You are on page 1of 8

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499

Analisis Kestabilan Lereng Tambang Batubara dengan Metode


Kesetimbangan Batas di PT Bukit Makmur Mandiri Utama Jobsite
Geo Energy Group “Kapuas Coal Project”, Blok Maharu, Kecamatan
Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah
Slope Stability Analysis on Coal Mine Using Limit Equilibrium Method PT Bukit
Makmur Mandiri Utama Jobsite Geo Energy Group “Kapuas Coal Project” Maharu
Block, Middle Kapuas Sub-district, Kapuas District, Central Borneo Province
1
Ricky Tubagus Wardani, 2Maryanto, 3Rian Amukti
1,2,3
Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: 1rickytubagus10@gmail.com, 2maryanto_geo@yahoo.com, 3rian.amukti87@gmail.com

Abstract. Geo Energy Group is one of the companies that engaged on coal mining in South Borneo in the
name of PT Sungai Danau Jaya has coal mining operations using open pit system. In 2018, coal prices have
increased, so Geo Energy Group expand and explore new territory with coal exist in Middle Kapuas, Central
Borneo and plans to operate new coal mine with 6 pits at once, that is Maharu, Tambaan, Nusa, CBP South,
Manis and Karokos. The first block to be mined is Maharu, in order to optimum mining operations, it must
be planned properly and effective, one of that is slope stability. The slope stability must be controlled in
order to prevent landslides that can occur in the near future. The constituent rock in Maharu’s Block is
sedimentary rocks, with sandstone and claystone dominated, some found siltstone, carbonaceous claystone,
and shale coal, beside coal that mined. The existing rocks in Maharu’s block including rocks with the criteria
of weak to moderate strength, proved by geological strength index method and mechanical properties of
rocks. Based on groundwater condition in Maharu’s block including in saturated conditions, which is at 0 –
0.53 meter depth from surface. Design of pit that has planned for high wall and low wall safety factor is’nt
stable, so they must be redesigned with decrease overall slope angle. The recommended geometry for safety
factor of high wall slope is within 118.067 meters of height, and overall slope angle 40o with single bench
10 meters and single slope 60o. The recommended geometry for safety factor of low wall slope is within
47.454 meters of height, and overall slope angle 30o with single bench 10 meters and single slope 50o.
Keywords: High Wall, Low Wall, Safety Factor, Limit Equilibrium Method.

Abstrak. Geo Energy Group sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara
di Kalimantan Selatan dengan PT Sungai Danau Jaya telah membuka tambang batubara dengan sistem
tambang terbuka. Tahun 2018 terjadi peningkatan harga batubara, sehingga Geo Energy Group
mengekspansi dan melakukan eksplorasi wilayah yang mempunyai potensi batubara di Kapuas Tengah,
Kalimantan Tengah dan berencana untuk membuka tambang baru di daerah tersebut dengan 6 pit sekaligus,
yakni Maharu, Tambaan, Nusa, CBP South, Manis dan Karukus. Blok yang pertama akan ditambang yaitu
Maharu, agar operasi penambangan berjalan optimal maka harus direncanakan dengan tepat dan efektif,
salah satunya mengenai kestabilan lereng. Lereng yang akan dibuat harus dijaga kestabilannya agar
mencegah longsoran yang dapat terjadi kemudian hari. Batuan penyusun pada Blok Maharu adalah batuan
sedimen, yang didominasi oleh batupasir dan batulempung, dijumpai pula batulanau, carbonaceous
claystone, dan shale coal, disamping batubara yang akan ditambang. Batuan yang ada di blok Maharu
termasuk kriteria batuan lemah hingga sedang, dibuktikan dari pendekatan nilai indeks kekuatan geologi dan
sifat mekanik batuan. Berdasarkan pengukuran muka air tanah di daerah Maharu termasuk dalam kondisi
jenuh, dimana berada pada kedalaman 0 – 0,53 meter dari permukaan. Desain pit awal untuk lereng high
wall dan low wall faktor keamanannya tidak stabil, sehingga dilakukan desain ulang dengan kemiringan yang
lebih landai dari sebelumnya. Rekomendasi lereng yang digunakan untuk lereng high wall yaitu dengan
tinggi 118,067 m dan overall slope angle (selanjutnya disebut OSA) 40o dengan lereng tunggal berdimensi
tinggi 10 m dengan sudut 60o. Rekomendasi lereng yang digunakan untuk lereng low wall yaitu dengan
tinggi 47,454 m dan OSA 30o dengan lereng tunggal berdimensi tinggi 10 m dengan sudut 50o.
Kata Kunci: High wall, Low Wall, Faktor Keamanan, Metode Kesetimbangan Batas.

A. Pendahuluan Geo Energy Group adalah salah


satu grup usaha pertambangan
23
24 | Ricky Tubagus Wardani, et al.

khususnya tambang batubara telah masalah dalam penelitian ini sebagai


mempunyai anak perusahaan bernama berikut: “Bagaimana kriteria aman
PT Sungai Danau Jaya yang berlokasi di lereng tunggal dan lereng
Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. keseluruhan?”. Selanjutnya, tujuan
Dengan adanya peningkatan harga dalam penelitian ini diuraikan dalam
batubara di tahun 2018 ini, Geo Energy pokok-pokok sebagai berikut:
Group berencana membuka tambang 1. Untuk mengetahui jenis litologi
baru untuk meningkatkan tingkat yang ada di daerah penelitian.
produksinya. Sebelum dilakukan 2. Untuk mendapatkan data sifat
penambangan, banyak kajian yang fisik dan sifat mekanik dari hasil
harus direncanakan dengan matang pemboran inti.
yang meliputi perencanaan tambang 3. Untuk mengetahui kondisi muka
dan perancangan tambang. Salah satu air tanah pada daerah penelitian.
hal yang harus direncanakan dengan 4. Untuk merekomendasikan
baik dalam tambang terbuka batubara geometri lereng yang optimal
yaitu mengenai kestabilan lereng. sesuai rekomendasi.
Lereng yang akan dibuat harus dijaga
kestabilannya agar longsoran tidak
B. Landasan Teori
terjadi dikemudian hari.
Dalam menentukan tingkat Pada kegiatan penambangan
kestabilan lereng, dikenal istilah faktor akan selalu dihadapkan dengan masalah
keamanan (safety factor). Kestabilan kestabilan lereng, terutama pada
lereng dipengaruhi oleh geometri tambang terbuka, tempat penimbunan
lereng, sifat fisik dan mekanik batuan material buangan, penimbunan
penyusun lereng, keterdapatan air yang batubara, bendungan, infrastruktur
mengalir di permukaan maupun di lainnya seperti jalan, jembatan, dan
bawah permukaan, bidang lemah lereng disekitar fasilitas penambangan
batuan, tegangan alamiah dalam massa (suyartono, 2003). Apabila lereng yang
batuan, konsentrasi tegangan lokal, terbentuk merupakan sarana penunjang
aktivitas tektonik, dan pengaruh termik. operasi penambangan itu tidak stabil,
Longsoran yang dapat terjadi di kegiatan produksi dapat terhenti dan
lapangan memang diakibatkan oleh mengakibatkan kerugian. Oleh karena
faktor-faktor tersebut, sehingga perlu itu analisis pemantapan lereng, baik
dipertimbangkan agar kondisi lereng pada tahap perancangan maupun
akan tetap stabil. tahapan penambangan dan pasca
PT Bukit Makmur Mandiri tambang merupakan suatu bagian yang
Utama sebagai perusahaan jasa penting dan harus dilakukan untuk
pertambangan salah satunya di bidang mencegah terjadinya gangguan-
geoteknik yang bekerja untuk Geo gangguan terhadap kelancaran produksi
Energy Group sebagai salah satu serta bencana fatal yang akan berakibat
perusahaan tambang batubara yang pada keselamtan pekerja dan peralatan
menerapkan safety healthy environment (Harries dkk, 2009).
tentu mengharapkan agar terciptanya Dilihat dari jenis material
kesehatan keselamatan kerja dalam penyusunnya, terdapat dua macam
produksinya. Analisis kestabilan lereng lereng, yaitu lereng tanah dan lereng
dilakukan agar tidak terjadi longsoran batuan, walaupun kenyataan yang
yang menyebabkan kerugian. dijumpai pada lereng tambang selalu
Berdasarkan latar belakang yang merupakan gabungan dari material
telah diuraikan, maka perumusan tanah dari batuan batuan. Dalam analisi
dan penetuan jenis pengamanannya,
Volume 5, No. 1, Tahun 2019
Analisis Kestabilan Lereng Tambang Batubara dengan... | 25

lereng tanah tidak sama dengan lereng keras longsoran busur hanya terjadi jika
batuan karena parameter material dan batuan tersebut sudah mengalami
jenis penyebab longsor pada kedua pelapukan dan mempunyai bidang-
material pembentuk lereng tersebut bidang lemah (rekahan) yang sangat
sangat jauh beda (Romana, 1992). rapat dan tidak dapat dikenali lagi
Dalam keadaan alamiah, tanah dan kedudukannya. Pada longsoran bidang
batuan umumnya berada dalam keadaan dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh
seimbang dalam gaya gaya yang struktur bidang perlapisan dan kekar
bekerja padanya baik gaya dari dalam yang membagi tubuh batuan kedalam
maupun dari luar. Jika tanah dan batuan massa diskontinuitas.
mengalami perubahan keseimbangan
akibat pengangkatan, penurunan,
penggalian, penimbunan, erosi atau
aktivitas lain, tanah dan batuan tersebut
secara alami akan berusaha untuk
mencapai keseimbangan yang baru.
Proses ini biasanya berupa degradasi
atau pengurangan beban, terutama
dalam bentuk perpindahan dengan Gambar 1. Longsoran Busur
besaran tertentu sampai pada bentuk
longsoran atau gerakan gerakan lain, Metode kesetimbangan batas
sampai tercapai keseimbangan. merupakan metode yang sangat populer
Berdasarkan Keputusan Menteri untuk digunakan dalam menganalisis
Energi dan Sumber Daya Mineral kestabilan lereng tipe gelinciran
nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang translasional dan rotasional. Metode ini
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik relatif sederhana, mudah digunakan,
Pertambangan yang Baik tercantum serta telah terbukti keandalannya dalam
nilai faktor keamanan dan probabilitas praktik rekayasa selama bertahun-tahun.
longsor sebagai berikut (Tabel 1): Pada metode ini, perhitungan
analisis kestabilan lereng hanya
Tabel 1. Nilai faktor keamanan dan menggunakan kondisi kesetimbangan
probabilitas longsor statik dan mengabaikan adanya
Kriteria Dapat Diterima (Acceptance Criteria) hubungan tegangan- regangan pada
Keparahan
Longsor Faktor lereng. Asumsi lainnya, yaitu geometri
Jenis Lereng Faktor
(Consequences of Keamanan
Keamanan Probabilitas Longsor lereng dari bidang runtuh, harus
Failure / Cof) (FK) (Probability of Failure)
(FK) Statis
Dinamis (maks) PoF (FK≤1) diketahui dan ditentukan terlebih dahulu.
(min)
(min)
Stabilitas suatu lereng secara sederhana
Lereng
Tunggal
Rendah s.d. Tinggi 1,1 Tidak Ada 25-50% diindikasikan dengan nilai Faktor
Rendah 1,15-1,2 1,0 25% Keamanan (FK) yang merupakan rasio
Inter-ramp Menengah 1,2-1,3 1,0 20% antara gaya penahan dan gaya
Tinggi 1,2-1,3 1,1 10%
Rendah 1,2-1,3 1,0 15-20%
penggerak. Dalam ranah probabilitas,
Lereng
Keseluruhan
Menengah 1,3 1,05 10% kedua input parameter, baik gaya
Tinggi 1,3-1,5 1,1 5%
penahan maupun gaya penggerak,
merupakan fungsi dari variabel acak
Lereng tambang yang tidak yang berdistribusi probabilitas. Dengan
stabil akan mengalami longsoran, jenis mengombinasikan, probabilitas longsor
longsoran yang sering terjadi pada akan didapatkan. Pada (Gambar 2)
tambang adalah longsoran busur, dibahas konsep sederhana dari
terutama pada batuan yang lunak probabilitas (kemungkinan) longsor
(tanah) (Gambar 1). Pada batuan yang suatu lereng dengan menggambarkan FK
Teknik Pertambangan
26 | Ricky Tubagus Wardani, et al.

sebagai fungsi variabel acak yang


berdistribusi probabilitas. Probabilitas
kelongsoran (PK) dihitung sebagai rasio
antara area pada distribusi FK < 1 dibagi
dengan total area pada kurva distribusi
probabilitas.

Gambar 3. Alat Bor Jacro 240

Berdasarkan data pengamatan


lapangan litologi yang dominan di blok
penelitian adalah batupasir, ditemukan
Gambar 2. Konsep Probabilitas ukuran butir pasir kasar hingga pasir
Kelongsoran sangat halus, dari kekuatan low to
medium. Pada litologi batupasir ini juga
ditemukan mineral ikutan seperti pirit
C. Hasil Penelitian dan dan kuarsit. Litologi yang dominan juga
Pembahasan yaitu batulempung, seringkali dijumpai
karbonan sebelum litologi batubara.
Pemboran Geoteknik Batubara pada blok ini bersifat bright
Dalam penelitian ini dilakukan coal, banyak dijumpai resin pada
pemboran geoteknik di Blok Maharu permukaan inti bor, menurut data
dengan 3 titik pemboran, yakni titik singkapan mempunyai kemiringan 8o –
GT301, GT302, dan GT303. Kegiatan 13o, mempunyai arah 110o – 130o NE,
pemboran dimulai pukul 08.00 – 16.00 batubara ditemukan berselingan dengan
WIB dan hanya berlaku 1 shift kerja. shally coal. Shally coal mempunyai
Pemboran dilakukan dengan karakteristik yang mirip dengan
menggunakan alat bor Jacro 240 batubara, dimulai dari warna hingga
(Gambar 3), dengan metoda rotary
goresnya, yang membedakan yaitu berat
drilling secara down to hole (pemboran materialnya.
inti), dilengkapi dengan wireline Batupasir merupakan litologi
sehingga pemboran lebih cepat, casing yang mendominasi penyusun lereng dan
berdiameter HQ (diameter inti : 63,5 batulempung, sehingga dilakukan
mm) dan PQ (diameter inti : 85 mm), pengambilan sampel batupasir yang
setiap running mampu mengeluarkan lebih banyak daripada sampel yang lain.
core sepanjang 1,5 m. Perekaman inti Sebagaimana diketahui, pit Maharu
bor meliputi pendeskripsian dari tanah hanya berada dalam satu formasi yaitu
maupun batuan, struktur batuan, keadaan formasi Tanjung, dan lebar pit hanya 676
butir (bentuk dan ukuran), kondisi meter, sehingga pengambilan sampel
pelapukan, indeks kekuatan, RQD (Rock
dilakukan berdasarkan kemenerusan
Quality Designation), informasi bidang lapisan, dibuktikan dengan penampang.
diskontinuitas dan lainnya. Perekaman Batulempung merupakan litologi yang
inti bor dilakukan untuk mengetahui mendominasi kedua setelah batupasir,
litologi yang ada dibawah permukaan batulempung dijumpai paling tebal di
dan korelasi antar titik bor. GT301, dan ini menjawab litologi apa

Volume 5, No. 1, Tahun 2019


Analisis Kestabilan Lereng Tambang Batubara dengan... | 27

setelah carbonaceous claystone di titik Karakteristik batuan penyusun


GT302. Sampel batubara hanya dapat menurut klasifikasi kekuatan batuan
diambil pada titik GT302, dikarenakan berdasarkan nilai uniaxial compressive
hampir seluruh inti bor batubara hancur strength (Wyllie dan Mah, 2004), yaitu :
(broken core), kemudian sampel 1. Batupasir mempunyai nilai kuat
batubara juga dilakukan pengujian untuk tekan 0,960 – 6,582 MPa, maka
mengetahui kualitas batubara tersebut termasuk batuan lemah hingga
sehingga tidak banyak sampel batubara lemah sekali.
yang dapat diambil untuk kebutuhan 2. Batulempung mempunyai nilai
pengujian geoteknik. Sampel batubara kuat tekan 0,362 – 1,340 MPa,
yang terambil hanya 22 cm, sehingga maka termasuk batuan sangat
hanya dapat dilakukan pengujian sifat lemah hingga lemah sekali.
fisik dan juga uji kuat geser. 3. Batulanau mempunyai nilai kuat
Analisis Kestabilan Lereng tekan 5,940 MPa, maka
Dalam pengolahan data, termasuk batuan lemah.
dilakukan analisis kestabilan lereng 4. Carbonaceous claystone nilai
menggunakan metode kesetimbangan kuat tekan 0,981 MPa, maka
batas, hal ini dikarenakan kondisi batuan termasuk batuan lemah sekali.
di Blok Maharu termasuk batuan Dalam simulasi analisis
sedimen dengan kekuatan yang lemah, kestabilan lereng, dilakukan pemodelan
sehingga metode kesetimbangan batas lereng tunggal dan lereng keseluruhan
diyakini sebagai metode yang tepat (high wall dan low wall). Kemiringan
untuk menganalisis kestabilan lereng. yang disimulasikan berpatokan pada
Simulasi yang dilakukan yakni desain sebelumnya. Berikut dimensi
longsoran busur, hal ini dikarenakan lereng yang dipergunakan dalam
pada hasil inti bor banyak dijumpai permodelan :
bidang diskontinuitas berupa kekar, 1. Lereng tunggal dibuat dengan
kekar yang ada menyebabkan batuan tinggi jenjang 5, 10, dan 15
lemah dan mudah hancur. Data input meter dengan kemiringan 45o,
parameter kekuatan batuan yang 50o, 55o, 60o, 65o dan 70o untuk
digunakan berasal dari uji laboratorium litologi batupasir dan
(Tabel 2), meliputi data berat jenis alami, batulempung.
kohesi dan sudut gesek dalam (puncak). 2. Lereng keseluruhan high wall
Tabel 2. Input Parameter Kekuatan dibuat dengan tinggi jenjang
Batuan hingga menyentuh seam utama
dengan kemiringan keseluruhan
Sample Id Lithology
Unit Weight Direct Shear (Peak) 35o, 36o, 37o, 38o, 39o, 40o, 41o,
(KN/m3) C (KN/m2) Phi (o)
42o, 43o, dan 44o.
GT-301-01 Claystone 20,60 194,57 26,57
GT-301-02 Sandstone 20,98 262,93 25,05 3. Lereng keseluruhan low wall
GT-301-03 Claystone 21,77 186,82 28,56
dibuat dengan tinggi jenjang
GT-301-04 Carbonaceous Clay 15,01 228,90 29,45
GT-302-01 Soil 18,98 - - hingga menyentuh seam utama
GT-302-02
GT-302-03
Very Fine sandstone
Claystone
22,36
20,12
125,53
280,48
30,37
25,71
dengan kemiringan keseluruhan
GT-302-04 Very Fine Sandstone 20,39 209,48 30,16 25o, 26o, 27o, 28o, 29o, 30o, 31o,
GT-302-05
GT-302-06
Fine Sandstone
Coal
23,44
12,45
150,24
374,82
24,77
35,04
32o, 33o, dan 34o.
GT-302-07 Medium Sandstone 23,53 198,59 29,70 Data muka air tanah yang
GT-303-01
GT-303-02
Soil
Sandstone
17,46
22,46
-
242,04
-
26,42
digunakan yaitu dari data aktual di
GT-303-03 Siltstone 20,89 246,74 20,31 lapangan yang diambil seminggu
setelah dilakukan pemboran dan diukur
menggunakan alat water level meter.

Teknik Pertambangan
28 | Ricky Tubagus Wardani, et al.

Berikut data air tanah yang digunakan : stabil (longsor). Kriteria faktor
1. Lereng keseluruhan (high wall keamanan untuk lereng keseluruhan
dan low wall) digunakan data dengan resiko tinggi dan lereng dinamis
aktual lapangan, yaitu GT 301 di faktor keamanan yang stabil yaitu FK >
kedalaman 0,53 m dan GT302 1,1. Sudut lereng keseluruhan dari 35 o
sejajar dengan permukaan. hingga 38o mempunyai nilai FK > 1,2
Karena dua data tersebut hampir dan PK = 0,000%, lereng yang dibuat
mendekati jenuh, maka terlalu stabil dan terlalu landai sehingga
dimodelkan dalam kondisi relative lebih banyak overburden yang
jenuh. harus dikupas. Sudut lereng
2. Lereng tunggal disimulasikan keseluruhan 39o mempunyai FK =
dengan kondisi jenuh atau air 1,195 dengan PK 2,600% dan sudut
tanah sama dengan permukaan, lereng keseluruhan 40o mempunyai FK
diasumsikan kondisi jenuh = 1,182 dengan PK = 4,900%. PK yang
merupakan kondisi paling kritis masih diperbolehkan yaitu <5%,
untuk pengujian kestabilan sehingga sudut lereng keseluruhan yang
lereng. direkomendasikan yaitu 40o daripada
Pembebanan yang digunakan 39o (Gambar 4). Sudut lereng
dalam pemodelan hanya berasal dari keseluruhan 41o mempunyai FK =
data kegempaan daerah penelitian. 1,142 dengan PK = 12,000% dan sudut
Secara umum, daerah penelitian yang lereng keseluruhan 42o mempunyai FK
berlokasi di Kecamatan Kapuas Tengah = 1,127 dengan PK = 14,900%, apabila
merupakan daerah bukan jalur gempa dilihat dari nilai faktor keamanan masih
secara umum. Menurut peta zonasi memenuhi kriteria yang diperbolehkan,
gempa Indonesia yang dibuat oleh namun probabilitas kelongsorannya
Kementerian Pekerjaan Umum tahun tidak memenuhi kriteria, sehingga
2010, daerah penelitian berada di zona lereng dianggap kritis. Sudut lereng
peak ground acceleration 0,05 – 0,1 g, keseluruhan 43o dan 44o menghasilkan
sehingga pada pemodelan digunakan nilai FK < 1,1, sehingga lereng tersebut
nilai PGA 0,05 g (nilai terkecil). tidak stabil.
Simulasi untuk lereng highwall
dibuat dengan tinggi lereng mencapai
seam utama batubara dengan ketebalan
hampir 5 meter, dilakukan analisis
kestabilan dengan overall slope angle
lebih landai desain awal dengan
diharapkan tercapainya nilai faktor
keamanan yang stabil. Lereng awal Gambar 4. Rekomendasi Lereng High
yang direncanakan menggunakan sudut Wall
lereng keseluruhan 45o mempunyai
nilai faktor keamanan 0,907 dengan Simulasi lereng low wall dibuat
probabilitas kelongsoran 81,400%, ini dengan model tinggi jenjang hingga
berarti lereng yang direncanakan tidak menyentuh seam utama batubara,
stabil. Overall slope angle yang dengan sudut yang lebih landai dari
disimulasikan yaitu dari sudut 35 o desain awal yaitu desain awal
sampai dengan 44o. Dari hasil analisis menggunakan sudut 35o, untuk analisis
kestabilan lereng dengan metode dilakukan sudut 25o hingga 34o dengan
kesetimbangan batas didapatkan tiga menggunakan kriteria stabil FK > 1,1
kategori yaitu stabil, kritis dan tidak dengan kondisi lereng dinamis dan PK
yang diperbolehkan < 5%.
Volume 5, No. 1, Tahun 2019
Analisis Kestabilan Lereng Tambang Batubara dengan... | 29

Sudut lereng keseluruhan yang D. Kesimpulan


direkomendasikan untuk lereng low Dari kegiatan analisis kestabilan
wall yakni 30o dengan nilai FK = 1,102 lereng blok maharu, dapat disimpulkan
dan PK = 3,800% (Gambar 5). Besaran sebagai berikut:
sudut ini dipilih karena sudut
1. Batuan penyusun lereng yaitu
keseluruhan dimulai dari 25o hingga 29o
sandstone, claystone,
mempunyai nilai FK yang terlalu stabil
carbonaceous claystone,
dan sudut yang terlalu landai, kemudian
siltstone, shally coal, dan coal.
sudut keseluruhan 32o, 33o dan 34o
2. Sandstone mempunyai unit
faktor keamanan yang dihasilkan tidak
weight 22,19 KN/m3, nilai
termasuk kriteria stabil dengan
kohesi 198,14 KPa, sudut gesek
probabilitas kelongsoran yang sangat
dalam 27,75o dan kuat tekan
tinggi.
4,178 MPa. Claystone
mempunyai unit weight 20,83
KN/m3, nilai kohesi 220,62 KPa,
sudut gesek dalam 26,95o dan
kuat tekan 0,896 MPa. Siltstone
mempunyai unit weight 20,89
KN/m3, nilai kohesi 246,74 KPa,
sudut gesek dalam 20,31o dan
Gambar 5. Rekomendasi Lereng Low kuat tekan 5,904 MPa. Coal
Wall mempunyai unit weight 12,45
KN/m3, nilai kohesi 374,82 KPa
Lereng tunggal dibuat dengan dan sudut gesek dalam 35,04o.
berbagai variasi sudut dengan range 5o, Carbonaceous claystone
lereng tunggal dibuat dengan tinggi mempunyai unit weight 15,01
jenjang 5, 10, dan 15 meter dengan KN/m3, nilai kohesi 228,90 KPa
kemiringan 45o, 50o, 55o, 60o, 65o dan dan sudut gesek dalam 29,45o
70o untuk litologi batupasir dan dan kuat tekan 0,981 MPa.
batulempung. Dilakukan analisis lereng 3. Muka air tanah pada daerah
tunggal pada kedua litologi tersebut penelitian relatif dekat dengan
karena batupasir dan batulempung permukaan atau jenuh, terutama
merupakan litologi dominan dalam di titik GT302 dipastikan jenuh
penyusun lereng, dikatakan dominan karena muka air tanah berada di
karena ketebalannya sangat tebal permukaan, titik GT301
dibandingkan dengan litologi kedalaman muka air tanah hanya
batulanau, carbonaceous claystone dan 58 cm, dan titik GT303 di
juga shale coal. Dari hasil penelitian kedalaman 9,63 m dari
didapatkan FK > 2, walaupun lereng permukaan.
tunggal dibuat dengan kemiringan yang 4. Analisis kestabilan lereng
sangat curam tetap menghasilkan faktor tunggal dilakukan dengan tinggi
keamanan yang stabil dan probabilitas 5, 10, dan 15 meter dengan
kelongsoran 0%. Lereng tunggal yang kemiringan 40o, 45o, 50o, 55o,
sering digunakan oleh perusahaan yakni 60o, dan 65o untuk litologi
10 m dan sudut 70o. batupasir dan batulempung
secara keseluruhan didapatkan
nilai FK > 2 (stabil). Lereng
highwall dibuat dengan tinggi
lereng 114,93 – 120,728 meter

Teknik Pertambangan
30 | Ricky Tubagus Wardani, et al.

dengan overall slope angle yang Modelling Approaches to Risk


disimulasikan yaitu dari sudut Analysis for Open Pit Mine Slope.
35o sampai dengan 44o South African.
didapatkan nilai FK = 1,379 – Chowdhury, R. N. and Xu, D., 1984. Recent
0,984. Lereng low wall dibuat Development in Land-slide Studies:
dengan tinggi jenjang 46,840 – Probabilistic Method – State of Art
Report. Proceedings of the 4th
48,555 meter, untuk analisis
International Symposium on
dilakukan dengan sudut 25o Landslides, Toronto, Vol. 1, pp.
hingga 34o didapatkan nilai FK = 209-228.
1,289 – 1,002. Rekomendasi Eberhardt., 2003. Rock Slope Stability
untuk lereng high wall yaitu Analysis – Utilization of Advanced
tinggi 118,067 m dan OSA 40o. Numerical Techniques. Earth and
Rekomendasi untuk lereng low Ocean Sciences at UBC. Canada.
wall yaitu tinggi 47,454 m dan Giani, G. P. 1992. Rock Slope Stability
OSA 30o. Analysis. A.A. Balkem Publishers,
Old Post Road, Brookfield, USA.
E. Saran
Harries, N., Noon, D., 2009. Slope Stability
Dari hasil analisis terhadap Radar for Managing Rock Fall Risk
lereng high wall dan low wall, in Open Cut Mines. Proceding of the
disarankan pula dibandingkan dengan 3rd Canus Rock Mechanics,
section yang lain untuk mewakili pit, Toronto.
sehingga rekomendasi lebih tepat dan Hoek, Evert and John Bray., 1995. Rock
mewakili. Slope Engineering. The Institution
of Mining and Metallurgy. London.
Daftar Pustaka Karl Terzaghi, Ralph B. Peck and
Gholomreza Mesri, 1996. Soil
Australian Geomechanics Society, 2000. Mechanics in Engineering Practice,
Landslide Risk Management Third Edition. John Wiley and Sons,
Concepts and Guidelines, Australia. New York.
Baecher, G. B., and J. T. Christian, 2003. Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, M. Sc., 2016.
Reliability and Statistics in Geoteknik Tambang. Gramedia
Geotechnical Engineering. Wiley, Pustaka Utama, Jakarta.
Chicester, UK. Romana, M. 1993. A Geomechanical
Bieniawski, Z. T., 1984. Rock Mechanics Classification for Slope: Slope Mass
Design in Mining and Tunneling. Rating, dalam Comprehensive Rock
John Wiley and Sons, Canada. Engineering. Volume 3. Hudson.
Bieniawski, Z. T., 1989. Engineering Rock Tapia, A., Contreras, L.F., 2007. Risk
Mass Classifications: A Complete Evaluation Slope Failure at
Manual for Engineering and Chuquicamata Mine. Australian
Geologist in Mining, Civil, and Centre for Mechanics. Perth.
Petroleum Engineering. Wiley-
Interscience.
Bishop, A. W. and Mogenstern, N. R., 1960.
Stability Coefficient for Earth
Slopes. Soil Found.
Brown, E. T., 1981. Rock Characterization,
Testing and Monitoring: ISRM
Suggested Methods. Perganon Press,
New York.
Chiwaye, H. T., 2010. A Comparison of the
Limit Equilibrium and Numerical

Volume 5, No. 1, Tahun 2019

You might also like