You are on page 1of 45

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA


NY. AP USIA 25 TAHUN P1A0 AKSEPTOR KB IMPLANT
DI PUSKESMAS MATESIH

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Keluarga Berencana

Program Studi Profesi Bidan

Disusun oleh :
Rachma Fatikasari
P27224022346
Prodi Profesi Bidan Reguler

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA


NY. AP USIA 25 TAHUN P1A0 AKSEPTOR KB IMPLANT
DI PUSKESMAS MATESIH

Disusun oleh :

Nama : Rachma Fatikasari


NIM : P27224022346
Kelas : Program Studi Profesi Kebidanan Reguler

Tanggal Pemberian Asuhan : 24 Agustus 2022


Disetujui :

CI/Pembimbing Lahan
Tanggal : 24 Agustus 2022
Di : Puskesmas Matesih

Dosen Pembimbing
Tanggal : 26 November 2022
Di : Poltekkes Kemenkes Surakarta
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World
Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran,
dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi (Rismawati,
2012).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur
jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan
metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat
sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi
memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati,
2014).
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria
dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih
sesuai dengan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria
yang memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus (senggama
terputus) dan vasektomi. Sementara itu apabila istri yang menggunakan
kontrasepsi suami mempunyai peranan 2 mempunyai peranan penting dalam
mendukung istri dan menjamin efektifitas pemakaian kontrasepsi ( Saifudin,
2020 )
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari
itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk
menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB
dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan
kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh
akseptor (Depkes, 2010).
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 jumlah PUS yang menjadi
peserta KB aktif tercatat sebanyak 4.874.250 peserta dengan rincian, KB
dengan metode IUD sebanyak 416.240 orang (8,53%), MOW sebanyak
262.760 orang (5,39%), MOP sebanyak 52.758 orang (1,08%), kondom
sebanyak 92.272 orang (1,89%), implant sebanyak 463.790 orang (9,51%),
suntik sebanyak 2.753.967 orang (56,50%), dan pil sebanyak 832.463 orang
(17,07%).
Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah
pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan
seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan
kontrasepsi. Pengalaman istri dalam penggunaan kontrasepsi yang dipilih
merupakan hal yang tidak terlupakan. Pengalaman baik akan selalu dijadikan
acuan untuk mengikuti program keluarga berencana (Gustikawati, 2014).
Dukungan suami juga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, karena
istri yang mendapat dukungan dari suami akan menggunakan kontrasepsi
secara terus menerus sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan akan
sedikit yang menggunakan kontrasepsi (Aryanti,2014).
Sebagai bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan pada
Akseptor KB sesuaj kompetensi yang kedua yaitu:Bidan memberikan asuhan
yang bermutu tinggi pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan
pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangaka untuk meningkatkan
dasarkehidupan yang seha,perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang
tua.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis merasa tertarik untuk
mengambil judul “ ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA DI
PUSKESMAS MATESIH KARANGANYAR“.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dan kenyataan yang ada
penulis dapat merumuskan masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan
Fisiologis Holistik KB dan KESPRO“ di Puskesmas Matesih dengan
mengguakan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data pada akseptor KB di Puskesmas
Matesih.
b. Dapat melakukan interpretasi data pada akseptor KB di Puskesmas
Matesih.
c. Dapat merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi pada akseptor
KB di Puskesmas Matesih.
d. Dapat melaksanakan tindakan segera pada akseptor KB di Puskesmas
Matesih.
e. Dapat membuat rencana tindakan pada akseptor KB di Puskesmas
Matesih.
f. Dapat membuat implementasi data pada akseptor KB di Puskesmas
Matesih.
g. Dapat membuat evaluasi pada akseptor KB di Puskesmas Matesih.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung
pada ibu sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam
melaksanakan tugas sebagai bidan dengan manajemen kebidanan.
2. Bagi Lahan Praktik
Dapat menjadi bahan masukan dan referensi data bagi puskesmas untuk
menambah pengetahuan tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan pada
pasien kontrasepsi sehingga dapat mengetahui penanganan masalah pada
perimenopause dengan tepat.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang kontrasepsi.
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis
1. Kontrasepsi
a. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel
sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah
dibuahi ke dinding rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014) keluarga
berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015).
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala
hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini
dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda
ataucerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan
memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan
metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan
dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan
kualitas generasi yang akan datang (Manuaba.2015)
b. Macam-macam kontrasepsi Menurut (Atikah proverawati, 2010)
1) Kontrasepsi Sederhana
a) Kondom Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang
dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma
yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak
tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah
pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa
mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis
kondom untuk wanita, angka kegagalan dari penggunaan
kondom ini 5-21%.
b) Coitus Interuptus Coitus interuptus atau senggama terputus
adalah menghentikan senggama dengan mencabut penis dari
vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.
Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat
sehingga relatif sehat untuk digunakan wanita dibandingkan
dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari metode
ini cukup tinggi.
c) KB Alami KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan
tidak masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi.
Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode
kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
d) Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mencegah sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak
memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8%
kehamilan.
e) Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat
mematikan dan menghentikan gerak atau melumpuhkan
spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi
sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan
jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila
dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
2) Kontrasepsi Hormonal
a) PIL
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau
tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron
(Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon progesteron
saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk
mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur,
mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk
masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium.
Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat
tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi,
dan 3-10% untuk mini
Manfaat Pil KB :
i. Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai
efektifitas tubektomi), bila digunakan tiap hari.
ii. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
iii. Tidak mengganggu hubungan seksual.
iv. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
v. Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
vi. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
vii. Mudah dihentikan setiap saat.
viii. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan.
ix. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
x. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium
dan endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul
Efek samping :
i. Gangguan siklus haid
ii. Tekanan darah tinggi
iii. Kenaikan berat badan
iv. Jerawat
v. Bercak bercak coklat pada wajah
b) SUNTIK
Suntik KB Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan
(cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA).
Cara kerjanya sama dengan pil KB..Efek sampingnya dapat
terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan
berat badan, pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan
libido, dan densitas tulang.
c) IMPLANT
Implant Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan
dibawah kulit, biasanya dilengan atas. Cara kerjanya sama
dengan pil, implant mengandung levonogestrel. Keuntungan
dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun,
kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan.
Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%. 4.

3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD AKDR adalah alat


kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang
dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada
pula yang batangnya hanya berisi hormon progesteron. Cara
kerjanya, meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu
blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap menerima
nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi
penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan
lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya
tinggi, angka kegagalannya 1%.

4) Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)


a) Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum
dengan cara mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba
fallopi (pembawa sel telur ke rahim), efektivitasnya mencapai
99 %.c)
b) Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk
menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan
memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma
tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%. (Suratun,
2008)

c. PATHWAY
Pil KOmbinasi Pil Tunggal

Mengganggu hormon Mengandung dosis kecil


esterogen dan bahan progestin senteses
PIL progesteron
Mencegah kehamilan
Mencegah kehamilan

Efek samping perdarahan


diluar haid,mual,bercak
Efektif bila di minum hitam di ppi
teratur

Mencegah kehamilan Kerugian perubahan siklus


lebih efektif, tak haid
berpengaruh ke ASI

IMPLANT

Efetifitas tinggi, tak Kegugian: rasa nyeri,


KB mempengaruhi gangguan haid, IUD lepas,
hubungan sex, tak radang panggul
berpengaruh ke
kwalitas ASI
IUD

Tubektomi Vasektomi

Efektifitas Efektifitas
tinggi tinggi

KONTAP Tak berpengaruh Morbiditas dan


ke ASI,tak mortalitas
mengganggu hub jarang
sex
Efektif dalam
jangka panjang
Efek samping perdarahan diluar
haid, mual, bercak hitam di pipii

B. Implikasi Untuk Praktek dan Strategi Pengajaran (Implications For


Practice And Teaching Strategies)
Di dalam menerapkan rekomendasi praktik pilihan pada program,
praktik pelayanan yang penting dalam amannya penggunaan kontrasepsi
harus dibedakan dengan praktik layanan kesehatan lainnya yang tidak terkait
dengan peng gunaan metode kontrasepsi.
Promosi terhadap praktik layanan kesehatan yang tidak berhubungan
dengan amannya kontrasepsi jangan dipandang sebagai prasyarat atau
hambatan dalam penyediaan layanan kontrasepsi, tapi lebih sebagai
pelengkap. Selanjutnya, rekomendasi-rekomendasi terpilih tersebut perlu
dipertimbangkan dalam konteks lingkungan negara sehingga dapat diterapkan
oleh penyedia layanan pada semua tingkat.
Setiap negara akan perlu menetapkan jangkauan dan cara memperluas
pelayanan hingga tingkat yang lebih kecil. Upaya ini melibatkan peningkatan
keterampilan staf dan sarana sesuai kemampuan, peningkatan keterampilan
petugas kesehatan dalam bidang tertentu, penambahan peralatan dan
persediaan serta pengaturan ulang tata ruang.
Penting juga untuk membahas berbagai pertanyaan mengenai
kesalahan persepsi yang kadang dimiliki oleh para penyedia dan pengguna
layanan mengenai risiko dan efek samping suatu metode dan untuk
mencermati kebutuhan serta pandangan pengguna (baik perempuan maupun
laki-laki) dalam konteks informed choice
Perempuan dalam masa pascapersalinan yang kurang dari 6 minggu,
terutama sedang menyusui, tidak boleh meng-gunakan kontrasepsi oral
kombinasi. Pada perempuan dalam masa pascapersalinan yang melebihi 6
minggu tapi kurang dari 6 bulan, terutama sedang menyusui, penggunaan
kontrasepsi oral kombinasi biasanya tidak dianjurkankecuali tidak ada metode
lain yang sesuai atau metode lain yang ada tidak dapat digunakan
Seorang perempuan sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami
ovulasi dan berisiko hamil selama 21 hari pertama pasca persalinan. Akan
tetapi, untuk kepentingan program, beberapa metode kontrasepsi dapat
diberikan dalam periode ini. Pada perempuan dalam masa pascapersalinan
kurang dari 21 hari, penggunaan kontrasepsi oral kombinasi biasanya tidak
dianjurkan kecuali tidak ada metode lain yang sesuai, atau metode lain yang
ada tidak dapat digunakan.
Kelompok Kerja pakar mengamati bahwa risiko ovulasi dalam 5 hari
pertama siklus men-struasi rendah. Jika kontrasepsi oral kombinasi mulai
digunakan sesudah hari kelima, kemungkinan terjadinya supresi ovulasi
diperkirakan berkurang. Penggunaan kon tra sepsi oral kombinasi secara
terus-menerus selama 7 hari dianggap perlu untuk secara pasti men-cegah
ovulasi. Kebutuhan akan perlindungan kontrasepsi tambahan bagi mereka
yang ber ganti dari metode hormon lain bergantung pada metode yang
digunakan sebelumnya.Terdapat beberapa kekhawatiran mengenai risiko
kehamilan jika AKDR di lepas di dalam siklus ketika sudah terjadi hubungan
seksual. Kekhawatiran tersebut melahirkan reko men-dasi untuk tidak me
lepas AKDR hingga siklus menstruasi berikutn
Kelompok Kerja pakar menyimpulkan bahwa kunjungan kontrol atau
kontak setidaknya harus mencakup konseling untuk membahas permasalahan
mengenai efek samping atau masalah lain, penggunaan metode yang tepat dan
konsisten, serta perlindungan terhadap PHS. Penilaian tambahan mungkin
diperlukan, misalnya: pemeriksaan pelvis untuk menge-tahui adanya
pergeseran letak AKDR

C. Implikasi Hasil Penelitian (Implication For Research)


Terdapat beberapa jurnalyang dapat sebagai acuan dalam melaksanakan
asuhan berdasarkan evidence based :
1. Menurut penelitian yang di lakukan oleh Erika E Levi, MD, MPH*,
dengan judul Intrauterine Device Placement During Cesarean Delivery
And Continued Use 6 Months Postpartum:A Rand omized Controlled
Trial, didapatkan hasil dari Maret 2012 hingga Juni 2014, 172 wanita
diskrining dan 112 wanita diacak ke dalam uji coba. Karakteristik dasar
serupa antar kelompok. Data mengenai penggunaan IUD pada 6 bulan
pascapartum tersedia untuk 98 wanita, 48 dan 50 wanita dalam kelompok
intracesarean dan interval. Sebagian besar wanita dalam kelompok
intracesarean menggunakan IUD pada 6 bulan pascapersalinan ((40/48),
83%) dibandingkan dengan kelompok interval ((32/50) 64%, risiko relatif
[RR] = 1,3, interval kepercayaan 95% [CI]: 1,02, 1,66). Di antara 56
wanita yang diacak untuk pemasangan IUD interval, 22 (39%) di
antaranya tidak pernah menerima IUD; 14 (25%) tidak pernah kembali
untuk pemasangan IUD, lima (9%) perempuan menolak IUD, dan tiga
(5%) gagal memasang IUD.
Kesimpulan Penempatan AKDR pada saat persalinan sesar menyebabkan
proporsi penggunaan IUD yang lebih tinggi pada 6 bulan pascapersalinan
dibandingkan dengan penempatan IUD interval.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Vera Lesmana1, Gunawan Irianto2,
Khoidar Amirus yang berjudul Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Kb Suntik Dengan Gangguan Siklus Haid Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rantau Tijang Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun 2012
dengan hasil penelitian menemukan ada sebanyak 67 (36,0%) responden
yang mengalami gangguan siklus haid dan terdapat jumlah pemakaian
kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu 140 (75,3%) responden, sedangkan
responden dengan kontrasepsi suntik I bulan adalah sebanyak 46 (24,7%)
responden. Ada hubungan yang bermakna penggunaan alat kontrasepsi KB
suntik dengan gangguan siklus haid di wilayah kerja Puskesmas Rantau
Tijang Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun 2012 dengan p
vallue : 0,005. Nilai OR = 2,78 artinya yang menggunaan alat kontrasepsi
KB suntik 3 bulan berpeluang 2,78 kali lebih tinggi untuk mengalami
gangguan siklus haid dibandingkan responden yang menggunaan alat
kontrasepsi KB suntik 1 bulan. Saran yang dapat diberikan kepada
akseptor KB suntik yang mengalami gangguan siklus haid agar
menggunakan alat kontrasepsi KB non hormonal untuk menghindari efek
samping yang berat.
3. Hasil penelitian dari Van derWijden C, Manion C tahun 2015 yang
berjudul Locational Amerorhoe methode for family Plaining.
Untuk hasil utama, kehamilan, dua penelitian terkontrol terhadap
pengguna LAM melaporkan tingkat kehamilan tabel kehidupan pada enam
bulan sebesar 0,45% dan 2,45%, satu studi terkontrol melaporkan 5%
kehamilan tanpa adanya tabel kehidupan per bulan, dan delapan studi yang
tidak terkontrol. pengguna LAM melaporkan tingkat kehamilan 0% hingga
7,5%. Angka kehamilan tabel hidup untuk wanita menyusui penuh yang
amenore tetapi tidak menggunakan metode kontrasepsi 0,88% dalam satu
penelitian dan 0,9% hingga 1,2% (interval kepercayaan 95% 0,0 hingga
2,4) dalam satu penelitian. Metode amenore laktasi untuk keluarga
berencana tergantung pada definisi menstruasi yang digunakan.
Tingkat menstruasi tabel kehidupan pada enam bulan di semua penelitian
bervariasi antara 11,1% dan 39,4%.
Kesimpulan penulis Kami tidak menemukan perbedaan yang jelas
dalam angka kehamilan tabel kehidupan antara wanita yang menggunakan
LAM dan didukung dalam melakukannya, dan sepenuhnya wanita
amenore menyusui tidak menggunakan metode apapun. Karena lamanya
amenore laktasi pada wanita yang menggunakan LAM sangat berbeda
antara populasi yang diteliti, dan spesifik populasi, tidak pasti apakah
LAM memperpanjang amenore laktasi.
4. Dari penelitaian yang berjudul Hubungan antara Tingkat Kepatuhan
dengan Keberhasilan Akseptor KB Pil yang di dilakukan oleh Iit Ermawati
dengan hasil penelitian yaitu Ada hubungan yang signifikan antara tingkat
kepatuhan dengan keberhasilan akseptor KB PIL di Desa Pajurangan
Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo dengan perhitungan uji
statistic ρ = 0,000 ≤α = 0,05 maka H0 di tolak dan H1 di terima. Melihat
hasil penelitian ini, diharapkan bidan selalu menginformasikan kepada
akseptor cara meminum KB pil, sehingga kejadian hamil di luar rencana
dapat diminimalisir.
Sampel terdiri dari sebagian akseptor KB pil sejumlah 45orang.
Sampling dilakukan dengan cara simple random sampling berdasarkan
kriteria inklusi. Ada 2 variabel yang digunakan, yaknivariabel independen
tingkat kepatuhan akseptor KB pil dan variabel dependen keberhasilan
akseptor KB pil. Instrumen menggunakankuesioner, kemudian dilakukan
pengumpulan dan pengolahan data (editing, coding, scoring, tabulating)
lalu dilakukan analisa data menggunakan uji wilcoxon dengan α 0,05.

D. Managemen Kebidanan
1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang
akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif. Berdasarkan
Kepmenkes No 938/Menkes/SK/VIII/2007, standar asuhan kebidanan
meliputi 7 langkah, antara lain :
a. Data Subyektif
1) Identitas
a) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur : Semakin tua usia seseorang berpengaruh terhadap
semua fase penyembuhan luka sehubungan dengan adanya
gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih
lambat dan penurunan aktivitas fibroblast (Johnson dan Taylor,
2005).
c) Suku / Bangsa : Asal daerah atau bangsa seorang wanita
berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan,
pola kebiasaan sehari-hari (Pola nutrisi, pola eliminasi,
personal hygiene, pola istirahat dan aktivitas) dan adat istiadat
yang dianut.
d) Agama : Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat
membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai dengan
keyakinannya.
e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga
tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi dengan istilah
bahasa yang sesuai dengan pendidikan terakhirnya, termasuk
dalam hal pemberian konseling.
f) Pekerjaan : Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
pencapaian status gizinya (Hidayat dan Uliyah, 2008). Hal ini
dapat dikaitkan antara status gizi dengan proses penyembuhan
luka ibu. Jika tingkat sosial ekonominya rendah, kemungkinan
penyembuhan luka pada jalan lahir berlangsung lama.
Ditambah dengan rasa malas untuk merawat dirinya.
g) Alamat : Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan
dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
2) Alasan datang
Untuk mengetahui alasan ibu saat datang ke puskesmas
3) Keluhan utama
Keluhan ditanyakan untuk mendukung data diagnosa dan
mengetahui apa yang dirasakan ibu pada waktu pengkajian, karena
pasien dengan keluhan memiliki varises di kaki, hipertensi, ibu
menyusui dan ibu dengan riwayat TBC non pelvik, maka klien
dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi nonhormonal
(Saifuddin, 2006).
a) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang pernah diderita
Riwayat kesehatan yang pernah diderita ditujukan pada
pengkajian penyakit yang diderita pasien, seperti, jantung,
hepatitis, hipertensi, DM, malaria, ibu dengan riwayat
penyakit jantung, hepatitis, hipertensi, DM, malaria,
diperbolehkan menggunakan KB IUD karena tidak
mempengaruhi dan bukan merupakan kontraindikasi untuk
pemasangan KB IUD, khusus untuk penyakit keputihan,
serviksitis dan vaginitis perlu dikaji untuk mengetahui
apakah ibu mempunyai penyakit menular seksual terutama
pada infeksi seviksitis atau pada vaginitis, karena penyakit-
penyakit tersebut merupakan kontra indikasi untuk
menggunakan KB IUD (Saifuddin, 2006).
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan yang sekarang dikaji untuk mengetahui
adakah penyakit yang diderita. Jika pasien sedang
menderita penyakit seperti, jantung, TBC, DM, malaria,
hepatitis, hipertensi, diperbolehkan menggunakan KB IUD
karena tidak mempengaruhi alat kontrasepsi yang akan
digunakan. Untuk penyakit keputihan, penyakit menular
seksual terutama pada serviksitis dan vaginitis. Jika klien
menderita vaginitis harus diobati sebelum klien
menggunakan KB IUD karena akan mempengaruhi
terhadap alat kontrasepsi yang akan digunakan oleh ibu
(Saifuddin, 2006).
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dikaji untuk mengetahui
apakah ada penyakit keturunan yang dapat mempengaruhi
kesehatan ibu disaat ibu menggunakan alat kontrasepsi
IUD. Misalnya penyakit keturunan seperti hipertensi,
jantung, DM, penyakit keturunan tersebut tidak
mempengaruhi terhadap pemakaian KB IUD (Saifuddin,
2006).
(4) Riwayat Obstetri
Riwayat haid dikaji untuk mengetaui apakah siklus
menstruasi pada ibu teratur karena berhubungan dengan
efek samping KB IUD yaitu perubahan siklus haid pada
tiga bulan pertama dan akan berkurang setelah tiga bulan,
haid lebih lama dan banyak, dan dapat menyebabkan resiko
terjadinya anemia (BKKBN, 2009).
(5) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan ibu, usia perkawinan
ibu
apakah kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
karena berhubungan dengan kematangan organ reproduksi
dan juga kesiapan organ reproduksi (Prawiroharjo, 2007).
(6) Riwayat KB
Riwayat KB perlu dikaji karena disesuaikan dengan kondisi
dan keluhan yang di alami oleh klien sebelumnya untuk
menganjurkan alat kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan klien (Saifuddin, 2006).
4) Pola kebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Pola nutrisi perlu dikaji untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
ibu, karena kebutuhan nutrisi sangat berpengaruh terhadap
fungsi reproduksi, jika kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi
maka dapat mengurangi resiko terjadinya anemia karena
berhubungan dengan efek samping KB IUD yaitu haid lebih
banyak dan lama dan dapat menyebabkan anemia (BKKBN,
2009).
b) Pola eliminasi
Pola eliminasi perlu dikaji untuk mengetahui Kebiasaan
BAB (terakhir BAB, warna, konsistensi, keluhan) dan
kebiasaan BAK (terakhir BAK, warna, konsistensi dan
keluhan), terutama BAK perlu dikaji untuk mengetahui ada
keluhan atau tidak karena KB IUD dapat menimbulkan
gejala infeksi traktus genitalia pada wanita yaitu buang air
kecil sukar atau sakit dan adanya rasa panas atau terbakar
(Hanafi, 2004).
c) Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu
berat, sehingga dapat berpengaruh terhadap alat kontrasepsi
yang akan ibu gunakan, karena pekerjaan ibu yang berat
dapat mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi yang
akan digunakan karena dapat menyebabkan ekspulsi
(Handayani, 2010)

d) Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam
ibu tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena
berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu.
e) Pola personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien, misalnya berapa kali
ganti pakaian dalam, membersihkan alat kelaminnya agar
tidak terjadi keputihan. Pola ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan alat
kelaminnya, karena jika pasien tidak menjaga personal
hygiene dengan baik maka akan berpengaruh pada
kesehatan alat reproduksinya karena berhubungan dengan
KB IUD yaitu terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi
akibat produksi cairan rahim yang berlebihan, hal ini tidak
berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau, tidak terasa
gatal, dan tidak terasa panas
(BKKBN, 2008).
f) Pola seksual
Pola seksual perlu dikaji untuk mengetahui kapan ibu
terakhir melakukan hubungan seksual dengan suami, dan
memberitahu ibu hal-hal yang harus diketahui ibu timbul
rasa nyeri sesudah melakukan hubungan seksual dan suami
mengeluh mengalami perasaan kurang enak sewaktu
melakukan hubungan seksual (BKKBN, 2009).
5) Psikososial, kultural dan spiritual
a) Psikososial
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon
dan dukungan yang diberikan suami dan keluarga kepada
ibu untuk menggunakan KB IUD.
b) Kultural
Hal ini perlu dikjaji karena setiap daerah memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda dan dapat mempengaruhi
penggunaan alat kontrasepsi (Varney, 2007).
c) Spiritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui ketaatan ibu
dalam menjalankan ibadahnya maupun aktifitas keagamaan.
b. Data Obyektif
a) Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
9ref):
Keadaan umum dikaji untuk mengetahui kesadaraan umum klien,
pada akseptor yang mengalami anemia umumnya keadaan
akseptor lemah. Efek samping dari pemakaian KB IUD adalah
perubahan siklus haid dan perdarahan spooting, sehingga dapat
mempengaruhi aksetor KB IUD jika menderita anemia maka
dapat memperparah terjadinya anemia sedang atau berat
(Saifuddin, 2006; Musttaqin, 2010).
b) Tingkat kesadaran
Untuk menilai status kesadaran ibu, ini dilakukan dengan
penilaian composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma, delirium.
Tingkat kesadaran yang baik adalah composmetis dimana ibu
dalam keadaan sadar penuh, dan dapat menggunakan KB IUD
(Muttaqin, 2010).
c) Tanda Vital
i. Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah ibu
ketika akan menggunakan KB IUD, karena IUD copper T
Cu380-A merupakan jenis IUD non hormonal, dan dapat
digunakan pada penderita tekanan darah tinggi (Saifuddin,
2006).
ii. Nadi : untuk mengetahui nadi ibu normal atau tidak, nilai
normal nadi orang dewasa 69- 100x/menit, dalam keadaan
demam dapat menyebabkan peningkatan denyut nadi dan
mempengaruhi tingkat kesadaran (Muttaqin, 2010).
iii. Pernafasan : Pada penderita asma dan gangguan sistem
respirasi, diperbolehkan menggunakan IUD Copper T Cu
380A, karena bukan termasuk kontra indikasi pemasangan
IUD Copper T Cu380A (Saifuddin, 2006). Suhu : untuk
mengetahui keadaan suhu pada ibu normal atau tidak.
Suhu normal orang dewasa yaitu 360-380C. Suhu tubuh
yang lebih dari 380C merupakan tanda dan gejala
terjadinya infeksi pada tubuh dan dapat mempengaruhi
pemakaian KB IUD, karena kontraindikasi KB IUD
adalah infeksi alat genitalia (seriksitis, vaginitis), penyakit
radang panggul (PRP), yang ditandai dengan demam
(Muttaqin, 2010).
d) Berat badan : untuk mengetahui tingkat kenormalan berat badan
ibu
berkaitan dengan keadaan nutrisi ibu (Muttaqin, 2010).
e) Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu normal atau
tidak.
f) LILA : Untuk mengukur lingkar lengan atas bagian kiri untuk
indikasi apakah ibu dinyatakan kurang gizi, jika diketahui ukuran
lila ibu kurang dari 23,5 cm (Mufdlilah, 2009) gunanya untuk
mengetahui status gizi pada ibu normal atau tidak, karena
berhubungan dengan alat kontrasepsi yang akan digunakan yaitu
KB IUD yang dapat menyebabkan terjadinya anemia.
g) Status present
(1) Bentuk kepala :untuk mengetahui bentuk
kepala dan keadaan
kebersihan kulit kepala (Muttaqin, 2010).
(2) Rambut : untuk mengetahui apakah
rambut ibu rontok
atau tidak, karena penggunaan alat
kontrasepsi
(Saifuddin, 2006).
(3) Muka : Odema, anemis, ada bintik-
bintik
(4) Mata : untuk mengetahui adanya
anemis dengan
menilai sclera dan konjungtiva (Saifuddin,
2006). Pada penderita anemia dianjurkan
tidak
memakai KB IUD karena efek samping KB
IUD adalah terjadi perubahan siklus haid,
haid
lebih banyak dan lama. Sehingga apabila
akseptor dengan anemia melakukan
pemasangan KB IUD maka akan
berpotensi terjadi anemia sedang atau berat
(Saifuddin, 2006).
(5) Leher : untuk mengetahui
apakah terdapat
kelainan seperti terdapat pembesaran
kelenjar
tyroid, limfe dan vena jugularis, pada
penggunaan KB dengan hormonal akan
berpengaruh terhadap adanya pembesaran
kelenjar.
(6) Dada dan axilla : Pada penderita tumor
jinak payudara
disarankan untuk menggunakan IUD
Copper T
Cu 380A, karena tidak mengandung
hormon.
Pada wanita yang sedang menyusui,
penggunaan IUD tidak berpengaruh pada
kualitas atau volume ASI (Saifuddin,
2006).
(7) Abdomen : untuk mengetahui
bentuk abdomen,
adakah luka bekas operasi, pembesaran
kelenjar limfe/hati dan nyeri tekan, untuk
mengetahui adanya PRP (penyakit radang
panggul) karena penyakit radang panggul
merupakan kontraindikasi KB IUD
(Saifuddin,
2006).
(8) Genetalia : Pada pemeriksaan
genetalia perlu dikaji ada
tidaknya infeksi pada vagina dan serviks.
Infeksi pada vagina dan serviks ditandai
dengan adanya peradangan, pengeluaran
pervagina yang berlebihan, berwarna putih,
kuning hijau, atau abu- abu, berbau amis,
disuria, disparenia, dan perdarahan pasca
coitus (Varney, 2001).
(9) Ekstremitas : untuk mengetahui apakah
terdapat oedem dan
varices, oedema pada kaki dan tangan
merupakan tanda penderita tekanan darah
tinggi disarankan untuk menggunakan alat
kontrasepsi IUD (Saifuddin, 2006).

c. Diagnosa
Diagnosa ditentukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil
anamnesa dan pemeriksaan pada akseptor sehingga diperoleh data
yang mendukung diagnose tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh,
interpretasi data yang didapatkan adalah :
Ny…. umur…. P… Ah….Ab…., calon akseptor baru KB
.Perumusan maalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Menurut Varney,
dkk (2007),
d. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif.
Rencana tindakan asuhan kebidanan pada akseptor KB antara lain :
1) Berikan konseling sebelum di berikan kontrasepesi pilihan ibu
2) Lakukan inform consent
3) Lakukan tindakan
4) Berikan konseling paska di berikan pelayanan konteasepsi
I, A, 1, a, 1),a), (1), (a)
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan aplikasi dari rencana tindakan pada akseptor
KB ,pelaksanaan yang dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat.
1) Memberikan konseling sebelum di berikana pelayanan
kontrasepsi
a). Menjelaskan pengertian
b). Menjelaskan cara kerja
c). Menjelaskan efektifitas
d). Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi
e). Menjelaskan efek samping
f). Menjelaskan waktu penggunaan
2) Melakukan informed consent
3) Melakukan tindakan apa yanag akan di berikan
kepada pasien ( pil,
IUD,AKDR,KONTAP, ataupun metode lain sesuai keinginan
pasien)
4) Memberikan konseling pasca di berikan
pelayanan kontrasepesi
5) Melakukan dokumentasi
6) Menjadwalkan ulang kapan ibu untuk kontrol

f. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat, dikomunikasikan
dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan
kondisi ibu.
2. Pengkajian dengan SOAP
7 langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP (Subyekif,
Obyektif, Asessment, dan Planning). SOAP disarikan dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan
kemajuan keadaan pasien
a. S = SUBYEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
b. O = OBYEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien, hasil
laboraturium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. Data
obyektif yang dikumpulkan pertama kali pada kasus ini adalah hasil
pemeriksaan fisik seperti keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-
tanda vital, selanjutnya hasil pemeriksaan obstetri meliputi bagaimana
perdarahannya apakah masih berlanjut atau sudah dalam batas normal,
apakah kontrkasi uterus sudah membaik. Setelah itu kita
mengumpulkan data pendukung dari pemeriksaan penunjang, seperti
misalnya hasil pemeriksaan ulang kadar Hb.
c. A = ANALISIS
Menggambarkan pendokumntasian hasil analisi dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa
2. Masalah
3. Kebutuhan
d. P = PENATALAKSANAAN
Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan dan dukungan, kolaborasi, evaluasi atau
follow up dari rujukan sebagai langkah 3,4,5,6 dan 7 Varney.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA


NY. AP USIA 25 tahun P1A0 AKSEPTOR KB IMPLANT
DI PUSKESMAS MATESIH

Tanggal / jam 24 Agustus 2022 Jam 09.00 WIB

I. Data Subjektif
1. Identitas

Nama Ibu :NY. AP Nama Suami : Tn. T


Umur : 25 tahun Umur : 39 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Matesih

2. Keluhan utama:
Ibu mengatakan ibu ingin mengatakan ingin memasang implant dan
sedang menstruasi
3. Status perkawinan:
Status : kawin
Usia menikah : 23 Tahun
Lama pernikahan : 16 Tahun
Status perkawinan : Sah
4. Data kebidanan
a. Riwayat Menstruasi:
Menarche : 11 Tahun
Siklus menstruasi : 28 Hari
Lama menstruasi : 5-7 hari
Jumlah/ banyaknya : 3 kali ganti pembalut
Bau : Khas
Flour albus : Tidak ada
Dishminorrea : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Ham Persalinan Nifas
il ke- Tahun UK Jenis Penolong Komplikasi J BBL Lakta Komp
Lahir Persalin K si
an
1 2006 Ater Spontan Bidan Tidak ada L 3000 Ya Tidak
m k gra ada
m

5. Data kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita : Ibu mengatakan
ibu tidak sedang menderita / tidak mempunyai riwayat penyakit
sistemik.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita : Ibu mengatakan ibu tidak
sedang menderita / tidak mempunyai riwayat penyakit apapun.
c. Riwayat penyakit ginekologi : Ibu mengatakan ibu tidak sedang
menderita / tidak mempunyai riwayat penyakit gynekologi.
6. Data kebutuhan dasar
a. Nutrisi
1) Makan : Frekuensi makan 3 kali sehari, jenisnya nasi; sayur;
lauk, tidak ada keluhan makan hanya beberapa waktu terakhir
lebih sering makan bakso, dan makanan yang pedas.
2) Minum : Frekuensi minum ± 8 gelas dalam sehari, jenisnya air
putih, tidak ada keluhan minum
b. Eliminasi
1) Frekuensi BAK 5-6 kali sehari, warna urine kekuningan, bau
khas urine, tidak ada keluhan BAK
2) Frekuensi BAB 1 kali sehari, warna feses kecoklatan, bau khas
feses, tidak ada keluhan BAB
c. Pola tidur/istirahat
(1) Tidur siang ± 1 jam (13.00-14.00 WIB)
(2) Tidur malam ± 6½ jam (22.00-04.30 WIB)
d. Aktivitas
Ibu mengatakan melakukan aktivitas rumah tangga sehari-hari
seperti mencuci mengepel dan membersihkan rumah bersama suami
e. Pola seksual
Ibu mengatakan kadang berhubungan 3 x seminggu
f. Personal hygiene
1) Mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari
2) Keramas 3 hari sekali
3) Ganti celana dalam minimal 2 kali sehari
7. Data Psikososial
1) Dukungan suami/keluarga
Ibu mengatakan suami mendukung untuk menggunakan KB Implant
2) Pengetahuan ibu
Ibu mengatakan apabila ada keluhan selalu periksa, efek samping
kontrasepsi sudah diketahui.
II. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Kesadaranumum : Baik Tensi : 110/70 mmHg
Kesadaran : Compos Mentis Nadi : 80x/m
BB : 60 kg Suhu : 36,6 oC
TB : 155 cm Respirasi : 20 x/m
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : kepala simetris, tidak terdapat benjolan, kulit kepala bersih,
rambut tidak rontok.
Mata : mata simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak
ada pengeluaran cairan abnormal
Hidung : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada gangguan jalan nafas,
tidak ada pengeluaran cairan abnormal
Mulut : mulut simetris, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada yang
berlubang
Telinga : telinga simetris, tidak ada benjolan dan pengeluaran cairan
abnormal
Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening dan pembengkakan
tiroid
Dada : dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada.
Payudara : payudara simentris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan.
Abdomen : tidak terdapat luka parut,tidak ada nyeri tekan, kandung
kemih tidak penuh.
Ekstermitas
Atas : tidak pucat dan tidak ada oedema
Bawah : tidak ada oedema dan tidak ada varises
Genitalia
Fluor (-), Vulva massa (-) , nyeri tekan (-), Darah(+), tidak ada hemoroid

III. Analisa Data


NY. AP usia 25 tahun P3A0 akseptor KB implan

IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
Rasionalisasi : Mengathui hasil pemeriksaan oleh petugas kesehatan
kepada keluarga, sehingga keluarga mampu untuk member dukungan
baik moril dan materil pada pasien. Menghargai hak ibu untuk
berpartisipasi dan memperoleh informasi yang berhubungan dengan
kondisinya. Seorang tenaga kesehatan tidak mungkin akan terus menerus
mendampingi dan merawat, karenanya ibu perlu mendapatkan informasi
agar dapat merawat dengan benar. (Kuswanti, 2014)
Hasil : Ibu dan keluarga mengerti.
2. Menjelaskan tentang macam-macam kontrasepsi dan efek sampingnya
dan memberikan juga informasi melalui facebook atau media lainnya
dengan ibu.
Rasionalisasi :Imform consent sebelum melakukan tindakan adalah
sesuatu yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. Media yang
digunakan untuk konseling adalah salah satu nya facebook mengikuti
perkembangan zaman.
Hasil :Ibumengertidanmemutuskan KB Implant
3. Memberikanpelayanan KB implant
Rasionalisasi : Cara pemasangankontrasepsi KB implant
yaitudenngancara di simpan di bawahkulit,
denganmelakukanpemberiansayatankecilterlebihdahulu.
Karenakandunganobat yang berada di KB implant berupahormon,
sehinggaklienbiasanyaakanmengalamikenaikan BB, atauspoting,
Hasil :Ibumengerti
4. Anjurkan Ibu Untuk Kunjungan Ulang
Rasionalisasi : Kunjungan ulang berfungsi sebagai informasi bahwa
advis yang diberikan memberikan hasil lebih baik/ kemajuan yang baik
terhadap pasien. Dan sebagai alat ukur pemantauan tindak lanjut
berikutnya (JOGC,2015)
Hasil : Pasien akan melakukan kunjungan sesuai dengan jadwal yang di
tentukan.
5. Dokumentasikan Hasil Tindakan
Rasionalisasi : Menurut Thomas(1994cit. Mufdlillah, dkk, 2001),
dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan,
pasien,dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan
pengobatan pada pasien, pendidikan pasien dan respon pasien terhadap
semua asuhan yang telah diberikan (Muslihatun, 2009).
Hasil : Asuhan terdokumentasikan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan uraian asuhan dan pengakjian serta pemeriksaan yang telah


dilakukan pada NY. AP di Puskesmas Matesih. dapat di tegakkan diagnose
yaituNY. AP usia 25 tahun P3A0 akseptor KB implant. Sebelum dilakukan
tindakan ibu sebelumnya telah di berikan konseling secara langsung maupun
facebook. Konseling yang dilakukan melalui facebook diberikan untuk
mempermudah penyampaiaan konseling mengikuti dengan perkembangan
teknologi dan ini telah terbukti efektif berdasarkan penelitia terbaru.
Metode implan merupakan metode kontrasepsi efektif yang dapat
member perlindungan 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant
atau Implanon,terbuat dari bahan semacam karet lunak berisi hormon
levonorgestrel, berjumlah 6 kapsul,panjangnya 3,4 cm, diameter 2,4 cm, dan
setiap kapsul berisi 36 mg hormon levonorgestrel,cara penyebaran zat kontrasepsi
dalam tubuh, yaitu progestin meresap melalui dindingkapsul secara
berkesinambungan dalam dosis rendah. Kandungan levonorgestrel dalamdarah
yang cukup untuk menghambat konsepsi dalam 24 jam setelah pemasangan.
Menghambat ovulasi sehingga ovum tidak diproduksi, membentuk secret serviks
yangtebal untuk mencegah penetrASI sperma, menekan pertumbuhan
endometrium sehinggatidak siap untuk nidASI, mengurangi sekresi progesteron
selama fase luteal dalam siklusterjadinya ovulasi. Angka kegagalan tahun pertama
antara 0,2-0,5 per tahun wanita, awitan kerja sangatcepat 24 jam setelah
pemasanganan, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelahpencabutan,
perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun, tidak memerlukan
pemeriksaandalam, bebas estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, efektif
tidak merepotkanklien, tingkat proteksi yang berkesinambungan, bias dicabut
setiap saat sesuai kebutuhan,klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan,
tidak mengganggu ASI, menguranginyeri haid, jumlah darah haid dan mengurangi
anemia, melindungi terjadinya kankerendometrium, beberapa penyebab penyakit
radang panggul, menurunkan angka kejadianEndometriosis
Penelitian yang berjudul Adjunctive Social Media for More Effective
Contraceptive Counseling A Randomized Controlled Trial Jason D. Kofinas,
Aneesha Varrey, Katherine J. Sapra, Rula V. Kanj, Frank A. Chervenak, dan
Tirsit Asfaw Tahun 2016, hasil dalam penelitian ini yaitu Metode konseling
mellaui facebook dan secara langsung dapat meningkatkan kemauan ibu untuk
menggunakan kb hormonal.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan kontrasepsi inplan yang diberikan pada NY. AP telah
sesuai dengan tujuan antara lain :
1. Dalam melakukan pengkajian data subjektif dan objektif, data yang
ditemukan sudah lengkap.
2. Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mampu membuat diagnosa
sesuai teori dan tidak ada diagnosa atau masalah potensial.
3. Rencana disusun sesuai kebutuhan dan sesuai dengan teori serta Evidence
Based yang ada.
4. Evaluasi yang diberikan yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan,
melaksanakan prosedur pemberian KB inplant, dan memberitahu ibu
tanggal kontrol.
B. Saran
1. Bagi petugas yang memberikan asuhan kebidanan diharapkan mengingat
langkah-langkah yang sudah ditetapkan dan tetap mempertahankan
jalinan komunikasi dalam upaya menjalin kerja sama antara petugas dan
klien untuk keberhasilan asuhan yang diberikan.
2. Bagi klien/ibu harus bisa mengingat jadual kembali untuk melakukan
suntikan ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi.1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka


Sinar Harapan

Manuaba, Ida Bagus Gede.2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : ECG

Prawirohardjo, Sarwono.2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – BP

Saifuddin, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP

________, 2002. Buku Acuan Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan


Reproduksi. Jakarta
JURNAL REFLEKSI KRITIS
PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Harapan akan Proses Pembelajaran Klinik

Kenapa saya mempelajari materi ini ?

Karena ingin mempelajari dan mengetahui dari penatalaksanaan kebidanan terhadap


permasalahan kebidanan komunitas.

Apa yang saya siapkan dalam mempelajari topik ini?

Saya menyiapkan jurnal-jurnal yang sudah diteliti dan mengakses nya melalui web
dan mudah untuk di akses, jurnal yang saya pelajari yaitu :

Adjunctive Social Media for More Effective Contraceptive Counseling


A Randomized Controlled Trial

Yang kemudian saya telaah dengan metode critical appraisal

Apa yang saya harapkan dalam mempelajari topik ini ?


Yang saya harapkan dengan mempelajari topic ini adalah terapi tersebut applicable
(dapat di terapkan).

Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana
perencanaannya ?

Yang perlu diperhatikan dalam mempelajari topic ini adalah

1. Apakah hasil penelitian penting


2. Apakah hasil penelitian valid
3. Apakah hasil penelitian dapat diterapkan dalam praktik kebidanan pada ibu.

B. Refleksi Kritis dari Materi yang Dipelajari

Sebutkan capaian pembelajaran yang tertera pada panduan:

Melakukan asuhan kebidanan komunitas berdasarkan evidence based

Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam capaian pembelajaran tersebut
adalah:

Dengan melakukan peniliaian serta mengkritisi mengenai pembelajaran yang


saya dapat kan maka saya mendapatkan pencapaian positif dan diharapakan
mampu untuk menerapkan dalam praktik kebidanan tidak hanya mengetahui
bagaimana ilmu itu ada tetapi mengkritisi bagaimana ilmu tersebut mempunyai
makna dan berguna bagi ibu.

Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran ini


adalah:

Selain dari hasil penelitian yang dapat diukur , saya menemukan hal yang
menarik

a. Referensi jurnal
b. Ide yang menarik dan dapat diperluas

Capaian pembelajaran yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan
adalah :

1. Adakah inovasi yang baru dari penelitian ini


2. Adakah kepentingan nya bagi dunia kerja
3. Dapatkah di terapkan dilapangan

Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui :

Praktik klinik lapangan

Selama pembelajaran klinik, masalah-masalah yang menghalangi proses


pembelajaran saya adalah:

Kurang lengkapnya penjelasan di jurnal, agak kesulitan untuk menjawab criteria


dari setiap pertanyaan di lembar critical appraisal

Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada topik
ini adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui:

Terkadang abstrak dan judul jurnal tidak sesuai dengan apa yang akan di telaah

Rencana : mengupas lebih jelas serta mendiskusikan jurnal yang di telaah.

C. Refleksi Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan


Menggunakan Lembar Kerja EBM (Evidence Based Midwifery)
1. Apakah hasil penelitian valid?
Apakah pasien pada penelitian Ya.
dirandomisasi? Keterangan :
Adjunctive Social Media for More
Effective Contraceptive Counseling A
Randomized Controlled Trial
Apakah pengambilan sampel Ya.
dilakukan secara rinci? Keterangan :
English-speaking women aged 18–45
years receiving care at an urban
academic center obstetrics and
gynecology clinic were included and
randomized to a trial of standard
contraceptive education and pamphlet
(n574) compared with standard
contraceptive education and Facebook
(n569) information for contraception
counseling.
Apakah cara melakukan randomisasi Ya, cara melakukan randomisasi
dirahasiakan? dirahasiakan.
Keterangan :
Four participants were excluded after
randomization: one for not disclosing
age and three for not completing the
study (Fig. 1). All participants
provided written informed consent
before randomization. Participants
were recruited from a well-educated
population. In a previous study
conducted in the same clinic, the
majority of women had some college
education (unpublished data).
Apakah follow-up kepada pasien Ya.
cukup panjang dan lengkap? Keterangan :
The goal of the standard counseling
was to simulate a 15-minute in-office
consultation specifically addressing
contraception. Only American College
of Obstetricians and Gynecologists
(the College)-derived facts were used,
and a transcript was followed by the
single health care provider, who was
an MD, to guarantee uniformity.
Depending on the randomization
group, participants were given 30
minutes to review College patient
education pamphlets specifically
addressing contraception or to interact
with a Facebook page created by the
investigators using identical content
but in video, diagram, and game
format.
Apakah pasien dianalisis di dalam Ya, pasien dianalisis di dalam grup
grup di mana mereka dirandomisasi? mereka di randomisasi.
Keterangan :
Hal ini dibuktikan pada data awal
penelitian, dicatat secara lengkap pada
table 1, selanjutnya dilakukan
pengkajian baik untuk menilai
outcome primer maupun sekunder.
Apakah pasien, klinisi, dan peneliti Tidak, pada penelitian ini tidak terdaat
blind terhadap terapi? sistem blind, sebab setiap pasien dan
klinisi/peneliti tlah mengetahui
program apa yang akan dilakukan oleh
pasien.

Apakah grup pasien diperlakukan Ya, grup pasien diperlakukan sama.


sama, selain dari terapi yang Keterangan :
diberikan? A total of 180 participants aged 18–45
years were approached for enrollment
into this study. Participants were
eligible if they were scheduled for a
new gynecologic visit, follow-up
gynecologic visit, or postpartum visit.
Participants who did not speak English
or declined participation were
ineligible as well as currently pregnant
participants; 32 participants were thus
excluded. There were no exclusion
criteria outside of age, language,
currently pregnant status, and
willingness to participate. One
hundred forty-eight participants met
inclusion criteria and were
randomized. Four participants were
excluded after randomization: one for
not disclosing age and three for not
completing the study (Fig. 1). All
participants provided written informed
consent before randomization.
Participants were recruited from a
well-educated population. In a
previous study conducted in the same
clinic, the majority of women had
some college education
(unpublished data).
Apakah karakteristik grup pasien sama Ya, semua grup pasien sama pada
pada awal penelitian, selain dari terapi awal penelitian.
yang diberikan? Keterangan :
A total of 180 participants aged 18–45
years were approached for enrollment
into this study

2. Apakah hasil penelitian penting?

Seberapa penting hasil penelitian ini? Penting.


Keterangan :
• Karena dengan penelitian ini dapat
menunjukan hasil penelitian yang
didapat bisa digunakan sebagai
bahan informasi kepada akseptor kb.
Seberapa tepat estimasi dari efek Tepat, karena dalam penelitian ini
terapi? menunjukkan hasil bahwa konseling
denga fb terbuksi efektif

Yes No Total
Kasus 51a 18b 69
Control 40c 34d 74

Control event rate (CER) = c/ c+d


Experimental event rate (EER) = a/ a+b
Relative Risk Absolute Risk Number Needed to
Reduction (RRR) Reduction (ARR) Treat (NNT)
CER EER CER-EER/ CER CER-EER 1/ARR
0,54 0,73 0.54-0,73/0,54= -0,35 0.54-0,73= -0.19 1/ 0.19 = 5
95% CI

95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ # pasien
eksperimen]
= 1,96 √[0.54 x (1-0.54)/ 74 + 0.73 x (1-0.73)/ 69
= 1,96 x 0.003 + 0.002= 0.0098

3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable


(dapat diterapkan) dalam praktek sehari-hari?

Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?


Dapat.
Keterangan :
Karena banyak sekali akseptor kb yang membutuhkan konseling untk memilih
kontrasepsi hormonal
Apakah karakteristik pasien kita Tidak,
sangat berbeda dibandingkan pasien Keterangan :
pada penelitian sehingga hasilnya Karena pasien pada penelitian
tidak dapat diterapkan? memiliki karakterisitik yang sama
dengan pasien lainnya.
Apakah hasilnya mungkin dikerjakan Mungkin, karna banyak nya yang
di tempat kerja kita? membutuhkan konseling untk memilih
kontrasepsi hormonal
Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?
Benefit : Konseling mudah dilakukan.
Harm :
Perlu kemampuan menggunakan facebook.
Metode I: f NNT = 1/ 0.19 = 5
artinya kita perlu melakukan terapi
terhadap 5 pasien untuk mencegah
terjadi satu kasus.
Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?
Apakah kita dan pasien kita Ya, pasien telah memahami value
mempunyai penilaian yang jelas dan darimanfaat konseling melalui
tepat akan value dan preferensi pasien facebok. Karena penelitian sudah
kita? sangat jelas dan terbukti efektif untuk
dijadikan metode konseling namun
kita kembalikan lagi kepada pasien
kita apakah mau untuk menjalani
terapi sesuai jurnal penelitian yang
ada atau tidak.
Apakah value dan preferensi pasien Ya.
kita dipenuhi dengan terapi yang akan Karena dengan facebook dapat
kita berikan? menjadi metode yang efektif untuk
konseling.

You might also like