Professional Documents
Culture Documents
*011fadelmuhammad@gmail.com
**mulyagusman@ft.unp.ac.id
Abstract. PT. Bara Prima Pratama is a coal mining company located in Riau Province. The
company has a production operation IUP on the Retih block with an estimated reserve of
2,635,406 tons of coal with a stripping ratio is 1:15.6 and a planned production target is 527.081
tons/year. The purpose of this research is to determine the investment feasibility of loading
equipment and hauling equipment for decisioning as well as the most profitable alternative for the
company to purchase it. The results of the feasibility analysis of the investment in digging and
hauling equipment using the NPV and IRR methods for each alternative, there are some feasible
and unfeasible alternative were obtained. Based on the Net Present Value (NPV) method,
investments by cash and leasing are feasible with an NPV is Rp.28,361,887,549 for cash and NPV
is Rp.10,428,627,129 for leasing, while the rent is not feasible because the NPV < 0, it is - Rp.
13,855,255,703. Based on the Internal Rate of Return (IRR) method with a MARR is 9.23%,
investments by cash alternative are only feasible with an IRR value is 41.29%, while leasing and
rent are unfeasible because the value of IRR < MARR , IRR value is -21.7% for leasing alterative
and IRR value is -11.22% for rent alternative. So, based on the results of the analysis for the best
alternative according to the NPV and IRR methods, the most profitable for the company is cash
alternative.
dengan umur tambang yang tergolong singkat, sehingga dengan sisipan batupasir kuarsa mikaan dan
perlunya dilakukan analisis kelayakan investasi dan glaukonitan.
pemilihan alternatif terbaik untuk cara yang paling d. Formasi Gumai (Tmg), berumur Miosen Tengah,
menguntungkan bagi perusahaan dalam investasi terdiri atas serpih, batulempung dan batulumpur
tersebut. gampingan dan karbonan, berwarna kelabu muda
sampai gelap dengan sisipan batupasir dan nodul
2. Tinjauan Pustaka lanauan.
e. Formasi Airbenakat (Tma), berumur Miosen Tengah
2.1 Lokasi Penelitian – Akhir dan menindih selaras Formasi Gumai,
Wilayah izin usaha pertambangan (IUP) PT. tersusun oleh perselingan batulempung, batupasir,
Bara Prima Pratama di Desa Batu Ampar Kecamatan serpih dan batulanau, dengan sisipan batuan tufan
Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. dan lensa batubara.
Secara geografis daerah ini terletak antara 0o56’47.80” - f. Formasi Muaraenim (Tmpm), berumur Mio - Pliosen
0o59’35.10” LS dan 102o41’32.90” - 102o44’41.30” BT yang terdiri atas perselingan batupasir tufan berbutir
dapat dilihat pada Gambar 1. halus sampai sedang dengan batulempung tufan dan
lensa lignit.
g. Formasi Kasai (QTk) berumur Plio-Pleistosen,
terdiri atas batupasir tufan berbutir halus sampai
sedang, batulempung tufan dan tuf, setempat
lempung tufan pasiran kerakalan menindih secara tak
selaras Formasi Muaraenim.
2.2 Keadaan Geologi dan Stratigrafi Sumber : PT. Bara Prima Pratama (2021) dengan
Wilayah lokasi peneletian secara geologi modifikasi
termasuk dalam bagian peta geologi regional lembar Gambar 2. Peta Geologi Regional Lembar Rengat oleh
rengat dapat dilihat pada Gambar 2. Suwarna drr., Suwarna drr., 1994
(1994) membagi runtunan batuan sedimen Tersier dalam
Cekungan Sumatera Tengah bagian timur menjadi dua
kelompok, yaitu Kelompok Rengat (Formasi Kelesa,
Lakat, Tualang, dan Gumai) dan kelompok Japura
(Formasi Airbenakat, Muaraenim, dan Kasai).
Berdasarkan Stratigrafi Cekungan Sumatera
Tengah Bagian Timur oleh Suwarna drr., 1994 pada
Gambar 3, sebaran formasi batuan yang ada dikawasan
Batu Ampar (Cekungan Sumatera Tengah), sebagai
berikut :
a. Formasi Kelesa (Teok), berumur Eosen-Oligosen
terdiri atas konglomerat polimik dan batupasir
konglomeratan, bersisipan batulempung, batulanau,
dan batubara.
b. Formasi Lakat (Toml), berumur Oligosen - Miosen
Awal yang terdiri atas konglomerat, batupasir kuarsa
dan sisipan batulempung, batulanau dan tuf dengan Sumber : Suwarna drr.(1994)
lensa batubara di bagian bawah; dan perselingan
batupasir kuarsa dan batulanau gampingan dengan Gambar 3. Stratigrafi Cekungan Sumatera Tengah
nodul siderit di bagian atas. Bagian Timur
c. Formasi Tualang (Tmt), berumur Miosen Awal
sampai Tengah, yang tersusun atas batulempung
2
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.5, tahun 2021
(4)
5) Biaya khusus (Special Items)
Dimana : Biaya khusus (special items) adalah bagian-
(5) bagian dari unit alat gali-muat dan alat angkut yang
harus diganti bila sudah aus, seperti teeth tiger dan
lock Pin. Special Items juga mempunyai masa pakai,
n = umur ekonomis alat (tahun)
tergantung material dan lokasi kerjanya.
r = nilai sisa alat (%)
6) Gaji Operator (Operator Salary)
d. Biaya Operasional
Gaji operator menjadi salah satu hal yang
Biaya operasional (operating cost) adalah
harus diperhitungkan dalam peghitungan biaya
biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna alat
produksi. Biasanya operator digaji berdasarkan jam
berat tersebut saat alat berat bekerja. Ada 6 hal yang
kerja, dan jika karyawan tetap digaji perbulan oleh
diperhitungkan dalam operating cost ini, yakni:
beberapa perusahaan.
1) Bahan Bakar (Fuel)
Biaya bahan bakar merupakan biaya yang 2.3.3 Evaluasi Investasi
harus dikeluarkan untuk mengoperasikan alat gali-
a. Arus Kas (Cash Flow)
muat dan alat angkut, masing-masing jenis alat gali-
Menurut Giatman dalam buku Ekonomi
muat dan alat angkut memiliki penggunaan bahan
Teknik 2006, cash flow adalah tata aliran uang
bakar yang berbeda-beda. Untuk menghitung berapa
4
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.5, tahun 2021
5
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.5, tahun 2021
suatu ukuran/kriteria tertentu dalam metode IRR yaitu menentukan alternatif terbaik, dalam arti kata IRR
Investasi layak jika IRR ≥ MARR. terbesar tidak selalu jadi yang terbaik. Oleh karena itu,
menentukan alternatif mana yang terbaik dari sejumlah
d. Payback Period
Menurut Umar (2003), metode Payback Period alternatif yang tersedia sangat ditentukan oleh dimana
(PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu posisi MARR terhadap IRR.
(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau Metode incremental IRR konsepnya adalah
usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas membandingkan setiap alternatif dengan alternatif lain
bersih yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih sehingga betul-betul akan diperoleh alternatif yang
merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah terbaik. Metode pemilihannya dapat dilaksanakan
dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% dengan metode kompetisi dalam olahraga yang diawali
menggunakan modal sendiri). Analisis payback period dengan menyedet peserta melalui indikator tertentu,
dihitung dengan cara menghitung waktu yang selanjutnya baru dilakukan pertandingan mulai dari
diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan sedet rendah.
total arus kas keluar. Berdasarkan hasil analisis ini Peyedetan untuk menentukan rangking
diharapkan terdapat alternatif dengan periode yang lebih sementara didasarkan pada investasi terkecil menuju
singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk investasi terbesar. Investasi kecil disebut dengan
mendapatkan informasi tambahan untuk mengukur defender, terbaik berikutnya disebut challenger,
seberapa cepat pengembalian modal yang sedangkan terbaik dari yang diperbandingkan disebut
diinvestasikan. dengan winner
Menurut Umar(2003), rumus untuk menghitung 2.3.5 Analisis Sensitivitas
Payback Period (PP) jika arus kas per tahun jumlahnya Analisis sensitivitas merupakan cara untuk
berbeda, sebagai berikut : mengukur seberapa besar pengaruh variabel-variabel
(13) yang saling berhubungan jika nilai variabel-variabel itu
berubah, bertambah, atau berkurang secara terus-
Keterangan : menerus. Dengan metode analisis sensitivitas,
PP = Payback Period disamping perkiraan pertama akan disusun pula
n = Tahun terakhir di mana jumlah arus kas masih perkiraan kedua, ketiga, dan seterusnya sesuai dengan
belum bisa keperluan, dimana dalam setiap perkiraan tambahan
menutup investasi mula-mula dimasukkan pengaruh perubahan faktor tertentu.
a = Jumlah kumulatif (-) pada tahun ke-n Analisis sensitvitas berasal dari kebutuhan
b = Jumlah kumulatif (+) pada tahun ke-n untuk mengukur sensitivitas sebuah keputusan untuk
merubah nilai dari satu parameter atau lebih (Sullivan
2.3.4 Pemilhan Alternatif
dkk, 1996). Dalam buku yang berjudul Business
a. Pemilihan Alternatif dengan Metode NPV Finance Theory and Practice yang ditulis oleh McLaney
Pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah (2006), analisis sensitivitas dijabarkan sebagai metode
alternatif dengan metode NPV yaitu umur alternatifnya atau pendekatan untuk menguji perubahan keputusan
tersebut harus sama. Jadi, nilai NPV dari setiap alternatif dalam investasi ketika estimasi pada input factor
belum bisa dipakai sebagai indikator perbandingan berubah.
antara alternatif kecuali jika umur setiap alternatif sudah Analisa sensitivitas dilakukan dengan cara
sama. Jika umur masing-masing alternatif sudah sama, memberi perlakuan yaitu merubah suatu variabel input
analisis pemilihan alternatif dapat langsung dilakukan dalam satuan tertentu, dan mempertahankan nilai
dengan prosedur analisis sebagai berikut : variabel-variabel lain pada nilai base case-nya untuk
1) Hitung NPV dari masing-masing alternatif menghasilkan suatu nilai output yang diinginkan.
2) Bandingkan NPV masing-masing alternatif Analisa sensitivitas dapat dilakukan melalui pendekatan
3) Keputusan : NPV terbesar merupakan alternatif deterministik dan stokastik. Analisa sensitivitas dengan
terbaik pendekatan deterministik menggunakan metode diagram
b. Pemilihan Alternatif dengan Metode Incremental laba-laba (spider diagram). Hasil analisis akan
IRR ditampilkan dalam bentuk persamaan garis. Jika variabel
Analisis inceremental IRR (ΔIRR) merupakan input yang dianalisis cukup banyak akan dihasilkan
kelanjutan dari analisis IRR jika jumlah alternatif yang sejumlah persamaan garis yang akan tersusun
tersedia tidak tunggal dan kita perlu menentukan menyerupai jaring laba-laba. Variabel yang paling
ranking/prioritas alternatif. Hal ini terjadi karena IRR berpengaruh terhadap investasi ditentukan oleh
terbesar tidak dapat dipakai sebagai pedoman persamaan garis yang bentuknya paling curam.
6
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.5, tahun 2021
f. Analisis Kelayakan Investasi dengan Metode NPV 4.1.2 Produktivitas Alat Gali-Muat dan Alat
dan IRR Angkut
Setelah didapatkan cash flow untuk masing-
Kegiatan penambangan pada PT. Bara Prima
masing alternatif investasi, maka tahapan selanjutnya
Pratama blok Retih direncanakan menggunakan
yang dilakukan adalah menganalisa kelayakan
Excavator Doosan DX 500 LCA dengan kapasitas
investasi pada masing-masing alternatif dengan
bucket 3.2 m3 dan Doosan DX 300 LCA dengan
metode NPV dan IRR. Sehingga didapatkan
kapasitas bucket 1.75 m3 sebagai alat gali-muat dan
alternatif mana yang layak secara ekonomis.
dump truck Hino FM 260 JD dengan kapasitas 20 ton
g. Analisis sensitifitas
sebagai alat angkut untuk menunjang kegiatan OB
Selanjutnya melakukan analisis sensitivitas
removal dan coal getting.
untuk melihat perubahan harga batubara yang
Perhitungan produktivitas alat gali-muat dan
merupakan parameter utama dalam suatu investasi.
alat angkut diperlukan untuk menentukan besaran
Analisis sensitivitas juga dapat menunjukkan
produksi yang dapat dilakukan oleh suatu alat agar dapat
profitabilitas dari sebuah investasi yang dipengaruhi
mencapai target produksi. Perhitungan Produktivitas alat
perubahan-perubahan parameter.
gali-muat dan alat angkut digunakan untuk menentukan
jumlah unit yang dibutuhkan untuk kegiatan OB
4 Hasil dan Pembahasan
removal dan coal getting. Perhitungan Produktivitas alat
4.1 Perencanaan Kebutuhan Alat Gali-Muat dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
dan Alat Angkut Tabel 2. Produktivitas Alat Gali-Muat
Perencanaan kebutuhan jumlah alat gali-muat
Parameter Produktivitas DX 500 LCA DX 300 LCA
dan alat angkut diperlukan untuk mencapai target
produksi dan sebagai acuan dalam melakukan analisis Kapasitas Bucket (Kb) 3.2 m3 1.75 m3
kelayakan investasi alat. Untuk menentukan
Bucket fill factor (F) 1 1
perencanaan kebutuhan alat, maka penulis melakukan
tahapan pengolahan data sebagai berikut : Swell Factor (SF) 0.85 0.85
4.1.1 Target Produksi Overburden Removal dan Cycle time (Cta) 26.22 detik 19.17 detik
Coal Getting Efisiensi Kerja (E) 0.83 0.83
PT Bara Prima Pratama blok Retih dengan
luasan area 1,110 Ha memiliki cadangan sebesar Rumus :
2,635,406 ton batubara dan overburden sebesar
Produktivitas (BCM/jam) 309,97 231,85
40,995,205 bcm dengan stripping ratio 1:15.6. Dari
jumlah cadangan yang ada, perkiraan umur tambang Produktivitas (BCM/tahun) 1.528.772 1.143.484
yaitu selama 5 tahun kegiatan penambangan yang
tergolong relatif singkat. Berdasarkan cadangan
batubara dan overburden yang ada, maka rencana target Tabel 3. Produktivitas Alat Angkut
produksi yang ditetapkan oleh perusahaan dapat dilihat Parameter Produktivitas DX 500 LCA DX 300 LCA
pada Tabel 1.
Kapasitas Bucket (Kb) 3.2 m3 1.75 m3
Tabel 1. Rencana Target Produksi Pengupasan
Target Produksi Target Produksi Jumlah bucket (n) 3 bucket 6 bucket
Tahun
Overburden Batubara
ke- Bucket fill factor (F) 1 1
(bcm/tahun) (ton/tahun)
1 5,199,041 527,081 Swell Factor (SF) 0.85 0.85
Berdasarkan perhitungan produktivitas alat Tabel 6. Harga alat secara beli langsung (cash)
gali-muat dan alat angkut pada Tabel 5 dan Tabel 6, No Unit Alat Harga (Rp)
didapatkan kemampuan produksi dari Excavator Doosan 1 unit Doosan DX 500 LCA 3,125,000,000 -
DX 500 LCA sebesar 1.528.772 BCM/tahun dan 1.
5 unit Doosan DX 500 LCA - 15,625,000,000
Doosan DX 300 LCA sebesar 1.143.484 BCM/tahun.
1 unit Doosan DX 300 LCA 1,523,000,000 -
4.1.3 Kebutuhan Alat Gali-Muat dan Alat Angkut 2.
4 unit Doosan DX 300 LCA - 6,092,000,000
Kebutuhan alat gali muat dan alat angkut yang 1 unit Hino 500 FM 260 JD 990,500,000 -
akan direncanakan berdasarkan produktivitas alat gali- 3.
51 unit Hino 500 FM 260 JD - 50,515,500,000
muat dan target produksi yang ingin dicapai, serta jenis
Total 72,232,500,000
dan spesifikasi alat yang akan digunakan. Berdasarkan
Sumber : Dokumen PT. Bara Prima Pratama (2021)
jenis alat, target produksi dan produktivitas alat gali-
muat, penulis merencanakan 5 unit Excavator Doosan b. Leasing
DX 500 dan 4 unit Doosan DX 300 sebagai alat gali- Jenis pembayaran leasing yang digunakan
muat dan 51 unit dump truck Hino 500 sebagai alat adalah dengan down payment (DP) sebesar 20 %
angkut yang dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. berdasarkan simulasi kredit dari berbagai perusahaan
kredit atau leasing dari harga alat dengan
Tabel 4. Kebutuhan Investasi alat OB removal
menggunakan suku bunga leasing sebesar 8% per
Jumlah Unit Alat OB Removal
Tahun tahun sepanjang 3 tahun angsuran menurut beberapa
ke- DX Hino Match DX Hino Match
Fleet perusahaan multifinance. Berikut merupakan hasil
500 500 Factor 300 500 Factor
1 2 unit 14 unit 0.89 2 unit 8 unit 0.90 4 fleet perhitungan biaya leasing yang dapat dilihat pada
2 - - - - - - -
Tabel 7.
3 3 unit 21 unit 0.89 1unit 4 unit 0.90 4 fleet
4 - - - - - - - Tabel 7. Biaya Leasing alat gali-muat dan alat angkut
5 - - - - - - -
12 No Unit Alat Biaya (Rp/tahun)
Total 5 unit 35 unit 0.89 3 unit 0.90 8 fleet
unit 1 unit Doosan DX 500 LCA 1,033,333,333 -
1.
5 unit Doosan DX 500 LCA - 5,166,666,667
Tabel 5. Kebutuhan Investasi alat Coal Getting
1 unit Doosan DX 300 LCA 503,605,333 -
Jumlah Unit Alat OB Removal Target 2.
Tahun 4 unit Doosan DX 300 LCA - 2,014,421,333
Match Produksi
ke- DX 300 Hino 500
Factor (ton/tahun) 1 unit Hino 500 FM 260 JD 327,525,333 -
1 1 unit 4 unit 0.90 527,081 3.
51 unit Hino 500 FM 260 JD - 16,703,792,000
2 - - - 527,081
3 - - - 527,081 Total 23,884,880,000
4 - - - 527,081
5 - - - 527,081
c. Sewa
Total 1 unit 4 unit 0.90 2,635,406 Pengadaan alat gali-muat dan alat angkut
dapat dilakukan dengan cara sewa/rental ke
4.2 Biaya Investasi perusahaan kontraktor alat berat. Biaya sewa unit
peralatan dihitung per jam kerja dan belum termasuk
4.2.1 Biaya Alat Gali-Muat dan Alat Angkut biaya solar, untuk biaya sewa dapat dilihat pada
Investasi alat gali muat dan alat angkut untuk Tabel 8.
mencapai target produksi yang direncanakan
membutuhkan modal yang cukup besar, pengadaan alat Tabel 8. Biaya Sewa alat gali-muat dan alat angkut
dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu : No Unit Alat Biaya (Rp/tahun)
a. Beli Langsung (cash) 1 unit Doosan DX 500 LCA 2,219,400,000 -
1.
Biaya beli langsung (cash) merupakan harga 5 unit Doosan DX 500 LCA - 11,097,000,000
beli alat excavator Doosan DX 500 LCA, Doosan 1 unit Doosan DX 300 LCA 1,726,200,000 -
DX 300 LCA dan dump truck Hino FM 260 JD 2.
4 unit Doosan DX 300 LCA - 6,904,800,000
dengan kondisi baru. Pada pengadaan alat dengan
1 unit Hino 500 FM 260 JD 739,800,000 -
cara beli langsung (cash) termasuk juga biaya 3.
kepemilikan berupa depresiasi, bunga, pajak dan 51 unit Hino 500 FM 260 JD - 37,729,800,000
9
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.5, tahun 2021
10
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.5, tahun 2021
Pada penelitian ini harga jual batubara Tabel 14. Aliran Kas (cash flow) Beli Langsung (cash)
berdasarkan Harga Patokan Batubara adalah sebesar Tahun
88.60 USD/ton dengan nilai tukar uang 1 USD sama Cash In Cash Out Net Cash Flow
Ke-
dengan Rp. 14,487.23 dan inflasi 3.66% per tahun.
0 - Rp. 36,572,000,000 - Rp. 36,572,000,000
Berdasarkan target produksi, maka dapat dihitung
1 Rp. 78,545,028,702 Rp. 40,049,876,302 Rp. 38,495,152,401
perkiraan pendapatan perusahaan yang digunakan
2 Rp. 81,419,776,753 Rp. 77,176,201,774 Rp. 4,243,574,979
sebagai uang masuk dalam perhitungan analisis
3 Rp. 84,399,740,582 Rp. 77,850,181,635 Rp. 6,549,558,947
kelayakan investasi alat dengan pembobotan sebesar
11.2% berdasarkan beberapa laporan studi kelayakan 4 Rp. 87,488,771,087 Rp. 80,699,498,283 Rp. 6,789,272,804
perusahaan. Untuk pendapatan penjualan batubara dapat 5 Rp.101,525,735,109 Rp. 83,653,099,920 Rp. 17,872,635,189
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pendapatan (revenue) penjualan batubara.
Target Produksi Harga Jual
Tahun
Batubara Batubara Gross Revenue Revenue 11.2%
ke-
(ton/tahun) per Ton
1 527,081 Rp.1,283,548 Rp. 701,294,899,128 Rp. 78,545,028,702
11
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.5, tahun 2021
pengadaan alat dan biaya operasional sebesar 13.3% 2 Rp.81,419,776,753 Rp.77,176,201,774 Rp.73,054,818,166 Rp.69,247,222,386
dari hasil penjualan batubara. Untuk aliran kas (cash
3 Rp.84,399,740,582 Rp.77,850,181,635 Rp.71,733,091,324 Rp.66,166,485,233
flow) sewa dapat dilihat pada Tabel 16 dan Gambar 6
4 Rp.87,488,771,087 Rp.80,699,498,283 Rp.70,435,277,510 Rp.64,969,383,908
Tabel 16. Aliran Kas (cash flow) Sewa
5 Rp.101,525,735,109 Rp.83,653,099,920 Rp.77,423,631,006 Rp.63,793,940,854
Tahun
Cash In Cash Out Net Cash Flow
Ke- Total Rp.367,047,716,654 Rp.338,685,829,104
0 - Rp. 28,852,200,000 - Rp. 28,852,200,000
Net Present Value (NPV) Rp.28,361,887,549
1 Rp. 78,545,028,702 Rp. 54,818,572,237 Rp. 23,726,456,465
2 Rp. 81,419,776,753 Rp. 82,648,341,461 - Rp. 1,228,564,708 Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Net
3 Rp. 84,399,740,582 Rp. 105,840,807,512 - Rp. 21,441,066,930 Present Value (NPV) sebesar Rp.28,361,887,549
4 Rp. 87,488,771,087 Rp. 107,674,804,507 - Rp. 20,186,033,419 dimana NPV > 0 yang artinya investasi dengan cara
5 Rp. 90,690,860,109 Rp. 53,844,325,792 Rp. 36,846,534,318 beli langsung (cash) LAYAK secara ekonomis.
12
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.5, tahun 2021
4 Rp. 87,488,771,087 Rp. 96,477,044,666 Rp. 70,435,277,510 Rp.77,671,538,072 NPV + 41% Rp. 125,108,860
NPV - 43% - Rp.724,861,330
5 Rp.103,606,031,109 Rp. 99,576,526,866 Rp. 79,010,066,895 Rp.75,937,162,775
Internal Rate of Return (IRR) 41,29%
Total Rp.368,634,152,543 Rp.358,205,525,414
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
Net Present Value (NPV) Rp. 10,428,627,129
Internal Rate of Return (IRR) sebesar 41.29%
dimana IRR > MARR yang artinya investasi dengan
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Net
cara beli langsung (cash) LAYAK secara ekonomis.
Present Value (NPV) sebesar Rp. 10,428,627,129
dimana NPV > 0 yang artinya investasi dengan cara b. Leasing
leasing LAYAK secara ekonomis. Berdasarkan arus kas (cash flow) investasi
c. Sewa alat dengan cara leasing, maka dapat dilakukan
Berdasarkan arus kas (cash flow) investasi perhitungan Internal Rate of Return (IRR) yang
alat dengan cara sewa, maka dapat dilakukan dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Internal Rate of Return (IRR) Leasing
perhitungan Net Present Value (NPV) yang dapat
Kondisi Suku Bunga (i) Net Present Value (NPV)
dilihat pada Tabel 19. NPV + -20% Rp. 1,396,430,665
Tabel 19. Net Present Value (NPV) Sewa NPV - -22% - Rp. 249,022,483
Internal Rate of Return (IRR) -21.70%
Annual Value Present Value
Tahun
Ke-
Cash In Cash Out Cash In Cash Out Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
Internal Rate of Return (IRR) sebesar -21.70%
0 - Rp. 28,852,200,000 - Rp. 28,852,200,000
dimana IRR < MARR yang artinya investasi dengan
1 Rp. 78,545,028,702 Rp. 54,818,572,237 Rp. 74,400,898,648 Rp. 51,926,278,524 cara leasing TIDAK LAYAK secara ekonomis.
2 Rp. 81,419,776,753 Rp. 82,648,341,461 Rp. 73,054,818,166 Rp. 74,157,161,786 c. Sewa
3 Rp. 84,399,740,582 Rp.105,840,807,512 Rp. 71,733,091,324 Rp. 89,956,299,139
Berdasarkan arus kas (cash flow) investasi
alat dengan cara sewa, maka dapat dilakukan
4 Rp. 87,488,771,087 Rp.107,674,804,507 Rp. 70,435,277,510 Rp. 86,686,607,229 perhitungan Internal Rate of Return (IRR) yang
5 Rp. 90,690,860,109 Rp. 53,844,325,792 Rp. 69,160,944,081 Rp. 41,061,738,754 dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Internal Rate of Return (IRR) Sewa
Total Rp.358,785,029,729 Rp. 372,640,285,432
Kondisi Suku Bunga (i) Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) - Rp. 13,855,255,703 NPV + -12% Rp. 1,220,409,928
NPV - -11% - Rp. 346,224,971
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Net
Internal Rate of Return (IRR) -11.22%
Present Value (NPV) sebesar - Rp. 13,855,255,703
dimana NPV < 0 yang artinya investasi dengan cara
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
sewa TIDAK LAYAK secara ekonomis.
Internal Rate of Return (IRR) sebesar -11.22%
13
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.5, tahun 2021
hanya satu variabel yang berubah, sementara variabel batubara acuan 106 USD/ton, untuk leasing pada
lainnya bernilai tetap. Variabel yang berubah pada minimum harga batubara acuan 112 USD/ton dan untuk
penelitian ini adalah Harga Batubara Acuan (HBA) sewa pada minimum harga batubara acuan 121
untuk meninjau ambang batas harga batubara yang USD/ton.
masih layak untuk dilakukan investasi alat gali-muat dan
alat angkut.
5 Penutup
Untuk harga batubara digunakan dengan variasi 5.1 Kesimpulan
Harga Batubara Acuan (HBA) dari 40 USD/ton sampai Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dengan 140 USD/ton berdasarkan nilai HBA terendah penulis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
dan tertinggi selama 5 tahun terakhir. Pada penelitian
ini, analisis sensitivitas dengan pendekatan deterministik 1. Investasi pengadaan dilakukan pada tahun ke-0 dan
menggunakan metode diagram laba-laba (spider ke-2. Pada tahun ke-2 sebanyak 2 unit Excavator
diagram) untuk melihat perubahan nilai investasi akibat Doosan 500, 3 unit Doosan 300 dan 26 unit dump
perubahan parameter dapat dilihat pada Gambar 7. truck Hino FM 260 JD, serta pada tahun ke-2
Untuk perubahan nilai NPV terhadap pengaruh sebanyak 3 unit Excavator Doosan 500, 1 unit
perubahan Harga Batubara Acuan (HBA) dengan biaya Doosan 300 dan 25 unit dump truck Hino FM 260
masuk (cash in) dari HPB sebagai harga jual batubara JD. Jadi, total alat yang digunakan adalah 5 unit
untuk masing-masing alternatif pengadaan alat dapat Excavator Doosan 500, 4 unit Doosan 300 dan 51
dilihat pada Tabel 27. unit dump truck Hino FM 260 JD.
Tabel 27. Perubahan nilai NPV terhadap perubahan HBA 2. Besaran biaya kepemilikan dan biaya operasional
Harga Net Present Value (NPV)
berbeda untuk masing-masing alat. Biaya
HBA Jual
(USD/ton) Batubara Beli Langsung kepemilikan dan biaya operasional dihitung untuk
Leasing Sewa
(USD/ton) (cash) alternatif beli langsung (cash) dan leasing,
40 34.38 -Rp191,193,363,590 -Rp209,126,624,010 -Rp233,410,506,842 sedangkan biaya operasional untuk alternatif sewa
60 48.47 -Rp132,917,234,894 -Rp150,850,495,314 -Rp175,134,378,146 hanya biaya bahan bakar dan gaji operator. Adapun
80 63.16 -Rp74,641,106,198 -Rp92,574,366,618 -Rp116,858,249,450 biaya kepemilikan dan biaya operasional masing-
100 77.55 -Rp16,364,977,502 -Rp34,298,237,922 -Rp58,582,120,754 masing alat, sebagai berikut :
120 91.94 Rp41,911,151,194 Rp23,977,890,774 -Rp305,992,058 a. Biaya kepemilikan dan biaya operasional
140 106.34 Rp100,187,279,890 Rp82,254,019,470 Rp57,970,136,638 Excavator Doosan 500 :
* 1 USD = Rp. 14,487.23
Dari diagram spider pada Gambar 7, dapat 1) Beli Langsung (cash) sebesar Rp.589,483/jam
disimpulkan bahwa break even point (BEP) harga 2) Leasing sebesar Rp. 621,373/jam
batubara acuan untuk setiap alternatif berbeda agar b. Biaya kepemilikan dan biaya operasional
investasi layak untuk dilakukan. Break even point untuk Excavator Doosan 300 :
alternatif beli langsung (cash) pada minimum harga
15
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.5, tahun 2021
16