Professional Documents
Culture Documents
Bab Ii Askep Dewasa
Bab Ii Askep Dewasa
PEMBAHASAN
a) Masa dewasa awal / dewasa muda (berusia antara 18 atau 20 tahun sampai 40 tahun)
b) Masa dewasa madya / setengah baya / paruh baya (40 - 60 tahun)
c) Masa dewasa lanjut / masa tua (berusia 60 tahun hingga akhir kehidupannya atau sampai
mati)
HIV
Risiko tertular HIV juga lebih tinggi pada individu dengan sejumlah faktor, di
antaranya:
d. Hubungan seks tanpa mengenakan kondom. Risiko penularan akan lebih tinggi
melal ui hubungan seks anal, dan hubungan seks dengan berganti pasangan.
e. Menderita infeksi menular seksual. Sebagian besar infeksi menular seksual
menyeba bkan luka terbuka di kelamin penderita, sehingga meningkatkan risiko
tertular HIV.
f. Berbagi suntikan. Pengguna NAPZA suntik umumnya berbagi jarum suntik
dalam me nggunakan narkoba.
Prostat
Kanker prostat adalah keganasan tersering dan penyebab kematian karena kanker
paling utama pada pria di negara Barat, menyebabkan 94.000 kematian di Eropa pada
2008 dan lebih dari 28.000 kematian di Amerika Serikat pada 2012. Data di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 90% kanker prostat ditemukan pada stadium dini
dan regional, dengan angka kesintasan (survival rate) 5 tahun mendekati 100%. Angka
ini jauh lebih baik dibandingkan dengan 25 tahun lalu yang hanya mencapai 69%.
Di Asia, insiden kanker prostat rata-rata adalah 7,2 per 100.000 pria per-tahun. Di
Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di tiga RS pusat pendidikan (Jakarta,
Surabaya dan Bandung) selama 8 tahun terakhir adalah 1.102 pasien dengan rerata usia
67,18 tahun. Stadium penyakit tersering saat datang berobat adalah stadium lanjut
sebesar 59,3% kasus, dan terapi primer yang terbanyak dipilih adalah orkhiektomi
sebesar 31,1 %, obat hormonal 182 (18%), prostatektomi radikal 89 (9%), radioterapi 63
(6%), sisanya adalah pemantauan aktif, kemoterapi dan kombinasi. Modalitas diagnostik
ya6ng digunakan terutama biopsi 57.9%
Penyebab kanker prostat adalah perubahan atau mutasi genetik pada sel di dalam
kelenj ar prostat. Mutasi ini menyebabkan sel tersebut berkembang secara tidak normal
dan memben tuk sel kanker. Namun, penyebab mutasi ini sendiri belum diketahui secara
pasti.
Ada bebera pa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat,
yaitu:
a. Usia
Risiko kanker prostat akan semakin tinggi seiring pertambahan usia. Sebagian
besar p enderita kanker ini adalah pria berusia di atas 65 tahun.
b. Obesitas
Seseorang yang mengalami obesitas berisiko tinggi menderita kanker prostat yang
leb ih agresif.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Jika salah satu anggota keluarga pernah menderita kanker prostat, maka risiko
terkena kanker prostat makin meningkat.
d. Pola makan
Konsumsi makanan tinggi kalsium diduga dapat meningkatkan risiko
berkembangnya kanker prostat.
e. Paparan bahan kimia
Bahan kimia, seperti senyawa kadmium, dapat meningkatkan risiko kanker
prostat. K admium adalah senyawa logam yang terkandung di dalam rokok dan
beberapa jenis m akanan, seperti daging merah, ikan, dan gandum.
f. Penyakit menular seksual
Beberapa jenis penyakit menular seksual, seperti gonore dan chlamydia, dapat
menye babkan peradangan pada prostat dan memicu terjadinya kanker prostat.
Testiskular
Permalasahan yang ditemui yaitu kanker testis. Pemicu utama kanker testis tidak
diketah ui secara pasti sampai saat ini. Namun yang jelas, kanker testis terjadi ketika sel-
sel di dalam testis tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali. Meski pemicunya
belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan
risiko seseorang untuk menderita kanker testis, di antaranya:
a. Testis tidak turun (kriptorkismus). Testis dibentuk di abdomen dan biasanya turun
ke dalam skrotum setelah bayi laki-laki dilahirkan atau pada setahun pertama
hidupnya Pada kasus anomali, testis tidak turun. Istilah medis untuk kondisi ini
adalah undescended testicle atau kriptorkismus.
b. Pernah menderita kanker testis. Pria yang sudah pernah mengalami kanker testis d
isarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah pengobatan. Mereka me
miliki risiko terkena kanker testis dengan kemungkinan 12 kali lipat lebih besar di
banding orang normal, pada bagian testis yang lain.
c. Riwayat kesehatan keluarga. Jika terdapat anggota keluarga, seperti ayah dan saud
ara kandung laki-laki yang menderita kanker testis, maka peluang seseorang meng
alami kondisi ini juga akan meningkat.
d. Usia. Kanker testis lebih sering terjadi pada usia antara 15-49 tahun. Kasus terban
yak terjadi pada pria usia 30-34 tahun. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan
kanker ini terjadi di usia-usia yang lain.
e. Tinggi badan. Makin tinggi tubuh seorang pria, peluangnya untuk mengalami kan
ker testis juga makin besar. Hubungan antara tinggi badan dengan risiko terkena k
anker dilatarbelakangi oleh faktor makanan yang dikonsumsi. Anak berbadan ting
gi mungkin lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi kalori saat masa pertumbu
han. Hal itu berpotensi meningkatkan risiko terkena kanker testis.
f. Pertumbuhan testis yang abnormal. Kondisi tertentu, seperti sindrom Klinefelter, b
isa menyebabkan testis tidak berkembang secara normal. Hal ini akan meningkatk
an risiko kanker testis.
bulan olahraga)
(Eliopoulos, 2004 ; Miller, 2003). Berikut ini adalah pembahasan kebutuhan ini sesuai
dengan kegiatan pencegahan primer, sekunder, dan tersier
1. Pencegahan Utama
Seperti dibahas sebelumnya dalam teks ini, kegiatan pencegahan primer
melibatkan tindakan-tindakan yang membuat seseorang tetap sehat. Kegiatan
pencegahan primer seperti pendidikan kesehatan, tindak lanjut dari praktik kesehatan
pribadi yang sehat (misalnya flossing, penggunaan sabuk pengaman, olahraga),
penapisan rutin yang direkomendasikan, dan pemeliharaan jadwal imunisasi yang
sesuai yang dilakukan oleh orang dewasa yang lebih tua yang dapat mereka lakukan
untuk menjaga kesehatan. menjaga kesehatan mereka. Diambil dari berbagai sumber,
ini menyediakan kegiatan pencegahan utama yang dapat digunakan petugas
kesehatan masyarakat ketika bekerja dengan para penatua, baik secara individu atau
dalam kelompok.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada deteksi dini penyakit dan intervensi segera
(lihat Bab 1). Sebagian besar waktu perawat kesehatan komunitas dihabiskan untuk
mendidik masyarakat tentang tindakan pencegahan dan perilaku kesehatan yang
positif. Ini termasuk mendorong individu untuk mendapatkan skrining rutin untuk
penyakit seperti hipertensi, diabetes, atau kanker, yang, jika diidentifikasi lebih awal,
dapat berhasil diobati (AHRQ, 2002).
Banyak perawat, yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga masyarakat,
berada dalam posisi untuk membuat program penyaringan berdasarkan keinginan dan
demografi komunitas dan fokus lembaga, membuat mereka dapat diakses oleh
populasi yang dilayani. Orang dewasa yang lebih tua perlu didorong untuk mengikuti
jadwal penyaringan kesehatan yang ditentukan oleh klinik atau penyedia layanan
kesehatan mereka. Jadwal skrining kesehatan yang dijelaskan dalam, Healthwise
Handbook (2006), Organisasi Pemeliharaan Kesehatan terbesar di dunia, yang
melayani jutaan klien, dan disajikan di sini sebagai panduan. Gugus Tugas Pelayanan
Preventif Amerika Serikat (USPSTF) (AHRQ, 2007) mengusulkan pandangan yang
lebih komprehensif tentang intervensi dan rekomendasi untuk pemeriksaan kesehatan
berkala terhadap orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
3. Pencegahan tersier
pencegahan tersier melibatkan tindak lanjut dan rehabilitasi setelah penyakit
atau kondisi telah terjadi atau didiagnosis dan perawatan awal telah dimulai. Penyakit
kronis yang umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, seperti gagal jantung,
stroke, diabetes, gangguan kognitif, atau radang sendi, tidak selalu dapat dicegah,
tetapi sering kali dapat ditunda hingga tahun-tahun selanjutnya dari kehidupan
melalui perilaku sehat seumur hidup (AHRQ, 2002) . Namun, ketika mereka terjadi,
gejala yang melemahkan dan efek yang merusak dapat dikontrol melalui saluran
kesehatan yang didorong oleh perawat kesehatan masyarakat dan direkomendasikan
oleh praktisi perawatan primer (Hazard, 2003).
Meskipun banyak orang dewasa yang dianggap umumnya sehat, 80% memiliki
setidaknya satu kondisi kronis dan 50% memiliki setidaknya dua (CDC, 2003b).
Sebagian kecil menderita penyakit yang mematikan, seperti penyakit obstruktif
kronis (COPD), kecelakaan pembuluh darah otak, kanker, atau diabetes mellitus
(DM), yang terakhir memerlukan perawatan luas dan manajemen medis yang sedang
berjalan. Masalah kesehatan paling umum dari lansia dalam komunitas adalah
artritis, penglihatan berkurang, gangguan pendengaran, penyakit jantung, penyakit
pembuluh darah perifer, dan hipertensi. Pada tahun 2002, tiga penyebab utama
kematian bagi orang dewasa A.S. di AS adalah penyakit jantung (32% dari semua
kematian), kanker (22%), dan stroke (8%). Ini menyumbang 61% dari semua
kematian dalam kelompok usia ini. Tragedi dari para pembunuh terkemuka ini adalah
bahwa mereka seringkali dapat dicegah. Meskipun risiko untuk ketidaknyamanan
dan kecacatan jelas meningkat dengan bertambahnya usia, kesehatan yang buruk
tidak selalu merupakan konsekuensi yang tak terhindarkan dari pengerjaan. Tiga
perilaku — merokok, pola makan yang buruk, dan aktivitas fisik — adalah akar
penyebab hampir 35% penyakit A.Satha di tahun 2000 (Mokdad, Marks, Stroup, &
Gerberding).
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian komunitas pada klien hipertensi
Pada pasien hipertensi ,kaji masalah yang pernah dialami atau karakteristik penyakit
yang biasanya muncul seperti pusing, pandangan kabur ,dll
Kaji apakah pasien memiliki anggota keluaraga yang memiliki riwayat yang sama
terkait hipertensinya
4. aktivitas fisik
Kaji kegiatan atau kebiasaan pasien seperti berolahraga
5. riwayat pengobatan
Tanyakan pada pasien apakah ia pernah mengkomnsi obat-obatan untuk mengatasi
penyakitnya
6. komunikasi
Tanyakan kepada pasien apakah ia tahu tentang penyakit yang dialami,serta kaji
hubungan pasien dengan seseorang di lingkungan nya
B.ANALISA DATA
Etiologi Masalah keperawatan
Data objektif : Gangguan penglihatan Gangguan persepsi sensori
Konsentrasi buruk
Disorientasi
waktu,tempat ,orang
atau situasi
Data Subjektif :
melihat bayangan
Data objektif : Kurang terpapar informasi Deficit pengetahuan
menunjukkan perilaku
tidak sesuai anjuran
menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
masalah
Data subjektif
- menanyakan masalah
yang dihadapi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan
Resiko perfusi perifer tidak efektif b.d hipertensi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi
Defisit Setelah dilakukan intervensi EDUKASI KESEHATAN
pengetahuan b.d selama 1x24 jam, diharapkan Observasi
kurang terpapar
informasi informasi terkait topik - Identikasi kesiapan
tertentu meningkat dengan dan kemampuan
kriteria hasil : menerima informasi
- Kemampuan - Identifikasi faktor-
menggambarkan faktor yang dapat
pengalaman meningkatkan dan
sebelumnya yang menurunkan
sesuai dengan topik motivasi perilaku
perilaku sesuai dengan hidup bersih dan
pengetahuan. sehat
Meningkat Terapeutik
- Persepsi yang keliru - Sediakan materi
terhadap masalah dan media
menurun pendidikan
- Mnjalani pemeriksaan kesehatan
yang tidak tepat - Jadwalkan
menurun pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
- Jelasakan faktor
resiko yang
mempengaruhi
kesehatan
- Anjurkan perilaku
hidup sehat dan
bersih
- Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup sehta
dan bersih
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat menentukan
keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya membandingkan status
keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan.
(Tarwoto, 2015)