You are on page 1of 16

BAB II

PEMBAHASAN

1. Overview Tumbuh Kembang Dewasa (Pria)


Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh
bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-protein baru,
menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Dalam
pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran
tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia
itu. Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa
ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara
bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami
peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini,
2000).
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran
(learning). Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis dan
berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi
perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan
emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna
fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara simbol
maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat
dari perilaku sosial lingkungan anak.
Istilah dewasa mempunyai pengertian yang banyak.Menurut Knowles (1979), orang
dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dari segi sosial, dan
psikologis.
Ditinjau dari segi umur, bahwa yang disebut dewasa itu dimulai sejak menginjak usia 20
tahun (meskipun belum menikah) atau sejak seseorang menikah (meskipun belum berusia 20
tahun). Lebih lanjut Havighust membagi masa dewasa menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa
awal 18 – 30 tahun, masa dewasa pertengahan 30 – 55 tahun, dan masa dewasa akhir 55
tahun lebih (Armin, 2002).
Menurut Hurlock (1968) masa dewasa dibagi menjadi 3 periode, yaitu:

a) Masa dewasa awal / dewasa muda (berusia antara 18 atau 20 tahun sampai 40 tahun) 
b) Masa dewasa madya / setengah baya / paruh baya (40 - 60 tahun) 
c) Masa dewasa lanjut / masa tua (berusia 60 tahun hingga akhir kehidupannya atau sampai
mati)

2. Permasalahan Kesehatan Penyakit Kronik


Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit
ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Dijelaskan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Siswanto, prevalensi kanker naik dari 1,4 persen (Riskesdas
2013) menjadi 1,8 persen di 2018 dengan prevalensi tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta. 
Begitu pula dengan prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, sementara
penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Berdasarkan pemeriksaan gula
darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen; dan hasil
pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.
1) Kardiovaskular 
Faktor risiko yang berkontribusi terhadap penyakit jantung dapat dipisahkan
menjadi dua kategori: pribadi dan turun-temurun. Faktor risiko pribadi termasuk jenis
kelamin, usia, ras / etnis, kadar kolesterol, diabetes, obesitas, aktivitas fisik, tekanan
darah tinggi, dan merokok. faktor risiko utama untuk penyakit jantung pada pria yaitu
hipertensi, hiperlipidemia, penggunaan tembakau, diabetes, kurang aktivitas fisik,
konsumsi alkohol yang berlebihan, dan rendah konsumsi buah dan sayuran setiap hari.
2) Kanker 
Kanker disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal
meliputi asap tembakau (merokok), bahan kimia, radiasi. Faktor internal yang mewarisi
mutasi gen, hormon, kondisi kekebalan tubuh, dan mutasi gen yang terjadi dari
metabolisme. Kanker paru-paru atau kanker bronkial adalah nomor satu penyebab
kematian akibat kanker di kalangan orang dewasa. Merokok adalah faktor risiko utama
untuk kanker paru-paru.Jumlah rokok yang dihisap dan jumlah tahun merokok
peningkatan Suatu risiko individu terkena kanker paru-paru. Faktor risiko lain termasuk
pemaparan dalam pekerjaan atau lingkungan asaprokok, radon, asbes, kerentanan
genetik, dan riwayat TBC.
3) Obesitas 
Obesitas dapat terjadi ketika kita sering mengonsumsi makanan dan minuman tinggi
kalori, dengan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai. Kebutuhan rata-rata
kalori bagi wanita dewasa yang aktif secara fisik per hari adalah sekitar 2000, sedangkan
bagi pria dewasa yang juga aktif secara fisik adalah 2500 kalori.
Masalah berat badan berlebih atau obesitas timbul saat kita mengonsumsi makanan
dengan kadar kalori dan lemak melebihi dari jumlah yang dibutuhkan. Kalori yang tidak
berubah menjadi energi dan tidak terpakai tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak
dalam tubuh. Seiring waktu, penumpukan lemak ini menambah berat badan yang
mengarah pada berat badan berlebih hingga obesitas.
Selain pola makan yang tidak sehat serta tubuh yang kurang aktif bergerak, obesitas
juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor lainnya, seperti: 
 Keturunan atau genetik. Faktor ini dapat berpengaruh pada jumlah lemak yang
diserap tubuh atau digunakan sebagai energi. Contoh masalah genetik yang langka
adalah sindrom Prader-Willi 
 Efek samping obat-obatan. Beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan kenaikan
berat badan adalah antidepresan, antipsikotik, antikonvulsan, kortikosteroid, obat
diabetes, dan obat penghambat beta. 
 Kurang tidur. Perubahan hormon yang terjadi ketika kita kurang tidur dapat
meningkatkan nafsu makan. Hal ini dapat mengarah kepada obesitas 
 Pertambahan usia. Makin tua usia kita, maka makin besar pula risiko
bertambahnya berat badan. Hal ini diakibatkan oleh metabolisme tubuh yang
menurun dan massa otot yang berkurang.
4) Diabetes
Beberapa faktor resiko diabetes :
 Genetik 
Memiliki riwayat keluarga diabetes, baik tipe diabetes mellitus 1 atau pun 2 
 Kegemukan 
(Berat badan lebih /IMT > 23 kg/m2) dan Lingkar Perut (Pria > 90 cm dan
Perempuan > 80cm) 
 Kurang aktivitas fisik 
Aktivitas fisik bisa membantu seseorang untuk mengontrol berat badan, membakar
glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Itulah
mengapa, orang yang kurang beraktivitas fisik akanlebih mudah terkena diabetes
tipe 2. 
 Dislipidemia (Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl, trigliserida ≥250 mg/dl) 
 Riwayat penyakit jantung 
Hipertensi/ Tekanan darah Tinggi (> 140/90 mmHg) 
 Diet tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak dan rendah serat) 
 Usia
Risiko terkena diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.

PEMASALAHAN KESEHATAN REPRODUKSI

 HIV

HIV/AIDS adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Human


Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Infeksi
tersebut menyebabkan penderita HIV/AIDS mengalami penurunan daya tahan tubuh
sehingga mudah terinfeksi penyakit lain. Menurut data UNAIDS pada tahun 2017, di
seluruh dunia sebanyak 36,7 juta orang hidup dengan HIV dengan 1,8 juta orang baru
terinfeksi HIV (UNAIDS Facts Sheet, 2018). Hal ini perlu mendapat perhatian yang
serius mengingat sebanyak 36,7 juta orang hidup dengan AIDS dan rentan menularkan
ke orang lain.

Risiko tertular HIV juga lebih tinggi pada individu dengan sejumlah faktor, di
antaranya:
d. Hubungan seks tanpa mengenakan kondom. Risiko penularan akan lebih tinggi
melal ui hubungan seks anal, dan hubungan seks dengan berganti pasangan.
e. Menderita infeksi menular seksual. Sebagian besar infeksi menular seksual
menyeba bkan luka terbuka di kelamin penderita, sehingga meningkatkan risiko
tertular HIV.
f. Berbagi suntikan. Pengguna NAPZA suntik umumnya berbagi jarum suntik
dalam me nggunakan narkoba.

 Prostat
Kanker prostat adalah keganasan tersering dan penyebab kematian karena kanker
paling utama pada pria di negara Barat, menyebabkan 94.000 kematian di Eropa pada
2008 dan lebih dari 28.000 kematian di Amerika Serikat pada 2012. Data di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 90% kanker prostat ditemukan pada stadium dini
dan regional, dengan angka kesintasan (survival rate) 5 tahun mendekati 100%. Angka
ini jauh lebih baik dibandingkan dengan 25 tahun lalu yang hanya mencapai 69%.
Di Asia, insiden kanker prostat rata-rata adalah 7,2 per 100.000 pria per-tahun. Di
Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di tiga RS pusat pendidikan (Jakarta,
Surabaya dan Bandung) selama 8 tahun terakhir adalah 1.102 pasien dengan rerata usia
67,18 tahun. Stadium penyakit tersering saat datang berobat adalah stadium lanjut
sebesar 59,3% kasus, dan terapi primer yang terbanyak dipilih adalah orkhiektomi
sebesar 31,1 %, obat hormonal 182 (18%), prostatektomi radikal 89 (9%), radioterapi 63
(6%), sisanya adalah pemantauan aktif, kemoterapi dan kombinasi. Modalitas diagnostik
ya6ng digunakan terutama biopsi 57.9%

Penyebab kanker prostat adalah perubahan atau mutasi genetik pada sel di dalam
kelenj ar prostat. Mutasi ini menyebabkan sel tersebut berkembang secara tidak normal
dan memben tuk sel kanker. Namun, penyebab mutasi ini sendiri belum diketahui secara
pasti.
Ada bebera pa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat,
yaitu:
a. Usia
Risiko kanker prostat akan semakin tinggi seiring pertambahan usia. Sebagian
besar p enderita kanker ini adalah pria berusia di atas 65 tahun.
b. Obesitas
Seseorang yang mengalami obesitas berisiko tinggi menderita kanker prostat yang
leb ih agresif.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Jika salah satu anggota keluarga pernah menderita kanker prostat, maka risiko
terkena kanker prostat makin meningkat.
d. Pola makan
Konsumsi makanan tinggi kalsium diduga dapat meningkatkan risiko
berkembangnya kanker prostat.
e. Paparan bahan kimia
Bahan kimia, seperti senyawa kadmium, dapat meningkatkan risiko kanker
prostat. K admium adalah senyawa logam yang terkandung di dalam rokok dan
beberapa jenis m akanan, seperti daging merah, ikan, dan gandum.
f. Penyakit menular seksual
Beberapa jenis penyakit menular seksual, seperti gonore dan chlamydia, dapat
menye babkan peradangan pada prostat dan memicu terjadinya kanker prostat.

 Testiskular

Permalasahan yang ditemui yaitu kanker testis. Pemicu utama kanker testis tidak
diketah ui secara pasti sampai saat ini. Namun yang jelas, kanker testis terjadi ketika sel-
sel di dalam testis tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali. Meski pemicunya
belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan
risiko seseorang untuk menderita kanker testis, di antaranya:

a. Testis tidak turun (kriptorkismus). Testis dibentuk di abdomen dan biasanya turun
ke dalam skrotum setelah bayi laki-laki dilahirkan atau pada setahun pertama
hidupnya Pada kasus anomali, testis tidak turun. Istilah medis untuk kondisi ini
adalah undescended testicle atau kriptorkismus.
b. Pernah menderita kanker testis. Pria yang sudah pernah mengalami kanker testis d
isarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah pengobatan. Mereka me
miliki risiko terkena kanker testis dengan kemungkinan 12 kali lipat lebih besar di
banding orang normal, pada bagian testis yang lain.
c. Riwayat kesehatan keluarga. Jika terdapat anggota keluarga, seperti ayah dan saud
ara kandung laki-laki yang menderita kanker testis, maka peluang seseorang meng
alami kondisi ini juga akan meningkat.
d. Usia. Kanker testis lebih sering terjadi pada usia antara 15-49 tahun. Kasus terban
yak terjadi pada pria usia 30-34 tahun. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan
kanker ini terjadi di usia-usia yang lain.
e. Tinggi badan. Makin tinggi tubuh seorang pria, peluangnya untuk mengalami kan
ker testis juga makin besar. Hubungan antara tinggi badan dengan risiko terkena k
anker dilatarbelakangi oleh faktor makanan yang dikonsumsi. Anak berbadan ting
gi mungkin lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi kalori saat masa pertumbu
han. Hal itu berpotensi meningkatkan risiko terkena kanker testis.
f. Pertumbuhan testis yang abnormal. Kondisi tertentu, seperti sindrom Klinefelter, b
isa menyebabkan testis tidak berkembang secara normal. Hal ini akan meningkatk
an risiko kanker testis.

3. Faktor Risiko Permasalahan Kesehatan pada Dewasa Pria


Dibandingkan wanita, pria perlu menaruh lebih banyak perhatian pada kondisi
kesehatannya. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pria lebih rentan akan masalah
kesehatan, seperti:

 Kebiasaan buruk, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol


 Melakukan kegiatan yang lebih berisiko menimbulkan cedera dan kecelakaan
 Mengabaikan tanda dan gejala penyakit yang dialami
 Menunda pemeriksaan rutin (medical check up) ke dokter
Berkat beberapa kebiasaan buruk tersebut, data menunjukkan bahwa rata-rata
umur pria berkisar 4-5 tahun lebih pendek ketimbang wanita secara global seperti dikutip
dari The World Journal of Men’s Health.
Hal ini semakin dipertegas oleh data Badan Pusat Statistik Indonesia yang
mencatat angka harapan hidup (AHH) masyarakat Indonesia pada tahun 2019, yakni
69,44 tahun untuk pria dan 73,33 tahun untuk wanita.
Selain faktor gaya hidup buruk yang dilakukan, faktor lain seperti status ekonomi
dan akses terhadap fasilitas kesehatan pun juga ikut berpengaruh.

4. Promosi prevensi kesehatan pada dewasa pria

Promosi Kesehatan Pada Dewasa Awal/Dewasa Muda (20-40 Tahun)

Promosi Kesehatan untuk Dewasa Muda


Tes dan Skrining Kesehatan Keamanan
 Pemeriksaan rutin (setiap 1- 3 tahun  Tindakan perlindungan terhadap
untuk wanita; setiap 5 tahun untuk sinar matahari
pria)  Tindakan keselamatan di tempat
 Imunisasi seusai rekomendasi, seperti kerja
booster tetanus-difteria  Dukungan keselamatan di air (mis.,
 Pemeriksaan gigi secara teratur (mis., tidak boleh menyelam di air yang
setiap tahun) dangkal)
 Penyaringan penglihatan dan
pendengaran secara berkala Nutrisi dan Olahraga

 Pemeriksaan payudara profesional  Pentingnya asupan zat besi yang kuat


setiap 1-3 tahun dalam diet

 Pemeriksaan Papanicolaou smear  Faktor nutrisi dan olahraga yang


setiap tahun atau saat mulai aktivitas dapat menyebabkam penyakit
seksual kardiovaskular (mis., obesitas,

 Pemeriksaan testikular sendiri setiap asupan kolesterol dan lemak, kurang

bulan olahraga)

 Skrining, untuk penyakit


Interaksi Sosial
kardiovaskular (mis., tes kolesterol
setiap 5 tahun apabila hasilnya  Mendukung hubungan personal yang

normal; rekanan darah untuk mendorong diskusi mengenai

mendeteksi hipertensi; nilai dasar perasaan, kekhawatiran dan rasa


EKG pada usia 35 tahun untuk pria takut
 Uji kulit untuk tuberkulosis setiap 2  Menyusun tujuan jangka panjang dan
bulan pendek mengenai pilihan pekerjaan
dan karier

(Eliopoulos, 2004 ; Miller, 2003). Berikut ini adalah pembahasan kebutuhan ini sesuai
dengan kegiatan pencegahan primer, sekunder, dan tersier
1. Pencegahan Utama
Seperti dibahas sebelumnya dalam teks ini, kegiatan pencegahan primer
melibatkan tindakan-tindakan yang membuat seseorang tetap sehat. Kegiatan
pencegahan primer seperti pendidikan kesehatan, tindak lanjut dari praktik kesehatan
pribadi yang sehat (misalnya flossing, penggunaan sabuk pengaman, olahraga),
penapisan rutin yang direkomendasikan, dan pemeliharaan jadwal imunisasi yang
sesuai yang dilakukan oleh orang dewasa yang lebih tua yang dapat mereka lakukan
untuk menjaga kesehatan. menjaga kesehatan mereka. Diambil dari berbagai sumber,
ini menyediakan kegiatan pencegahan utama yang dapat digunakan petugas
kesehatan masyarakat ketika bekerja dengan para penatua, baik secara individu atau
dalam kelompok.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada deteksi dini penyakit dan intervensi segera
(lihat Bab 1). Sebagian besar waktu perawat kesehatan komunitas dihabiskan untuk
mendidik masyarakat tentang tindakan pencegahan dan perilaku kesehatan yang
positif. Ini termasuk mendorong individu untuk mendapatkan skrining rutin untuk
penyakit seperti hipertensi, diabetes, atau kanker, yang, jika diidentifikasi lebih awal,
dapat berhasil diobati (AHRQ, 2002).
Banyak perawat, yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga masyarakat,
berada dalam posisi untuk membuat program penyaringan berdasarkan keinginan dan
demografi komunitas dan fokus lembaga, membuat mereka dapat diakses oleh
populasi yang dilayani. Orang dewasa yang lebih tua perlu didorong untuk mengikuti
jadwal penyaringan kesehatan yang ditentukan oleh klinik atau penyedia layanan
kesehatan mereka. Jadwal skrining kesehatan yang dijelaskan dalam, Healthwise
Handbook (2006), Organisasi Pemeliharaan Kesehatan terbesar di dunia, yang
melayani jutaan klien, dan disajikan di sini sebagai panduan. Gugus Tugas Pelayanan
Preventif Amerika Serikat (USPSTF) (AHRQ, 2007) mengusulkan pandangan yang
lebih komprehensif tentang intervensi dan rekomendasi untuk pemeriksaan kesehatan
berkala terhadap orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
3. Pencegahan tersier
pencegahan tersier melibatkan tindak lanjut dan rehabilitasi setelah penyakit
atau kondisi telah terjadi atau didiagnosis dan perawatan awal telah dimulai. Penyakit
kronis yang umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, seperti gagal jantung,
stroke, diabetes, gangguan kognitif, atau radang sendi, tidak selalu dapat dicegah,
tetapi sering kali dapat ditunda hingga tahun-tahun selanjutnya dari kehidupan
melalui perilaku sehat seumur hidup (AHRQ, 2002) . Namun, ketika mereka terjadi,
gejala yang melemahkan dan efek yang merusak dapat dikontrol melalui saluran
kesehatan yang didorong oleh perawat kesehatan masyarakat dan direkomendasikan
oleh praktisi perawatan primer (Hazard, 2003).
Meskipun banyak orang dewasa yang dianggap umumnya sehat, 80% memiliki
setidaknya satu kondisi kronis dan 50% memiliki setidaknya dua (CDC, 2003b).
Sebagian kecil menderita penyakit yang mematikan, seperti penyakit obstruktif
kronis (COPD), kecelakaan pembuluh darah otak, kanker, atau diabetes mellitus
(DM), yang terakhir memerlukan perawatan luas dan manajemen medis yang sedang
berjalan. Masalah kesehatan paling umum dari lansia dalam komunitas adalah
artritis, penglihatan berkurang, gangguan pendengaran, penyakit jantung, penyakit
pembuluh darah perifer, dan hipertensi. Pada tahun 2002, tiga penyebab utama
kematian bagi orang dewasa A.S. di AS adalah penyakit jantung (32% dari semua
kematian), kanker (22%), dan stroke (8%). Ini menyumbang 61% dari semua
kematian dalam kelompok usia ini. Tragedi dari para pembunuh terkemuka ini adalah
bahwa mereka seringkali dapat dicegah. Meskipun risiko untuk ketidaknyamanan
dan kecacatan jelas meningkat dengan bertambahnya usia, kesehatan yang buruk
tidak selalu merupakan konsekuensi yang tak terhindarkan dari pengerjaan. Tiga
perilaku — merokok, pola makan yang buruk, dan aktivitas fisik — adalah akar
penyebab hampir 35% penyakit A.Satha di tahun 2000 (Mokdad, Marks, Stroup, &
Gerberding).

5. Program Kesehatan Dewasa Pria


1) Layanan komunikasi (telepon, akses darurat ke perawatan kesehatan)
2) Layanan perawatan gigi
3) Layanan makanan dan panduan makanan (seperti Roda Makanan, program
komoditas, atau layanan makan kelompok)
4) Layanan pendamping dan perlindungan
5) Latihan dan program kebugaran
6) Bantuan keuangan dan konseling
7) Kunjungan dan sahabat yang bersahabat
8) Pendidikan kesehatan
9) Tes pendengaran dan bantuan alat bantu dengar
10) Layanan kesehatan di rumah (termasuk perawatan terampil dan layanan
pembantu kesehatan di rumah)
11) Bantuan perawatan di rumah (pekerjaan rumah tangga, pekerjaan rumah, dan
perbaikan)
12) Hukum bantuan dan konseling
13) Layanan perpustakaan (termasuk kaset dan buku cetak besar)
14) Persediaan atau peralatan medis
15) Supervisi pengobatan
16) Layanan podiatri
17) Program rekreasi dan pendidikan (communitycenters, Elderhostel)
18) Perawatan rutin dari praktisi perawatan kesehatan terpilih
19) Aman, terjangkau, dan perumahan yang sesuai kemampuan
20) Potongan harga warga lanjut usia (makanan, obat-obatan, transportasi, b anks,
toko ritel, dan rekreasi)
21) Layanan bantuan sosial yang ditawarkan bersamaan dengan pemeliharaan
kesehatan
22) Terapi wicara atau fisik
23) Kementerian spiritual
24) Layanan transportasi
25) Perawatan penglihatan (meresepkan dan menyediakan kacamata mata;
diagnosis dan perawatan glaukoma dan katarak)

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT DEWASA PRIA


(DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI)

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian komunitas pada klien hipertensi

Pada pasien hipertensi ,kaji masalah yang pernah dialami atau karakteristik penyakit
yang biasanya muncul seperti pusing, pandangan kabur ,dll

2. riwayat kesehatan keluarga

Kaji apakah pasien memiliki anggota keluaraga yang memiliki riwayat yang sama
terkait hipertensinya

3. makanan yang dikonsumsi

Kaji pola makanan dan ,nutrisi

4. aktivitas fisik
Kaji kegiatan atau kebiasaan pasien seperti berolahraga

5. riwayat pengobatan
Tanyakan pada pasien apakah ia pernah mengkomnsi obat-obatan untuk mengatasi
penyakitnya

6. komunikasi
Tanyakan kepada pasien apakah ia tahu tentang penyakit yang dialami,serta kaji
hubungan pasien dengan seseorang di lingkungan nya

B.ANALISA DATA
Etiologi Masalah keperawatan
Data objektif : Gangguan penglihatan Gangguan persepsi sensori
 Konsentrasi buruk
 Disorientasi
waktu,tempat ,orang
atau situasi
Data Subjektif :
 melihat bayangan
Data objektif : Kurang terpapar informasi Deficit pengetahuan
 menunjukkan perilaku
tidak sesuai anjuran
 menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
masalah
Data subjektif
- menanyakan masalah
yang dihadapi

Data Subjektif : - Hipertensi Resiko perfusi perifer tidak


Data Objektif :- efektif

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
 Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan
 Resiko perfusi perifer tidak efektif b.d hipertensi

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi
 Defisit Setelah dilakukan intervensi EDUKASI KESEHATAN
pengetahuan b.d selama 1x24 jam, diharapkan Observasi
kurang terpapar
informasi informasi terkait topik - Identikasi kesiapan
tertentu meningkat dengan dan kemampuan
kriteria hasil : menerima informasi
- Kemampuan - Identifikasi faktor-
menggambarkan faktor yang dapat
pengalaman meningkatkan dan
sebelumnya yang menurunkan
sesuai dengan topik motivasi perilaku
perilaku sesuai dengan hidup bersih dan
pengetahuan. sehat
Meningkat Terapeutik
- Persepsi yang keliru - Sediakan materi
terhadap masalah dan media
menurun pendidikan
- Mnjalani pemeriksaan kesehatan
yang tidak tepat - Jadwalkan
menurun pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
- Jelasakan faktor
resiko yang
mempengaruhi
kesehatan
- Anjurkan perilaku
hidup sehat dan
bersih
- Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup sehta
dan bersih

 Gangguan persepsi Setelah dilakukan intervensi Minimalisasi rangsangan


sensori b.d selama 1x24 jam, diharapkan Observasi
gangguan
penglihatan gangguan sensori membaik - Periksa status
dengan kriteria hasil : mental ,status
- Orientasi ognitif sensori dan tingkat
meningkat kenyamanan
- Pandangan kabur Terapeutik
menurun - Diskusikan tingkat
- Frekuensi nadi toleransi terhadap
membaik beban sensori
- Batasi stimulus
lingkungan
Edukasi
 Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus
 Resiko perfusi Setelah dilakukan intervensi Perawatan sirkulasi
perifer tidak selama 1x24 jam, diharapkan Observasi
efektif b.d
hipertensi aliran darah pembuluh darah - Periksa sirkulasi
meningkat dengan kriteria perifer
hasil : - Identifikasi faktor
- Denyut nadi resiko gangguan
meningkat sirkulasi
Terapeutik
- Lakukan
pencegahan infeksi
Edukasi
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan
berolahraga rutin
- Anjurkan minum
obat penueun l
tekanan darah

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.


Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan
kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan
pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah
dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil
keputusan bersama, seperti dokter dan petugas lainnya. (tarwoto, 2015).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat menentukan
keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya membandingkan status
keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan.
(Tarwoto, 2015)

You might also like