You are on page 1of 10

PETUNJUK PEMBUATAN REKOMENDASI HASIL PEMETAAN RISIKO

I. GAMBARAN UMUM
Setelah melakukan pengisian form pemetaan risiko penyakit Infeksi Emerging di link
https://s.id/petarisikopie, langkah selanjutnya adalah membuat rekomendasi dari hasil
analisis pemetaan risiko tersebut. Rekomendasi ini diperlukan karena hasil pemetaan risiko
penyakit infeksi emerging tentunya akan memberikan gambaran ancaman, kerentanan dan
kapasitas daerah dan harus diintervensi. Intervensi sebagai tindak lanjut dari hasil pemetaan
risiko untuk membuktikan bahwa daerah serius untuk menurunkan risiko penyakit dengan
berkomitmen memperkuat kapasitas daerahnya maupun menurunkan ancaman dan
kerentanan dari penyakit infeksi emerging yang telah dilakukan analisis. Melalui penyusunan
dokumen rekomendasi, pemetaan risiko tidak hanya menjadi kegiatan “formalitas diatas
kertas” tetapi lebih dari itu menjadi sebuah ikhtiar bagaimana mewujudkan daerah yang lebih
kuat dalam menghadapi ancaman penyakit infeksi emerging/potensial KLB/ wabah.
Adapun tujuan dari pembuatan rekomendasi ini sebagai sebagai dasar melakukan
intervensi terhadap kerentanan yang tinggi dan kapasitas yang masih rendah; dan dasar bagi
daerah untuk perencanaan kegiatan dalam kesiapsiagaan menghadapi penyakit infeksi
emerging ataupun penyakit potensial KLB/wabah.
Rekomendasi dibuat untuk semua hasil analisis pemetaan risiko yang telah dilakukan
untuk masing-masing penyakit (MERS, Polio, Difteri). Pembuatan rekomendasi diharapan
secara bersama-sama lintas program dan lintas sektor yang terlibat juga dalam pemetaan
risiko penyakit.

Sistematika Laporan pemetaan risiko dan dokumen rekomendasi

Judul: Pemetaan Risiko dan Rekomendasi Tindak Lanjut Hasil Analisis Penyakit …
(MERS/ Polio/ Difteri) di kabupaten … Provinsi … Tahun 20…

1. Pendahuluan
a. Latar belakang penyakit dan pemetaan risikonya
Anda dapat menggambarkan di dalam bagian ini poin-poin tentang:
• Apa itu penyakit yang dilakukan pemetaan risiko (MERS/ Difteri/ Polio)
• Gambaran singkat terkait cara penularan, gejala, cara diagnosis, faktor
risiko, populasi yang berisiko, pencegahan dan pengobatan
• Data-data di tingkat Global maupun nasional atau bahkan provinsi seperti
jumlah kasus, jumlah kematian, Case Fatality Rate (CFR), wilayah yang
terjangkit/ wilayah yang pernah melaporkan kasus dan kematian
• Data-data pendukung lainnya seperti data faktor risiko, cakupan imunisasi,
tingkat mobilitas, jumlah jemaah haji/ umrah, dsb. yang memiliki relevansi
dengan penyakit yang dilakukan pemetaan risikonya
• Gambaran upaya yang dapat dilakukan, kapasitas yang dimiliki daerah, dsb.
• Pentingnya melakukan pemetaan risiko penyakit infeksi emerging, pihak
yang dilibatkan saat melakukan pemetaan risiko, sumber data tahun berapa,
sumber data dari mana saja, serta kapan dilakukan pemetaan risiko.

Petunjuk Pembuatan Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko PIE 1


b. Tujuan
Anda dapat menyebutkan tujuan wilayah anda melakukan pemetaan risiko
penyakit infeksi emerging (MERS/ Polio/ Difteri)

2. Hasil Pemetaan Risiko


a. Penilaian ancaman
Tampilkan tabel analisis ancaman penyakit (MERS/ Difteri/ Polio) kemudian anda
dapat menarasikan sub kategori mana saja yang ada pada posisi tinggi dan
sedang serta penjelasan mengapa sub kategori tersebut tinggi - sedang. Sub
kategori yang tinggi dan sedang di bagian ancaman tentu menjadi perhatian.
b. Penilaian kerentanan
Tampilkan tabel analisis kerentanan penyakit (MERS/ Difteri/ Polio) kemudian
anda dapat menarasikan sub kategori mana saja yang ada pada posisi tinggi dan
sedang serta penjelasan mengapa sub kategori tersebut tinggi - sedang. Sub
kategori yang tinggi dan sedang di bagian kerentanan tentu menjadi perhatian.
c. Penilaian kapasitas
Tampilkan tabel analisis kapasitas penyakit (MERS/ Difteri/ Polio) kemudian
anda dapat menarasikan sub kategori mana saja yang ada pada posisi Abai dan
Rendah serta penjelasan mengapa sub kategori tersebut abai - rendah. Sub
kategori yang abai dan rendah pada bagian kapasitas tentu menjadi perhatian.
d. Karakteristik risiko (tinggi, rendah, sedang)
Tampilkan tabel nilai masing-masing kategori yaitu ancaman, kerentanan,
kapasitas, dan nilai risiko serta karakteristiknya (Rendah/ Sedang/ Tinggi).

3. Rekomendasi
Tampilkan tabel rekomendasi yang telah dibuat. Tabel terdiri dari kolom nomor, PIC
(penanggungjawab/ pelaksana), timeline (waktu pelaksanaan), keterangan.
(Untuk merumuskan rekomendasi, anda dapat mengikuti tahapan-tahapan yang
terdapat pada bagian II dokumen ini)

Pada bagian akhir dokumen ada pengesahan/ tanda tangan dan stempel basah atau
tanda tangan elektronik dari pimpinan.

Lampiran
Anda dapat melampirkan:
• Proses tahapan di bagian II, mulai dari merumuskan masalah (seperti penetapan
isu prioritas, isu yang dapat ditindaklanjuti, inventarisasi penyebab isu); sampai
pada merumuskan rekomendasi
• Foto-foto kegiatan pertemuan (jika dilakukan pertemuan untuk pemetaan risiko dan
dokumen rekomendasi secara luring) / screenshoot zoom (jika dilakukan secara
daring) saat melakukan pemetaan risiko penyakit MERS/ Polio/ Difteri.

Petunjuk Pembuatan Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko PIE 2


II. TAHAPAN MEMBUAT/ MERUMUSKAN REKOMENDASI DARI HASIL ANALISIS RISIKO
PENYAKIT MERS/ DIFTERI/ POLIO

1. MERUMUSKAN MASALAH
Tahap pertama adalah merumuskan masalah. Dalam hal merumuskan masalah, ada
beberapa langkah yang dilakukan yaitu:
A. MENETAPKAN ISU PRIORITAS
Isu prioritas ditetapkan dengan Langkah sebagai berikut:
1) Pilihlah maksimal lima (5) sub kategori pada masing-masing tabel analisis
Kerentanan dan Kapasitas!
2) Urutkan sub kategori mulai dari yang paling prioritas!

Catatan:
• Lima (5) sub kategori pada tabel analisis Kerentanan yang dipilih
merupakan sub kategori dengan nilai risiko “paling mengkhawatirkan”. Pada
analisis Kerentanan, urutan paling mengkhawatirkan dimulai dari sub
kategori yang mendapat klasifikasi Tinggi > Sedang > Rendah > Abai yang
dikombinasikan dengan nilai bobotnya masing-masing.
• Lima (5) sub kategori pada tabel analisis Kapasitas yang dipilih
merupakan sub kategori dengan nilai risiko “paling mengkhawatirkan”. Pada
analisis Kapasitas, urutan paling mengkhawatirkan dimulai dari sub kategori
yang mendapat klasifikasi Abai > Rendah > Sedang > Tinggi yang
dikombinasikan dengan nilai bobotnya masing-masing.
• Khusus untuk penyakit MERS, anda hanya fokus memilih sub kategori yang
ada pada tabel Kapasitas saja sedangkan untuk Kerentanan tidak.
Kerentanan pada penyakit MERS tetap menjadi pertimbangan dalam
menentukan rekomendasi nantinya.

Lima sub kategori yang telah dipilih kemudian diisi pada tabel berikut:

Tabel Isian Sub kategori pada kategori kerentanan dan kapasitas


No Sub kategori Nilai Risiko Bobot
1
2
3
4
5

CONTOH SIMULASI:
Tabel hasil analisis risiko Difteri di Kabupaten X untuk kategori Kerentanan yang
terlihat di tools pemetaan risiko sebagai berikut:
Nilai Risiko per Kategori
NILAI (N) *) BOBOT INDEKS PERTANYAAN
A R S T (B) (NXB) RUJUKAN
NO KATEGORI SUB KATEGORI 1/1000 1/100 1/10 1
1 Transportasi antar Transportasi antar --- --- --- T 5,56 5,56 Nomor B.I.1-4
provinsi dan antar provinsi dan antar
kab/kota kabupaten/kota
2 Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk --- --- --- T 11,11 11,11 Nomor B.II.1

Petunjuk Pembuatan Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko PIE 3


Nilai Risiko per Kategori
NILAI (N) *) BOBOT INDEKS PERTANYAAN
A R S T (B) (NXB) RUJUKAN
NO KATEGORI SUB KATEGORI 1/1000 1/100 1/10 1
3 Cakupan imunisasi Cakupan imunisasi DPT3 A --- --- --- 20,83 0,02 Nomor B.III.1.a
4 Cakupan imunisasi DPT- --- R --- --- 20,83 0,21 Nomor B.III.1.b
HB-Hib
5 Cakupan imunisasi DT --- R --- --- 20,83 0,21 Nomor B.III.1.c
6 Cakupan imunisasi Td --- --- S --- 20,83 2,08 Nomor B.III.1.d

Maka hasil pemilihan 5 sub kategori diisi dalam tabel isian sub kategori pada
kategori kerentanan dan urutannya sebagai berikut:
Nilai Bobot
No Sub kategori
Risiko
1 Kepadatan penduduk T 11,11
2 Transportasi antar provinsi dan antar kabupaten/ kota T 5,56
3 Cakupan Imunisasi Td S 20,83
4 Cakupan Imunisasi DPT-HB-Hib R 20,83
5 Cakupan Imunisasi DT R 20,83

Tabel hasil analisis risiko Difteri di Kabupaten X untuk kategori Kapasitas yang
terlihat di tools pemetaan risiko sebagai berikut:
Nilai Risiko per Kategori
NILAI (N) *) BOBOT INDEKS PERTANYAAN
A R S T (B) (NXB) RUJUKAN
No KATEGORI SUB KATEGORI 1/1000 1/100 1/10 1
1 Kebijakan Publik Kebijakan Publik --- R --- --- 17,20 0,17 Nomor C.I.1
2 Kelembagaan Kelembagaan --- --- --- T 17,20 17,20 Nomor C.I.2
3 Fasilitas Pelayanan Kapasitas A --- --- --- 4,41 0,00 Nomor C.II.1-3
Kesehatan Laboratorium
4 Tatalaksana Kasus A --- --- --- 9,26 0,01 Nomor C.III.1-5
di RS
5 Surveilans Analisis ancaman A --- --- --- 6,61 0,01 Nomor C.IV.1-4 dan
Difteri di wilayah C.V.5
6 Deteksi dini Difteri di A --- --- --- 4,76 0,00 Nomor C.VI.1-5
Fasyankes
7 Penyelidikan A --- --- --- 11,02 0,01 Nomor C.V.1-4
epidemiologi
8 Ketersediaan Anti Ketersediaan Anti --- --- S --- 7,05 0,71 Nomor C.VII.1-2
Difteri Serum Difteri Serum
9 Ketersediaan vaksin Ketersediaan vaksin A --- --- --- 8,82 0,01 Nomor C.VII.3-4
10 Anggaran Anggaran A --- --- --- 13,67 0,01 Nomor C.VIII.1-4
penanggulangan penanggulangan

Maka hasil pemilihan 5 sub kategori diisi dalam tabel isian sub kategori pada
kategori kapasitas dan urutannya sebagai berikut:
No Sub kategori Nilai Risiko Bobot
1 Anggaran penanggulangan A 13,67
2 Penyelidikan Epidemiologi A 11,02
3 Tatalaksana Kasus di RS A 9,26
4 Ketersediaan Vaksin A 8,82
5 Ketersediaan Anti Difteri Serum A 7,05

Petunjuk Pembuatan Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko PIE 4


B. MENETAPKAN ISU YANG DAPAT DITINDAKLANJUTI
Dari lima (5) sub kategori pada masing-masing tabel analisis Kerentanan dan tabel
analisis Kapasitas yang telah dipilih, kemudian tetapkan masing-masing maksimal
tiga (3) sub kategori dari setiap kategori kerentanan dan kapasitas tersebut!

Catatan:
• Pemilihan tiga (3) sub kategori dapat berdasarkan bobot tertinggi
(kerentanan/ kapasitas) dan/ atau pertimbangan daerah masing-masing.
• Khusus untuk penyakit MERS, anda cukup fokus pada tabel Kapasitas saja
sedangkan untuk tabel Kerentanan tidak. Sub kategori di tabel Kerentanan
pada penyakit MERS tetap menjadi pertimbangan dalam menentukan
rekomendasi nantinya.

CONTOH SIMULASI:
Hasil pemilihan 5 sub kategori pada kategori kerentanan di tahapan sebelumnya:
Nilai Bobot
No Sub kategori
Risiko
1 Kepadatan penduduk T 11,11
2 Transportasi antar provinsi dan antar kabupaten/ kota T 5,56
3 Cakupan Imunisasi Td S 20,83
4 Cakupan Imunisasi DPT-HB-Hib R 20,83
5 Cakupan Imunisasi DT R 20,83

Hasil pertimbangan daerah kemudian memilih 3 sub kategori pada kategori


kerentanan menjadi:
Nilai Bobot
No Subkategori
Risiko
1 Cakupan Imunisasi Td S 20,83
2 Cakupan Imunisasi DPT-HB-Hib R 20,83
3 Cakupan Imunisasi DT R 20,83

Hasil pemilihan 5 sub kategori pada kategori kapasitas di tahapan sebelumnya:


Nilai Bobot
No Sub kategori
Risiko
1 Anggaran penanggulangan A 13,67
2 Penyelidikan Epidemiologi A 11,02
3 Tatalaksana Kasus di RS A 9,26
4 Ketersediaan Vaksin A 8,82
5 Ketersediaan Anti Difteri Serum A 7,05

Hasil pertimbangan daerah kemudian memilih 3 sub kategori pada kategori


kapasitas menjadi:
Nilai Bobot
No Sub kategori
Risiko
1 Anggaran penanggulangan A 13,67
2 Penyelidikan Epidemiologi A 11,02
3 Ketersediaan Vaksin A 8,82

Petunjuk Pembuatan Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko PIE 5


C. INVENTARISASI PENYEBAB MASALAH DARI SETIAP SUB KATEGORI YANG
DAPAT DITINDAKLANJUTI
1) Pilih minimal satu (1) pertanyaan rujukan dari masing-masing 3 sub kategori
yang telah ditentukan sebelumnya.

Catatan:
• Anda dapat menemukan pertanyaan rujukan yang dimaksud dengan melihat
pada kolom pertanyaan rujukan di tabel hasil analisis risiko baik untuk
kategori Kerentanan maupun Kapasitas. Tabel tersebut dapat akses di link:
https://s.id/petarisikopie .
• Jika anda ingin melihat apa pertanyaan rujukan yang dimaksud dan
jawaban yang anda berikan sebelumnya untuk pertanyaan rujukan tersebut,
maka anda bisa melakukan klik pada tulisan nomor pertanyaan pada
kolom pertanyaan rujukan dan anda akan dibawa ke halaman pertanyaan
dan jawabannya.

2) Setiap pertanyaan rujukan dibuat inventarisasi penyebab masalah melalui


metode 5M (Man, Method, Machine, Material, dan Money)

Catatan:
• Man (Orang): anda dapat mengidentifikasi penyebab masalah yang muncul
dari sisi manusia dengan melihat keterampilan, pengetahuan, sikap,
pengalaman, jumlah tenaga terlatih, jenis tenaga yang dimiliki, dll.
• Method (Metode): anda dapat mengidentifikasi penyebab masalah yang
muncul dari sisi metode dengan melihat cara atau prosedur yang dilakukan
seperti efektifitasnya, kesesuaian dengan SOP, tujuan, cepat atau lambat
pelaksanaannya, urutannya prioritas pelaksanaan, dsb.
• Machine (Mesin): anda dapat mengidentifikasi penyebab masalah yang
muncul dari sisi mesin/ sistem/ perangkat kerja dengan melihat jumlahnya
unitnya, kemampuan beroperasi, berfungsi baik atau rusak, sudah upgrade
atau belum, kapasitasnya dsb. Mesin/ sistem/ perangkat dapat berupa
aplikasi, sistem pelaporan, alat lab, sarana prasarana kerja, dll.
• Material (Bahan): anda dapat mengidentifikasi penyebab masalah yang
muncul dari sisi bahan dengan melihat kualitas, ketersediaan, jumlah bahan,
jenis yang dibutuhkan. Bahan dapat berupa logistik, reagen, sampel
laboratorium, data, informasi, buku pedoman, SOP, vaksin, obat, dsb.
• Money (Uang): anda dapat mengidentifikasi penyebab masalah yang
muncul dari sisi keuangan misalnya dengan melihat ketersediaan anggaran,
besarnya anggaran, alokasi anggaran untuk kegiatan esensial, penggunaan
anggaran, pencairan anggaran, besarnya serapan, dll

Inventarisasi penyebab masalah kemudian diisi dalam tabel berikut:


Tabel inventarisasi penyebab masalah
Sub kategori Man Method Machine Material Money

Petunjuk Pembuatan Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko PIE 6


CONTOH SIMULASI:
Tabel inventarisasi penyebab masalah untuk kategori Kerentanan
Sub kategori/
Man Method Machine Material Money
Pertanyaan rujukan
Cakupan imunisasi - Penolakan - Kurangnya Rusaknya alat - Jumlah vaksin - Dana untuk kirim
Td/ imunisasi Td oleh kampanye/ pemantau suhu Td kurang dan vaksin diefisiensi
Cakupan imunisasi orang tua anak usia sosialiasi tentang penyimpanan mengalami 50%
Td tahun lalu 70% sekolah dasar di 3 imunisasi Td vaksin di 2 kekosongan stok - Dana untuk
kecamatan tahun - Keterlambatan puskesmas pada Sep tahun pengiriman
2022 pengiriman vaksin 2022. vaksin Td baru
- Beberapa orang tua Td di bulan Sep - Beberapa vaksin cair di bulan Juni
tidak mengetahui 2022 mengalami 2022
imunisasi Td kerusakan
Cakupan imunisasi Orang tua tidak - Sosialisasi imuniasi Rusaknya alat Kekurangan stok Dana untuk kirim
DPT-HB-Hib/ membawa anaknya DPT-HB-Hib pemantau suhu vaksin DPT vaksin dieffisiensi
Cakupan imunisasi untuk imunisasi DPT- kurang gencar dan penyimpanan karena ada vaksin 50%
DPT-HB-Hib tahun HB-Hib tidak merata vaksin di 2 yang rusak
lalu 85.5% - Pengiriman vaksin puskesmas
terlambat di bulan
Juni 2022
Cakupan imunisasi Orang tua menolak Sosialisasi imuniasi Rusaknya alat Beberapa vaksin Dana untuk kirim
DT/ anaknya untuk diberi DT baru dilakukan di pemantau suhu DT mengalami vaksin di effisiensi
Cakupan imunisasi imunisasi DT di 2 pertengahan tahun penyimpanan kekosongan 50%
DT tahun lalu 90% sekolah tahun 2022 2022 vaksin di 2
puskesmas

Tabel inventarisasi penyebab masalah untuk kategori Kapasitas


Sub kategori/
Man Method Machine Material Money
Pertanyaan rujukan
Anggaran - Perencana baru - Proses yang terburu- - Tidak cukup -
penanggulangan/ (belum cukup buru ketika data dukung
Jumlah anggaran yang pengalaman) menyusun usulan untuk
tersedia untuk - Pimpinan hanya anggaran menghitung
meningkatkan mendukung - Usulan anggaran di usulan anggaran
kewaspadaan, adanya anggaran APBD tumpang
kesiapsiagaan dan kewaspadaan saja tindih dengan
penanggulangan difteri - Pimpinan anggaran DAK non
kurang dibandingkan melakukan fisik
yang dibutuhkan efisiensi anggaran - Serapan anggaran
(Rp 500 juta,-) tahun 2021 < 60%
Penyelidikan - 2 anggota tim - Tidak ada pelatihan 2 unit PC di - Tidak ada - Dana pelatihan
Epidemiologi/ TGC lama sudah TGC bersertifikat di kantor yang data analisis TGC tahun 2022
Tim penyelidikan dan pensiun tahun 2022 yang digunakan kebutuhan tidak ada dan
penanggulangan KLB - 1 anggota tim diikuti untuk tim TGC pelatihan hanya ada untuk
(TGC) Dinas Kesehatan TGC dimutasi - Tidak ada transfer melihat data - Kurang akses pelatihan lainnya
kabupaten/ kota - Anggota tim TGC pengetahuan antar SKDR error informasi - Dana APBD
yang baru belum anggota tim TGC terkena virus pelatihan lebih banyak
dilatih sekarang maupun - SK TGC untuk kegiatan
- Anggota Tim TGC dari tim yang lama belum pertemuan/
belum pernah diperbaharui koordinasi
terlibat PE Difteri
Ketersediaan Vaksin/ Petugas untuk - Salah perhitungan Rusaknya alat Vaksin DPT - Tidak ada
Jumlah vaksin DPT penyimpanan dan sasaran dan pemantau sebagian rusak alokasi dana
kurang dari yang pemantauan vaksin kebutuhan vaksin suhu untuk membeli
dibutuhkan dan jumlah masih baru (belum saat mikroplaning penyimpanan vaksin DT
vaksin DT tidak ada terlatih) - Pengiriman vaksin vaksin di 2 - Anggaran untuk
DPT terlambat di puskesmas distribusi vaksin
bulan Juni 2022 DPT diefisiensi
50%

Petunjuk Pembuatan Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko PIE 7


3) Buat rangkuman singkat terkait poin-poin permasalahan dari hasil inventarisasi
penyebab masalah.
Anda dapat menyatukan akar-akar penyebab masalah yang sama ke dalam
satu poin yang anda anggap semakna apabila hasil inventarisasi penyebab
masalahnya banyak dan beberapa diantaranya memiliki hubungan keterkaitan
satu sama lain. Bagian ini bertujuan untuk memudahkan perumusan poin-poin
rekomendasi agar lebih terkategorisasi.
Bagian ini bersifat opsional, artinya anda dapat membuat coretan/ catatan
terkait rangkuman poin-poin permasalahan ini terlebih dahulu atau anda ingin
langsung merumuskan rekomendasi di tahapan selanjutnya.

CONTOH SIMULASI:
Rangkuman poin-poin permasalahan:
a. Penolakan imunisasi dari masyarakat (orang tua murid)
b. Kurangnya sosialisasi program imunisasi
c. Keterlambatan distribusi vaksin
d. Rusaknya alat pemantau suhu penyimpanan vaksin
e. Efisiensi dana pengiriman vaksin dan keterlambatan pencairan dana
kegiatan
f. Dukungan pimpinan terhadap anggaran hanya untuk anggaran
kewaspadaan saja
g. Perencanaan anggaran kurang baik
h. Anggota tim TGC baru, belum dilatih, dan belum pernah terlibat PE Difteri
i. Kurangnya akses ke pelatihan TGC bersertifikat
j. Legalitas tim TGC (SK TGC)
k. Perhitungan vaksin kurang akurat

2. MERUMUSKAN REKOMENDASI
A. Buat rekomendasi berdasarkan hasil inventarisasi penyebab masalah yang dilakukan
pada tahapan sebelumnya, lalu dituangkan pada tabel.

Catatan:
Rekomendasi yang diberikan bersifat spesifik (jelas apa yang mau dilakukan),
dapat diukur, realistis (dapat dikerjakan), relevan (menjawab permasalahan),
memiliki batas waktu (target waktu pelaksanaan)

Format tabel rekomendasi yang dipakai adalah


No Rekomendasi Pelaksana/ PIC Timeline Keterangan

Petunjuk Pembuatan Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko PIE 8


B. Ambil poin-poin penting dari tabel inventarisasi masalah yang berpengaruh langsung
dengan hasil pemetaan risiko. Anda dapat menggunakan rangkuman poin
permasalahan untuk memastikan tidak ada rekomendasi yang terlupakan.

CONTOH SIMULASI:
Tabel Rekomendasi

No Rekomendasi Pelaksana/ PIC Timeline Keterangan


1 Sosialisasi rutin tentang imunisasi Dinkes dan Jan – Des
dasar lengkap, imunisasi lanjutan Puskesmas 2023
baduta, dan imunisasi lanjutan anak
usia sekolah kepada orang tua di 16
puskesmas dan 10 faskes
2 Pembuatan dan penanyangan iklan Promkes Dinkes Mei – Des Sharing
layanan masyarakat untuk program dan Diskominfo 2023 anggaran
imunisasi dasar dan imunisasi antar SKPD
lanjutan di fasilitas publik, media
social dinkes, dan media broadcast
2 Alokasi anggaran 50 juta untuk Dinkes Apr 2023 Refocusing
pengiriman vaksin tahun 2023 Anggaran
3 Pembelian 2 unit alat pemantau suhu Dinkes Feb 2023
penyimpanan vaksin Kabupaten/ kota
4 Membuat telaah staf kepada Kabid Petugas Jan 2023
P2P tentang perlunya anggaran Surveilans &
kesiapsiagaan dan penanggulangan Imunisasi
difteri/ P2 penyakit potensial KLB/ Dinkes
wabah
5 Membuat satu dokumen perencanaan Perencana Jan-Feb 2023
dan anggaran 3 tahunan (2024-2026) Anggaran
yang terintegrasi dan sinergis antara Bidang P2P
dana APBD, APBN, dan Hibah Dinkes
6 Mengirimkan 1 tim TGC untuk Tim TGC Dinkes Ags 2023 Berdasarkan
mengikuti pelatihan TGC bersertifikat Kabupaten undangan
di provinsi atau pusat tahun 2023 pelatihan dari
provinsi/ pusat
7 Pembaharuan SK tim TGC Dinas Bidang P2P Ags 2023 Tanpa
Kesehatan Kabupaten Dinkes menunggu
pelatihan
8 Melakukan simulasi PE kasus Difteri/ Bidang P2P Feb, Apr, Jun, Kerja sama
penyakit potensial KLB 2 bulan sekali Dinkes Ags, Okt, Des dengan
2023 kampus FKM
9 Pemutakhiran data sasaran imunisasi Seksi surveilans Jan 2023
dan data kebutuhan vaksin tahun dan imunisasi,
2023 Farmasi Dinkes

Petunjuk Pembuatan Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko PIE 9


Catatan:
• Tabel rekomendasi yang telah dibuat kemudian diletakan di dalam laporan
pemetaan risiko dan dokumen rekomendasi pada poin 3. Rekomendasi.
(lihat sistematika laporan pemetaan risiko dan dokumen rekomendasi)
• Hasil rekomendasi disampaikan kepada Kepala bidang P2P dan Kepala
Dinas Kesehatan. Tanda tangan pimpinan oleh Kepala Dinas Kesehatan
• Dokumen rekomendasi disebarkan/ disampaikan kepada lintas program,
lintas sektor, pihak-pihak yang turut dalam pembuatan rekomendasi
tersebut untuk diketahui dan dilaksanakan
• Tahapan pembuatan rekomendasi ini (Bagian II) dapat menjadi lampiran
dari laporan pemetaan risiko dan dokumen rekomendasi penyakit infeksi
emerging

III. INFORMASI PENTING


1. File laporan pemetaan risiko dan dokumen rekomendasi yang telah jadi di-scan dalam
bentuk PDF dan di upload di link https://s.id/petarisikopie . Ukuran file maksimal 10 MB.
2. Nama file harus dalam format: Rekomendasi Difteri_TAHUN_Kabupaten/Kota.
3. File laporan pemetaan risiko dan dokumen rekomendasi yang telah di-upload ke link
tidak dapat diganti/ diedit dari email pelapor, sehingga untuk menghindari kesalahan
format dokumen rekomendasi dan tidak ada pengulangan upload dokumen, sangat
disarankan saat masih dalam bentuk draft yang siap ditandatangan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota, dapat dikirim dulu ke PJ Binwil masing-masing untuk
dikoreksi.
4. Bagi yang sudah terlanjur upload namun mendapatkan koreksi/ masukan, silahkan
melakukan perbaikan. Kemudian setelah rampung perbaikan dan siap upload, hubungi
PJ Binwil untuk dilakukan penghapusan dokumen yang sudah diupload sebelumnya oleh
admin. Setelah itu, dokumen yang baru dapat diupload Kembali.
5. Dinas Kesehatan Provinsi perlu memonitoring pelaksanaan dokumen rekomendasi yang
sudah disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
6. Dengan dilaksanakannya dokumen rekomendasi, diharapkan pada pemetaan risiko
tahun berikutnya terdapat progress peningkatan kapasitas dan penurunan risiko
penyakit serta lebih daripada itu menjadi kekuatan baru bagi daerah mengantisipasi
munculnya penyakit infeksi emerging/ potensial KLB/ wabah. Kementerian Kesehatan
melalui tim kerja penyakit infeksi emerging akan melakukan analisis progress
pengendalian kerentanan dan peningkatan kapasitas secara tahunan.

Tim Kerja Penyakit Infeksi Emerging


Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan RI
© copyright 2023

Petunjuk Pembuatan Rekomendasi Hasil Pemetaan Risiko PIE 10

You might also like