You are on page 1of 12

Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia • Vol 45 • No.

1 • 65-76

Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Risk Management Committee


Terhadap Financial Performance Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020

Dhea Saummi Tasya1 dan Imo Gandakusuma2


Program Studi Ekstensi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Jakarta,
10430, Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari corporate governance dan risk man-
agement committee terhadap financial performance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2016-2020. Pada tahun 2016-2020, perusahaan manufaktur menjadi kontributor tertinggi
dalam pendapatan nasional dan financial performance cenderung fluktuatif. Perusahaan manufaktur
belum ada peraturan spesifik yang mengatur mekanisme corporate governance sehingga diperlukan
penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator corporate governance yang diteliti
yakni keberadaan risk management committee tidak mempengaruhi financial performance. Reputasi
auditor dan independensi komite audit tidak berpengaruh terhadap financial performance dengan
keberadaan Risk Management Committee sebagai variabel intervening. Ukuran dewan komisaris,
frekuensi rapat dewan, dan risiko pelaporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap financial
performance dengan keberadaan Risk Management Committee sebagai variabel intervening.

Keywords: Corporate Governance, Risk Management Committee, Financial Performance.

Analysis of the Effect of Corporate Governance and Risk Management Committee


of Manufacturing Firms at the Indonesia Stock Exchange in 2016 – 2020

The aim of this study is to analyze the effect of corporate governance and risk management com-
mittee of manufacturing firms at the Indonesia Stock Exchange in 2016 – 2020. In 2016-2020, manu-
facturing companies were the highest contributors to national income, and financial performance
fluctuated. Manufacturing companies do not yet have specific regulations governing corporate gov-
ernance mechanisms, so this research is needed. The results of this study find that the existence of
a risk management committee has insignificant on financial performance. The auditor reputation
and the independence of the audit committee has insignificant on financial performance through the
existence of a risk management committee. The size of the board of commissioners, the frequency of
board meetings, and the risk of financial reporting has positively significant on financial performance
through the existence of a risk management committee.

Keywords: Corporate Governance, Risk Management Committee, Financial Performance.

Pendahuluan
toring dari pemegang saham (Destriana, 2015).
Menurut (Mahadwartha, 2003), teori keagenan Corporate Governance dapat digunakan se-
mengatakan bahwa sulit untuk mempercayai bagai alat untuk menyelaraskan kepentingan
bahwa pihak manajemen (agen) akan selalu yang berbeda antara principal dan agent se-
bertindak berdasarkan kepentingan pemegang hingga akan memberikan nilai tambah bagi
saham (principal), sehingga diperlukan moni- para pemangku kepentingan dan pemegang

* Alamat email korespondensi: 1dhea.saummi91@ui.ac.id, 2imo.gandakusuma@ui.ac.id


66 D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1

saham (Herianto, 2013). Selain itu, untuk men- haan manufaktur belum ada peraturan spesifik
jamin dan mengawasi berjalannya sistem gov- yang mengatur aspek pelaksanaan prinsip good
ernance dalam perusahaan, maka diperlukan corporate governance maupun mekanisme
mekanisme corporate governance yang dapat corporate governance. Dan jumlah perusahaan
dijadikan sebagai acuan mengenai suatu aturan manufaktur dari segi kuantitas mempunyai
dan prosedur tentang corporate governance jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan
di suatu perusahaan (Jati, 2015). Variabel me- dengan sektor-sektor lain di Bursa Efek Indone-
kanisme corporate governance yang digunak- sia (Jati, 2015). Oleh karena itu perlu dilakukan
an dalam penelitian ini yaitu Risk Management penelitian terkait corporate governance pada
Committee (Komite Manajemen Risiko), uku- perusahaan manufaktur guna mengetahui pen-
ran dewan komisaris, frekuensi rapat dewan, garuh dari pelaksanaan mekanisme corporate
reputasi auditor, independensi komite audit, governance terhadap kinerja keuangan perusa-
risiko pelaporan keuangan, dan firm size (Halim haan sektor manufaktur. Pemilihan tahun 2016
et al., 2017). Dan corporate governance juga – 2020 untuk meneliti pengaruh corporate
dapat mempengaruhi kinerja keuangan. Kinerja governance dan keberadaan Risk Management
keuangan suatu perusahaan dapat diukur me- Committee dalam kurun waktu lima tahun. Hal
lalui indikator yang paling penting yaitu prof- tersebut dikarenakan dalam empat tahun tera-
itabilitas (Yogantara, 2018). Profitabilitas yang khir (2016-2019), sektor industri manufaktur
digunakan dalam penelitian ini yaitu Return on memberikan kontribusi terhadap PDB dengan
Asset (ROA). rata-rata sebesar 21,30%, yang artinya industri
manufaktur menjadi kontributor tertinggi dalam
Industri manufaktur memberikan peranan pent- pendapatan nasional (Kementerian Perindus-
ing terhadap pertumbuhan ekonomi Indone- trian Republik Indonesia, 2019). Namun, pada
sia. Pada tahun 2019, kontribusi manufaktur tahun 2020 skor PMI Manufaktur merupakan
Indonesia menempati peringkat kelima di an- yang terendah sepanjang sejarah nasional yaitu
tara negara G20 dengan kontribusi perusahaan sebesar 27,5 (katadata.co.id; Investing, Nik-
manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto kei Asia, 2021). Sehingga penelitian dilakukan
(PDB) Indonesia yaitu sebesar 20% dengan dalam periode lima tahun (2016-2020) untuk
rata-rata kontribusi manufaktur dunia tahun mengetahui seberapa baik tata kelola suatu pe-
2019 sebesar 15,6% (Kementerian Perindus- rusahaan dan pengaruh keberadaan Risk Man-
trian Republik Indonesia, 2019). Pada tahun agement Committee, karena keberadaan RMC
2016-2020, sektor manufaktur Indonesia men- dan GCG akan memudahkan perusahaan untuk
galami ekspansi sebanyak 34 kali. Sedangkan, mengontrol kualitas risiko pelaporan keuangan
dari tahun 2016-2020, sektor manufaktur In- dengan lebih baik terutama pada saat krisis atau
donesia mengalami kontraksi sebanyak 26 kali terjadinya hal yang di luar kontrol perusahaan,
(katadata.co.id; Investing, Nikkei Asia, 2021). meningkatkan kinerja perusahaan, meningkat-
Performa perusahaan manufaktur Indonesia kan efisiensi operasional perusahaan, dan lain-
yang tercermin dalam PMI Manufaktur cend- lain.
erung berfluktuatif sama halnya dengan kinerja
keuangan pada perusahaan manufaktur yang Tinjauan Teoritis
juga fluktuatif. Corporate Governance
Perusahaan manufaktur dipilih karena perusa- Corporate governance menurut Turnbull Re-
haan perbankan di Indonesia sudah mempunyai port (Fujinuma, 2001) merupakan suatu sistem
peraturan tentang aspek pelaksanaan prinsip pengendalian internal perusahaan dengan tu-
good corporate governance yang dikeluarkan juan utama untuk mengelola kemungkinan
melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor risiko yang signifikan akan timbul dalam men-
15/15/DPNP Tahun 2013 sehingga dapat memi- capai tujuan bisnisnya melalui pengamanan
nimalisir agency conflicts, namun untuk perusa- aset perusahaan dan meningkatkan nilai in-
D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1 67

vestasi pemegang saham dalam jangka panjang berada pada posisi yang benar (back on track)
(Effendi, 2016). Dapat disimpulkan corporate sebelum terjadi berbagai kemungkinan krisis
governance merupakan suatu sistem yang yang akan dihadapi oleh perusahaan (Lukvi-
mengarahkan dan mengendalikan internal pe- arman, 2016). Keberadaan Dewan Komisaris
rusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, maupun Direksi secara aktif di dalam struktur
meminimalisir risiko yang kemungkinan akan perusahaan untuk menjalankan peran super-
timbul, dan mengawasi kinerja suatu perusa- visory dan advisory terhadap manajemen di-
haan. Dan kinerja keuangan suatu perusahaan percaya sebagai mekanisme governance yang
dapat tercemin salah satunya melalui ROA di lebih efisien dan murah apabila dibandingkan
perusahaan. dengan mekanisme governance eksternal lain-
nya (Lukviarman, 2016). Saat ini, keberadaan
Return on Asset Risk Management Committee merupakan se-
buah pengawasan yang penting bagi Dewan
Return on Asset (ROA) merupakan ukuran ke-
Komisaris dan Direksi.
mampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusa-
haan (Riandi et al., 2011). Dalam hal ini laba Risk Management Committee
yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan Keberadaan Risk Management Committee
pajak atau EBIT (Riandi et al., 2011). EBIT di- merupakan mekanisme pengendalian internal
gunakan sebagai pengganti net income untuk yang efektif dalam membantu Dewan Komisa-
menjaga metric tetap fokus pada laba opera- ris terkait tanggungjawabnya terhadap manaje-
sional tanpa pengaruh perbedaan tax ataupun men risiko di perusahaan dan meminimalisir
financing apabila dibandingkan dengan peru- kemungkinan risiko yang akan terjadi di masa
sahaan sejenis. Analisis Return on Asset dapat yang akan datang (Subramaniam et al., 2009).
dijadikan sebagai alat untuk mengukur kemam- Berdasarkan PMK Nomor 191/PMK.09/2008,
puan perusahaan dalam menghasilkan laba Risk Management Committee adalah komite
dengan menggunakan total asset yang dimiliki memiliki tugas untuk melakukan pengawasan,
perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya- menetapkan kebijakan, strategi, dan metodolo-
biaya untuk mendanai aset tersebut (Hanafi & gi manajemen risiko. Anggota RMC terdiri dari
Halim, 2003). Hasil analisis ROA dipublikasi- dewan komisaris ataupun pelaku profesi dari
kan oleh perusahaan dalam annual report. Hal luar perusahaan (Glynis, 2017). Keberadaan
tersebut sesuai dengan salah satu prinsip good RMC berhubungan dengan jumlah anggota De-
corporate governance yakni perusahaan harus wan Komisaris, ketika jumlah anggota Dewan
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara Komisaris semakin besar maka kemungkinan
transparan dan wajar berdasarkan prinsip akunt- kemampuan dalam melakukan koordinasi ter-
abilitas. Akuntabilitas dalam hal ini maksud- kait corporate governance akan lebih memini-
nya menjamin tersedianya mekanisme, peran malisir risiko dengan pembentukan RMC (Sub-
tanggung jawab jajaran manajemen atas semua ramaniam et al., 2009).
keputusan dan kebijakan yang diambil oleh pe-
rusahaan terkait dengan aktivitas operasional Ukuran Dewan Komisaris
(Hamdani, 2016). Dalam proses pengambilan
Ukuran dewan komisaris diukur dari total se-
keputusan dan penyusunan kebijakan perlu un-
luruh anggota komisaris yang berasal dari in-
tuk mempertimbangkan penerapan mekanisme
ternal maupun eksternal perusahaan. Komplek-
corporate governance di dalam perusahaan.
sitas perusahaan akan menyesuaikan jumlah
anggota dewan komisaris dan memperhatikan
Mekanisme Corporate Governance efektivitas dalam pengambilan keputusan serta
Menurut Jensen (2000), mekanisme pengenda- frekuensi rapat dewan yang akan diselenggara-
lian internal dilakukan dengan tujuan sebagai kan oleh perusahaan (Glynis, 2017).
early warning system bagi perusahaan agar tetap
68 D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1

Frekuensi Rapat Dewan Risiko Pelaporan Keuangan


Frekuensi rapat dewan komisaris memiliki Gambaran secara keseluruhan mengenai
kontribusi dalam pengawasan laporan keuan- kondisi keuangan suatu perusahaan akan ter-
gan (Zahra et al., 2016). Dewan komisaris yang cermin dalam pelaporan keuangan (Glynis,
mampu melaksanakan peran pengawasan atas 2017). Dalam penyajian pelaporan keuangan,
pelaporan keuangan dan pengendalian internal memungkinkan akan terdapat risiko dalam ke-
secara efektif tentu memerlukan adanya rapat salahan penyajian pelaporan keuangan yang
dewan yang diselenggarakan secara rutin (Zah- disebabkan ketidakpastian data akuntansi (Gly-
ra et al., 2016). Lebih lanjut, faktor utama dalam nis, 2017). Adanya kecurangan dalam laporan
melakukan pengawasan di perusahaan yaitu au- keuangan akan berbanding lurus dengan pro-
ditor dimana auditor juga berperan penting bagi porsi asset yang lebih besar pada piutang usaha
Manajemen Risiko (Subramaniam et al., 2009). dan persediaan, sehingga akan memiliki risiko
pelaporan keuangan yang lebih tinggi karena
Reputasi Auditor tingkat ketidakpastian yang juga tinggi dalam
akuntansi (Subramaniam et al., 2009). Namun,
Kualitas monitoring internal oleh Big Four
Total aset, ukuran pendapatan, dan total modal
pada suatu perusahaan membantu dalam
yang semakin besar akan mencerminkan ke-
memperkuat pengawasan internal perusahaan
adaan perusahaan yang semakin kuat (Basyaib,
jika dibandingkan dengan kualitas monitoring
2007).
internal dari non-Big Four (Subramaniam et
al., 2009). Perusahaan Big Four cenderung
mendorong perusahaan untuk mendirikan Firm Size
RMC dalam rangka mengelola Manajemen Penentuan ukuran perusahaan didasarkan pada
Risiko, meningkatkan penilaian, dan total aset perusahaan (Machfoedz, 1994). Uku-
melakukan monitoring pada risiko. Sedangkan ran perusahaan merupakan skala yang mengk-
perusahaan non-Big Four cenderung belum lasifikasikan terkait ukuran perusahaan baik itu
mendirikan RMC sebagai sebuah komite yang kecil maupun besar dengan berbagai cara sep-
independen (Puspaningrum, 2013). Perusahaan erti melalui total aset, ukuran pendapatan, dan
Big Four juga tentu menilai mekanisme total modal (Basyaib, 2007). Selain itu, ukuran
corporate governance yang mana salah satunya perusahaan juga mewakili karakteristik perusa-
independensi komite audit. haan yang mana harus dipertimbangkan dalam
ukuran dewan komisaris sebagai salah satu me-
Independensi Komite Audit kanisme corporate governance (Lukviarman,
2016).
Komite audit mempunyai tanggungjawab
dalam melakukan pengawasan terhadap proses
laporan keuangan perusahaan sehingga komite Hipotesis Penelitian
audit yang independen akan membantu secara Pencapaian kinerja keuangan yang tinggi tentu
efektif dalam mengontrol laporan keuangan memiliki risiko yang tinggi, oleh karena itu di-
(Chandrasegaram et al., 2013). Dan menurut perlukan pengawasan dan pengendalian untuk
Klein (2002), terdapat hubungan negatif an- meminimalisir risiko tersebut. Risk Manage-
tara komite audit independen dan mekanisme ment Committee merupakan kekuatan perusa-
corporate governance (Amin, 2016). Kualitas haan untuk membantu dalam mencapai tujuan
laporan keuangan dan keinformatifan lapo- bisnisnya dan meningkatkan kualitas pelaporan
ran keuangan dapat didorong dengan adanya keuangan yang dapat melindungi reputasi peru-
komite audit yang independen (Hundal, 2013). sahaan, sehingga dengan begitu akan mening-
Komite audit yang independen juga dapat mem- katkan kinerja perusahaan (Halim et al., 2017).
bantu untuk meminimalisir kemungkinan risiko Penelitian sebelumnya oleh (Halim et al., 2017)
dalam pelaporan keuangan. menemukan bahwa keberadaan RMC berpen-
garuh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1 69

Memiliki RMC yang terpisah akan menghasil- juga memberikan kesempatan yang lebih be-
kan pemantauan risiko yang lebih baik sehing- sar untuk menemukan anggota sesuai kuali-
ga dapat mengurangi kerugian yang akan tim- fikasi untuk melakukan koordinasi dan terli-
bul dan meningkatkan kinerja keuangan. Oleh bat dalam komite yang dibentuk oleh Dewan
karena itu, peneliti mengusulkan hipotesis beri- Komisaris yakni risk management committee
kut: yang terpisah dari Komite Audit untuk melaku-
H1: Keberadaan Risk Management Committee kan manajemen risiko (Subramaniam et al.,
berpengaruh signifikan terhadap financial 2009). Penelitian sebelumnya oleh (Halim et
performance al., 2017), menemukan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh terhadap kinerja pe-
Auditor yang tergabung dalam KAP Big Four rusahaan dengan keberadaan RMC sebagai
dianggap mampu memberikan kualitas yang variabel intervening karena adanya pertukaran
baik dan memiliki reputasi serta kompetensi informasi, keterampilan, dan pemikiran yang
yang baik dalam mengidentifikasi risiko pe- lebih luas, serta lebih mudah untuk menemukan
rusahaan yang mungkin terjadi (Andarini & sumber daya yang dibutuhkan di dalam dewan
Jumiarti, 2012). Penelitian sebelumnya oleh komisaris untuk dialokasikan dalam tugas dan
(Yatim, 2009), menemukan bahwa perusahaan tanggungjawab Risk Management Committee.
yang laporan keuangannya diaudit oleh auditor Oleh karena itu, peneliti mengusulkan hipotesis
Big Four cenderung membentuk Risk Manage- berikut:
ment Committee. Reputasi auditor dapat menin- H4: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh
gkatkan kinerja perusahaan dengan keberadaan signifikan terhadap financial performance
dan peran Risk Management Committee. Oleh dengan keberadaan Risk Management
karena itu, peneliti mengusulkan hipotesis beri- Committee sebagai variabel intervening
kut:
H2: Reputasi auditor berpengaruh signifikan Penelitian sebelumnya oleh (Halim et al.,
terhadap financial performance dengan ke- 2017), menemukan bahwa frekuensi rapat de-
beradaan Risk Management Committee se- wan berpengaruh kepada kinerja perusahaan
bagai variabel intervening dengan keberadaan RMC. Intensitas aktivitas
dewan berkontribusi pada efektivitas fungsi
Komite Audit yang memiliki lebih banyak ang- pengawasan dalam hal-hal yang berkaitan den-
gota independen akan memberikan pengawasan gan operasional perusahaan dan investasi. se-
yang baik terhadap kebijakan manajemen ter- makin seringnya rapat Dewan Komisaris akan
masuk aktivitas pengambilan risiko (Halim et menambah informasi dan pengetahuan tentang
al., 2017). Penelitian sebelumnya oleh (Yatim, kondisi perusahaan terhadap berbagai kepent-
2009), menemukan bahwa independensi komite ingannya khususnya pemantauan risiko dan
audit memiliki hubungan positif dan signifi- manajemen risiko perusah aan yang akan
kan dengan pembentukan RMC di perusahaan. mempengaruhi pelaksanaan fungsi pengawasan
Komite audit yang independent akan dapat yang mendukung terbentuknya RMC. Oleh
melaksanakan tugasnya secara optimal sehing- karena itu, peneliti mengusulkan hipotesis beri-
ga akan meningkatkan pengelolaan perusahaan kut:
dan kinerja keuangan (Halim et al., 2017). H5: Frekuensi Rapat Dewan berpengaruh
H3: Independensi komite audit berpengaruh signifikan mempengaruhi financial per-
signifikan terhadap financial performance formance dengan keberadaan Risk Man-
dengan keberadaan Risk Management agement Committee sebagai variabel inter-
Committee sebagai variabel intervening vening

Ukuran dewan yang lebih besar dapat mem- Penelitian sebelumnya oleh (Halim et al.,
bantu kinerja dewan untuk menerapkan mana- 2017), menemukan bahwa risiko pelaporan
jemen risiko dan mengawasi kinerja agen dan keuangan berpengaruh kepada kinerja perusa-
70 D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1

haan dengan keberadaan RMC. Risiko pelapo- cara langsung dalam mempengaruhi timbulnya
ran keuangan ditunjukkan dengan rasio jumlah ataupun berubahnya variabel dependen (Sugi-
piutang dan persediaan terhadap total asset pe- yono, 2017). Dalam pembentukannya, RMC
rusahaan. Semakin tinggi proporsi piutang dan dapat tergabung dengan Komite Audit ataupun
persediaan dalam asset perusahaan, semakin menjadi komite terpisah dan berdiri sendiri.
tinggi risiko pelaporan keuangan karena se- Keberadaan Komite Manajemen Risiko sebagai
makin besar jumlah piutang perusahaan maka variabel intervening berfungsi untuk membantu
semakin besar juga risiko yang dihadapi peru- pelaksanaan dan pengawasan manajemen risiko
sahaan. Keberadaan RMC di dalam perusahaan di perusahaan serta pelaksanaan mekanisme
menerapkan sistem manajemen yang efektif corporate governance terhadap financial per-
sebagai bentuk monitoring terhadap kinerja formance.
manajemen. Oleh karena itu, peneliti mengu-
sulkan hipotesis berikut: Metode analisis yang digunakan dalam pene-
H6: Risiko pelaporan keuangan berpengaruh litian ini adalah model regresi linear berganda
signifikan terhadap financial performance dengan data panel. Dalam penelitian ini ter-
dengan keberadaan Risk Management dapat beberapa langkah yang diuji yaitu per-
Committee sebagai variabel intervening tama, semua variabel independen diuji apakah
berpengaruh terhadap RMC. Kedua, RMC diuji
Metodologi Penelitian apakah berpengaruh terhadap financial perfor-
mance. Ketiga, semua variabel independen dan
Metode Penelitian variabel intervening diuji apakah berpengaruh
Dalam penelitian ini, konteks penelitian terhadap financial performance. Dalam peneli-
adalah pengaruh corporate governance dan tian ini juga terdapat 2 persamaan, persamaan
keberadaan Risk Management Committee ter- 1 yaitu pengaruh variabel independen terhadap
hadap financial performance yang diukur den- risk management committee (variabel interven-
gan profitabilitas melalui ROA, maka sampel ing), dan persamaan 2 yaitu pengaruh variabel
dalam penelitian ini yaitu perusahaan-perusa- independen dan risk management committee
haan dalam sektor manufaktur yang terdaftar di sebagai variabel intervening terhadap financial
BEI tahun 2016 – 2020 dan tidak mengalami performance.
delisting maupun suspension di tengah peri-
ode, melaporkan dalam mata uang rupiah, serta Yit = α + β1i X1it+ β2i X2it+ β3i X3it+ β4i X4it
memiliki data lengkap terkait ukuran dewan + β5i X5it+ β6i X6it+ ε (1)
komisaris, frekuensi rapat dewan, reputasi au-
ditor, independensi komite audit, risiko pelapo- Yit adalah Risk Management Committee. α
ran keuangan dan ROA. adalah koefisien intersep yang merupakan sca-
lar. β1 - β6 adalah Koefisien slope. Sedangkan,
Model Penelitian X1it - X6it yaitu reputasi auditor, independensi
Penelitian ini akan menguji pengaruh varia- komite audit, ukuran dewan komisaris, frekue-
bel independen yang terdiri dari reputasi audi- nsi rapat dewan, risiko pelaporan keuangan,
tor, independensi komite audit, ukuran dewan firm size (log total asset). Dan ε adalah error
komisaris, frekuensi rapat dewan dan risiko term.
pelaporan keuangan. Variabel dependennya Yit = α + β1i X1it+ β2i X2it+ β3i X3it+ β4i X4it
yaitu financial performance yang diukur dari + β5i X5it+ β6i X6it+ β7i X7it+ ε (2)
profitabilitas melalui Return on Assets (ROA).
Dan variabel intervening dalam penelitian ini Yit adalah profitabilitas (Return on Asset). α
yaitu Risk Management Committee. Variabel adalah koefisien intersep yang merupakan sca-
intervening merupakan variabel yang terletak lar. β1 - β7 adalah Koefisien slope. Sedangkan,
diantara variabel independen dan variabel de- X1it – X7it yaitu reputasi auditor, independensi
penden, sehingga variabel independen tidak se-
D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1 71

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


Risk Management
Financial Performance
Committee

Hipotesis 1

Risk Management Risk Management


Committee Committee

Financial Independensi Financial


Reputasi Auditor
Performance Komite Audit Performance

Hipotesis 2 Hipotesis 3

Risk Management
Risk Management Committee
Committee

Ukuran Dewan Financial Frekuensi Rapat Financial


Komisaris Performance Dewan Performance

Hipotesis 4 Hipotesis 5

Risk Management
Committee

RisikoP elaporan Financial


Keuangan Performance

Hipotesis 6

komite audit, ukuran dewan komisaris, frekue- dilakukan melalui uji chow, uji hausman, dan
nsi rapat dewan, risiko pelaporan keuangan, uji lagrange multiplier, model yang lebih tepat
variabel intervening yaitu risk management untuk digunakan yaitu Random Effect Model
committee, firm size (log total asset). Dan ε (REM) dalam mengestimasi persamaan 1 dan
adalah error term. Fixed Effect Model (FEM) dalam mengestimasi
persamaan 2 yang dapat dilihat sebagai berikut:
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis regresi berganda dilakukan untuk men- Tabel 3 menyajikan pengaruh tidak langsung
getahui pengaruh langsung variabel indepen- (indirect effect) dan peran RMC sebagai varia-
den yaitu Reputasi Auditor (RA), Independensi bel intervening. Pada langkah pertama, empat
Komite Audit (IKA), Ukuran Dewan Komisaris variabel independen yakni independensi komite
(UD), Frekuensi Rapat Dewan (FR), dan Risiko audit, ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat
Pelaporan Keuangan (RLK) dalam mempenga- dewan, dan risiko pelaporan keuangan telah
ruhi variabel dependen yaitu Return on Asset terbukti mempengaruhi kinerja perusahaan.
(ROA) melalui variabel intervening yaitu Risk Pada langkah kedua, RMC tidak berpengaruh
Management Committee (RMC). Berdasarkan terhadap kinerja perusahaan. Pada langkah ke-
hasil pengujian pada persamaan 1 yang telah tiga, nilai yang menunjukkan pengaruh varia-
72 D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Persamaan 1 (Random Effect Model)


Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  
C 0,289946 0,304611 0,951856 0,3417
RA -0,043605 0,046287 -0,942059 0,3467
IKA 0,373067 0,133959 2,784932 0,0056
UD 0,025885 0,013081 1,978727 0,0485
FR -0,008064 0,003110 -2,593165 0,0098
RLK -0,336273 0,126635 -2,655456 0,0082
FZ 0,022666 0,019672 1,152163 0,2499
R2 0,065032
Adj R2 0,052648
Prob. (F-Stat) 0,0000

Tabel 2. Uji T Parsial Persamaan 2 (Fixed Effect Model)


Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  
C 0,599870 0,110370 5,435075 0,0000
RA 0,006616 0,010358 0,638696 0,5234
IKA 0,040029 0,038420 1,041871 0,2982
UD -0,006491 0,002006 -3,235217 0,0013
FR 0,001495 0,000614 2,434200 0,0154
RLK 0,173590 0,026340 6,590251 0,0000
RMC -0,019309 0,017240 -1,120002 0,2635
FZ -0,039715 0,007175 -5,535302 0,0000
R2 0,899982
Adj R2 0,872830
Prob. (F-Stat) 0,0000

Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Berganda


Variabel Independen,
Variabel Independen > Keberadaan RMC >
Variabel Independen RMC > Financial Kesimpulan
Variabel Dependen Financial Performance
Performance
Reputasi Auditor Prob = 0,3467 Prob = 0,5234 Terima H0
α = 5% α = 5%
Independensi Komite Prob = 0,0056 Prob = 0,2982 Terima H0
Audit α = 5% α = 5%
Ukuran Dewan Komisaris Prob = 0,0485 Prob = 0,2635 Prob = 0,013 Terima H4
α = 5% α = 5% α = 5%
Frekuensi Rapat Dewan Prob = 0,0098 Prob = 0,0154 Terima H5
α = 5% α = 5%
Risiko Pelaporan Prob = 0,0082 Prob = 0,0000 Terima H6
Keuangan α = 5% α = 5%

bel independen terhadap financial performance hingga risiko yang dihadapi perusahaan dapat
setelah dimasukkannya variabel RMC maka diminimalkan, yang pada akhirnya akan menin-
terima H4 dan H5. Selain itu, risiko pelaporan gkatkan financial performance.
keuangan juga mempengaruhi financial perfor-
mance melalui keberadaan RMC. PEMBAHASAN
Pengaruh Keberadaan Risk Management
Disimpulkan bahwa corporate governance sep- Committee Terhadap Financial Performance
erti ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat
dewan dan risiko pelaporan keuangan akan Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa
mempengaruhi pembentukan dan keberadaan hasil penelitian yaitu keberadaan Risk Manage-
RMC di suatu perusahaan. Pembentukan RMC ment Committee tidak berpengaruh terhadap
akan meningkatkan efektivitas enterprise risk financial performance. Hal tersebut dikarena-
management (ERM) melalui pengawasan se- kan nilai probabilitas variabel risk management
D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1 73

committee (RMC) lebih besar dari nilai proba- dalam hal ini tidak tercermin dalam Return on
bilitas kritis (α = 5%) yaitu sebesar 0,2635 > Asset nya.
0,05 (terima H0). Hasil penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Pengaruh Independensi Komite Audit
oleh Halim et al. (2017) yang memperoleh Terhadap Financial Performance Dengan
hasil berpengaruh signifikan. Hasil penelitian keberadaan Risk Management Committee
ini menunjukkan bahwa saat ini perusahaan sebagai variabel intervening
belum menerapkan manajemen risiko dengan
Berdasarkan Tabel 2, nilai probabilitas variabel
sangat serius dan belum menerapkan beberapa
independensi komite audit (IKA) terhadap fi-
prinsip inti manajemen risiko. Salah satu prin-
nancial performance lebih besar dari nilai prob-
sip tersebut adalah memiliki risk management
abilitas kritis (α = 5%) yaitu sebesar 0,2982 >
committee, yaitu komite khusus yang bertang-
0,05 (terima H0), walaupun berdasarkan Tabel 1
gungjawab untuk mengawasi dan menerap-
nilai probabilitas variabel independensi komite
kan manajemen risiko di dalam perusahaan.
audit (IKA) terhadap risk management commit-
Hal ini menyebabkan perusahaan belum dapat
tee lebih kecil dari nilai probabilitas kritis (α
mencapai tujuan perusahaannya dengan baik
= 5%) sebesar 0,0056 < 0,05 (tolak H0). Oleh
yaitu meningkatkan financial performance nya,
karena itu dapat disimpulkan bahwa indepen-
dalam hal ini tidak tercermin dalam Return on
densi komite audit tidak berpengaruh terha-
Asset.
dap financial performance dengan keberadaan
Risk Management Committee sebagai variabel
Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap intervening. Hasil penelitian ini berbeda den-
Financial Performance Dengan keberadaan gan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Risk Management Committee sebagai Halim et al. (2017) yang memperoleh hasil
variabel intervening berpengaruh signifikan. Hasil penelitian ini
Berdasarkan Tabel 1 dan 2, nilai probabilitas menunjukkan bahwa komite audit independen
variabel reputasi auditor (RA) lebih besar dari cenderung mendukung dalam pembentukan
nilai probabilitas kritis (α = 5%) yaitu pada risk management committee untuk meninjau
persamaan 1 sebesar 0,3467 > 0,05 (terima H0) sistem penilaian risiko perusahaan. Namun,
dan pada persamaan 2 sebesar 0,5234 > 0,05 jumlah anggota independen dalam komite audit
(terima H0). Oleh karena itu dapat disimpulkan di perusahaan tidak banyak. Dengan demikian,
bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh belum bisa memberikan pemantauan yang lebih
terhadap financial performance dengan besar atas kebijakan manajerial termasuk akti-
keberadaan Risk Management Committee vitas pengambilan risiko oleh manajer dan be-
sebagai variabel intervening. Hasil penelitian lum dapat memberikan pemantauan yang efek-
ini berbeda dengan hasil penelitian yang tif serta belum membantu dalam memperkuat
telah dilakukan oleh Halim et al. (2017) yang pengendalian internal. Hal ini menyebabkan
memperoleh hasil berpengaruh signifikan. Hasil perusahaan belum dapat mencapai tujuan pe-
penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan rusahaannya dengan baik yaitu meningkatkan
yang laporan keuangannya diaudit oleh auditor financial performance nya, dalam hal ini tidak
Big Four cenderung belum membentuk Risk tercermin dalam Return on Asset nya.
Management Committee. Dengan demikian,
perusahaan yang menggunakan jasa audit Big Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
Four belum mendapatkan tekanan yang lebih Terhadap Financial Performance Dengan
besar untuk membentuk risk management keberadaan Risk Management Committee
committee jika dibandingkan dengan perusahaan sebagai variabel intervening
yang menggunakan jasa audit non Big Four.
Berdasarkan Tabel 1 dan 2, nilai probabilitas
Hal ini menyebabkan perusahaan belum dapat
variabel ukuran dewan komisaris (UD) pada
mencapai tujuan perusahaannya dengan baik
persamaan 1 dan 2 lebih kecil dari nilai proba-
yaitu meningkatkan financial performance nya,
74 D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1

bilitas kritis (α = 5%) yaitu sebesar 0,0485 dan rusahaan melalui meningkatnya return on asset.
0,0013 < 0,05 (tolak H0). Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris Pengaruh Risiko Pelaporan Keuangan
berpengaruh signifikan terhadap financial per- Terhadap Financial Performance Dengan
formance dengan keberadaan Risk Manage- keberadaan Risk Management Committee
ment Committee sebagai variabel intervening. sebagai variabel intervening
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pene-
Berdasarkan Tabel 1 dan 2, nilai probabilitas
litian yang telah dilakukan oleh Halim et al.
risiko pelaporan keuangan (RLK) pada persa-
(2017) yang memperoleh hasil signifikan an-
maan 1 dan 2 lebih kecil dari nilai probabilitas
tara pengaruh ukuran dewan komisaris terha-
kritis (α = 5%) yaitu sebesar 0,0082 dan 0,0000
dap financial performance dengan keberadaan
< 0,05 (tolak H0). Hasil penelitian ini sesuai
Risk Management Committee sebagai variabel
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
intervening. Hasil penelitian ini menunjuk-
oleh Halim et al. (2017) dimana risiko pelapo-
kan bahwa perusahaan telah memiliki jumlah
ran keuangan berpengaruh signifikan terhadap
dewan komisaris yang cukup. Ukuran dewan
financial performance dengan keberadaan Risk
komisaris yang besar dapat menjadi sumber
Management Committee sebagai variabel in-
daya yang besar bagi dewan komisaris. Dengan
tervening. Risiko pelaporan keuangan dalam
begitu banyak sumber daya yang tersedia, akan
penelitian ini ditunjukkan dengan rasio jumlah
lebih mudah bagi perusahaan untuk memben-
piutang dan persediaan terhadap total aset pe-
tuk risk management committee.
rusahaan. Semakin tinggi proporsi piutang dan
persediaan dalam aset perusahaan, maka sema-
Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan kin tinggi risiko pelaporan keuangan. Diper-
Terhadap Financial Performance Dengan lukan suatu pengawasan yang memadai yaitu
keberadaan Risk Management Committee dengan dibentuknya risk management commit-
sebagai variabel intervening tee agar sistem yang ditetapkan oleh perusahaan
Berdasarkan Tabel 1 dan 2, nilai probabilitas dapat berjalan dengan efektif dan tujuan serta
variabel frekuensi rapat dewan (FR) pada pers- sasaran tercapai dengan peningkatan financial
amaan 1 dan 2 lebih kecil dari nilai probabilitas performance.
kritis (α = 5%) yaitu sebesar 0,0485 dan 0,0013
< 0,05 (tolak H0). Hasil penelitian ini sesuai Kesimpulan dan Saran
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
Kesimpulan
oleh Halim et al. (2017) yang memperoleh ha-
sil signifikan antara pengaruh frekuensi rapat 1. Keberadaan risk management committee ti-
dewan terhadap financial performance dengan dak mempengaruhi financial performance.
keberadaan Risk Management Committee seb- 2. Reputasi auditor tidak mempengaruhi finan-
agai variabel intervening. Hasil penelitian ini cial performance dengan keberadaan Risk
menunjukkan bahwa intensitas aktivitas dewan Management Committee sebagai variabel in-
berkontribusi pada efektivitas fungsi penga- tervening. Hal ini dikarenakan variabel repu-
wasannya seperti dalam hal-hal yang berkaitan tasi auditor tidak berpengaruh terhadap risk
dengan operasional perusahaan dan investasi. management committee pada persamaan 1
Dengan demikian, diharapkan dengan semakin dan reputasi auditor tidak berpengaruh terha-
seringnya rapat dewan komisaris diselenggara- dap financial performance pada persamaan
kan akan menambah informasi dan pengetahuan 2.
tentang kondisi perusahaan khususnya peman- 3. Independensi komite audit tidak mempen-
tauan risiko dan manajemen risiko perusahaan garuhi financial performance dengan ke-
yang akan mempengaruhi dalam pelaksanaan beradaan Risk Management Committee
fungsi pengawasan yang mendukung untuk ter- sebagai variabel intervening. Hal ini dikare-
bentuknya RMC. Sehingga pada akhirnya dapat nakan variabel independensi komite audit
meningkatkan financial performance dalam pe- tidak berpengaruh terhadap financial perfor-
D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1 75

mance pada persamaan 2, walaupun variabel dewan komisaris, dan variabel lain khususnya
independensi komite audit berpengaruh sig- yang memiliki pengaruh signifikan terhadap fi-
nifikan terhadap risk management committee nancial performance perusahaan.
pada persamaan 1. 2. Bagi Investor
4. Ukuran dewan komisaris berpengaruh sig- Diharapkan untuk investor lebih mempertim-
nifikan terhadap financial performance den- bangkan dan melakukan analisis kembali ter-
gan keberadaan Risk Management Commit- kait kondisi perusahaan terutama corporate
tee sebagai variabel intervening. governance yang akan berpengaruh terhadap
5. Frekuensi rapat dewan berpengaruh signifi- financial performance dimana nantinya mampu
kan terhadap financial performance dengan untuk meningkatkan tingkat return yang di-
keberadaan Risk Management Committee se- harapkan oleh investor maupun agar tujuan in-
bagai variabel intervening. vestasi tercapai.
6. Risiko pelaporan keuangan berpengaruh sig-
nifikan terhadap financial performance den- 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
gan keberadaan Risk Management Commit- Diharapkan untuk penelitian yang akan dilaku-
tee sebagai variabel intervening. kan selanjutnya dapat menambahkan variabel
penelitian mekanisme corporate governance
Saran lainnya dan financial performance dengan uku-
ran kinerja perusahaan seperti ROE atau lain-
Penelitian ini bertujuan untuk dapat dijadikan nya. Selain itu, dapat menambahkan variabel-
sebagai referensi tambahan dalam mengem- variabel lain yang memiliki hubungan erat
bangkan penelitian selanjutnya maupun bahan dengan corporate governance seperti mana-
evaluasi bagi perusahaan manufaktur. Beberapa jemen laba dan struktur kepemilikan ataupun
saran dari penulis yakni sebagai berikut. yang lainnya.
1. Bagi Perusahaan Manufaktur
Diharapkan untuk perusahaan manufaktur ter- Implikasi Manajerial
kait, melalui penelitian ini dapat lebih mem- Implikasi manajerial dari dilakukannya peneli-
perhatikan semua aspek penting dalam pelak- tian ini yaitu hasil penelitian ini dapat digunak-
sanaan mekanisme corporate governance di an oleh manajemen perusahaan sebagai referen-
perusahaannya. Terutama keberadaan risk man- si dalam melakukan evaluasi terkait mekanisme
agement committee, lebih baik untuk terpisah corporare governance yang diterapkan di pe-
atau independen dari Komite Audit sehingga rusahaannya sehingga corporate governance
tugas maupun tanggungjawab dalam mengelo- yang baik akan menghasilkan keuntungan bagi
la risiko lebih terstruktur dengan jelas dan me- perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan
mungkinkan mudah untuk melakukan internal perusahaan, dan meningkatkan efisiensi opera-
controls. Selain itu, aspek lain juga perlu untuk sional perusahaan.
diperhatikan seperti reputasi auditor, ukuran

Daftar Pustaka
Amin, A., 2016. Independensi Komite Audit, Kualitas Audit dan Kualitas Laba: Bukti Empiris Peru-
sahaan dengan Kepemilikan Terkonsentrasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 18, pp. 1-14.
Andarini, P. & Jumiarti, I., 2012. Hubungan karakteristik dewan komisaris dan perusahaan terhadap
keberadaan komite manajemen risiko pada perusahaan go public di Indonesia. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Indonesia, pp. 83-99.
Badan Pusat Statistik, 2020. Perkembangan Indeks Produksi Industri Manufaktur 2020, Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Chandrasegaram, R. et al., 2013. Impact of Audit Committee Characteristics on Earnings Manage-
ment in Malaysian Public Listed Companies.. International Journal of Finance and Accounting,
76 D. S. Tasya dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Mei-Juni (2022) Vol. 45 No. 1

pp. 114-119.
Destriana, N., 2015. Pengaruh Debt to Equity Ratio, Dividen, and Faktor Non Keuangan Terhadap
Agency Cost. Volume 17.
Effendi, M. A., 2016. The Power of Good Corporate Governance. 2nd Edition ed. Jakarta: Salemba
Empat.
Glynis, E., 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Komite Manajemen Risiko
(Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankanyang Terdaftar Di Bei Periode 2012-2014).
Halim, E. H. et al., 2017. Corporate governance practices and financial performance: The mediating
effect of risk management committee at manufacturing firms. Journal of International Studies.
Herianto, 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba Perusahaan Manu-
faktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jati, B. K., 2015. Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Manufaktur yang Telah Terdaftar di BEI Periode 2009-2013.
Jensen, M. C. & Meckling, W. H., 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs
and Ownership Structure.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2019. Kementerian Perindustrian Republik Indone-
sia. [Online] Available at: https://kemenperin.go.id/artikel/20579/Kontribusi-Manufaktur-Nasion-
al-Capai-20-Persen,-RI-Duduki-Posisi-Ke-5-Dunia [Accessed 2021].
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2020. Kementerian Perindustrian Republik Indo-
nesia. [Online] Available at: https://kemenperin.go.id/artikel/21707/Pemerintah-Racik-Strategi-
Dongkrak-PMI-Manufaktur-Indonesia [Accessed 2021].
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2006. Pedoman Unmum Good Corporate Gover-
nance Indonesia. Jakarta: s.n.
Lukviarman, P. N., 2016. Corporate Governance. Solo: PT ERA ADICITRA INTERMEDIA.
Machfoedz, M., 1994. Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes in Indone-
sia. Gajah Mada University Business Review.
Puspaningrum, M. A., 2013. Determinan Keberadaan Risk Management Committee Pada Perusahaan
Go Public Di Indonesia.
Riandi, D., Siregar & S., H., 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Re-
turn on Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per Share Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Cor-
porate Governance Perception Index. Jurnal Ekonom, Volume 14.
Sekaran, U. & Bougie, R., 2016. Business Research Methods (A Skill-Building Approach). 7th Edi-
tion ed. Chichester: Wiley.
Subramaniam, N., McManus, L. & Zhang, J., 2009. Corporate Governance, Firm Characteristics and
Risk Management Committee Formation in Australian Companies. Managerial Auditing Journal,
Volume Vol. 24.
Yatim, P., 2009. Audit committee characteristics and risk management of Malaysian Listed Firms.
Malaysian Accounting Review, pp. 19-36.
Yogantara, A. B., 2018. Pengaruh Net Operating Margin, Biaya Operasional Pendapatan Operasional,
Financing To Deposit Ratio, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Sya-
riah Di Indonesia Periode 2005-2017.
Zahra, F. N., Pratomo, D. & Dillak, V. J., 2016. Pengaruh Komisaris Independen, Ukuran Dewan
Komisaris, Dan Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusa-
haan Credit Agencies Other Than Bank Yang Terdaftar Di Bei Periode 2012-2014).

You might also like