Warisan Keagamaan
Barangkali tidak banyak dari kita yang mengetahui Nabi Nuh
dengan baik. Namun, orang yang telah mengenalnya secara
sempurna tentu akan sangat mencintainya. Setiap orang yang ingin
mengajarkan kebaikan kepada orang lain dan hendak mencari
seorang figur yang tepat untuk menjadi panutan, maka Nabi Nuh
adalah salah satu dari sekian banyak figur yang bisa diteladani.
Nabi Nuh dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang terhormat.
Kakek dari kakek Nabi Nuh adalah Nabi Idris. Sedangkan kakek
yang keenam dari Nabi Idris adalah Nabi Adam. Sudahkah keluarga
kita berusaha melahirkan keturunan yang baik? Apakah di dalam
keluarga kita, sang ayah selalu memperhatikan kemaslahatan anak-
anaknya? Apakah setiap ayah dan ibu selalu berusaha agar
keturunannya menjadi generasi yang saleh dan kuat memegang
agama? Apakah dalam memilih calon suami, setiap gadis selalu
mengutamakan komitmen beragama di atas ketampanan wajah
atau status sosial? Meski kekayaan, ketampanan, status sosial, dan
lain sebagainya memang penting, namun hendaknya kesalehan dan
komitmen kepada agama dijadikan prioritas. Itulah yang harus kita
lakukan untuk memperoleh keturunan yang baik.
Keluarga ini —yang terentang sejak Nabi Adam hingga Nabi
Nuh— adalah contoh dari keluarga yang saleh dan kuat memegang
ajaran agama sehingga dapat melahirkan anak-cucu yang pada
akhirnya menjadi nabi-nabi juga.234 —~ Mombaca Kisah Mengungkap,]likmah
Wahai para pemuda! Bayangan sebuah tongkat tidak akan
berdiri tegak jika pada dasamya tongkat itu memang bengkok. Allah
4z memberikan perumpamaan:
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur
dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-
tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang
yang bersyukur.” (Al-A’raf [7]: 58)
Ini adalah Sebuah Riwayat
Jarak waktu antara Nabi Adam dan Nabi Nuh sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Muslim adalah 10 qarn. Rasulullah pemah
ditanya, “Apakah Adam itu seorang nabi?” Rasulullah menjawab,
“Ya. Dia adalah nabi yang diberi wahyu.” Lalu Rasulullah ditanya
lagi, “Berapakah jarak waktu antara Adam dengan Nuh?”
Rasulullah menjawab, “Sepuluh garn.”
Jika yang dimaksud dengan garn adalah 100 tahun (1 abad),
berarti jarak antara kedua nabi tersebut adalah 1.000 tahun. Namun
secara linguistik, kata qarn juga bisa berarti “generasi”. Jika satu
generasi di masa itu hidup selama 1.000 tahun, maka jarak antara
kedua nabi tersebut adalah 10.000 tahun.
Riwayat Lain
Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwa Rasulullah *
bersabda, ‘arak waktu antara nabi Adam dan Nuh adalah sepuluh
garn di mana semua umat saat itu berada dalam agama Islam.”
Dari hadits ini kita dapat menyimpulkan sebuah poin yang
sangat penting, yaitu bahwa penduduk bumi ini telah menganut
ajaran Islam selama 1.000 atau 10.000 tahun pertama. Dengan
demikian, penduduk bumi ini pada awalnya adalah kaum yang
taat kepada Allah. Adapun syirik dan kafir adalah sifat yang datang
belakangan serta merupakan penyimpangan —kekafiran bukan
kondisi asal dalam kehidupan dunia ini.Nabi Nith — 235
Menurat Anda, apakah bumi ini akan kembali kepada kondisi
awalnya? Ya. Allah tidak akan rela jika bumi ini tidak berakhir seperti
sedia kala. Dalam sebuah hadits, Rasulullah % bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah melipat dunia ini sehingga aku dapat
melihatnya dari semua arah; timur maupun barat. Sungguh, kerajaan
umatku akan mencapai semua bagian bumi yang telah diperlihatkan
kepadaku itu.”
Pahamilah kandungan makna dari hadits ini, wahai para
pemuda, agar Anda tidak putus asa dan kehilangan harapan. Kita
seharusnya merasa bangga dengan agama Islam sehingga seorang
pemuda tidak akan malu untuk berkomitmen kepada agamanya
dan seorang wanita tidak akan malu untuk memakai jilbab. Wahai
para pemuda Islam! Kehadiran kalian adalah bukti dari keberadaan
orang-orang yang beriman di muka bumi ini. Kalianlah yang
membangkitkan harapan akan kembalinya keadaan dunia seperti
semula.
Agama Itu adalah Agama Islam
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas
disebutkan bahwa jarak waktu antara Nabi Adam dan Nabi Nuh
adalah sepuluh abad dan semua umat manusia saat itu menganut
agama Islam. Artinya, Nabi Nuh pun beragama Islam. Jangan Anda
menyangka bahwa agama Islam adalah agama yang dibawa oleh
Nabi Muhammad saja. Agama yang dibawa setiap nabi adalah
agama Islam. Inilah dalilnya:
- Allah 4 berfirman ketika mengabadikan perkataan Nabi
Nuh, “Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak
meminta upah sedikit pun darimu. Upahku tidak lain
hanyalah dari Allah belaka, dan aku diperintahkan agar
aku masuk golongan ‘muslimin’ (orang-orang yang berserah
diri kepada-Nya)” (Yunus [10]: 72).
Allah 4 berfirman ketika mengabadikan perkataan Nabi
Ibrahim dan Ismail, “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami
homo! 7187 Abu Daud, nomor 4252, Tirmidzi, nomor 2176 dan Ahmad, nomor 123/4.Vombaca Aisaly Mengunekap.]likinal
berdua orang yang ber-islam ‘tunduk patuh’ kepada Mu
dan (jadikanlah) di antara anak-cucu kami umat yang ber
islam ‘tunduk patuh’ kepada-Mu” (al-Baqarah [2]: 128)
Allah 4s berfirman ketika mengabadikan perkataan Nabi
Ya'qub —nama aslinya adalah Israil yang kemudian
dijadikan nama bangsa Yahudi, “Dan Ibrahim telah
mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian
pula Ya‘qub. (Ibrahim berkata), ‘Wahai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka
janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam"
(al-Bagarah [2]: 132).
- Allah 4e berfirman ketika mengabadikan perkataan Nabi
Musa. "Hai kaumku! dika kamu beriman kepada Allah, maka
bertawakallah kepada-Nya s
yang ber-islam ‘berserah diri
jika kamu benar-benar orang
” (Yunus [10]: 84).
- Allah 4 berfirman ketika mengabadikan perkataan Nabi
Isa, “Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani
Israil) berkatalah dia, ‘Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?’
Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab, ‘Kamilah
penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada
Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang muslimun ‘yang berserah diri’” (Ali ‘Imran
(3]: 52).
- Allah 4g berfirman, “Sesungguhnya agama (yang diridhai)
di sisi Allah hanyalah Islam” (Ali ‘Imran [3]: 19). Dan di
ayat lain juga disebutkan, “Barangsiapa mencari agama
selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi.” (Ali ‘Imran (3]:85).
dadi, agama yang dibawa oleh semua nabi, dari Adam hingga
Muhammad, adalah agama yang sama: agama Islam. Selain itu,
Nabi Muhammad * juga bersabda:“Sesungquhnya perumpamaan antara aku dengan para nabi
lainnya adalah seperti seorang lelaki yang membangun rumah
lalu dia memperbaiki dan menghiasinya dan menyisakan sebuah
celah tempat batu ditaruh. Hal itu membuat semua orang
mengelilingi rumah tersebut dan berkata, ‘Betapa bagus dan
indahnya rumah ini seandainya tidak bercelah.’ Akulah yang
mengisi celah tersebut dan akulah nabi terakhir."
Semua agama yang dibawa para nabi itu adalah agama yang
sama dan berada dalam satu bangunan yang sama pula.
Umat yang Selalu Hidup
Seluruh penduduk bumi ini memeluk agama Islam hingga 10
ribu tahun setelah Adam. Setelah itu, mereka berubah karena
godaan setan. Jika dahulu kala setan memusatkan perhatiannya
untuk menggoda manusia agar menanggalkan pakaiannya dan
menggoda manusia dengan menebar fitnah wanita, maka untuk
selanjutnya, setan menambah lagi strateginya dalam menggoda
manusia, yaitu dengan perbuatan syirik kepada Allah yang akan
menghantarkan manusia ke api neraka.
Dalam jarak waktu antara Nabi Adam dan Nabi Nuh, Allah
hanya mengutus seorang nabi saja, yaitu Nabi Idris. Pada rentang
masa itu, Allah juga hanya mengutus tiga atau empat rasul saja, di
antaranya adalah Adam dan Nuh. Mengapa? Karena saat itu, bumi
masih kuat memegang agama Allah dan penghuni bumi juga masih
teguh menjaga komitmen terhadap ajaran-ajaran agama mereka
sehingga tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk mengutus
banyak nabi atau rasul.
Meski demikian, pada masa tersebut terdapat beberapa ulama
yang sudi untuk berdakwah. Dengan alasan yang sama, Allah tidak
akan mengutus seorang nabi setelah Muhammad Rasulullah karena
setiap muslim dituntut untuk mengambil peran penting dalam berdak-
wah. Kewajiban tersebut dibebankan kepada setiap muslim yang
™ Ar Zubaidi, Ittihad as-Sadah al-Muttagin, jld.2, h.202.
-Vabi Nuh — 237~ Membaca Kisah Mengungkap,)likinah
mengetahui kebaikan, meski hanya sedikit. Rasulullah % bersabda,
“Sampaikanlah apa yang kuajarkan, meski hanya satu ayat!"*° Ke-
baikan pada umat Muhammad akan selalu ada sampai hari Kiamat.
Seseorang yang berada di tengah-tengah para tetangga
hendaknya menyeru mereka menuju ridha Allah. Demikian pula
seseorang yang bergaul dengan para sahabat, seorang pemuda atau
pemudi yang berteman dengan para rekannya di kampus, setiap
bapak atau ibu yang ada di rumah masing-masing. Ini adalah
sumber kebanggaan dan kehormatan kalian. Allah 4s berfirman:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan
berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri?’” (Fushshilat [41]: 33)
Seberapa Berat Iman Anda?
Banyak sekali nama ulama yang hidup pada masa antara Nabi
Adam dan Nabi Nuh. Tetapi di antara mereka ada lima ulama yang
sangat istimewa, yaitu Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Kisah
mereka ini dimuat di dalam surah Nuh. Kelima ulama ini dicintai
dan dikagumi oleh banyak orang. Merekalah yang mengajarkan
ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat sehingga semua
urusan dapat diselesaikan dengan benar.
Hal ini membuat Iblis merasa tidak nyaman. Tetapi dia tak
pernah berputus asa dan selalu menunggu saat yang tepat untuk
melaksanakan niat busuknya. Iblis tidak pernah datang menggoda
manusia di saat dia berada dalam keadaan kuat. Dia hanya akan
datang ketika manusia berada dalam keadaan lemah. Di masa lima
ulama ini, masyarakat sedang berada dalam puncak kekuatan
akidah mereka sehingga Iblis pun merasa sulit merusak keimanan
yang mereka miliki. Lalu, apa yang Iblis lakukan? Dia menunggu
kematian kelima ulama yang berperan penting dalam menjaga
keimanan penduduk dunia itu,
* Tumidzi, nomor 2669, Ahmad. nomor 159/2, ad-Datimi, nomor 136/1Nabi Nuh %
Iblis ternyata tidak mampu mengalahkan kelima ulama tadi
beserta orang-orang yang bersama mereka. Adakah seseorang di
antara kita yang diperhitungkan Iblis sehingga dia merasa takut?
Ataukah kita justru menjadi pengikut setianya? Menurut Anda,
seberapa berat kekuatan iman salah satu dari kelima ulama tadi?
Tentunya sepadan dengan keimanan ribuan umat. Dan, seberapa
beratkah keimanan Anda?
Ada sebuah hikmah yang mengatakan, “Jadilah seorang
manusia yang sebanding dengan seribu orang! Jika tidak mampu,
maka jadilah sepadan dengan satu orang! Jangan sampai Anda
hanya menjadi setengah orang!”
Sebagian orang memiliki nilai sebanding dengan sepuluh atau
seratus orang. Misalnya, seorang wanita yang mengajari sahabat-
sahabatnya bagaimana membaca Al-Qur'an. Atau, orang yang
mengajak rekan-rekan atau tetangganya di pabrik dan di tempat-
tempat perkumpulan untuk mengerjakan shalat.
Berapa berat keimanan Anda? Sepadan dengan keimanan
seribu orang? Ataukah seratus? Atau hanya sepadan dengan diri
Anda sendiri? Di antara manusia, ada yang hanya menjadi setengah
orang atau barangkali justru tidak berbobot sama sekali. Wahai
para pemuda! Lakukanlah peran yang konkret dalam hidup Anda
demi agama Allah! Ar-Rafi’i memberikan petuah, “Jika engkau tidak
dapat menambah manfaat bagi dunia, maka engkau hanya menjadi
tambahan yang tidak berguna bagi dunia.”
Awal Mula Manusia Menyembah Berhala
Iblis begitu sabar menunggu kematian lima ulama tadi.
Kemudian dia mencoba menerapkan tipu muslihat busuknya dengan
menasihati orang-orang yang mencintai kelima ulama tadi seraya
berkata, “Buatlah patung-patung mereka sebagai tanda pengenang
agar tidak terlupakan, agar manusia selalu ingat dengan kisah hidup
mereka yang penuh kesalehan. Dengan demikian, semua orang
akan menjadi seperti mereka dan mengikuti ajaran mereka.”
Akhirnya, orang-orang itu melaksanakan petuah busuk Iblis dengan40 — Mombaca Atsah Mongungkapflikmah
dalih palsu “demi kesetiaan kita kepada mereka”.
Iblis kemudian menungau sampai hilangnya generasi awal ini
karena dia tidak mampu mempengaruhi mereka untuk menyembah
patung-patung itu. Perhatikanlah secara saksama bagaimana Iblis
begitu sabar untuk menjerumuskan manusia ke dalam jurang
kemaksiatan!
Setelah generasi awal yang beriman kuat telah tiada, Iblis mulai
mendekati generasi kedua dan menasihati, “Tentu akan lebih utama
jika kalian semua dapat berthawaf mengelilingi patung-patung
mereka agar kalian dapat lebih dekat kepada Allah.”
Kemudian berakhirlah masa generasi kedua dan Iblis mulai
mendatangi generasi ketiga. Dia mengatakan kepada mereka, “Jika
kalian bersujud di hadapan patung-patung ini, maka kedekatan
kalian kepada Allah akan lebih cepat tercapai.” Lalu orang-orang
mulai bersujud di hadapan patung-patung itu dan menyembahnya.
Akhirnya, hanya berselang tiga generasi sejak kematian lima ulama
tadi, orang-orang pun telah menyembah berhala.
Iblis tidak akan berhenti memusuhi umat manusia selama ajal
belum tiba. Karena itu, berhati-hatilah dengan trik-trik Iblis di setiap
waktu. Bergegaslah untuk bertobat ketika Anda melakukan sebuah
dosa agar kepulangan Anda ke pangkuan Ilahi tidak diberati oleh
beban ribuan maksiat. Selain itu, ajal bisa saja datang terlebih dahulu
sebelum kita bertobat. Maka bergegaslah untuk bertobat dan
berhati-hatilah karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang
nyata bagimu.
Langkah-Langkah Setan
Barangkali kita juga terjerumus dalam hal itu. Seorang pemuda
yang bertobat di depan saya mengatakan, “Selama 20 tahun, aku
telah berzina padahal aku tidak pernah berpikir untuk melakukan
perbuatan itu sebelumnya. Semua bermula dari sekadar melepas
pandangan ke sana dan ke sini. Saat itu, aku belum berpikir untuk
melakukan zina satu kali pun.”Di awal pendekatannya, setan tidak akan menyuruh Anda untuk
akukan maksiat. Dia akan memulainya dengan “mukadimah”.
Setan akan menghiasi pandangan haram itu dengan rayuan indah
sehingga, pada akhirnya, Anda akan tergoda untuk berbuat zina.
mel
Ketika seorang pemuda ingin meninggalkan pacarnya, maka
setan datang merayu, “Tanyakanlah keadaannya meski hanya sekali
dalam sebulan!” Sang pemuda akhirnya mengikuti rayuan itu. Iblis
menunggu datangnya kelemahan sang pemuda agar dia mampu
menancapkan rayuan-rayuan.busuknya sehingga sang pemuda
kembali menjalin hubungan haram dengan gadis itu atau bahkan
menjalin hubungan yang lebih nista daripada sebelumnya. Jika
seorang pemuda ingin berhenti dari berbuat maksiat dan memutus
hubungan dengan pacarnya, Iblis menghampirinya dan berkata,
“‘Jangan engkau hapus nomor hp-nya! Siapa tahu gadis itu akan
mendapatkan jalan hidayah darimu. Barangkali engkau juga dapat
mendakwahinya untuk masuk ke jalan Allah.” Iblis akan setia
menunggu dalam tempo setahun atau dua tahun hingga datang
kesempatan untuk menjerumuskan pemuda tersebut.
Oleh karena itu, jangan sedikit pun Anda membuka pintu
gerbang kemaksiatan. Hanya ada satu pilihan. Jika pintu fitnah
tidak tertutup, maka ia pasti terbuka. Tidak ada ungkapan “setengah
terbuka, setengah tertutup”. Iblis barangkali akan berkata kepada
Anda, “Ayolah, engkau bergabung dengan gerombolan itu. Engkau
tidak perlu meminum khamer. Cukuplah bila engkau duduk bersama
mereka.” Tak lama kemudian, Anda pun akan ikut meminumnya.
Wahai para pemuda! Pernahkah Anda mendengar seorang
peminum khamer yang sebelumnya tidak merokok? Setan itu ibarat
seorang pencuri yang lihai mencari kesempatan. dika Anda buka
pintu sedikit saja, maka Anda telah memberikan kesempatan kepada
mereka untuk masuk lebih jauh ke dalam apa pun yang Anda miliki.
Wahai para pemuda! Waspadalah terhadap langkah-langkah
setan itu dan tutuplah rapat-rapat pintu fitnah!he Vombaca Kisah Mengungkap, J URGE ears
Orang Orang yang Mengajak kepada Kebaikan Ada di
Setiap Tempat dan Waktu
Ketika orang-orang mulai menyembah berhala lagi, Allah
mengutus Nabi Nuh. Ini merupakan salah satu rahmat Allah agar
manusia tidak menjadi “kayu bakar” neraka Jahannam. Dunia
tidak akan pernah sepi dari para da’i yang meluruskan ajaran sesat.
Demikianlah yang terjadi ketika setan telah berhasil menyesatkan
tiga generasi dengan menggunakan rayuan-rayuan busuknya
sehingga mereka kembali pada kekafiran dan kemusyrikan. Di saat
seperti itulah Nabi Nuh diutus untuk menyampaikan peringatan
Allah.
Anda pun akan mengalami hal yang sama, wahai orang muslim.
Barangkali setan telah membuat Anda tersesat. Namun, Allah akan
mengutus seseorang yang akan membuat Anda kembali ke jalan
yang benar. “Seseorang” itu bisa berupa teman yang mengajak
Anda untuk taat kepada Allah, atau sebuah kaset, atau sebuah
ceramah keagamaan, atau sebuah buku. Tidak ada yang
mengetahui tentara Allah selain Dia sendiri!
Akankah kita menerima nasihat kebajikan tersebut atau justru
menolaknya? Pernahkah kita merasa “mencemburui” agama pujaan
hati kita ini sehingga kita semakin mencintainya? Marilah kita
bersama mengucapkan, “Kita akan selalu hidup bersama Islam agar
dapat seperti Nabi Nuh.” Saya harap demikian.
Tiga Tahapan
Sebagian orang mengira bahwa umur Nabi Nuh hanya 950
tahun. Perlu diperhatikan bahwa angka itu hanyalah jumlah tahun
yang dilalui Nabi Nuh dalam berdakwah, bukan umurnya secara
keseluruhan. Allah berfirman, “Maka dia (Nuh) tinggal bersama
—— seribu tahun kurang lima puluh tahun” (al-’Ankabut (29:
Sedangkan usia Nabi Nuh secara keseluruhan terbagi menjadi
tiga fase, yaitu:— Nabi Nuh — 243
1. Fase Pertama, dari lahir hingga diutus menjadi nabi,
sekitar 40 atau 50 tahun.
2, Fase Kedua, dari masa kenabian sampai datangnya banjir
besar, sekitar 950 tahun.
3. Fase Ketiga, dari selesainya banjir besar hingga wafat.
Dengan demikian, jumlah total usia Nabi Nuh melebihi 1.000
tahun. Maka Nabi Nuh adalah nabi yang paling panjang usianya.
Dapatkah Anda melihat betapa lama waktu yang digunakan Nabi
Nuh untuk berdakwah? Sepuluh abad lamanya dia menyeru
kaumnya tanpa rasa lelah, dengan semangat yang tidak pernah
melemah, dan dengan keyakinan total terhadap kebenaran apa yang
telah diwahyukan Allah kepadanya. Apa rahasia di balik stamina
yang luar biasa ini? Rahasianya adalah karena dia selalu
tersambung dengan Allah. Apa pun yang diniatkan untuk Allah pasti
akan langgeng dan berkesinambungan.
Pesan Indah
Allah 4¢ berfirman, “Maka dia (Nuh) tinggal bersama mereka
seribu tahun kurang lima puluh tahun” (al-’Ankabut [29]: 14). Untuk
menjelaskan usia Nabi Nuh, bisa saja Allah berfirman, misalnya,
“Sembilan ratus dan lima puluh tahun.” Tetapi Allah justru
menyatakan, “seribu tahun kurang lima puluh tahun”. Mengapa
ungkapan ini yang Allah pilih?
Kita dapat mengambil kesimpulan dari ayat tersebut bahwa
masa dakwah Nabi Nuh adalah 1.000 tahun, bukan 950 tahun.
Bagaimana bisa begitu? Para ulama membedakan antara
penggunaan kata “sanah” dan kata “ ‘am” yang bermakna sama,
yaitu “tahun”. Kata “sanah” digunakan untuk mengungkapkan tahun
yang penuh kesusahan dan kesulitan. Sedangkan kata “’am”
digunakan untuk menjelaskan tahun yang penuh kemakmuran dan
kenikmatan. Karena itu, Allah berfirman, “Yusuf berkata, ‘Supaya
kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa” (Yusuf
(12): 47). Kata yang digunakan dalam ayat ini adalah “sinin” (bentuk
plural dari sanah) untuk menunjukkan bahwa yang dimaksud
Snrad Membaca Atsah Mengungkap, | likinah
dengan tujuh tahun di sini adalah tahun-tahun yang penuh dengan
kesulitan. Kata yang sama juga digunakan dalam ayat, “Dan
sesungguhnya kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya
dengan (mendatangkan) tahun-tahun (musim kemarau yang panjang)
dan kekurangan buah-buahan’” (al-A'raf [7]: 130). Namun ketika Allah
hendak mengungkapkan tentang tahun-tahun kemakmuran, kata
yang digunakan adalah “'’am”, Contohnya, “Kemudian setelah itu
akan datang tahun (‘am) yang padanya manusia diberi hujan (dengan
cukup)” (Yusuf [12]: 49).
Dari penggunaan kata tersebut, kita dapat menarik kesimpulan
bahwa Nabi Nuh berdakwah selama 1.000 tahun—950 tahun
dalam masa-masa sulit dan hanya 50 tahun dalam masa-masa
senang.
Apa pun pendapat yang kita pilih, harus diakui bahwa Nabi
Nuh telah berdakwah kepada kaumnya selama berabad-abad
lamanya —abad-abad yang sebagian besar dipenuhi oleh
kesusahan dan kesengsaraan. Itulah bukti tentang kekuatan tekad
Nabi Nuh dalam mengemban tugasnya.
Apa yang Telah Anda Lakukan demi Agama Allah?
Selama 900 tahun Nabi Nuh berdakwah, berapakah orang yang
beriman kepadanya? Allah 4s menjawab, “Dan tidak beriman
bersama Nuh itu kecuali sedikit” (Hud [11]: 40). Dalam hitungan
para ulama tafsir, disebutkan bahwa jumlah orang yang menerima
ajakan Nabi Nuh adalah 80 orang. Dapatkah Anda membayangkan
hal ini? Artinya, hanya satu orang yang beriman dalam setiap 12
tahun. Siapakah yang dapat menanggung beban seperti ini?
Wahai para pemuda! Lihatlah sosok Nabi Nuh ini dan
bandingkanlah dengan diri kalian. Apa yang telah Anda
Persembahkan untuk agama Anda? Apa yang telah Anda lakukan
dalam hidup Anda? Apakah tujuan-tujuan Anda, wahai kaum
muda? Untuk apakah kita hidup di dunia ini? Adakah seseorang 4
antara kita yang hidup demi agamanya, tabah menghadapi cercaa”
pukulan, cemoohan, dan ancaman?Nabi Nuh — 245
Selama 950 tahun lamanya Nabi Nuh menghadapi berbagai
macam cobaan. Kaumnya pernah memukulinya hingga pingsan.
Lalu mereka menggeletakkannya di atas tikar dan melemparnya ke
tanah karena mereka mengiranya telah mati. Namun, Allah
menyembuhkannya. Lalu dia kembali lagi menyeru mereka untuk
masuk ke jalan Allah.
Tekad macam apakah yang dimiliki Nabi Nuh ini? Betapa kuat
kemauannya! Pernahkah kita membaca Al-Qur‘an dan menemukan
keluhan-keluhan Nabi Nuh? Pernahkah dia mengatakan, misalnya,
“Mereka telah memukuliku. Mereka telah menghinaku?” Tidak. Hal
ini tidak pernah terjadi. Nabi Nuh akhirnya memang berdoa agar
Allah menurunkan malapetaka kepada kaumnya. Namun, hal itu
semata-mata karena kekhawatirannya akan nasib golongan orang-
orang yang telah beriman, bukan karena kekhawatirannya tentang
nasib diri sendiri. Dia berdoa demikian karena Allah telah
memberitahukan kepadanya, “Ketahuilah, tidak akan beriman di
antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman (saja)””
(Had [11]: 36).
Siapakah yang Kuat Menanggung Hal Itu?
Karena ketabahan dan kesabarannya itu, Nabi Nuh dinobatkan
sebagai salah satu ulul ‘azmi’. Betapa tidak? Ketika seseorang dari
kaumnya akan meninggal dunia, dia pasti meninggalkan wasiat
kepada anak-anaknya agar mereka tidak mengikuti ajaran Nabi
Nuh. Tidak cukup dengan itu, setiap anak kecil yang mulai mengerti
kondisi di sekelilingnya juga akan diperingatkan untuk tidak
mempercayai ajaran yang dibawa Nabi Nuh. Demikianlah pesan
yang diwariskan oleh kaum Nabi Nuh dari generasi ke generasi
selama berabad-abad. Siapakah yang sanggup menanggung beban
berdakwah dalam kondisi semacam itu?
* Para Rasul yang memiliki ketabahan dan kesabaran luar biasa, Rasul-rasul lain yang mendapatkan
gelas im adalah tbrahtim, Musa, Isa, das Muhammad--penyBD
246 — Mombaca Kisah Mengungkap,}likmah
Tuduhan dan Ancaman
Kaum Nabi Nuh telah melontarkan banyak tuduhan keji kepada
Nabi Nuh. Mereka bahkan mengancam untuk membunuhnya. Apa
saja tuduhan-tuduhan keji itu?
- Mereka menuduh Nabi Nuh sebagai orang yang berada
dalam kesesatan. Allah 4s menjelaskan, “Pemuka-pemuka
dari kaumnya berkata, ‘Sesungguhnya kami memandang
engkau berada dalam kesesatan yang nyata.’ Nuh men-
jawab, ‘Hai kaumku! Tak ada padaku kesesatan sedikit pun,
tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam’” (al-
A’raf [7]: 60-61).
- Mereka menuduh Nabi Nuh sebagai orang gila. Allah 4s
menjelaskan, “Sebelum mereka, kaum Nuh juga telah
mendustakan (rasul), maka mereka mendustakan hamba
Kami (Nuh) dan mengatakan, ‘Dia orang gila!’ Lalu
diusirnya dengan ancaman’” (al-Qamar [54]: 9).
- Mereka menuduhnya sebagai orang yang kerasukan jin.
Allah 46 menjelaskan, “Dia (Nuh) tidak lain hanyalah
seorang laki-laki yang kerasukan jin (berpenyakit gila)” (al-
Mu’ minun [23]: 25).
- Mereka mengancam untuk merajam Nabi Nuh. Allah 45
berfirman, “Mereka berkata, “‘Sungguh jika kamu tidak
(mau) berhenti, wahai Nuh, niscaya benar-benar kamu
akan termasuk orang-orang yang dirajam’” (asy-Syu'ara”
[26]: 116).
- Mereka selalu mengolok-olok Nabi Nuh, seperti diceritakan
dalam ayat, “Dan setiap kali pemimpin-pemimpin kaumnya
berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah
Nuh, Jika kalian mengejek kami, maka sesungguhnya kami
(pun) mengejek kalian sebagaimana kamu sekalian
mengejek (kami)"” (Had {11}: 38).
Meski menghadapi halangan yang berat, Nabi Nuh tetap
bersabar selama berabad-abad seperti halnya ketabahan Nabi- Nabi Muh — 247
Muhammad menghadapi tantangan dan rintangan dalam
dakwahnya
Agama yang Berharga Selalu Berada di Jalan yang Penuh
Rintangan
Tahukah Anda mengapa Nabi Nuh sanggup memikul semua
beban penderitaan ini? Dia melakukannya agar Anda tahu bahwa
agama ini sangat berharga sehingga Anda dapat menjaganya dan
mempertahankannya dengan penuh pengorbanan. Jika Anda tahu
apa yang terjadi pada diri Rasulullah ketika membawa agama ini,
maka Anda pasti bisa merasakan betapa tinggi nilainya.
Rasulullah berjalan kaki menuju kota Thaif yang jaraknya
sekitar 100 km dari kota Mekah. Setibanya di sana, penduduk Thaif
menyambutnya dengan ejekan dan lemparan batu. Mereka terus
saja mengejar sambil melemparkan batu meski Rasulullah telah
berusaha menjauh. Rasulullah saat itu berusia 50 tahun. Ketika
beliau pergi menjauh dari Thaif, lemparan batu itu tetap datang
dari segala penjuru sehingga Zaid Ibnu Haritsah harus mendekap
beliau agar terjaga dari lemparan batu tersebut. Darah berlumuran
di kepala Zaid dan di kaki Rasulullah.
Jika lelaki lain yang berusia 50 tahun mengalami hal yang sama,
akankah dia tahan menanggung penderitaan semacam ini?
Bayangkan saja jika lelaki itu adalah ayah Anda, misalnya, apakah
dia akan tahan? Nyatanya, beban penderitaan yang berat tersebut
sanggup dipikul oleh Nabi Nuh dan Rasulullah. Renungkanlah,
mengapa Anda tidak sanggup bangun pagi untuk shalat subuh
karena rasa malas atau karena perut yang kekenyangan?
Tahukah Anda apa yang mendorong para nabi itu bertahan
dan memikul beban penderitaan itu demi Allah? Jawabnya, karena
mereka mempunyai tekad kuat agar kebenaran selalu abadi di muka
bumi, agar panji-panji kebajikan dapat terus berkibar sepanjang
masa. Siapkah Anda untuk mewariskan panji-panji itu kepada
generasi setelah Anda?248 — Mombaca Kisah Mengun
pp likmah
Semua Itu demi Anda Semua
Rasulullah sanggup menahan semua beban penderitaan itu agar
Islam dapat sampai kepada Anda semua. Rasulullah memikul semua
itu demi kepentingan kita semua, agar kita bisa menjadi umat Islam
yang menauhidkan Allah. Lalu, apa yang telah kita perbuat untuk
agama Islam? Bagaimana hubungan kita dengan agama yang kita
anut? Berapa kadar kecintaan kita kepada agama kita?
Nabi pergi meninggalkan kota Thaif dalam kondisi kaki
berdarah. Dia berlindung di sebuah kebun agar terhindar dari
lemparan-lemparan batu sambil berdoa selalu:
“Ya Allah, hanya kepada-Mu aku mengadukan lemahnya
kekuatanku, kecilnya dayaku dan kehinaanku di hadapan
manusia. "8
Di hari Kiamat nanti, kita akan dimintai pertanggungjawaban
dan ditanya tentang apa yang telah kita lakukan terhadap agama
yang kita yakini ini. Apa yang akan kita sampaikan kepada Allah?
Apa yang dapat kita katakan kepada Rasulullah? Berapa banyak
darah telah berlumuran? Berapa nyawa telah melayang? Berapa
banyak kehormatan hatus terinjak? Berapa banyak anak-anak yang
menjadi yatim dan istri-istri yang menjadi janda? Berapa banyak
semua itu harus terjadi agar agama ini dapat sampai kepada kita?
Lalu, seberapa besar nilai agama ini bagi kita?
Apa yang Terjadi pada Kalian?
Suatu hari, Rasulullah berada di tengah-tengah kaum Quraisy.
Mereka mengerumuni Rasulullah, memukuli dan menarik-narik
tubuhnya dengan tangan-tangan mereka. Ali Ibnu Abi Thalib
bercerita, “Tidak ada seorang pun di antara kami yang bisa
menerobos kerumunan itu untuk menyelamatkan Nabi sehingga
kami pun hanya diam berdiri sambil menyaksikan. Lalu datanglah
Abu Bakar, orang yang paling berani di antara kami. Dia masuk
menerobos kerumunan itu, menghalau serangan mereka seraya
Tankh at Thabasi, jld.2, h.345,Viubi -Nith — 249
berkata, “Apakah kalian akan membunuh seseorang yang
menqikrarkan bahwa Tuhanku adalah Allah?” Mendengar hal itu,
mereka pun melepaskan Rasulullah dan menarik tubuh Abu Bakar.
Salah seorang dari mereka yang bernama Ugbah Ibnu Abi Mu’ ith
mendorongnya hingga jatuh terpelanting. Lalu dia menginjak perut
Abu Bakar dan mencopot sepatunya untuk menampar wajah Abu
Bakar berulang kali hingga babak belur. Kami tidak lagi dapat
melihat rupa wajah atau bentuk hidung Abu Bakar. Kemudian para
sahabat membawa Abu Bakar ke rumahnya. Mereka merasa bahwa
nyawa Abu Bakar tidak mungkin dapat diselamatkan. Setelah
siuman, Abu Bakar bertanya, “Apa yang mereka lakukan pada
Rasulullah?” Para sahabat menjawab, “Dia baik-baik saja.” Abu
Bakar berkata penuh tekad, “Aku tidak akan mencicipi makanan
sebelum melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa Rasulullah
benar-benar dalam keadaan baik.”
Mereka bersedia menanggung beban penderitaan itu agar Anda
semua dapat menjadi seorang muslim dan muslimah. Lalu, setelah
Anda tahu semua ini, apakah Anda akan berkata, “Aku tidak mau
berpisah dengan pacarku. Aku tidak mau mengenakan jilbab. Aku
tidak bisa meninggalkan kebiasaanku merokok karena aku ini lemah.
Aku tidak mampu. Aku ini tidak kuat.”
Ungkapan-ungkapan demikian adalah bentuk dari sebuah
pengkhianatan besar terhadap tanggung jawab yang telah dipikul
berabad-abad oleh para nabi yang dengan sabar menanggung
kucuran darah dan pedihnya luka-luka. Di hari Kiamat nanti,
timbangan langit akan dipasang untuk menghitung setiap perbuatan
amal penghuni dunia. Barangsiapa melaksanakan tanggung
jawabnya, maka dia akan memperoleh pahalanya. Dan barangsiapa
berkhianat, maka dia telah berkhianat kepada dirinya sendiri.
Satu Tujuan
Wahai kaum muda! Mengapa kita menjadi seperti ini? Mengapa
kita menyepelekan agama kita? Apakah Anda tahu apa yang terjadi
pada diri Khabab bin al-Aratt? Kaum Quraisy telah menyeretMembaca Kisah Nic netinekap flikmah
tubuhnva dan Menviramnva dengan timah panas yana telah dibakar
Lalu Khabab dengan yakin berkata, * 2anasnya timah ini hanya
dapat membakar daging punaqungku.”
Kita semua mencoba mengingat kembali kisah-kisah ini demi
satu tujuan, yaitu untuk mengetahui nilai agama yang kita yakini
Bukankah para nabi, termasuk Nabi Nuh dan Nabi Muhammad,
adalah manusia-manusia pilihan yang paling dicintai Allah? Ya,
tentu saja. Bukankah Bilal, Abu Bakar, dan Khabab termasuk
hamba-hamba yang paling Allah cintai? Ya. Meski demikian,
mengapa semua penderitaan dan kepedihan itu terjadi pada diri
mereka? Semua itu terjadi agar kita tahu bahwa mereka
melakukannya demi Islam. Dengan demikian, Anda akan mencintai
agama Anda, dapat merasakan keagungannya dan tahu keagungan
orang-orang yang mengembannya. Lalu setelah semua itu terjadi,
apakah berpegang teguh kepada agama justru menjadi hal yang
susah? Masih beratkah bagi Anda untuk beribadah kepada Allah?
Sungguh. wahai kaum muda, jangan sampai itu terjadi!
Lima Bentuk Sikap Beragama
Kami akan mengambil contoh dari surah Nuh untuk menggam-
barkan lima tingkat sikap beragama yang ada di tengah masyarakat
1. Golongan manusia yang membaca buku agama, men-
dengarkan ceramah agama di masjid atau melalui kaset
Namun dia tidak menghayati apa yang dia dengar seakan-
akan dia tuli. Dia tidak terpengaruh, tidak ingin berubah
lebih baik dan tidak sudi menyembah Allah.
2. Golongan manusia yang melaksanakan shalat, puasa, dan
meninggalkan dosa-dosa besar. Namun dia tidak berusaha
untuk menambah kedekatannya kepada Allah dengan
melakukan ibadah-ibadah sunah. Dia puas dengan apa
yang telah dilakukannya dan merasa itu semua sudah
cukup.
Golongan yang berusaha untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah tapi masih dalam tahap permulaan.Nabi Nuh — 251
4. Golongan yang kuat melaksanakan ajaran agama dan
mendekatkan diri kepada Allah serta berusaha agar orang
lain dapat beribadah bersamanya.
Golongan yang hidup demi agama Islam. Pagi dan sore
tidak berpikir kecuali demi mencapai ridha Allah dan
mendapatkan pahala surga. Golongan ini jumlahnya
sangat sedikit dan jarang. Kami sengaja menyampaikan
pesan-pesan dalam surah Nuh agar kita semua dapat
mencapai derajat manusia dalam golongan kelima yang
sudi berkorban demi agama dan Tuhannya. Dia bahagia
karena Islam, sedih karena kondisi yang melanda agama
Islam dan kaum muslimin, memperbaiki kerusakan umat
dan memberikan manfaat kepada orang lain. Dia bergaul
bersama orang lain dengan akhlak yang mulia. Gerak-
geriknya tidak keluar dari tujuan hidup dan keinginannya
untuk berkorban demi Islam.
on
Satu Agama
Allah 36 berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya
(dengan memerintahkan), ‘Berilah kaummu peringatan sebelum
datang kepada mereka adzab yang pedih!’ Nuh berkata, ‘Hai
kaumku! Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang
menjelaskan kepadamu.’” (Nuh [71]: 1-2)
Maka Nabi Nuh pun menggunakan cara seperti yang telah
diperintahkan oleh Allah, “Berilah kaummu peringatan!” Lalu, dalam
ayat berikutnya disebutkan, “Yaitu sembahlah Allah, bertakwalah
kepada-Nya, dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni
sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada
waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah
datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui” (Nuh [71]:
3-4)ae wn as
end Monbuca Kisah Mengungkap, likmah
tahun Selama rentang masa itu, terjadi peristiwa-peristiwa besar
Seperti Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandag, perjanjian
Hudaibiyyah, dan Perang Khaibar. Ketika Rasulullah kembali dari
Perang Khaibar, dia melihat debu tebal yang menyelimuti cakrawala.
Rasulullah pun bertanya, “Apa ini?” Para sahabat menjawab, “Ini
adalah debu yang disebabkan oleh kedatangan at-Thufail Ibnu Amr
ad-Dausi bersama semua anggota kabilahnya.”
Saksikanlah buah dari sebuah ketaatan dan keikhlasan, wahai
kaum muda! Memiliki ilmu pengetahuan yang banyak memang
penting. Tetapi bukan itu yang paling penting untuk Anda miliki.
Yang lebih penting dari itu semua adalah, “Sampaikanlah apa pun
yang Anda ketahui itu!” At-Thufail Ibnu Amr ad-Dausi tidak lama
belajar dari Nabi. Namun kejujuran dan keikhlasannya telah
menaikkan posisinya langsung ke golongan kelima padahal,
beberapa saat sebelumnya, dia belum lagi mencapai posisi nomor
satu.
Kehidupan yang Nyata
Siapakah yang mencintai hal ini wahai kaum muda? Siapakah
yang dengan penuh semangat berkata, “Aku akan mengajak semua
tetanggaku. Aku akan mengajak semua sahabatku. Aku akan mulai
menyeru mereka sekuat tenaga.” Tekad ini adalah tujuan hidup
yang paling mulia. Makan, minum, menikah, dan melahirkan
hanyalah perantara untuk mencapai tujuan tersebut. Hal paling
berharga yang dapat memberi arti kepada hidup dan diri Anda
adalah ketika Anda bercita-cita agar semua umat manusia
mendengar kalamullah.
Cita-Cita Seorang Manusia
Ketika Rasulullah mulai mendakwahkan Islam secara terang-
terangan, kaum kafir Quraisy tidak sudi mendengarkan Al-Quran
yang beliau bacakan. Mengetahui hal itu, Ibnu Mas’ud —seorang
sahabat yang kecil dan kurus postur tubuhnya— bertekad, “Demi
Allah, aku akan memperdengarkan bacaan Al-Qur'an ini.”