You are on page 1of 11

ANALISA PENGELASAN MILD STEEL (ST.

42) DENGAN PROSES


SMAW, FCAW DAN SAW DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN DAN
NILAI EKONOMIS

Eko Sasmito Hadi


Program Studi S1 Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

ABSTRACT
In this era, the growth of welding technology is very fast, especially in newship building and
repairing ship construction. The welding work often rise the delaying which cause of lost of cost, time
and material consumables. Developing of speed and efficient welding work have to choose the welding
methode to be suitable with site condition.
This research will explain the differences of three welding methods consist of SMAW, FCAW
and SAW weld methode based on strengthening and economic value. The strengthening of welding
result are tested by dectructive test consist of tensile, bending and impact test. It carried out the
calculation of weld cost per kgs, weld speed per meter and electrode consumption to know the
differences of economic value for all that welding material.
The test result showed that no differences of tensile strength between SMAW, FCAW and SAW
welding methode, max. 1 %, but SMAW weld methode have yield strength 4 % better than FCAW weld
methode and 14 % better than SAW weld methode. FCAW weld methode ductility value 34 % mare
than SMAW weld methode and 37 % more than SAW weld methode. FCAW weld methode have
economic value 67 % more than SMAW weld methode and 42 % more than SAW weld methode. SAW
weld methode on horizontal weld position have speed 63 % more faster than FCAW weld methode and
72 % more faster than SMAW weld methode. SAW weld methode have electrode consumption 6 %
more efficient than FCAW weld methode and 50 % more efficient than SMAW weld methode.

Key word : SMAW, FCAW, SAW tensile strength, yield strength.

LATAR BELAKANG - Memberikan berat benda yang lebih ringan


bila dibandingkan dengan cara klem atau
Di era globalisasi ini kemajuan mur baut
teknologi berkembang sangat pesat sehingga - Dapat dipakai untuk menyambung sebgian
menyebabkan peningkatan intensitas besar logam komersiil
persaingan dalam dunia usaha dan industri - Dapat dipakai di segala tempat dan pada
untuk menguasai pasar. Industri maritim posisi manapun, mudah untuk mendesain
merupakan salah satu industri strategis yang sambungan dan sangat fleksibel
berkembang dengan banyak menyerap - Memberikan kekuatan yang relatip sama
berbagai basis teknologi. dengan logam asli.
Dalam industri maritim termasuk Pengelasan bukan tujuan utama dari
didalamnya adalah industri perkapalan, bahan konstruksi, tetapi hanya merupakan sarana
baku yang digunakan lebih dari 90% untuk mencapai ekonomi pembuatan yang
menggunakan plat baja, dengan konstruksi lebih baik, karena itu rancangan las dan cara
penyambungannya menggunakan metode pengelasan harus betul-betul memperhatikan
pengelasan. kesesuaian antara sifat-sifat las dengan
Penyambungan dua logam baja pada kegunaan konstruksi dan keadaan di sekitarnya
industri perkapalan dengan menggunakan cara serta efisiensinya.
pengelasan memberikan beberapa keuntungan Prosedur pengelasan sepertinya sangat
antara lain : sederhana, tetapi fakta didalamnya banyak
- Cara yang paling murah dibanding dengan masalah yang harus diatasi, yang
cara yang lain pemecahannya memerlukan bermacam-macam

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 107


bidang pengetahuan. Karena itu dalam PERUMUSAN MASALAH
pengelasan pengetahuan teknologi harus turut
serta mendampingi aplikasi di lapangan. Pekerjaan pengelasan terutama di
Secara terperinci dapat dikatakan bahwa dalam proyek pembangunan kapal baru sering terjadi
perancangan konstruksi dengan menggunakan penggunaan metode pengelasan yang kurang
metode sambungan las, harus direncanakan tepat sehingga mengakibatkan keterlambatan
pula metode pengelasan, bahan dasar dan jenis penyerahan kepada pemilik kapal dan kerugian
elektroda yang akan dipergunakan, biaya / cost, waktu maupun material, Oleh
berdasarkan fungsi dari bagian-bagian sebab itu perlu adanya penelitian perbedaan
konstruksi yang dirancang. pengelasan dengan beberapa metode
Pemilihan metode proses pengelasan pengelasan yang dapat meningkatkan
yang tepat diharapkan industri maritime kecepatan proses produksi dengan menekan
khususnya perkapalan dapat berproduksi lebih biaya produksi serta dapat mengurangi reworks
cepat dan efisien sehingga mampu bersaing di yang diakibatkan karena kesalahan dalam
pasar global. pengelasan
Perkembangan teknologi pengelasan
awalnya dilandaskan pada tantangan aplikasi, BATASAN MASALAH
pemikiran pengelasan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip teknis saja. Saat ini telah lebih Batasan pada penulisan tugas akhir ini
ditujukan pada produktifitas dan efisiensi, adalah :
yaitu penggunaan sumber daya sekecil 1. Pengelasan terhadap plat kapal (mild
mungkin, kecepatan proses setinggi mungkin steel st 42 ) grade A sertifikat BV
dan penurunan kegagalan akibat faktor 2. Proses SMAW kawat las yang
operator sehingga meningkatkan profit digunakan AWS A5.1 E6013 dia 3,2
perusahaan. mm dan dia 4 mm.
Beberapa metode proses pengelasan 3. Proses FCAW kawat las yang
yang telah dikenal al : digunakan AWS A5.20 E 71T – 1 dia
- Proses SMAW ( Shielded Metal Arc 1,2 mm dengan pelindung gas CO2.
Welding ) 4. Proses SAW digunakan kawat las AWS
- Proses FCAW ( Flux Core Arc Welding ) A5 – 17 EM 12K dia 4 mm dengan
- Proses SAW ( Submerged Arc Welding ) pelindung Flux.
Dari ketiga jenis proses pengelasan 5 Posisi pengelasan dilakukan secara datar
tersebut masing-masing mempunyai kelebihan ( 1G) pada sambungan butt joint
dan kekurangan sendiri-sendiri baik dari segi 6 Menghitung kekuatan hasil pengelasan
kekuatan maupun nilai ekonomisnya. dengan pengujian merusak (destructive
Dalam penelitian ini penulis test) yang meliputi : uji tarik, bending
melakukan analisa perbedaan hasil sambungan dan impact.
las pada baja karbon rendah jenis St 42 dengan 7 Menghitung nilai ekonomis dari ketiga
menggunakan metode proses pengelasan metode pengelasan tersebut yang
SMAW, FCAW dan SAW ditinjau dari segi meliputi : kecepatan pengelasan,
kekuatan dan nilai ekonomisnya. Dengan besarnya konsumsi elektroda dan biaya
melakukan pengujian mekanis / destructive test pengelasan.
yaitu uji tarik, uji tekuk dan uji tumbuk serta
penghitungan efisisensi waktu pengelasan dan
banyaknya elektroda yang terdepositkan per TUJUAN PENELITIAN
meternya. Tujuan dari penelitian ini adalah :
Penelitian ini juga dimaksudkan untuk 1. Mengetahui perbedaan nilai kekuatan
mencari kondisi hasil sambungan las paduan tarik, bending dan impact pada sambungan
baja karbon rendah St 42 yang optimal secara las pada masing – masing metoda
mekanis dengan menentukan jenis proses las pengelasan
yang digunakan. 2. Mengetahui perbandingan nilai ekonomis
dari masing – masing metode pengelasan

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 108


Bahan Spesimen Uji
Pada pengujian ini specimen uji yang 3. Elektroda untuk proses las SAW
digunakan adalah baja carbon rendah jenis ST Yaitu ESAB OK 12.22 AWS A5-17 EM
42 dengan ketebalan 10 mm yang telah 12K dia 4 mm dengan pelindung Flux
disetujui penggunaannya oleh Bureu Veritas ESAB OK 10.71 dengan data elektroda
(lihat lampiran) dengan data sebagai berikut : sebagai berikut :
a) Mecanical properties a) Mecanical properties
TS YS E TS YS E
N/mm2 N/mm2 % N/mm2 N/mm2 %
462 327 27 520 425 29

b) Chemical Composition b) Chemical composition


C Si Mn P S C Si Mn
0,14 0,27 0,65 0,026 0,006 0,1 0,2 1,0

Elektroda untuk uji Pengelasan


Sedangkan kawat las yang digunakan Persiapan dan pelaksanaan pengelasan
dalam penelitian ini disesuaikan dengan dilakukan dibengkel tertutup galangan kapal
karakteristik material dasar yang akan dilas PT. Jasa Marina Indah Semarang dengan
dan metode proses pengelasan yang digunakan metode pengelasan SMAW, FCAW dan SAW.
yaitu proses las SMAW, FCAW dan SAW Dalam pengelasan ini menggunakan metode
dengan data sbb : dan peosedur pengelasan yang sudah ada dan
1. Elektroda untuk proses SMAW digunakan oleh pihak galangan dengan
Elektroda untuk proses SMAW yaitu personal / operator las galangan dengan
ESAB, E 6013 dia 3,2 mm dan 4 mm, sertifikat BV. Prosedur pengelasan dan
AWS. A5.1 (lihat lampiran ) dengan data sertifikat juru las dapat dilihat pada lampiran
sebagai berikut :
Visual Test
a) Mecanical properties Pemeriksaan visual mencakup
TS YS E pemeriksaan sambungan las terhadap
(MPa) (MPa) % kemulusan pengerjaan dan keseluruhan
N/mm2 N/mm2 dimensi. Lasan diperiksa untuk meyakinkan
510 400 28 bahwa lokasi dan ukuran sesuai dengan yang
dispesifikasikan pada gambar kerja.
b) Chemical Composition Pemeriksaan mudah dilakukan, cepat dan jurah
C Si Mn dengan menggunakan peralatan kaca
0,08 0,30 0,4 pembesar, jangka sorong, mistar, micrometer,
meteran. Pemeriksaan visual dilakukan
2 Elektroda untuk proses las FCAW sebelum pengelasan, pada waktu pengelasan
Elektroda untuk proses las FCAW yaitu dan setelah pengelasan.
KISWEL AWS A5.20 E71T-1 dia 1,2 mm
dengan pelindung gas CO2 dengan data Pemeriksaan sebelum pengelasan
sebagai berikut : Pemeriksaan dimulai dengan
pemeriksaan bahan sebelum dilakukan
a) Mecanical properties pengelasan. Pemeriksaan tersebut meliputi
TS YS E adalah :
N/mm2 N/mm2 % a) Persiapan pinggiran yang akan dilas (sudut
580 520 29 bevel / sudut kampuh, celah akar / gap,
tinggi leher), dimensi dan penyetelannya.
b) Ukuran backing strip, backing ring,
c) Chemical composition backing weld, fore plat (jika diperlukan)
C Si Mn P S c) Aligment dan penyetelan (fit up) dari
bagian – bagian yang akan dilas
0,04 0,45 1,30 0,015 0,012
d) Pembersihan (tidak boleh ada kotoran
seperti lemak, cat, minya, dan lainnya)

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 109


Semua plat hasil pengelasan dengan
Pemeriksaan pada waktu pengelasan proses SMAW, FCAW dan SAW dibuat
Pemeriksaan visual pada waktu sampel uji tarik masing – masing 3 (tiga) buah,
pengelasan yaitu memeriksa rincian pekerjaan ukuran sampel mengikuti standart JIS 2201
pada waktu berlangsungnya pengelasan yang dan disesuaikan dengan mesin tarik yang akan
meliputi : digunakan.
a) Proses las (mesin las, parameter
pengelasan) Ukuran specimen uji tarik berdasarkan
b) Logam pengisi (filter metal) JIS 2201
r

c) Gas pelindung (gas shielding)


 b
d) Suhu pemanasan awal (preheating) dan
suhu antar alur las (interpass) Lo
Lc

e) Pembersihan Lt

f) Penggerindaan atau gouging Gambar 1. Bentuk specimen uji tarik

Pemeriksaan setelah pengelasan Keterangan


Pemeriksaan setelah pengelasan Ukuran Specimen proporsional test
bertujuan untuk memverifikasi hasil las yang w 12,5 mm
telah selesai yang meliputi : Lo 50,0 mm
a) Tampak sambungan las Lc 57,0 mm
b) Discountinuitas structural r 12,5 mm
c) Tanda – tanda karena kesalahan b 20,0 mm
penanganan Lt 200,0 mm
d) Deformasi yang terjadi. Jenis deformasi ini t 10,0 mm
dibagi menjadi dua yaitu al :
- Penyusutan terhadap specimen. b = Width of grip section
Besarnya penyusutan yang terjadi t = Thickness plate
dipengaruhi oleh tebal plat, kecepatan Lo = Initial gauge length
pengelasan dan besarnya arus. W = Width
Penyusutan kearah memanjang sangat Lc = Test length
kecil bila dibandingkan terhadap Lt = Overall length
penyusutan arah melintang. Hal ini r = radius of filter
dikarenakan adanya perlawanan dari
logam induk a. Rumus yang digunakan dalam uji tarik
- Perubahan sudut Apabila sepasang gaya tarik aksial
Perubahan sudut terjadi karena adanya menarik suatu batang dan akibatnya batang
perbedaan temperature antara permukaan tersebut cenderung menjadi meregang atau
yang dilas dan permukaan sebaliknya. bertambah panjang, maka gaya tersebut
Setelah dilakukan penyambungan plat dinamakan gaya tarik, dan gaya tersebut
ST 42 dengan metode pengelasan SMAW, menghasilkan tegangan tarik dalam
FCAW dan SAW dan selesai proses (internal) aksial pada batang disuatu
penyambungannya kemudian masing – masing bidang yang terletak tegak lurus atau
plat dilakukan pembentukan benda uji yang normal terhadap sumbunya.
terdiri dari benda uji tarik, bending dan impact Rumus tegangan tarik adalah
dengan standart JIS. Pembentukan bahan uji
dan pengujian dilakukan di laboratorium
fakultas teknik Universitas Gajah Mada P
Yogyakarta σ = ── N/mm2
A
Pengujian Bahan
Bahan sampel hasil pengelasan Keterangan :
SMAW, FCAW dan SAW yang telah dilas dan σ = Tegangan tarik (N / mm2)
dibentuk specimen sesuai standart kemudian P = Gaya max. (N / mm2)
dilakukan pengujian yang meliputi : A = Luas penampang mula-mula
1. Pengujian Tarik (tensile test) (mm2)

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 110


Dimana Ls : Jarak antar dua tumpuan
b. Perubahan bentuk aksial (regangan) W : Moment inertia
Besar regangan adalah b : lebar specimen
perbandingan antara selisih panjang t : tebal spesimen
sesudah putus dan panjang mula-mula
dengan panjang mula-mula. 2. Pengujian Tumbuk (impack test)
Pengujian ini dilakukan untuk
Rumus besar regangan adalah : mengetahui energi tumbukan atau tegangan
   Lu  Lo  Lo   100 %
keuletan yang dapat ditahan material tersebut
pada posisi daerah lasan (welding metal). Dari
ε = Regangan (%) hasil pengujian didapatkan data besarnya
Lo = Panjang mula-mula (mm) tenaga patah dalam Joule./mm2. Dari data
Lu = Panjang sesudah putus (mm) tersebut dapat dihitung tegangan maximum (σ
max) yang dapat ditahan oleh material tersebut
dengan membagi gaya max (Pmax) dengan luas
2. Pengujian Tekuk (bending test) penampang sample (A).
Pengujian dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana sifat kelenturan dan kegetasan Pmax
dari bahan serta mengetahui mampu deformasi σmax = ───── Joule/mm2
dengan radius bengkok tertentu.. A
Sedangkan metode pengujian yang
dipakai adalah Triple Point yaitu benda uji
ditumpu dengan satu tumpuan dibagian atas
Pelat hasil pengelasan SMAW, FCAW dan
benda uji dan dua tumpuan dibagian bawah
SAW dibuat sampel uji impack masing –
benda uji.
masing 3 (tiga) buah dengan standar JIS 2202.
Plat hasil pengelasan dengan proses
SMAW,FCAW dan SAW sibuat 3 (tiga) buah
specimen uji tekuk dengan standart JIS 2204.

 





Gb.3. Bentuk specimen uji tumbuk

4. Perhitungan nilai ekonomis


Gambar 2. Bentuk specimen uji Tekuk Didalam pembangunan kapal pada
umunya biaya produksi dipengaruhi oleh biaya
Ukuran sampel uji adalah sebagai material, biaya tenaga kerja, biaya overhead.
berikut : Dari beberapa faktor tersebut diatas penulis
Pan jang = 150 mm hanya menganalisa faktor biaya yang berkaitan
Tebal = 20 mm dengan pengelasan. Dalam hal ini disebabkan
Lebar = 10 mm karena dalam pembangunan kapal diasumsikan
Dari hasil pengujian tekuk didapatkan bahwa penyambungan pelat baja menggunakan
data gaya tekan maximum (P max ). teknik pengelasan, hanya metode
Dari data tersebut dapat dihitung pengelasannya yang berbeda.
tegangan lentur maximumnya ( σ lentur) Secara umum diketahui data – data
dengan rumus sbb : teknik dalam proses pengelasan adalah sebagai
berikut :
P max x ls
- Operator factor adalah kerja
σ lentur = ───────── N / mm2 sesungguhnya dari seorang welder untuk
4W mendepositkan lasan kesambungan.
b . h2 Artinya kerja dihitung hanya ketika api las
menyala.
W = ──── mm3
- Effisiensi Consumables adalah kilogram
6 logam las yang dihasilkan dari kilogram

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 111


elektroda yang digunakan untuk - Flux Cost ( Rp./ kg. las ) =
mendapatkan effisiensi yang lebih besar. Jumlah hrga flux per kg las
- Deposition Rate adalah jumlah lasan yang b. Indirect Cost terdiri dari :
dihasilkan oleh welder dalam satuan - Weld Metal Required (kg consumables
waktu. Deposition rate berimplikasi / meter joint ) =
langsung pada kecepatan pengelasan. Weld per joint / Effisiency
- Groove Angle ( Joint ) adalah besarnya - Working speed (m/jam) = Deposition
sudut sambungan yang harus dipersiapkan. rate/weld per joint
Pengecilan sudut memperkecil pula jumlah
lasan untuk ketebalan plat tertentu. 6. Perbandingan Nilai Ekonomis
Fungsi – fungsi ekonomis yang harus
diperhitungkan dalam menilai suatu proses
Tabel 1. Perhitungan efisiensi pengelasan lebih efisien dibandingkan dengan
SMAW FCAW SAW proses pengelasan yang lain adalah dengan
(OF) 5 – 30 % 10 – 60 80 – 90% menghitung nilai – nilai fungsi direct cost yang
%
(EC) 50 – 65 % 85 – 90 85 – 90%
terdiri dari labor & overhead, weld metal cost,
% gas cost serta indirect cost yang terdiri dari :
(DR) 1- 1,5 2 – 5,2 6–15 Working Speed & Jumlah lasan yang
kg/jam kg/jam kg/jam dibutuhkan untuk pelat yang sama
(Joint) 600 600 600
Keterangan :
OF = Operator Factor HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
EC = Effisiciency Consumables
DR = Deposition Rate Data dalam bab ini diambil
berdasarkan hasil pengujian yang kemudian
Sedangkan fungsi – fungsi ekonomis dikelompokkan berdasarkan jenis dari metode
yang harus diperhatikan dari pengelasan adalah atau proses pengelasan meliputi data dari
sebagai berikut : pengujian tarik, pengujian tekuk, pengujian
- Labor cost adalah biaya / upah yang tumbuk dan perhitungan nilai keekonomian.
dibayarkan selama jam kerja resmi yaitu
selama 8 jam.
- Overhead cost adalah biaya yang timbul Data Hasil Pengujian
diluar biaya upah dan material yang terdiri Dalam pengambilan data dari tiga
dari komponen – komponen : biaya listrik, macam pengujian tersebut digunakan tiga kali
biaya sewa alat, biaya pengujian dan percobaan yang kesemuanya divariasi dengan
lainnya. metode pengelasan yang berbeda
- Weld metal cost adalah biaya penggunaan 1. Data Hasil Pengujian Tarik
banyak elektroda las yang digunakan. ( Tensile Test )
- Gas cost adalah biaya penggunaan gas Pada data hasil pengujian tarik diambil
CO2 yang digunakan selama proses dari sample hasil pengujian yang hasilnya
pengelasan. berupa grafik yang menunjukkan besarnya
- Flux cost dalah biaya penggunaan flux harga gaya maksimal pada saat putus (P max )
yang digunakan selama proses pengelasan dan pertambahan panjang material saat putus (
Δ L ).
5. Perhitungan Direct Cost dan Indirect Dari hasil pengujian tarik yang
Cost dilakukan dengan variasi metode pengelasan
Perhitungan nilai direct cost dan indirect didapatkan harga tegangan maksimum (σ max),
cost menggunakan formula sbb : tegangan putus (σ putus), dan elongation ( ε ).
a. Direct Cost terdiri dari : Dari tiap variable percobaan terdapat tiga
- Labor & Overhead Cost (Rp. / kg) = sample spesimen.
Labor & OH / Dep. Rate x Op. Fac Berikut ini merupakan hasil dari
- Weld Metal Cost (Rp./kg las) perhitungan data yang didapat pada saat
= Electrode price / Efficiency. pengujian tarik yang dikelompokkan berdasar
- Gas Cost ( Rp. / kg. las ) metode pengelasan.
= Jumlah harga gas CO2 per kg las.

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 112


Tabel 2.Data hasil pengujian tarik dan
HASIL UJI TARIK
perhitungannya
No A Pmax σ max ε Lksi 490
485,7
mm2 N N/mm2 % Pts 485

Tegangan Tarik (N/mm2)


480
TM1 114 53.800 471,6 14,9 BM 475
471,6 472,3 468,9 TM
470
465,6 TC
TM2 116 53.400 460,6 16,32 BM 465
462,1
461,3

460 465,8 TA
460,6
455
TM3 116 54.000 465,8 19,3 BM 450
445
Rata - rata 466 1 2 3
No. Spesim en

TC1 112 54200 485,7 12,26 BM


Gambar 4. Grafik Hasil uji tarik
TC2 115 53200 461,3 14,83 BM

TC3 115 53400 465,6 14,83 BM Berdasarkan data tersebut diatas hasil
Rata - rata 470,87
lasan dengan proses SMAW, FCAW dan SAW
putusnya spesimen pada daerah Base Metal /
TA1 115 53.000 462,1 12,5 BM metal dasar yang menunjukkan bahwa
TA2 112 53.000 472,3 16,25 BM kekuatan hasil lasan ketiga proses las tersebut
memenuhi standart syarat keterterimaan dan
TA3 113 53.200 468,9 15,85 BM
dari hasil tegangan tarik max dari ketiga
Rata - rata 467,77 spesimen hasil proses las SMAW, FCAW dan
SAW menunjukkan hampir sama karena tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan,
Keterangan : perbedaan tersebut berkisar max 1% .
TM1 = Spesimen tarik no : 1 untuk proses
las SMAW 2. Data Hasil Pengujian Tekuk ( Bending
TM2 = Spesimen tarik no : 2 untuk proses Test )
las SMAW Pada data hasil pengujian tarik diambil
TM3 = Spesimen tarik no : 3 untuk proses dari sample hasil pengujian yang hasilnya
las SMAW berupa grafik yang menunjukkan besarnya
TC1 = Spesimen tarik no : 1 untuk proses harga gaya beban max saat menekuk.. Dan dari
las FCAW pengujian tekuk tersebut didapatkan harga
TC2 = Spesimen tarik no : 2 untuk proses gaya beban (P beban) dan tegangan lentur max
las FCAW (σ max ). Dari tiap variable pengujian terdapat
TC3 = Spesimen tarik no : 3 untuk proses tiga sample specimen.
las FCAW Berikut ini merupakan hasil dari
TA1 = Spesimen tarik no : 1 untuk proses perhitungan data yang didapat pada saat
las SAW pengujian tekuk yang dikelompokkan
TA2 = Spesimen tarik no : 2 untuk proses berdasarkan metode pengelasan.
las SAW
TA2 = Spesimen tarik no : 3 untuk proses Tabel 3.. Data hasil pengujian tekuk dan
las SAW perhitungannya
to = Tebal specimen No W Ls P σ lentur
b0 = Lebar specimen mm3 mm N N/mm2
BM1 602 120 10.200 508,69
ℓ0 = Panjang specimen mula-mula BM2 608 120 10.400 513,44
ℓ1 = Panjang specimen setelah uji tarik BM3 602 120 10.000 498,46
∆ℓ = Pertambahan panjang Rata - rata 511
ε = Elongation BC1
BC2
569
595
120
120
9.800
9.200
516,52
463,52
Pmax = Besar gaya pengujian BC3 598 120 9.600 481,36
σmax = Tegangan tarik maximum Rata - rata 490
σputus = Tegangan putus BA1
BA2
776
608
120
120
10.000
10.000
386,47
493,41
BM = Base Metal BA3 611 120 9,800 481,56
WM = Weld Metal Rata - rata 440
Keterangan :
t0 = Tebal spesimen
b0 = Lebar spesimen

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 113


W = Luas penampang specimen Berikut ini merupakan hasil dari
Ls = Jarak antara dua penumpu perhitungan data yang didapat saat
P max = Gaya beban max. saat pengujian tumbuk yang dikelompokkan
menekuk specimen berdasar metode pengelasan.
σ max = Tegangan lentur max
BM1 = Spesimen bending no : 1 Tabel 4 Data hasil pengujian tumbuk dan
untuk proses las SMAW perhitungannya
BM2 = Spesimen bending no : 2 No A P patah Nilai Ulet
mm2 Joule Joule/mm2
untuk proses las SMAW IM1 90,09 129 1,431
BM3 = Spesimen bending no : 3 IM2 92 63 0,684
untuk proses las SMAW IM3 93 61 0,655
Rata - rata 0,9233
IC1 90,78 149,5 1,646
BC1 = Spesimen bending no : 1 IC2 92,7 147,2 1,588
untuk proses las FCAW IC3 87,71 82 0,934
Rata - rata 1,389
BC2 = Spesimen bending no : 3
IA1 94 70 0,744
untuk proses las FCAW IA2 90 10,8 1,2
BC3 = Spesimen bending no : 3 IA3 95,5 6,5 0,68
untuk proses las FCAW Rata - rata 0,874
BA1 = Spesimen bending no : 1 Keterangan :
untuk proses las SAW Beban pukul = 8,5 Kg / 150
BA2 = Spesimen bending no : 3 Joule
untuk proses las SAW Radius beban pukul = 83 cm
Berdasarkan data hasil uji bending t0 = tebal specimen
menunjukkan bahwa setelah dibending pada b0 = lebar specimen
hasil lasan tidak adanya keretakan pada hasil A = Luas penampang specimen
lasan, baik pada proses las SMAW, FCAW P = Gaya saat patahkan
maupun SAW. Hasil tersebut memenuhi spesimen
standart keterterimaan hasil las. Tegangan IM1= Spesimen Impact no : 1
lentur yang diperlukan untuk menekuk untuk proses las SMAW
specimen hasil lasan metode pengelasan IM2= Spesimen Impact no : 2
SMAW lebih besar 4% dibanding dengan untuk proses las SMAW
metode FCAW dan lebih besar 14 % dibanding IM3= Spesimen Impact no : 3 untuk
dengan metode pengelasan SAW. proses las SMAW
IC1= Spesimen Impact no : 1 untuk
HASIL UJI BENDING proses las FCAW
550 IC2= Spesimen Impact no : 2 untuk proses
Tegangan lentur (N/mm2)

516,52 513,44
498,46
500
450
508,69

463,52
493,41
481,56
481,36 BM las FCAW
BC
400
386,47 BA IC3= Spesimen Impact no : 3 untuk proses
350
300 las FCAW
1 2 3
No. Spe sime n
IA1= Spesimen Impact no : 1 untuk proses
las SAW
Gambar 5. Grafik Hasil uji bending IA2 = Spesimen Impact no : 2 untuk proses
las SAW
IA3 = Spesimen Impact no : 3 untuk proses
3. Data Hasil Pengujian Tumbuk las SAW
( Impact Test )
Pada data hasil pengujian Berdasarkan data tersebut diatas harga
tumbuk diambil dari sampel hasil keuletan hasil lasan dengan proses FCAW
pengujian yang hasilnya berupa grafik lebih ulet sebesar 34 % dibandingkan
yang menunjukkan besarnya gaya patah dengan proses SMAW dan lebih ulet
pada saat beban pukul mematahkan sebesar 37% dibandingkan dengan proses
specimen. SAW
Dari hasil pengujian tumbuk
yang dilakukan dengan variasi metode
pengelasan didapatkan nilai keuletan.

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 114


HASIL UJI IMPACT - Pemakaian flux per kg las
1,8 1,646
- Biaya kebutuhan flux per kg las
1,588
1,6
f. Kebutuhan Kg electrode / meter joint
Nilai Keuletan (Joule / mm2)

1,431
1,4
1,2
1,2
1
IM ( weld metal required )
0,934
IC
0,8
0,744 0,68 IA
- Metode SMAW :
0,6
0,4
0,684 0,655
Kecepatan pengelasan
0,2
0 = 7,2 m / jam
1 2 3
No. Spesimen
( ref. WPS PT. JMI - Smg )
Pemakaian elektroda
Gambar 6. Grafik Harga keuletan hasil = 1,6 kg / jam
lasan ( ref. ESAB hal. 10 seventh
edition )
4. Analisa Perbandingan Harga Ekonomis
Analisa ini dibuat berdasarkan data Jadi kebutuhan elektroda
yang didapatkan dari sumber – sumber
langsung dan data aplikasi di lapangan di 1,6 kg / jam
galangan kapal PT. Jasa Marina Indah. = ───────
Komponen – komponen tersebut adalah : 7,2 m / jam
a. Biaya upah pekerja las (labor Cost) =
Rp. 45.000,-/hari = Rp.5.625,-/ jam = 0,222 kg / m
b. Biaya Overhead :
- Sewa alat perlengkapan las (mesin - Metode FCAW
las, selang dan handle las ) = 0,57 kg / m
= Rp. 40.000,- / hari ( ref. ESAB hal 139 fifth
= Rp. 5.000,- / jam edition ) .
- Pengujian ( NDT dan DT )
= Rp. 250.000,- / unit - Metode SAW
= Rp. 31.250,- / jam = 0,61 kg / m
- Konsumsi listrik : ( ref. ESAB hal 23 Quick reference )
Proses SMAW =
25 V x 150 A x 1 jam x Rp. 439,- /kwh Dari data tersebut diatas didapatkan biaya
= Rp. 1.646,25 / kwh overhead untuk setiap proses las / jam, yaitu
Proses FCAW = sebagai berikut :
30 V x 250 A x 1 jam x Rp. 439,- / a. Proses SMAW
kwh =Rp. 5.625,- + Rp. 5.000,- + Rp.31.250,- +
= Rp. 3.292,5,- / kwh Rp. 1.646,25
Proses SAW = = Rp. 43.521,25 ,-
30 V x 500 A x 1 jam x Rp. 439,- / b. Proses FCAW
kwh = Rp.5.625,- + Rp. 5.000,- + Rp. 31.250,-
= Rp. 6.585,- / kwh + Rp. 3.292,5,-
c. Harga Elektroda Las / Kg : = Rp. 45.167,5 ,-
- Elektroda SMAW merk ESAB E c. Proses SAW
6013 = Rp. 5.625,-
= Rp. + Rp./ kg
17.000,- 5.000,- + Rp. 31.250,-
- Elektroda FCAW merk KISWEL E + Rp. 6.585,-
71T-1 = Rp. 48.460,-
= Rp. 21.000,- / kg
- Elektroda SAW merk ESAB OK Tabel 5. Data Perbandingan Biaya Masing
12.22 = Rp. 23.000,- / kg – Masing Proses las
d. Biaya penggunaan Gas CO2 / kg las Jenis Biaya Proses Las
SMAW FCAW SAW
- Harga Gas CO2 = Rp. 5.060,-
Direct Cost : (Rp/kg
/ kg
(Rp./kg (Rp./k
- Pemakaian Gas CO2 per kg las 1 = . 0,29 las)kg las) g las)
- Biaya Gas CO2 per kg las a. Labor &=OHRp.1.500,-
Labor & / kg
OH las
/ Dep. Rate x
Cost Oper. Factor
e. Biaya penggunaan Flux OK 10.18 967.13 144.76 38,01
- Harga Flux OK 10.18 b. Weld Metal Electrode Price / Efficiency
= Rp. 16.500,-/kg Cost 261,53 233,33 255,5

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 115


5 dibandingkan dengan proses SMAW yaitu 67
c. Gas Cost Gas price / Efficiency
16,66
% dan dibandingkan dengan proses SAW lebih
d. Flux Cost Flux price / Efficiency kecil sebesar 42 %. Tetapi untuk kecepatan
416,6 proses SAW lebih cepat 63 % dibandingkan
Total Biaya 1.28,66 397,75 710,1
6
dengan metode FCAW dan lebih cepat 72 %
Indirect Cost : dibandingkan dengan metode SMAW.
2 Sedangkan kebutuhan elektroda per meter joint
a. a. Weld Metal Weld per Joint / Efficiency
Required 0,338 0,633 0,677
pengelasan dengan metode SAW lebih
(kg. ekonomis sebesar 6 % disbanding dengan
consum/m.joint) metode FCAW dan lebih ekonomis 50 %
b.Working Speed Deposition Rate / Weld per
(m/jam) Joint
dibanding dengan pengelasan metode SAW.
6,81 9,122 24,5
KESIMPULAN
Dari data – data yang didapatkan dalam
penelitian dan analisa disimpulkan bahwa
1400 BIAYA LAS PER KG 1.Perbedaan kekuatan mekanis yaitu :
1200
1228,66
a. Tegangan tarik rata-rata baik metode
SMAW, metode FCAW maupun
Harga (Rp / kg)

1000
710,16
800 metode SAW tidak ada perbedaan
600 Biaya Las per
Kg yang signifikan dan hanya berkisar 1
400
397,75 %. Kekuatan tarik metode SMAW
200
0
lebih baik 1 % dibanding metode
SMAW FCAW SAW SMAW dan lebih baik 0,6 %
Metode Las dibanding dengan metode SAW.
Kekuatan tarik metode SMAW sebesar
Gambar 7. Grafik Perbandingan biaya las 466 N/mm2, metode FCAW sebesar
per kg 470,87 N/mm2, dan metode SAW
sebesar 467,77 N/mm2.
b. Untuk perbedaan tegangan lentur rata-
KECEPATAN PENGELASAN
rata hasil pengelasan ketiga metode
30
24,5 tersebut berkisar antara 4 % - 14 %.
Kecepatan (m/jam)

25
20
Kecepatan
Tegangan lentur metode SMAW lebih
15
10 6,81
Pengelasan besar 4 % dibanding metode FCAW
9,122
5 dan lebih besar 14% dibanding dengan
0
SMAW FCAW SAW
metode SAW. Tegangan lentur rata-
Metode Las rata metode SMAW sebesar 511
N/mm2, metode FCAW sebesar 490
Gambar 8. Grafik Perbandingan Kecepatan N/mm2 dan metode SAW sebesar 440
Pengelasan N/mm2.
Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil
Weld Deposit Required (kg / m)
pengelasan dengan metode SMAW
0,8 mempunyai tegangan lentur lebih baik
0,677
0,7
0,6
0,633
b. Sedangkan untuk perbedaan nilai
( kg / m )

0,5
0,4
0,338
Weld Deposit
keuletan rata-rata hasil pengelasan
0,3
0,2
Required
ketiga metode pengelasan tersebut
0,1 berkisar antara 34 % - 37 %. Keuletan
0
SMAW FCAW SAW hasil pengelasan FCAW lebih baik 34
Metode Las
% dibanding metode SMAW dan lebih
baik 37 % dibanding dengan metode
Gambar 9. Grafik Perbandingan Konsumsi SAW.
Elektrode per Meter Joint Nilai keuletan pengelasan dengan
metode FCAW sebesar 1,389
Berdasarkan data tersebut diatas secara Joule/mm2, metode SMAW 0,9233
ekonomis pengelasan dengan proses FCAW Joule/mm2 dan metode SAW sebesar
lebih murah atau kecil biaya per kg lasnya 0,874 Joule/mm2. Metode FCAW

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 116


mempunyai nilai keuletan lebih baik, SAW lebih ekonomis dibanding
hal ini dimungkinkan oleh adanya heat dengan metode FCAW dan metode
input pada saat proses las FCAW lebih SMAW.
stabil
DAFTAR PUSTAKA
2. Perbedaan nilai ekonomis, yaitu : 1. Wiryosumarto, Harsono Prof, DR, Ir dan
a. Perbedaan biaya pengelasan Okumura, Toshie, Prof, DR,
menggunakan ketiga metode Teknologi Pengelasan Logam, Pradnya
pengelasan tersebut berkisar antara 42 Paramita. Jakarta 2000.
% - 67 %. Biaya pengelasan dengan 2. ASME Sec. “ Qualification Standart for
metode FCAW lebih murah 42 % Welding and Brazing Procedures,
dibanding dengan metode SAW dan Welders, Brazers and Welding and
lebih murah 67 % dibanding dengan Brazing Operators”, ASME, New York,
metode SMAW. 1995.
Biaya pengelasan dengan metode 3. JETRO, (Japan External Trade
FCAW sebesar Rp. 397,75,-/ kg, Organization)
sedangkan dengan metode SAW 4. Van Vlack H, Lawrence; Djaprie, Sriati,
sebesar Rp. 710,16,-/ kg dan untuk “ Ilmu dan Teknologi Bahan”,
pengelasan dengan metode SMAW Erlangga, Jakarta 1995.
sebesar Rp. 1228,66,- / kg. . Hal
tersebut menunjukkan bahwan
pengelasan dengan metode FCAW
lebih ekonomis.
b. Untuk perbedaan kecepatan
pengelasan ketiga metode tersebut,
berkisar antara 63 % - 72 %.
Kecepatan pengelasan dengan metode
SAW lebih cepat 63 % dibanding
dengan metode FCAW dan lebih cepat
72 % dibanding dengan metode
SMAW. Kecepatan metode SAW
sebesar 24,5 m/jam, untuk metode
FCAW sebesar 9,122 m/jam dan
metode SMAW sebesar 6,81 m/jam.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
untuk pencapaian target produksi
pengelasan dengan metode SAW lebih
cepat dibanding dengan metode
FCAW maupun dengan metode
SMAW.
c. Sedangkan untuk perbedaan efisiensi
pemakaian elektroda per meter joint,
(weld metal deposit required) ketiga
metode pengelasan tersebut berkisar
antara 6 % - 50 %. Pengelasan dengan
metode SAW lebih efisien 6 %
dibanding dengan metode FCAW dan
lebih efisien 50 % dibanding dengan
metode SMAW. Jumlah elektroda
yang didepositkan per meter joint
dengan metode SAW adalah 0,677
kg/m joint, metode FCAW 0,633 kg/m
joint dan metode SMAW 0,338 kg/m
joint. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pengelasan dengan metode

KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009 117

You might also like