Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Eventhough the prevention efforts for communicable diseases through sanitation clinic has been
implemented for a long time, it is still not optimal. As an example, the average number of patients
in a month who come for counseling in the sanitation clinic of the Community Health Center
(Puskesmas) of Minggir is only four. Meanwhile, in 2011, at the same puskesmas, the number of
cases of communicable diseases such as diarrhoea, acure respiratory infection (ARI) and de-
ngue haemorrhagic fever (DHF) were still found at high level. Therefore, it is argued that the
existing sanitation clinic should be more developed. The study was aimed to know whether the
knowledge and the quality of house condition of the patients as well as the revenue of sanitation
clinic can be increased by developing the activity of the sanitation clinic itself, by conducting a
pre-experiment study which employed one group pre-test and post-test design. The number of
sample size was 36 people, which were consisted of 20 diarrhoea patients, 15 ARI patients and
20 DHF patient with his neighbours. The collection of pre-test and post-test data were separated
by the activity of the counseling and home visit whose purpose was to improve the environ-
mental condition of the patients, by means of chlorine diffuser installation and fly sticker appli-
cation, for diarrhoea cases; advice of avoiding smoke from kitchen and the rearrangement of
ventilation, for ARI cases; and the distribution of Abate and mosquito trap installation, for DHF
cases. Statistical examination on the data by using t-test at 95 % significancy level showed that
the counseling raised the knowledge of patients of the environmentally based diseases, and the
home visit could also improving the quality of patients’ houses, which was indicated by the re-
duction of the MPN E. Coli, the fly density and the ovitrap index. In addition, the increase of re-
venue from the sanitation clinic was influenced, as well.
Keywords : sanitation clinic, sanitation counselling, home visit, environmental based diseases
Intisari
Upaya pencegahan penyakit menular melalui upaya klinik sanitasi telah berlangsung lama, akan
tetapi dalam pelaksanaannya masih belum optimal. Sebagai contoh, jumlah pasien yang datang
untuk konseling di ruang klinik sanitasi Puskesmas Minggir rata-rata hanya empat orang setiap
bulan. Sementara itu, data penderita penyakit menular di wilayah kerja puskesmas tersebut pa-
da tahun 2011 masih menunjukkan jumlah yang tinggi, sehingga klinik sanitasi yang ada masih
perlu dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengetahuan pasien, ku-
alitas lingkungan rumah pasien dan pendapatan klinik sanitasi dapat meningkat dikaitkan de-
ngan upaya pengembangan klinik sanitasi tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah pra
eksperimen dengan menggunakan desain one group pre test and post test. Sampel penelitian
berjumlah 36 orang yang terdiri dari 20 orang pasien diare, 15 orang pasien ISPA dan 20 orang
pasien DBD beserta tetangganya. Pengambilan data pre-test dan post-test dipisahkan oleh
pemberian konseling dan kunjungan rumah untuk upaya perbaikan kualitas lingkungan, yang
terdiri dari pemasangan chlorine diffuser dan lem lalat pada penderita diare, serta anjuran untuk
menghindari asap dapur dan pengaturan ventilasi pada penderita ISPA, dan pemberian Abate
dan pemasangan perangkap nyamuk pada penderita DBD. Pengujian secara statistik terhadap
data penelitian dengan menggunakan t-test pada tingkat kepercayaan 95 %, menunjukkan bah-
wa pemberian konseling dapat meningkatkan pengetahuan pasien penderita penyakit berbasis
lingkungan, dan kunjungan ke rumah juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan rumah pen-
derita, yang terlihat dari menurunnya angka MPN E. Coli, kepadatan lalat, dan ovitrap index. Di
smaping itu, terlihat juga bahwa pendapatan klinik sanitasi turut meningkat.
Kata Kunci : klinik sanitasi, konseling sanitasi, kunjungan rumah, penyakit berbasis lingkungan
Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.4, No.4, Mei 2013, Hal 179-191
rata sebesar 14,5. Kenaikan skor yang bolehkan yakni 0. Namun, setelah dila-
terjadi berkisar antara 0 hingga hingga kukan treatment, dari 20 rumah pende-
dengan rerata sebesar 4,9 atau jika di- rita yang diperiksa, 16 di antaranya su-
prosentasekan, skor pengetahuan sesu- dah tidak ditemui lagi bakteri tersebut
dah konseling meningkat 50,3 % jika di- namun masih ada enam sumber air lagi
banding dengan sebelum konseling. yang belum memenuhi syarat. Jika di-
Selanjutnya, dari hasil kunjungan ke prosentasekan, penurunan MPN E. Coli
rumah dengan melakukan pemeriksaan yang terjadi adalah sebesar 98,8 %.
kualitas air bersih berupa MPN E Coli di Perbaikan lingkungan selanjutnya
sarana milik penderita diare, antara se- yang dilakukan adalah pemasangan lem
belum dan sesudah upaya perbaikan lalat. Hasil penghitungan angka kepadat-
lingkungan melalui pemasangan chlorine an lalat yang menunjukkan keberhasilan
diffuser, hasilnya tersaji dalam Tabel 2 upaya perbaikan tersebut disajikan da-
berikut. lam Tabel 3 berikut ini.
Tabel 2.
Distribusi frekuensi Tabel 3.
hasil pemeriksaan MPN E. Coli Distribusi frekuensi
antara sebelum dan setelah pemasangan hasil pengukuran kepadatan lalat
chlorine diffuser antara sebelum dan setelah pemasangan lem lalat
2 58 0 58 100,0 2 5 0 6 100,0
Rerata 1028,9 11,9 1017,0 98,8 Rerata 4,6 0,3 4,3 95,0
Dari tabel di atas terlihat bahwa se- Dari tabel di atas, terlihat bahwa ki-
belum dilakukan perbaikan kualitas air saran angka kepadatan lalat dari 20 ru-
pada sumber air bersih di rumah pende- mah penderita diare yang ada adalah
rita diare melalui pemasangan chlorine antara satu dan delapan untuk tiap m2 fly
diffuser, jumlah E. coli pada semua sam- grill yang dipasang, dengan rerata sebe-
pel air melebihi batas syarat yang diper- sar 4,6. Adapun setelah dilakukan upa-
Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.4, No.4, Mei 2013, Hal 179-191
1 A 0
Skor pengetahuan
No
pasien 2 B 0
Pre-test Post-test Selisih %
3 C 0
1 2 15 13 650,0
4 D 0
2 3 20 17 566,7
5 E 0
3 7 20 13 185,7
6 F 0
4 5 11 6 120,0
7 G 0
5 4 13 9 225,0
8 H 0
6 4 12 8 200,0
9 I 0
7 3 12 9 300,0
10 J 0
8 5 13 8 160,0
11 K 0
9 5 13 8 160,0
12 L 0
10 3 16 13 433,3
13 M 0
11 4 14 10 250,0
14 N 0
12 1 18 17 1700,0
15 O 0
13 3 17 14 466,7
14 4 15 11 275,0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui
15 2 20 18 900,0
dari semua sampel penderita ISPA tidak
Rerata 3,7 15,3 11,6 313,5 ada satu pun yang ditemui tungau dalam
sampel debu yang diperiksa pada peme-
Berdasarkan pada Tabel 4 di atas, riksaan pre-test, oleh karenanya peme-
dapat diketahui bahwa dari 15 orang pa- riksaan post-test selanjutnya tidak di-
sien sampel penelitian, sebelum perlaku- lakukan.
an konseling oleh klinik sanitasi, skor pe-
ngetahuan tertinggi dan terrendah, ma- Penderita Demam Berdarah Dengue
sing-masing adalah satu dan tujuh, de- (DBD)
ngan rerata skor 3,7. Setelah perlakuan Hasil pengukuran pengetahuan pa-
konseling, skor pengetahuan para pasi- sien penderita DBD dan tetangganya di-
en penderita ISPA tersebut secara des- sajikan pada Tabel 6, di mana terlihat
kriptif terlihat meningkat, yaitu tertinggi bahwa dari 20 orang yang diukur pada
mencapai 20 dan terrendah adalah 1, saat sebelum dilakukan konseling, skor
dengan rerata sebesar 15,3. pengetahuan yang tertinggi dan terren-
Peningkatan skor yang terjadi, ber- dah, masing-masing sebesar 15 dan 5,
kisar antara 8 dan 18, dengan rata-rata dengan rerata 10,5. Adapun setelah di-
sebesar 11,6; yang jika diprosentasekan, berikan konseling, nilai tertinggi yang da-
Maryati, Muryoto & Werdiningsih, Pengaruh Pengembangan Klinik …
pat dicapai adalah 18 dan nilai terrendah 4,9 %, atau apabila dinyatakan dengan
sebesar 10. prosentase adalah sebesar 89,1 %.
Peningkatan skor pengetahuan pa- Dari tabel tersebut juga terlihat bah-
da kelompok ini berkisar antara 0 hingga wa dari lima perangkap nyamuk yang di-
8 dengan rerata sebesar 3,4; atau se- pasang di setiap rumah, yang positif di-
besar 32,4 %. temukan telur Aedes aegypti, kisarannya
adalah antara 0 sampai dengan 3. Ada-
Tabel 6.
Distribusi frekuensi
pun banyaknya Abate yang diberikan
pengetahuan pasien penderita DBD berkisar antara 70 gr hingga 160 gr de-
antara sebelum dan setelah dilakukan konseling ngan rerata sebanyak 98,5 gr (data tidak
ditampilkan).
Skor pengetahuan
No
pasien
Pre-test Post-test Selisih %
Tabel 7.
Distribusi frekuensi
1 10 11 1 10,0 hasil pengukuran ovitrap index
antara sebelum dan setelah
2 12 15 3 25,0 pemasangan perangkap nyamuk dan abatisasi
3 7 11 4 57,1
Perangkap
dipsang
5 9 13 4 44,4 No
Post-
pasien Pre-test Selisih
test
6 12 15 3 25,0 (%) (%)
(%)
7 8 16 8 100,0
1 5 1 4 3
8 15 16 1 6,7
2 2 0 2 2
9 8 12 4 50,0
3 7 1 6 0
10 12 15 3 25,0
4 3 0 3 2
11 11 14 3 27,3
5 31 0 31 2
12 5 11 6 120,0
6 3 0 3 2
13 14 18 4 28,6
7 5 1 4 0
14 7 10 3 42,9
8 3 1 2 0
15 5 11 6 120,0
9 2 1 1 0
16 9 16 7 77,8
10 2 1 1 1
17 14 17 3 21,4
11 5 1 4 1
18 13 14 1 7,7
12 5 1 4 0
19 14 15 1 7,1
13 2 1 1 1
20 14 14 0 0,0
14 2 1 1 0
Rerata 10,5 13,9 3,4 32,4
15 5 1 4 0
16 5 1 4 0
Selanjutnya dari hasil kunjungan ru-
17 5 0 5 2
mah dan tindakan dalam upaya penye-
hatan rumah melalui pemasangan ovi- 18 5 0 5 2
ngan rumah. Proporsi pendapatan klinik namun rerata tingkat pengetahuan pa-
sanitasi dari total pendapatan puskes- sien tersebut setelah mendapatkan kon-
mas selama bulan Desember 2012 ada- seling, menjadi berada pada posisi yang
lah sebesar 4,64 %. kurang lebih sama, yaitu berada pada
skor antara 13 – 15.
Tabel 6. Jika dirinci, data pada Tabel 1 yang
Pendapatan klinik sanitasi
di Puskesmas Minggir menyajikan data pengukuran pengetahu-
pada bulan Desember 2012 an pada kelompok penderita diare, se-
belum dilakukan konseling, tingkat pe-
ngetahuan sudah agak tinggi, terlihat da-
pendapatan
% dari total
Jumlah
Jenis Tarif
Jumlah
penda ri rerata skor yang diperoleh serta ha-
pelayanan (Rp) patan
(Rp) nya ada satu sampel yang nilainya sa-
ngat jauh di banding nilai dari sampel-
Konseling sampel lain.
Setelah dilakukan konseling, secara
Kasus diare 6.800 20 org 136.000 0,80
deskriptif terlihat adanya peningkatan
Kasus ISPA 6.800 15 org 102.000 0,60 pengetahuan pasien para penderita di-
Kasus DBD 6.800 1 org 6.800 0,04
are. Hal itu terlihat dari peningkatan re-
rata nilai, di mana bahkan kini nilai ter-
Jumlah 244.800 1,45 rendah pada pengukuran post-test ini,
Rata-rata per hari 9.415 berada di atas rerata nilai pada peng-
ukuran pre-test.
Kunjungan
rumah
Grafik 1.
Kasus diare 15.000 20 rmh 300.000 1,77 Perbandingan rerata peningkatan pengetahuan
antara masing-masing penyakit berbasis lingkungan
Kasus ISPA 15.000 15 rmh 225.000 1,33 yang di teliti
Kasus DBD 15.000 1 rmh 15.000 0,09
18
Jumlah 540.000 3,19
16
Rata-rata per hari 20.769
14
Jumlah dari kedua jenis pelayanan 784.800 4,64
12
Rata-rata per hari 30.185
10
8
PEMBAHASAN
6
mun, setelah memperoleh konseling, pe- ngetahuan yang dimiliki dari hasil kon-
ngetahuan pasien meningkat secara ta- seling tersebut 1).
jam hingga rata-rata nilainya mencapai Pengetahuan adalah hasil proses
15,3; sehingga peningkatan yang terjadi seseorang mencari ”tahu” dan ini terjadi
adalah lebih dari tiga kali nilai post-test. setelah melakukan penginderaan terha-
Adapun pada Tabel 6 yang menya- dap suatu obyek tertentu 2). Apabila se-
jikan data hasil pengukuran pre-test dan seorang diberikan pendidikan kesehatan
post-test tentang pengetahuan penyakit tentang penyakit berbasis lingkungan,
DBD, secara lebih rinci terlihat bahwa maka mereka akan memiliki pengetahu-
sebelum dilakukan konseling rerata skor an dan pemahaman yang selanjutnya
sampel sudah cukup tinggi yaitu 10,5. dapat melakukan sintesis dan analisis
Namun, setelah dilakukan konseling, re- sehingga melakukan hal yang benar da-
rata skor tersebut tetap mengalami pe- lam pencegahan penyakit-penyakit ter-
ningkatan walau tidak terlalu tinggi. Jika sebut.
dilihat per individu, maksimal peningkat- Ada beberapa penelitian yang hasil-
an skor yang terjadi adalah delapan, te- nya mendukung penelitian ini. Satu di
tapi sebagian besar sampel yang lain antaranya adalah yang dilakukan oleh
berada jauh di bawahnya, bahkan ada Khairunisa di Puskesmas Grabag, Kabu-
yang skornya tidak meningkat sama se- paten Magelang 3), yang menyimpulkan
kali. bahwa konseling yang diberikan oleh
Berdasarkan Tabel 1, Tabel 4, dan klinik sanitasi mempengaruhi tingkat pe-
Tabel 6, serta Grafik 1, hasil uji statistik ngetahuan pasien penderita ISPA dan
dengan menggunakan t-test terikat pada diare.
derajat kepercayaan 95 %, diperoleh ni- Dalam penerapannya, kegiatan kon-
lai p atau p value untuk masing-masing seling yang diberikan secara kelompok,
jenis penyakit adalah lebih kecil dari selain dapat meningkatkan pengetahuan
0,001, sehingga dapat diinterpretasikan juga menghasilkan kesepakatan di an-
bahwa rerata pengetahuan untuk ma- tara masyarakat untuk mengumpulkan
sing-masing penyakit, setelah diberikan iuran Dana Sehat pada setiap diadakan-
konseling memang secara signifikan le- nya pertemuan dasa wisma di lingkung-
bih tinggi dibandingkan dengan sebelum an masing-masing 4). Fungsi dari Dana
menerima konseling. Dalam hal ini ber- Sehat tersebut itu sendiri adalah untuk
arti kegiatan konseling berpengaruh ter- membantu warga yang sedang sakit, de-
hadap peningkatan pengetahuan pasien ngan besarnya iuran adalah Rp 1.000,00
penderita penyakit berbasis lingkungan (seribu rupiah) untuk setiap keluarga di
yang diteliti. tiap pertemuan.
Secara umum, pengetahuan masya- Dana yang terkumpul tersebut akan
rakat tentang suatu penyakit, berhubu- diakumulasi selama satu bulan dan jika
ngan dengan upaya pencegahan yang selama waktu tersebut tidak ada penge-
dapat mereka lakukan bagi penyakit itu. luaran, maka akan terus diakumulasikan
Adapun konseling yang diberikan, ma- selama selama tahun. Sisa dari dana
terinya berkaitan dengan pengetahuan yang terkumpul setelah digunakan untuk
dari penyakit-penyakit berbasis lingkung- keperluan utamanya, selanjutnya akan
an yang berhubungan dengan definisi, dimanfaatkan untuk pembangunan sa-
gejala dan kegiatan pencegahan DHF. rana sanitasi dasar bagi warga masya-
Adanya peningkatan pengetahuan rakat yang membutuhkan.
setelah diberi konseling oleh klinik sani-
tasi disebabkan karena adanya transfer Peningkatan Mutu Lingkungan
informasi dan pengetahuan dari konselor Rumah Pasien
kepada penderita Selanjutnya dengan Sumber air bersih yang digunakan
berbekal pengetahuan yang dimiliki, se- sebagian besar masyarakat di lokasi pe-
seorang akan timbul kesadarannya dan nelitian untuk memenuhi kebutuhan se-
selanjutnya terdorong untuk memuncul- hari-harinya seperti mandi, mencuci, me-
kan perilaku yang sesuai dengan pe- masak dan air minum adalah sumur gali.
Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.4, No.4, Mei 2013, Hal 179-191
Sebagian besar atau kurang lebih 90 % relatif murah, juga mudah pula untuk di-
dari kondisi sumur-su-mur tersebut be- peroleh.
lum menggunakan buis beton, serta ber- Adapun prinsip kerja dari chlorin dif-
ada di luar rumah dan dalam keadaan fuser adalah air akan masuk melalui lu-
yang terbuka serta berlumut. Pondasi bang-lubang yang ada di pipa PVC yang
bangunan sumur untuk lantai tidak ke- besar lalu masuk ke celah-celah pasir
dap air sehingga air langsung bisa me- kwarsa dan masuk ke lubang pipa kecil
rembes walaupun sudah dibuatkan sa- melalui celah pasir dan bercampur de-
luran untuk pembuangan. ngan kaporit yang terlarut dalam air.
Selain itu, sebagian besar sumber Selanjutnya, larutan kaporit akan keluar
air bersih juga letaknya berdekatan de- melalui lubang pipa dan celah-celah pa-
ngan kolam yang digunakan sebagai sir kwarsa, lalu ke badan air dan ber-
tempat bagi masyarakat untuk buang air campur dengan air dan mendisinfeksi
besar, sehingga kemungkinan besar me- badan air tersebut.
nyebabkan terjadinya pencemaran oleh Masih dari usaha perbaikan kualitas
E. coli pada sumber air bersih ini, yang lingkungan pasien diare, hasil kunjungan
menyebabkan diare dan disentri. rumah pasien mendapatkan hasil bahwa
Selain itu, tidak tersedianya saluran rerata kepadatan lalat adalah 5,5 ekor/
pembuangan air limbah dari rumah tang- m2. Setelah dilakukan pemasangan lem
ga sehingga limbah tersebut dibuang lalat, rerata kepadatan lalat tersebut tu-
berdekatan dengan sumber air bersih ini, run hingga menjadi 0,6 ekor/m2. Perang-
kemungkinan juga yang menyebabkan kap berupa lem lalat digunakan dalam
tingginya angka pencemaran oleh bak- usaha untuk menurunkan kepadatan ter-
teri E. coli.. Ini terlihat dari hasil peme- sebut, dengan pertimbangan bahwa me-
riksaan sebelum dilakukannya klorinasi, toda tersebut lebih mudah diterapkan di
yaitu diperoleh rata-rata sebesar 1.029 masyarakat dan bersifat ramah lingkung-
MPN untuk setiap 100 ml air yang di- an. Perangkap ini menggunakan kertas
periksa. Hasil pemeriksaan ini tentu saja yang telah diberi lem untuk menjebak la-
tidak memenuhi persyaratan air bersih lat yang hinggap. Bentuknya ada yang
secara bakteriologis khususnya E. coli seperti lembaran kertas, atau gulungan
yang diatur oleh Permenkes RI No. 492 pita kecil yang lengket dengan panjang
/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyarat- sekitar satu meter. Jenis lain dari pe-
an Kualitas Air Minum 5). rangkap berperekat ini adalah yang ter-
Setelah dilakukan perbaikan kualitas buat dari bahan plastik dan dapat di-
air dengan perlakuan berupa pemberian gantung di dekat jendela atau diletakkan
chlorine diffuser, kualitas air bersih me- di luar rumah. Salah satu keuntungan
ngalami peningkatan, yaitu ada penurun- dari penggunaan produk-produk ini ada-
an E. coli yang signifikan hingga menca- lah tidak adanya bahan kimia berbahaya
pai rerata 12 MPN per 100 ml air bersih yang digunakan sehingga relatif aman
atau ada penurunan sebesar 98,68 %. bagi pengguna dan lingkungan.
Namun demikian, dari 20 pasien pende- Sementara itu, dari kunjungan ke
rita diare yang diamati, masih ada enam rumah pasien ISPA, berdasarkan hasil
sumber air bersih yang belum memenuhi pemeriksaan, tidak ditemukan adanya
syarat 0 MPN. tungau debu. Hal ini mungkin terjadi ka-
Disinfeksi adalah salah satu upaya rena kurangnya tingkat ketelitian peme-
yang dapat dilakukan untuk meningkat- riksaan yang dilakukan sendiri oleh pe-
kan kualitas agar air yang digunakan da- neliti. Namun, tindakan penyehatan ling-
pat memenuhi syarat secara mikrobio- kungan di rumah pasien ISPA tetap di-
logis, karena dengan disinfeksi tersebut, lakukan berupa anjuran bagi keluarga
bakteri patogen penyebab penyakit da- yang memiliki balita untuk melindungi
pat dibunuh. Salah satu disinfektan yang anaknya dari asap dapur serta penga-
biasa digunakan untuk mematikan agent turan ventilasi rumah sehingga sirkulasi
penyakit yang penyebarannya melalui air udara menjadi lebih lancar serta tidak
adalah kaporit, karena bahan ini selain lembab.
Maryati, Muryoto & Werdiningsih, Pengaruh Pengembangan Klinik …
Keadaan lingkungan sangat berpe- Dari hasil pengukuran dua kali ovi-
ngaruh terhadap kondisi kesehatan ma- trap indeks, diketahui bahwa upaya per-
syarakat. Banyak aspek kesejahteraan baikan lingkungan memberikan penga-
manusia dipengaruhi oleh lingkungan ruh yang baik, namun masih belum sem-
dan banyak penyakit dapat dimulai, di- purna karena belum mampu menurun-
dukung, ditopang dan dirangsang oleh kan indeks tersebut sampai 100 %, se-
faktor-faktor lingkungan. Kerusakan ling- hingga seharusnya masih harus dilaku-
kungan juga akan sangat berpengaruh kan upaya lanjutan.
bagi kesehatan manusia. Pencemaran Namun, karena terbatasnya waktu
udara misalnya, dapat menyebabkan ter- penelitian yang tersedia, membuat upa-
jadinya gangguan kesehatan pada sa- ya tersebut tidak dapat dilaksanakan,
luran pernapasan. sehingga peneliti hanya memberi saran
Selain itu, keadaan gizi juga me- kepada penghuni untuk terus menggu-
rupakan hal yang penting bagi pence- nakan perangkap nyamuk sebagai upa-
gahan ISPA 6), yaitu bila anak mem- ya untuk mengurangi angka ovitrap in-
punyai gizi yang baik, mendapatkan ASI deks. Kepada masyarakat juga diberita-
sampai usia dua tahun karena ASI ada- hu mengenai cara-cara pembuatan alat
lah makanan yang paling baik untuk dan larutan gula yang dipakai untuk
bayi, bayi mendapatkan makanan padat membuat perangkap nyamuk sederhana
sesuai dengan umurnya, serta bayi dan tersebut, sehingga mereka dapat men-
anak mendapatkan makanan yang me- jadi lebih mandiri selain bertambah juga
ngandung gizi cukup yaitu mengandung pengetahuannya.
cukup protein, karbohidrat, lemak, vita- Pada Grafik berikut, disajikan gam-
min dan mineral. baran secara deskriptif dari peningkatan
Adapun pada upaya perbaikan mutu mutu lingkungan rumah pasien yang ter-
lingkungan penderita DBD, dilakukan pe- jadi.
masangan ovitrap sebanyak 100 buah di
Grafik 2.
bagian dalam dan luar rumah. Setelah Perbandingan rerata peningkatan mutu lingkungan
tiga hari dipasang, dilakukan kunjungan berdasarkan prosentase penurunan masing-masing
kedua untuk menghitung ovitrap indeks indikator yang di teliti
data pre-test. Pada kunjungan itu juga
dilakukan pemberian abate pada bak air 100
yang terdapat di dalam rumah pasien
98
dengan dosis 1 gr/10 liter, di mana se-
bagai contoh untuk bak air dengan vo- 96
lume 1000 liter, maka diperlukan abate
sebanyak 100 gr. 94
Selanjutnya untuk menurunkan ang-
ka ovitrap indeks, digunakan perangkap 92