You are on page 1of 26

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RS ISLAM PKU


MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA
NOMOR : 292/71024.0/PERDIR/XII/2022
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN CSSD
(Central Sterile Supplay Departement
TANGGAL : 20 JUMADIL AWAL 1444 H/
19 DESEMBER 2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
endospore dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah Sakit selain merupakan pusat rujukan medik, juga potensial mengandung
ancaman penularan penyakit di samping pencemaran lingkungan. Untuk
meminimalkan terjadinya penularan penyakit dibutuhkan ruangan sterilisasi yang
berfungsi untuk membantu unit-unit lain di RS Islam PKU Muhammadiyah Palangka
Raya yang membutuhkan barang steril, membantu menurunkan angka kejadian
infeksi/HAIs (Health Care Associated Infections) di RS Islam PKU Muhammadiyah
Palangka Raya serta menyediakan dan menjamin kualitas sterilisasi yang dihasilkan.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang prnting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Salah satu
indikator keberhasilan dalam pelayanan Rumah Sakit adalah rendahnya angka HAI’s
(Health Care Associated Infections) di Rumah Sakit. Untuk mencapai keberhasilan
tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di RS Islam PKU Muhammadiyah
Palangka Raya dengan cara melakukan sterilisasi pada alat atau bahan tertentu yang
bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikrobateri masuk
endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Ruang sterilisasi mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam upaya
pengendalian infeksi dan pencegahan terjadinya risiko bahaya HAI’s (Health Care
Associated Infections) di RS Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada
unit penunjang lainseperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun
instalasi antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana Rumah Sakit,
sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas maka
pada akhimya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.

1
Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan diperlukan pengetahuan
dan keterampilan yang khusus oleh petugas sterilisasi sehingga mendapatkan hasil
yang baik yaitu kondisi alat atau bahan yang steril secara cepat dan tepat dari masing-
masing unit lain yang membutuhkannya sehingga risiko terjadinya HAIs (Health Care
Associated Infections) terhadap pasien dan karyawan RS Islam PKU Muhammadiyah
Palangka Raya dapat dicegah sedini mungkin atas dasar pemikiran latar belakang
diatas maka RS Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya memandang perlu untuk
menyusun suatu pedoman pusat sterilisasi di RS Islam PKU Muhammadiyah Palangka
Raya

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman oleh pihak Manajemen dalam meningkatkan pelayanan
sterilisasi yang bermutu dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di RS
Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di RS
Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya
b. Dapat menurunkan angka kejadian infeksi atau HAIs (Health Care Associated
Infections) di RS Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya
c. Dapat meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi instrument di RS Islam PKU
Muhammadiyah Palangka Raya
d. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada petugas atau para
medis RS Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya tentang prosedur
pelaksanaan sterilisasi.
e. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen RS Islam PKU
Muhammadiyah Palangka Raya dalam pengambilan keputusan dan kebijakan
tentang prosedur sterilisasi

C. Ruang Lingkup Layanan


Ruang lingkup pelayanan sterilisasi di RS Islam PKU Muhammadiyah Palangka
Raya adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan instrument
Ruang sterilisasi menerima instrumen dari ruangan dan dilakukan
pengelolaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk ruang Intsalasi
Bedah Sentral petugas sterilisasi melakukan pengambilan alat nonsteril dan dikirim
dalam kondisi sudah steril.

2
2. Pelayanan linen
Pelayanan linen steril ini dikhususkan untuk ruangan yang membutuhkan linen
steril sebagai bagian dari tindakan medis untuk mencegah HAI’S (Health Care
Associated Infections) pada pasien. Kebutuhan linen steril ini dibagi menjadi 2, yaitu
3. Instalasi Bedah Sentral
Menggunakan set steril dalam jumlah khusus (standart) untuk keperluan
operasi.
4. Pasien luka bakar
Linen steril digunakan untuk meminimkan infeksi karena luka terbuka, jumlah
dan jenis linen yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan ruangan.
5. Beberapa ruang seperti: IGD, Poli umum, Poli paru, poli Gigi dan Radiologi
membutuhkan duk lubang steril untuk menunjang kegiatan medis diruangan.
6. Pelayanan kasa
Pelayanan kasa steril untuk memenuhi kebutuhan ruangan baik rawat inap
maupun rawat jalan. Ruang sterilisasi mempunyai tanggung jawab untuk mengelola
kasa dari kasa dalam kondisi utuh sampai menjadi kasa steril yang siap digunakan.
7. Pelayanan DTT (Dersinfeksi Tingkat Tinggi)
Pelayanan DTT dilakukan untuk memenuhi kebutuhan alat single-use yang di
re-use. Proses DTT ini meggunakan desinfektan dengan konsentrasi tertentu
sehingga bisa membunuh sampai endospora yang ada pada instrumen.

D. Batasan Operasional
1. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membrane
mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
2. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
3. Bacillusstearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk spora
serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi.
4. Bacillussubtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan digunakan
untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida.
5. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi.
6. Bowie-Dick testa dalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap
berpompa vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J.Dick.
7. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme
atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebihlanjut.
8. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas)
atau kimia.
9. Goggle adalah alat proteksi mata.

3
10. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya
perubahan warna.
11. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu pada mesin sterilisasi
yangmenunjukkan mesin berjalan normal.
12. HAIs (Health Care Associated Infections) adalah infeksi yang terjadi pada pasien
selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana
ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi
dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan
pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
13. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter jarum suntik maupun
pembuluh darah.
14. Pointofuse: menunjukkan tempat pemakaian alat.
15. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
16. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia
17. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan
18. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaan suhu
dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesins terilisasi.
19. CSSD (Central Sterile Supply Departement) yaitu suatu Instalasi di rumah sakit
yang menjadi koordinator dari suatu sistem kerja supply dan alat alat steril. Secara
ideal, CSSD adalah satu instalasi yang independen dengan fasilitas untuk
menerima, mendesinfeksi, membersihkan, mengemas, mensterilkan, menyimpan
dan mendistribusikan alat alat (baik yang dapat dipakai berulang kali dan alat sekali
pakai), sesuai dengan standar prosedur.

E. Landasan Hukum
1. Buku pedoman CSSD, Depkes tahun 2009
2. PMK No.27 tahun 2017 tentang Pedoman Pengendalian dan Pencegahan Infeksi di
Pelayanan Kesehatan

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi tenaga yang bekerja dipusat sterilisasi dibedakan sesuai dengan
kapasitas tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas tenaga supervisor dan
teknis pelayanan sterilisasi.
1. Supervisor ruang sterilisasi
Kualifikasi tenaga :
a. Pendidikan minimal D3 dibidang kesehatan
b. Telah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis
pelayanan sterilisasi
c. Telah mendapatkan kursus tambahan tentang managemen sterilisasi
2. Penanggungjawab administrasi
Kualifikasi tenaga:
a. Minimal lulusan SLTA
b. Dapat melakukan pengetikan dan menggunakan komputer
c. Rapi dalam menyusun dokumentasi
3. Staf di Pusat sterilisasi
Kualifikasi tenaga:
a. Harus mengikuti pelatihan CSSD
b. Dapat belajar dengan cepat
c. Mempunyai ketrampilan yang baik di "Personal Hygiene" baik
d. Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian
4. Ditribusi ketenagaan
Semua staf hanya bekerja diruang sterilisasi harus mampu melakukan
kegiatan pengelolaan linen, kasa, instrument, DTT, dan Sterilisasi.
5. Pengaturan Jaga
Pembagian jaga di CSSD adalah
a. Shift I bekerja pukul 07.00 sampai dengan 14.00 WIB
b. Shift II bekerja pukul 14.00 sampai dengan 21.00 WIB

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

AUTOKLAF

LOKET

RUANG STERIL

RUANG BERSIH/CLEAN AREA

LOKET
RUANG KOTOR/DIRTY AREA

Gambar denah Ruang CSSD

B. Standar Fasilitas
Pada prinsipnya desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang
kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang
dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu pembagian ruangan disesuaikan dengan
alur kerja. Ruang pusat sterilisasi dibagi 5 ruang yaitu :
1. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara, dan dikontrol
untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari
benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya
lainnya.
2. Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme dari satu
tempat ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan bioburden dan
mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah didekontaminasi, alat-alat yang

6
siap disterilkan. Karenanya, sistem ventilasi harus didisain sedmikian rupa sehingga
udara di ruang dekontaminasi harus :
a. Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter
b. Tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
c. Pada ruang dekontaminasi tidak dianjurkan menggunakan kipas angin
3. Suhu dan kelembaban
Suhu dan kelembaban berpengaruh pada bioburden lingkungan dan
kenyamanan pekerja di ruang dekontaminasi. Suhu dan kelembaban yang
direkomendasikan adalah :
a. Suhu udara antara 18oC – 22oC
b. Kelembaban udara anatar 35% - 75%
4. Kebersihan
Debu, serangga, dan vermin adalah pembawa mikroorganisme, sehingga
kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat pembersih harus
sesuai dengan bahan-bahan pembershinya. Harus ada peraturan tertulis mengenai
prosedur pengumpulan sampah dan tranportasinya, pembuangan limbah.
Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius
a. Lokasi ruang dekontaminasi harus :
1) Terletak diluar lalu lintas utama rumah sakit
2) Dirancang sebagai area tertutup secara fungsional terpisah dari area di
sebelahnya, dengan ijin masuk terbatas
3) Dirancang secara fungsional terpisah dari area lainnya sehingga benda-benda
kotor langsung datang atau masuk ke ruang dekontaminasi, benda-benda
kotor tersebut kemudian dibersihkan dan atau didesinfeksi sebelum
dipindahkan ke area yang bersih atau ke area proses sterilisasi
4) Disediakan peralatan yang memadai dari segi disain, ukuran dan tipenya
untuk pembersihan dan atau desinfeksi alat-alat kesehatan
b. Ruang pengemasan alat (setting dan packing)
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat untuk alat bongkar pasang
maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih. Pada ruang ini
dianjurkan ada tempat penyimpanan berang tertutup
c. Ruang produksi dan prosesing
Di ruang ini dilakukan pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk
persiapan sterilisasi. Pada daerah ini sebaiknya ada tempat untuk penyimpanan
barang tertutup. Selain linen, pada ruang ini juga dilakukan pula persipan untuk
bahan seperti kain kasa, kapas, cotton dan lain-lain.

7
d. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan
e. Ruang penyimpanan barang steril
Ruang ini sebaiknya berdekatan dengan ruang sterilisasi. Apabila
digunakan mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung
berhubungan dengan ruang penyimpanan.
Di ruang ini penerangan harus memadai, suhu anatar 18oC – 22oC dan
kelembaban 35-75% ventilasi menggunakan sistem tekanan positif dengan
efisiensi filtrasi partikular anatara 90-95% (untuk partikular berukuran 0,5 mikron).
Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah
dibersihkan, alat stril disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai dan minimum 43
cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari
terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat steril tidak disimpan
dekat westafel atau saluran pipa lainnya. Akses ke ruang penyimpanan steril
dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas dari penyakit
menualar dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi
ruang penyimpanan steril harus jauh dari lalu lintas utama dan jendala serta pintu
sesedikit mungkin dan terisolasi (sealed).

C. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan sterilisasi dan laundry. Adapun jenis peralatan yang tersedia masih ada
kekurangan. Adapun peralatan yang dibutuhkan yaitu:
1. Peralatan kantor
a. Furniture (meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan Iain-lain)
b. Komputer/printer
c. Alat tulis kantor
d. Telpon
2. Peralatan penyimpanan
a. Peralatan penyimpanan kondisi umum
lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya
yang berlebihan
b. Peralatan penyimpanan kondisi khusus
Lemari stenlees
c. Peralatan pendistribusian/pelayanan
1) Trolley
2) Rak kabinet untuk ruang perawatan/unit lain
d. Peralatan ruang arsip
1) Lemari arsip

8
2) Outner arsip
3) Alat tulis kantor
e. Peralatan Sterilisasi
Mesin sterilisasi : autokalf
f. Alat Pelindung Diri (APD)
APD (alat pelindung diri) meliputi: Sarung tangan, Apron, Masker, Penutup
kepala, Face shield with visor, sepatu boot, gaun waterproof.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Pelayanan Sterilisasi


Instalasi CSSD melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan peralatan
dalam kondisi steril dan semua peralatan di sterilkan di CSSD. Tidak diberlakukan lagi
sterilisasi diluar instalasi CSSD. Alur pelayanan sterilisasi sebagai berikut :

Instrumen Barang/Linen/Bahan
Bekas Pakai (Reuse) perbekalan baru Masuk

Penerimaan dan
Penerimaan pencatatan barang baru

Sortir (pencatatan volume


dan jenis barang) Pengemasan dan Pelabelan

Perendaman

STERILISASI
Pencucian

Pengeringan
Tidak
Kontrol Indikator

Sortir (Layak Ya
disterilkan/tidak) Ya

Tidak Gudang Distribusi


Steril Barang Keluar
Kembalikan ke unit pengiriman
instrument/linen

9
B. Proses Sterilisasi Instrumen
1. Pre-cleaning
Precleaning adalah suatu proses membersihkan instrumen kotor/habis pakai
dengan menggunakan cairan desinfektan. Instrumen dari ruangan sebelum diantar
ke ruang sterilisasi dilakukan perendaman dengan cairan enzimatik selama 10 -15
menit. Jika tidak tersedia cairan atau bahan enzymatic diruangan selain CSSD,
maka intrumen dibersihkan dari kotoran/cairan tubuh pasien dengan air mengalir
tanpa dilakukan penyikatan. Setelah kotoran hilang maka alat dimasukkan ke dalam
bak intrumen kembali dan dibawa ke ruang sterilisasi menggunakan box/wadah
tertutup khusus instrumen kotor. Kemudian diantar ke ruang sterilisasi melalui loket
penyerahan intrumen kotor dan lakukan pencatatan serah terima instrumen kotor
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-
benda yang mungkin terkotaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan,
sehingga aman untuk proses-proses slenjutnya. Tujuannya adalah untuk melindungi
pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui
proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme pada alat-alat kesehatan tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada area dekontaminasi adalah :
a. Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah di tempat pemakaian
b. Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer yang baik
c. Kain-kain pakai ulang dititipkan ditempakan kotor dan dikembalikan ke laundry
d. Peralatan yang terkontaminasi langsung dibungkus dan dibawa ke ruang
dekontaminasi
e. Peralatan yang terkontaminas dibungkus dalam wadah tertutup atau kontainer
tertutup unutk menghindari tumpahan atau penguapan.
Proses dekontaminasi sebagai berikut :
a. Petugas memakai APD sebelum melalukan tindakan dekontaminasi
b. Meyiapkan kontaner yang sudah diberikan cairan enzimatik sesuai dengan
perbandingan dari pihak produsen
c. Perendaman harus menutupi seluruh permukaan instrument dan direndam
selama 10-15 menit
3. Cleaning/Mencuci
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih sebelum
didisinfeksi atau disterilkan. Pada proses ini untuk menghilangkan semua partikel
yang kelihatan dan hampir semua partikel yang tidak lihatan dan menyiapkan
permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk proses disinfeksi dan sterilisasi.

10
Mencuci juga untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak alat serta
keamanan perkeja. Untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak alat serta
keamanan pekerja,alat-alat harus:
a. Dibongkar jika dirakit lebih dari satu komponen dan dibuka semua
sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan tercuci bersih
b. Dimulai dengan merendam dalam air 20°C-43°C selama 10-15 menit dan atau
dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah dan zat-zat protein
lainnya untuk mencegah koagulasi darah pada alat dan juga membantu
menghilangkan protein
Alat/instrument yang lembut atau rumit perlu dicuci secara manual setelah
direndam. Pada proses ini alat harus:
a. Dicuci dalam air untuk penguapan jika alat dapat tenggelam/terendam
b. Dicuci menurut aturan dari produsen jika alat tidak dapat terendam/tenggelam
c. Dicuci dengan alat anti gores untuk mencegah kerusakan alat
d. Dibilas dengan air kran yang mengalir dengan suhu 40°-50°C untuk
menghilangkan detergent
e. Setelah dicuci dan dibilas, dikeringkan dahulu dan didesinfeksi
f. Pada proses ini juga dilakukan pengujian fisik dan fungsi instrumen.
4. Pengeringan
Semua alat setelah di cuci wajib dilakukan pengeringan secara benar-benar
kering, kemudian lakukan penataan dan pengemasan.
5. Penataan dan Pengemasan (Setting dan packing)
Sebelum dilakukan pengemasan di lakukan setting alat terlebih dahulu.
Setting adalah kegiatan penataan isntrument sesuai dengan jenis tindakan untuk
mempermudah pengambilan dan penggunaan di ruangan. Setting alat bisa berupa
misalnya setting alat GV set, Hecting Set, Partus Set, dan lain sebagainya.
Kemudian sebelum di kemas dimasukkan indikator kimia internal kedalam bak
instrument yang di setting.
Pengemasan (packing) yang dimaksud disini termasuk semua material yang
tersedia untuk fasilitas kesehatan yang didisain untuk membungkus, mengemas,
dan menampung alat-alat yang dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan, dan
pemakain. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan dan
efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama pusat
sterilisasi.
Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan
penyerapan uap yang baik pada kemasan dan isinya. Pada beberapa sterilisasi
uap, terjadi juga proses penghisapan. Karenanya, bahan kemasan harus
memudahkan pelepasan udara secara total tanpa mengganggu bentuk kemasan
dan segelnya, bahan kemasan juga harus mudah kering dan memudahkan

11
pengeringan. Setelah alat atau bahan sudah di kemas wajib dilakukan penempelan
indikator eksternal kimia harus dilekatkan pada setiap kemasan. Tape ini berubah
warna untuk identifikasi kemasan yang sudah melalui proses sterilisasi.
Tipe-Tipe Bahan Kemasan
a. Film Plastik dan Kantong Steril ( Strelization Pounches)
Bahan plastik tidak dapat menyerap air baik berupa cairan ataupun uap,
karenanya bahan palstik tidak dapat dipakai sebagai kemasan untuk sterilisasi
uap. Kantong biasanya didesign dengan kertas di salah satu sisinya untuk
penetrasi uap.
b. Kain (Linen)
Linen adalah material paling tradisonal yang digunakan sebagai
pembungkus steril. Linen mempunyai keunggulan kuat, relatif murah, dan
nyaman, tetapi memiliki kelemahan tidak memiliki kemampuan menahan bakteri,
mudah menyerap air.
6. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria,
virus, fungi dan parasit) termasuk endospora menggunakan uap tekanan tinggi
(autoklaf), panas kering (oven), sterilisasi kimiawi, atau radiasi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi/HAIs (Health Care Associated Infections).
Salah satu metode sterilisasi yang paling efisien dan paling efektif adalah
melalui sterilisasi uap. Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi
dan koagulasi sel maka perlakuan pre-sterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan
yang baik, pengemasan yang baik) dan pasca sterilisasi (penyimpanan) perlu
diperhatikan. Jadi kesempurnaan proses sterilisasi uap tergantung pada proses
pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum sterilisasi melalu pembersihan yang
baik dan mencegah terjadinya rekontaminasi sebelum digunakan.
Kualitas uap sangat penting untuk keberhasilan dan keefektifan proses
sterilisasi. Apabila uap terlalu kering atau basah kemampuan penetrasinya akan
terganggu. Kualitas yang baik adalah dengan fraksi kekeringan 97% (pada skla 0-
100%, 0 menunjukan kandungan air yang sangat tinggi sementara 100%
menunjukkan uap sama sekali tidak mengandung air).
Tekanan supply uap sebaiknya diperiksa setiap minggu oleh bagian teknik
rumah sakit sehingga memenuhi persyaratan spesifikai pabrik pembuat mesin.
Penataan barang pada mesin sterilisasi untuk memudahkan pengsongan
udara dan steam untuk berpenetrasi ke dalam kemasan dan mencegah
terbentuknya kondesat berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya kemasan
basah. Kemasan linen sebainya diposisikan secar vertikal untuk memudahkan uap
berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan pengosongan udara. Pengisian
chamber mesin dengan barang sebaiknya 75% dari kapasitas chamber.

12
Pengeluaran barang dari mesin sterilisasi harus memperhatikan hal-hal
penting yaitu isi chamber mesin sterilisasi harus dibiarkan dalam mesin sterlisasi
sampai semua uap keluar dari chamber dan barang-barang steril sudah mengalami
proses pendingan. Pemaksaan pendinginan baik dengan kipas atau blower AC tidak
diperkenankan. Untuk mecegah masuknya lembab (dapat membawa
mikroorganisme) ke dalam kemasan barang-barang steril hanya boleh ditangani
setelah mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat proses pendinginan
barang steril tidak boleh diletakan pada permukaan logam karena akan terjadi
proses kondensasi pada barang sehingga terjadi rekontaminasi. Load berisi barang
steril harus disimpan dalam rak stainless sampai dingin.
7. Penyimpanan dan Distribusi
Alat/bahan yang sudah steril diambil oleh petugas ruangan, kecuali ruang
Instalasi Bedah Sentral (IBS) dilakukan oleh petugas di ruang sterilisasi. Alat yang
belum dipakai di ruangan di disimpan di almari penyimpanan atau rak di ruang
penyimpanan alat steril.
8. Penyerahan ataupun pengambilan instrument
Penyerahan dan pengambilan alat pukul 07.00-21.00 WIB. Alat dibawa
menggunakan tool box/wadah tertutup. Pembersihan tool box dilakukan oleh
petugas ruang sterilisasi menggunakan alkohol 70%
Distribusi dan pengambilan alat ke IBS juga sesuai waktu pelayanan dapat
lnsidentil /sesuai kebutuhan dan permintaan petugas IBS tergantung jadwal operasi.
9. Pencatatan dan Pelaporan
Semua Alat/bahan yang masuk keruang sterilisasi di lakukan proses serah
terima alat dengan cara dicatat nama set, jumlah dan dilakukan pengecekan isi
dari instrument oleh petugas. Catat semua aktifitas serah terima dibuku sterilisasi
dan lakukan pelaporan sterilisasi setiap 3 bulan sekali.

C. Disinfeksi Tingkat Tinggi


Alat dengan kriteria semikritikal setelah proses dekontaminasi dilanjutkan
dengan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT). DTT adalah perlakuan minimum yang
direkomendasikan Center For Disease Control (CDC). Proses DTT dapat dilakukan
dengan cara fisika misalnya pasteruisasi atau dengan direbus dalam air atau kimia
dengan menggunakan disinfektan dengan kategori High Level Disinfectan (HLD)
seperti larutan glutardehid 2 %, hydrogen peroksida 6%. Aktivitas disinfektan
dipengaruhi oleh tingkat kebersihan (diinfektan berinteraksi dengan kontaminan baik
organik/non organik atau residu detergen), tipe dan jumlah Mikroorganisme, Ph
Larutan, suhu, waktu perendaman serta air yang digunakan.

13
D. Pembuangan Limbah
Limbah atau buangan hasil proses sterilisasi dibuang ke IPAL RS Islam PKU
Muhammadiyah Palangka Raya.

BAB V
LOGISTIK

Logistik yang ada di Instalasi Sterilisasi digunakan untuk menunjang kelancaran proses
pelayanan sterilisas, meliputi :
A. Logistik farmasi
1. Pouches 15 cm x 100 m
2. Pouches 30 cm x 200 m
3. Pouches 40 cm x 200 m
4. Autoclavetape
5. Alkohol 70%
6. Hanscoon
7. Desinfektan
8. Ciran/serbuk enzymatic
9. Kasagulung
10. Indikator kimia internal
11. Indikator eksternal

B. Logistik umum
1. Alat tulis dan kantor
2. Buku sterilisasi
3. Cutter besar
4. Isi cutter besar
5. Isolasi double tipe
6. Kertas folio 70SD
7. Kertas HVS 80gr
8. Kwarto
9. Map plastik slide
10. Spidol 70 snowman
11. Spidol kecil hitam
12. Buku folio 100
13. Labeling instrument

14
C. Alat Rumah Tangga
1. Baskom plastik
2. Box plastik
3. Gelas ukur 2 ltr plastik
4. Plastic putih besar
5. Post it
6. Sarung tangan
7. Masker medis

D. Alat Kesehatan
1. Bak instrument
2. Bengkok
3. Gunting jaringan
4. Gunting AD
5. Iodine cup
6. Pinset anatomi
7. Pinset cirurgis
8. Pinset dental
9. Needleholder
10. Salivae jector
11. Sonde
12. Excavator
13. Gagangmirror
14. Mirror
15. Scapel

E. Investasi alat medis : Autoclave 1 buah

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien (Patient safety) secara sederhana di definisikan sebagai suatu
upaya untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien. Walaupun mempunyai definisi

15
yang sangat sederhana, tetapi upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas
kesehatan sangatlah kompleks dan banyak hambatan. Konsep keselamatan pasien harus
dijalankan secara menyeluruh dan terpadu.

A. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien


Petugas ruang sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah
terjadinya kecelakaan pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit sehubungan dengan
alat-alat instrument yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi,
pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang steril secara aseptik dan benar
sesuai dengan SPO yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk
mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang yang
belum di uji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun
penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti instrument bedah)
apabila digunakan pada pasien dapat menimbulkan HAIs (Health Care Associated
Infections).

B. Saran Tindakan Pencegahan untuk keamanan pasien


1. Lakukan pengujian terhadap instrument/alat sebelum di distribusikan dari ruang
sterilisasi sesuai dengan petunjuk pabrik dan SPO di ruang sterilisasi
2. Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari kotor,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang/alat
3. Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju daerah dekontaminasi
4. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisai
mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara baik
5. Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan lengkap, dan
berfungsi secara normal
6. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi udara
dalam chamber (system mesin sterilisasi uap pre-vakum)

16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas


Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di
lingkungan Pusat Sterilisasi menjadi tanggungjawab petugas Pusat Sterilisasi setelah
dilakukan pembekalan terhadap petugas terhadap bahaya-bahaya yang mungkin
terjadi di lingkungan CSSD. Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan
mengetahui potensi bahaya yang dapat di timbulkannya. Dengan memperhatikan
secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko
terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.
1. Penerimaan Bahan Kotor dan Daerah Dekontaminasi
Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat
kimia dilingkungan ruang sterilisasi dapat menyebabkan luka, penyakit dalam
kondisi yang ekstrim menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat dilakukan
secara efektif dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
penutup kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker maupun goggle. Penyedian
alat pelindung diri menjadi tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah
tanggungjawab petugas ruang CSSD untuk melindungi dirinya dengan
menggunakan alat pelindung diri secara benar.
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau,
jarum dan lain-lain dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada
akhimya dapat memungkinkan masuknya mikroorganisme pathogen kedalam tubuh
sehingga menyebabkan terjadinya penyakit.
2. Saran tindakan aman
a. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang
terkontarninasi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tersebut.
b. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat,
lalu pindahkan alat linstrument satu persatu. Pastikan agar bagian yang runcing
dari instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat
transportasi.
c. Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) kedalam wadah yang tahan
tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa.
d. Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrumen
lain dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan
terjadinya luka pada petugas lain dengan penanganan normal

17
e. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman, dan
gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit
dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia
f. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa
kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-
rambu peringatan
g. Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu menggosok
dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup

B. Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi


Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang
sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan
mesinsterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang steril
menjdi lebih terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi didaerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun membrane mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun
akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta
barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat listrik.
Luka pada mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata
diperlukan.
Saran tindakan aman:
1. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin sterilisasi
atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
2. Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas ruang sterilisasi
lain untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
3. Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan"sealerpanas" dan
pemotong kantung sterilisasi (pouches)
4. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
5. Pengoperasian dan instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan dengan
memperhatikan sistem ventilasi dan sistem exhaust yang berhubungan langsung
dengan udara luar (keluar gedung)

C. Penanganan zat-zat kimia


Penanganan zat-zat kimia di ruang sterilisasi sangat perlu diperhatikan
mengingat banyak zat kimia yang digunakan di ruang sterilisasi bersifat toksik. Apabila
penanganannya tidak dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas
ruang sterilisasi itu sendiri maupun pasien
1. Alkohol

18
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alcohol (60-90 %) digunakan sebagai
desinfektan intermediate dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal,
dan virusidal
a. Tindakan pertolongan
1) Bawa korban keruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
b. Tindakan pertolongan pada pemapar anmata
1) Tengadahkan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih perlahan selama15-20 menit
3) Jika masihbelumyakin bersih,cuci kembali selama 10 menit
4) Jangan biarkan korban menggosok mata
5) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata
c. Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1) Bawa pasien segera kepancuran terdekat
2) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3) Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
2. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan
aktif Natrium hipoklorit 5-10% .Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan
sebagai disinfektan. Pada konsentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan
akan berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam
klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru
a. Bahaya utama terhadap kesehatan
1) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100%, dan penatalaksanaan sirkulasi.
b. Hal yang dilakukan apabila terjadi paparan pada petugas
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1) Tengadahkan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih perlahan selama 15-20 menit\
3) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10menit
4) Jangan biarkan korban menggosok mata

19
5) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata
c. Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1) Bawa pasien segera ketempat air mengalir yang terdekat
2) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3) Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan air mengalir minimal
10 menit
4) Lepaskan pakaian, aksesoris, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahan dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5) Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan, masker, apron, penutup kepala, dan sepatu
6) Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
d. Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
1) Segera beri air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum, untuk
anak-anak maksimal 100ml
2) Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
3) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan
endoskopi.
4) Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid

D. Alat pelindung diri


Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti gaun
waterproof lengan panjang, penutup kepala, face shield with visor, masker"high-
filtration", dan "tight fitting"gogle, khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur
yang memungkinkan terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan yang
mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk
memasuki ruang dekontaminasi. Alat pelindung yang dipakai ulang harus dilaundry
setelah setiap pemakaian.

20
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. Definisi
Tujuan pelayanan CSSD adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medik
yang steril namun bukan berarti menghasilkan barang-barang yang steril. Sterilan
harus ada jaminan dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan benar-benar
steril.

B. Tujuan
1. Menjamin pelayanan CSSD dan memenuhi standard yang sudah ditentukan
2. Meningkatkan efisiensi pelayanan CSSD
3. Menjamin sterilitas alat/bahan yang disediakan benar-benar steril

C. Tahap Pelaksanaan
Kontrol proses sterilisasi yang ketat akan memberikan jaminan bahwa peralatan
medis yang kita sediakan adalah benar-benar steril. Salah satu caranya melakukan
monitoring proses sterilisasi yaitu memonitor proses sterilisasi yang kita lakukan untuk
memberikan jaminan bahwa parameter-paremeter yang ditentukan dalam proses
sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik.
1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan
Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas
berupa nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tangga proses sterilisasi
dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi. Hal ini dilakukkan karena
pengidentifikasian akan memudahkan pada saat diperlukannya melakukan recall
atau penaikan kembali kemasan yang sudah didistribusikan.
2. Data mesin sterilisasi
Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan harus di dokumentasikan :
a. Nomor Lot
b. Informasi umum kemasaan (kemasan linen, atau kemasan instrumen)
c. Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)
d. Nama operator
3. Data respon terhadap indikator kimia
Dokumenasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan memastikan
bahwa parameter pada setip siklus proses sterilisasi telah tercapai sehingga
akuntabilitas proses terjamin. Dengan melakukan dokumentasi ini maka apabila ada
barang yang harus ditarik ulang akan menjadi lebih mudah.

21
4. Waktu Kadaluarsa
Setiap kemasan steril yang akan digunkan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan sotasi stok,
walaupun kadaluarsa tidak bergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang
dialami oleh kemaasan tersebut.
5. Penggunaan Indikator
6. Jenis-jenis indikator sterilisasi
Penggunan indikator dengan menggunakan indikator kimia internal dan
eksternal.

D. Evaluasi
Laporan kegitaan dilaporkan pertiga bulan.

E. Indikator dan Kriteria


Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi
(misalnya uap panas) pada obyek yang disterilkan, dengan adanya perubahan warna.
Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk (strip, tape dan kartu), serta terhadap
satu atau lebih parameter sterilisasi.
Indikator kimia memberikan informasi tercapainya kondisi steril pada tiap
kemasan (pack by pack basis), sehingga selain digunakan diluar, ada juga yang
diletakkan didalam kemasaan.
Klasifikasi indikator kimia :
1. Ada dua jenis indikator kimia yang digunakan untuk metode sterilisasi uap panas
yaitu indikator internal dan indikator eksternal. Rekomendasi pemakain menurut
Association For Advancement of Medical Intrumentation (AAMI) : Indikator eskernal
digunakan pada setiap kemasan, keculai bila indikator internal dapat terlohat dari
luar. Sedangkan indikator internal dalam setiap kemasan atau pada daerah yang
paling sulit dicapai sterilan.
2. Indikator ekternal contohnya Autoclave tape (3M). Indikator eksternal berbentuk
tape dan digunakan dibagian luar kemasan. Dengan terjadinya perbuahan warna
indikator ini memberikan informasi bahwa bagian laur kemasan benda yang
disterilkan telah melewati proses sterilisasi. Indikator ini tidak memberikan respons
terhadap semua parameter, sterilisasi, namun demikian dalam prakteknya sangat
bermanfaat karena :
a. Memberikan bukti visual benda yang sudah melewati proses sterilisasi
b. Dapat membedakan anatar benda yang sudah dan belum disterilisasi berfungsi
sebagai segel pengaman kemasaan
Keterbatasan indikator eksternal, hanya memberikan penjelasan pada area
luar setelah dilakukan sterilisasi.

22
23
PEDOMANA
PEDOMAN MANAJERIAL
PELAYANAN CSSD
(Central Sterile Supplay Departement)
LINEN/LAUNDRY

24
25
26

You might also like