You are on page 1of 26
Warisan Keagamaan Barangkali tidak banyak dari kita yang mengetahui Nabi Nuh dengan baik. Namun, orang yang telah mengenalnya secara sempurna tentu akan sangat mencintainya. Setiap orang yang ingin mengajarkan kebaikan kepada orang lain dan hendak mencari seorang figur yang tepat untuk menjadi panutan, maka Nabi Nuh adalah salah satu dari sekian banyak figur yang bisa diteladani. Nabi Nuh dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang terhormat. Kakek dari kakek Nabi Nuh adalah Nabi Idris. Sedangkan kakek yang keenam dari Nabi Idris adalah Nabi Adam. Sudahkah keluarga kita berusaha melahirkan keturunan yang baik? Apakah di dalam keluarga kita, sang ayah selalu memperhatikan kemaslahatan anak- anaknya? Apakah setiap ayah dan ibu selalu berusaha agar keturunannya menjadi generasi yang saleh dan kuat memegang agama? Apakah dalam memilih calon suami, setiap gadis selalu mengutamakan komitmen beragama di atas ketampanan wajah atau status sosial? Meski kekayaan, ketampanan, status sosial, dan lain sebagainya memang penting, namun hendaknya kesalehan dan komitmen kepada agama dijadikan prioritas. Itulah yang harus kita lakukan untuk memperoleh keturunan yang baik. Keluarga ini —yang terentang sejak Nabi Adam hingga Nabi Nuh— adalah contoh dari keluarga yang saleh dan kuat memegang ajaran agama sehingga dapat melahirkan anak-cucu yang pada akhirnya menjadi nabi-nabi juga. 234 —~ Mombaca Kisah Mengungkap,]likmah Wahai para pemuda! Bayangan sebuah tongkat tidak akan berdiri tegak jika pada dasamya tongkat itu memang bengkok. Allah 4z memberikan perumpamaan: “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman- tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (Al-A’raf [7]: 58) Ini adalah Sebuah Riwayat Jarak waktu antara Nabi Adam dan Nabi Nuh sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim adalah 10 qarn. Rasulullah pemah ditanya, “Apakah Adam itu seorang nabi?” Rasulullah menjawab, “Ya. Dia adalah nabi yang diberi wahyu.” Lalu Rasulullah ditanya lagi, “Berapakah jarak waktu antara Adam dengan Nuh?” Rasulullah menjawab, “Sepuluh garn.” Jika yang dimaksud dengan garn adalah 100 tahun (1 abad), berarti jarak antara kedua nabi tersebut adalah 1.000 tahun. Namun secara linguistik, kata qarn juga bisa berarti “generasi”. Jika satu generasi di masa itu hidup selama 1.000 tahun, maka jarak antara kedua nabi tersebut adalah 10.000 tahun. Riwayat Lain Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwa Rasulullah * bersabda, ‘arak waktu antara nabi Adam dan Nuh adalah sepuluh garn di mana semua umat saat itu berada dalam agama Islam.” Dari hadits ini kita dapat menyimpulkan sebuah poin yang sangat penting, yaitu bahwa penduduk bumi ini telah menganut ajaran Islam selama 1.000 atau 10.000 tahun pertama. Dengan demikian, penduduk bumi ini pada awalnya adalah kaum yang taat kepada Allah. Adapun syirik dan kafir adalah sifat yang datang belakangan serta merupakan penyimpangan —kekafiran bukan kondisi asal dalam kehidupan dunia ini. Nabi Nith — 235 Menurat Anda, apakah bumi ini akan kembali kepada kondisi awalnya? Ya. Allah tidak akan rela jika bumi ini tidak berakhir seperti sedia kala. Dalam sebuah hadits, Rasulullah % bersabda, “Sesungguhnya Allah telah melipat dunia ini sehingga aku dapat melihatnya dari semua arah; timur maupun barat. Sungguh, kerajaan umatku akan mencapai semua bagian bumi yang telah diperlihatkan kepadaku itu.” Pahamilah kandungan makna dari hadits ini, wahai para pemuda, agar Anda tidak putus asa dan kehilangan harapan. Kita seharusnya merasa bangga dengan agama Islam sehingga seorang pemuda tidak akan malu untuk berkomitmen kepada agamanya dan seorang wanita tidak akan malu untuk memakai jilbab. Wahai para pemuda Islam! Kehadiran kalian adalah bukti dari keberadaan orang-orang yang beriman di muka bumi ini. Kalianlah yang membangkitkan harapan akan kembalinya keadaan dunia seperti semula. Agama Itu adalah Agama Islam Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas disebutkan bahwa jarak waktu antara Nabi Adam dan Nabi Nuh adalah sepuluh abad dan semua umat manusia saat itu menganut agama Islam. Artinya, Nabi Nuh pun beragama Islam. Jangan Anda menyangka bahwa agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saja. Agama yang dibawa setiap nabi adalah agama Islam. Inilah dalilnya: - Allah 4 berfirman ketika mengabadikan perkataan Nabi Nuh, “Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun darimu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku diperintahkan agar aku masuk golongan ‘muslimin’ (orang-orang yang berserah diri kepada-Nya)” (Yunus [10]: 72). Allah 4 berfirman ketika mengabadikan perkataan Nabi Ibrahim dan Ismail, “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami homo! 7187 Abu Daud, nomor 4252, Tirmidzi, nomor 2176 dan Ahmad, nomor 123/4. Vombaca Aisaly Mengunekap.]likinal berdua orang yang ber-islam ‘tunduk patuh’ kepada Mu dan (jadikanlah) di antara anak-cucu kami umat yang ber islam ‘tunduk patuh’ kepada-Mu” (al-Baqarah [2]: 128) Allah 4s berfirman ketika mengabadikan perkataan Nabi Ya'qub —nama aslinya adalah Israil yang kemudian dijadikan nama bangsa Yahudi, “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya‘qub. (Ibrahim berkata), ‘Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" (al-Bagarah [2]: 132). - Allah 4e berfirman ketika mengabadikan perkataan Nabi Musa. "Hai kaumku! dika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya s yang ber-islam ‘berserah diri jika kamu benar-benar orang ” (Yunus [10]: 84). - Allah 4 berfirman ketika mengabadikan perkataan Nabi Isa, “Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia, ‘Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?’ Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab, ‘Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslimun ‘yang berserah diri’” (Ali ‘Imran (3]: 52). - Allah 4g berfirman, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (Ali ‘Imran [3]: 19). Dan di ayat lain juga disebutkan, “Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali ‘Imran (3]:85). dadi, agama yang dibawa oleh semua nabi, dari Adam hingga Muhammad, adalah agama yang sama: agama Islam. Selain itu, Nabi Muhammad * juga bersabda: “Sesungquhnya perumpamaan antara aku dengan para nabi lainnya adalah seperti seorang lelaki yang membangun rumah lalu dia memperbaiki dan menghiasinya dan menyisakan sebuah celah tempat batu ditaruh. Hal itu membuat semua orang mengelilingi rumah tersebut dan berkata, ‘Betapa bagus dan indahnya rumah ini seandainya tidak bercelah.’ Akulah yang mengisi celah tersebut dan akulah nabi terakhir." Semua agama yang dibawa para nabi itu adalah agama yang sama dan berada dalam satu bangunan yang sama pula. Umat yang Selalu Hidup Seluruh penduduk bumi ini memeluk agama Islam hingga 10 ribu tahun setelah Adam. Setelah itu, mereka berubah karena godaan setan. Jika dahulu kala setan memusatkan perhatiannya untuk menggoda manusia agar menanggalkan pakaiannya dan menggoda manusia dengan menebar fitnah wanita, maka untuk selanjutnya, setan menambah lagi strateginya dalam menggoda manusia, yaitu dengan perbuatan syirik kepada Allah yang akan menghantarkan manusia ke api neraka. Dalam jarak waktu antara Nabi Adam dan Nabi Nuh, Allah hanya mengutus seorang nabi saja, yaitu Nabi Idris. Pada rentang masa itu, Allah juga hanya mengutus tiga atau empat rasul saja, di antaranya adalah Adam dan Nuh. Mengapa? Karena saat itu, bumi masih kuat memegang agama Allah dan penghuni bumi juga masih teguh menjaga komitmen terhadap ajaran-ajaran agama mereka sehingga tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk mengutus banyak nabi atau rasul. Meski demikian, pada masa tersebut terdapat beberapa ulama yang sudi untuk berdakwah. Dengan alasan yang sama, Allah tidak akan mengutus seorang nabi setelah Muhammad Rasulullah karena setiap muslim dituntut untuk mengambil peran penting dalam berdak- wah. Kewajiban tersebut dibebankan kepada setiap muslim yang ™ Ar Zubaidi, Ittihad as-Sadah al-Muttagin, jld.2, h.202. -Vabi Nuh — 237 ~ Membaca Kisah Mengungkap,)likinah mengetahui kebaikan, meski hanya sedikit. Rasulullah % bersabda, “Sampaikanlah apa yang kuajarkan, meski hanya satu ayat!"*° Ke- baikan pada umat Muhammad akan selalu ada sampai hari Kiamat. Seseorang yang berada di tengah-tengah para tetangga hendaknya menyeru mereka menuju ridha Allah. Demikian pula seseorang yang bergaul dengan para sahabat, seorang pemuda atau pemudi yang berteman dengan para rekannya di kampus, setiap bapak atau ibu yang ada di rumah masing-masing. Ini adalah sumber kebanggaan dan kehormatan kalian. Allah 4s berfirman: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?’” (Fushshilat [41]: 33) Seberapa Berat Iman Anda? Banyak sekali nama ulama yang hidup pada masa antara Nabi Adam dan Nabi Nuh. Tetapi di antara mereka ada lima ulama yang sangat istimewa, yaitu Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Kisah mereka ini dimuat di dalam surah Nuh. Kelima ulama ini dicintai dan dikagumi oleh banyak orang. Merekalah yang mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat sehingga semua urusan dapat diselesaikan dengan benar. Hal ini membuat Iblis merasa tidak nyaman. Tetapi dia tak pernah berputus asa dan selalu menunggu saat yang tepat untuk melaksanakan niat busuknya. Iblis tidak pernah datang menggoda manusia di saat dia berada dalam keadaan kuat. Dia hanya akan datang ketika manusia berada dalam keadaan lemah. Di masa lima ulama ini, masyarakat sedang berada dalam puncak kekuatan akidah mereka sehingga Iblis pun merasa sulit merusak keimanan yang mereka miliki. Lalu, apa yang Iblis lakukan? Dia menunggu kematian kelima ulama yang berperan penting dalam menjaga keimanan penduduk dunia itu, * Tumidzi, nomor 2669, Ahmad. nomor 159/2, ad-Datimi, nomor 136/1 Nabi Nuh % Iblis ternyata tidak mampu mengalahkan kelima ulama tadi beserta orang-orang yang bersama mereka. Adakah seseorang di antara kita yang diperhitungkan Iblis sehingga dia merasa takut? Ataukah kita justru menjadi pengikut setianya? Menurut Anda, seberapa berat kekuatan iman salah satu dari kelima ulama tadi? Tentunya sepadan dengan keimanan ribuan umat. Dan, seberapa beratkah keimanan Anda? Ada sebuah hikmah yang mengatakan, “Jadilah seorang manusia yang sebanding dengan seribu orang! Jika tidak mampu, maka jadilah sepadan dengan satu orang! Jangan sampai Anda hanya menjadi setengah orang!” Sebagian orang memiliki nilai sebanding dengan sepuluh atau seratus orang. Misalnya, seorang wanita yang mengajari sahabat- sahabatnya bagaimana membaca Al-Qur'an. Atau, orang yang mengajak rekan-rekan atau tetangganya di pabrik dan di tempat- tempat perkumpulan untuk mengerjakan shalat. Berapa berat keimanan Anda? Sepadan dengan keimanan seribu orang? Ataukah seratus? Atau hanya sepadan dengan diri Anda sendiri? Di antara manusia, ada yang hanya menjadi setengah orang atau barangkali justru tidak berbobot sama sekali. Wahai para pemuda! Lakukanlah peran yang konkret dalam hidup Anda demi agama Allah! Ar-Rafi’i memberikan petuah, “Jika engkau tidak dapat menambah manfaat bagi dunia, maka engkau hanya menjadi tambahan yang tidak berguna bagi dunia.” Awal Mula Manusia Menyembah Berhala Iblis begitu sabar menunggu kematian lima ulama tadi. Kemudian dia mencoba menerapkan tipu muslihat busuknya dengan menasihati orang-orang yang mencintai kelima ulama tadi seraya berkata, “Buatlah patung-patung mereka sebagai tanda pengenang agar tidak terlupakan, agar manusia selalu ingat dengan kisah hidup mereka yang penuh kesalehan. Dengan demikian, semua orang akan menjadi seperti mereka dan mengikuti ajaran mereka.” Akhirnya, orang-orang itu melaksanakan petuah busuk Iblis dengan 40 — Mombaca Atsah Mongungkapflikmah dalih palsu “demi kesetiaan kita kepada mereka”. Iblis kemudian menungau sampai hilangnya generasi awal ini karena dia tidak mampu mempengaruhi mereka untuk menyembah patung-patung itu. Perhatikanlah secara saksama bagaimana Iblis begitu sabar untuk menjerumuskan manusia ke dalam jurang kemaksiatan! Setelah generasi awal yang beriman kuat telah tiada, Iblis mulai mendekati generasi kedua dan menasihati, “Tentu akan lebih utama jika kalian semua dapat berthawaf mengelilingi patung-patung mereka agar kalian dapat lebih dekat kepada Allah.” Kemudian berakhirlah masa generasi kedua dan Iblis mulai mendatangi generasi ketiga. Dia mengatakan kepada mereka, “Jika kalian bersujud di hadapan patung-patung ini, maka kedekatan kalian kepada Allah akan lebih cepat tercapai.” Lalu orang-orang mulai bersujud di hadapan patung-patung itu dan menyembahnya. Akhirnya, hanya berselang tiga generasi sejak kematian lima ulama tadi, orang-orang pun telah menyembah berhala. Iblis tidak akan berhenti memusuhi umat manusia selama ajal belum tiba. Karena itu, berhati-hatilah dengan trik-trik Iblis di setiap waktu. Bergegaslah untuk bertobat ketika Anda melakukan sebuah dosa agar kepulangan Anda ke pangkuan Ilahi tidak diberati oleh beban ribuan maksiat. Selain itu, ajal bisa saja datang terlebih dahulu sebelum kita bertobat. Maka bergegaslah untuk bertobat dan berhati-hatilah karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Langkah-Langkah Setan Barangkali kita juga terjerumus dalam hal itu. Seorang pemuda yang bertobat di depan saya mengatakan, “Selama 20 tahun, aku telah berzina padahal aku tidak pernah berpikir untuk melakukan perbuatan itu sebelumnya. Semua bermula dari sekadar melepas pandangan ke sana dan ke sini. Saat itu, aku belum berpikir untuk melakukan zina satu kali pun.” Di awal pendekatannya, setan tidak akan menyuruh Anda untuk akukan maksiat. Dia akan memulainya dengan “mukadimah”. Setan akan menghiasi pandangan haram itu dengan rayuan indah sehingga, pada akhirnya, Anda akan tergoda untuk berbuat zina. mel Ketika seorang pemuda ingin meninggalkan pacarnya, maka setan datang merayu, “Tanyakanlah keadaannya meski hanya sekali dalam sebulan!” Sang pemuda akhirnya mengikuti rayuan itu. Iblis menunggu datangnya kelemahan sang pemuda agar dia mampu menancapkan rayuan-rayuan.busuknya sehingga sang pemuda kembali menjalin hubungan haram dengan gadis itu atau bahkan menjalin hubungan yang lebih nista daripada sebelumnya. Jika seorang pemuda ingin berhenti dari berbuat maksiat dan memutus hubungan dengan pacarnya, Iblis menghampirinya dan berkata, “‘Jangan engkau hapus nomor hp-nya! Siapa tahu gadis itu akan mendapatkan jalan hidayah darimu. Barangkali engkau juga dapat mendakwahinya untuk masuk ke jalan Allah.” Iblis akan setia menunggu dalam tempo setahun atau dua tahun hingga datang kesempatan untuk menjerumuskan pemuda tersebut. Oleh karena itu, jangan sedikit pun Anda membuka pintu gerbang kemaksiatan. Hanya ada satu pilihan. Jika pintu fitnah tidak tertutup, maka ia pasti terbuka. Tidak ada ungkapan “setengah terbuka, setengah tertutup”. Iblis barangkali akan berkata kepada Anda, “Ayolah, engkau bergabung dengan gerombolan itu. Engkau tidak perlu meminum khamer. Cukuplah bila engkau duduk bersama mereka.” Tak lama kemudian, Anda pun akan ikut meminumnya. Wahai para pemuda! Pernahkah Anda mendengar seorang peminum khamer yang sebelumnya tidak merokok? Setan itu ibarat seorang pencuri yang lihai mencari kesempatan. dika Anda buka pintu sedikit saja, maka Anda telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk masuk lebih jauh ke dalam apa pun yang Anda miliki. Wahai para pemuda! Waspadalah terhadap langkah-langkah setan itu dan tutuplah rapat-rapat pintu fitnah! he Vombaca Kisah Mengungkap, J URGE ears Orang Orang yang Mengajak kepada Kebaikan Ada di Setiap Tempat dan Waktu Ketika orang-orang mulai menyembah berhala lagi, Allah mengutus Nabi Nuh. Ini merupakan salah satu rahmat Allah agar manusia tidak menjadi “kayu bakar” neraka Jahannam. Dunia tidak akan pernah sepi dari para da’i yang meluruskan ajaran sesat. Demikianlah yang terjadi ketika setan telah berhasil menyesatkan tiga generasi dengan menggunakan rayuan-rayuan busuknya sehingga mereka kembali pada kekafiran dan kemusyrikan. Di saat seperti itulah Nabi Nuh diutus untuk menyampaikan peringatan Allah. Anda pun akan mengalami hal yang sama, wahai orang muslim. Barangkali setan telah membuat Anda tersesat. Namun, Allah akan mengutus seseorang yang akan membuat Anda kembali ke jalan yang benar. “Seseorang” itu bisa berupa teman yang mengajak Anda untuk taat kepada Allah, atau sebuah kaset, atau sebuah ceramah keagamaan, atau sebuah buku. Tidak ada yang mengetahui tentara Allah selain Dia sendiri! Akankah kita menerima nasihat kebajikan tersebut atau justru menolaknya? Pernahkah kita merasa “mencemburui” agama pujaan hati kita ini sehingga kita semakin mencintainya? Marilah kita bersama mengucapkan, “Kita akan selalu hidup bersama Islam agar dapat seperti Nabi Nuh.” Saya harap demikian. Tiga Tahapan Sebagian orang mengira bahwa umur Nabi Nuh hanya 950 tahun. Perlu diperhatikan bahwa angka itu hanyalah jumlah tahun yang dilalui Nabi Nuh dalam berdakwah, bukan umurnya secara keseluruhan. Allah berfirman, “Maka dia (Nuh) tinggal bersama —— seribu tahun kurang lima puluh tahun” (al-’Ankabut (29: Sedangkan usia Nabi Nuh secara keseluruhan terbagi menjadi tiga fase, yaitu: — Nabi Nuh — 243 1. Fase Pertama, dari lahir hingga diutus menjadi nabi, sekitar 40 atau 50 tahun. 2, Fase Kedua, dari masa kenabian sampai datangnya banjir besar, sekitar 950 tahun. 3. Fase Ketiga, dari selesainya banjir besar hingga wafat. Dengan demikian, jumlah total usia Nabi Nuh melebihi 1.000 tahun. Maka Nabi Nuh adalah nabi yang paling panjang usianya. Dapatkah Anda melihat betapa lama waktu yang digunakan Nabi Nuh untuk berdakwah? Sepuluh abad lamanya dia menyeru kaumnya tanpa rasa lelah, dengan semangat yang tidak pernah melemah, dan dengan keyakinan total terhadap kebenaran apa yang telah diwahyukan Allah kepadanya. Apa rahasia di balik stamina yang luar biasa ini? Rahasianya adalah karena dia selalu tersambung dengan Allah. Apa pun yang diniatkan untuk Allah pasti akan langgeng dan berkesinambungan. Pesan Indah Allah 4¢ berfirman, “Maka dia (Nuh) tinggal bersama mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun” (al-’Ankabut [29]: 14). Untuk menjelaskan usia Nabi Nuh, bisa saja Allah berfirman, misalnya, “Sembilan ratus dan lima puluh tahun.” Tetapi Allah justru menyatakan, “seribu tahun kurang lima puluh tahun”. Mengapa ungkapan ini yang Allah pilih? Kita dapat mengambil kesimpulan dari ayat tersebut bahwa masa dakwah Nabi Nuh adalah 1.000 tahun, bukan 950 tahun. Bagaimana bisa begitu? Para ulama membedakan antara penggunaan kata “sanah” dan kata “ ‘am” yang bermakna sama, yaitu “tahun”. Kata “sanah” digunakan untuk mengungkapkan tahun yang penuh kesusahan dan kesulitan. Sedangkan kata “’am” digunakan untuk menjelaskan tahun yang penuh kemakmuran dan kenikmatan. Karena itu, Allah berfirman, “Yusuf berkata, ‘Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa” (Yusuf (12): 47). Kata yang digunakan dalam ayat ini adalah “sinin” (bentuk plural dari sanah) untuk menunjukkan bahwa yang dimaksud Sn rad Membaca Atsah Mengungkap, | likinah dengan tujuh tahun di sini adalah tahun-tahun yang penuh dengan kesulitan. Kata yang sama juga digunakan dalam ayat, “Dan sesungguhnya kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) tahun-tahun (musim kemarau yang panjang) dan kekurangan buah-buahan’” (al-A'raf [7]: 130). Namun ketika Allah hendak mengungkapkan tentang tahun-tahun kemakmuran, kata yang digunakan adalah “'’am”, Contohnya, “Kemudian setelah itu akan datang tahun (‘am) yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup)” (Yusuf [12]: 49). Dari penggunaan kata tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Nabi Nuh berdakwah selama 1.000 tahun—950 tahun dalam masa-masa sulit dan hanya 50 tahun dalam masa-masa senang. Apa pun pendapat yang kita pilih, harus diakui bahwa Nabi Nuh telah berdakwah kepada kaumnya selama berabad-abad lamanya —abad-abad yang sebagian besar dipenuhi oleh kesusahan dan kesengsaraan. Itulah bukti tentang kekuatan tekad Nabi Nuh dalam mengemban tugasnya. Apa yang Telah Anda Lakukan demi Agama Allah? Selama 900 tahun Nabi Nuh berdakwah, berapakah orang yang beriman kepadanya? Allah 4s menjawab, “Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit” (Hud [11]: 40). Dalam hitungan para ulama tafsir, disebutkan bahwa jumlah orang yang menerima ajakan Nabi Nuh adalah 80 orang. Dapatkah Anda membayangkan hal ini? Artinya, hanya satu orang yang beriman dalam setiap 12 tahun. Siapakah yang dapat menanggung beban seperti ini? Wahai para pemuda! Lihatlah sosok Nabi Nuh ini dan bandingkanlah dengan diri kalian. Apa yang telah Anda Persembahkan untuk agama Anda? Apa yang telah Anda lakukan dalam hidup Anda? Apakah tujuan-tujuan Anda, wahai kaum muda? Untuk apakah kita hidup di dunia ini? Adakah seseorang 4 antara kita yang hidup demi agamanya, tabah menghadapi cercaa” pukulan, cemoohan, dan ancaman? Nabi Nuh — 245 Selama 950 tahun lamanya Nabi Nuh menghadapi berbagai macam cobaan. Kaumnya pernah memukulinya hingga pingsan. Lalu mereka menggeletakkannya di atas tikar dan melemparnya ke tanah karena mereka mengiranya telah mati. Namun, Allah menyembuhkannya. Lalu dia kembali lagi menyeru mereka untuk masuk ke jalan Allah. Tekad macam apakah yang dimiliki Nabi Nuh ini? Betapa kuat kemauannya! Pernahkah kita membaca Al-Qur‘an dan menemukan keluhan-keluhan Nabi Nuh? Pernahkah dia mengatakan, misalnya, “Mereka telah memukuliku. Mereka telah menghinaku?” Tidak. Hal ini tidak pernah terjadi. Nabi Nuh akhirnya memang berdoa agar Allah menurunkan malapetaka kepada kaumnya. Namun, hal itu semata-mata karena kekhawatirannya akan nasib golongan orang- orang yang telah beriman, bukan karena kekhawatirannya tentang nasib diri sendiri. Dia berdoa demikian karena Allah telah memberitahukan kepadanya, “Ketahuilah, tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman (saja)”” (Had [11]: 36). Siapakah yang Kuat Menanggung Hal Itu? Karena ketabahan dan kesabarannya itu, Nabi Nuh dinobatkan sebagai salah satu ulul ‘azmi’. Betapa tidak? Ketika seseorang dari kaumnya akan meninggal dunia, dia pasti meninggalkan wasiat kepada anak-anaknya agar mereka tidak mengikuti ajaran Nabi Nuh. Tidak cukup dengan itu, setiap anak kecil yang mulai mengerti kondisi di sekelilingnya juga akan diperingatkan untuk tidak mempercayai ajaran yang dibawa Nabi Nuh. Demikianlah pesan yang diwariskan oleh kaum Nabi Nuh dari generasi ke generasi selama berabad-abad. Siapakah yang sanggup menanggung beban berdakwah dalam kondisi semacam itu? * Para Rasul yang memiliki ketabahan dan kesabaran luar biasa, Rasul-rasul lain yang mendapatkan gelas im adalah tbrahtim, Musa, Isa, das Muhammad--peny BD 246 — Mombaca Kisah Mengungkap,}likmah Tuduhan dan Ancaman Kaum Nabi Nuh telah melontarkan banyak tuduhan keji kepada Nabi Nuh. Mereka bahkan mengancam untuk membunuhnya. Apa saja tuduhan-tuduhan keji itu? - Mereka menuduh Nabi Nuh sebagai orang yang berada dalam kesesatan. Allah 4s menjelaskan, “Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata, ‘Sesungguhnya kami memandang engkau berada dalam kesesatan yang nyata.’ Nuh men- jawab, ‘Hai kaumku! Tak ada padaku kesesatan sedikit pun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam’” (al- A’raf [7]: 60-61). - Mereka menuduh Nabi Nuh sebagai orang gila. Allah 4s menjelaskan, “Sebelum mereka, kaum Nuh juga telah mendustakan (rasul), maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan, ‘Dia orang gila!’ Lalu diusirnya dengan ancaman’” (al-Qamar [54]: 9). - Mereka menuduhnya sebagai orang yang kerasukan jin. Allah 46 menjelaskan, “Dia (Nuh) tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang kerasukan jin (berpenyakit gila)” (al- Mu’ minun [23]: 25). - Mereka mengancam untuk merajam Nabi Nuh. Allah 45 berfirman, “Mereka berkata, “‘Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti, wahai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam’” (asy-Syu'ara” [26]: 116). - Mereka selalu mengolok-olok Nabi Nuh, seperti diceritakan dalam ayat, “Dan setiap kali pemimpin-pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh, Jika kalian mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejek kalian sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami)"” (Had {11}: 38). Meski menghadapi halangan yang berat, Nabi Nuh tetap bersabar selama berabad-abad seperti halnya ketabahan Nabi - Nabi Muh — 247 Muhammad menghadapi tantangan dan rintangan dalam dakwahnya Agama yang Berharga Selalu Berada di Jalan yang Penuh Rintangan Tahukah Anda mengapa Nabi Nuh sanggup memikul semua beban penderitaan ini? Dia melakukannya agar Anda tahu bahwa agama ini sangat berharga sehingga Anda dapat menjaganya dan mempertahankannya dengan penuh pengorbanan. Jika Anda tahu apa yang terjadi pada diri Rasulullah ketika membawa agama ini, maka Anda pasti bisa merasakan betapa tinggi nilainya. Rasulullah berjalan kaki menuju kota Thaif yang jaraknya sekitar 100 km dari kota Mekah. Setibanya di sana, penduduk Thaif menyambutnya dengan ejekan dan lemparan batu. Mereka terus saja mengejar sambil melemparkan batu meski Rasulullah telah berusaha menjauh. Rasulullah saat itu berusia 50 tahun. Ketika beliau pergi menjauh dari Thaif, lemparan batu itu tetap datang dari segala penjuru sehingga Zaid Ibnu Haritsah harus mendekap beliau agar terjaga dari lemparan batu tersebut. Darah berlumuran di kepala Zaid dan di kaki Rasulullah. Jika lelaki lain yang berusia 50 tahun mengalami hal yang sama, akankah dia tahan menanggung penderitaan semacam ini? Bayangkan saja jika lelaki itu adalah ayah Anda, misalnya, apakah dia akan tahan? Nyatanya, beban penderitaan yang berat tersebut sanggup dipikul oleh Nabi Nuh dan Rasulullah. Renungkanlah, mengapa Anda tidak sanggup bangun pagi untuk shalat subuh karena rasa malas atau karena perut yang kekenyangan? Tahukah Anda apa yang mendorong para nabi itu bertahan dan memikul beban penderitaan itu demi Allah? Jawabnya, karena mereka mempunyai tekad kuat agar kebenaran selalu abadi di muka bumi, agar panji-panji kebajikan dapat terus berkibar sepanjang masa. Siapkah Anda untuk mewariskan panji-panji itu kepada generasi setelah Anda? 248 — Mombaca Kisah Mengun pp likmah Semua Itu demi Anda Semua Rasulullah sanggup menahan semua beban penderitaan itu agar Islam dapat sampai kepada Anda semua. Rasulullah memikul semua itu demi kepentingan kita semua, agar kita bisa menjadi umat Islam yang menauhidkan Allah. Lalu, apa yang telah kita perbuat untuk agama Islam? Bagaimana hubungan kita dengan agama yang kita anut? Berapa kadar kecintaan kita kepada agama kita? Nabi pergi meninggalkan kota Thaif dalam kondisi kaki berdarah. Dia berlindung di sebuah kebun agar terhindar dari lemparan-lemparan batu sambil berdoa selalu: “Ya Allah, hanya kepada-Mu aku mengadukan lemahnya kekuatanku, kecilnya dayaku dan kehinaanku di hadapan manusia. "8 Di hari Kiamat nanti, kita akan dimintai pertanggungjawaban dan ditanya tentang apa yang telah kita lakukan terhadap agama yang kita yakini ini. Apa yang akan kita sampaikan kepada Allah? Apa yang dapat kita katakan kepada Rasulullah? Berapa banyak darah telah berlumuran? Berapa nyawa telah melayang? Berapa banyak kehormatan hatus terinjak? Berapa banyak anak-anak yang menjadi yatim dan istri-istri yang menjadi janda? Berapa banyak semua itu harus terjadi agar agama ini dapat sampai kepada kita? Lalu, seberapa besar nilai agama ini bagi kita? Apa yang Terjadi pada Kalian? Suatu hari, Rasulullah berada di tengah-tengah kaum Quraisy. Mereka mengerumuni Rasulullah, memukuli dan menarik-narik tubuhnya dengan tangan-tangan mereka. Ali Ibnu Abi Thalib bercerita, “Tidak ada seorang pun di antara kami yang bisa menerobos kerumunan itu untuk menyelamatkan Nabi sehingga kami pun hanya diam berdiri sambil menyaksikan. Lalu datanglah Abu Bakar, orang yang paling berani di antara kami. Dia masuk menerobos kerumunan itu, menghalau serangan mereka seraya Tankh at Thabasi, jld.2, h.345, Viubi -Nith — 249 berkata, “Apakah kalian akan membunuh seseorang yang menqikrarkan bahwa Tuhanku adalah Allah?” Mendengar hal itu, mereka pun melepaskan Rasulullah dan menarik tubuh Abu Bakar. Salah seorang dari mereka yang bernama Ugbah Ibnu Abi Mu’ ith mendorongnya hingga jatuh terpelanting. Lalu dia menginjak perut Abu Bakar dan mencopot sepatunya untuk menampar wajah Abu Bakar berulang kali hingga babak belur. Kami tidak lagi dapat melihat rupa wajah atau bentuk hidung Abu Bakar. Kemudian para sahabat membawa Abu Bakar ke rumahnya. Mereka merasa bahwa nyawa Abu Bakar tidak mungkin dapat diselamatkan. Setelah siuman, Abu Bakar bertanya, “Apa yang mereka lakukan pada Rasulullah?” Para sahabat menjawab, “Dia baik-baik saja.” Abu Bakar berkata penuh tekad, “Aku tidak akan mencicipi makanan sebelum melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa Rasulullah benar-benar dalam keadaan baik.” Mereka bersedia menanggung beban penderitaan itu agar Anda semua dapat menjadi seorang muslim dan muslimah. Lalu, setelah Anda tahu semua ini, apakah Anda akan berkata, “Aku tidak mau berpisah dengan pacarku. Aku tidak mau mengenakan jilbab. Aku tidak bisa meninggalkan kebiasaanku merokok karena aku ini lemah. Aku tidak mampu. Aku ini tidak kuat.” Ungkapan-ungkapan demikian adalah bentuk dari sebuah pengkhianatan besar terhadap tanggung jawab yang telah dipikul berabad-abad oleh para nabi yang dengan sabar menanggung kucuran darah dan pedihnya luka-luka. Di hari Kiamat nanti, timbangan langit akan dipasang untuk menghitung setiap perbuatan amal penghuni dunia. Barangsiapa melaksanakan tanggung jawabnya, maka dia akan memperoleh pahalanya. Dan barangsiapa berkhianat, maka dia telah berkhianat kepada dirinya sendiri. Satu Tujuan Wahai kaum muda! Mengapa kita menjadi seperti ini? Mengapa kita menyepelekan agama kita? Apakah Anda tahu apa yang terjadi pada diri Khabab bin al-Aratt? Kaum Quraisy telah menyeret Membaca Kisah Nic netinekap flikmah tubuhnva dan Menviramnva dengan timah panas yana telah dibakar Lalu Khabab dengan yakin berkata, * 2anasnya timah ini hanya dapat membakar daging punaqungku.” Kita semua mencoba mengingat kembali kisah-kisah ini demi satu tujuan, yaitu untuk mengetahui nilai agama yang kita yakini Bukankah para nabi, termasuk Nabi Nuh dan Nabi Muhammad, adalah manusia-manusia pilihan yang paling dicintai Allah? Ya, tentu saja. Bukankah Bilal, Abu Bakar, dan Khabab termasuk hamba-hamba yang paling Allah cintai? Ya. Meski demikian, mengapa semua penderitaan dan kepedihan itu terjadi pada diri mereka? Semua itu terjadi agar kita tahu bahwa mereka melakukannya demi Islam. Dengan demikian, Anda akan mencintai agama Anda, dapat merasakan keagungannya dan tahu keagungan orang-orang yang mengembannya. Lalu setelah semua itu terjadi, apakah berpegang teguh kepada agama justru menjadi hal yang susah? Masih beratkah bagi Anda untuk beribadah kepada Allah? Sungguh. wahai kaum muda, jangan sampai itu terjadi! Lima Bentuk Sikap Beragama Kami akan mengambil contoh dari surah Nuh untuk menggam- barkan lima tingkat sikap beragama yang ada di tengah masyarakat 1. Golongan manusia yang membaca buku agama, men- dengarkan ceramah agama di masjid atau melalui kaset Namun dia tidak menghayati apa yang dia dengar seakan- akan dia tuli. Dia tidak terpengaruh, tidak ingin berubah lebih baik dan tidak sudi menyembah Allah. 2. Golongan manusia yang melaksanakan shalat, puasa, dan meninggalkan dosa-dosa besar. Namun dia tidak berusaha untuk menambah kedekatannya kepada Allah dengan melakukan ibadah-ibadah sunah. Dia puas dengan apa yang telah dilakukannya dan merasa itu semua sudah cukup. Golongan yang berusaha untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah tapi masih dalam tahap permulaan. Nabi Nuh — 251 4. Golongan yang kuat melaksanakan ajaran agama dan mendekatkan diri kepada Allah serta berusaha agar orang lain dapat beribadah bersamanya. Golongan yang hidup demi agama Islam. Pagi dan sore tidak berpikir kecuali demi mencapai ridha Allah dan mendapatkan pahala surga. Golongan ini jumlahnya sangat sedikit dan jarang. Kami sengaja menyampaikan pesan-pesan dalam surah Nuh agar kita semua dapat mencapai derajat manusia dalam golongan kelima yang sudi berkorban demi agama dan Tuhannya. Dia bahagia karena Islam, sedih karena kondisi yang melanda agama Islam dan kaum muslimin, memperbaiki kerusakan umat dan memberikan manfaat kepada orang lain. Dia bergaul bersama orang lain dengan akhlak yang mulia. Gerak- geriknya tidak keluar dari tujuan hidup dan keinginannya untuk berkorban demi Islam. on Satu Agama Allah 36 berfirman: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan), ‘Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepada mereka adzab yang pedih!’ Nuh berkata, ‘Hai kaumku! Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepadamu.’” (Nuh [71]: 1-2) Maka Nabi Nuh pun menggunakan cara seperti yang telah diperintahkan oleh Allah, “Berilah kaummu peringatan!” Lalu, dalam ayat berikutnya disebutkan, “Yaitu sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui” (Nuh [71]: 3-4) ae wn as end Monbuca Kisah Mengungkap, likmah tahun Selama rentang masa itu, terjadi peristiwa-peristiwa besar Seperti Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandag, perjanjian Hudaibiyyah, dan Perang Khaibar. Ketika Rasulullah kembali dari Perang Khaibar, dia melihat debu tebal yang menyelimuti cakrawala. Rasulullah pun bertanya, “Apa ini?” Para sahabat menjawab, “Ini adalah debu yang disebabkan oleh kedatangan at-Thufail Ibnu Amr ad-Dausi bersama semua anggota kabilahnya.” Saksikanlah buah dari sebuah ketaatan dan keikhlasan, wahai kaum muda! Memiliki ilmu pengetahuan yang banyak memang penting. Tetapi bukan itu yang paling penting untuk Anda miliki. Yang lebih penting dari itu semua adalah, “Sampaikanlah apa pun yang Anda ketahui itu!” At-Thufail Ibnu Amr ad-Dausi tidak lama belajar dari Nabi. Namun kejujuran dan keikhlasannya telah menaikkan posisinya langsung ke golongan kelima padahal, beberapa saat sebelumnya, dia belum lagi mencapai posisi nomor satu. Kehidupan yang Nyata Siapakah yang mencintai hal ini wahai kaum muda? Siapakah yang dengan penuh semangat berkata, “Aku akan mengajak semua tetanggaku. Aku akan mengajak semua sahabatku. Aku akan mulai menyeru mereka sekuat tenaga.” Tekad ini adalah tujuan hidup yang paling mulia. Makan, minum, menikah, dan melahirkan hanyalah perantara untuk mencapai tujuan tersebut. Hal paling berharga yang dapat memberi arti kepada hidup dan diri Anda adalah ketika Anda bercita-cita agar semua umat manusia mendengar kalamullah. Cita-Cita Seorang Manusia Ketika Rasulullah mulai mendakwahkan Islam secara terang- terangan, kaum kafir Quraisy tidak sudi mendengarkan Al-Quran yang beliau bacakan. Mengetahui hal itu, Ibnu Mas’ud —seorang sahabat yang kecil dan kurus postur tubuhnya— bertekad, “Demi Allah, aku akan memperdengarkan bacaan Al-Qur'an ini.”

You might also like