Arus
ins tusi itu lebih efek f di dalam menjalankan Sejarah .Jakarta: Ich ar Baru van Hoeve.
program pelestarian cagar budaya sebagaimana
Margana, Sri. “Hibridity, Colonial Capitalism and
amanat UURI No. 11/2010 tentang Cagar Budaya,
Indigenous Resistance: The Casse of
UURI No. 13/2012 tentang Keis mewaan Daerah The Paku Alam in Central Java”. Dalam
Is mewa Yogakarta, dan Peraturan Daerah No. 6 Bosma, Ulbe, et.al. ed. Sugarlandia
/ 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Revisted : Sugar and Colonialism in Asia
and the Americas 1800 to 1940. Vol. 9.
Cagar Budaya beserta peraturan pendukungnya.
New York: Berghbahn Books.
Dengan demikian potensi cagar budaya di Kulon
Progo dapat memberikan kontribusi eksistensi Musadad. 2012. “Yogyakarta Satu Kota Dua
Stasiun”, dalam Jurnal Widya Prabha.
penanda keis mewaan secara lebih varia f dari
Diterbitkan oleh BPCB Yogyakarta. Hal.
berbagai macam periodisasinya. 36-43.

Niel, Robert van. 2003. Sistem Tanam Paksa di


DaŌar Pustaka Jawa. Jakarta: LP3ES.

Anonim. 1956. Kota Jogjakarta 200 Tahun. Suroyo, A.M. Djulia . 2012. “Poli k Eksploitasi
Jogjakarta: Pemda Kota Jogjakarta. Kolonial dan Perubahan Ekonomi di
Indonesia”.dalam Indonesia dalam Arus
_______. 2011. Laporan Pendataan Bangunan Sejarah. Jakarta: Ich ar Baru van Hoeve.
Indis Bekas Perumahan Pabrik Gula
Galur, Kulonprogo, Yogyakarta. Balai Suyatno. 2003. “Relevansi Studi Tanam Paksa Bagi
Pelestarian Peninggalan Purbakala Sejarah Ekonomi Indonesia”, dalam Niel,
(sekarang BPCB) Yogyakarta. Robert van. 2003. Sistem Tanam Paksa di
Jawa. Jakarta: LP3ES.
Bosma, Ulbe. “Sugar and Dinasty in Yogyakarta”,
dalam Bosma, Ulbe, et.al. ed. Sugarlandia Sumalyo, Yulianto. 1993. Arsitektur Kolonial
Revisted : Sugar and Colonialism in Asia Belanda di Indonesia. Yogyakarta: UGM
and the Americas 1800 to 1940. Vol. 9. Press.
New York: Berghbahn Books. p. 74-93.
Wertheim, W.F. 1999. Masyarakat Indonesia
Burger, D.H. 1960. Sejarah Ekonomis Sosiologis dalam Masa Transisi: Studi Perubahan
Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Haryono, Anton. 2011. Sejarah Sosial Ekonomi:


Teori Metodologi Peneli an dan Narasi *) Penulis adalah Staf Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY

50
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Lampiran Gambar:
1.Rumah Bp. Bayu Harjo
Gambar denah, tampak, potongan, dan detai kusen

51
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

2. Rumah Bp. Sunartejo


Gambar denah, tampak, potongan, dan detail kusen

52
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

3. Rumah Bp. Karwono


Gambar denah, tampak, potongan, dan detail kusen

53
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

BaƟk dan Jumputan Hasil Karya Tangan-tangan


Terampil Masyarakat Sekitar Prambanan
Oleh:
Wahyu Astu * dan Th. Sri Suharini**

I. Pendahuluan oleh pengikutnya, sehingga bangunan tersebut


Kawasan Candi Prambanan dan sekitarnya disebut sebagai dead monument. Baru pada awal
merupakan sebuah kawasan kepurbakalaan yang abad XX Masehi, candi ditemukan kembali dan
sangat luas dengan potensi nggalan budaya masa oleh Belanda dilakukan pendokumentasian dan
klasik di Indonesia, yang ditunjukkan dengan adanya iden fikasi. Pemugaran candi baru dilakukan
sebaran candi yang cukup banyak. Bisa dikatakan pada awal abad XX Masehi dan hingga sekarang
bahwa kawasan Prambanan adalah kawasan seribu pemugaran candi masih terus dikerjakan. Dengan
candi, hampir ap jengkal tanah di Prambanan demikian fungsi candi yang semula sebagai tempat
ditemukan bangunan yang mengindikasikan ibadah berubah menjadi tempat wisata. Perubahan
sebagai bangunan candi. Tinggalan cagar budaya fungsi candi tersebut ternyata membawa
yang ada di sekitar Prambanan ada yang nggal dampak pada masyarakat sekitarnya. Masyarakat
yoni, ada yang berupa arca yang sangat besar sekitar Candi Prambanan yang sebagian besar
seper Gupala hingga kompleks candi yang cukup bekerja sebagai petani dan peternakan, menjadi
besar dan megah seper Prambanan yang sudah terperangah dengan kedatangan para wisatawan
diakui dunia. dalam dan luar negeri tersebut. Ada sebagian
Gugusan candi-candi di Kawasan masyarakat yang kemudian membuat tempat
Prambanan berasal dari abad IX dan X Masehi, parkir, berjualan souvenir atau menjadi guide
dengan latar belakang agama Hindu dan Budha. bahkan ada juga yang menjual tanahnya kepada
Populasi bangunan Cagar Budaya yang cukup investor. Perubahan peruntukan dari sebuah
padat menginden fikasikan bahwa masyarakat tempat pemujaan menjadi tempat wisata ternyata
Prambanan waktu itu sudah cukup makmur, cukup berdampak pada masyarakat di sekitarnya. Siapkah
maju teknologinya dan cukup mempunyai rasa masyarakat menerima perubahan tersebut? Atau
toleransi yang nggi terbuk letak candi Hindu mereka hanya menjadi penonton ke ka wisatawan
dan Budha berdampingan. Keberagaman candi di datang berbondong ke wilayahnya?
kawasan ini merupakan salah satu peletak dasar
kehidupan bernegara yang nilainya telah diadopsi II. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Candi
secara nasional, yaitu adanya sikap tenggang rasa Prambanan
dan toleransi antarumat. Keis mewaan kompleks Permasalahan masyarakat di sekitar candi
Candi Prambanan tercermin dalam UNESCO perlu diatasi dengan program yang berbasis
world heritage list number 642 tahun 1991, yang pemberdayaan masyarakat. Program tersebut
menyebut kompleks Candi Prambanan dengan diberi nama program pemberdayaan masyarakat
Prambanan Compound. Saat ini telah menjadi Sekitar Candi Prambanan. Sasaran kita terfokus
salah satu des nasi wisata sejarah budaya pada kawasan Prambanan yaitu Desa Bokoharjo
internasional. dan Sambirejo karena memang populasi cagar
Fungsi candi pada awal didirikan yaitu pada budaya yang cukup padat. Namun selain
abad IX – X Masehi adalah untuk tempat ibadah, Prambanan juga ada masyarakat Kawasan
namun bangunan tersebut sudah lama di nggalkan Tirtomartani, Kalasan yang ikut serta dalam

54
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

pemberdayaan masyarakat tersebut. Kita ketahui souvenir, pela han kuliner dan pela han untuk
pada ke ga desa tersebut terdapat cagar budaya pemandu wisata di candi-candi atau cagar budaya
yang pen ng dan rela f populer dan memperoleh yang terdapat di desa masing-masing. Dalam
apresiasi di kalangan masyarakat. Hal ini terlihat tulisan ini akan difokuskan pada pemberdayaan
dengan semakin bertambahnya jumlah kunjungan untuk pela han ba k dan jumputan di wilayah
wisata se ap tahunnya ke candi- candi tersebut. Sambirejo dan Bokoharjo. Hal tersebut karena
Desa Bokoharjo dengan Situs Ratu Boko, Desa pela han ba k dan jumputan mengambil atau
Sambirejo dengan Kompleks Candi Ijo, Situs menggali mo f-mo f /desain dari bentuk candi,
Arca Gupolo, Candi Barong, Candi Miri. Desa bentuk ornament atau relief yang ada di Candi
Tirtomartani dengan Candi Kedulan, Candi Kalasan Prambanan, Boko dan Ijo.
dan Candi Sari. Usaha untuk memberdayakan dan Dalam waktu yang singkat (5 hari) peserta
melibatkan masyarakat yang lebih besar dalam pela han yang didominasi oleh perempuan atau
hal pelestarian dan pemanfataan cagar budaya ibu-ibu rumah sudah bisa menuangkan mo f-
di sekitar mereka, merupakan tujuan utama dari mo f candi dan ornament dengan can ng-
kegiatan pemberdayaan masyarakat ini. Oleh can ng mereka. Hasil yang cukup indah dengan
karena itu, sangat pen ng masyarakat di ke ga menggambarkan gerbang boko, mo f ceplok,
desa dak saja menyadari besarnya potensi yang mo f geometris.
mereka miliki, tetapi juga terlibat dalam mengelola
segala potensi tersebut.
Berkenaan dengan konsep pemberdayaan,
Winarni mengungkapkan bahwa in dari
pemberdayaan adalah melipu ga hal yaitu
pengembangan, (enabling), memperkuat potensi
atau daya (empowering), terciptanya kemandirian
(Tri Winarni, 1998: 75). Dengan demikian maka
pemberdayaan adalah upaya untuk membangun
daya, dengan cara mendorong, memo vasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.
Di samping itu hendaknya pemberdayaan
jangan menjebak masyarakat dalam perangkap
ketergantungan (charity), pemberdayaan
sebaliknya harus mengantarkan pada proses
kemandirian.
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
di Sekitar Kawasan Cagar Budaya merupakan
kegiatan yang berkelanjutan dan akan terus
diperluas mencakup pelbagai daerah di Daerah
Is mewa Yogyakarta yang memiliki potensi cagar
budaya. Seper pada tahun 2015 maka kegiatan
pemberdayaan masyarakat pada tahun 2016 juga
melipu beberapa program berupa pela han-
Pela han membuat ba k untuk masyarakat kawasan
pela han teknis, khususnya terkait dengan cagar budaya Prambanan
pengembangan pariwisata, yaitu pela han
memba k, pela han jumputan, pembuatan

55
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Penjelasan mengenai relief yang ada


di dinding Candi Ijo oleh Dra. Wahyu Astu , M.A.
Berbagai mo f ba k berbasis budaya lokal diajarkan
kepada peserta pela han memba k

Beberapa relief Candi Ijo yang dapat


dipergunakan sebagai mo f jumputan
“Mo f Boko” merupakan salah satu mo f ba k
berbasis seni budaya lokal Teknik mengikat dan mencelup dan setelah
kering tampak mo f-mo f yang diajarkan dari
Selain memba k Ibu-ibu juga cukup Candi Ijo, mo f antefik, makara, dan lain-lain.
terampil dalam membuat jumputan. Pada Sungguh mengagumkan tangan-tangan terampil
dasarnya jumputan adalah salah satu teknik peserta diklat bisa menghasilkan karya yang luar
membuat mo f atau pola di atas kain dengan biasa. Proses krea f Ibu-ibu yang tergabung dalam
cara mengisi kain, melipat kain dan mengikat kelompok Pokdarwis Sambirejo tersebut berhasil
kain kemudian dicelupkan pada larutan zat menciptakan mo f baru yaitu mo f kala, lapik
warna sehingga terciptalah suatu mo f pada kain arca dan mo f sulur-suluran dan tumpal dengan
tersebut. Sebelum ibu-ibu melakukan praktek mengambil mo f dari relief Candi Ijo. Suatu hal
membuat kain jumputan, mereka diperkenalkan yang perlu diketahui bahwa jumputan dengan
dan dijelaskan terlebih dahulu mengenai relief relief candi ini prosesnya membutuhkan waktu
Candi Ijo dimulai dari Candi Induk dan dilanjutkan dua kali lipat lebih lama dibandingkan dengan
ke Candi Perwara. Adapun mo f yang dijelaskan jumputan biasa. Perbedaan jumputan biasa dan
adalah lingga-yoni (terdapat relief kura-kura dan mo f relief candi terletak pada teknik sebelum
naga), kala, makara, antefix (simbar), relung candi, mencelup kain untuk pewarnaan. Untuk jumputan
sangka (kerang), sulur, ratna kemuncak, dll. Dari mo f relief candi kain terlebih dahulu harus dijahit
penjelasan mengenai relief Candi Ijo tersebut sedangkan pada jumputan biasa, kain hanya diikat
harapannya peserta mengenal fiosofi relief Candi kecil-kecil.
Ijo dan dapat dijadikan mo f kain jumputan.

56
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Mo f Untaian Mu ara

Prak k pembuatan mo f relief


Candi Ijo pada kain

Hasil dari pelaƟhan jumputan dengan menggunakan


moƟf dari relief Candi Ijo : Mo f Makara

Melalui pela han ini maka diharapkan juga


masyarakat bisa mengembangkan mo f ba k
jumputan sesuai dengan karakter lokal khas dari
Desa Sambirejo. Selain itu masyarakat juga bisa
melakukan pengembangan desain produk ba k
jumput sebagai souvenir khas Desa Sambirejo.

III. Penutup
Pemberdayaan masyarakat sekitar
Prambanan secara signifikan memang belum
tampak hasilnya. Hasil-hasil karya mereka yang
tampak sangat indah belum menjadikan tolok
ukur bahwa mereka itu berhasil. Para perajin
Mo f Kala awal ini perlu membentuk kelompok agar mereka
bisa saling mengisi satu dengan yang lain, terus

57
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

berpraktek sehingga dapat mengembangkan kepen ngan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan


keterampilan dan keahlian mereka ke ngkat rakyat bisa terlaksana.
selanjutnya. Selain itu perlu juga pendampingan
fasilitas dalam pemasaran sehingga keahlian dan DaŌar Pustaka
keterampilan yang mereka peroleh dak berhen
setelah pela han selesai. Diharapkan para Winarni, Tri. 1998. Orientasi Pembangunan
pemangku kepen ngan memberikan tanggapan Masyarakat Desa Menyongsong Abad
posi f. 21, Menuju Pemberdayaan Pelayanan
Penghargaan pada hasil karya mereka bisa Masyarakat. Yogyakarta: Fisipol UGM Aditya
diwujudkan dengan memberikan saran untuk Media.
tempat workshop atau pemasaran. Setelah itu jika
hasil karya mereka mulai dijual, harus dibeli atau
bahkan memesan. Pembelian atau pemesanan
mengakibatkan para perajin terus menghasilkan
karya-karya, bila memungkinkan dari pihak
pemerintah dimulai dari pemerintah daerah bisa
memesan ba k untuk dijadikan seragam. Jika *) Penulis adalah Kasie Pelindungan, Pengembangan,
jejaring ini berhasil dikembangkan maka hasil dan Pemanfaatan BPCB DIY
karya tangan krea f ini akan berkelanjutan dan **) Penulis adalah Staf di Balai Pelestarian Cagar
berkembang. Industri krea f memang dimulai Budaya DIY
dari bawah, perlu dukungan para stake holder
yang cukup kuat dan kemudian dikembangkan.
Dalam pelestarian cagar budaya,
pemberdayaan masyarakat ini juga bermanfaat
sebagai pelindungan cagar budaya. Masyarakat
lokal yang bermukim di sekitar situs pen ng
diposisikan sebagai salah satu sumber
per mbangan utama dalam segala kegiatan
yang menyangkut persoalan warisan budaya.
Ar nya, masyarakat perlu dilibatkan dalam
proses pengelolaan warisan budaya, agar aset
yang dimiliki memberikan kontribusi balik baik
material maupun non material yang berguna
untuk kehidupannya. Keahlian dan keterampilan
yang diberikan tersebut diharapkan dapat mereka
kembangkan dalam konteks keterlibatan mereka
nan nya dalam pelindungan dan pengembangan
cagar budaya di sekitar mereka.
Jika masyarakat sudah paham akan ar
pen ngnya bagaimana memelihara dan merawat
cagar budaya, maka masyarakat itulah yang akan
menjadi pagar pengaman bagi keberadaan cagar
budaya itu. Bahkan amanah Undang-undang No
11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya disebutkan
bahwa pemanfaatan cagar budaya untuk

58
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

59
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat


di Sekitar Kawasan Cagar Budaya
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah
Is mewa Yogyakartamenyelengarakan kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat di SekitarKawasan Cagar
Budaya sepanjang tahun 2016 ini. Kegiatan ini
dimulai pada ga desa di sekitar Kawasan Strategis
Nasional Candi Prambanan, yaitu Desa Bokoharjo
dan Sambirejo di Kecamatan Prambanan, serta Desa
Tirtomartani di Kecamatan Kalasan. Seper diketahui,
pada ke ga desa ini terdapat cagar budaya pen ng
dan telah rela f populer baik di mata masyarakat di
DIY maupun di luar DIY. Desa Bokoharjo dengan Situs
Ratu Boko; Desa Sambirejo dengan Kompleks Candi
Ijo, Situs Arca Gupolo, Candi Miri dan tentu saja
Candi Barong; dan Desa Tirtomartani dengan Candi
Kalasan, Candi Sari dan Candi Kedulan. Adapun tujuan
utama kegiatan ini adalah untuk memberdayakan
dan melibatkan masyarakat di ke ga desa tersebut
dalam konteks pelestarian dan pemanfaatan semua
cagar budaya yang terdapat di sekitar mereka.
Adapun tujuan dilaksanakannya beberapa Kegiatan pela han ba k dasar di Balai Besar Ba k
kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah: dan Kerajinan Yogyakarta
1. Untuk melakukan transfer informasi mengenai
pemberdayaan masyarakat berupa pela han-
pela han yang berguna untuk mengembangkan
potensi masing-masing desa.
2. Untuk membekali masyarakat dengan keahlian dan
keterampilan dalam pelestarian dan pemanfaatan
cagar budaya di sekitar desa mereka.
Beberapa pela han pemberdayaan masyarakat
di sekitar cagar budaya tahun 2016, antara lain:
1. Kegiatan Pela han Ba k Dasar selama 5 hari yaitu
pada 28 Maret s/d 1 April 2016 di Balai Besar Hasil pela han ba k
Kerajinan dan Ba k Yogyakarta. Kegiatan diiku
oleh 25 orang peserta dari anggota Pokdarwis 2. Pela han Kuliner dilaksanakan selama dua
Bokoharjo, Pokdarwis Sambirejo, dan Pokdarwis hari yaitu pada 23-24 Agustus 2016 di Jurusan
Tirtomartani. Pela han ba k ini bertujuan untuk Tata Boga, Fakultas Teknik Universitas Negeri
mengembangkan mo f ba k berbasisseni budaya Yogyakarta. Kegiatan ini diiku 15 orang peserta
lokal, khususnya menggali mo f-mo f tersebut dari anggota Pokdarwis Bokoharjo, Pokdarwis
dari candi-candi yang terdapat di sekitar ke ga Sambirejo, dan Pokdarwis Tirtomartani. Pela han
desa. Kuliner ini bertujuan untuk mengembangkan

60
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

kuliner berbasis pangan lokal yang terdapat di


sekitar ke ga desa.

Kegiatan Pela han Ba k Lanjutan di


PPPP4TK Seni dan Budaya DIY

4. Pela han Jumputandilaksanakan di Balai Desa


Sambirejo dan Studio Ba k PPPP4TK Seni dan
Budaya pada 13-14 September 2016. Kegiatan
ini diiku 10 orang peserta dari Desa Sambirejo
dengan narasumber Caroline Rika Winata
(UNESCO) dan Ir. Sri Herlina (PPPP4TK Seni dan
Budaya). Pela han Jumputan ini bertujuan untuk
mengembangkan mo f-mo f khas cagar budaya
yang terdapat di kedua desa. (Himawan Prasetyo)

Kegiatan Pela han Kuliner di Jurusan Tata Boga


Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

3. Pela han Ba k Tingkat Lanjut dilaksanakan di


Studio Ba k PPPP4TK Seni dan Budaya selama 5
hari yaitu pada 5 s/d 9 September 2016. Kegiatan
ini diiku 15 orang peserta dari Pokdarwis
Bokoharjo dan Pokdarwis Sambirejo. Pela han
Ba k ini bertujuan untuk mengembangkan mo f-
mo f khas cagar budaya yang terdapat di kedua
desa. Pela han Jumputan di Candi Ijo

Prak k Memba k di PPP4TK Seni dan Budaya DIY Pela han Jumputan di PPP4TK Seni dan Budaya DIY

61
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Penerima Penghargaan
Pelestari Cagar Budaya 2016

Rumah Indis (Phonix) Milik Bernie Mulyawa

1. Rumah Indis (Phonix) Milik Bernie rindang. Bagian bangunan terdiri atas rumah
MulyawaƟ induk, paviliun dan bangunan belakang yang terdiri
Rumah Phonix beralamat di Jalan atas dapur, kamar mandi belakang, dan garasi.
Diponegoro No. 18, Yogyakarta. Bangunan ini Secara umum komponen bangunan seper atap
didirikan pada tahun 1918 dan tahun 1930- (gen ng), plafon, daun pintu, jendela dan tegel,
an dimiliki oleh Liem Djoen Hwat. Kemudian cat serta ornamentasinya dan komponen masih
diwariskan kepada Ir. Liem Ing Hwie yang asli menunjukkan ciri arsitektur Indis. Bangunan
merupakan salah satu anggota Java Ins tute. bercorak Art Deco, yang berkembang pesat di
Rumah ini lalu diwariskan pada anak Liem Ing Hwie Yogyakarta pada awal abad 20.
yang bernama Paulus Wikanto Sulaiman (P.Liem
Liang Hoei. S.H.). Untuk mengenang ayahnya,
rumah ini diberi nama Phonix sesuai nama
kelompok belajar Ir. Liem Ing Hwie di Belanda (Delf
Studenclok Phonix). Sekarang rumah ini dihuni
Bernie Mulyawa (istri Paulus Wikanto Sulaiman).
Bangunan bercirikan indis yang masih asli dengan
tata halaman yang luas penuh dengan pohon

62
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Bangunan PT Taru Martani

2. Bangunan PT Taru Martani 2007.Bangunan bergaya indis dengan bentuk


PT Taru Martani secara administra f terletak atap limasan. Jendela atas dan bouven licht
di Jalan Kolonel Bambang Suprapto No 2 Baciro, masih asli, tetapi jendela bawah dan pintu sudah
Gondokusuman, Yogyakarta, didirikan pada tahun digan . Bangunan terdiri dari dua blok dalam
1918. Pada awalnya pabrik ini terletak di daerah kompleks, dibangun secara bertahap. Bangunan
Bulu, jalan Magelang dengan nama N.V. Negresco. A digunakan sebagai bangunan administrasi
Pada tahun 1921 pabrik ini dipindahkan ke lokasi dan produksi didirikan tahun 1920. Bangunan B
yang sekarang (Jalan Kolonel Bambang Suprapto digunakan sebagai bangunan produksi dan gudang
No. 2 Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta).Pada yang didirikan tahun 1921. Perlu diketahui bahwa
masa pendudukan Jepang di Yogyakarta, pabrik mesin-mesin yang digunakan untuk produksi
ini pun bergan nama menjadi Java Tobacco sampai sekarang, sudah ada sejak pabrik tersebut
Kojo. Setelah Jepang menyerah tahun 1945 pabrik masih milik perusahaan Belanda.
diambil oleh pemerintah Republik Indonesia.
Pada tanggal 23 September 1972 namanya diubah
menjadi PT Taru Martani dan diresmikan oleh
Menteri Ekuin yang pada masa itu dijabat oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono IX. Taru Martani yang
ar nya “daun yang menghidupi.” Bangunan ini
sudah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya
dengan Surat Keputusan Permenbudpar No.
PM.25/PW.007/MKP/2007 tertanggal 26 Maret

63
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Rumah Tradisional Milik Darto Harnoko

3. Rumah Tradisional Milik Darto Harnoko Surat Keputusan Walikota Yogyakarta dengan
nomor No. 798/KEP/2009. Arah hadap rumah
Rumah tradisionalmilik Dartono Harnoko menghadap ke utara, struktur ruang yaitu
terletak di Ledok Ratmakan GM I/665 Kelurahan bagian depan pendopo berbentuk limas, dalem
Ngupasan, Kecamatan Gondomanan Kota ageng dilengkapi sentong (tengah, kiwo,tengen),
Yogyakarta. Rumah tersebut sebelumnya gadri,pawong dan gandok tengah.
milik Alm. Noto Pidekso kemudian diwariskan
kepada anaknya, yakni Alm. R. Mardjonowinoto.
Rumah dibangun pada tahun 1910 yaitu masa
pemerintahan HB VII (dibuk kan dengan adanya
lambang Crown). Bangunan rumah tersebut masih
menggunakan rangkaian atap raguman yaitu
rangkaian plafon bambu utuh (empyak) dirangkai
terlebih dahulu sebelum dipasang dengan bantuan
pengikat dari ijuk, ikatannya dinamakan raguman.
Bangunan ini sudah mendapat Surat Keputusan
sebagai bangunan warisan cagar budaya melalu

64
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Rumah Tradisional Milik Soedarjo

4. Rumah Tradisional Milik Soedarjo terbuka. Akan tetapi pada tahun 1980-an karena
Bangunan rumah milik Bapak Soedarjo alasan keamanan kemudian ditutup menggunakan
berada di Tegalrejo, RT 03, RW 02 Taman Martani, pintu (gebyok). Bagian dalam merupakan rumah
Kalasan, Sleman. Bangunan bercirikan tradisional induk memiliki kamar atau senthong dengan sekat
Jawa beratap limasan. Bangunan ini diperkirakan dari gebyok, lantai flor dengan mo f garis-garis
dibangun sebelum tahun 1930-an oleh kakeknya menyerupai keramik.
yang bernama Joyowiryo. Pada tahun 1939
Joyowiryo meninggal dunia, kemudian bangunan
tersebut diwariskan kepada anak yang bernama M
Wirjosoediharjo. Beliau adalah Carik Desa Pokoh,
Ngemplak, Sleman. Pada tahun 1946 beliau
pensiun dan kemudian menjadi petani. Pada tahun
1952 beliau meninggal. Rumah tersebut kemudian
diwariskan kepada anaknya yaitu Soedarjo. Perlu
diketahui bahwa pada agresi militer ke II tahun
1948 rumah tersebut digunakan untuk markas
taruna-taruna Militer Akademi, juga sebagai
markas pengintaian terdepan untuk mengawasi
pergerakan Belanda di Bogem.Bangunan depan
terdapat emper, dahulu merupakan bangun

65
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Rumah Tradisional Milik Sri Lestari

5. Rumah Tradisional Milik Sri Lestari Moch Jupri dak mempunyai anak kemudian
Rumah tradisional milik Sri Lestari terletak di diwariskan kepada salah satu keponakannya yang
Gang Mawar, RT 03, RW 007, Pedukuhan Klajuran, bernama Sri Lestari. Arah hadap bangunan ke
Desa Sidokarto, Kecamatan Godean, Kabupaten selatan, struktur ruang bangunan yaitu pendopo
Sleman. Rumah ini merupakan pe bangunan berbentuk joglo, dalem ageng dengan senthong
Joglo terdiri atas pringgitan, bangunan induk sudah berubah, pawon dan gandhok.
dan gandok. Sekarang bangunan tersebut selain
sebagai rumah nggal juga berfungsi sebagai
homestay, yang sifatnya dak untuk komersial,
hanya digunakan untuk penginapan para peneli
yang melakukan studi atau peneli an tentang
bangunan Joglo di kawasan Klajuran. Bagian lantai
digan keramik, diatas tebeng pintu penghubung
antara pringgitan dan bangunan induk terdapat
tulisan angka 1845, yang menunjukkan bahwa
rumah tersebut dibangun pada tahun 1845,
dibangun oleh Bapak Ronorejo. Setelah beliau
meninggal kemudian diwariskan kepada salah
satu puteranya yang bernama Harjo Pertomo.
Setelah itu diwariskan kepada Moch Jupri. Karena

66
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Balai Desa Sardonoharjo

6. Balai Desa Sardonoharjo


Bangunan Balai Desa Sardonoharjo beralamat di Jalan Kaliurang Km 9, Gondangan, Sardonoharjo, Ngaglik
Sleman. Dahulu merupakan rumah Jendral Urip Sumoharjo, setelah beliau pindah dari rumah tersebut,
kemudian dipakai untuk kantor kawedanan/kecamatan. Pada tahun 1968 rumah tersebut dibeli oleh
pemerintah Kabupaten Sleman, dan digunakan sebagai kantor Kalurahan. Bangunan Balai Desa Sardonoharo
merupakan bangunan Indis dilengkapi dengan jendela model krepyak dengan inep dua buah bukaan keluar.
Pintu depan mempunyai inep dua buah bukaan keluar dari panil kayu dengan atap papan. Di samping kanan–
kiri pintu terdapat jendela berteralis panil kaca. Dinding tembokberupa batu expose dan dicat hitam.

67
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

SD Negeri Percobaan 4 Wates Kulon Progo

7. SD Negeri Percobaan 4 Wates Kulon Progo tetap merupakan bangunan konstruksi kayu
BangunanSD Negeri Percobaan 4 Wates dengan dinding berfungsi sebagai sekat/ dak
ini terletak di Jalan Bhayangkara No. 1, Wates. menyangga beban. Penutup atap model genteng
Bangunan ini didirikan sejaman dengan vlaam. Plafon telah mengalami perubahan
KantorPolres Kulon Progo dan Media Center dari anyaman bambu menjadi eternit. Pintu
sekitar tahun 1920-an.Pada awalnya digunakan dan jendela ruangan model panil kaca. Lantai
untuk tangsi militer. Padatahun 1926 bangunan bangunan rela f masih asli berupa tegel abu-abu
ini digunakan untuk sekolah lanjutan (Sekolah ukuran 20 x 20 cm. Tata letak bangunan masih asli
Guru Bawah). Pada tahun 1952, bangunan ini dengan denah bangunan dak ada perubahan.
digunakan untuk sekolah laboratorium milik Fungsi bangunan tetap sebagai sekolah dengan
FKIP UGM. Setelah pendirian IKIP tahun 1963, ngkat keterawatan bangunan cukup baik.
bangunan ini digunakan untuk SD IKIP. Pada
tahun 1968-1987 digunakan untuk SD Negeri
Pancasila.
Pada tahun 1987 bangunan ini digunakan
sebagai SD Negeri Percobaan 4 sampai sekarang.
Saat ini bangunan dikelola oleh Dinas Pendidikan
Kecamatan Wates. Bentuk bangunan bergaya
arsitektur tradisional Jawa dengan bentuk
denah persegi panjang dan bentuk atap
limasan jebengan. Struktur bangunan masih

68
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Jaringan Irigasi Area Bantul “Dam Makam Bulan”

8. Jaringan Irigasi Area Bantul “Dam Makam Air dari Dam Kamijoro menuju Dam
Bulan” Makam Bulan ini dialirkan melalui saluran
Jaringan Iirigasi Area Bantul “Dam (gorong-gorong) di dalam tanah. Jarak antara
Makam Bulan” berada di Dusun Manakan, Desa Dam Makam Bulan dan Dam Kamijoro sendiri
Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten ±600 meter. Luas dari kompleks Dam Makam
Sleman. Pembangunan “Dam Makam Bulan” Bulan sendiri ±14 m x 10 m. Bangunan yang
menjadi salah satu bagian pen ng dari mata dibuat pada kisaran tahun 1924 ini hingga saat
rantai sistem irigasi yang dibuat oleh Joseph ini masih kelihatan kokoh, utuh dan berfungsi
Schmutzer dan Julius Schmutzer berkaitan erat op mal, walaupun kondisinya kurang terjaga.
dengan pengelolaan pabrik gula Gondanglipura Jaringan irigasi terdiri dua pintu yang mengarah
yang secara resmi dikelola oleh Joseph dan Julius ke selatan ke sungai progo dan dua buah
Schmutzer tahun 1912 (pabrik gula itu sendiri pintu yang mengarah ke wilayah pajangan dan
didirikan sekitar tahun 1862 oleh pasangan dari sanden. Panjang pintu air tersebut ± 6 m dan
Belanda yang bernama Stefanus Barends dan lebar ±1,5 m.
Elise Fransisca Wilhelmina Kathaus). Sistem
irigasi ini dak hanya untuk mengelola dan
meningkatkan produk vitas tebu/gula, namun
juga produk-produk pertanian lain yang dak
hanya dinikma oleh Schmutzer bersaudara,
namun juga petani dan masyarakat umum di
kawasan tersebut.

69
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Rumah Tradisional Milik Kuncoro Hadi

9. Rumah Tradisional Milik Kuncoro Hadi


Bangunan rumah ini beralamat di Dukuh Bantul Karang, Desa Ringinharjo, Kecamatan Bantul.
Bangunan ini merupakan warisan turun-temurun dari kakek buyut Kuncoro Hadi. Dibangun pertama oleh
Santo Pawiro mulai tahun 1901, disempurnakan oleh Karto Sanjoyo, Lurah Palbapang dan diwariskan kepada
Darto Siswoyo digunakan sebagai Kantor DPC PDI pada masa Orde Baru. Diwariskan kepada Marmi dan
saat ini sebagai tempat nggal Kuncoro Hadi. Pada waktu terjadi gempa pada tahun 2006 kondisi rumah
roboh dan dibangun kembali sesuai dengan aslinya. Bangunan berarsitektur tradisional Jawa model Joglo,
terdiri dari pendapa, pringgitan, ndalem, dan gandhok. Bangunan pendapa merupakan bangunan terbuka,
hanya saja terdapat sedikit perubahan yaitu pada lantai pendapa telah digan dengan keramik. Pintu utama
model kupu tarung. Jendela model krepyak dilengkapi teralis model jeruji besi. Diatas pintu dan jendela
terdapat pola hias mo f sulur-suluran.

70
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Kantor Pegadaian Gunungkidul

10. Kantor Pegadaian Gunungkidul jendela juga terbuat dari kayu. Di atas pintu
Kantor Pegadaian Gunungkidul beralamat terdapat boven dengan kisi-kisi besi, sedangkan
di Jalan Brigjend Katamso No. 6, Gunungkidul. pada jendela dipasang kawat strimin dan teralis
Bangunan Kantor Pegadaian Gunungkidul besi, dibawahnya terdapat lubang loket asli
didirikan dalam kurun waktu 1913-1914, bercat warna coklat. (Himawan Prasetyo)
bersamaan dengan pendirian kantor pegadaian
(pandhuis) di seluruh wilayah Yogyakarta.
Dengan keluarnya Staadblad 1914 No. 794
semua pegadaian di wilayah Yogyakarta
dimonopoli pemerintah Hindia Belanda. Resesi
ekonomi telah mendorong pemerintah kolonial
Hindia Belanda menerapkan berbagai ndakan
rasionalisasi. Setelah Kemerdekaan Republik
Indonesia tahun 1945 sampai sekarang
bangunan ini tetap berfungsi sebagai kantor
pegadaian. Bangunan bergaya indis ini beratap
limasan dan menghadap ke arah utara. Struktur
asli bangunan berupa dinding, lubang angin,
pintu dan jendela. Dinding bangunan berupa
pasangan bata berplester. Daun pintu dan

71
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Kemah Budaya
Tahun 2016
Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Kwarcab Gunungkidul, dan Kwarcab Kota Yogyakarta
Is mewa Yogyakarta, Balai Pelestarian Nilai Budaya sejumlah 200 orang. Adapun rinciannya yaitu 80
Daerah Is mewa Yogyakarta, dan Museum Benteng orang pramuka penggalang dan 120 orang pramuka
Vredeburg Yogyakarta, sebagai unit pelaksana penegak. Untuk regu pramuka penggalang, se ap
teknis (UPT) yang berada di bawah Direktorat Kwarcab mengutus 8 pramuka penggalang putra
Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan dan 8 pramuka penggalang putri. Sementara untuk
Kebudayaan, mempunyai tugas dalam melestarikan regu pramuka penegak, se ap Kwarcab mengutus
budaya, baik yang bersifat tangible dan intangible 8 pramuka penegak putra dan 16 pramuka penegak
beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. putri.
Upaya pelestarian budaya yang dilakukan oleh ke ga
instansi tersebut salah satunya yakni meningkatkan
internalisasi budaya kepada generasi muda melalui
penyelenggaraan Kemah Budaya.
Kemah Budaya merupakan program
internalisasi budaya yang dikemas dalam bentuk
kegiatan kepramukaan yang meni kberatkan pada
upaya pengenalan, penguatan, dan pengembangan
kebudayaan di kalangan generasi muda. Kemah Budaya
diselenggarakan se ap tahun oleh Balai Pelestarian
Cagar Budaya Daerah Is mewa Yogyakarta, Balai Pemukulan gong oleh KGPAA Paku Alam X
sebagai tanda dibukanya Kemah Budaya 2016
Pelestarian Nilai Budaya Daerah Is mewa Yogyakarta,
dan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, bekerja
sama dengan Kwar r Daerah Gerakan Pramuka
Daerah Is mewa Yogyakarta.
Pada tahun 2016 ini, Kemah Budaya kembali
digelar pada 27 – 31 Juli 2016, bertempat di Bumi
Perkemahan Pengembangan Candi Prambanan,
Sleman, Daerah Is mewa Yogyakarta. Kemah Budaya
yang ke-10 ini mengusung tema “Dengan potensi
keragaman budaya bangsa, kita wujudkan pribadi
yang berkarakter dan berbudi peker luhur guna Pertunjukan kesenian oleh masing-masing Kwarcab pada
saat pembukaan Kemah Budaya
memperkokoh ja diri bangsa”
Kemah Budaya 2016 diiku oleh peserta yang
Kemah Budaya pada prinsipnya merupakan
terdiri dari regu pramuka penggalang dan sangga
kegiatan pembinaan generasi muda yang bersifat
pramuka penegak pilihan dari masing-masing Kwar r
eduka f, inova f, krea f, produk f, menantang, dan
Cabang Gerakan Pramuka se-DIY, yaitu Kwarcab
rekrea f. Dalam pelaksanaannya, Kemah Budaya
Sleman, Kwarcab Bantul, Kwarcab Kulon Progo,
2016 diisi dengan beragam kegiatan yang dilakukan

72
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

dengan metode permainan, diskusi, ceramah,


demonstrasi, simulasi, dan pengamatan, dengan
tujuan agar peserta dapat mengembangkan aspek
kogni f, afek f dan psikomotoriknya. Kegiatan yang
diiku peserta Kemah Budaya berupa kegiatan indoor
maupun outdoor yang bersifat prestasi dan juga non-
prestasi, antara lain:
1) Lima belas giat prestasi, melipu : a) Giat Prestasi
Pembuatan Majalah Dinding; b) Giat Prestasi
Menyanyi Bersama/ Koor; c) Giat Prestasi Giat prestasi karnaval budaya
Membaca Puisi Perjuangan; d) Giat Prestasi
Fotografi; e) Giat Prestasi Masakan Tradisional; f)
Giat Prestasi Dekorasi Temanten Tradisional Jawa
(Penjor); g) Giat Prestasi Merangkai Peningset
Pengan n; h) Giat Prestasi Macapat; i) Giat
Prestasi Mendongeng; j) Giat Prestasi Permainan
Tradisional; k) Giat Prestasi Karnaval Budaya; l)
Giat Prestasi Mengenal dan Memakai Pakaian
Adat Jogja Beserta Peragaan Pakaian Adat; m)
Giat Prestasi Asah Terampil Pewayangan; n) Giat
Prestasi Menulis dan Membaca Huruf Jawa; o) Giat prestasi merangkai penjor
Giat Prestasi Pidato Bahasa Jawa.

Giat prestasi membuat majalah dinding Giat prestasi membaca puisi perjuangan

Giat prestasi merangkai peningset


Giat prestasi masakan tradisional

73
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Giat prestasi mendongeng Giat prestasi pidato bahasa Jawa


2) Kunjungan Situs Sejarah di Candi Prambanan,
Situs Ratu Boko, Candi Ijo dan Candi Palgading. Di
sana para peserta akan melakukan praktek lay out
ekskavasi, penggambaran, dan anas losis.

Giat prestasi mengenal dan memakai


pakaian adat Yogyakarta

Praktek membersihkan batu di kompleks Candi


Prambanan

Giat prestasi asah terampil pewayangan

Praktek ekskavasi di Situs Ratu Boko

Giat prestasi menulis dan membaca huruf Jawa Melihat proses pemugaran Candi Palgading

74
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

3) Kunjungan museum di Gedung Agung, Museum 4) Kunjungan Sanggar Seni dan Kerajinan Singlon,
Benteng Vredeburg Yogyakarta, Museum Kraton Pengasih, Kulon Progo, Daerah Is mewa
Yogyakarta, dan Museum Sonobudoyo. Yogyakarta.

Kunjungan ke Gedung Agung


Peserta kemah budaya belajar memba k di sanggar
seni dan kerajinan Singlon, Pengasih, Kulon Progo

5) Sarasehan Budaya.
6) Dialog dan diksusi kepramukaan.
7) Pentas budaya.
8) Pemutaran film sejarah dan kepurbakalaan.
9) Talkshow kesejarahan, permuseuman, dan
keperbukalaan.
Kunjungan ke museum Keraton Kasultanan Yogyakarta

Kunjungan ke museum Sonobudoyo Pemutaran film sejarah dan kepurbakalaan

Beragam kesenian ditampilkan peserta kemah


budaya dalam kegiatan pentas budaya
Kunjungan ke museum Benteng Vredeburg

75
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

terkandung di dalamnya. Nilai-nilai kearifan nenek


moyang itulah yang hendak digali dalam Kemah
Budaya, agar dapat diwariskan kepada generasi muda
sebagai bekal untuk mengembangkan diri menjadi
pribadi yang berkarakter dan berbudi peker luhur,
serta mampu memperkokoh ja diri bangsa. (Ferry
Ardiyanto)

Talkshow kesejarahan, permuseuman,


dan kepurbakalaan

Kegiatan Kemah Budaya secara substansial


dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta
dan bangga terhadap budaya, sehingga dapat
membangkitkan kesadaran generasi muda untuk
berpar sipasi dalam melestarikan budaya bangsa.
Selain itu, dengan adanya berbagai macam budaya
yang dapat dipelajari peserta di dalam Kemah
Budaya, diharapkan dapat mendorong terbentuknya
sikap apresiasi dan toleransi atas keragaman budaya
bangsa.

Penyerahan piala dan ser fikat penghargaan


kepada juara umum (Kwarcab Kulon Progo)
dan para pemenang giat prestasi

Digelarnya Kemah Budaya 2016 sekaligus untuk


menyongsong Hari Pramuka dan menyemarakkan
peringatan 25 tahun ditetapkannya Candi Prambanan
sebagai warisan dunia. Harapannya, Kemah Budaya
2016 ini dapat menjadi wahana bagi Pramuka
untuk menggali potensi keragaman budaya bangsa,
dan mengambil nilai-nilai budaya adiluhung yang

76
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Jelajah Budaya Pelajar


Tahun 2016
Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah dalam bentuk kegiatan yang bersifat eduka f-
Is mewa Yogyakarta sebagai unit pelaksana kultural, rekrea f, dan inova f. Pada tahun 2016
teknis (UPT) yang berada di bawah Direktorat Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Is mewa
Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Yogyakarta bekerjasama dengan Kwar r Daerah
Kebudayaan mempunyai tugas dan fungsi dalam Gerakan Pramuka Daerah Is mewa Yogyakarta,
melaksanakan pelindungan, pengembangan, dan kembali menggelar kegiatan Jelajah Budaya Pelajar
pemanfaatan cagar budaya. Tugas dan fungsi tersebut sebanyak dua kali dengan tema yang sama yakni
dilaksanakan sebagai upaya untuk melestarikan cagar “Menapak Jejak Peradaban Mataram Kuno di
budaya, khususnya yang ada di Daerah Is mewa Perbukitan Prambanan”. Jelajah Budaya Pelajar yang
Yogyakarta. pertama dilaksanakan pada 22 Mei 2016 dalam
Dalam mengemban tugas melestarikan cagar rangka memperinga Hari Pendidikan Nasional
budaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah dan yang kedua diselenggarakan pada 6 November
Is mewa Yogyakarta senan asa berpijak pada guna memperinga Hari Sumpah Pemuda dan Hari
pelestarian yang berbasis par sipasi publik. Kebijakan Pahlawan.
tersebut diambil karena Balai Pelestarian Cagar Peserta yang berpar sipasi dalam kegiatan
Budaya Daerah Is mewa Yogyakarta menyadari betul Jelajah Budaya Pelajar yang pertama yakni Pramuka
bahwa pelestarian cagar budaya akan sulit terwujud Penggalang calon peserta Jambore Nasional X tahun
tanpa adanya keterlibatan dari masyarakat. 2016 perutusan Kwar r Cabang se-DIY sejumlah
Keeksistensian cagar budaya seja nya dak 160 orang, yang berasal dari Kwar r Cabang
cukup hanya dilihat dari sisi wujud konkritnya Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, dan Kota
semata, namun juga harus dibarengi dengan adanya Yogyakarta. Dari 160 0rang peserta tersebut terbagi
pemahaman tentang cagar budaya dalam ingatan dalam 10 kelompok putra dan 10 kelompok putri,
pemilik cagar budaya itu sendiri, yang tak lain adalah dengan masing-masing kelompok terdiri dari 8 orang
masyarakat. Oleh karena itu, program pelestarian anggota.
cagar budaya yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Sementara itu untuk Jelajah Budaya Pelajar yang
Budaya Daerah Is mewa Yogyakarta dak hanya kedua diiku pramuka ngkat penegak se-DIY dengan
berorientasi pada aspek kuan ta f saja, namun juga total jumlah peserta ada 200 orang, yang berasal dari
mencakup aspek kogni f. Kwar r Cabang Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulon
Selain melakukan pelestarian yang bersifat Progo, dan Kota Yogyakarta. Dari 200 0rang peserta
fisik berupa kegiatan pemeliharaan dan pemugaran tersebut dibagi menjadi 20 kelompok putra dan 20
cagar budaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah kelompok putri, dengan masing-masing kelompok
Is mewa Yogyakarta juga melaksanakan internalisasi terdiri dari 5 orang anggota.
cagar budaya kepada masyarakat, khususnya kepada Kegiatan Jelajah Budaya Pelajar tahun 2016 ini
pelajar. Salah satunya yakni dengan menyelenggarakan diselenggarakan dengan tujuan untuk mendekatkan
“Jelajah Budaya Pelajar.” generasi muda kepada warisan budaya bangsa,
Jelajah Budaya Pelajar merupakan bagian khususnya cagar budaya. Kegiatan Jelajah Budaya
dari program sosialisasi cagar budaya yang dikemas yang kesembilan dan kesepuluh kalinya ini berupaya

77
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

mengajak generasi muda untuk menelusuri jejak- Kegiatan Jelajah Budaya Pelajar dak lain
jejak peradaban nenek moyang yang pernah eksis merupakan bagian dari proses pembelajaran bagi
di perbukitan daerah Prambanan-Yogyakarta bagian generasi muda untuk mendekatkan diri kepada
selatan atau yang dikenal dengan sebutan “Siwa warisan budaya dari leluhur. Warisan budaya yang
Plateau.” berwujud candi-candi bernilai seni nggi, maupun
Di kawasan “Siwa Plateau” banyak ditemukan warisan budaya yang berupa kearifan lokal yang
nggalan budaya dari masa klasik (Hindu-Budha), mengandung nilai-nilai pen ng merupakan bagian
antara lain berupa candi dan situs pemukiman. dak terpisahkan.
Melalui kegiatan Jelajah Budaya, generasi muda
akan diajak bersama-sama untuk menapak jejak
peradaban ke tempat-tempat yang menjadi buk
tentang bagaimana arif dan bijaknya nenek moyang
dalam mengelola sumberdaya alam yang tersedia.
Kemampuan mengatasi tantangan menjadikan
mereka mampu bertahan hidup dengan menjalin
hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya.
Nilai-nilai kearifan nenek moyang tersebut bisa digali
generasi muda dengan mengenali dan memahami
Perjalanan menyusuri kawasan Siwa Plateau
nggalan- nggalan budaya mereka yang masih lestari
sampai saat ini, di antaranya yakni Situs Ratu Boko, Kegiatan Jelajah Budaya juga menjadi wahana
Situs Sumberwatu, Candi Dawangsari, Candi Barong, bagi generasi muda untuk melakukan refleksi,
dan Candi Ijo. Selain candi dan situs pemukiman, dengan memahami sejarah dan warisan budaya
di kawasan Siwa Plateu juga ditemukan nggalan dapat meme k nilai-nilai luhur masa lampau dan
berupa arca, yakni arca Gupala dan arca Ganesha. maha karya budaya adiluhung bangsa, kemudian
Adapun rute perjalanan yang ditempuh peserta menjadikannya sebagai panduan hidup dalam
Jelajah Budaya Pelajar yaitu Kompleks Candi Ijo (start) melangkah ke depan.
→ Situs Sumur Bandung → Candi Barong → Candi
Dawangsari → Situs Sumberwatu → Situs Ratu Boko
(finish).

Peserta jelajah budaya mendengarkan penjelasan


tentang Siwa Plateau dari narasumber di Candi Barong

Selain mengunjungi candi dan situs yang


Kepala BPCB DIY, Winston Sam Dauglas Mambo saat
merupakan in dari kegiatan Jelajah Budaya,
membuka kegiatan Jelajah Budaya di Kompleks Candi Ijo
peserta juga akan bergiat di se ap pos di sepanjang
perjalanan Jelajah Budaya. Peserta yang terbagi ke

78
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

dalam beberapa regu, baik regu putra maupun regu pelepasan burung. Kegiatan tersebut bertujuan
putri, akan berkompe si dalam giat prestasi yang untuk menumbuhkan kesadaran pada diri generasi
dilaksanakan di se ap pos yang berada di k- k muda agar semakin peduli terhadap lingkungan alam
tertentu sepanjang rute perjalanan, yang mana se ap sekitarnya.
pos dijaga oleh dewan juri. Adapun giat prestasi yang
dilombakan antara lain: 1) pengetahuan tentang
kepramukaan, 2) yel-yel kebangsaan, 3) fotografi, dan
4) karya tulis dalam bentuk feature, dan 5) Lomba
foto selfie (swafoto).

Penanaman pohon di halaman


Giat prestasi yel-yel kebangsaan Candi Barong

Untuk giat prestasi pengetahuan tentang


kepramukaan dan yel-yel kebangsaan dilaksanakan di
se ap pos yang berada di k- k tertentu sepanjang
rute perjalanan. Sementara itu giat prestasi fotografi,
karya tulis dan lomba foto selfie diadakan setelah
kegiatan Jelajah Budaya selesai dilaksanakan. Hal itu
dikarenakan giat prestasi tersebut merupakan wujud
pendokumentasian yang dilakukan peserta selama
mengiku kegiatan Jelajah Budaya. Dalam giat
prestasi ini se ap peserta bisa mengirimkan karya Pelepasan ikan di embung Dusun Candisari
terbaik mereka untuk diseleksi dewan juri.
Para pemenang dalam kegiatan Jelajah Budaya Kegiatan Jelajah Budaya Pelajar secara
ini terbagi menjadi empat kategori, yakni regu putra substansial dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa
terbaik, regu putri terbaik, regu putra terfavorit cinta dalam jiwa generasi muda terhadap warisan
dan regu putri terfavorit. Diadakannya giat prestasi budaya bangsa. Dengan dilaksanakannya kegiatan
bertujuan untuk menggugah daya krea vitas, inovasi, Jelajah Budaya ini akan menumbuhkan tunas-
dan psikomotorik peserta. tunas muda Indonesia yang berja diri, berkarakter
Tidak hanya berkompe si dalam giat prestasi dan berbudaya. Kader-kader muda yang cinta dan
saja, peserta Jelajah Budaya juga melaksanakan peduli terhadap warisan budaya di Daerah Is mewa
kegiatan di alam terbuka (outdoor) dengan Yogyakarta dan lingkungan alam sekitarnya.
melakukan penanaman pohon, pelepasan ikan, dan

79
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

bangsanya ke jalan masa depan yang lebih terang.


Untuk kegiatan Jelajah Budaya Pelajar yang
kedua diselenggarakan dengan berpijak pada
tema peringatan Sumpah Pemuda ke-88 yang
menggaungkan semangat “Pemuda Menatap Dunia”,
maka melalui perhelatan Jelajah Budaya Pelajar,
Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Is mewa
Yogyakarta berupaya membina para pemuda agar
menjadi generasi yang mampu mambawa bangsanya
untuk bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain.
Sarasehan cagar budaya di Situs Ratu Boko
Salah satunya yakni dengan melakukan pembinaan
mental dan fisik yang berbasis edukasi budaya
melalui kegiatan penjelajahan untuk mengenali
warisan budaya bangsa sekaligus menggali nilai-nilai
kearifan yang terkandung di dalamnya. Beragam
nggalan budaya yang ada di kawasan Siwa Plateau
menunjukkan bahwa nenek moyang kita jaman
dahulu sudah mampu menjawab tantangan alam
dengan mengolah sumber daya alam yang tersedia
agar bisa bertahan hidup. Etos kerja keras dan
pantang menyerah itulah yang ingin diinternalisasikan
kepada pemuda agar menjadi pribadi yang berja
Penyerahan piala kepada para juara giat prestasi diri sesuai dengan karakter bangsanya sendiri.
Dengan demikian kelak ke depan akan muncul bibit-
Digelarnya Jelajah Budaya Pelajar yang bibit generasi unggul yang mampu tumbuh dan
pertama sekaligus untuk menyemarakkan peringatan berkembang, bersaing dengan bangsa-bangsa yang
Hari Pendidikan Nasional Tahun 2016 bertema lainnya dalam menjawab tantangan dunia. Kunjungi,
“Nyalakan Pelita, Terangkan Cita-Cita”, yang pada Lindungi, dan Lestarikan Cagar Budaya Indonesia.
tahun ini dirayakan sebulan penuh selama Bulan Mei, (Ferry Ardiyanto)
yang diperinga sebagai Bulan Pendidikan. Untuk
memperluas keriaan pendidikan dan kebudayaan,
maka dirancang kegiatan-kegiatan dengan tema
yang berbeda se ap minggunya. Dan, Kegiatan
Jelajah Budaya pertama ini sudah selaras dengan
sub tema minggu ke-3 yang ditetapkan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, yakni “Anak adalah
Bintang.” Diharapkan kegiatan Jelajah Budaya Pelajar
yang pertama mampu memberikan bekal berupa
pendidikan karakter dan wawasan kebudayaan bagi
pesertanya. Bekal itulah yang nan nya menjadi
sumber cahaya bagi mereka untuk menjadi bintang-
bintang yang kelak bisa terus bersinar membawa

80
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Workshop Cagar Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Daerah Is mewa Yogyakarta pada Sabtu dan
Is mewa Yogyakarta sebagai unit pelaksana Minggu tanggal 6 – 7 Agustus 2016. Peserta
teknis (UPT) yang berada di bawah Direktorat workshop adalah pelajar ngkat SMA dan SMK di
Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kabupaten Sleman sejumlah 50 orang.
Kebudayaan mempunyai tugas dan fungsi dalam Kegiatan ini bertujuan memberikan
melaksanakan pelindungan, pengembangan, dan pembelajaran tentang fotografi kepada para
pemanfaatan cagar budaya. Tugas dan fungsi tersebut pelajar, meningkatkan apresiasi dan pengetahuan
dilaksanakan sebagai upaya untuk melestarikan cagar pelajar tentang cagar budaya yang mengarah
budaya, khususnya yang ada di Daerah Is mewa pada terwujudnya pelestarian benda, bangunan,
Yogyakarta. struktur, situs dan kawasan cagar budaya, dan
Dalam mengemban tugas melestarikan sekaligus mengenalkan potensi budaya yang ada
cagar budaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya di Daerah Is mewa Yogyakarta workshop fotografi
Daerah Is mewa Yogyakarta senan asa berpijak ini yakni Drs. Ign. Eka Hadiyanta, M.A. dan Dedy
pada pelestarian yang berbasis par sipasi publik. Hariansyah, S.Kom.
Kebijakan tersebut diambil karena Balai Pelestarian Acara workshop dibuka oleh Kepala Balai
Cagar Budaya Daerah Is mewa Yogyakarta menyadari Pelestarian Cagar Budaya DaerahIs mewa
betul bahwa pelestarian cagar budaya akan sulit Yogyakarta, Drs. Winston Sam Dauglass Mambo
terwujud tanpa adanya keterlibatan dari masyarakat. pada pukul 09.00. Setelah pembukaan dilanjutkan
Keterlibatan masyarakat ini bisa dibangun dengan dengan pemberian materi. Materi workshop
melakukan internalisasi kepada masyarakat, termasuk melipu :
kepada pelajar. 1) Dokumentasi dan publikasi cagar budaya bagi
Kegiatan yang melibatkan pelajar salah pelajar.
satunya adalah Workshop Cagar Budaya. Tahun 2) Pengenalan fotografi.
2016 ini Balai Pelestarian Cagar BudayaDaerah 3) Prak k fotografi di Situs Ratu Boko.
Is mewa Yogyakartamenyelenggarakan ga kegiatan 4) Prak k fotografi benda cagar budaya di
workshop, yang diiku para pelajar dari sejumlah ruangan.
kabupaten. 5) Foto edi ng.
1. Workshop Fotografi Cagar Budaya 6) Evaluasi.
Workshop Fotografi Cagar Budaya Pemberian materi berada di dua lokasi.
merupakan salah satu kegiatan yang diadakan Pada hari pertama (Sabtu, 6 Agustus 2016 )
oleh Unit Kerja Dokumentasi dan Publikasi Balai dimulai dari pukul 09.15-11.00, materi diberikan
Pelestarian Cagar Budaya Daerah Is mewa di dalam ruangan. Setelah pemberian materi,
Yogyakarta. Kegiatan workshop ini merupakan dilakukan ekskursi (prak k lapangan) di Situs Ratu
kegiatan yang ru n diadakan Unit Kerja Boko. Sesi ekskursi ini berakhir pukul 14.30.
Dokumentasi dan Publikasi. Pada tahun ini Sementara kegiatan pada hari Minggu,
workshop fotografi diselenggarakan di Bapelkes 7 Agustus 2016, juga prak k di dalam ruangan.
(Balai Pela han Kesehatan) Kalasan, Sleman, Kegiatan prak k melipu foto indoor dan edi ng

81
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

foto. Sesi terakhir di hari kedua ini adalah evaluasi.


Sesi evaluasi diisi dengan presentasi dari sejumlah
siswa peserta workshop mengenai hasil fotonya,
baik saat prak k di lapangan maupun prak k
foto indoor. Pada sesi ini peserta menunjukkan
antusiasnya dalam mengiku workshop. Setelah
sesi evaluasi selesai, workshop pun ditutup
oleh Ka. Unit Kerja Dokumentasi dan Publikasi-
Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Is mewa
Yogyakarta, Drs. Ign. Eka Hadiyanta, M.A. Peserta, pani a dan narasumber
workshop fotografi Cagar Budaya
Berikut merupakan hasil penilaian foto
peserta Workshop Fotografi Cagar Budaya 2016
saat kegiatan ekskursi di Situs Ratu Boko;
1) SMKN 2 Depok Sleman, a.n. Tri Rahman
Yulianto.
2) SMAN 1 Depok Sleman, a.n Ryan Razan
Fathantra.
3) SMK Yapemda, a.n Tusma Pra wi.
Prak k pemotretan BCB di dalam ruangan 4) SMK Muhammadiyah Prambanan, a.n Sanda
(foto indoor) Puguh Wibawan.
5) SMK Karya Rini, a.n Sholeh Rahman Prasetyo.

Foto – foto Hasil Karya Terpilih Workshop Fotografi Cagar Budaya 2016

Kategori : DOP
Tri Rahman Yulianto (SMKN 2 Depok Sleman)

82
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Kategori : Balance
Ryan Razan Fathantra (SMAN 1 Depok Sleman)

Kategori: Siluet
Tusma Pra wi (SMK Yapemda)

83
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Tema: Human Interest


Sanda Puguh Wibawan (SMK Muhammadiyah Prambanan)

Kategori: Framing
Sholeh Rahman Prasetyo (SMK Karya Rini

84
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

2. Workshop JurnalisƟk Cagar Budaya I pada pukul 08.00. Setelah pembukaan dilanjutkan
Workshop Jurnalis k Cagar Budaya dengan pemberian materi. Materi workshop
merupakan salah satu kegiatan yang diadakan melipu :
oleh Unit Kerja Dokumentasi dan Publikasi- 1) Potensi Cagar Budaya sumber ide penulisan.
Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Is mewa 2) Dasar–dasar jurnalis k.
Yogyakarta. Kegiatan ini diselenggarakan di Joglo 3) Prak k penulisan feature.
Emas Semar, Dusun Sumber Ba kan, Palbapang, 4) Prak k lapangan (ekskursi).
Bantulpada Sabtu dan Minggu tanggal 4 – 5 5) Evaluasi.
Juni2016. Peserta workshop adalah pelajar Pemberian materi berada di dua lokasi. Pada
ngkat SMA dan SMK di Kabupaten Bantul hari pertama (Sabtu, 4 Juni 2016 ) dimulai pada
sejumlah 50 orang. pukul 08.15 - 10.00 materi diberikan di dalam
Diadakannya workshop ini bertujuan ruangan. Setelah pemberian materi, dilakukan
untuk memberikan keterampilan penulisan ekskursi (prak k lapangan) di Kompleks Makam
di media massa kepada pelajar, khususnya Imogiri. Sesi ekskursi ini berakhir pukul 14.00.
menulis feature untuk media cetak dengan Sementara kegiatan pada hari Minggu,
tema Pelestarian Cagar Budaya. Selain itu juga 5 Juni 2016, juga prak k penulisan. Kegiatan
untuk meningkatkan apresiasi dan pengetahuan prak k dilakukan di dalam ruangan. Sesi terakhir
pelajar tentang cagar budaya yang mengarah di hari kedua ini adalah evaluasi. Sesi evaluasi
pada terwujudnya pelestarian benda, bangunan, ini diisi dengan kegiatan presentasi hasil karya
struktur, situs dan kawasan cagar budaya, dan penulisan yang dilakukan oleh masing-masing
sekaligus mengenalkan potensi cagar budaya peserta. Selanjutnya hasil tulisan tersebut
yang ada di Daerah Is mewa Yogyakarta dalam dievaluasi oleh narasumber. Setelah sesi evaluasi
rangka memupuk rasa kebanggaan nasional dan selesai, workshop pun ditutup oleh Ka. Unit Kerja
mempertebal ja diri bangsa. Pemateri workshop Dokumentasi dan Publikasi- Balai Pelestarian
jurnalis k yaitu Drs. Ign. Eka Hadiyanta, M.A. dan Cagar Budaya Daerah Is mewa Yogyakarta, Drs.
Drs. Krisno Wibowo, M.Si. Ign. Eka Hadiyanta, M.A.
Acara workshop dibuka oleh Kepala Balai Berikut merupakan hasil penilaian ar kel
Pelestarian Cagar Budaya Daerah Is mewa peserta Workshop Jurnalis k Cagar Budaya
Yogyakarta, Drs. Winston Sam Dauglass Mambo 2016.

No. Nama Judul Karya Kejuaraan

Achmad Gus an Nugroho Seluk Beluk Keunikan dan Filosofi


1. Juara I
SMA N 1 Sewon, Bantul Pemakaman Raja-raja di Imogiri

Joana Ze ra
2. Persoalan Serius di Makam Raja Imogiri Juara II
SMA N 1 Banguntapan

Kar ka Wulandaru
3. Makam dan Tradisi di Kawasan Imogiri Juara III
SMA N 1 Pleret

Nur Qonitah Berwisata Sambil Belajar Sejarah di


4. Harapan I
SMA N 1 Piyungan Makam Raja-raja di Imogiri

Rinta Sofia Nurrahmah


5. Napak Sekilas Makam Raja-raja di Imogiri Harapan II
SMA N 2 Bantul

Mia Dwi Has ni Kebudayaan di Kawasan Imogiri Memiliki


6. Harapan III
SMA N 1 Bambanglipuro Daya Tarik Karena Keunikannya

85
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Drs. Ign. Eka Hadiyanta, M.A. dan Drs. Krisno


Wibowo, M.Si. Materi workshop melipu :
1) Potensi Cagar Budaya sumber ide penulisan.
2) Dasar – dasar jurnalis k.
3) Prak k penulisan feature.
4) Prak k lapangan (ekskursi).
5) Evaluasi.
Pemberian Materi berada di dua lokasi. Pada
hari pertama (Sabtu, 29 Oktober 2016) materi
diberikan di dalam ruangan. Setelah pemberian
Penyampaian materi workshop jurnalis k
Cagar Budaya materi, dilakukan ekskursi (prak k lapangan) di
Museum Benteng Vredeburg.
Sementara kegiatan pada hari Minggu, 30
Oktober 2016, prak k penulisan. Kegiatan prak k
dilakukan di dalam ruangan. Sesi terakhir di hari
kedua adalah evaluasi. Sesi evaluasi diisi dengan
kegiatan presentasi hasil karya penulisan yang
dilakukan oleh masing-masing peserta. Setelah
sesi ini, workshop ditutup oleh Ka. Subbag Tata
Usaha Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah
Is mewa Yogyakarta, Dra. Ari Setyastu , M.Si.
Peserta, pani a dan narasumber workshop (Shinta Dwi Prasas )
jurnalis k Cagar Budaya

3. Workshop JurnalisƟk Cagar Budaya II


Workshop Jurnalis k Cagar Budaya II
diselenggarakan oleh Unit Kerja Dokumentasi dan
Publikasi-Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah
Is mewa Yogyakarta pada Sabtu dan Minggu,
tanggal 29 – 30 Oktober 2016 di Gedung WRC
(Wildlife Rescue Centre), Pengasih, Kulon Progo,
Daerah Is mewa Yogyakarta.Peserta workshop Kegiatan ekskursi peserta workshop jurnalis k di
ini adalah pelajar ngkat SMA dan SMK di Museum Benteng Vredeburg
Kabupaten Kulon Progo sejumlah 50 orang.
Diadakannya workshop ini bertujuan
untuk memberikan keterampilan penulisan
di media massa kepada pelajar, khususnya
menulis feature untuk media cetak dengan
tema Pelestarian Cagar Budaya. Selain itu juga
untuk meningkatkan apresiasi dan pengetahuan
pelajar tentang cagar budaya yang ada di Daerah
Is mewa Yogyakarta dalam rangka memupuk
rasa kebanggaan nasional dan mempertebal ja
Peserta, pani a dan narasumber workshop
diri bangsa. Pemateri workshop jurnalis k yaitu jurnalis k Cagar Budaya

86
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

Melukis Bersama
Sang Maestro
Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah
Is mewa Yogyakarta, Balai Pelestarian Cagar Budaya
Jawa Tengah dan PT Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan, dan Ratu Boko menggelar acara “Melukis
Bersama Sang Maestro” pada 25 s/d 26 Oktober
2016 di kompleks Candi Prambanan dalam rangka
memperinga 25 tahun warisan dunia kompleks
Candi Prambanan. Acara tersebut dimeriahkan oleh
para maestro seni lukis antara lain Kar ka Affandi
(putri dari pelukis Affandi), Joko Pekik, Nasirun dan
Putu Wijaya. Selain para maestro, sejumlah seniman
Bayu sedang memvisualisasikan kemegahan Candi
lukis dari Ins tut Seni Indonesia Yogyakarta dan para Prambanan dalam bentuk lukisan
pelukis dari Yogyakarta juga ikut berpar sipasi dalam
acara ini. Digelarnya acara “Melukis Bersama Sang
Maestro” diharapkan mampu menumbuhkan “rasa Adapun tujuan diselenggarakannya acara ini
memiliki kepada masyarakat terutama para seniman antara lain:
lukis, sekaligus ikut serta memopulerkan kompleks 1. Menanamkan rasa cinta terhadap warisan budaya,
Candi Prambanan sebagai warisan dunia melalui khususnya warisan budaya dunia Kompleks Candi
media karya seni yang bernilai nggi. Prambanan kepada masyarakat umum.
2. Mengekspos realita keberagaman yang tetap
meneguhkan sikap harmoni dan toleransi,
sehingga dapat menjadi inspirasi kehidupan
masyarakat.
3. Mengabadikan momentum dan fenomena
aktual kondisi serta situasi di Kompleks Candi
Prambanan.
4. Sebagai media promosi Kompleks Candi
Prambanan, yaitu dalam wujudnya sebagai karya
seni berupa lukisan akan dikoleksi bahkan mungkin
hingga mancanegara sehingga lukisan tersebut
baik secara langsung maupun dak langsung dapat
berkontribusi terhadap pengenalan Kompleks
Kar ka Affandi (putri dari pelukis Affandi), salah satu Candi Prambanan ke mancanegara.
maestro yang ikut memeriahkan acara melukis bersama

87
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

5. Sebagai tambahan atraksi wisata bagi pengunjung. Hasil karya para pelukis yang ikut serta dalam
Dengan adanya perhelatan Melukis Bersama Sang acara “Melukis Bersama Sang Maestro” ini nan nya
Maestro ini diharapkan mampu menarik minat akan dipamerkan dalam Pameran Bersama yang
wisatawan untuk menikma atraksi lain selain digelar BPCB DIY, BPCB Jawa Tengah, dan PT Taman
bangunan candi. Wisatawan dapat menikma Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu
keindahan Candi Prambanan dari jauh sambil Boko pada 25 Desember 2016 s/d 2 Januari 2017 di
melihat para seniman menunjukkan atraksi kompleks Candi Prambanan. (Ferry Ardiyanto)
melukis mereka.

Para pelukis mengabadikan keindahan Candi Prambanan


di atas kanvasnya masing-masing

88
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

89
Bule n Narasimha No. 09/ IX/ 2016

90

You might also like