Professional Documents
Culture Documents
BBL by - Ny.d
BBL by - Ny.d
Disusun oleh :
Rachma Fatikasari
P27224022346
Prodi Profesi Bidan Reguler
Disusun oleh :
CI/Pembimbing Lahan
Tanggal : 26 Agustus 2022
Di : Puskesmas Matesih
Dosen Pembimbing
Tanggal : 26 November 2022
Di : Poltekkes Kemenkes Surakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa kelahiran merupakan waktu dinamik yang berpusat di sekitar
kebutuhan segera bayi baru lahir. Walaupun sebagian proses persalinan terfokus
pada ibu tetapi proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan
(bayi), maka penatalaksanaan suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain
ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal.
Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian
essensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar (85% - 90 %) persalinan
adalah normal, tetapi gangguan dalam kehamilan dan proses persalinan dapat
mempengaruhi kesehatan bayi-bayi yang baru dilahirkan (Kemenkes, 2016).
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur
penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode
yang paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi.
Salah satu tujuan upaya kesehatan anak adalah menjamin kelangsungan
hidup anak melalui upaya menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan
balita. Tren angka kematian anak dari tahun ke tahun sudah menunjukkan
penurunan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per
1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun
demikian, angka kematian neonatus, bayi, dan balita diharapkan akan terus
mengalami penurunan. Intervensi-intervensi yang dapat mendukung
kelangsungan hidup anak ditujukan untuk dapat menurunkan AKN menjadi 10
per 1000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup di
tahun 2024. Sementara, sesuai dengan Target Pembangunan Berkelanjutan,
AKABA diharapkan dapat mencapai angka 18,8 per 1000 kelahiran hidup di
tahun 2030 (Profil Kesehatan RI, 2019).
Pada tahun 2019, penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi
berat badan lahir rendah (BBLR). Sebesar 46.4 % kematian Neonatal di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 disebabkan karena BBLR. AKB Propinsi
Jawa Tengah tahun 2019 sebesaar 8.2 % per 1000 kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Povinsi Jateng, 2019). Penyebab kematian lainnya di antaranya
asfiksia, kelainan bawaan, sepsis, tetanus neonatorium, dan lainnya. Pada masa
neonatal (0-28 hari) terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di
dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi
hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa muncul,
sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal.
Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada
kelompok ini di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.
Indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk
mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir
adalah cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1. Pelayanan dalam
kunjungan ini (Manajemen Terpadu Balita Muda) antara lain meliputi termasuk
konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1
injeksi dan Hepatitis B0 injeksi (bila belum diberikan).
Di PMB Retno Indarti capaian KN 1 sudah sesuai target sebanyak 125 dari
bulan Januari-Oktober 2020. Asuhan di KN 1 ini sangat penting karena
merupakan periode awal bayi baru lahir beradaptasi dengan lingkungan serta
deteksi dini adanya komplikasi. Berdasarkan uraian diatas, pada laporan kasus
ini akan dibahas mengenai Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir di Wilayah
Kerja Puskesmas Matesih, Kab. Karanganyar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah yakni
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Pada Bayi Baru Lahir di
Wilayah Kerja Puskesmas Matesih, Kab. Karanganyar?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menerapkan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal di Wilayah
Kerja Puskesmas Matesih, Kab. Karanganyar.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif
b. Melakukan interpretasi data
c. Menentukan diagnose potensial
d. Menentukan tindakan segera
e. Membuat perencanaan
f. Melakukan penatalaksanaan
g. Melakukan evaluasi tindakan
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan
pengalaman penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi
Baru Lahir fisiologis holistic.
2. Bagi Profesi
Memberikan wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnyadalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir fisiologis
holistik.
3. Bagi Institusi
Meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan dalammelaksanakan
asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir fisiologis holistik.
4. Pendidikan
Menambah referensi dan sebagai wacana bagi mahasiswa diperpustakaan
mengenai asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir fisiologis holistik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Litterature Review
1. Pengertian Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gr
APGAR sampai 4000 gram nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan.
(Rukiyah, 2010; hal. 2)
b. Neonatus adalah bayi baru lahir sampai 28 hari pertama kehidupan
(Surasmi, 2003).
c. Bayi adalah manusia yang berusia 28 hari sampai usia 24 bulan.
d. Balita adalah singkatan dari bawah lima tahun. Manusia dalam masa balita
berumur 2 sampai 5 tahun. Pada masa-masa balita balita biasanya sudah
dapat berjalan atau berlari, menggunakan banyak energi untuk melakukan
aktivitas.
e. Anak pra sekolah yaitu anak yang berusia aniara 3-6 tahun menurut
Biechler dan Snowman (1993).
2. Bayi Baru Lahir
a. Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal
1) Berat badan 2500-4000 gram;
2) Panjang badan 48-52 cm;
3) Lingkar dada 30-38 cm;
4) Lingkar kepala 33-35 cm;
5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 kali/menit,
kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit;
6) Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit;
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang cukup
terbentuk dan diliputi verniks kaseosa;
8) Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah
sempurna;
9) Kuku agak panjang dan lunak;
10) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki);
11) Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
12) Reflek moro sudah baik, bayi ketika dikejutkan akan memperlihatkan
gerakan tangan seperti memeluk;
13) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Wahyuni, 2012).
b. Masa Adaptasi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari, selama periode
ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri, yang
terbagi dalam dua masa antara lain :
1) Masa Portunate : Masa portunate pada bayi berlangsung antara 15 - 30
menit pertama sejak bayi lahir sampai tali pusatnya dipotong.
2) Masa Neonate: Masa neonate berlangsung dari pemotongan dan
pengikatan tali pusar sampai akhir mingggu kedua dari kehidupan
pascamatur. Ada empat penyesuaian utama yang harus dilakukan
sebelum anak dapat memperoleh kemajuan perkembangan tingkah
laku, yaitu :
a) Perubahan suhu dalam rahim ibu dengan suhu lingkungan.
b) Perubahan pernafasan, sebelum lahir bayi bernafas dengan
plasenta dan setelah lahir bernafas dengan paru-paru.
c) Dan menelan sebagai cara untuk memperoleh makanan yang
semula dari plasenta melalui tali pusat.
d) Cara pembuangan melalui organ-organ sekresi yang mana sebelum
lahir melalui plasenta dan tali pusat.
Pada masa neonatus, bayi akan lebih banyak tidur dan untuk
mempertahankan hidupnya dengan beberapa kemampuan antara lain :
1) Insting
Insting adalah kemampuan yang ada sejak lahir, bersifat psikofisis
yang bertujuan untuk memberikan reaksi terhadap lingkungan dengan
rangsangan yang khas dan terjadi tanpa belajar. Misalnya : reaksi
menyusui, kebutuhan akan rasa aman, insting sosial yang
memungkinkan anak berkomunikasi dengan lingkungan misalnya
senyum bila ibu mengajak bayi bicara.
2) Reflek
Refleks adalah gerakan yang terjadi secara otomatis/spontan tanpa
disadari pada bayi yang normal. Macam-macam reflek pada bayi
antara lain :
a) Tonic Neck reflek (reflek tonus leher) adalah gerakan spontan otot
kuduk, apabila bayi ditengkurapkan, maka secara spontan bayi
akan memiringkan kepalanya.
b) Rooting reflek (reflek menghisap) adalah reflek apabila ada yang
menyentuh disekitar mulut bayi, maka bayi akan membuka
mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah yang menyentuh.
c) Graps reflek (reflek menggenggam), apabila tangan kita
menyentuh telapak tangan bayi, maka bayi akan berusaha
menggenggam tangan kita dengan kuat.
d) Moro reflek adalah reaksi emosional yang timbul di luar kemauan
atau kesadaran bayi. Reflek ini seolah-olah bayi mendekatkan
tubuhnya pada orang yang mendekapnya.
e) Startle reflek (reflek mengehntak) adalah rekasi emosional berupa
hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan
dan sering diikuti dengan tangisan rasa takut.
f) Stapping reflek bersifat reflek belajar seolah-olah akan berjalan.
(Rukiyah : 2013)
3) Kemampuan untuk belajar
c. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus.
1) Sistem pernapasan
Selama didalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui
paru-paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama :
a) Tekanan mekanik torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik).
b) Penurunan O2 dan kenaikan CO2 merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi).
c) Rangsangan dingin di daerah muka dan penurunan suhu didalam
uterus (stimulasi sensorik).
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam
waktu 30 detik pertama sesudah lahir. (Indrayani & Moudy, 2013).
2) Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis
sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian
ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta ke
seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan
sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru
akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru
menurun. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah
darah yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama
sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-
kira-kira 85/40 mmHg (Indrayani & Moudy, 2013).
3) Perlindungan termal (termoregulasi)
Mekanisme pengaturan suhu tubuh ada bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi beresiko mengalami
hipotermi. Beberapa mekanisme kehilangan panas tubuh pada BBL
menurut Wahyuni (2012) :
a) Evaporasi: Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan
pada tubuh bayi.
b) Konduksi: kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dan benda atau permukaan yang temperaturnya lebih rendah.
c) Konveksi: kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh bayi
terpapar udara atau lingkungan yang bertemperatur dingin.
d) Radiasi: Kehilangan panas badan bayi melalui pancaran/ radiasi
dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin.
4) Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang
dewasa sehingga metabolisme basal per KgBB akan lebih besar,
sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
5) Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
b) Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal.
c) Renal blood flow relatif kurang bila dibanding dengan orang
dewasa (Indrayani & Moudy, 2013).
6) Immunoglobulin
a) Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang
belakang dan lamina propia ilium dan apendiks.
b) Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan
stress imunologis.
c) Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi
dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
d) Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (Lues,
toksoplasma, herpes simpleks) reaksi imunologis dapat terjadi
dengan pembentukan sel plasma dan antiboti gama A, G dan M
(Indrayani & Moudy, 2013)
7) Traktus digestivus
Traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan
yang disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10
jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinjanya sudah berbentuk dan
berwarna biasa. Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan esophagus
bawah dengan lambung belum sempurna, dan kapasitas dari lambung
juga terbatas yaitu + 30 cc (Indrayani & Moudy, 2013).
8) Hati
Segera setelah lahir, terjadi kenaikan kadar protein dan penurunan
kadar lemak dan glikogen.
9) Keseimbangan asam basa
PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik.
(Indrayani & Moudy, 2013).
d. Pemeriksaan Pada BBL
Pengkajian setelah lahir terjadi dalam tiga tahapan. (Suwanti : 2007)
1) Tahap I
Segera selama menit-menit pertama kelahiran menggunakan system
scoring APGAR untuk fisik dan skrining GRAY untuk interaksi bayi
dengan orang tua.
Klasifikasi klinik :
a) Nilai 7-10 : bayi normal
b) Nilai 4-6 : bayi asfiksia ringan-sedang
c) Nilai 0-3 : bayi asfiksia berat
Skor
Tanda
0 1 2
A : Apperance colon Biru Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) pucat ekstermitas biru kemerahan
P : Pulse (frekuensi Tidak <100 >100
jantung) ada
G : Grimage Tidak Sedikit gerakan, Menangis,
(rangsangan) ada minim batuk, bersin
Lumpuh Ekstermitas Gerakan aktif
A : Activity
dalam sedikit
(aktivitas tonus otot)
fleksi
R : Respiration Tidak Lemah, tidak Menangis kuat
(pernafasan) ada teratur
b. Jadwal Imunisasi
1) Imunisasi Dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-Hb-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
f) Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali per hari.
Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lender atau darah. (Sudarti, 2013)
g) Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium (Sulistyawati,
2009)
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis, masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan. (Sudarti, 2013)
1) Diagnose kebidanan
Menurut Hani dkk (2010), diagnose kebidanan adalah diagnose
yang tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standart nomenklatur diagnosis kebidanan.
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui
anamnesis tanda gejala subjektif yang diperoleh dari bertanya dari
pasien dan atau keluarga. (Rukiyah dkk, 2009)
b) Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, yang dirumuskan
dalam data focus. (Rukiyah dkk, 2009)
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. (Hani
dkk, 2010)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data. (Hani dkk, 2010)
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi memungkinkan dilakukan pencegahan dan
kolaborasi dengan dokter dapat dilakukan, menunggu sambil menunggu
pasien, bidan bersiap-siap bila masalah potensial ini benar-benar terjadi
(Varney, 2007).
d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan atau
ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi. (Sudarti, 2013)
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah
teridentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya
(Ambarwati, 2010)
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).
g. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-
menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu
berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. (Hidayat, 2008)
C. Prioritas Masalah :
Dalam menentukan prioritas masalah kami lakukan dengan menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG merupakan salah
satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring 1-
5 dan dengan mempertimbangkan tiga komponen dalam metode USG.
1. Urgency Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
2. Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan
akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah
lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa
dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan
masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah
lain yang berdiri sendiri.
3. Growth Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin
memburuk kalau dibiarkan.Dalam menentukan prioritas masalah dengan
metode USG ini, penulis lakukan bersama suami dalam diskusi penentuan
prioritas masalah di Puskesmas Gatak. Dimana, suami yang hadir
memberikan skornya terhadap tiap masalah yang ada
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas/Biodata
Bayi
a. Nama : By. Ny. D
b. Tanggal/ Jam Lahir: 26 Agustus 2022 , 09.28 WIB
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
Orang Tua
Ibu Ayah
a. Nama : Ny. D Tn. H
b. Umur : 26 tahun 31 tahun
c. Agama : Islam Islam
d. Pekerjaan : IRT Wiraswasta
e. Alamat : Koripan 11/5, Matesih
B. DATA OBJEKTIF
Bayi lahir spontan, tidak ada meconium, segera menangis, warna kulit
kemerahan, dan tonus otot baik.
C. ANALISIS
Bayi Ny. D segera setelah lahir fisiologis
D. PENATALAKSANAAN
1. Mengklem tali pusat dan memotong tali pusat
Rasionalisasi :
Jika tali pusat tidak diklem terlebih dahulu dalam beberapa saat setelah lahir,
darah dalam plasenta akan mengalir ke bayi untuk meningkatkan volume
darah pada bayi yang dapat membantu mengalirkan darah ke organ penting
bayi termasuk paru-paru.
Hasil :
Tali pusat bayi telah dijepit dan dipotong
2. Melakukan penilaian sepintas pada bayi
Rasionalisasi :
Untuk menilai apakah ada kelainan pada bayi
Hasil :
Kulit bayi kemerahan, menangis spontan, gerak aktif
3. Mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering
Rasionalisasi :
Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir
Hasil :
Bayi sudah dikeringkan
4. Meletakkan bayi diatas perut ibu untuk dilakukan IMD
Rasionalisasi :
Inisiasi menyusui dini adalah langkah penting untuk memudahkan bayi
dalam memulai proses menyusui dimana banyak sekali manfaat yang bisa
didapatkan oleh ibu maupun bayi.
Evaluasi :
Bayi sudah diletakkan diatas perut ibu
5. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan topi bayi dan menyelimuti
bayi dengan kain bersih
Rasionalisasi :
Setelah dilakukan semua perawatan bayi segera setelah lahir melaukan
menjaga kehangatan bayi seperti memakaikan selimut dan topi untuk
mencegah terjadinya hipotermi.
Hasil :
Bayi sudah diberi topi bayi dan diselimuti.
CATATAN PERKEMBANGAN I
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 37°C
N : 137 kali/menit
RR : 48 kali/menit
c. Antopometri
Berat Badan : 2980 gram
Panjang Badan : 48 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 32 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk simetris, rambut bersih, warna rambut hitam, sutura sagitalis
datar, tidak ada molase, tidak ada caput succedaneum ataupun cephal
hematoma.
b. Mata
Simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, kelopak mata
tidak cekung.
c. Hidung
Simetris, terdapat lubang hidung dan tidak terdapat secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
d. Mulut
Simetris, tidak ada labioskisis dan tidak ada labiopalatoskisis
e. Telinga
Simetris, terdapat dua daun telinga, tidak terdapat kelainan
f. Leher
Tidak terdapat pembengkakan maupun pembesaran pada kelenjar
getah bening, parotis, tiroid maupun vena jugularis
g. Dada
Bentuk simetris, putting susu simetris, tidak ada tarikan dinding dada,
bunyi jantung regular, suara nafas bersih.
h. Abdomen
Bentuk bulat, tidak ada benjolan abnormal, tali pusat bersih, tidak ada
perdarahan pada tali pusat.
i. Ekstermitas Atas
Tangan berjumlah 2, simetris, tonus otot baik, jumlah jari lengkap,
j. Ekstermitas Bawah
Kaki berjumlah 2, simetris, tonus otot baik, jumlah jari lengkap.
k. Genetalia
1) Uretra : Berlubang
2) Labia : Terdapat labia minor dan mayor
3) Kelainan (keluhan) :Tidak ada
4) BAK : Sudah BAK
l. Anus : Anus tampak berlubang
Mekonium : Mekonium sudah keluar
m. Punggung
Tidak terdapat spina bifida, tidak ada kelainan pada tulang belakang
n. Kulit
Terdapat verniks caseosa, tidak terdapat tanda lahir dan warna kulit
kemerahan
3. Reflek
a. Moro : Baik, bayi bila diangkat memperlihatkan gerakan
seperti memeluk
b. Rooting : Baik, bayi mencari benda yang ditempelkan di
pipinya
c. Sucking : Baik, bayi menghisap dengan kuat
d. Tonick neck : Ada, bayi dapat menggerakkan kepalanya
C. ANALISIS DATA
Bayi. Ny. T usia 2 jam dengan Bayi Baru Lahir fisiologis
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu/orang tua bahwa hasil pemeriksaan pada bayi. Berat
badan bayi 2900 gr, PB : 48 cm, LK : 34 cm, LD : 32 cm, tidak ada cacat
maupun kelainan.
Rasionalisasi :
Dengan mengetahui kondisi bayinya dalam keadaan baik akan membuat
psikologis ibu tenang dan tidak mengkhawatirkan bayinya
Hasil :
Ibu merasa senang dan bahagia mengetahui kondisi bayi laki-lakinya dalam
keadaan baik
2. Memberikan Vitamin K1 dengan dosis 1 mg sebanyak 0,5 ml secara IM di
paha kiri
Rasionalisasi :
Vitamin K1 merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan darah. Karena
itu, vitamin K1 sangat berperan penting dalam proses pembekuanan darah.
Kekurangan vitamin K1 dapat memperpanjang proses pembekuan darah
pada kulit, selaput lendir dan organ lain dalam tubuh. Fungsi vitamin K1
pada bayi baru lahir adalah mencegah terjadinya perdarahan pada otak,
selain itu merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan darah pada kulit,
selaput lendir, dan organ lain dalam tubuh bayi (Utami, 2008)
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg (dosis
tunggal) intramuskuler dipaha kiri sesegera mungkin untuk mencegah
perdarahan pada bayi baru lahir (perdarahan intracranial) akibat defisiensi
vitamin K1 yang dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Ikatan Bidan
Indonesia, 2007)
Hasil :
Bayi Ny. D telah diberikan injeksi vitamin K1 1 mg sebanyak 0,5 ml di
paha kiri.
3. Memberikan salep mata untuk mencegah infeksi
Rasionalisasi : Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk
pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika
profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain).
Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya
pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam
setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Hasil :
Bayi Ny. D telah diberikan salep mata pada mata kanan dan kiri.
4. Membungkus tali pusat menggunakan kassa steril
Rasionalisasi :
Perawatan tali pusat pada prinsipnya adalah menjaga kondisi tali pusat
tetap kering, tidak lembab dan bersih. Untuk menjaga kondisi tersebut
dianjurkan untuk tidak memberikan bahan atau ramuan apapun pada tali
pusat, cukup dengan membersihkan dan membalut dengan kassa steril
(Marjono, 2007).
Hasil :
Tali pusat By.Ny. Dtelah dibungkus menggunakan kassa steril
5. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian bayi dan
membedong bayi.
Rasionalisasi :
Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
Hasil :
Bayi telah dipertahankan suhunya agar tetap dalam keadaan normal.
6. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan
pemberian ASI (Kolostrum)
Rasionalisasi :
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat
dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa
puerperium, disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari
ketiga atau keempat (Soetjiningsih, 2012)
Kolostrum sangat penting bagi pertahanan tubuh bayi karena
kolostrum merupakan imunisasi pertama bagi bayi. Manfaat kolostrum
antara lain :
a. Membantu mengeluarkan mekonium dari usus bayi karena kolostrum
merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan
mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih
dan siap menerima ASI.
b. Melindungi bayi dari diare karena kolostrum mengandung zat
kekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyak dibandingkan susu matang.
c. Melawan zat asing yang masuk ke tubuh bayi
d. Melawan infeksi penyakit oleh zat-zat kekebalan tubuh
e. Menghalangi saluran pencernaan menghidrolisis (menguraikan)
protein
f. Mengeluarkan kelebihan bilirubin sehingga bayi tidak mengalami
jaundice (kuning) dimana kolostrum mempunyai efek laktasif
(Pencahar).
g. Berperan dalam gerak peristaltik usus (gerakan mendorong makanan)
h. Menjaga keseimbangan cairan sel
i. Merangsang produksi susu matang (mature)
j. Mencegah perkembangan kuman-kuman patogen
(Nazara, 2011:4)
Hasil :
Bayi Ny. D sudah di berikan ASI untuk dipenuhi kebutuhan nutrisinya
dengan memberikan ASI (Kolostrum).
7. Melakukan rawat gabung pada bayi dengan cara membiarkan bayi berada
disamping ibu
Rasionalisasi :
Tujuan rawat gabung adalah agar Ibu dapat menyusui bayinya sedini
mungkin kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara
perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu
mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih
di pelayanan kesehatan dan ibu memperoleh bekal keterampilan merawat
bayi serta menjalankannya setelah pulang. Rawat gabung juga
memungkinkan suami dan keluarga dapat terlibat secara aktif untuk
mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya
secara baik dan benar, selain itu ibu mendapatkan kehangatan emosional
karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang sangat dicintainya,
demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya
Hasil : Bayi Ny. D telah berada di samping ibunya
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian asuhan bayi yang telah dilakukan pada bayi Ny. D dari
pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan diagnosis bayi baru lahir Ny. D
normal dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Penatalaksanaan
asuhan sudah sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yaitu
melakukan penilaian awal bayi baru lahir, memotong tali pusat, melakukan inisiasi
menyusu dini (IMD), menjaga kehangatan bayi,
Terkait asuhan yang dilakukan pada bayi Ny. H, penulis tertarik untuk membahas
dua topik asuhan yang diberikan pada klien yakni bounding attachment momen yang
baik untuk ibu dan bayi pada saat pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan
perawatan tali pusat.
Dari kedua topik yang telah ditentukan, penulis melakukan analisis urgensi
masalah dengan menggunakan metode USG yakni:
1. Urgency (dilihat dari ketersediaan waktu, mendesak atau tidaknya masalah
tersebut diselesaikan).
2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah).
3. Growth (tingkat perkembangan masalah).
Berdasarkan penilaian dengan menggunakan skala likert yakni poin 1 (sangat
kecil), 2 (kecil), 3 (sedang), 4 (besar), dan 5 (sangat besar) ditemukan hasil
penilaian sebagai berikut.
U S G
Masalah Total
(Urgency) (Seriousness) (Growth)
Pelaksanaan IMD 5 4 5 14
Perawatan tali pusat 4 4 4 12
Analisis Penyebab Masalah
1. Pelaksanaan IMD
Inisiasi menyusu dini (Early initiation) adalah permulaan kegiatan
menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa
diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan
usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusu dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak
mencari payudara (Roesli Utami, 2008).
Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2009), Inisiasi menyusu dini (IMD)
adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir.
Pemberian ASI dimulai segera setelah bayi lahir, maksimal setengah jam
pertama setelah persalinan. Hal ini merupakan titik awal yang penting apakah
bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran
hormon pembuat ASI, antara lain hormon prolaktin, hormon prolaktin dalam
peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang
disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan
kulit bayi, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu selekas mungkin
setelah seluruh badan dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak
tangannya. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban
karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan
payudara ibu, dengan demikian ini menuntun bayi untuk menemukan puting.
Lemak (verniks) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan tetap
menempel. Kontak antar kulit ini bisa dilakukan sekitar satu jam sampai bayi
selesai menyusu. Selain mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara
ibu dan bayi pada jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi
menstimulasi hormon oksitosin yang dapat membuat rahim ibu berkontraksi
dalam proses pengecilan rahim kembali ke ukuran semula. Proses ini juga
membantu pengeluaran plasenta, mengurangi perdarahan, merangsang
hormon lain yang dapat meningkatkan ambang nyeri, membuat perasaan
lebih rileks, bahagia, serta lebih mencintai bayi.
Pada bayi Ny. D sudah dilakukan IMD. Namun, sarana dan prasarana
yang ada di klinik dan ibu sudah kelelahan sehingga IMD tidak dilakukan
selama 1 jam dan bayi belum mencapai puting susu. Pada segi urgency topik
ini mendapat poin 3 dikarenakan pelaksanaan IMD kurang maksimal. Pada
segi seriousness dan growth mendapat poin 5.
Menurut teori Green (2010), perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3
faktor antara lain:
a. Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan
kepercayaan
1) Pengetahuan : hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Seorang ibu akan
melakukan IMD jika mengetahui pentingnya IMD, keluarga atau
petugas kesehatan menyarankan IMD.
2) Sikap : merupakan penerapan perilaku dari hasil tahu yang
didapat ibu mengenai IMD
3) Kepercayaan : merupakan tradisi di masyarakat tentang IMD.
Sebagian masyarakat masih ada yang menganggap bahwa cairan
kuning yang keluar beberapa saat setelah ibu melahirkan tidak bagus
diberikan kepada bayi.
b. Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas atau sarana dapat berupa ruang untuk ibu IMD.
c. Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan,
keluarga. Peran petugas yang mendukung atau keluarga yang tidak
mendukung atau sebaliknya sangat memengaruhi sikap ibu terhadap
IMD. Jika dapat terkondisi peran petugas dan keluarga yang mendukung
IMD maka jelas ibu akan berperilaku IMD.
2. Perawatan Tali pusat
Perawatan tali pusat merupakan upaya untuk mencegah infeksi tali pusat
yang sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang terpenting adalah
tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu
mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat
tali pusat. Pada bayi normal dipotong sampai denyut nadi tak teraba pada tali
pusat, sedangkan pada bayi resiko tinggi dipotong secepat mungkin, agar
dapat dilakukan resusitasi. Saat bayi dilahirkan, tali pusat (umbilikal) yang
menghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong meski tidak
semuanya. Tali pusat yang melekat di perut bayi, akan disisakan beberapa
senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan menyusut dan
mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak menimbulkan infeksi,
sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar. (Sodikin, 2009).
Pada bayi Ny. D sebenarnya tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada
tali pusat. Namun, ibu dan keluarga belum mengetahui cara melakukan
perawatan tali pusat yang benar. Pada segi urgency topik ini mendapat poin 4
dikarenakan dapat menimbulkan masalah jika ibu dan keluarga belum
mengetahui perawatan tali pusat yang benar pada saat di rumah. Hal ini tentu
mengkhawatirkan karena dapat mengakibatkan infeksi jika tali pusat tidak
dilakukan perawatan dengan benar. Pada segi seriousness dan growth
mendapat poin 3. Menurut analisis dan pengkajian masalah dengan metode
fishbone, ditemukan beberapa akar permasalahan diantaranya:
Menurut Bara (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
ibu terhadap perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
a. Faktor teknik perawatan tali pusat, antara lain masalah hygiene, tadisi
memberikan serbuk atau ramuan mempercepat keringnya tali pusat.
b. Faktor paritas yang berhubungan dengan pengalaman ibu dalam
melakukan perawatan tali pusat.
c. Faktor masih rendahnya pendidikan ibu sehingga pengetahuan ibu
tentang perawatan tali pusat minim
d. Faktor sumber informasi yang masih kurang tentang perawatan tali
pusat.
Menurut WHO (2009), cara merawatnya adalah sebagai berikut:
a. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat.
Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air. Hindari
waktu yang lama bayi di air karena bisa menyebabkan hipotermi.
b. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat terlebih
dahulu.
c. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering tanpa
diolesi dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium yang
terkandung di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah bayi
dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok.
d. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak karena
dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.
Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa steril
hingga tali pusat lepas secara sempurna.
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. D segera setelah lahir, maka
dapat disimpulkan:
1. Data subjektif
Dalam kasus ini data subjektif dilaksanakan tanggal 26 Agustus 2022, mulai
dari jam 19.20 WIB. Data subjektif dilaksanakan dengan cara pengambilan
data melalui metode wawancara dan pemeriksaan pada Ny. D Pada saat
dilakukan wawancara pada Ny. D ibu lebih kooperatif dengan bidan.
2. Data Objektif
Dalam kasus ini pengkajian dilaksanakan tanggal 26 Agustus 2022. Data
objektif dilaksanakan dengan cara pengambilan data melalui pemeriksaan
secara langsung pada By.Ny. D didapat tidak ada kelainan ataupun kecatatan.
3. Analisis Data
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah dilaksanakan diagnosa
dapat ditentukan yaitu Bayi Ny. Dsegera setelah lahir fisiologis
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan kebidanan dibuat sesuai dengan diagnosa, masalah
dan kebutuhan segera dan di evaluasi hasilnya, evaluasi yang didapat adalah
ibu telah mengetahui dan bersedia melaksanakan anjuran dari bidan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti mengenai penatalaksanan pada
bayi baru lahir dan mahsiswa mampu menganalisa keadaan pada bayi baru
lahir dan mengerti tindakan segera yang harus dilakukan.Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lahan peraktek dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelaksanan Asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir sesuai standar pelayanan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat bermanfaat dan bisa dijadiakn sebagaii sumber
referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam capaian pembelajaran tersebut adalah:
dapat diterapka di tempat praktik persalinan terutama dalam pencegahan timbulnya
ruptur perinium yang sering terjadi pada primi gravidarum.
Capaian pembelajaran yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah :
Merubah dari suatu tindakan kebiasaan menjadi suatu tehnik menganalisa suatu
kajian yang akhirnya dapat membarikan suatu intervensi yang sesuai dan bermagna
terhadap hasil dan dampak terhadap masyarakat yang lebih baik
Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada topik ini
adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui:
Pertemuan atau penyampaian melalui paparan kasus di forum di tempat prktek
yang sudah di sepakati
Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine)
RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL OF EARLY SKIN-TO-SKIN
CONTACT: EFFECTS ON THE MOTHER AND THE NEWBORN
Eksperimen Control
Terekspos 129 119
Tidak terekspos 8 18
NNT/f = 14/0,5 = 28
(NNT bagi pasien kita)
Metode II: 1/ (PEERxRRR) PEER (patient’s expected event rate)
adalah event rate dari pasien kita bila
mereka menerima kontrol pada
penelitian tersebut = 0,5
1/ (PEERxRRR) = 1/0,5 = 2
Referensi:
Gabriel M, et. All (2009). Randomized controlled trial of early skin-to-skin contact:
effects on the mother and the newborn. Journal Compilation Foundation Acta
Pædiatrica/Acta Pædiatrica (99), pp. 1630–1634